11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi adalah istilah yang dalam bahasa inggrisnya disebut “Communication”, berasal dari kata “Communis” yang berarti “serupa”. Serupa diartikan sebagai suatu persamaan makna, sehingga pengertian komunikasi dalam hal ini minimal mengandung kesamaan makna diantara kedua pihak yang terlibat. Di bawah ini pengertian komunikasi menurut beberapa ahli: Menurut Onong Uchjana Effendy11 komunikasi itu sendiri diartikan sebagai: Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi lebih memfokuskan diri pada kegiatan dan proses sosial antara penyampai pesan dan penerima pesan agar terjadi kesamaan pemahaman terhadap isi pesan yang disampaikan, sehingga proses komunikasi itu berlangsung dengan semua unsur yang terlibat di dalamnya. 11 Effendi Onong Uchjana, Human Relation dan Public Relation dalam Manajemen: CV Mandar Maju, 1993, hal.60 Selanjutnya William Albig (1939)12 dalam buku Ilmu Komunikasi Anwar Arifin; mengungkapkan Communications, adalah: Communication is the process by which an idea is transferred from a source to receiver with the intension of chaning his or her behavior. Artinya: komunikasi adalah proses pengoperan ide dari satu sumber ke penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Jadi komunikasi adalah proses pengoperan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti. Melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan merubah sikap orang lain. Komunikasi memungkinkan pemindahan, penyebaran ide atau penemuan baru kepada orang lain dalam proses pembentukan sikap. Komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan masyarakat. Komunikasi timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Menurut Onong Uchjana Effendy13, fungsi komunikasi secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menyapaikan informasi (to inform) 2. Mengajarkan (to educate) 3. Memperoleh hiburan (to entertain) 4. Membujuk (to persuade) 12 William, Albig, Communication in Organization, dalam buku Ilmu Komunikasi H. Anwar Arifin, 1996, hal.25 13 Effendi, Onong Uchjana, Op.Cit.,hal.8 12 Fungsi di atas, menunjukkan bahwa dalam proses komunikasi akan terjadi penyampaian informasi dari komunikator kepada penerima pesan (komunikan), sehingga akan jelas apa yang dikomunikasikan. Demikian juga dalam komunikasi akan dapat mengajarkan etika berbicara atau penyampaian pesan secara baik, sehingga orang akan dapat berbicara santun dalam berkomunikasi. Selain itu, komunikasi juga dapat memberikan hiburan melalui kata-kata yang lucu atau menarik, sehingga orang yang berkomunikasi dapat memperoleh kesan yang menyenangkan. Disamping itu dalam komunikasi akan dapat membujuk penerima pesan untuk dapat mengikuti apa yang disampaikan atau dikehendaki pemberi pesan. Menurut Onong Uchjana Effendi14, suatu kegiatan komunikasi mempunyai ciri-ciri yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal balik 2. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, pelaksanaan persesuaian dan pengkajian opini publik. 3. Tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri 4. Sasaran yang ingin dituju adalah public di dalam dan di luar negeri organisasi 5. Efek yang diharapkan adalah terjadi hubungan yang harmonis diantara organisasi dengan publik. 14 Effendi, Onong Uchjana, Op.Cit.,hal.95 13 Jadi secara umum komunikasi akan menimbulkan efek, ini merupakan tujuan akhir dari komunikasi untuk mempengaruhi penerima. Sesuai dengan definisi tadi, maka pesan yang disampaikan komunikator harus mempunyai pengertian yang sama penerima agar dapat dimengerti, sehingga komunikator akan mengetahui bagaimana reaksi dan tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikan. Agar komunikasi berjalan efektif baik pengirim maupun penerima harus memiliki keseragaman pengetahuan dan pengalaman mereka, kemungkinan besar komunikasi tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya dan bahkan penyampaian berita atau lambang-lambang tidak terarah dan tidak menghasilakan umpan balik (feedback). Dengan demikian komunikasi merupakan suatu proses yang berkaitan, baik antara pembawa pesan, maupun penerima pesan, serta sarana yang digunakan sebagai media, dan juga memperhatikan manfaat yang dapat ditimbulkannya. Untuk