PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BEI PERIODE 2011-2013 Surya Adriansyah 110462201129 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing pada tahun pengamatan 2011-2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pada periode tersebut terdapat 52 sampel yang memenuhi kriteria dari 79 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil regresi secara parsial dapat disimpulkan bahwa hanya variabel reputasi underwriter yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel return on asset, return on equity, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan tidak berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil regresi secara simultan variabel reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Underwriter, Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan. PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang semakin pesat menyebabkan persaingan usaha menjadi ketat. Hal ini yang mendorong suatu perusahaan agar tetap bisa bertahan dalam persaingan dan agar tetap dapat mengembangkan usahanya. Dalam mengembangkan usahanya, maka suatu perusahaan tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan modal demi menjalankan kegiatan operasionalnya. Salah satu alternatif sumber permodalan yang dipilih perusahaan ketika dana yang di ambil dari dalam perusahaan tidak lagi mencukupi, maka perusahaan mencari sumber dana dari luar perusahaan yaitu dengan cara menerbitkan tanda kepemilikan (saham) kepada masyarakat investor di pasar modal (go public). Pada dasaranya, pasar modal merupakan tempat memperdagangkan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, misalnya saham, obligasi, reksadana, produk derivatif maupun instrumen lainnya (Hariyani dan Purnomo, 2010:8). Perdagangan surat berharga dilakukan sesuai jenis atau bentuk pasar modal, dimana surat berharga tersebut diperjualbelikan. Pasar modal disini mencakup pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah penjualan saham untuk pertama kalinya kepada investor atau penjualan yang dilakukan sebelum perdangangan di pasar sekunder. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana disebut sebagai IPO (Initial Public Offering). Sedangkan pasar sekunder adalah penjualan saham setelah pasar perdana berakhir. Jadi, di pasar sekunder saham yang telah dikeluarkan di pasar perdana diperjualbelikan antar investor. Pada saat perusahaan melakukan IPO, harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga di pasar sekunder di tentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran. Walaupun underwriter dan emiten telah menentukan harga saham perdana, namun keduanya mempunyai kepentingan yang berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga saham perdana yang tinggi. Karena dengan harga saham yang tinggi maka emiten mendapatkan tambahan modal yang maksimal untuk mengembangkan usahanya. Di lain pihak, underwriter menginginkan harga saham yang rendah. Karena jika underwriter tidak dapat menjual semua saham, maka underwriter akan membeli semua efek yang tidak terjual. Oleh karena itu, underwriter akan berusaha merurunkan harga saham tersebut dengan memanfaatkan ketidaktahuan emiten tentang kondisi pasar. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan kondisi pasar memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan emiten yang merupakan pendatang baru yang belum mengetahui bagaimana kondisi pasar yang sebenarnya, maka underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten untuk meminimalkan resiko penjaminan yang menjadi tanggungjawabnya dengan menentukan harga saham yang relatif dan dapat diterima oleh para investor. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut, kondisi asimetri informasi seperti ini yang menyebabkan terjadinya underpriced. Underpricing adalah selisih harga penutupan (closing price) di hari pertama pasar sekunder dengan harga penawaran umum (offering price). Sehingga harga penawaran perdana saham lebih rendah dari harga saat penutupan di hari pertama pasar sekunder (Ratnasari dan Hudiwinarsih, 2013:87). Penelitian bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingktat underpricing pada penawaran umum perdana di BEI periode 2011-2013. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kajian Pustaka Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek dan sarana bagi perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau obligasi. Jenis Pasar Modal Penjualan surat berharga dilakukan sesuai jenis atau bentuk pasar modal, dimana surat berharga tersebut diperjualbelikan. Menurut Gumanti (2011:68) jenis pasar sekuritas terdiri atas 2 macam, yaitu: 1. Pasar Perdana (primary market), pada kasus penawaran saham dikenal juga dengan istilah penawaran saham perdana (initial public offering) IPO adalah penawaran saham untuk pertama kalinya ke publik (masyarakat) pemodal di bursa saham. 2. Pasar sekunder Pasar sekunder adalah pasar dimana sekuritas yang diperdagangkan merupakan sekuritas yang sebelumnya sudah ada di bursa efek. Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat investor dengan cara menjual saham atau obligasi. Penawaran umum sering juga disebut dengan istilah go public. Dengan go public perusahaan akan mendapatkan dana yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Menurut Manan (2009:69) penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang di atur oleh UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Fenomena Underpricing Underpricing merupakan suatu fenomena dimana penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah dibanding harga saham di pasar sekunder pada saham yang sama (Agustian dan Junaeni, 2013). Sedangkan menurut Yasa (2008) Underpricing adalah suatu keadaan, dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Teori yang menjelaskan mengenai terjadinya underpricing menurut (Hapsari, 2012) : 1. Theory Investment Banker Monopsony Power Hypotesis. Teori ini berpendapat bahwa underwriter sebagai pihak yang lebih mengetahui kondisi pasar modal cenderung menetapkan harga yang lebih rendah untuk menghindari risiko yang ditanggungnya. 