BAB 3 DIMENSI DAN RAGAM PENELITIAN

advertisement
BAB 3
DIMENSI DAN RAGAM PENELITIAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
(1) Memahami adanya berbagai dimensi dan ragam penelitian serta mampu
menjelaskan keunggulan dan kekurangan masing-masing.
(2) Memilih ragam dan jenis penelitian sesuai dengan minat topic yang diminati.
Dimensi, ragam, atau jenis penelitian sangat banyak dan bervariasi. Prasetyo dan
Jannah (2014) memilah dimensi penelitian menjadi empat kelompok yaitu berdasarkan
manfaat, tujuan, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data. Subyantoro dan Suwarto
(2007) tidak mengelompokkan tetapi langsung menyebutkan jenisnya, menjadi 16 jenis yaitu
explorative rsearch, development research, descriptive, verivicative research, deductive
research, inductive research, penelitian eksperimen, survey, studi kasus, statsitik observasi,
statistik analisis, statistik tafsiran (inference), penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif,
metode komparatif, dan metode sejarah. Bahasan dimensi penelitian dalam bab ini akan
dikelompokkan berdasarkan jenis data, kedalaman luaran hasil penelitian, dimensi waktu,
tempat melakukan penelitian, dan pemanfaatan hasil penelitian.
1. Penelitian berdasarkan Jenis Data
Data sebagai basis dalam penelitian ada dua jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatatif.
Berdasarkan jenis data ini peneitian dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif serta penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif atau campuran
(mixed).
1.1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif berbasis pada data angka, bilangan, atau numerik. Semua data
dinyatakan dinyatakan dengan angka dalam satuan tertentu. Misalnya, jumlah penduduk kota
1,4 juta jiwa; luas wilayah 175, 77 km2; panjang jalan 23.000 km. Angka kuantitatif ini
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |31 memberikan informasi yang jelas, terukur, dan akurat. Namun demikian data kuantitatif tidak
dapat menjelaskan kualitas suatu fenomena yang diinformasikan.
Creswell (1994) menyatakan bahwa quantitative research consistent with quantitative
paradigm, is an inquiry into a social or human problems based on testing a theory composed
of variables, measured with numbers, and analyzed with statistical procedures, in order to
determine whether the predictive generalizations of the theory hold true. Penelitian kuantitatif
sesuai dengan paradigm kuantitatif yang membahas problema manusia dan social
bedasarkan sutu teori yeng tersusun oleh variable. Penelitian demikian diukur dengan angka,
dianalisis dengan prosedur statistic, dan dimaksudkan untuk menentukan apakah prediksi
generalisasi suatu teori benar.
Auguste Comte memelopori dan mengembangkan aliran positivistic. Aliran ini
berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode
penggunaan angka harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu social. Karenanya dalam
penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket)
yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap factor atau variabel yang diteliti yang
kemudian menghasilkan data kuantitatif.
Konsekuensi untuk memperoleh data kuantitatif, agar terukur (measurable) serta dapat
dipercaya (reliable) dan memenuhi azas keberlakuan (validity), maka diperlukan alat atau
instrument pengukur. Meteran, timbangan, thermometer adalah alat terkait data fisika.
Perangkat lunak GIS adalah alat untuk mengukur luas suatu wilayah atau panjang jalan
berdasarkan citra (image).
Data kuantitatif dapat dilanjutkan dengan analisis kuantitatif juga, misalnya statistik.
Penggunaan perangkat lunak (software) seperti SPSS dapat mempermudah penelitian untuk
menganalisis secara mendalam secara cepat. Analisis deskriptif dalam SPSS, misalnya
rerata (mean), simpangan baku (standard deviation), maksimum, minimum, persen. Analisis
hubungan misalnya korelasi, regresi, ujiT, uji chi-square.
Karena bebabasis pada data kuantitatif, penelitian kuantitatif dipilih sebagai upaya
menguji atau memperkuat suatu teori, menguji hipotesis, atau membuat prediksi. Oleh
karena itu data yang diperoleh harus akurat, dapat dipercaya (reliable), dan masih berlaku
(valid). Statistik sebagai alat analisis menjadi sangat penting.
