BAB 3 DIMENSI DAN RAGAM PENELITIAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu: (1) Memahami adanya berbagai dimensi dan ragam penelitian serta mampu menjelaskan keunggulan dan kekurangan masing-masing. (2) Memilih ragam dan jenis penelitian sesuai dengan minat topic yang diminati. Dimensi, ragam, atau jenis penelitian sangat banyak dan bervariasi. Prasetyo dan Jannah (2014) memilah dimensi penelitian menjadi empat kelompok yaitu berdasarkan manfaat, tujuan, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data. Subyantoro dan Suwarto (2007) tidak mengelompokkan tetapi langsung menyebutkan jenisnya, menjadi 16 jenis yaitu explorative rsearch, development research, descriptive, verivicative research, deductive research, inductive research, penelitian eksperimen, survey, studi kasus, statsitik observasi, statistik analisis, statistik tafsiran (inference), penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, metode komparatif, dan metode sejarah. Bahasan dimensi penelitian dalam bab ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis data, kedalaman luaran hasil penelitian, dimensi waktu, tempat melakukan penelitian, dan pemanfaatan hasil penelitian. 1. Penelitian berdasarkan Jenis Data Data sebagai basis dalam penelitian ada dua jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatatif. Berdasarkan jenis data ini peneitian dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif serta penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif atau campuran (mixed). 1.1. Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif berbasis pada data angka, bilangan, atau numerik. Semua data dinyatakan dinyatakan dengan angka dalam satuan tertentu. Misalnya, jumlah penduduk kota 1,4 juta jiwa; luas wilayah 175, 77 km2; panjang jalan 23.000 km. Angka kuantitatif ini 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |31 memberikan informasi yang jelas, terukur, dan akurat. Namun demikian data kuantitatif tidak dapat menjelaskan kualitas suatu fenomena yang diinformasikan. Creswell (1994) menyatakan bahwa quantitative research consistent with quantitative paradigm, is an inquiry into a social or human problems based on testing a theory composed of variables, measured with numbers, and analyzed with statistical procedures, in order to determine whether the predictive generalizations of the theory hold true. Penelitian kuantitatif sesuai dengan paradigm kuantitatif yang membahas problema manusia dan social bedasarkan sutu teori yeng tersusun oleh variable. Penelitian demikian diukur dengan angka, dianalisis dengan prosedur statistic, dan dimaksudkan untuk menentukan apakah prediksi generalisasi suatu teori benar. Auguste Comte memelopori dan mengembangkan aliran positivistic. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode penggunaan angka harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu social. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap factor atau variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif. Konsekuensi untuk memperoleh data kuantitatif, agar terukur (measurable) serta dapat dipercaya (reliable) dan memenuhi azas keberlakuan (validity), maka diperlukan alat atau instrument pengukur. Meteran, timbangan, thermometer adalah alat terkait data fisika. Perangkat lunak GIS adalah alat untuk mengukur luas suatu wilayah atau panjang jalan berdasarkan citra (image). Data kuantitatif dapat dilanjutkan dengan analisis kuantitatif juga, misalnya statistik. Penggunaan perangkat lunak (software) seperti SPSS dapat mempermudah penelitian untuk menganalisis secara mendalam secara cepat. Analisis deskriptif dalam SPSS, misalnya rerata (mean), simpangan baku (standard deviation), maksimum, minimum, persen. Analisis hubungan misalnya korelasi, regresi, ujiT, uji chi-square. Karena bebabasis pada data kuantitatif, penelitian kuantitatif dipilih sebagai upaya menguji atau memperkuat suatu teori, menguji hipotesis, atau membuat prediksi. Oleh karena itu data yang diperoleh harus akurat, dapat dipercaya (reliable), dan masih berlaku (valid). Statistik sebagai alat analisis menjadi sangat penting. Harus diingat bahwa statistik dengan berbagai macam softwarenya adalah sekedar alat. 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |32 Alat analisis demikian akan bekerja memgolah data sesuai dengan masukan data dan program yang tersedia. Bila data yang masuk salah, maka analisis akan salah pula. Ingat peristilahan dalam komputer, GIGA, garbage in garbage out. Analisis dan penafsirannya tergantung dari peneliti. Oleh karena itu peneliti agar bekerja secara cermat dalam member masukan datanya. 