anny anggraeni 01 320 030

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KREATIVITAS
REMAJA PUTRI SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagai SyaratSyarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Psikologi
Disusun oleh :
ANNY ANGGRAENI
01 320 030
1
2
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN
KREATIVITAS REMAJA PUTRI SMK NEGERI I DEPOK
SLEMAN YOGYAKARTA
Disetujui tanggal :
Dosen Pembimbing
(Dr. Sukarti)
3
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KREATIVITAS
REMAJA PUTRI SMK NEGERI I DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Anny Anggraeni
Sukarti
RR. Indah Ria
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara
konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok.
Hipotesisi penelitian yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara
konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok Sleman
Yogyakarta.
Subjek penelitian adalah siswi kelas II Akuntasi yang berusia antara 15-18
tahun atau remaja tengah. Skala yang digunakan yaitu skala konformitas yang di
modifikasi dari skala yang disusun oleh Siahaan (2001) yang mengacu pada teori
Furhmann dan Cialdini yang berjumlah 33 aitem. Tes Kreativitas yang digunakan
adalah tes kreativitas verbal dari Munandar. Tes tersebut terdiri atas enam subtes
dengan masing-masing subtes terdiri dari 4 aitem.
Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS versi 11,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara
konformitas dengan kreativitas remaja putri. Korelasi Spearman’s rho
menunjukkan korelasi sebesar r = -0,364 yang artinya ada hubungan yang sangat
signifikan antara konformitas dengan kreativitas. Jadi hipotesis peneliti diterima.
Kata Kunci: Konformitas, Kreativitas
4
Latar Belakang Masalah
Kreativitas merupakan salah satu potensi dan kualitas diri yang perlu
dikembangkan dan sangat dibutuhkan saat ini. Mengingat bahwa ada berbagai
macam tantangan kehidupan dalam setiap bidang yang menuntut penyelesaian
masalah dengan cara–cara baru atau dengan kata lain penyelesaian masalah secara
kreatif. Ditambah lagi kondisi bangsa kita yang mengalami krisis seperti sekarang
ini, sebagai generasi muda harus mampu menyumbangkan gagasan-gagasan yang
bisa bermanfaat untuk banyak orang. Munandar (1999) menyebutkan bahwa
kreativitas atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru
dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia
lainnya.
Menurut Wycoff (2003), dunia sekitar berubah dengan sangat cepat.
Begitu cepatnya sehingga manusia sering tidak sadar dan merasa seolah-olah
berada di daerah baru.
Daerah baru ini membutuhkan pendekatan dan cara
penyelesaian yang baru dalam menghadapi tantangannya, yang kita namakan
imajinasi dan kreativitas. Imajinasi dan kreativitas kita yang akan membuka pintu
menuju kemajuan menuju produk baru dan pelayanan baru, menuju pasar dunia
baru, menuju cara berkomunikasi yang baru, menghadirkan hal-hal yang lebih
indah, lebih berirama, sekolah yang lebih baik, lapangan pekerjaan yang lebih
banyak, dan akhir peperangan dan kelaparan.
5
Fakta menunjukkan masih banyak lulusan perguruan tinggi dinilai kurang
dapat memenuhi tuntutan dunia kerja. Mereka hanya dapat menerapkan teknikteknik yang telah diajarkan, tetapi mereka tidak berdaya jika menghadapi
masalah-masalah yang menuntut pemikiran-pemikiran atau pemecahan masalah
secara kreatif. Selain itu juga masih banyak dari mereka yang tidak berhasil
mencetuskan gagasan-gagasan kreatif atau karya-karya kreatifnya (Daruma 1997)
.