itu diperlihatkan disini Laswell memberikan pendekatan 5W dalam formula komunikasi yang dikutip oleh Rachmadi F15, “Who Says What In Which Channel TO Whom With What Effect”. Komunikator (Who) 15 Pesan (Says What) Media (In Which Channer) Komunikan (To Whom) Efek (With What Effect) Rachmadi F, Public Relations Dalam Teori dan Praktek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hal.34 14 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bawa komunikasi adalah suatu cara untuk melakukan hubungan, untuk menyapaikan informasi serta mendorong atau mengarahkan orang lain untuk memahami informasi tersebut, sehingga dapat untuk melakukan sesuatu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama dan dapat menimbulkan pengertian bagi kedua belah pihak sehingga dapat menghasilkan efek yang diharapkan. 2.1.2 Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah proses pengoperan dan penerimaan dari lambang-lambang yang mengandung arti. Syarat utama agar proses komunikasi terjadi adalah bahwa lambang-lambang yang diberi arti yang sama oleh pemakai lambang (komunikator) dan penerima lambang (komunikan). Dalam suatu proses komunikasi harus mencakup beberapa unsur yang merupakan persyaratan terjadinya suatu proses komunikasi, agar proses komunikasi yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan lancar, dan efektif. Unsur komunikasi tersebut adalah komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Secara sederhana komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dapat dilihat pada gambar berikut:16 16 Liona Parangin-angin, Hubungan Masyarakat, Membina Hubungan Baik Dengan Publik, Lalolo, 1996, hal.31 15 Gambar 2.1 Proses Komunikasi Umpan Balik Efek Komunikator Pesan Komunikan Media Sumber: Liona Parangin-angin, Hubungan Masyaraka, Membina Hubungan Baik Dengan Public, Lalolo, 1996, hal.31 2.1.3 Komunikasi Organisasi Dalam buku Organizational Communication, Goldhaber17 memberi batasan komunikasi organisasi “Organizational Communication is the process of creating and exchanging messanges within a network of interdependent relationships to cope with environmental uncertainly” Pengertian ini melibatkan tujuan konsep kunci tentang komunikasi organisasi, yaitu: Proses, pesan, jaringan kerja, ketergantungan, hubungan lingkungan dan ketidak pastian. 1. Proses (Process) Organisasi merupakan sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan mempertukarkan pesan-pesan diantara anggota dan lingkungan. Dikatakan “proses” sebab fenomena penciptaan dan pertukaran pesan- 17 Goldhaber, Organizational Communication, dalam Oemi Abdurracman, New York: The Free Press, 1990, hal.91 16 pesan terus berkembang, selalu berubah, dan terus menerus. Dalam keseluruhan interaksi atau perubahan lingkungan ketidak pastian organisasi dikurangi dengan kreasi dan pertukaran pesan diantara anggota organisasi dan antara anggota organisasi dengan anggota lembaga lain. 2. Pesan (Messange) Pesan terdiri dari satu atau lebih simbol yang kita terima dan kepadanya kita meletakkan makna. Penciptaan makna adalah merubah simbol menjadi pesan-pesan, seperti manusia, objek dan peristiwa yang selanjutnya digeneralisasikan lewat interaksi orang-orang. Menurut Goldhaber pesan dalam komunikasi organisasi dapat dilihat melalui Bahasa, penerima, difusi, dan aliran Bahasa dibedakan pada pesan verbal (bahasa) dan non verbal (bukan bahasa). Contoh pesan verbal dalam organisasi adalah surat, pembicaran, pidato. Non verbal seperti bahasa tubuh (kontak mata), karakteristik fisik (tinggi, berat, rambut): Rabaan; Vocal; jarak badan; objek; dan lingkungan. Penerima dapat dibedakan pada penerima internal dan penerima eksternal organisasi. Pesan-pesan internal termasuk didalamnya memo, buletin, dan pertemuan-pertemuan. Sedangkan pesan eksternal adalah upayaupaya hubungan dengan publik, iklan dan lain-lain. Dengan kata lain pesan yang dikonsumsi oleh orang dalam dan pesan-pesan yang dikonsumsi oleh orang luar. Difusi berhubugnan dengan kegiatan mengirim pesan pada setiap orang. Dengan kata lain, bagaimana pesan 17 disebarkan. Aliran merujuk pada mengapa pesan-pesan disampaikan dan diterima dalam organisasi dan apa fungsinya. Redding mengemukakan tiga alasan umum untuk aliran pesan dalam organisasi yaitu: Tugas, pemeliharaan, manusia (human). Sendangkan Thayer mengemukakan fungsi aliran pesan dalam organisasi adalah untuk informasi, regulasi, persuari, dan integrasi. 