Harus diingat bahwa statistik dengan berbagai macam softwarenya adalah sekedar alat.
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |32 Alat analisis demikian akan bekerja memgolah data sesuai dengan masukan data dan
program yang tersedia. Bila data yang masuk salah, maka analisis akan salah pula. Ingat
peristilahan dalam komputer, GIGA, garbage in garbage out. Analisis dan penafsirannya
tergantung dari peneliti. Oleh karena itu peneliti agar bekerja secara cermat dalam member
masukan datanya.
1.2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbasis pada data non-angka. Data ini akan lebih bersifat verbal,
dalam bentuk kata-kata, kalimat, pernyataan, foto, grafik, peta, diagram, peta dan
sebagainya. Berbeda dengan data kuantitatif yang terukur, data kualitatif ukurannya relatif,
sehingga sering penelitian kualitatif dituduh memiliki subyektifitas tinggi, meskipun ini tidak
benar.
Cresswell (1994) menyatakan bahwa qualitative research is designed to be consistent
with the assumption of a qualitative paradigm. This study is defined as an inquiry process of
understanding a social or human problems based on a complex, holistic picture, formed with
words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting. Penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk memahami problematika manusia dan social yang sangat
kompleks, untuk medeskripsikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap serta detail yang
berasal dari informan pada keadaan yang alami apa adanya.
Rudestam dan Newton (1992) menyatakan ila penelitian kuantitatif terbatas dengan
angka
atau
bilangan,
kelebihan
penelitian
kualitatif
adalah
kemampuannya
untuk
memberikan gambaran tentang fakta atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh
(holistic picture) serta sistematik, dengan pendakatan induktif, dan menggali dalam keadaan
alamiah apa adanya. Penelitian berbasis data kualitatif sering disebut penelitian deskriptif. Ini
mendeskripsikan suatu fenomena secara mendalam dan lengkap serta menyeluruh.
Penelitian kualitatif mampu mendeskripsikan makna suatu realita secara mendalam, yang
tidak mungkin diungkapkan secara kuantitatif dengan angka. Misalnya, untuk mendeskripsian
suatu pola struktur suatu kota, maka cara terbaik adalah dengan uraian secara kualitatif,
menggunakan kata atau kalimat, didukung oleh peta dan gambar serta foto. Dengan
demikian cara ini mampu menggambarkan suatu fenomena secara holistik. Paradigma
penelitian kualitatif juga dapat disebut postpositivism.
Penelitian kualitatif memiliki kelebihan, yaitu mendeskripsikan data secara alamiah, apa
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |33 adanya (natural setting). Penelitian menguraikan keadaan suatu secara lengkap seperti yang
ada di lapangan secara utuh dan mendalam. Data diungkap secara detail dan sistematik,
tanpa ada yang dimanupulasi sehingga hasilnya adalah gambaran yang lengkap dan
menyeluruh (holistik).
Data kualitatif dapat diperoleh tidak melalui pengukuran, tetapi melalui pendekatan
eksploratif. Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan informan,
observasi di lapangan, ikut berbaur langsung dengan obyek (paticipatif research) atau
bersumber dari data sekunder. Untuk menghindari subyektifitas, agar supaya data yang
diperoleh dapat dipercaya dan masih berlaku, maka dapat dilakukan metode triangulasi.
Metode triangulasi mengharuskan agar data yang diperolah dilakukan pemeriksaan
silang (cross check). Sering hasil penelitian yang kualitatif dianggap sama dengan reportase
wartawan di suatu Koran. Yang membedakan adalah penelitian kualitatif akurasi dan
kebenaran datanya dibuktikan dengan menuliskan beberapa sumber atau narasumbernya.