Hal ini dimungkinkan karena pendidikan formal pada umumnya masih
lebih banyak melatih siswa-siswa dalam proses pemikiran yang rendah seperti
kognisi dan ingatan, sedang proses pemikiran yang lebih tinggi seperti analisis,
sintesis, evaluasi, kemampuan membuat prediksi, berfikir kreatif, serta sikapsikap yang memungkinkan siswa-siswa menghadapi masalah-masalah yang
bukan rutin, justru kurang dikembangkan. Dalam hal ini peningkatan kreativitas
anak di sekolah harus direalisasikan dengan melatih mereka dalam pengembangan
proses berpikir kreatif yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswi SMK
Negeri I Depok, mereka merasa bahwa selama ini sulit mengeluarkan
kreativitasnya, salah satunya para siswa merasa takut jika mereka mengeluarkan
ide-ide tidak diterima oleh teman-temannya, takut tidak dianggap bermutu dan
dikatakan “sok pintar”. Oleh karena itu mereka lebih condong mengikuti perilaku
yang sudah ada, aktivitas yang mereka lakukan menjadi cenderung mengikuti
teman karena takut dikatakan kuno atau tidak kompak dengan teman dan takut
tidak punya teman, sedangkan hasil wawancara peneliti dengan guru salah satu
hal yang menghambat kreativitas siswa adalah mereka kurang diajarkan berpikir
6
yang logis alasannya sekolah ini adalah sekolah kejuruan oleh karena itu hal-hal
yang di fokuskan lebih keketrampilannya. Selain itu keterangan yang diperoleh
bahwa kreativitas siswi masih kurang dibidang ilmiah meskipun tidak dibawah
standar normal, sehingga ketika dihadapkan pada sutau situasi dimana mereka
harus menujukkan kemampuannya, mereka harus selalu didorong dan diberikan
contoh terlebih dahulu.
Menurut pendapat Gymnastiar (www.republika.com) mengatakan bahwa
kemampuan kita untuk berkreasi, berinovasi dan menerobos hal-hal yang baru
sebenarnya sangat luar biasa. Asalkan tidak terbelenggu oleh pendapat, sistem,
dan lingkungan yang telah ada sebelumnya. Selain itu, kita harus selalu memulai
sesuatu dengan perhitungan yang matang.
Orang yang berpikir kreatif tidak selamanya dapat menjadi orang yang
kreatif, kalau orang itu tidak mau menindak lanjuti ide, gagasan, konsep-konsep,
pemikiran-pemikirannya, ke dalam tindakan yang nyata (Dariyo, 2004). Dari
pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemikir kreatif harus mau
bersusah payah, bertindak dan melakukan aktivitas untuk mengaktualisasikan
pemikirannya.
Dalam upaya memupuk dan mengembangkan kreativitas diperlukan
informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas,
baik yang bersumber dari diri individu maupun yang bersumber dari luar diri
individu. Menurut Amabile (1983) mengemukakan faktor dari diri individu yang
mempengaruhi kreativitas antara lain intelegensi, motivasi, kemandirian,
kepercayaan diri dan disiplin diri, sedang faktor yang bersumber dari luar diri
7
anak adalah faktor lingkungan yang memberikan kondisi ada atau tidak adanya
tekanan-tekanan sosial dilingkungannya.
Gymnastiar (www.republika.com) juga berpendapat bahwa orang kreatif
adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri. Tentu, terbuka
dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut.
Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan menyesuaikan dengan
nilai-nilai yang kita anut.
Sementara kreativitas diteliti lebih tinggi tingkatannya pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan, terutama setelah masa berlalunya masa kanak-kanak
(Hurlock, 1990). Kemungkinan terjadinya karena adanya perbedaan perlakuan
yaitu laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, mengambil resiko, dan inisiatif.
Pendapat tersebut didukung oleh Haring dan Anderson (Daruma, 1997)
mengemukakan bahwa dalam masyarakat, perempuan diberi kesempatan untuk
lebih dependen, sehingga dalam proses perkembangannya selalu tergantung pada
orang lain. Perlakuan sosial yang demikian mengakibatkan kreativitas anak
perempuan kurang berkembang karena perlakuan-perlakuan terhadap mereka
kurang mendukung kearah pemikiran yang kreatif, sehingga pada masa
perkembangannya remaja putri hanya mengikuti pola-pola yang terdapat
dilingkungannya.
Menurut Amabile (Negara dkk, 2000) salah satu elemen kreativitas adalah
gaya kepribadian yang terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut: sensitif terhadap
masalah, fleksibel, keaslian, bertanggung jawab terhadap perasaan, terbuka,
8
menerima dan mengonsultasikan sesuatu yang tampak berlawanan, mandiri,
percaya diri, independen, gigih, spontan, rendah hati, dinamis.
