STATUS STUDI KELAYAKAN PLTN SEMENANJUNG MURIA KABUPATEN JEPARA Program perencanaan pembangunan PLTN di Indonesia sudah digagas sejak tahun 1970-an. Melalui berbagai seminar yang melibatkan berbagai pakar, baik pakar dari lembaga pemerintah maupun perguruan tinggi telah dihasilkan kesimpulan bahwa Indonesia sudah harus mempertimbangkan dimanfaatkannya tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik. Seminar di Karangkates pada tahun 1970 telah merekomendasikan 14 kandidat lokasi di sepanjang pantai utara dan pantai selatan Pulau Jawa untuk dilakukan kajian kelayakannya untuk pembangunan PLTN. Dengan mempertimbangkan bahwa sepanjang pantai selatan lebih rentan terhadap faktor kegempaan, pada tahun 1980 ke 14 lokasi tersebut kembali diseleksi dan tinggal menyisakan 6 lokasi termasuk Semenanjung Muria untuk dilakukan kajian yang lebih mendalam. Tahun 1991-1996 telah dilakukan Studi Tapak dan Studi Kelayakan (STSK) secara komprehensif oleh Newjec. Inc, konsultan dari Jepang pada tiga lokasi calon tapak, yaitu Ujung Watu, Ujung Genggrengan dan Ujung Lemahabang. Studi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan ketiga calon lokasi tersebut dari aspek teknis, yang meliputi aspek kegempaan, struktur geologi, meteorologi, banjir pantai, ekosistem lingkungan dan kemungkinan terjadinya tsunami. Sedangkan aspek non teknis meliputi tingkat keekonomian, ketersediaan jaringan listrik, tingkat kepadatan penduduk, termasuk dampak sosial dan budaya. Hasil studi menyimpulkan bahwa Ujung Lemahabang terpilih menjadi kandidat calon tapak terbaik dibandingkan dengan Ujung Watu dan Ujung Grenggengan. Terhadap dokumen hasil STSK Newjec, IAEA telah melakukan review secara intensif melalui Site Safety Review Mission. Hasil review IAEA merekomendasikan bahwa dokumen masih perlu dilengkapi dengan data tentang aspek vulkanologi dengan adanya gunung Muria yang berada pada jarak sekitar 60 km dari lokasi tapak. Pada tahun 1997 telah dlakukan sebagian pekerjaan yang direkomendasikan oleh IAEA, namun karena terbentur krisis ekonomi pelaksanaan pekerjaan pengambilan data vulkano dihentikan dan program pembangunan PLTN juga ditunda. BATAN kemudian melanjutkan kembali penelitian terkait rekomendasi dari IAEA pada tahun 2005, namun pekerjaan kembali terhenti pada tahun itu juga karena adanya penolakan oleh masyarakat sekitar dan adanya ancaman keamanan terhadap petugas lapangan yang sedang melakukan kegiatan studi tapak. Pada tahun yang sama peristiwa penolakan pembangunan PLTN di wilayah Kabupaten Jepara kembali marak dan mencapai puncaknya pada tanggal 1 September 2007 saat diselenggarakannya Mubahatsah (Batsu Matsail) Alim Ulama Jepara dan mengeluarkan fatwa haram terhadap pembangunan PLTN di Jepara. Bahwa dikarenakan masih ada data yang harus dilengkapi pada dokumen hasil STSK Newjec terhadap calon tapak Ujung Lemah Abang, maka hasil studi kelayakan tersebut belum dapat kami sampaikan kepada publik. Kami memiliki pertimbangan apabila dokumen tersebut dipublikasikan maka dapat berpotensi menimbulkan kesimpangsiuran informasi dan interpretasi.