1.2. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif berbasis pada data non-angka. Data ini akan lebih bersifat verbal, dalam bentuk kata-kata, kalimat, pernyataan, foto, grafik, peta, diagram, peta dan sebagainya. Berbeda dengan data kuantitatif yang terukur, data kualitatif ukurannya relatif, sehingga sering penelitian kualitatif dituduh memiliki subyektifitas tinggi, meskipun ini tidak benar. Cresswell (1994) menyatakan bahwa qualitative research is designed to be consistent with the assumption of a qualitative paradigm. This study is defined as an inquiry process of understanding a social or human problems based on a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami problematika manusia dan social yang sangat kompleks, untuk medeskripsikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap serta detail yang berasal dari informan pada keadaan yang alami apa adanya. Rudestam dan Newton (1992) menyatakan ila penelitian kuantitatif terbatas dengan angka atau bilangan, kelebihan penelitian kualitatif adalah kemampuannya untuk memberikan gambaran tentang fakta atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh (holistic picture) serta sistematik, dengan pendakatan induktif, dan menggali dalam keadaan alamiah apa adanya. Penelitian berbasis data kualitatif sering disebut penelitian deskriptif. Ini mendeskripsikan suatu fenomena secara mendalam dan lengkap serta menyeluruh. Penelitian kualitatif mampu mendeskripsikan makna suatu realita secara mendalam, yang tidak mungkin diungkapkan secara kuantitatif dengan angka. Misalnya, untuk mendeskripsian suatu pola struktur suatu kota, maka cara terbaik adalah dengan uraian secara kualitatif, menggunakan kata atau kalimat, didukung oleh peta dan gambar serta foto. Dengan demikian cara ini mampu menggambarkan suatu fenomena secara holistik. Paradigma penelitian kualitatif juga dapat disebut postpositivism. Penelitian kualitatif memiliki kelebihan, yaitu mendeskripsikan data secara alamiah, apa 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |33 adanya (natural setting). Penelitian menguraikan keadaan suatu secara lengkap seperti yang ada di lapangan secara utuh dan mendalam. Data diungkap secara detail dan sistematik, tanpa ada yang dimanupulasi sehingga hasilnya adalah gambaran yang lengkap dan menyeluruh (holistik). Data kualitatif dapat diperoleh tidak melalui pengukuran, tetapi melalui pendekatan eksploratif. Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan informan, observasi di lapangan, ikut berbaur langsung dengan obyek (paticipatif research) atau bersumber dari data sekunder. Untuk menghindari subyektifitas, agar supaya data yang diperoleh dapat dipercaya dan masih berlaku, maka dapat dilakukan metode triangulasi. Metode triangulasi mengharuskan agar data yang diperolah dilakukan pemeriksaan silang (cross check). Sering hasil penelitian yang kualitatif dianggap sama dengan reportase wartawan di suatu Koran. Yang membedakan adalah penelitian kualitatif akurasi dan kebenaran datanya dibuktikan dengan menuliskan beberapa sumber atau narasumbernya. Data wawancara yang diperoleh misalnya, harus dicek ulang melalui wawancara dengan informan lain atau narasumber lain, disilang dengan data sekunder, atau observasi. Peneliti harus menulis sumbernya dengan jelas. Dengan demikian validitas dan reliabilitas data dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam lingkup penelitian kualitatif, ragamnya meliputi penelitian historik, fenomenologi, etnografi, studi kasus, grounded research. Secara ringkas, masing-masing dijelaskan seperti berikut: (1) Penelitian historik. Penelitian ini berbasis pada kronologi secara detail pada suatu benda, seseorang, tempat, komunitas, dan kota. Penelitian ini menguraikannya berdasarkan rangkaian waktu, yang sering dinyatakan tahun atau periode. Sumber data penelitian historic beragam, mulai dari artefak, naskah kuno, situs, pustaka atau rujukan, dan pernyataan tokoh, atau sejarahwan sendiri. Contoh jenis penelitian ini misalnya pertumbuhan dan perkembangan suatu kota pantai Makassar, perkembangan PKL di Losari, perubahan model partisipasi dalam penyusunan perencanaan kota. Intinya adalah dimensi sistematik waktu menjadi dasar dalam menyusun deskripsi secara menyeluruh. (2) Penelitian fenomenologi. Penelitian jenis ini menggali fenomena atau gejala yang terjadi di kelompok masyarakat atau suatu periode. Contoh dalam konteks PWK misalnya tumbuhnya pembangunan ruko; kemacetan lalu-lintas perkotaan, 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |34 tumbuhnya toko ritel modern. (3) Peneltian etnografi. Penelitian etnografi mendeskripsikan secara mendalam suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu. Untuk memperoleh datanya, sumber utamanya adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Dalam skup ilmu PWK, contoh penelitian ini misalnya tata ruang komunitas Bajoe; struktur ruang masyarakat Bali. (4) Penelitian grounded theory. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan proposisi yang nantinya akan menjadi teori setelah melalui pengujian yang mendalam. (5) Studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kasus tertentu. Pemilihan kasus dimaksudkan agar dapat diungkapkan secara mendalam suatu kasus tertentu. Dalam konteks PWK, topic yang dapat dipilih misalnya kemacetan lalu-lintas di sepanjang ruas jalan X, partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan RTRW di kota Y. Penelitian kualitatif memiliki 5 ciri utama, yaitu alamiah, deskriptif, menekankan proses bukan hasil, induktif, dan mengutamakan makna (meaning). (1) Lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi tatis merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. (2) Deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |35 yang terkandung dalam data. (3) Tekanan pada proses bukan hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, tatist-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana tatistic berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. (4) Bersifat induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, tati, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan. (5) Mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat. 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |36 1.3. Penelitian Kombinasi Kualitatif dan Kuantitatif Creswell (2000) mengemukakan ragam penelitian kombinasi (mixed) antara kuantitatif dan kualitatif. Menurutnya, ragam demikian dimulai 1959, ketika untuk mengungkapkan suatu fenomena empirik tidak cukup memilih salah satu ragam kuantitatif atau kualitatif. Diperlukan menggabungkan antara kualitatif dan kuantitatif atau sering disebut multiple approaches agar penelitian lebih lengkap. Ragam penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif cocok untuk digunakan dalam penelitian PWK. Bahwa data ilmu PWK sebagian dinyatakan secara kuantitatif, sementara sebagain masih harus diungkapkan secara kualitatif. Misalnya, dalam mengemukakan pertumbuhan suatu kota, data jumlah penduduk dan prediksinya harus dinyatakan dalam angka. Kepadatan lalu-lintas atau kepadatan bangunan dinyatakan dengan bilangan atau persentasi. Sementara pola pertumbuhan dan pemekarannya harus diungkapkan secara kualitatif, misalnya dengan menyusun deskripsi yang dilengkapi dengan kata dan kalimat serta diperkuat dengan peta atau skema. 2. Penelitian berdasarkan Luarannya Berdasarkan luarannya, penelitian terbagi menjadi penelitian eksploratif, deskriptif, eksplanatif, dan verifikatif (Neuman, 1994). 2.1. Penelitian eksploratif Peneitian eksploratif (exploratory research) bertujuan untuk menggali fenomena yang belum diungkap oleh penelitian sebelumnya. Penelitian untuk menjawab pertanyaan what. Menurut Neumen (1994) karena belum banyak fenomena yang sudah diungkap, maka rancangan penelitian tidak tersusun dengan baik (not well difine). Penelitian ini lebih banyak menggunakan data kualitatif, sehingga sering pula disebut penelitian deskriptif kualitatif. Contoh penelitian ini dalam konteks PWK misalnya proses pembentukan kota kuno, partisipasi warga dalam mitigasi bencana. 2.2. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif (descriptive research) bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Jenis penelitian ini menggnakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dokumen perencanaan tata ruang adalah contoh jenis penelitian 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |37 deskriptif yang lengkap dan menyeluruh. Penelitian ini dapat dianggap sebagai lanjutan dari penelitian eksploratif. 2.3. Penelitian eksplanatif Penelitian eksplanatif (explanatory research) berusaha menjelaskan secara mendalam suatu fenomena. Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa (how, why). Penelitian in dapat digunakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh untuk PWK misalnya mengapa jalan sudah diperlebar lalu lintas masih macet; bagaimana pengaruh kehadiran suatu mall terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya; sejauh mana dampak reklamasi terhadap struktur ruang kota pantai. 2.4. Penelitian Verifikatif Penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji suatu proposisi atau menguji suatu teori untuk memperkuatnya agar menjadi grand theory atau teori yang derajat keberlakuan lebih tinggi. Jenis penelitian ini biasanya dilakukan oleh peneliti yang sudah memiliki pengalaman yang memadai, serta memiliki peta jalan (road map) yang jelas. 2.5. Penelitian Pembangunan Jenis penelitian pembangunan (development research) ini bertujuan untuk mengevaluasi suatu kebijakan dalam pembangunan yang sedang berjalan. Sebagai contoh, penelitian terhadap adanya penyimpangan dalam tata ruang, evaluasi terhadap perda tentang parkir, persepsi masyarakat terhadap fasilitas ruang publik di pantai. 3. Jenis Penelitian berdasarkan Waktu Penelitian berdasarkan dimensi waktu meliputi penelitian longitudinal, cross sectional, dan cohort. 3.1. Penelitian Longitudinal Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan dipusatkan pada perubahan komponen atau 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |38 factor tertentu dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perjalanan waktu. Dalam konteks PWK, misalnya penelitian tentang perubahan perilaku masyarakat kota dalam membuang sampah sejak adanya suatu program kota bersih; pembentukan posat dan subpusat kota. Jenis penelitian ini sulit dilakukan karena waktu yang menerus dan lama yang mengakibatkan biaya yang besar. 3.2. Penelitian Lintas Bagian (cross-sectional) Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur suatu proses dengan waktuwaktu tetentu sebagai sumber data. Jenis penelitian ini bentuk penyederhanaan atas penelitian longitudinal. Sebagai contoh, dalam meneliti perubahan sikap dan masyarakat kota dalam membuang sampah, maka peneliti dapat menentukan waktu-waktu tertentu sebagai dasar pengumpulan data. Misalnya pendataan dilakukan di awal bulan selama satu tahun. 3.2.1 Kohort Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi. Jenis penelitian ini dimulai dengan sekelompok orang atau komunitas tertentu (kohor) yang diikuti perubahannya secara terus menerus sesuai perjalanan waktu. Misalnya dalam PWK, suatu kampong yang diikuti terus perkembangannya dalam hal perilaku membuang sampah setelah ada program kota bersih. 3.3. Penelitian Kasus Kontrol (case control) Penelitian kasus tatist adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok tatist berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayar terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |39 penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. 4. Jenis Penelitian berdasarkan Tempat 4.1. Laboratorium Penelitian laboratorium bertempat di laboratorium atau disingkat lab, yaitu ruang khusus yang memang digunakan untuk penelitian. Yang sering dikenal adalah lab seperti untuk fisika, kimia, atau biologi. Lab demikian fungsi utamanya untuk melakukan isolasi terhadap obyek yang diteliti agar tidak ada pengaruh dari luar. Dalam lab, peneliti melakukan perlakuan khusus terhadap obyek yang diteliti kemudian dianalisis hasilnya. Sebagai contoh, dalam bidang pertanian, suatu sampel tanaman diberi pupuk sementara sampel yang lain tidak diberi pupuk. Lab berfungsi mengisolasi tanaman dari pengaruh hama, suhu udara, panas matahari, dan sebagainya. Dalam ilmu PWK, karena obyek studinya bukan benda tetapi adalah ruang, wilayah, atau kawasan, maka fungsi lab tidak seketat lab fisika meskipun tujuannya sama untuk melakukan isolasi dari factor yang tidak diteliti. Sebagai contoh, misalnya dalam hal rekayasa lalu-lintas. Di suatu titik diberi tempat putaran (U-turn), kemudian diukur kecepatan lalu lintasnya. Kemudian tempat putaran tersebut ditutup, lalu diukur kecepatan lalu-lintasnya. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh tempat putaran terhadap kecepatan lalu-lintas di titik itu. Akhir-akhir ini perkembangan teknologi inforrmasi khususnya komputer sangat membantu dalam penelitian. Berbagai perangkat lunak sudah didesain sehingga aplikasinya dapat dibeli bahkan ada yang dapat diunduh secara gratis. Dalam hal rekayasa lalu-lintas tersebut, penempatan tempat putaran lalu-lintas dapat dilakukan dengan simulasi computer, sehingga peneliti dapat dengan mudah melakukan berbagai perlakuan dan hasilnya dapat segera dibaca. 