Menurut pendapat Hilgard dan Atkinson (Gandadiputra, 1980) ciri atau
karakteristik orang-orang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak,
sehingga orang yang kreatif tidak menyukai kegiatan-kegiatan kelompok yang
menuntut konformitas dan tidak mudah dipengaruhi oleh desakan-desakan sosial
bila mereka telah yakin bahwa pendapatnya sendiri benar, kencenderungan untuk
kurang dogmatis dan lebih relativistik dalam pandangan-pandangan hidupnya
dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai tidak kreatif, berkemauan untuk
mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasarkan akal, menyukai halhal yang rumit dan baru, menghargai humor dan mereka mempunyai a good sense
of humor, menekankan pentingnya nilai-nilai teorits dan estetik.
Sebagai remaja, waktu lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama
remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain, karena para remaja
bersama-sama di sekolah dari pagi sampai siang, belum lagi kalau ada ekstra
kurikuler, les, bahkan nonton bioskop atau ke mal bersama. Acara liburan pun
seringkali dilewatkan untuk berekreasi juga bersama teman, seperti misalnya pergi
camping atau berdarmawisata ke kota lain.
Kelompok sebaya, dalam hal ini teman sekolah, sangat besar pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi selama masa remaja. Kelompok teman sebaya tidak
hanya berfungsi sebagai sumber pelindung perasaan, tetapi juga membuat acuan
perilaku sosial yang dapat diterima dan mengharapkan agar anggota-anggota
kelompoknya dapat menyesuaikan diri dengan acuan-acuan tersebut. Kelompok
9
meminta agar anggota-anggota setia pada kelompok dan terikat pada tujuan
kelompok yang telah ditetapkan.
Interaksi yang intensif ini juga disertai oleh fenomena yang disebut peer
pressure atau tekanan teman sebaya, tentunya bisa dirasakan betapa besar
pengaruh teman sebaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari cara
berbicara, berpakaian, sampai bertingkah laku, kita tidak hanya mengikuti apa
yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan
dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya (www.kompas.com)
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan salah satu faktor yang
menyebabkan remaja putri kurang atau tidak kreatif salah satunya karena faktor
konformitas.
Ubaydillah (www.e-psikologi.com) mengatakan, konformitas adalah
musuh utama kreativitas, lanjutnya terimalah kenyataan bahwa persoalan tertentu
sudah tercipta sudut pandang kolektif tertentu tetapi yang tidak boleh diabaikan
adalah kesempatan memunculkan sudut pandang pribadi terhadap persoalan
tertentu.
Dari penelitian diketahui bahwa konformitas merupakan salah satu
pengaruh sosial yang turut mempengaruhi kreativitas individu. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa konformitas turut terbentuk salah satunya karena pengaruh dari
aspek-aspek kepribadian individu, di antaranya adalah fungsi kognitif, fungsi
emosi, dan motivasi, konsep diri, hubungan interpersonal, beserta sikap dan nilainilai individu (Krech dkk.1962).
10
Menururt Sears (1991) konformitas adalah bila seseorang menampilkan
perilaku tertentu karena setiap orang menampilkan perilaku tersebut. Konformitas
adalah usaha manusia untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya dengan mengubah persepsi, pandangan, sikap, atau perilaku
pribadinya sesuai dengan tuntutan lingkungan, baik yang bersifat nyata maupun
tidak nyata. Konformitas terjadi saat individu mengadopsi sikap atau perilaku
orang lain disebabkan karena ada ataupun tidak adanya tekanan dari orang lain,
maka individu cenderung menyamakan dirinya dengan orang lain sehingga
menjadi sama dengan orang lain tersebut.