Data wawancara yang diperoleh misalnya, harus dicek ulang melalui wawancara dengan
informan lain atau narasumber lain, disilang dengan data sekunder, atau observasi. Peneliti
harus menulis sumbernya dengan jelas. Dengan demikian validitas dan reliabilitas data dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam lingkup penelitian kualitatif, ragamnya meliputi penelitian historik, fenomenologi,
etnografi, studi kasus, grounded research. Secara ringkas, masing-masing dijelaskan seperti
berikut:
(1) Penelitian historik. Penelitian ini berbasis pada kronologi secara detail pada suatu
benda, seseorang, tempat, komunitas, dan kota. Penelitian ini menguraikannya
berdasarkan rangkaian waktu, yang sering dinyatakan tahun atau periode. Sumber
data penelitian historic beragam, mulai dari artefak, naskah kuno, situs, pustaka atau
rujukan, dan pernyataan tokoh, atau sejarahwan sendiri. Contoh jenis penelitian ini
misalnya
pertumbuhan
dan
perkembangan
suatu
kota
pantai
Makassar,
perkembangan PKL di Losari, perubahan model partisipasi dalam penyusunan
perencanaan kota. Intinya adalah dimensi sistematik waktu menjadi dasar dalam
menyusun deskripsi secara menyeluruh.
(2) Penelitian fenomenologi. Penelitian jenis ini menggali fenomena atau gejala yang
terjadi di kelompok masyarakat atau suatu periode. Contoh dalam konteks PWK
misalnya
tumbuhnya
pembangunan
ruko;
kemacetan
lalu-lintas
perkotaan,
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |34 tumbuhnya toko ritel modern.
(3) Peneltian etnografi. Penelitian etnografi mendeskripsikan secara mendalam suatu
komunitas atau kelompok masyarakat tertentu. Untuk memperoleh datanya, sumber
utamanya adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Dalam
skup ilmu PWK, contoh penelitian ini misalnya tata ruang komunitas Bajoe; struktur
ruang masyarakat Bali.
(4) Penelitian grounded theory. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan proposisi
yang nantinya akan menjadi teori setelah melalui pengujian yang mendalam.
(5) Studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kasus tertentu. Pemilihan kasus
dimaksudkan agar dapat diungkapkan secara mendalam suatu kasus tertentu. Dalam
konteks PWK, topic yang dapat dipilih misalnya kemacetan lalu-lintas di sepanjang
ruas jalan X, partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan RTRW di kota Y.
Penelitian kualitatif memiliki 5 ciri utama, yaitu alamiah, deskriptif, menekankan proses
bukan hasil, induktif, dan mengutamakan makna (meaning).
(1) Lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
suatu situasi
tatis merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu
interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya,
menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu.
Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang
diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku
berlangsung.
(2) Deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,
hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan,
membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi
dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang
diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada
umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu
fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu
yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |35 yang terkandung dalam data.
(3) Tekanan pada proses bukan hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan
dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan
hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak
dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut
gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur,
tatist-alasan, dan interaksi yang terjadi
dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana
tatistic
berlangsung.
Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang
terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu
mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang
telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat
prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
(4) Bersifat induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai
dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu
proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis,
menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses
tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab
proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam
konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam
bentuk konsep, prinsip,
tati, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan
dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun
saling berkaitan.
(5) Mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang
mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam
pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah
tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan
pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami
dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi.
Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh
titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh
peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |36 1.3. Penelitian Kombinasi Kualitatif dan Kuantitatif
Creswell (2000) mengemukakan ragam penelitian kombinasi (mixed) antara kuantitatif
dan kualitatif. Menurutnya, ragam demikian dimulai 1959, ketika untuk mengungkapkan suatu
fenomena empirik tidak cukup memilih salah satu ragam kuantitatif atau kualitatif. Diperlukan
menggabungkan antara kualitatif dan kuantitatif atau sering disebut multiple approaches agar
penelitian lebih lengkap.
