sambutan menteri agama ri

advertisement
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI
PADA PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD S.A.W.
DAN HAUL MASYAYIH PONDOK.PESANTREN
RAUDLATUT THOLIBIN
TANGGAL 14 APRIL 2005 DI REMBANG,
JAWATENGAH
1. Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadiratAllah SWTatas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga pada malam hari ini kits dapat bersama-sama menghadiri acara
Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan Haul Masyayih Pondok Pesantren
Raudlatut Tolibin di tempat yang berbahagia ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
penerus risalah-Nya.
2. Peringatan kali ini merupakan suatu peringatan yang sangat penting, mengingat kita pada
saat yang bersamaan ingin memperoleh manfaat dari peristiwa yang diyakini
oleh kaum muslimin sebagai wahana untuk meneladani perikehidupan yang penuh
dengan ridho Ilahi. Peringatan ini tidak dimaksudkan untuk mengkultuskan Rasulullah atau
seseorang yang telah berjasa membina umat, melainkan untuk dapat lebih jauh menggali
dan meneladani contoh dan suri tauladan dari sifat-sifat dan kepribadian dan perjalanan
hidup beliau, yang dapat dijadikan pedoman dalam mengisi dan mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan beragama.
3. Selama ini, kita umat Islam Indonesia sebenarnya bukan tidak pernah menggali
dan mengungkapkan pribadi Nabi Muhammad SAW agar dapat dijadikan
teladan oleh kita. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan dalam kesempatan harihari besar Islam, Iebih-lebih pada peringatan Maulid Nabi, dimana-mana kita
mendengar para ulama dan mubaligh mengungkapkan keutamaan sifat-sifat dan pribadi
Rasulullah SAW. Para ulama dan para pujangga Islam terdahulu dalam
mengungkapkan dan menuturkan pribadi Rasulullah dengan syair-syair yang
memiliki nilai dan gaya bahasa yang tinggi. Namun pengungkapan dan penuturan serta
pujian-pujian itu, selama ini lebih banyak untuk dikagumi dan dinikmati, dan jarang
berusaha mengamalkan dan menerapkan dalam kehidupan kita. Padahal Allah SWT
telah berfirman dalam Al-Qur'an
1
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir serta
banyak mengingat Allah. (Q.S. Al Ahzab 21).
Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan kita agar menjadikan Rasulullah SAW
sebagai teladan dan panutan kita.
4. Tetapi mengapa ummat Islam sampai lupa menjadikan Nabi kita sebagai teladan
dan panutan? Ada dua kemungkinan mengapa kita tidak secara sungguh-sungguh
berusaha menampilkan diri mengikuti suri tauladan dan pola kepemimpinan
Rasulullah SAW
4. 1. Pertama, karena kita mempunyai keyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah seorang Rasul yang sudah barang tentu dikaruniai sifat-sifat keutamaan
oleh Allah SAW. Disamping itu beliau juga memiliki sifat-sifat sebagai manusia
biasa. Dengan demikian, ada hal-hal yang tidak dapat dilakukan, tapi ada hal-hal
yang semestinya dapat diteladani oleh umatnya. Hal-hal ini mungkin
kelihatannya sepele, namun perlu untuk diungkapkan sebagai penampakan sifatsifat atau pola kepemimpinan Nabi secara menyeluruh. Misalnya sebagai
contoh, Rasulullah SAW dalam hal menjaga lingkungan hid up, melarang setiap
manusia buang air ditempat-tempat berteduh, dijalan jalan umum dan di tempat yang
biasa didatangi manusia seperti sumber air dan lain-lain. Sabda beliau
Artinya : Takutilah tiga perkara yang menimbulkan laknat. buang air di tempet
datangnya manusia, di tengah jalan dan di tempat teduh. (H.R. Abu Dawud dari
sahabat Mu'adz)
Hat seperti ini, sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap individu.
Kesederhanaan, zuhud dan tawadhu merupakan ciri kepemimpinan Rasulullah SAW,
sebagaimana tergambar dalam beberapa riwayat, bahwa beliau pernah makan bersama
pembantunya, menjahit sendiri pakaian yang sobek, menambal sendiri kasurnya yang
berlubang, menyapu sendiri rumahnya, sering duduk-duduk dengan orang miskin dan
menghormati tamu. Demikian pentingnya zuhud bagi Rasulullah SAW, sehhingga
beliau bersabda
Artinya : Zuhudlah kamu terhadap dunia, maka Allah akan menyintaimu. Dan
zuhudlah kamu terhadap apa yang di tangan manusia, maka mereka akan menyintaimu
(H.R. Ibnu Majah, Al-Hakim dan lain-lain).
Ajaran seperti ini perlu diungkapkan untuk kita teladani serta kita amalkan.
2
Masih banyak hal-hal lain yang perlu diungkapkan sebagai pencerminan pribadi Nabi
Muhammad SAW. Para ulama dan ilmuwan Muslim tampaknya perlu menggali lebih jauh
nilai-nilai kehidupan Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga dapat
dijadikan contoh dan teladan bagi kaum Muslimin. Dengan menerjemahkan nilai-nilai
kepemimpinan Rasulullah SAW maka diharapkan kaum Muslimin dalam menata
kehidupan masyarakat mempunyai contoh yang baik dan lengkap yang diambil dari
sumber ajaran Islam sendiri.
