10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori perdagangan internasional
Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara
subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik
mengenai barang ataupun jasa-jasa. (Sobri, 2001:2 dalam Yuliarmi, 2006:5).
Tambunan
(2001:1),
mendefinisikan
perdagangan
internasional
sebagai
perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor.
Perdagangan internasional dibagi menjadi dua katagori, yakni perdagangan
barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara lain terdiri dari
biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga dan remittance
seperti gaji tenaga kerja Indonesia ( TKI ) di luar negeri, dan pemakaian jasa
konsultan asing di Indonesia serta royalty teknologi (lisensi).
Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba
memahami mengapa setiap negara melakukan kerjasama perdagangan dengan
negara-negara lain. Teori tersebut makin disempurnakan oleh Adam Smith, David
Ricardo dan Hecksher-Ohlin.
1) Teori pra klasik (merkantilisme)
Merkantilisme adalah suatu aliran atau filsafat yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat pada abad XVI-XVIII di Eropa Barat. Kaum
merkantilisme memiliki
pandangan
bahwa
perdagangan internasional
merupakan suatu hal penting bagi kemakmuran suatu negara. Dengan kata
10
lain, kekayaan atau kemakmuran suatu negara identik dengan jumlah emas
yang dimiliki (Hady, 2001:7).
Negara atau raja akan makmur dan kuat apabila ekspor lebih besar dari
impor (X-M). Surplus dari X-M (export netto) diselesaikan dengan pemasukan
logam mulia terutama emas dan perak dari luar negeri, karena pada waktu itu
logam mulia dipakai sebagai alat pembayaran. Kebijakan perdagangan
dilakukan oleh merkantilis dalam melaksanakan ide pokok dengan cara
melaksanakan ekspor sebesar-besarnya kecuali logam mulia dan melarang
atau membatasi impor dengan ketat kecuali logam mulia (Hady, 2001:24).
2) Teori klasik
Kaum klasik berusaha untuk memecahkan masalah ekonomi dengan
bantuan penyelidikan ke arah faktor permintaan dan penawaran yang
menentukan harga. Salah satu tokoh klasik yang terkenal Adam Smith
berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga
kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat
dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara
dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill,
serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan
persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith
suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada
negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang
tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan
11
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan
negara-negara lain (Deliarnov, 1995:198).
3) Teori modern
Teori modern yang dikemukakan oleh Hecksher dan Ohlin
menyatakan bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu negara dengan
negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang
dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak daripada negara
lain, sedangkan negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara
tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran (Nopirin,
2010:20)
4) Teori permintaan dan penawaran
Nopirin (2010:26) mengatakan pada prinsipnya perdagangan antar dua
negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.
Perbedaan permintaan bisa disebabkan oleh perbedaan pendapat dan selera,
sedangkan dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produksi
baik kualitas, kuantitas, maupun dalam hal komposisi faktor produksi tersebut.
2.1.2
Teori cadangan devisa
Menurut IMF, cadangan devisa adalah aktiva luar negeri setiap waktu dan
dikuasai oleh otoritas moneter. Menurut Priadi dan Sekar (2008:125) cadangan
devisa merupakan aset-aset likuid dan berharga tinggi yang dimiliki suatu negara
yang nilainya diakui atau diterima oleh masyarakat internasional dan dapat
dipakai sebagai alat-alat pembayaran yang sah bagi pemerintah atau negara yang
12
merupakan pemiliknya dalam mengadakan transaksi-transaksi atau pembayaran
internasional.
Menurut Carbaugh (2004:516), Tujuan utama dari cadangan devisa adalah
untuk memfasilitasi pemerintah dalam melakukan intervensi pasar sebagai upaya
untuk menstabilkan nilai tukar. Sehingga, suatu negara dengan aktivitas stabilisasi
yang aktif memerlukan jumlah cadangan devisa yang besar pula. Semakin terbuka
perekonomian suatu negara kebutuhan cadangan devisa negara tersebut cenderung
semakin besar guna membiayai transaksi perdagangan.