Ragam penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif cocok untuk digunakan dalam
penelitian PWK. Bahwa data ilmu PWK sebagian dinyatakan secara kuantitatif, sementara
sebagain masih harus diungkapkan secara kualitatif. Misalnya, dalam mengemukakan
pertumbuhan suatu kota, data jumlah penduduk dan prediksinya harus dinyatakan dalam
angka. Kepadatan lalu-lintas atau kepadatan bangunan dinyatakan dengan bilangan atau
persentasi. Sementara pola pertumbuhan dan pemekarannya harus diungkapkan secara
kualitatif, misalnya dengan menyusun deskripsi yang dilengkapi dengan kata dan kalimat
serta diperkuat dengan peta atau skema.
2. Penelitian berdasarkan Luarannya
Berdasarkan luarannya, penelitian terbagi menjadi penelitian eksploratif, deskriptif,
eksplanatif, dan verifikatif (Neuman, 1994).
2.1. Penelitian eksploratif
Peneitian eksploratif (exploratory research) bertujuan untuk menggali fenomena yang
belum diungkap oleh penelitian sebelumnya. Penelitian untuk menjawab pertanyaan what.
Menurut Neumen (1994) karena belum banyak fenomena yang sudah diungkap, maka
rancangan penelitian tidak tersusun dengan baik (not well difine). Penelitian ini lebih banyak
menggunakan data kualitatif, sehingga sering pula disebut penelitian deskriptif kualitatif.
Contoh penelitian ini dalam konteks PWK misalnya proses pembentukan kota kuno,
partisipasi warga dalam mitigasi bencana.
2.2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) bertujuan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Jenis penelitian ini menggnakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Dokumen perencanaan tata ruang adalah contoh jenis penelitian
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |37 deskriptif yang lengkap dan menyeluruh. Penelitian ini dapat dianggap sebagai lanjutan dari
penelitian eksploratif.
2.3. Penelitian eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanatory research) berusaha menjelaskan secara mendalam
suatu fenomena. Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa (how, why).
Penelitian in dapat digunakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh untuk PWK
misalnya mengapa jalan sudah diperlebar lalu lintas masih macet; bagaimana pengaruh
kehadiran suatu mall terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya; sejauh mana
dampak reklamasi terhadap struktur ruang kota pantai.
2.4. Penelitian Verifikatif
Penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji suatu proposisi atau menguji suatu teori
untuk memperkuatnya agar menjadi grand theory atau teori yang derajat keberlakuan lebih
tinggi. Jenis penelitian ini biasanya dilakukan oleh peneliti yang sudah memiliki pengalaman
yang memadai, serta memiliki peta jalan (road map) yang jelas.
2.5. Penelitian Pembangunan
Jenis penelitian pembangunan (development research) ini bertujuan untuk mengevaluasi
suatu kebijakan dalam pembangunan yang sedang berjalan. Sebagai contoh, penelitian
terhadap adanya penyimpangan dalam tata ruang, evaluasi terhadap perda tentang parkir,
persepsi masyarakat terhadap fasilitas ruang publik di pantai.
3. Jenis Penelitian berdasarkan Waktu
Penelitian berdasarkan dimensi waktu meliputi penelitian longitudinal, cross sectional,
dan cohort.
3.1. Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri waktu penelitian
lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan dipusatkan pada perubahan komponen atau
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |38 factor tertentu dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari
pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan
berlangsungnya perjalanan waktu. Dalam konteks PWK, misalnya penelitian tentang
perubahan perilaku masyarakat kota dalam membuang sampah sejak adanya suatu program
kota bersih; pembentukan posat dan subpusat kota. Jenis penelitian ini sulit dilakukan karena
waktu yang menerus dan lama yang mengakibatkan biaya yang besar.
3.2. Penelitian Lintas Bagian (cross-sectional)
Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur suatu proses dengan waktuwaktu tetentu sebagai sumber data. Jenis penelitian ini bentuk penyederhanaan atas
penelitian longitudinal. Sebagai contoh, dalam meneliti perubahan sikap dan masyarakat kota
dalam membuang sampah, maka peneliti dapat menentukan waktu-waktu tertentu sebagai
dasar pengumpulan data. Misalnya pendataan dilakukan di awal bulan selama satu tahun.