Pada intinya konformitas dilakukan individu sebagai upaya untuk
menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan kelompok ataupun anggotaanggota kelompok lainnya. Penjelasan diatas mendukung
penelitian yang
dilakukan oleh Asch (Michener & DeLamater, 1999) hasil penelitannya
menunjukkan bahwa konformitas lebih mudah terjadi pada wanita karena sifatsifat wanita pada umumnya seperti penurut, pasif, tunduk pada otoritas, mengalah
dan enggan memunculkan konflik dalam upaya menjaga keharmonisan pada
orang lain atau kelompoknya. Seperti terlihat Di Indonesia ini remaja usia SMP
atau SMU melakukan konformitas dalam berbagai hal misal cara berpakaian.
pola perilaku, bahasa , kegiatan kelompok, gaya yang sama. Selain itu pada
remaja putri konformitas lebih mudah terjadi dalam penampilan fisik dan kegiatan
kelompok. Mereka cenderung melakukan konformitas untuk mengikuti tren
remaja masa kini karena jika tidak mengikutinya, remaja akan merasa berbeda
dengan teman remaja sebayanya dan takut dianggap kuno, sehingga kemungkinan
11
kreativitas yang ada pada diri remaja akan tertekan oleh tren remaja yang
berkembang pada saat itu.
Keadaan ini juga didorong semakin banyaknya majalah-majalah remaja
dan tayangan-tayangan di media audio visual yang isinya mengulas tentang
masalah tren yang sedang berkembang dan gaya hidup para bintang. Hal itu telah
menjadi acuan atau pedoman yang menjerat para remaja, kondisi tersebut
menunjukkan remaja telah mengintimitasi gaya hidup dari kelompok maupun
lingkungan sehingga kemampuan yang seharusnya dapat muncul atas kreativitas
sendiri menjadi terlupakan.
Dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah remaja putri telah
sedemikian konformnya dengan sikap, nilai atau perilaku ataupun tindakannya,
yang berakibat membelenggu kreativitas. Jika memang demikian dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian yakni sejauh mana pengaruh konformitas
terhadap kreativitas remaja putri.
HIPOTESIS
Berdasarkan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
adalah ada hubungan negatif antara konformitas dengan kreativitas pada remaja
putri SMK Negeri I Depok Sleman Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Variabel-variabel penelitian
1. Variabel Dependent
: Kreativitas
2. Variabel Independent
: Konformitas
12
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja putri kelas dua SMK Negeri 1 Depok,
Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini mempunyai karakteristik sebagai remaja
awal dan remaja tengah berumur antara 15 – 18 tahun.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur tes kreativitas verbal dan
skala konformitas. Tes yang digunakan adalah Tes Kreativitas Verbal dari Utami
Munandar, Tes Kreativitas Verbal ini terdiri atas enam subtes yang masingmasing subtes terdiri dari 4 aitem., sedangkan alat ukur skala konformitas peneliti
memodifikasi dari skala konformitas yang disusun oleh Siahaan (2001) yang
mengacu pada teori Furhman dan Cialdini, terdiri dari dua aspek (a) penyesuaian
perilaku dengan perilaku kelompok (perubahan perilaku). Individu menyesuaikan
perilakunya agar sama dengan perilaku kelompok dengan berpegang pada standar
kelompok
(b) perilaku standar kelompok (tekanan kelompok), ada tuntutan yang dirasakan
individu dalam kelompok ketika mengetahui informasi dan norma yang berasal
dari kelompok. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang bersifat imajiner atau
nyata bagi individu.
METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data yang dugunakan untuk melihat hubungan antara
konformitas dengan kreativitas adalah dengan menggunakan korelasi Spearman
bila berdistribusi tidak normal dan linear. Apabila hasil statistik menunjukkan
13
distribusi normal dan linear maka digunakan korelasi Product Moment dari Karl
Pearson. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan
statistik dengan bantuan program komputer SPSS 11.00 for windows.
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara konformitas dan kreativitas (r=–0.364, p<0.05) atau dengan kata
lain ada hubungan negatif yang signifikan di antara kedua variabel tersebut,
sehingga berarti hipotesis yang diajukan diterima, yaitu semakin rendah tingkat
konformitasnya semakin tinggi kreativitasnya, demikian pula sebaliknya, semakin
tinggi konformitasnya semakin rendah pula kreativitasnya.