Menurut Lia (2007:33), devisa sering disebut alat pembayaran luar negeri
atau foreign exchange. Uang atau valuta asing mempunyai arti sebagai berikut:
1) Alat pembayaran
2) Alat pertukaran
3) Alat pengukur nilai
4) Alat penyimpan/penimbun kekayaan
Dalam peredaran devisa terdapat berbagai macam atau bentuk, yaitu:
1) Wesel luar negeri
2) Saham perusahaan luar negeri
3) Surat-surat obligasi luar negeri
4) Cheque atau giro luar negeri
5) Rekening-rekening di luar negeri
6) Uang kertas luar negeri
7) Surat-surat berharga lainnya
13
Menurut Bank Indonesia, secara umum, cadangan devisa dapat digunakan untuk:
1) Meredam gejolak nilai tukar, misalnya dengan melakukan intervensi
apabila diperlukan.
2) Memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar bahwa negara mampu
memenuhi kewajibannya terhadap pihak luar negeri.
3) Membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban ketika
pemerintah akan melakukan pembayaran utang luar negeri.
4) Membiayai transaksi yang tercatat dalam neraca pembayaran.
5) Menunjukkan adanya suatu kekayaan dalam bentuk aset eksternal untuk
menopang mata uang dalam negeri.
6) Memelihara suatu cadangan untuk dapat dipergunakan apabila negara
mengalami keadaan darurat.
7) Mendapatkan keuntungan. Tujuan ini pada umumnya bukan merupakan
tujuan utama, tetapi lebih pada alasan untuk memaksimalkan pemanfaatan
cadangan devisa yang dimiliki (Laporan Perekonomian Indonesia,
2010:113).
Menurut Hady (2001:22) cadangan devisa negara biasanya dikelompokkan atas:
1) Cadangan devisa resmi (official forex reserve), yaitu cadangan devisa
milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan oleh Bank
Sentral/ Bank Indonesia.
2) Cadangan devisa nasional (country forex reserve), yaitu seluruh devisa
yang dimiliki oleh perorangan, badan dan lembaga, terutama perbankan
14
yang secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk milik bank
umum nasional).
3) Bank Indonesia mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri
bersih Net International Reserve (NIR). Perbedaan antara aktiva luar
negeri bruto dengan NIR yakni aktiva luar negeri bruto adalah tagihan
Bank Indonesia terhadap penduduk luar negeri yang terdiri dari emas,
moneter, giro, deposit on call, deposito berjangka, penanaman surat-surat
berharga dan tagihan lainnya. Sedangkan NIR adalah aktiva luar negeri
bruto dikurangi kewajiban-kewajiban valuta asing yang terdiri dari:
(1) Gross Liabilitie
Semua utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai
dengan satu tahun termasuk penggunaan dana IMF.
(2) Net forward position
Kewajiban Bank Indonesia dalam valuta asing terhadap penduduk dan
bukan penduduk dalam transaksi forward.
(3) Devisa bank yang disimpan Bank Indonesia dalam rangka memenuhi
giro wajib minimum dalam valuta asing.
2.1.3
Teori kurs valuta asing
Menurut Sukirno (2010:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing
menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata
uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs valuta diantara dua negara kerapkali
15
berbeda diantara satu masa dengan masa yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua
cara di dalam menentukan kurs valuta asing:
1) Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar
bebas.
2) Ditentukan oleh pemerintah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs (Sukirno, 2010:402):
1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat.
2) Perubahan harga barang ekspor dan impor.
3) Kenaikan harga umum (inflasi).
4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.
5) Pertumbuhan ekonomi.
Menurut Madura (2000:89), kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga
dapat mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar
valuta asing antara lain:
1) Perbedaan tingkat inflasi ( tingkat harga umum ) antara kedua negara.
2) Perbedaan tingkat suku bunga antara kedua negara.
3) Perbedaan tingkat pendapatan nasional (Gross Domestik Product (GDP))
antara kedua negara.
4) Perbedaan perubahan jumlah uang beredar antara kedua negara.
5) Posisi neraca pembayaran internasional (Balance of International
Payment).
16
Sementara menurut Simorangkir dan Suseno (2004:6), terdapat tiga faktor
utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing:
1) Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka
semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan
cenderung melemah. Sebaliknya jika impor menurun, maka permintaan
valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.
2) Faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal
keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya
akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran
hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak
asing dan penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
3) Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang
dilakukan oleh spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta
asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata
uang asing.
