TUGAS CIVIC EDUCATION Dosen pengampu : yusria s.Ag,M.pd.i NAMA : YUNI KARTINI KELAS : 1 D NIM : 121025 FAKULTAS : TARBIYAH JURUSAN : MATEMATIKA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2012/2013 Kasus pelanggaran HAM dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi : Pembunuhan masal (genisida), Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan,Penyiksaan,Penghilangan orang secara paksa,Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi : Pemukulan,Penganiayaan,Pencemaran nama baik,Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya,Menghilangkan nyawa orang lain. Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain, menjarah dan lain-lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Contoh kasus pelanggaran ham dan analisanya : 1.Kasus Tanjung Priok (1984) Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana terdapat ratusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan. ANALISA KASUS : Berdasarkan Kewajiban Dasar Manusia dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM,dalam pasal 69 ayat 1 Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM menyebutkan, “setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”, maksudnya ialah adanya kewajiban untuk menghormati dan menjaga hak asasi manusia orang lain tidak melanggar atau melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia orang lain. Dalam kasus Tanjung Priuk 1984 tersebut jelas melanggar ketentuan pasal 69 ayat 1 ini, karena berdasarkan bukti-bukti tersebut jelaslah bahwa terjadi pelanggaran hak asasi manusia dalam kerusuhan Tanjung Priok 1984 ini. Bahkan pelanggaran hak asasi manusia dalam Tanjung Priok 1984 tersebut tergolong pelanggaran hak asasi manusia berat. Untuk mengadili terdakwa Kasus Tanjung Priok, telah berlangsung beberapa kali persidangan. Pertama, menyidangkan 4 orang yang ditangkap pada tanggal 10 September. Kedua, persidangan terhadap 28 orang yang dituduh ikut dalam demonstrasi. Mereka ini menjadi korban penembakan. Delapan orang lagi diadili dalam tiga kali persidangan terpisah. Mereka dituduh sebagai orang-orang yang bertanggung jawab melakukan pengrusakan sewaktu terjadinya demonstrasi. Selain persida-ngan tersebut, di Jakarta juga berlangsung peradilan diberbagai tempat terhadap orang yang dituduh melakukan provokasi dan menyebarkan selebaran-selebaran yang berisikan kasus Tanjung Priok, mengkonter keterangan Beny Murdani yang sangat bertentangan dengan fakta sebenarnya. Adapun saksi-saksi rekayasa yang dihadirkan di persidangan semua-nya adalah anggota militer, baik yang masih aktif atau pun pensiunan. Dua saksi utama adalah dua orang anggota militer yang menodai kesucian tempat ibadah. Meskipun tuduhan pokoknya, adalah para tertuduh telah menyebarkan selebaran gelap, namun ternyata bahwa keterangan ang-gota militer dengan jelas mengakui, bahwa pamflet yang menempel di mushalla memang disiram dengan air comberan. Pada tahun 2003, diadakan peradilan kembali. Jaksa penuntut umum memberikan dakwaan berlapis kepada mantan Kepala Pomdam V Jaya, Mayjen (Purn) Pranowo. Dalam sidang dengan agenda pembacaan dakwaan ini, Jaksa Penuntut Umum Roes Manadi menilai terdakwa dengan sengaja membiarkan dan tidak menyerahkan anggotanya dan terbukti melakukan penyiksaan terhadap 169 warga sipil terkait dengan insiden kerusuhan 12 September 1984. Menurut Jaksa, terdakwa yang saat itu masih menjabat kolonel ini, melanggar pasal 39 Undang-undang No 26 tahun 2000 serta pasal 64 KUHP, dengan ancaman hukuman penjara maskimal seumur hidup. 2.Kasus terbunuhnya Marsinah seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim (1994) Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. ANALISA KASUS Kasus terbunuhnya marsinah termasuk dalam katagori pelanggaran ham Berat karena di dalam perincian mengenai posisi kasus diatas terdapat salah satu unsure yang memuat mengenai unsure-unsur pelanggaran HAM Berat yakni Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000 ( Unsure Kejahatan Kemanusiaan ), dan juga mengandung unsure pelanggaran hak asasi manusia mengenai hak hidup sebagaimana yang tercantumkan dalam ICCPR. Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000, dalam pasal ini menyebutkan bahwa: “Kejahatan terhadap kemanusiaan … adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, seperti Pembunuhan, Pemusnahan, Perbudakan,pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional Penyiksaan, Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, Penghilangan orang secara paksa,Kejahatan apartheid. Adapun Mekanisme yang harus di ambil dalam penyelesaian kasus ini yakni mekanisme yang mengarah kepada departemen apa yang berhak untuk melakukan proses penyelesaian kasus ini. Departemennya yakni Komnas HAM dan jaksa agung sebagai departemen tertinggi dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM Berat. 3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Kasus yang dialami Diana ia disetrika dan diinjak-injak hingga tewas oleh ibu tirinya. Selain itu karena lama diterlantarkan dan tidak diberi nafkah, seorang istri di Mamuju, Sulawesi Barat tega mengorok leher suaminya ketika sedang tidur. Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi di dalam negeri namun juga terjadi di luar negeri. Beberapa peristiwa KDRT di luar negeri adalah: Di Malaysia, seorang pria ditikam oleh seorang remaja berusia 15 tahun yang tidak tahan oleh perlakukan kasar sang ayah terhadap ibunya. Diplomat Jepang di AS Terancam Penjara 20 Tahun karena didakwa atas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya. ANALISA KASUS Kasus kekerasan dalam rumah tangga memang tidak saja dimonopoli oleh laki-laki, perempuan pun juga ada yang menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga Rumah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi perempuan dan anak. Namun ditengah keamanan dalam rumah tersebut juga tersimpan ancaman yang setiap saat bisa dialami oleh perempuan dan anak. Nyawa mereka bisa melayang kapan saja karena perilaku yang tidak bertanggung jawab dari anggota keluarga yang seringkali merasa lebih berkuasa. Apa yang dialami Diana dan anak-anak lainnya serta perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga memperlihatkan bahwa kekerasan terjadi karena adanya relasi kuasa yang tidak seimbang. Korban di Setrika &Injak-Injak hingga Tewas oleh ibu tirinya. Pelaku dijerat Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun. Dia juga dijerat Pasal 80 ayat 1 UndangUndang Perlindungan Anak dengan ancaman penjara 10 tahun. 4. Perkosaan dan Pencabulan Cakung, Jakarta Timur perkosa yang dilakukan oleh ayah kandung tersebut sudah Argita, Hanafi bin Tolib Sakri, Encep, dan HeruSeorang remaja berusia 17 th Desa Girimukti, Lebak, Banten Pemerkosaan terjadi selama 2 hari yang menyebabkan korban syok berat.Riadi yang masih duduk di bangku SDSumatera Selatan ini terbongkar setelah sang anak mengeluh kesakitan di bagian kemaluannya. Tidak hanya itu, sang anak pun sering jadi ketakutan saat melihat ayahnya. Sementara itu pada kasus perkosaan disertai pembunuhan yang dialami oleh IZ, seorang mahasiswa UIN Ciputat pada bulan April yang lalu memasuki tahap rekonstruksi. dalam tahap tersebut diperoleh bukti baru kalau korban diperkosa bergiliran di atas sepeda motor. ANALISA KASUS Kasus seperti ini sudah sering sekali terjadi dikehidupan bermasyarakat, sungguh sesuatu yang tidak tabu lagi bagi kita , hal seperti ini harus secepatnya diatasi oleh pihak yang bersangkutan mengenai pelecehan seksual dan HAM . Maka dari itu peran seorang ibu sangat lah dibutuhkan di masa pertumbuhan anak yang masih usia dini, agar anak tidak terjebak didunia maksiat yang seharusnya tidak dia dapatkan . Jika hal seperti telah terjadi maka yang harus benar-benar menanggapi adalah pihak komnas HAM yang khusus menangani kasus pelecehan seperti diatas. 