3.2.1 Kohort
Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi. Jenis
penelitian ini dimulai dengan sekelompok orang atau komunitas tertentu (kohor) yang diikuti
perubahannya secara terus menerus sesuai perjalanan waktu. Misalnya dalam PWK, suatu
kampong yang diikuti terus perkembangannya dalam hal perilaku membuang sampah
setelah ada program kota bersih.
3.3. Penelitian Kasus Kontrol (case control)
Penelitian kasus tatist adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan
antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
kasus dan kelompok
tatist berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah:
pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah
subyek mempunyai riwayar terpapar
atau tidak. Subyek yang
didiagnosis menderita
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |39 penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang
tidak menderita disebut Kontrol.
4. Jenis Penelitian berdasarkan Tempat
4.1. Laboratorium
Penelitian laboratorium bertempat di laboratorium atau disingkat lab, yaitu ruang khusus
yang memang digunakan untuk penelitian. Yang sering dikenal adalah lab seperti untuk
fisika, kimia, atau biologi. Lab demikian fungsi utamanya untuk melakukan isolasi terhadap
obyek yang diteliti agar tidak ada pengaruh dari luar. Dalam lab, peneliti melakukan
perlakuan khusus terhadap obyek yang diteliti kemudian dianalisis hasilnya.
Sebagai contoh, dalam bidang pertanian, suatu sampel tanaman diberi pupuk sementara
sampel yang lain tidak diberi pupuk. Lab berfungsi mengisolasi tanaman dari pengaruh
hama, suhu udara, panas matahari, dan sebagainya.
Dalam ilmu PWK, karena obyek studinya bukan benda tetapi adalah ruang, wilayah, atau
kawasan, maka fungsi lab tidak seketat lab fisika meskipun tujuannya sama untuk melakukan
isolasi dari factor yang tidak diteliti. Sebagai contoh, misalnya dalam hal rekayasa lalu-lintas.
Di suatu titik diberi tempat putaran (U-turn), kemudian diukur kecepatan lalu lintasnya.
Kemudian tempat putaran tersebut ditutup, lalu diukur kecepatan lalu-lintasnya. Dengan
demikian dapat diketahui pengaruh tempat putaran terhadap kecepatan lalu-lintas di titik itu.
Akhir-akhir ini perkembangan teknologi inforrmasi khususnya komputer sangat
membantu dalam penelitian. Berbagai perangkat lunak sudah didesain sehingga aplikasinya
dapat dibeli bahkan ada yang dapat diunduh secara gratis. Dalam hal rekayasa lalu-lintas
tersebut, penempatan tempat putaran lalu-lintas dapat dilakukan dengan simulasi computer,
sehingga peneliti dapat dengan mudah melakukan berbagai perlakuan dan hasilnya dapat
segera dibaca.
4.2. Lapangan
Penelitian lapangan (field research) bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar
belakang keadaan nyata dan langsung di lapangan. Data dan informasi suatu fenomena
dperoleh dengan melakukan pengukuran atau observasi langsung ke obyek yang ada di
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |40 lapangan. Penelitian lapangan berarti kebalikan dari penelitian laboratorium. Contoh
penelitian U-turn di 4.1 dapat juga disebut penelitian lapangan.
4.3. Penelitian Pustaka
Dalam penelitian pustaka (library research), obyek yang diteliti adalah bahan pustaka,
mislanya buku referensi, jurnal, dokumen Negara, majalah, koran. Peneliti tidak perlu
kemana-mana, cukup berada di perpustakaan atau tempat tertentu di mana tersedia bahan
pustaka atau data sekunder lainnya. Penelitian ini sangat efisien dalam hal waktu dan biaya.
Sebagai contoh dalam ilmu PWK, penelitian tentang isi dan muatan (content) konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam RTRW, apakah sudah dimuat
dalam RTRW dan seberapa jauh atau seberapa detail muatan tersebuit. Penelitian demikian
sering juga disebut content analyses.