4.2. Kedua, kenyataannya, memang masih sangat terbatas usaha dari kaum
Muslimin untuk merumuskan secara sistematis dan memasyarakatkan sifat-sifat dan
pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW agar diterapkan dalam kehidupan
masyarakat. Kajian dan penerjemahan terhadap pola-pola kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW ini akan dapat mengungkapkan bagaimana sikap dan tuntunan Nabi
dalam bidang-bidang kehidupan, akidah, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi dan
sejenisnya. Kita masih banyak menemukan dalam buku-buku sejarah Islam terlalu
banyak ditonjolkan aspek perang, kekejaman dan kekerasan. Segi-segi yang
menunjukkan keutamaan sifat-sifatidan pribadi Nabi Muhammad SAW sebagai
pemimpin spiritual kurang sekali ditonjolkan dalam sejarah Islam dan riwayat hidup
Nabi. Oleh karena itu, tidak mengherankan, jika banyak penulis Barat yang
kebanyakan memang tidak bersimpati kepada Islam, sering mengindentifikasikan
Islam sebagai agama yang penuh kekerasan. Untuk itu diharapkan para ulama dan
cendekiawan Muslim dapat mengungkapkan secara meyeliruh sejarah
perjuangan dan kehidupan Rasulullah SAW agar dapat dipahami serta
diambil sebagai pedoman oleh para pemimpin agama dalam membimbing umat
Islam Indonesia.
5. Dan alangkah baiknya, bila hal ini dapat dimulai oleh Pondok Pesantren. Sebab,
kondisi Pondok Pesantren saat ini memungkinkan untuk melakukannya. Apalagi,
sejak permunaan abad XX, pondok pesantren telah banyak yang melengkapi
dirinya dengan madrasah atau satuan pendidikan lain yang dianggap relevan bagi
pengembangan pondok pesantren. Memang benar pondok pesantren memiliki
kelebihan dan kekurangan. Namun dengan perpaduan antara sistem pengajaran
madrasah dan sistem pendidikan pondok pesantren, kekurangan-kekurangan itu dapat
diatasi. Dan madrasah dalam pondok pesantren memperlihatkan bentuk pendidikan
Islam yang paling baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pondok pesantren
diharapkan mampu meningkatkan atau lebih menebalkan kepercayaan kepada diri
sendiri, bekerja secara sistimatis, dapat hidup sendiri, membiayai dan
mengembangkan pondok pesantren dengan usaha sendiri.
6. Meskipun demikian, pondok pesantren harus tetap pondok pesantren sebagai tempat
pendidikan agama Islam dan tempat pendidikan ulama. Tujuan pokok tidak boleh
berubah, yakni melahirkan alim ulama dan pemimpin agama yang mampu ; (1)
meperjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan
masyarakat; (2) mendorong dan membimbing masyarakat dan umat untuk ikut
serta dalam usaha pembangunan; (3) menerjemahkan gagasan-gagasan
pembangunan ke dalam bahasa yang dipahami oleh umat. Hal-hal inilah yang dapat
3
mengantarkan pondok pesantren untuk menempatkan dirinya pada posisi di depan dalam
menggali dan merumuskan secara tepat nilai-nilai dan norma-norma agama bagi
peningkatan kualitas umat dalam berbagai aspek kehidupan.
7. Berkaitan dengan Haul Masyayikh di pesantren ini, maka perlu saya garis
bawahi, bahwa peringatan haul akan lebih bermanfaat jika kita dapat meneladani
sifat-sifat yang mulia dari mereka yang kita peringati. Pada hari ini kita
memperingati haul para masyayikh pesantren Raudlatuth Thalibin, seperti K.H.
Kholil Harun, K.H. Chamzawi, K.H. Bisri Mustofa dan lain-lain. Maka hendaklah
kita dapat meneladani kezuhudan mereka, ketaatan mereka dalam menjalankan
ajaran agama Islam dan kesabaran serta istigamah mereka dalam
membimbing ummat. Tiada hari tanpa amal soleh, itulah motto para masyayikh
tersebut. Maka kita lihat mereka selalu istigamah dalam mengajar para santri. Oleh
karena itu, hendaknya kite juga seperti mereka atau mendekati mereka. Terutama para
alumni clan murid-murid pesantren ini, akan sangat terasa sekali faedah kita bersama
memperingati haul mereka, jika kita dapat meneladani peri laku clan perjuangan
mereka dalam menegakkan ajaran Islam. Mereka adalah para ulama pewaris Nabi,
maka meneladani sifat-sifat sifat baik mereka adalah juga meneladani Rasulullah
SAW. Sebaliknya akan tidakbanyakfaedahnya, jika peringatan haul ini sebatas
menziarahi kubur para almarhum tersebut, tanpa diikuti dengan meneladani serta
mengikuti perjuangan mereka dalam menegakkan agama Islam clan menyebar
luaskan ajarannya.
Demikianlah beberapa pemikiran yang dapat saya sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semuanya. Amin Ya Robbal 'Alamin. Sekian. Terima kasih.
Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, April 2005
Menteri Agama RI
ttd
H. Muhammad M. Basyuni
Disampaikan pada Acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Masyaylh Pondok
Pesantren Raudlatut Tholibin, tanggal 14 April 2005 di Rembang, Jawa Tengah.
4
Download