2. The Lawsuit Avoidance Hypotesis. Teori ini berpendapat bahwa fenomena underpricing tersebut merupakan cerminan dari upaya underwriter dan issuer untuk menjaga dan menghindarkan akibat hukum di masa yang akan datang dan risiko penurunan reputasinya karena tidak menyajikan nilai perusahaan yang sesungguhnya. 3. The Ownership Dispersion Hypotesis. Teori ini menyatakan emiten memiliki tujuan ketika merendahkan harga saham perdananya yaitu untuk memperluas permintaan pasar sehingga dapat memperoleh para pemegang saham minoritas dalam jumlah besar (tidak ada pemegang saham mayoritas). Penjamin Emisi (Underwriter) Menurut Manan (2009:40) penjamin emisi adalah perusahaan sekuritas yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten tersebut. Sedangkan menurut Hariyani dan Purnomo, (2010:65) penjamin efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum (go public) bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Dalam melaksanakan fungsinya underwriter membantu emiten dalam rangka mempersiapkan pernyataan pendaftaran emisi beserta dokumen pendukungnya, memberi masukan di bidang keuangan seperti jumlah dan jenis efek apa yang akan diterbitkan, bursa yang dipilih untuk mencatatkan saham, penentuan jadwal emisi, penunjukkan lembaga penunjang lain, melakukan penjaminan efek yang diemisikan dan lain sebagainya. Jenis-jenis penjamin emisi menurut Manan (2009:40) adalah sebagai berikut: 1. Kesanggupan penuh (full commitment underwriting). full commitment underwriting, yaitu suatu perjanjian penjamin emisi efek dimana penjamin emisi mengikat diri untuk menawarkan efek kepada masyarakat dan pembeli sisa efek yang tidak laku terjual. 2. Kesanggupan terbaik (best effort commitment) Penjamin efek akan berusaha semaksimal mungkin menjual efek-efek emiten. 3. Kesanggupan siaga (stanby commitment) Penjamin emisi efek berusaha menawarkan efek semaksimalnya kepada investor. 4. Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (all or none commitment) Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan ternyata sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama sekali. Return On Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan keefektifan operasional perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dengan asset yang tersedia. Return On Asset (ROA) dapat diukur menggunakan rasio laba bersih yang diterima perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun sebelum IPO. Rumus Return On Asset menurut Fahmi (2012:137) adalah sebagai berikut: = Return On Equity (ROE) Rasio Retun On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2012:137). Sedangkan menurut Bachtiar (2012) Return on equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan equity perusahaan. Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut : = Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Himawan (2012), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal sendiri perusahaan. Selain itu Debt to Equity Ratio juga memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha (Handayani, 2008). Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut : = Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran perusahaan tersebut (Yasa, 2008). Variabel ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus: = Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan 5 variabel, variabel yang digunakan adalah variabel keuangan dan nonkeuangan yaitu : Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, dan Reputasi Underwriter. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan skema kerangka berfikir yang ditunjukkan pada gambar sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Reputasi Underwriter (X1) Return On Assets (X2) Return On Equity (X3) Debt to Equity Ratio (X4) Ukuran Perusahaan (X5) H1 H2 Underpricing H3 (Y) H4 H5 H6 Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing H1: Reputasi Underwriter berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. 2. Pengaruh Return On Asset Ratio terhadap Underpricing H2: Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. 3. Pengaruh Return On Equity Ratio terhadap Underpricing H3: Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. 4. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Underpricing H4: Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. 5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Underpricing. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013. Selama tahun 2011-2013 terdapat 79 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan persyaratan dan kriteria tertentu. Hasil dari pengambilan sampel terdapat 52 perusahaan yang memenuhi kriteria. Metode Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan kemudian dianalisis dengan alat statistik SPSS 20.0 sebagai berikut : Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari analisis tersebut, dapat diketahui nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Pada Model Regresi Uji normalitas pada model regresi bertujuan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Jadi dalam hal ini yang di uji normalitas bukan masing-masing variabel independen dan dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi (Priyatno, 2011:277). Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Ada dua cara yang bisa digunakan untuk menguji normalitas pada model regresi antara lain dengan menganalisis grafik (normal P-P plot) dan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna, (Priyatno, 2013:59). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu, (Priyatno, 2013:61). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi, (Priyatno, 2013:60). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Teknik Pengujian Hipotesis Uji Statistik F Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, (Priyatno, 2013:48). Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Cara lain dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05. Uji Statistik t Uji t adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, (Priyatno, 2013:50). Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Cara lain dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05. Analisis Regresi Linear Berganda Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regreassion). Analisis ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Y= α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ e Keterangan: Y = Variabel dependen α = Nilai konstanta X1-X5 = Variabel independen β1- β5 = Koefisien regresi e = Standar error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. N UNDP UNDW ROA ROE DER SIZE Valid N (listwise) 52 52 52 52 52 52 52 Descriptive Statistics Minimum Maximum .0108 .6952 0 1 .0001 .5057 .0001 1.9046 .0026 14.1263 .1346 21.0637 Mean .238078 .48 .072136 .237464 2.658422 2.054686 Std. Deviation .2191895 .505 .0880984 .3392083 2.6000000 3.1341284 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Pada Model Regresi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 52 Mean 0E-7 a,b Normal Parameters Std. Deviation .19372271 Absolute .115 Most Extreme Differences Positive .115 Negative -.086 Kolmogorov-Smirnov Z .826 Asymp. Sig. (2-tailed) .502 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai residual terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Asymp Sig (2-tailed) 0.502 lebih besar dari 0.05. Maka H0 dapat diterima dan Ha ditolak. Dari gambar grafik normal P-P Plot diatas, dapat diketetahui bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas a Coefficients Model Collinearity Statistics Tolerance VIF UNDW .902 1.108 ROA .150 6.683 1 ROE .136 7.370 DER .413 2.421 SIZE .950 1.052 a. Dependent Variable: UNDP Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa keseluruhan variabel tidak terjadi multikolinearitas karena masing-masing variabel nilai tolerance lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10. Uji Autokorelasi b Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .468 .219 .134 .2039796 a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE b. Dependent Variable: UNDP Durbin-Watson 2.132 Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui nilai DW sebesar 2,132. Dari tabel Durbin Watson n=52 dan k=5 diperoleh nilai dl sebesar 1,3512 dan nilai du sebesar 1,7694, maka 4-du=2,2306. Karena nilai DW terletak antara du dan 4-du (1,7694 < 2,132 < 2,2306). Maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi penelitian ini. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan pola yang tidak jelas baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas, akan tetapi pengujian menggunakan grafik scatterplot memiliki kelemahan dalam keakuratannya. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji spearman’s rho untuk menjamin keakuratan hasilnya. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji spearman’s rho : Correlations UNDW ROA ROE DER SIZE Unstandardized Residual Correlation Coefficient UNDW .127 .078 . .370 .582 .658 .006 .794 52 52 52 52 52 52 ** -.128 -.208 -.016 N ROA Correlation Coefficient .127 Sig. (2-tailed) .370 . .000 .366 .139 .910 52 52 N ROE rho 52 1.000 -.087 -.037 .000 . .048 .538 .794 52 52 52 52 52 52 -.063 -.128 * 1.000 .147 -.020 .658 .366 .048 . .300 .888 Sig. (2-tailed) .275 .275 52 52 52 52 52 52 .376** -.208 -.087 .147 1.000 -.118 .006 .139 .538 .300 . .407 52 52 52 52 52 52 Correlation Coefficient .037 -.016 -.037 -.020 -.118 1.000 Sig. (2-tailed) .794 .910 .794 .888 .407 . 52 52 52 52 52 52 Sig. (2-tailed) N Residual 52 * .582 Correlation Coefficient Unstandardized 52 Sig. (2-tailed) N SIZE 52 ** .078 .884 Correlation Coefficient DER 1.000 .884 Correlation Coefficient N Spearman's .037 1.000 Sig. (2-tailed) -.063 .376 ** N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui signifikansi masing masing variabel lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Uji Hipotesis Uji F (Uji Simultan) a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 Df Mean Square .536 5 .107 Residual 1.914 46 .042 Total 2.450 51 F 2.578 Sig. .039 b a. Dependent Variable: UNDP b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui nilai siginifikansi sebesar 0.039 < 0.05 dan Fhitung 2.578 > Ftabel 2.417. maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji t (Uji Parsial) a Coefficients Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta Model (Constant) UNDW ROA 1 ROE DER SIZE a. Dependent Variable: UNDP .404 .069 -.160 -.527 .073 -.016 -.012 .060 .838 .229 .017 .009 -.368 -.212 .113 -.194 -.176 t Sig. 5.860 .000 -2.686 -.628 .318 -.958 -1.313 .010 .533 .752 .343 .196 Dari hasil analisis pada tabel 4.7 diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Secara parsial variabel reputasi underwriter memiliki tingkat signifikansi 0,01 < 0,05 dengan nilai thitung sebesar 2,686 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-5-1= 46), jadi 2,686 > 2,012, maka hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. 