pengaruh reputasi underwriter, return on asset, return on equity

advertisement
PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, RETURN ON ASSET, RETURN
ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM
PERDANA DI BEI PERIODE 2011-2013
Surya Adriansyah
110462201129
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel reputasi
underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran
perusahaan terhadap tingkat underpricing pada tahun pengamatan 2011-2013. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pada periode tersebut
terdapat 52 sampel yang memenuhi kriteria dari 79 perusahaan yang melakukan
penawaran umum perdana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi
linear berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil regresi secara parsial dapat
disimpulkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter yang menunjukkan adanya
pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel return on
asset, return on equity, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan tidak berhasil
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil
regresi secara simultan variabel reputasi underwriter, return on asset, return on
equity, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat underpricing.
Kata kunci : Underpricing, Reputasi Underwriter, Return On Asset, Return On
Equity, Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan.
PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang semakin pesat menyebabkan
persaingan usaha menjadi ketat. Hal ini yang mendorong suatu perusahaan agar tetap
bisa bertahan dalam persaingan dan agar tetap dapat mengembangkan usahanya.
Dalam mengembangkan usahanya, maka suatu perusahaan tidak akan terlepas dari
masalah pemenuhan modal demi menjalankan kegiatan operasionalnya. Salah satu
alternatif sumber permodalan yang dipilih perusahaan ketika dana yang di ambil dari
dalam perusahaan tidak lagi mencukupi, maka perusahaan mencari sumber dana dari
luar perusahaan yaitu dengan cara menerbitkan tanda kepemilikan (saham) kepada
masyarakat investor di pasar modal (go public).
Pada dasaranya, pasar modal merupakan tempat memperdagangkan berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, misalnya saham,
obligasi, reksadana, produk derivatif maupun instrumen lainnya (Hariyani dan
Purnomo, 2010:8). Perdagangan surat berharga dilakukan sesuai jenis atau bentuk
pasar modal, dimana surat berharga tersebut diperjualbelikan. Pasar modal disini
mencakup pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah penjualan saham
untuk pertama kalinya kepada investor atau penjualan yang dilakukan sebelum
perdangangan di pasar sekunder. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penawaran umum penjualan saham perdana disebut sebagai IPO (Initial Public
Offering). Sedangkan pasar sekunder adalah penjualan saham setelah pasar perdana
berakhir. Jadi, di pasar sekunder saham yang telah dikeluarkan di pasar perdana
diperjualbelikan antar investor.
Pada saat perusahaan melakukan IPO, harga saham yang dijual di pasar
perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi
(underwriter), sedangkan harga di pasar sekunder di tentukan oleh mekanisme
permintaan dan penawaran. Walaupun underwriter dan emiten telah menentukan
harga saham perdana, namun keduanya mempunyai kepentingan yang berbeda.
Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga saham perdana
yang tinggi. Karena dengan harga saham yang tinggi maka emiten mendapatkan
tambahan modal yang maksimal untuk mengembangkan usahanya. Di lain pihak,
underwriter menginginkan harga saham yang rendah. Karena jika underwriter tidak
dapat menjual semua saham, maka underwriter akan membeli semua efek yang tidak
terjual. Oleh karena itu, underwriter akan berusaha merurunkan harga saham tersebut
dengan memanfaatkan ketidaktahuan emiten tentang kondisi pasar.
Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan
dengan kondisi pasar memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan emiten
yang merupakan pendatang baru yang belum mengetahui bagaimana kondisi pasar
yang sebenarnya, maka underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten untuk
meminimalkan resiko penjaminan yang menjadi tanggungjawabnya dengan
menentukan harga saham yang relatif dan dapat diterima oleh para investor. Dengan
adanya perbedaan kepentingan tersebut, kondisi asimetri informasi seperti ini yang
menyebabkan terjadinya underpriced. Underpricing adalah selisih harga penutupan
(closing price) di hari pertama pasar sekunder dengan harga penawaran umum
(offering price). Sehingga harga penawaran perdana saham lebih rendah dari harga
saat penutupan di hari pertama pasar sekunder (Ratnasari dan Hudiwinarsih,
2013:87). Penelitian bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel reputasi
underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio, dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap tingktat underpricing pada penawaran umum
perdana di BEI periode 2011-2013.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai
kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu juga merupakan
lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek, perusahan publik
yang berkaitan dengan efek dan sarana bagi perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau obligasi.