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu:
1) Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor
barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki
oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang
asing cenderung menguat atau apresiasi dan sebaliknya semakin kecil
volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin kecil jumlah
17
valuta asing yang dimiliki suatu negara dan nilai tukar terhadap mata uang
asing cenderung melemah atau depresiasi.
2) Faktor aliran modal masuk. Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai
tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk berupa
penerimaan utang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak
asing (portofolio investment), dan investasi langsung pihak asing.
Sistem yang dipergunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang
yaitu:
1) Sistem kurs devisa mengambang
Sistem kurs devisa mengambang yaitu kurs satu mata uang dengan mata
uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas oleh tarik-menarik
antara kekuatan pasar. Dalam sistem kurs yang benar-benar mengambang
tidak ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran sebab
bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk
dengan devisa yang keluar.
2) Sistem kurs pertukaran tetap
Sistem kurs pertukaran tetap adalah suatu sistem dimana pemerintah
menetapkan tingkat kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai kebijaksanaan
yang sadar. Dalam kurs devisa ini mencegah kenaikan kurs valuta asing
yang dimiliki terbatas, ini mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa
sepenuhnya untuk mengembalikan ke tingkat yang dikehendaki,
sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih mudah dijalankan.
18
3) Sistem pengawasan devisa
Pada sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing
tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal yang keluar dan
melindungi pengaruh depresiasi negara lain, terutama dalam hal negara
tersebut menghadapi keterbatasan cadangan devisa asing dibandingkan
dengan permintaannya, pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam
penggunaannya yakni untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan program
pemerintah (Nopirin, 2010:150).
Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal:
1) Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/bank.
Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta
asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual.
Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.
2) Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayarannya. Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada
kurs MT (Mail Transfer) sebab perintah/order pembayaran dengan
menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta asing
dengan segera/lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
3) Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.
Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank
asing yang sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi daripada yang
belum terkenal (Nopirin, 2010:138).
19
2.1.4
Hubungan kurs valuta asing dengan cadangan devisa
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang
akan mengakibatkan perubahan ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami
depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata
uang asing menguat akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung
menurun. Kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume
ekspor, apabila nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan
meningkat (Sukirno, 2000:319).
Jadi ketika nilai kurs dollar menguat maka harga komoditi ekspor akan
meningkat di pasar internasional sehingga ekspor mengalami peningkatan dan
meningkatkan valas yang diperoleh sehingga cadangan devisa juga meningkat.
Kurs dengan cadangan devisa mempunyai hubungan yang positif.
2.1.5
Konsep utang luar negeri
Menurut Bank Indonesia, utang luar negeri didefinisikan sebagai utang
penduduk (resident) yang berdomisili di suatu wilayah teritori ekonomi kepada
bukan penduduk (non resident). Konsep dan terminologi utang luar negeri
mengacu pada IMF’s External Debt Statistics: Guide for compilers and Users
(2003), beberapa ketentuan pemerintah Republik Indonesia dan Peraturan Bank
Indonesia. Utang luar negeri Indonesia disini adalah utang luar negeri pemerintah,
bank sentral dan swasta.
1) Utang luar negeri pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh
pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas
kredit ekspor, komersial, leasing dan Surat Berharga Negara (SBN)
20
yang diterbitkan di luar negeri dan dalam negeri yang dimiliki oleh
bukan penduduk.
2) Utang luar negeri bank sentral adalah utang yang dimiliki oleh Bank
Indonesia, yang diperuntukkan dalam rangka mendukung neraca
pembayaran dan cadangan devisa. Selain itu juga terdapat utang
kepada pihak bukan penduduk yang telah menempatkan dananya pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan utang dalam bentuk kas dan
simpanan serta kewajiban lainnya kepada bukan penduduk.
3) Utang luar negeri swasta adalah utang luar negeri penduduk kepada
bukan penduduk dalam valuta asing dan atau rupiah berdasarkan
perjanjian utang (loan agreement) atau perjanjian lainnya, kas dan
simpanan milik bukan penduduk, dan kewajiban lainnya kepada bukan
penduduk. Utang luar negeri swasta meliputi utang bank dan bukan
bank. (Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, 2012:3).