PEMBAHASAN
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara konformitas dan kreativitas (r=–0.364, p<0.05) atau dengan kata
lain ada hubungan negatif yang sangat signifikan di antara kedua variabel
tersebut, berarti hipotesis yang diajukan diterima
Amabile (Negara.S.C, 2002) menyatakan bahwa salah satu aspek
kepribadian individu yang turut mempengaruhi kreativitas adalah independent
dimana orang kreatif mengabaikan konformitas. Hasil penelitian ini mendukung
pendapat Hilgard dan Atkinson (Gandadiputra, 1980), tentang salah satu ciri atau
karakteristik orang-orang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak,
sehingga orang yang kreatif tidak menyukai kegiatan-kegiatan kelompok yang
14
menuntut konformitas dan tidak mudah dipengaruhi oleh desakan-desakan sosial
bila mereka telah yakin bahwa pendapat-pendapatnya sendiri benar.
Karakteristik
ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Evans (1991), Csikszentmihalyl (1996), dan Parkin (2000) yang mengatakan
bahwa salah satu karakteristik yang berkaitan dengan kreativitas adalah tidak
mudah untuk melakukan konformitas. Hal ini terjadi karena orang-orang yang
mudah melakukan konformitas cenderung kurang fleksibel dalam berpikir, sering
menekan emosinya, menghindari situasi yang mendukung kreativitas, kurang
percaya diri, kurang mempunyai ide, dan lebih mengutamakan keamanan untuk
dirinya dan menjaga penerimaan orang lain terhadap dirinya.
Dalam penelitian ini, sumbangan efektif konformitas mempengaruhi
kreativitas hanya sebesar 16,5%. Disimpulkan bahwa terdapat 83,5% faktor lain
yang berpengaruh terhadap tingkat kreativitas remaja diantaranya, faktor motivasi
baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat. Munandar (1988) mengatakan
bahwa tanggung jawab orang tua ialah mengenal potensi setiap anak dan
menciptakan suatu iklim atau suasana di dalam keluarga yang memupuk dan
mendororng perwujudan potensi kreatif, lebih lanjut Munandar bahwa
dilingkungan Sekolah Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, yang
mendorong minat anak untuk ilmu pengetahuan dan untuk seni. Motivator dari
masyarakat salah satunya dengan cara melakukan kegiatan–kegiatan yang
merupakan prakarsa baik dari perorangan maupun kelembangan yang bertujuan
mendorong pengembangan bakat dan kreativitas pribadi dari anggota masyarakat.
15
Hal ini didukung oleh pernyataan De Bono (Suharman, 2002), yang
menyatakan bahwa perbedaan pokok antara orang kreatif dengan orang yang tidak
kreatif terletak pada motivasinya. Pada dasarnya motivasi merupakan suatu
keinginan, niat, kebutuhan, atau kemauan yang ada di dalam diri seseorang
(Suharman, 2002). Hasil penelitian Pratitis.T.N (2002) yang membedakan antara
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik menunjukkan bahwa kedua motivasi
tersebut mempengaruhi munculnya kreativitas, tetapi motivasi intrinsik cenderung
lebih mampu memberikan dorongan dibandingkan motivasi ekstrinsik
Faktor status ekonomi dan situasi tempat tinggal, keadaan rumah dan
fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh suatu keluarga merupakan faktor yang
dapat menunjang perkembangan intelektual anak. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Munandar (1982) membuktikan bahwa anak-anak yang datang
dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi memungkinkan tingkat
kreativitas yang lebih baik dari pada anak-anak yang berasal dari status sosial
ekonomi yang lebih rendah, dalam penelitian ini subjek berasal dari keluarga
dengan status ekonomi yang beragam, sehingga dapat dikatakan ada sebagian
siswi yang mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan
kreativitasnya, tetapi ada juga siswi yang tidak mampu mengembangkan
kreativitasnya karena benturan status ekonomi, walaupun tidak menutup
kemungkinan ia dapat mengembangkan kreativitasnya tanpa harus ada fasilitas
yang memadai. Faktor situasi tempat tinggal individu dan masyarakat yang
kurang menghargai keunikan, kreativitas, maupun perbedaan akan sulit
mengembangkan
rasa
kreatif
individu.
Yulistyowati
(Suharman,
2000)
16
menemukan bahwa subjek yang bertempat tinggal di lingkungan yang berbeda
(desa-kota) menunjukkan kreativitas yang berbeda.