5.Pembuangan dan pembunuhan bayi Diduga hasil hubungan gelap, orok bayi yang diperkirakan masih berumur hitungan hari, ditemukan di plengsengan Sungai Wonorejo, Surabaya. Orok bayi berjenis kelamin perempuan ini ditemukan tidak bernyawa di dalam kardus. Informasi yang dihimpun, penemuan orok bayi itu pertama kali oleh Choirul Anam warga Nginden Jangkunga, Surabaya. Seorang bayi perempuan dibuang di pemakaman umum di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Bayi ditemukan warga Kudusan dalam kondisi sehat.Warga Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, digegerkan dengan penemuan mayat bayi diperkirakan mayat yang masih berupa janin ini berusia 20 minggu. ANALISA KASUS Kasus pembunuhan dan pembuangan bayi di atas termasuk dalam katagori pelanggaran ham Berat karena di dalam perincian mengenai posisi kasus diatas terdapat salah satu unsure yang memuat mengenai unsure-unsur pelanggaran HAM Berat yakni Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000 ( Unsure Kejahatan Kemanusiaan ), dan pelanggaran hak asasi manusia mengenai hak hidup. Hal seperti diatas kembali ke diri sendiri , dimana hal tersebut terjadi akibat nafsu yang tdak ter atasi , hingga mengrbankan seorang anak yang masih suci dan belum berdosa . Disini masyarakat hanya bisa mencari tahu siapa pelakunya , sedangkan kasus seperti itu tetap saja terjadi dimana masyarakat tidak memiliki peran yang cukup dalam mengatasi hal ini , kembali ke pemerintah kebijakan yang harus dilakukan suatu ketegasan dalam hubungan seks bebas , sebaiknya sering lakukan razia ditempat-tempat hiburan malam dan tempat sesat lainya . Jika hal ini sudah terjadi komnas HAM hanya bisa mengambil tindakan menindak lanjuti dan mengotopsi mayat tersebut agar di kubur dengan selayaknya . 6.TKI dipancung di Arab Saudi Jakarta seorang TKI bernama Ruyati Binti Satubi ( 54 ) meregang nyawa ditagan pemerintah arab saudi sabtu lalu ( 18/6 ) ruyati dijatuhi hukuman pancung setelah ia divonis bersalah membunuh khairiah hamid binti mijlid majikannya. Kasus pembunuhan yang akhirnya menjerat ruyati sebagai tervonis itu dimulai pada 1 januari 2010 . ruyati dituduh membunuh majikannya dengan meggunakan sebilah pisau dapur . persidangan perdana kasus pembunuhan tersebut digelar pada mei 2010 selanjutnya sidang pembacaan vonis digelar pada mei 2011 Hakim pengadilan setempat menjatuhkan hukuman kisos kepada ruyati sesuai dengan kejahatan yang telah diperbuat . ruyati dijatuhi vonis hukuman mati karena ia telah membunuh . sebenarnya ruyati isa mendaatkan pengampunan syaratnya . ia memperoleh pengampunan dari keluarga yang telah ia bunuh . sayang hingga pembacaan vonis pihak keluarga belum mau memaafkan ruyati . Analisa kasus : pemerintah indonesia seharusnya lebih serius , untuk menyelesaikan kasus – kasus pelanggaran seperti itu . dan pemerintah indonesia juga diharapkan dapat melakkan pendekatan kepada duia internasional supaya dapat memberikan keyakinan bagi dunia inernasinal bahwa indonesia punya kemampuan untuk mengadili kasus – kasus HAM . di indonesia baik yang ringan juga yang berat . ini diharapkan , dunia internasional tidak perlu memberikan rekomendasi terhadap ICC ( internasional criminal court ) sebagai pengadilan HAM berskala internasional melalui resolusi PBB untuk ikut campur dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM . 7. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996) Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas. ANALISA KASUS Pemerintah indonesia harus memiliki itikad yang serius untuk mengusut kasus pelanggaran HAM , keseriusan tersebut akan tercermin dalam pembentukan perangkat hukum dan perangkat peradilan yang dilandasi aturan yag kuat dan tidak memihak kepada pihak mana pun indonesia juga perlu memberntuk lembaga atau keorganisasian yang berfungsi mengawasi kasus pelanggaran HAM bera yang telah atau yang mungkin terjadi . perangkat hukum, perangat peradilan dan perangkat pengawas yang berkaitan dengan pelanggaran HAM berat seharusnya dapat dilaksanakan secara jujur dan terba baik kepada masyarakat dalam maupun masyarakat luar geri. Cara tersebut diharapkan akan menggambarkan keseriusan pemerintah indonesia yag mengakibatkan meningkatkan kepercayaan nasional dan internasional .