Jenis Pasar Modal
Penjualan surat berharga dilakukan sesuai jenis atau bentuk pasar modal,
dimana surat berharga tersebut diperjualbelikan.
Menurut Gumanti (2011:68) jenis pasar sekuritas terdiri atas 2 macam, yaitu:
1. Pasar Perdana (primary market), pada kasus penawaran saham dikenal
juga dengan istilah penawaran saham perdana (initial public offering) IPO
adalah penawaran saham untuk pertama kalinya ke publik (masyarakat)
pemodal di bursa saham.
2. Pasar sekunder
Pasar sekunder adalah pasar dimana sekuritas yang diperdagangkan
merupakan sekuritas yang sebelumnya sudah ada di bursa efek.
Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)
Penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat investor dengan cara menjual saham atau
obligasi. Penawaran umum sering juga disebut dengan istilah go public. Dengan go
public perusahaan akan mendapatkan dana yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
tersebut. Menurut Manan (2009:69) penawaran umum atau go public adalah kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang
akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang di atur oleh UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
Fenomena Underpricing
Underpricing merupakan suatu fenomena dimana penentuan harga saham di
pasar perdana lebih rendah dibanding harga saham di pasar sekunder pada saham
yang sama (Agustian dan Junaeni, 2013). Sedangkan menurut Yasa (2008)
Underpricing adalah suatu keadaan, dimana harga saham pada saat penawaran
perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder.
Teori yang menjelaskan mengenai terjadinya underpricing menurut (Hapsari, 2012) :
1. Theory Investment Banker Monopsony Power Hypotesis.
Teori ini berpendapat bahwa underwriter sebagai pihak yang lebih
mengetahui kondisi pasar modal cenderung menetapkan harga yang lebih
rendah untuk menghindari risiko yang ditanggungnya.
2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis.
Teori ini berpendapat bahwa fenomena underpricing tersebut merupakan
cerminan dari upaya underwriter dan issuer untuk menjaga dan
menghindarkan akibat hukum di masa yang akan datang dan risiko penurunan
reputasinya karena tidak menyajikan nilai perusahaan yang sesungguhnya.
3. The Ownership Dispersion Hypotesis.
Teori ini menyatakan emiten memiliki tujuan ketika merendahkan harga
saham perdananya yaitu untuk memperluas permintaan pasar sehingga dapat
memperoleh para pemegang saham minoritas dalam jumlah besar (tidak ada
pemegang saham mayoritas).
Penjamin Emisi (Underwriter)
Menurut Manan (2009:40) penjamin emisi adalah perusahaan sekuritas yang
membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan emiten tersebut. Sedangkan menurut Hariyani dan Purnomo, (2010:65)
penjamin efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum (go public) bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Dalam melaksanakan fungsinya underwriter membantu emiten dalam rangka
mempersiapkan pernyataan pendaftaran emisi beserta dokumen pendukungnya,
memberi masukan di bidang keuangan seperti jumlah dan jenis efek apa yang akan
diterbitkan, bursa yang dipilih untuk mencatatkan saham, penentuan jadwal emisi,
penunjukkan lembaga penunjang lain, melakukan penjaminan efek yang diemisikan
dan lain sebagainya.
Jenis-jenis penjamin emisi menurut Manan (2009:40) adalah sebagai berikut:
1. Kesanggupan penuh (full commitment underwriting).
full commitment underwriting, yaitu suatu perjanjian penjamin emisi efek
dimana penjamin emisi mengikat diri untuk menawarkan efek kepada
masyarakat dan pembeli sisa efek yang tidak laku terjual.
2. Kesanggupan terbaik (best effort commitment)
Penjamin efek akan berusaha semaksimal mungkin menjual efek-efek
emiten.
3. Kesanggupan siaga (stanby commitment)
Penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek semaksimalnya kepada
investor.
4. Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (all or none commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan ternyata
sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama
sekali.
Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan keefektifan
operasional perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dengan asset yang tersedia.
Return On Asset (ROA) dapat diukur menggunakan rasio laba bersih yang diterima
perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun sebelum IPO.
Rumus Return On Asset menurut Fahmi (2012:137) adalah sebagai berikut:
=
Return On Equity (ROE)
Rasio Retun On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini
mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2012:137). Sedangkan menurut
Bachtiar (2012) Return on equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan equity perusahaan.
Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Himawan (2012), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity
yang dimilikinya. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio menunjukkan
imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal sendiri
perusahaan. Selain itu Debt to Equity Ratio juga memberi jaminan tentang seberapa
besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang digunakan
sebagai pendanaan usaha (Handayani, 2008). Variabel ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
=
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan.
Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran
perusahaan tersebut (Yasa, 2008).
Variabel ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus:
=
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan 5 variabel, variabel yang digunakan adalah
variabel keuangan dan nonkeuangan yaitu : Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, dan Reputasi
Underwriter.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan skema kerangka berfikir yang
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Reputasi Underwriter (X1)
Return On Assets
(X2)
Return On Equity
(X3)
Debt to Equity Ratio
(X4)
Ukuran Perusahaan
(X5)
H1
H2
Underpricing
H3
(Y)
H4
H5
H6
Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing
H1: Reputasi Underwriter berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
2. Pengaruh Return On Asset Ratio terhadap Underpricing
H2: Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
3. Pengaruh Return On Equity Ratio terhadap Underpricing
H3: Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
4. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Underpricing
H4: Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Underpricing.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
penelitian yang melakukan pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh variabel
bebas dan variabel terikat. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder.
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan
penawaran saham perdana (IPO) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2011-2013. Selama tahun 2011-2013 terdapat 79 perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu
metode pengambilan sampel berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu. Hasil dari
pengambilan sampel terdapat 52 perusahaan yang memenuhi kriteria.
Metode Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian dianalisis
dengan alat statistik SPSS 20.0 sebagai berikut :
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui
gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari
analisis tersebut, dapat diketahui nilai minimum, maksimum, mean, dan standar
deviasi dari masing-masing variabel.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas Pada Model Regresi
Uji normalitas pada model regresi bertujuan untuk menguji apakah nilai
residual terdistribusi secara normal atau tidak. Jadi dalam hal ini yang di uji
normalitas bukan masing-masing variabel independen dan dependen tetapi nilai
residual yang dihasilkan dari model regresi (Priyatno, 2011:277). Model regresi yang
baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Ada dua
cara yang bisa digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi antara lain
dengan menganalisis grafik (normal P-P plot) dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau
lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati
sempurna, (Priyatno, 2013:59). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu,
(Priyatno, 2013:61). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian
dari residual pada model regresi, (Priyatno, 2013:60). Model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Teknik Pengujian Hipotesis
Uji Statistik F
Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen, apakah
pengaruhnya signifikan atau tidak, (Priyatno, 2013:48). Uji ini dapat dilakukan
dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > F tabel maka H0
ditolak dan Ha diterima. Cara lain dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05.
Uji Statistik t
Uji t adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, (Priyatno,
2013:50). Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel,
jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Cara lain dengan
menggunakan taraf signifikansi 0.05.
Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regreassion). Analisis ini dilakukan untuk
membuktikan apakah ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Y= α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ e
Keterangan:
Y
= Variabel dependen
α
= Nilai konstanta
X1-X5 = Variabel independen
β1- β5 = Koefisien regresi
e
= Standar error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui
gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian.
