83 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis 5.1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang berkaitan kinerja keuangan dan capital gain pada industri properti pada periode tahun 2008-2013 maka statistik deskriptif hasil penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Hasil Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CR 174 ,11 59,71 2,5997 4,90638 DER 174 ,01 3,83 ,8379 ,66308 TATO 174 ,00 ,51 ,1832 ,11278 ROE 174 -36,36 52,00 7,9065 11,44004 CAPITAL 174 -121,00 1158,00 32,6609 117,39610 Valid N (listwise) 174 Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa nilai minimum rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,11 yang terjadi pada PT. Bukit Darmo Property (BKDP) di tahun 2013 karena adanya penurunan current asset dan status pembayaran hutang yang memburuk dari pihak peminjam, nilai maximum rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) pada 83 84 periode tahun 2008 - 2013 adalah 59,71 yang terjadi pada perusahaan Laguna Cipta Griya Tbk yang sudah berganti nama Eureka Prima Jakarta Tbk, hal ini disebabkan adanya peningkatan yang cukup tajam dari current asset dari tahun 2012 sebesar Rp. 141.901.301.278 menjadi Rp. 1.606.896.090.131 di tahun 2013. dan nilai rata-rata rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 2,5997. Hal ini berarti bahwa current ratio pada perusahaan industri properti periode tahun 2008-2013 masih tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Nilai minimum rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,01 yang terjadi pada perusahaan Pikko Land Development Tbk atau Royal Oak Asia Development di tahun 2010 karena adanya penurunan kewajiban atau total dari tahun 2009 ke tahun 2010, nilai maximum rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 3,83 yang terjadi pada perusahaan Duta Anggada Realty di tahun 2009 dan nilai rata-rata rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,8379. Hal ini berarti bahwa debt to equity ratio pada perusahaan industri properti periode tahun 2008-2013 dapat dikatakan tinggi sehingga memiliki perusahaan kemampuan untuk membayar seluruh kewajibannya. Nilai minimum rasio aktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over (TATO) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,00 yang terjadi 85 pada perusahaan Pikko Land Development Tbk di tahun 2010 yang disebabkan karena adanya penurunan penjualan atau pendapatan dari tahun 2009 ke tahun 2010, nilai maximum rasio aktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over (TATO) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,51 yang terjadi pada perusahaan Dadanayasa Arthatama Tbk di tahun 2009 yang disebabnya ada peningkatkan total hutang dan total ekuiti dari tahun 2008 ke tahun 2009 di mana perusahaan sedang memperluas usahanya dan nilai rata-rata rasio aktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over (TATO) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 0,1832. Hal ini berarti bahwa total asset turn over pada perusahaan industri properti periode tahun 2008-2013 dapat dikatakan rendah sehingga masih banyak dari beberapa perusahaan industri properti belum efektif dalam menggunakan aktiva atau aset yang dimilikinya. Nilai minimum rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah -36,36 persen yang terjadi pada perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk di tahun 2008 dikarenakan total equity mengalami penurunan dari 164.683 milyar rupiah di tahun 2007 menjadi 119.625 milyar rupiah di tahun 2008, nilai maximum rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 52,00 persen yang terjadi pada perusahaan Modernland Realty Tbk di tahun 2013 yang disebabkan laba perusahaan meningkat tajam lebih dari 100 persen dibandingkan 86 tahun sebelumnya tahun 2012 dan nilai rata-rata rasio rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) pada periode tahun 2008 - 2013 adalah 7,095 persen. Hal ini berarti bahwa return on equity pada perusahaan industri properti periode tahun 2008-2013 dapat dikatakan masih rendah sehingga masih banyak dari beberapa perusahaan industri properti yang belum mampu meningkatkan kinerja perusahaan dalam meningkatkan perolehan laba. Nilai minimum capital gain/loss pada periode tahun 2008 - 2013 adalah -121 persen yang terjadi pada perusahaan Dadanayasa Arthatama Tbk di tahun 2009 dikarenakan harga saham perusahaan