PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOSFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I KEDIRI-MATARAM 2016 PROSPEK IKLIM DASARIAN FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh: Tim Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Klas I Kediri – Mataram 01 Februari 2016 I. PENDAHULUAN Perkembangan El Nino sampai dengan akhir Januari 2016 masih berada dengan intensitas kuat, namun tidak akan menjadi faktor yang dominan yang mempengaruhi curah hujan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Prov. NTB). Hasil pantauan sementara curah hujan pada bulan Januari 2016 bervariasi Normal (N) hingga Atas Normal (AN). Oleh karena itu perlu disampaikan informasi tentang potensi hujan di awal hingga pertengahan Februari 2016. II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Madden-Julian Oscillation (MJO) Fase MJO menggambarkan perkembangan dari MJO melalui fase yang berbeda, yang umumnya bertepatan dengan lokasi sepanjang khatulistiwa di seluruh dunia khususnya Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode matematika dengan menggabungkan jumlah awan dan angin di lapisan atas dan bawah dari atmosfer untuk memberikan ukuran kekuatan dari lokasi MJO. Ketika indeks berada dalam pusat lingkaran maka MJO dianggap lemah. Sebaliknya jika indeks berada di luar lingkaran MJO lebih kuat dan biasanya akan bergerak berlawanan arah jarum jam yang mana MJO bergerak dari Barat ke Timur. Jika dilihat pada diagram berikut wilayah Indonesia berada pada kuadran 4 dan 5 (Maritime Continent). Gambar 2.1. Diagram pergerakan dan prakiraan Madden-Julian Oscillation (MJO) (Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov) Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pergerakan MJO sudah mulai memasuki wilayah Indonesia yang ditunjukkan dengan indeks berada pada kuadran 4, yang berarti potensi pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah NTB sudah aktif pada akhir Januari hingga Februari 2016. Diprakirakan indeks MJO akan bertahan pada kuadran 4 di awal hingga pertengahan Februari 2016 yang ditandai dengan garis yang berwarna hijau, artinya potensi pertumbuhan awan-awan hujan yang berpotensi hujan akan meningkat pada awal hingga pertengahan Februari di wilayah Indonesia pada umumnya dan NTB khususnya. B. Pola Angin (Streamline) Pola angin pada akhir bulan Januari 2016 menunjukkan konsistensi angin baratan diatas wilayah Indonesia khususnya wilayah NTB, yang dapat meningkatkan peluang pembentukan awan-awan hujan. Adanya gangguan pola cuaca berupa siklon tropis “Stan” yang menyebabkan perubahan pola angin membuat awan-awan hujan yang terbentuk oleh angin baratan menjadi berkurang. Gambar 2.2. Peta Analisis Angin akhir Januari 2016 (Sumber: http://www.bom.gov.au) C. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature) Suhu Permukaan Laut (SPL) di Indonesia pada umumnya bervariasi ada yang terjadi peningkatan dibandingkan dengan 2 dasarian sebelumnya. SPL di wilayah Indonesia pada umumnya terlihat semakin menghangat terhadap anomali dibandingkan dengan 2 dasarian sebelumnya, kecuali Indonesia bagian Utara yaitu pada wilayah Sulawesi bagian Utara, wilayah Maluku Utara dan sebagian wilayah Papua bagian Utara hingga Selatan, serta wilayah utara P. Sumbawa menunjukkan nilai SPL yang sama dengan 2 dasarian sebelumnya. Nilai anomali suhu permukaan air laut akhir Januari 2016 di wilayah NTB pada umumnya menunjukkan nilai berkisar 0.25 s/d 1 °C yang artinya Suhu muka laut di sekitar wilayah NTB relatif lebih hangat dibandingkan dengan 2 dasarian sebelumnya, kondisi ini memicu meningkatnya penguapan di wilayah NTB dan memicu pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi meningkatkan curah hujan di awal hingga pertengahan Februari 2016. Gambar 2.3 Anomali SST Indonesia akhir Januari 2016 (Sumber : http://www.bmkg.go.id) KESIMPULAN Bedasarkan hasil analisis klimatologi pada kondisi atmosfer bulan Januari 2016 di Prov. NTB, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perkembangan El Nino sampai dengan akhir Januari 2016 masih berada pada level kuat, namun menguatnya angin baratan yang membawa suplai uap air pembentuk awan hujan dan siklus Madden–Julian Oscillation (MJO) yang sudah memasuki wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan pada akhir Januari 2016 di NTB. 2. Munculnya gangguan pola cuaca berupa siklon “Stan” di akhir Januari 2016 menyebabkan peningkatan kecepatan angin dan perubahan pergerakan arah angin menuju ke Selatan NTB. 3. Dari hasil pantauan perkembangan dinamika atmosfer dapat diperkirakan pada bulan Februari 2016 (Dasarian I) di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa bagian Timur (BimaDompu dan sekitarnya) curah hujan diperkirakan akan meningkat dari klimatologisnya, sedangkan untuk Pulau Sumbawa bagian Barat (Kab. Sumbawa dan KSB) diperkirakan curah hujan akan sama dengan klimatologisnya. Kondisi kecepatan angin diperkirakan akan lebih tinggi dari klimatologisnya di seluruh wilayah NTB. Adapun kondisi suhu udara untuk Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa bagian Timur (Bima-Dompu dan sekitarnya) diprediksi akan lebih rendah dari klimatologisnya sedangkan untuk Pulau Sumbawa bagian Barat (Kab. Sumbawa dan KSB) diprediksi sama dengan klimatologisnya. CATATAN: Memperhatikan potensi hujan tersebut di atas dihimbau untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan, terutama di daerah Bima, Dompu, dan Sumbawa. Perlu juga diwaspadai potensi hujan disertai angin kencang dan puting beliung yang bisa membahayakan. Ttd Kepala Stasiun Klimatologi Klas I Kediri - NTB