N
UNDP
UNDW
ROA
ROE
DER
SIZE
Valid N (listwise)
52
52
52
52
52
52
52
Descriptive Statistics
Minimum
Maximum
.0108
.6952
0
1
.0001
.5057
.0001
1.9046
.0026
14.1263
.1346
21.0637
Mean
.238078
.48
.072136
.237464
2.658422
2.054686
Std. Deviation
.2191895
.505
.0880984
.3392083
2.6000000
3.1341284
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Pada Model Regresi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
52
Mean
0E-7
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
.19372271
Absolute
.115
Most Extreme Differences
Positive
.115
Negative
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.826
Asymp. Sig. (2-tailed)
.502
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai residual terdistribusi secara
normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Asymp Sig (2-tailed) 0.502 lebih besar dari
0.05. Maka H0 dapat diterima dan Ha ditolak.
Dari gambar grafik normal P-P Plot diatas, dapat diketetahui bahwa data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini telah memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
UNDW
.902
1.108
ROA
.150
6.683
1
ROE
.136
7.370
DER
.413
2.421
SIZE
.950
1.052
a. Dependent Variable: UNDP
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
keseluruhan variabel tidak terjadi multikolinearitas karena masing-masing variabel
nilai tolerance lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10.
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
a
1
.468
.219
.134
.2039796
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE
b. Dependent Variable: UNDP
Durbin-Watson
2.132
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui nilai DW sebesar
2,132. Dari tabel Durbin Watson n=52 dan k=5 diperoleh nilai dl sebesar 1,3512 dan
nilai du sebesar 1,7694, maka 4-du=2,2306. Karena nilai DW terletak antara du dan
4-du (1,7694 < 2,132 < 2,2306). Maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi
dalam model regresi penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dengan pola yang tidak jelas baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini
tidak terjadi heteroskedastisitas, akan tetapi pengujian menggunakan grafik
scatterplot memiliki kelemahan dalam keakuratannya. Oleh sebab itu perlu dilakukan
uji statistik dengan menggunakan uji spearman’s rho untuk menjamin keakuratan
hasilnya. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji spearman’s
rho :
Correlations
UNDW
ROA
ROE
DER
SIZE
Unstandardized
Residual
Correlation Coefficient
UNDW
.127
.078
.
.370
.582
.658
.006
.794
52
52
52
52
52
52
**
-.128
-.208
-.016
N
ROA
Correlation Coefficient
.127
Sig. (2-tailed)
.370
.
.000
.366
.139
.910
52
52
N
ROE
rho
52
1.000
-.087
-.037
.000
.
.048
.538
.794
52
52
52
52
52
52
-.063
-.128
*
1.000
.147
-.020
.658
.366
.048
.
.300
.888
Sig. (2-tailed)
.275
.275
52
52
52
52
52
52
.376**
-.208
-.087
.147
1.000
-.118
.006
.139
.538
.300
.
.407
52
52
52
52
52
52
Correlation Coefficient
.037
-.016
-.037
-.020
-.118
1.000
Sig. (2-tailed)
.794
.910
.794
.888
.407
.
52
52
52
52
52
52
Sig. (2-tailed)
N
Residual
52
*
.582
Correlation Coefficient
Unstandardized
52
Sig. (2-tailed)
N
SIZE
52
**
.078 .884
Correlation Coefficient
DER
1.000 .884
Correlation Coefficient
N
Spearman's
.037
1.000
Sig. (2-tailed)
-.063 .376
**
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui signifikansi
masing masing variabel lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Hipotesis
Uji F (Uji Simultan)
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
Df
Mean Square
.536
5
.107
Residual
1.914
46
.042
Total
2.450
51
F
2.578
Sig.
.039
b
a. Dependent Variable: UNDP
b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui nilai siginifikansi
sebesar 0.039 < 0.05 dan Fhitung 2.578 > Ftabel 2.417. maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa secara simultan variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Uji t (Uji Parsial)
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
Model
(Constant)
UNDW
ROA
1
ROE
DER
SIZE
a. Dependent Variable: UNDP
.404
.069
-.160
-.527
.073
-.016
-.012
.060
.838
.229
.017
.009
-.368
-.212
.113
-.194
-.176
t
Sig.
5.860
.000
-2.686
-.628
.318
-.958
-1.313
.010
.533
.752
.343
.196
Dari hasil analisis pada tabel 4.7 diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel reputasi underwriter memiliki tingkat signifikansi
0,01 < 0,05 dengan nilai thitung sebesar 2,686 dan ttabel sebesar 2,012
(df=52-5-1= 46), jadi 2,686 > 2,012, maka hipotesis Ha diterima dan H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel reputasi underwriter
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
2. Secara parsial variabel return on asset memiliki tingkat signifikansi 0,533
> 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,628 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-51= 46), jadi 0,628 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan variabel return on asset tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap underpricing.