Menurut pandangan tradisional atas utang pemerintah, pemotongan pajak
yang didanai oleh utang mendorong pengeluaran konsumen dan mengurangi
tabungan nasional, sedangkan menurut pandangan Ricardian atas utang
pemerintah, pemotongan pajak yang didanai oleh utang tidak mendorong
pengeluaran konsumen karena tidak meningkatkan keseluruhan sumber daya
konsumen- pemotongan pajak itu hanya menjadual uang pajak dari saat ini ke
masa depan. Utang pemerintah berpotensi memiliki berbagai dampak tambahan
utang pemerintah atau defisit anggaran yang besar dapat mendorong ekspansi
21
moneter yang berlebihan dan karena itu menyebabkan inflasi yang lebih besar
(Mankiw, 2007:442).
Menurut Amin (2008:82) utang luar negeri yang diterima baik dalam
bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, maupun dalam barang dan/jasa
yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, menurut penggunaannya
dikelompokkan menjadi:
1) Utang/pinjaman proyek
2) Pinjaman program
Menurut sumbernya, utang luar negeri terdiri dari:
1) Utang bilateral. Pinjaman bilateral diperoleh dalam kerangka
kerjasama resmi dua negara (Government to Government/G to G).
Pinjaman bilateral berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu
lembaga keuangan dan/atau non keuangan yang ditunjuk oleh
pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian
pinjaman.
2) Utang multilateral. Pinjaman multilateral berasal dari lembaga
multilateral Bank Dunia (IBRD dan IDA), Asian Development Bank,
Islamic Development Bank.
Dilihat sari persyaratannya, utang / pinjaman luar negeri terdiri dari:
1) Pinjaman lunak
2) Fasilitas kredit ekspor
3) Pinjaman komersial
4) Pinjaman campuran
22
2.1.6
Hubungan utang luar negeri dengan cadangan devisa
Devisa masuk ke suatu negara antara lain dalam bentuk investasi,
pembayaran ekspor, pinjaman dan bantuan bilateral. Selanjutnya digunakan
sebagai pembayaran impor dan bunga, pengembalian pinjaman, investasi dan
keuntungan (Arunachalam, 2010:70). Beban utang luar negeri dapat diukur salah
satunya dengan melihat proporsi penerimaan devisa pada current account yang
berasal dari ekspor yang diserap oleh seluruh debt service yang berupa bunga dan
cicilan utang (Atmadja, 2000:90).
Utang luar negeri memiliki hubungan yang positif dengan cadangan
devisa. Semakin tinggi utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, maka
cadangan devisa akan semakin meningkat. Namun, utang luar negeri akan
menjadi masalah ketika utang tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar.
2.1.7
Teori suku bunga
Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan
dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua
belah pihak. Kredit bila dilihat dari segi penggunaannya dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1) Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Kredit modal kerja biasanya
berjangka pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal
kerja nasabah.
2) Kredit Investasi (KI) adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan
barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit ini
23
diberikan kepada debitur agar dapat membiayai kegiatan utama suatu
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan jasa, yang
diperlukan dalam rangka rehabilitasi modernisasi, ekspansi, relokasi, dan
pendirian usaha baru. Dilihat dari jangka waktu pengembaliannya, kredit
investasi termasuk kredit jangka menengah dan panjang.
3) Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan
barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang modal
dalam kegiatan usaha nasabah. Penggunaan kredit ini misalnya untuk
pembelian mobil, rumah, dan barang-barang konsumsi yang lain (Susilo
dkk, 2000:188).
Teori suku bunga secara makro dan mikro menurut Taufik (2004:440) yaitu:
1) Teori Suku Bunga Secara Makro
Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan
uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas
ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah
harga kredit. Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari
loanable funds (dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang
terjadi di pasar dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga
merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan
oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan di pasar uang).
2) Teori Suku Bunga (pinjaman) Secara Mikro
24
DaIam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat
bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bankbank yang mampu mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga
kredit (lending rate) akan mampu menentukan bunga kredit yang Iebih
rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya.
Menurut Yoda, dkk (2008:170), suku bunga adalah jumlah yang diterima
oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah
persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak. Suku bunga juga dapat
dikelompokan menjadi:
1) Suku bunga tetap
Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah
sepanjang masa kredit.
2) Suku bunga mengambang
Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama
masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu
seperti
misalnya
LIBOR
dimana
cara
perhitungannya
dengan
menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs referensi.
Menurut Kasmir (2008:132), faktor-faktor utama yang mempengaruhi
besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut.
