15 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Esai Indonesia dalam bukunya Medical Herb Index in Indonesia mengungkapkan tidak kurang dari 7000 spesies tanaman dan tumbuhan yang memiliki khasiat obat (Kasahara 1995). Salah satu tanaman tersebut adalah Sterculia oblongata R.Brown atau dikenal sebagai Hantap. Sterculia oblongata R.Brown adalah salah satu spesies dari Sterculiaceae yang selama ini sering dipergunakan di masyarakat sebagai obat herbal untuk beberapa penyakit tertentu. Pengobatan dilakukan dengan membuat sari daun Hantap secara tradisional dan tidak praktis yaitu dengan cara memotong, memeras , menyaring dan langsung minum. Kecamatan Cicurug, kecamatan Parungkuda dan kecamatan Cidahu terletak di Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar masyarakat yang tinggal adalah Suku Sunda yang merupakan mayoritas suku yang ada di Jawa Barat. Daun hantap banyak ditemukan di sini dan masyarakat banyak yang menggunakan daun hantap untuk beberapa macam penyakit seperti panas dalam, sariawan, melancarkan BAB dan melancarkan persalinan Ada dua dasar pemikiran tentang kebiasaan makan yang terdapat dalam diri seseorang, yaitu (1) kebiasaan makan secara budaya dipandang sebagai peubah tak bebas (dependen variable) yang terbentuk pada diri seseorang karena ia pelajari (learned) dan (2) kebiasaan makan terdapat pada diri seseorang bukan karena proses pendidikan tertentu atau yang disengaja ia pelajari (unlearned), lebih bersifat inherited”(diturunkan dari orang tua dan nenek moyang) dan banyak ditemukan pada masyarakat yang terbelakang, terisolir, rendah pendidikannya, serta tidak mampu (Sanjur 1982). Setiap konsumen pasti memiliki preferensi. Preferensi ini dapat dirubah dan dipelajari sejak kecil. Menurut Nitisemita (1981) dan Rahardjo (2007) bahwa selera dan preferensi konsumen itu selalu berubah dan tidak terbatas baik waktu maupun ruang. Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Menurut Stepherd dan Spark (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi food preference dapat dikelompokkan sebagai berikut (1) faktor intrinsik, yaitu 16 penampakan, aroma, temperatur, tekstur, kualitas, kuantitas dan cara penyajian makanan; (2) faktor eksentrik, yaitu lingkungan sosial, iklan produk dan waktu penyajian; (3) faktor biologis, fisik dan psikologi, yaitu umur, jenis kelamin, keadaan psikis, aspek psikologi dan biologis; (4) faktor personal, yaitu tingkat pendugaan, pengaruh dari orang lain, prioritas, selera, mood dan emosi; (5) faktor sosial ekonomi, yaitu pendapatan keluarga, harga makanan, status sosial dan keamanan; (6) faktor pendidikan, yaitu status pengetahuan individu dan keluarga serta pengetahuan tentang gizi; dan (7) faktor kultur, agama dan daerah, yaitu asal kultur, latar belakang agama, kepercayaan, tradisi, serta letak daerah. Alport (1973) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Tubbs dan Sylva (1996) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang aktif berupa kegiatan memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan seluruh stimuli secara efektif. Pemilihan stimuli tersebut tergantung pada minat, motivasi, keinginan dan harapan. Kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu akan memberikan respon yang negatif terhadap stimuli. Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Skema kerangka pemikiran ada pada Gambar 2. 17 Faktor Social Ekonomi Faktor Ekstrinsik Faktor Personal Faktor Karakteristik Individu Kultur, Agama dan daerah Pengetahuan tentang MEDH Kebiasaan Konsumsi MEDH Preferensi terhadap MEDH Konsumsi MEDH Frekuensi Konsumsi MEDH Faktor Intrinsik: Karakteristik Produk MEDH Persepsi Manfaat Kesehatan yg dirasakan Pengembangan produk MFDH Persepsi Emosional Persepsi Kondisi Kesehatan Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan: : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti MEDH : Minuman Ekstrak Daun Hantap MFDH : Minuman Formula Daun Hantap