3. Secara parsial variabel return on equity memiliki tingkat signifikansi
0,752 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,318 dan ttabel sebesar 2,012
(df=52-5-1= 46), jadi 0,318 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel return on equity tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
4. Secara parsial variabel debt to equity ratio memiliki tingkat signifikansi
0,343 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,958 dan ttabel sebesar 2,012
(df=52-5-1= 46), jadi 0,958 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel debt to equity ratio tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
5. Secara parsial variabel ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi
0,196 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 1,313 dan ttabel sebesar 2,012
(df=52-5-1= 46), jadi 1,313 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
a
1
.468
.219
.134
.2039796
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE
b. Dependent Variable: UNDP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui nilai Adjusted R
Square sebesar 0,134 atau 13,4%. Hal ini berarti variabel independen berupa reputasi
underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran
perusahaan dapat memberikan kontribusi variasi terhadap variabel dependen yaitu
underpricing sebesar 13,4% sedangkan sisanya sebesar 86,6% ditentukan oleh
variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Analisis Regresi Linear Berganda
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
(Constant)
.404
.069
UNDW
ROA
1
ROE
DER
SIZE
a. Dependent Variable: UNDP
-.160
-.527
.073
-.016
-.012
.060
.838
.229
.017
.009
Standardized
Coefficients
Beta
-.368
-.212
.113
-.194
-.176
Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan adapun persamaan regresi berganda
dari data di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= 0.404 – 0.160X1 – 0.527X2 + 0.073X3 – 0.016X4 – 0.012X5 + e
Dari persamaan regresi linier berganda di atas tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Konstanta
Nilai konstanta diperoleh sebesar 0.404. Artinya jika variabel reputasi
underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran
perusahaan bernilai 0, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 0.404.
2. Koefisien regresi reputasi underwriter
Nilai koefisien regresi reputasi underwriter diperoleh sebesar -0.160. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter mempunyai pengaruh
negatif terhadap underpricing. Jika variabel reputasi underwriter ditingkatkan
sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.160 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap.
3. Koefisien regresi return on asset
Nilai koefisien regresi variabel return on asset diperoleh sebesar -0.527.
Hasil ini menunjukkan bahwa variabel return on asset mempunyai pengaruh
negatif terhadap underpricing. Jika variabel return on asset ditingkatkan
sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.527 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap.
4. Koefisien regresi return on equity
Nilai koefisien regresi variabel return on equity diperoleh sebesar 0.073. Hasil
ini menunjukkan bahwa variabel return on equity mempunyai pengaruh
positif terhadap underpricing. jika variabel return on equity ditingkatkan satu
satuan maka underpricing akan meningkat sebesar 0.073 dengan asumsi
variabel independen lainnya tetap.
5. Koefisien regresi debt to equity ratio
Nilai koefisien regresi debt to equity ratio diperoleh sebesar -0.016. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh
negatif terhadap underpricing. Jika variabel debt to equity ratio ditingkatkan
sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.016 dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap.
6. Koefisien regresi ukuran perusahaan
Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan diperoleh sebesar -0.012. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
negatif terhadap underpricing. Jika variabel ukuran perusahaan mengalami
peningkatan sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar
0.012 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel reputasi underwriter
berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0,01 yang
lebih kecil dari α = 0,05 serta nilai thitung 2,686 lebih besar dari nilai ttabel sebesar
2,012, sehingga hipotesis Ha diterima dan hipotesis H0 ditolak. Koefisien regresi
untuk variabel reputasi underwriter bertanda negatif, yang artinya bahwa semakin
tinggi reputasi underwriter maka tingkat underpricing akan semakin rendah dan
sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori the ownership dispersion
hypothesis. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Puspita (2011), Himawan (2012), Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan
reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.
Namun penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolana
dan martani (2005).
Pengaruh return on asset terhadap tingkat underpricing.
Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel return on asset tidak
berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.533 lebih
besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0,628 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008) yang
menunjukkan return on asset tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun
penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011),
Wulandari (2011), dan Himawan (2012) yang menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara return on asset dengan underpricing.