1) Kebutuhan dana
2) Persaingan
3) Kebijaksanaan pemerintah
4) Target laba yang diinginkan
25
5) Jangka waktu
6) Kualitas jaminan
7) Reputasi perusahaan
8) Produk yang kompetitif
9) Hubungan baik
10) Jaminan pihak ketiga
Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain sebagai
berikut.
1) Total biaya dana (cost of fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh
dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun
deposito. Total biaya tergantung dari seberapa besar bunga yang
ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga
yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya
dananya demikian pula sebaliknya.
2) Biaya operasi
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya
administrasi dan biaya-biaya lainnya.
3) Cadangan risiko kredit macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal
ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengadung suatu resiko
tidak terbayar.
26
4) Laba yang diinginkan
Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat
penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit.
Dalam hal ini, biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga
melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga
melihat sektor-sektor yang dibiayai.
5) Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank
yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya (Kasmir, 2008:135).
Menurut Kasmir (2008:138), metode pembebanan bunga adalah sebagai berikut.
1) Sliding rate
2) Flat rate
3) Floating rate
2.1.8
Hubungan suku bunga dengan cadangan devisa
Kredit menjadi modal kerja yang dapat mendorong kelancaran produksi
suatu komoditi termasuk komoditas yang berorientasi ekspor. Terjadinya
peningkatan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit, karena
adanya penambahan biaya pengembalian utang, sehingga eksportir enggan utuk
mendapatkan dana lebih besar, ini menyebabkan produksi yaitu modal berkurang
yang berdampak pada nilai ekspor yang semakin berkurang. Tingkat suku bunga
turun
akan
menyebabkan
masyarakat
27
meminjam
kredit
di
bank
dan
mempergunakan kredit tersebut untuk investasi sehingga produksi akan
meningkat dan ekspor juga akan meningkat (Mankiw, 2000:316).
Jadi, jika suku bunga turun, maka masyarakat yang meminjam kredit akan
lebih banyak dan menggunakannya untuk berproduksi sehingga menghasilkan
produk yang bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional dan menambah
cadangan devisa. Jadi, suku bunga berpengaruh negatif terhadap cadangan devisa.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christian Adhi Prabowo
(2007) menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, uji F, uji t.
Dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = -5068,301 + 0,353 X1 – 1,201 X2
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,950 artinya 95 persen dari variasi
cadangan devisa dipengaruhi oleh total volume impor dan kurs dollar
Amerika Serikat sedangkan sisanya sebesar 5 persen dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Dalam analisis
regresi secara parsial menunjukkan total volume impor tidak berpengaruh
terhadap cadangan devisa dengan thitung (5,870) > ttabel (-1,782) dan kurs
dollar Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
cadangan devisa tahun 1990-2004 dengan thitung (4,561) > ttabel (1,782).
Hasil perhitungan secara serempak diperoleh hasil Fhitung (114,066) > Ftabel
(3,89) yang berarti bahwa total volume impor dan kurs dollar Amerika
Serikat berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia tahun 1990-2004.
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
28
sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan kurs dollar Amerika Serikat
sebagai variabel bebas dan cadangan devisa sebagai variabel terikat,
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, uji F dan uji t.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas lainnya. Pada
penelitian sebelumnya menggunakan total volume impor sebagai variabel
bebas dengan tahun penelitian 1990-2004, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan utang luar negeri dan suku bunga sebagai variabel bebas
dengan tahun penelitian 1996-2010.
2) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Gede Ivo Adi Putra (2007) dengan
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, uji F, uji t. Dari hasil
regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = -823,159 + 0,855 X1 – 0,593 X2 – 22,863 X3
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,969 artinya 96,9 persen dari variasi
cadangan devisa dipengaruhi oleh nilai ekspor total, nilai impor total dan
inflasi, sedangkan sisanya sebesar 3,1 persen dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Dalam analisis regresi secara
parsial menunjukkan nilai ekspor total berpengaruh positif dan signifikan
terhadap cadangan devisa Indonesia dengan thitung (15,785) > ttabel (1,746),
nilai impor total berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan
devisa Indonesia dengan thitung (-6,894) > ttabel (-1,746) dan tingkat inflasi
tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia tahun 1986-2005
dengan thitung (-0,745) > ttabel (-1,746). Hasil perhitungan secara serempak
diperoleh hasil Fhitung (167,305) > Ftabel (3,24) yang berarti bahwa nilai
29
ekspor total, nilai impor total dan inflasi berpengaruh terhadap cadangan
devisa Indonesia tahun 1986-2005. Adapun persamaan dan perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu
sama-sama
menggunakan cadangan devisa sebagai variabel terikat, menggunakan
teknik analisis regresi linear berganda, uji F dan uji t, sedangkan
perbedaannya terletak pada variabel bebas. Pada penelitian sebelumnya
menggunakan nilai ekspor total dan inflasi sebagai variabel bebas dengan
tahun penelitian 1986-2005, sedangkan pada penelitian ini menggunakan
kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri dan suku bunga sebagai
variabel bebas dengan tahun penelitian 1996-2010.
3) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Gusti Ayu Mirah Kencana Dewi
(2008) dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, uji F,
uji t dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,671 artinya 67,10 persen dari
variasi volume ekspor cengkeh Indonesia periode 1991-2007 dipengaruhi
oleh variasi dari jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat dan suku
bunga kredit sedangkan sisanya sebesar 32,90 persen dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Dalam analisis
regresi secara parsial menunjukkan jumlah produksi tidak berpengaruh
terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia dengan thitung (-1,886) < ttabel
(1,771), kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia dengan thitung (2,222) > ttabel
(1,771) dan suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
volume ekspor cengkeh Indonesia tahun 1991-2007 dengan thitung (-3,345)
30
< -ttabel (-1,771). Hasil perhitungan secara serempak diperoleh hasil Fhitung
(8,837) > Ftabel (3,41) yang berarti bahwa jumlah produksi, kurs dollar
Amerika Serikat dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap volume
ekspor cengkeh Indonesia tahun 1991-2007. Adapun persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama
menggunakan kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga kredit sebagai
variabel bebas, menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, uji F
dan uji t, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas lainnya dan
variabel terikat. Pada penelitian sebelumnya menggunakan jumlah
produksi sebagai variabel bebas dengan tahun penelitian 1991-2007 dan
volume ekspor cengkeh sebagai variabel terikat, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan utang luar negeri sebagai variabel bebas
dengan tahun penelitian 1996-2010 dan cadangan devisa sebagai variabel
terikat.
4)
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang ditulis oleh I
Wayan Tirta Juniarta (2011). Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji F dan uji t. Dari hasil
regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = -34,448 + 0,219 X1 + 0,057 X2 – 1,690 X3
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,636 artinya 63,6 persen dari variasi
Cadangan Devisa Indonesia dipengaruhi oleh ekspor, penanaman modal
asing dan kurs dollar Amerika Serikat. Sedangkan sisanya sebesar 36,4
persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
31
Dalam analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa ekspor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia
tahun 1987-2009 dengan thitung (2,051) > ttabel (1,328), penanaman modal
asing tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia tahun 19872009 dengan thitung (0,242) < ttabel (1,328) dan kurs dollar Amerika Serikat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia
tahun 1987-2009 dengan thitung (1,819) ≤ ttabel (1,328). Hasil perhitungan
secara serempak diperoleh hasil Fhitung (11,089) > Ftabel (3,13) yang berarti
bahwa ekspor, penanaman modal asing, dan kurs berpengaruh terhadap
cadangan devisa Indonesia tahun 1987-2009. Adapun persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama
menggunakan teknik analisis data yang menggunakan analisis linear
berganda, uji F dan uji t yang menggunakan Kurs Dollar Amerika Serikat
sebagai variabel bebas dan Cadangan Devisa Indonesia sebagai variabel
terikat, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada variabel bebas lainnya. Pada penelitian sebelumnya
menggunakan variabel penanaman modal asing, sedangkan pada penelitian
ini digunakan variabel utang luar negeri dan suku bunga.
2.3
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan pokok permasalahan dan landasan teori tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis, yaitu:
32
1) Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri dan suku
bunga kredit berpengaruh signifikan secara serempak terhadap cadangan
devisa Indonesia tahun 1996-2010.
2) Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat dan utang luar negeri
berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap cadangan devisa
Indonesia, sedangkan suku bunga kredit berpengaruh negatif dan
signifikan secara parsial terhadap cadangan devisa Indonesia tahun 19962010.
33
Download