2. Secara parsial variabel return on asset memiliki tingkat signifikansi 0,533 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,628 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-51= 46), jadi 0,628 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. 3. Secara parsial variabel return on equity memiliki tingkat signifikansi 0,752 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,318 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-5-1= 46), jadi 0,318 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. 4. Secara parsial variabel debt to equity ratio memiliki tingkat signifikansi 0,343 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 0,958 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-5-1= 46), jadi 0,958 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. 5. Secara parsial variabel ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikansi 0,196 > 0,05 dengan nilai thitung sebesar 1,313 dan ttabel sebesar 2,012 (df=52-5-1= 46), jadi 1,313 < 2,012, maka hipotesis H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) b Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .468 .219 .134 .2039796 a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, ROA, UNDW, ROE b. Dependent Variable: UNDP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,134 atau 13,4%. Hal ini berarti variabel independen berupa reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan dapat memberikan kontribusi variasi terhadap variabel dependen yaitu underpricing sebesar 13,4% sedangkan sisanya sebesar 86,6% ditentukan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Analisis Regresi Linear Berganda a Coefficients Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) .404 .069 UNDW ROA 1 ROE DER SIZE a. Dependent Variable: UNDP -.160 -.527 .073 -.016 -.012 .060 .838 .229 .017 .009 Standardized Coefficients Beta -.368 -.212 .113 -.194 -.176 Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan adapun persamaan regresi berganda dari data di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= 0.404 – 0.160X1 – 0.527X2 + 0.073X3 – 0.016X4 – 0.012X5 + e Dari persamaan regresi linier berganda di atas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Konstanta Nilai konstanta diperoleh sebesar 0.404. Artinya jika variabel reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan bernilai 0, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 0.404. 2. Koefisien regresi reputasi underwriter Nilai koefisien regresi reputasi underwriter diperoleh sebesar -0.160. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Jika variabel reputasi underwriter ditingkatkan sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.160 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. 3. Koefisien regresi return on asset Nilai koefisien regresi variabel return on asset diperoleh sebesar -0.527. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel return on asset mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Jika variabel return on asset ditingkatkan sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.527 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. 4. Koefisien regresi return on equity Nilai koefisien regresi variabel return on equity diperoleh sebesar 0.073. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel return on equity mempunyai pengaruh positif terhadap underpricing. jika variabel return on equity ditingkatkan satu satuan maka underpricing akan meningkat sebesar 0.073 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. 5. Koefisien regresi debt to equity ratio Nilai koefisien regresi debt to equity ratio diperoleh sebesar -0.016. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Jika variabel debt to equity ratio ditingkatkan sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.016 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. 6. Koefisien regresi ukuran perusahaan Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan diperoleh sebesar -0.012. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap underpricing. Jika variabel ukuran perusahaan mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka underpricing akan menurun sebesar 0.012 dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0,01 yang lebih kecil dari α = 0,05 serta nilai thitung 2,686 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 2,012, sehingga hipotesis Ha diterima dan hipotesis H0 ditolak. Koefisien regresi untuk variabel reputasi underwriter bertanda negatif, yang artinya bahwa semakin tinggi reputasi underwriter maka tingkat underpricing akan semakin rendah dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori the ownership dispersion hypothesis. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita (2011), Himawan (2012), Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing. Namun penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan martani (2005). Pengaruh return on asset terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.533 lebih besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0,628 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008) yang menunjukkan return on asset tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011), Wulandari (2011), dan Himawan (2012) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara return on asset dengan underpricing. Pengaruh return on equity terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.752 lebih besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0,318 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan return on equity tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara return on equity dengan underpricing. Pengaruh debt to equity ratio terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.343 lebih besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 0.958 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008) yang menunjukkan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap underpricing. Namun Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011), Wulandari (2011), dan Himawan (2012) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara debt to equity ratio dengan underpricing. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial, variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi 0.196 lebih besar dari α = 0.05 serta nilai thitung sebesar 1,313 lebih kecil dari nilai ttabel sebesar 2,012, sehingga hipotesis H0 diterima dan hipotesis Ha ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2008), Himawan (2012), Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing. Penemuan ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005), Sari (2011), dan Wulandari (2011) yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan underpricing. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013. 2. Variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013. 3. Variabel return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013. 4. Variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 20112013. 5. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 20112013. 6. Secara simultan variabel reputasi underwriter, return on asset, return on equity, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada penawaran umum saham perdana di BEI periode 2011-2013. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut antara lain: 1. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Indonesia. 2. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas karena hanya mencakup periode 2011-2013. 3. Penelitian ini menggunakan lima variabel independen, yaitu reputasi underwriter, ROA, ROE, DER dan ukuran perusahaan. Sehingga dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variasi dalam variabel dependen sebesar 13,4% sedangkan sisanya 86,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Saran Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya lima variabel, oleh sebab itu pada penelitian selanjutnya dapat menambah variabel lainnya seperti: earning per share, price earning ratio, jenis industri, reputasi auditor dan current ratio. 2. Memperpanjang periode penelitian dan jumlah sampel agar mendapatkan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agustian, Rendi dan Junaeni, Irawati. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah Widya. Vol.1, No.1 Mei-Juni 2013. Bachtiar, Akbar Wahyu. 2012. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Underpricing pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Skripsi. UNDIP. Semarang. Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung. Gumanti, Tatang Ary. 2011. Manajemen Investasi. Mitra Wacana Media. Jakarta. Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi kasus pada perusahaan keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2006), Tesis.: Program Pasca sarjana. UNDIP. Semarang. Hapsari, Venantya Anitya. 2012. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Penawaran Umum Perdana di BEI (Studi pada perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2008 - 2010). Skripsi. UNDIP. Semarang. Hariyani, Iswi dan Purnomo, S.D. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Visimedia. Jakarta Selatan. Himawan, Aldio Rendy. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi. UNDIP. Semarang. Manan, Abdul. 2009. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Kencana. Jakarta. Priyatno, Duwi. 2011.”Analisis Statistik Data”. Penerbit Mediacom. Yogyakarta. Priyatno, Duwi. 2013. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta. Puspita, Tifani. 2011. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada saat Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 – 2009. Skripsi. UNDIP. Semarang. Ratnasari, Anggita dan Hudiwinarsih, Gunasti. 2013. Analisis Pengaruh Informasi Keuangan, Non Keuangan serta Ekonomi Makro Terhadap Underpricing pada Perusahaan Ketika IPO. Jurnal Buletin Studi Ekonomi. Vol.18, No.2, Agustus 2013. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga. Surabaya. Sari, Andini Yuma. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Skripsi. UNDIP. Semarang. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE. Yogyakarta. Untung, Budi. 2011. Hukum Bisnis Pasar Modal. Andi. Yogyakarta. Wulandari, Afifah. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062010). Skripsi. UNDIP. Semarang. Yasa, Wirawan. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3, No.2 : 145-157. Yolana, Chastina dan Martani, Dwi, 2005. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 19942001, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15 – 16 September 2005. Yustisia, Natali dan Roza, Mailana. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Perdana pada Perusahaan Non-keuangan Go Public. Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.2, Agustus 2012 www.idx.co.id www.e-bursa.com