pada tahun tersebut mengalami penurunan, nilai maximum capital gain/loss pada periode tahun 2008 - 2013 yang terjadi pada perusahaan Goa Makasar Tourism Development di tahun 2013 adalah 1.158 persen yang disebabkan harga saham closing price pada tahun tersebut juga meningkat dan nilai rata-rata capital gain/loss pada periode tahun 2008 2013 adalah 32,6609 persen. Hal ini berarti bahwa pada periode tahun 2008-2013 industri properti masih mengalami capital gain dengan ratarata 32,6609 persen sehingga dapat diindikasikan industri properti pada masa periode tersebut masih mendapatkan keuntungan atas pembelian dan penjualan pada Bursa Efek Indonesia. Hasil pengolahan data penelitian tahun 2008 - 2013 diperoleh data hubungan korelasi antar variabel seperti pada tabel sebagai berikut : 87 Tabel 5.2 Hubungan Korelasi Antar Variabel (Bivariate) Correlations CR Pearson Correlation CR 174 Pearson Correlation ** CAPITAL -,121 ,009 ,000 ,000 ,112 ,903 174 174 174 174 1 ** ** ,099 ,000 ,000 ,196 174 174 174 1 ** ,065 ,000 ,397 N 174 174 ** ** -,268 ROE ** -,276 ,000 ,348 -,268 ,348 ,304 ,529 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 N 174 174 174 174 174 -,121 ** ** 1 ,194 Pearson Correlation ROE -,276 ** TATO Sig. (2-tailed) Pearson Correlation TATO 1 Sig. (2-tailed) N DER DER ,304 ,529 * Sig. (2-tailed) ,112 ,000 ,000 N 174 174 174 174 174 * 1 Pearson Correlation ,010 ,009 ,099 ,065 ,194 CAPITAL Sig. (2-tailed) ,903 ,196 ,397 ,010 N 174 174 174 174 174 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 5.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sumber : Sugiyono (2008 : h. 214) Berdasarkan tabel hubungan Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat antar variabel dan pedoman interpretasi koefisien korelasi tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa hubungan antara rasio likuiditas (current ratio) dengan capital gain/loss 88 adalah sangat lemah (r = 0,009). Hubungan antara rasio solvabilitas (debt to equity ratio) dengan capital gain/loss adalah sangat lemah (r = 0,099). Hubungan antara rasio aktivitas (total asset turn over) dengan capital gain/loss adalah sangat lemah (r = 0,065). Hubungan antara rasio profitabilitas (return on equity) dengan capital gain/loss adalah sangat lemah (r = 0,194) dan signifikan pada derajat kepercayaan 95,0% (uji dua arah), dimana masing-masing hubungan variabel tersebut terletak di antara 0,00 – 0,199 yang berarti sangat rendah atau sangat lemah. Sedangkan hasil perhitungan koefisien korelasi (R) dan koefisien korelasi kuadrat (R square) atau koefisien determinasi dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 5.4 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1 R R Square ,209 a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,044 ,021 116,16016 a. Predictors: (Constant), ROE, CR, DER, TATO Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama dengan capital gain/loss adalah lemah dengan Koefisien Korelasi (R = 0,209). Dengan semakin tinggi rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas maka dapat meningkatkan capital gain/loss industri properti. 89 Adapun pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama dengan capital gain/loss hanya 4,4 % (R square = 0,044), dengan demikian yang 4,4 % (100% - 4,4%) adalah 95,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Untuk menguji pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap capital gain/loss dalam persamaan regresi mempunyai hubungan yang erat satu dengan lainnya maka dilakukan uji multikolinearitas sebagai berikut : Tabel 5.5 Uji Klasik Multikolinearitas Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) 1 Std. Error 14,904 21,124 ,884 1,911 DER 11,629 TATO CR ROE a t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF ,706 ,481 ,037 ,462 ,644 ,887 1,127 14,693 ,066 ,791 ,430 ,822 1,217 -61,615 96,725 -,059 -,637 ,525 ,655 1,526 2,150 ,922 ,210 2,333 ,021 ,701 1,426 a. Dependent Variable: CAPITAL Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) variabel independen rasio likuiditas (1,127), solvabilitas (1,217), aktivitas (1,526) dan profitabilitas (1,426). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel capital gain/loss tidak mengalami gangguan 90 multikolinearitas karena masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Untuk melihat model regresi yang digunakan pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap capital gain/loss dengan menggunakan heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 5.1 Diagram Heteroskedastisitas Dari Gambar di atas maka dapat diketahui bahwa diagram pencar (scatterplot) untuk model regresi yang digunakan tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. 91 Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel independen. Adapun hasil uji autokorelasi untuk model (multiple regression linier) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.6 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) b Model Summary Model 1 R ,209 R Square a ,044 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,021 116,16016 Durbin-Watson 2,239 a. Predictors: (Constant), ROE, CR, DER, TATO b. Dependent Variable: CAPITAL Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson model multiple regression linier diperoleh nilai DW = 2,239, sedangkan jumlah observasi (n) = 174 dengan jumlah variabel bebas (k) = 4 sehingga diperoleh Durbin Watson tabel pada 0,05 yaitu dL (batas bawah/dLower) = 1,728 dan dU (batas atas/dupper) = 1,810 maka dU < d < 4 – dL = (1,810 < 2.239 < 4 – 1,728 = 2,272) sehingga diasumsikan tidak ada korelasi positif maupun negatif sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian seperti dapat digambarkan sebagai berikut : 92 Autokorelasi Positif Ragu-ragu Ragu-ragu Autokorelasi negatif Tidak ada korelasi 0 dL (1,728) dU (1,810) 2 4-dU (2,239) (2,272) 4-dL 4 Gambar 5.2 Hasil Uji Autokorelasi 5.1.2 Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan koefisien regresi untuk masing-masing variabel dan pengujian hipotesis dengan uji dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 5.7 Koefisien Regresi dan t Hitung Coefficients Model a Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) 14,904 21,124 ,884 1,911 DER 11,629 TATO Beta ,706 ,481 ,037 ,462 ,644 14,693 ,066 ,791 ,430 -61,615 96,725 -,059 -,637 ,525 2,150 ,922 ,210 2,333 ,021 CR 1 Std. Error ROE a. Dependent Variable: CAPITAL Dari tabel di atas dapat diperoleh pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap 93 capital gain/loss yang secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan model regresi linier berganda yaitu : Y = 14,904 + 0,884X1 + 11,629 X2 – 61,615 X3 + 2,150 X4 Dimana : X1 = Rasio Likuiditas (Current Ratio) X2 = Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio) X3 = Rasio Aktivitas (Total Asset Turn Over) X4 = Rasio Profitabilitas (Return on Equity) Y = Capital Gain/Loss Hasil uji t terhadap koefisien regresi derajat kebebasan n - k = 174 - 4 = 170, maka t tabel pada derajat kepercayaan 95% diperoleh 1,980. Sedangkan t hitung untuk koefisien regresi variabel rasio likuiditas (current ratio) adalah 0,462 maka t hitung lebih kecil dari t tabel (0,462 < 1,980). Ini berarti koefisien regresi variabel rasio likuiditas (current ratio) terhadap capital gain/loss adalah tidak signifikan. Hasil uji t terhadap koefisien regresi derajat kebebasan n - k = 174 - 4 = 170, maka t tabel pada derajat kepercayaan 95% diperoleh 1,980. Sedangkan t hitung untuk koefisien regresi variabel rasio solvabilitas (debt to equity ratio) adalah 0,791 maka t hitung lebih kecil dari t tabel (0,791 < 1,980). Ini berarti koefisien regresi variabel rasio solvabilitas (debt to equity ratio) terhadap capital gain/loss adalah tidak signifikan. 94 Hasil uji t terhadap koefisien regresi derajat kebebasan n - k = 174 - 4 = 170, maka t tabel pada derajat kepercayaan 95% diperoleh 1,980. Sedangkan t hitung untuk koefisien regresi variabel rasio aktivitas (total asset turn over) adalah -0,637 maka t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,637 < 2,110). Ini berarti koefisien regresi variabel rasio aktivitas (total asset turn over) terhadap capital gain/loss adalah tidak signifikan. Hasil uji t terhadap koefisien regresi derajat kebebasan n - k = 174 - 4 = 170, maka t tabel pada derajat kepercayaan 95% diperoleh 1,980. Sedangkan t hitung untuk koefisien regresi variabel rasio profitabilitas (return on equity) adalah 2,333 maka t hitung lebih besar dari t tabel (2,333 > 1,980). Ini berarti koefisien regresi variabel rasio profitabilitas (return on equity) terhadap capital gain/loss adalah signifikan. Hasil perhitungan F atau uji F untuk mengetahui signifikansi hubungan variabel rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap capital gain/loss dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 5.8 Analysis of Variance dan Hasil Uji F a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 df Mean Square 103911,147 4 25977,787 Residual 2280347,847 169 13493,183 Total 2384258,994 173 a. Dependent Variable: CAPITAL b. Predictors: (Constant), ROE, CR, DER, TATO F 1,925 Sig. ,108 b 95 Hasil uji F terhadap koefisien korelasi adalah 1,925 (Sig. = 0,108), sedangkan hasil uji F tabel pada derajat kepercayaan 95,0 % pada derajat pembilang (k – 1 = 4 – 1 = 3 dan derajat penyebut (n – k = 174 – 4 = 170) menurut tabel F dapat diketahui 2,41. Dengan demikian F hitung lebih kecil dari pada F tabel (1,925 < 2,41) atau tolak H0 dan terima Ha. Ini menunjukkan bahwa pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara simultan terhadap capital gain/loss adalah tidak signifikan. 5.2 Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengaruh rasio likuiditas secara parsial terhadap capital gain/loss pada industri properti di Bursa Efek Indonesia adalah sangat lemah dan tidak signifikan. Begitupula dengan penelitian Abzari, Fathi dan Kabiripour (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas merupakan salah satu faktor penting dalam capital gain. Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang menyimpulkan bahwa rasio likuiditas tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap capital gains. Namun demikian, temuan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hamzah (2007) yang menjelaskan bahwa secara parsial rasio likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap capital gains (loss). 96 b. Pengaruh rasio solvabilitas secara parsial terhadap capital gain/loss pada industri properti di Bursa Efek Indonesia adalah sangat lemah dan tidak signifikan. Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian Hamzah (2007), Sari (2012) dan Pardamean (2006) yang menyimpulkan bahwa rasio solvabilitas tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap capital gains. c. Pengaruh rasio aktivitas secara parsial terhadap capital gain/loss pada industri properti di Bursa Efek Indonesia adalah adalah sangat lemah dan tidak signifikan. Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian Hamzah (2007), Sari (2012) yang menyimpulkan bahwa rasio aktivitas tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap capital gains. Namun demikian, temuan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Alina Robu, Jaba, Mironiuc dan Bogdan Robu (2014) menjelaskan bahwa secara parsial rasio aktivitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap capital gains (loss). d. Pengaruh rasio profitabilitas secara parsial terhadap capital gain/loss pada industri properti di Bursa Efek Indonesia adalah sangat lemah dan signifikan. Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian Pardamean (2006) yang menyimpulkan bahwa rasio profitabilitas (Return on Asset/ROA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap capital gains dan penelitian Pamungkas (2011) dan Alina Robu, Jaba, Mironiuc dan Bogdan Robu (2014) yang menemukan profitabilitas dengan (Return on Equity/ROE) berpengaruh signifikan terhadap 97 capital gain. Namun demikian, hasil penelitian ini bertentangan atau tidak sejalan dengan penelitian Sari (2012) dan penelitian Basuki dan Sianipar (2012) juga mengatakan hal yang demikian, dimana ROA dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap capital gain. e. Pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara simultan terhadap capital gain/loss pada industri properti di Bursa Efek Indonesia adalah lemah dan tidak siginfikan. Pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas secara simultan terhadap capital gain/loss ada industri properti di Bursa Efek Indonesia ditunjukkan oleh Koefisien Determinasi (R2) adalah 0,044 atau 4,4%, sedangkan sisanya 95,6 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil penelitian ini bertentangan atau tidak sejalan dengan penelitian Pardamean (2006) dan penelitian Hamzah (2007) yang menemukan bahwa rasio-rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap capital gains (loss). Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut di atas faktor-faktor lain yang sebaiknya dijadikan variabel penelitian yang dapat mempengaruhi capital gain menurut Desai dan Gentry (2003) adalah pajak, menurut Pardamean (2006) adalah price earning ratio dan lain sebagainya.