5. Jenis Penelitian berdasarkan Pemanfaatan Hasil
Berdasarkan pemanfaatan hasil, Lubis (2012) menyebutkan ada dua jenis, yaitu
penelitian murni dan penelitian terapan.
5.1. Penelitian Murni atau Dasar
Penelitian dasar (basic research) ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dasar
atau murni, yang di suatu saat akan dilanjutkan oleh penelitian lainnnya. Penelitian bidang
kimia, fisika, biologi, kedokteran, nuklir, adalah beberapa contoh dari penelitian dasar.
Peneliti ini tidak terfokus pada apakah hasilnya dapat diterapkan langsung bagi kehidupan,
tetapi lebih menghasilkan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Bidang kimia, matematika, biologi,
fisika lebih banyak menghasilkan penelitian murni. Pemenang hadiah Nobel adalah contoh
penelitiannya sangat mendasar untuk dikembangkan menjadi penelitian terapan lebih lanjut.
5.2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research, practical research) bertujuan untuk diterapkan
dengan segera bagi keperluan tertentu secara praktis dalam kehidupan. Penelitian terapan
ialah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu
tujuan praktis. Dilihat dari segi tujuannya, penelitian terapan berkepentingan dengan
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |41 penemuan-penemuan yang berkenan dengan aplikasi dan sesuatu konsep-konsep teoritis
tertentu. Penelitian terapan sangat terkait dengan kebijakan, aspek ekonomi, dan
pembangunan.
6. Memilih Dimensi sebagai Pendekatan
Setelah membahas berbagai dimensi penelitian, peneliti harus memilih satu di antara
sekian ragam penelitian sebagai alat pendekatan dalam penelitian. Creswell (2013)
mengungkapkan perbandingan antara penelitian kualitatif, kuantitatif, dan campuran.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran
Pendekatan
Kecenderungan
Campuran kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Penggunaan
Pengetahuan
Pengetahuan
Pengetahuan
asumsi filosofis
konstruktivis/ advokasi/
positivism
prgamatisme
Fenomenologi, grounded
Survai dan
Sekuensial, konkruen,
theory, etnografi, studi
eksperimen
transformative
Pertanyaan terbuka,
Pendekatan
Pertanyaan terbuka
pendekatan berkembang
predetermined (sudah
dan tertutup,
dinamis, data tekstual,
tersedia jawabannya),
pendekatan
verbal, gambar, peta
data angka atau
berkembang dinamis
bilangan
dan sudah ditentukan
kuantitatif
parsipatorik
Penerapan
strategi
penelitian
kasus, naratif
Metode
jawabannya
(predetermined),
analisis data
kuantitatif dan
kualitatif
Praktek penelitian
• Posisi-posisi peneliti
• Mengumpulkan makna
dari partisipan
• Fokus pada satu konsep
atau fenomena
• Menguji atau
• Pengumpulan data
memverifikasi teori,
kuantitatif dan
penjelasan atas
kualitatif
teori
• Menghubungkan
• Membuat
rasionalisasi atau
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |42 • Membawa nilai pribadi
variabel-variabel
dikombinasikannya
ke dalam penelitian
dalam rumusan
dua jenis data
• Meneliti konteks setting
partisipan
• Memvalidasi hasil
temuan
masalah serta
hipotesis
• Menggunakan
standar validitas
• Menginterpretasi temuan
dan realiabilitas
• Membuat agenda
statsitik
perubahan atau
reformasi
• Menggabungkan
data pada tahaptahap penelitian
yang berbeda
• Menyajikan
gambaran visual
• Mengobservaasi
tentang prosedur
dan mengukur
• Menerapkan praktik
informasi secara
kuantitatif kualitatif
numeric
• Menerapkan
pendekatan yang
bebas bias
• Menerapkan
prosedur statistik
3. Dimensi dan Ragam Penelitian |43 
Download