4.2. Lapangan Penelitian lapangan (field research) bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan nyata dan langsung di lapangan. Data dan informasi suatu fenomena dperoleh dengan melakukan pengukuran atau observasi langsung ke obyek yang ada di 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |40 lapangan. Penelitian lapangan berarti kebalikan dari penelitian laboratorium. Contoh penelitian U-turn di 4.1 dapat juga disebut penelitian lapangan. 4.3. Penelitian Pustaka Dalam penelitian pustaka (library research), obyek yang diteliti adalah bahan pustaka, mislanya buku referensi, jurnal, dokumen Negara, majalah, koran. Peneliti tidak perlu kemana-mana, cukup berada di perpustakaan atau tempat tertentu di mana tersedia bahan pustaka atau data sekunder lainnya. Penelitian ini sangat efisien dalam hal waktu dan biaya. Sebagai contoh dalam ilmu PWK, penelitian tentang isi dan muatan (content) konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam RTRW, apakah sudah dimuat dalam RTRW dan seberapa jauh atau seberapa detail muatan tersebuit. Penelitian demikian sering juga disebut content analyses. 5. Jenis Penelitian berdasarkan Pemanfaatan Hasil Berdasarkan pemanfaatan hasil, Lubis (2012) menyebutkan ada dua jenis, yaitu penelitian murni dan penelitian terapan. 5.1. Penelitian Murni atau Dasar Penelitian dasar (basic research) ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dasar atau murni, yang di suatu saat akan dilanjutkan oleh penelitian lainnnya. Penelitian bidang kimia, fisika, biologi, kedokteran, nuklir, adalah beberapa contoh dari penelitian dasar. Peneliti ini tidak terfokus pada apakah hasilnya dapat diterapkan langsung bagi kehidupan, tetapi lebih menghasilkan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Bidang kimia, matematika, biologi, fisika lebih banyak menghasilkan penelitian murni. Pemenang hadiah Nobel adalah contoh penelitiannya sangat mendasar untuk dikembangkan menjadi penelitian terapan lebih lanjut. 5.2. Penelitian Terapan Penelitian terapan (applied research, practical research) bertujuan untuk diterapkan dengan segera bagi keperluan tertentu secara praktis dalam kehidupan. Penelitian terapan ialah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Dilihat dari segi tujuannya, penelitian terapan berkepentingan dengan 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |41 penemuan-penemuan yang berkenan dengan aplikasi dan sesuatu konsep-konsep teoritis tertentu. Penelitian terapan sangat terkait dengan kebijakan, aspek ekonomi, dan pembangunan. 6. Memilih Dimensi sebagai Pendekatan Setelah membahas berbagai dimensi penelitian, peneliti harus memilih satu di antara sekian ragam penelitian sebagai alat pendekatan dalam penelitian. Creswell (2013) mengungkapkan perbandingan antara penelitian kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran Pendekatan Kecenderungan Campuran kualitatif Kualitatif Kuantitatif Penggunaan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan asumsi filosofis konstruktivis/ advokasi/ positivism prgamatisme Fenomenologi, grounded Survai dan Sekuensial, konkruen, theory, etnografi, studi eksperimen transformative Pertanyaan terbuka, Pendekatan Pertanyaan terbuka pendekatan berkembang predetermined (sudah dan tertutup, dinamis, data tekstual, tersedia jawabannya), pendekatan verbal, gambar, peta data angka atau berkembang dinamis bilangan dan sudah ditentukan kuantitatif parsipatorik Penerapan strategi penelitian kasus, naratif Metode jawabannya (predetermined), analisis data kuantitatif dan kualitatif Praktek penelitian • Posisi-posisi peneliti • Mengumpulkan makna dari partisipan • Fokus pada satu konsep atau fenomena • Menguji atau • Pengumpulan data memverifikasi teori, kuantitatif dan penjelasan atas kualitatif teori • Menghubungkan • Membuat rasionalisasi atau 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |42 • Membawa nilai pribadi variabel-variabel dikombinasikannya ke dalam penelitian dalam rumusan dua jenis data • Meneliti konteks setting partisipan • Memvalidasi hasil temuan masalah serta hipotesis • Menggunakan standar validitas • Menginterpretasi temuan dan realiabilitas • Membuat agenda statsitik perubahan atau reformasi • Menggabungkan data pada tahaptahap penelitian yang berbeda • Menyajikan gambaran visual • Mengobservaasi tentang prosedur dan mengukur • Menerapkan praktik informasi secara kuantitatif kualitatif numeric • Menerapkan pendekatan yang bebas bias • Menerapkan prosedur statistik 3. Dimensi dan Ragam Penelitian |43