Pengaruh return on equity terhadap tingkat underpricing.
Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel return on equity tidak
berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.752 lebih
besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0,318 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yustisia dan Roza (2012) yang
menunjukkan return on equity tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun
Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan
Martani (2005) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara return on
equity dengan underpricing.
Pengaruh debt to equity ratio terhadap tingkat underpricing.
Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel debt to equity ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.343 lebih
besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0.958 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008) yang
menunjukkan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun
Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011),
Wulandari (2011), dan Himawan (2012) yang menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara debt to equity ratio dengan underpricing.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing.
Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.196 lebih
besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 1,313 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar
2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008), Himawan
(2012), Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap underpricing. Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005), Sari (2011), dan Wulandari (2011)
yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan
underpricing.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan
pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing
pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013.
2. Variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing
pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013.
3. Variabel return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing
pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013.
4. Variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 20112013.
5. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 20112013.
6. Secara simultan variabel reputasi underwriter, return on asset, return on
equity, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode
2011-2013.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut
antara lain:
1. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan yang melakukan penawaran
umum saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas karena hanya mencakup
periode 2011-2013.
3. Penelitian ini menggunakan lima variabel independen, yaitu reputasi
underwriter, ROA, ROE, DER dan ukuran perusahaan. Sehingga dalam
penelitian ini hanya mampu menjelaskan variasi dalam variabel dependen
sebesar 13,4% sedangkan sisanya 86,6% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat
diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya lima
variabel, oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya dapat menambah
variabel lainnya seperti: earning per share, price earning ratio, jenis
industri, reputasi auditor dan current ratio.
2. Memperpanjang periode penelitian dan jumlah sampel agar mendapatkan
hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Rendi dan Junaeni, Irawati. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah Widya. Vol.1, No.1
Mei-Juni 2013.
Bachtiar, Akbar Wahyu. 2012. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Underpricing pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010.
Skripsi. UNDIP. Semarang.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung.
Gumanti, Tatang Ary. 2011. Manajemen Investasi. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi kasus pada perusahaan
keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2006), Tesis.:
Program Pasca sarjana. UNDIP. Semarang.
Hapsari, Venantya Anitya. 2012. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Penawaran Umum Perdana di BEI (Studi pada
perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2008 - 2010). Skripsi. UNDIP.
Semarang.
Hariyani, Iswi dan Purnomo, S.D. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal.
Visimedia. Jakarta Selatan.
Himawan, Aldio Rendy. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
2006-2010. Skripsi. UNDIP. Semarang.
Manan, Abdul. 2009. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar
Modal Syariah Indonesia. Kencana. Jakarta.
Priyatno, Duwi. 2011.”Analisis Statistik Data”. Penerbit Mediacom. Yogyakarta.
Priyatno, Duwi. 2013. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS.
Gava Media. Yogyakarta.
Puspita, Tifani. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Saham pada saat Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2005 – 2009. Skripsi. UNDIP. Semarang.
Ratnasari, Anggita dan Hudiwinarsih, Gunasti. 2013. Analisis Pengaruh Informasi
Keuangan, Non Keuangan serta Ekonomi Makro Terhadap Underpricing pada
Perusahaan Ketika IPO. Jurnal Buletin Studi Ekonomi. Vol.18, No.2, Agustus
2013.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga.
Surabaya.
Sari, Andini Yuma. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Non
Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010).
Skripsi. UNDIP. Semarang.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE.
Yogyakarta.
Untung, Budi. 2011. Hukum Bisnis Pasar Modal. Andi. Yogyakarta.
Wulandari, Afifah. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) (Studi Kasus Pada
Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062010). Skripsi. UNDIP. Semarang.
Yasa, Wirawan. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3, No.2 : 145-157.
Yolana, Chastina dan Martani, Dwi, 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 19942001, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15 – 16 September 2005.
Yustisia, Natali dan Roza, Mailana. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing Saham Perdana pada Perusahaan Non-keuangan Go
Public. Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.2, Agustus 2012
www.idx.co.id
www.e-bursa.com
Download