Faktor budaya seperti keterbukaan terhadap budaya yang berbeda dapat
memberikan inspirasi bagi perkembangan kreativitas. Media budaya yang terbuka
untuk semua orang dan pengaruh budaya setempat juga memiliki andil dalam
mendorong individu menemukan kreativitasnya.
Menurut Arieti (Munandar,
1980) rangsangan dan lingkungan kebudayaan tidak hanya harus tersedia , tetapi
juga harus diingini dan mudah didapatkan.
Faktor penghargaan terhadap orang kreatif. Budaya di Indonesia
cenderung menanamkan untuk tidak menonjolkan diri dalam berprestasi, yang
berkaitan dengan perasaan superior atau sombong. Namun dalam hal ini
penghargaan terhadap individu kreatif adalah penting agar individu merasa
dihargai sebagai orang yang produktif dalam menghasilkan sesuatu.
Areti
(Munandar, 1980) mengungkapkan bahwa insentif dari luar dapat meguatkan
motivasi untuk berprestasi tidak terutama karena hadiahnya, tetapi karena hadiah
tersebut melambangkan penghargaan terhadap si pencipta.
Faktor pendidikan orang tua, dari beberapa penelitian dapat disimpulkan
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin besar pula
kemungkinan mereka untuk menciptakan lingkungan yang dapat menstimulusi
perkembangan kreativitas ( Hurlock.1990,. Munandar. 1982).
Dalam
penelitian
ini
terdapat
beberapa
kelemahan
diantaranya
pelaksanaan tes yang tidak sesuai prosedur, karena keterbatasan waktu dan
ruangan yang disediakan oleh pihak sekolah maka penelitian ini dilakukan secara
17
klasikal.
Pelaksanaan
tes
secara
klasikal
ini
sebenarnya
sangat
tidak
menguntungkan karena membuka peluang bagi subyek untuk melihat jawaban
subyel lainnya.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa konformitas bukanlah satusatunya faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas. Masih banyak faktor diluar
faktor-faktor yang telah diuraikan yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini
yang masih memerlukan pengkajian lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ada hubungan antara konformitas dengan kreativitas pada remaja putri
SMK Negeri I Depok Sleman Yogyakarta, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan yang arahnya negatif antara konformitas dengan
kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok Sleman Yogyakarta.
Saran
Mencermati bahwa kreativitas dan konformitas pada remaja putri SMK
Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta dalam kategori sedang, maka peneliti
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Saran kepada pihak sekolah
Penelitian ini menunjukkan bahwa konformitas dapat mempengaruhi
kreativitas oleh karena itu sebaiknya pihak sekolah tetap menjaga agar para siswa
tidak mengalami konformitas yang berlebih, karena hal tersebut dapat
18
menghambat kreativitas, misalnya dalam proses belajar siswa selalu dilatih untuk
berpikir kritis dan mandiri, untuk lebih menambah kreativitas siswa pihak sekolah
bisa menyelengarakan kegiatan yang bisa merangsang kreativitas misalnya
mengadakan program membaca, karena membaca dapat berperan mempertajam
kreativitas, dengan membaca berarti menambah dan membuka wawasan baru
dengan menyediakan waktu sekitar 15 menit, selajutnya siswa ditugaskan
membuat rangkuman apa yang telah dibaca, selain itu pihak sekolah bisa
mengiatkan kegiatan menulis baik berupa cerpen, puisi, karikatur dan yang
lainnya yang dipajang di majalah dinding karena dengan begitu siswa dapat
mengekpresikan ide-idenya.
2. Saran kepada peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian mengenai
kreativitas dan konformitas, diharapkan untuk memperhatikan alat ukur yang
digunakan, seperti skala yang harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman
subyek penelitian dan disusun sedemikian rupa sehingga subyek penelitian dapat
memberikan jawaban yang benar-benar sesuai dengan keadaan dirinya. Selain itu,
melakukan persiapan pelaksanaan penelitian yang lebih matang meliputi
kesepakatan waktu yang jelas dengan pihak sekolah misalnya pemilihan waktu,
tempat penelitian, dan subyek penelitian sehingga hasilnya maksimal, selain itu
dapat juga menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kreativitas.
Download