3. Jaringan Kerja (Network) Organisasi terdiri dari orang-orang yang menduduki posisi dan mempunyai peranan khusus. Penciptaan dan pertukaran pesan diantara orang-orang dalam organisasi dinamakan jaringan komunikasi. Jaringan ini bisa terjadi dua orang, beberapa orang, atau seluruh orang dalam organisasi. Banyak faktor yang mempengaruhi sifat pesan dan isi pesan. Menurut Goldhaber ditinjau dari siapa yang memulai dan menerima pesan, jaringan kerja dapat dibagi mejadi tiga yaitu: komunikasi ke bawah (downward communication) yaitu komunikasi yang merujuk pada pesan yang mengalir dari atasan kepada bawahan. Hampir seluruh komunikasi ke bawah hubungan dengan tugas atas pemeliharaan pesan yang berhubungan dengan perintah, tujuan, disiplin pertanyaan. Komunikasi ke atas (upward communication) yaitu komunikasi yang merujuk pada pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan seperti untuk mengajukan pertanyaan, umpan balik, dan saran-saran. Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang 18 merujuk pada pertukaran pesan ini berhubungan dengan pemecahan masalah, koordinasi, penyelesaian konflik, atau desas desus (rumor). 4. Ketergantungan (Interdepenence) Sifat dari hubungan adalah saling ketergantungan satu sama lain (interdependece) atau saling mengunci (interlooking). Hal ini disebabkan adanya sub sistem dalam suatu sistem yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Ini berarti bahwa suatu perubahan di dalam satu bagian dari sistem akan mempengaruhi seluruh bagian dari sistem tersebut. 5. Hubungan (Relationship) Salah satu cara untuk melihat berbagai hubungan di dalam organisasi menurut Goldhaber adalah dengan menguji tingkat kesatuan individu dan sistem yang sederhana seperti syarat sampai sistem yang kompleks yaitu organisasi secara keseluruhan. Thayer mengidentifikasi tiga tingkatan komunikasi dalam organisasi yaitu individu, kelompok, dan organisasi. Sedangkan Pace dan Boren menggunakan istilah interpersonal untuk merujuk pada situasi dimana komunikasi terjadi dalam hubungan tatap muka. Menurut mereka ada empat macam hubungan tatap muka sesuai dengan jumlah orang yang terlibat, yaitu dyadic communication yakni komunikasi yang terjadi antara 2 (dua) orang, serial communication – komunikasi yang diperluas berupa satu seri, small group communication – komunikasi antara 3-12 orang, dan audience communication atau kelompok besar lebih dari 13 orang. 19 6. Lingkungan (Environment) Goldhaber telah memerinci dan menganalisis lingkungan ke dalam kemponen-komponen internal dan eksternal. Yang pertama merujuk pada komponen seperti tujuan, produk atau jasa, intergrasi. Komponen eksternal merujuk pada pelanggan, suplayer, teknologi dan sebagainya. Organisasi didefinisikan sebagai sistem terbuka organisasi berinteraksi dengan lingkungan luar seperti teknologi, ekomoni, hukum, dan faktofaktor sosial. Karena lingkungan selalu berubah maka informasi baru dibutuhkan oleh organisasi. Organisasi harus menanggulangi perubahan lingkungan dengan penciptaan dan pertukarang pesan-pesan baik di dalam maupun di luar organisasi (publik). 7. Ketidak pastian (Uncertainly) Kita menentukan ketidak pastian karerna perbedaan antara ketesediaan informasi dan kebutuhan informasi. Anggota organisasi yang membutuhkan dan mempunyai banyak informasi sebagai contoh tentang peraturan pemerintah yang baru akan mempengaruhi lini produksi. Jika anggota tidak mempunyai informasi yang mereka butuhkan, mereka menjadi tidak pasti dan mungkin memproduksi produk yang tidak memenuhi syarat. Ketidak pastian dapat juga terjadi bila anggota suatu organisasi menerima terlalu banyak informasi. Satu pertimbangan komunikasi organisasi adalah menentukan secara tepat beberapa banyak informasi yang orang-orang butuhkan untuk mengurangi ketidakpastian mereka 20 tanpa terjadi informasi yang tumpang tindih atau berlebihan (overload). Berdasarkan konsep komunikasi organisasi yang dikemukakan Goldhaber, maka penelitian ini akan memfokuskan pada hubungan atasan bawahan. Bidang ini Thayer menamakan bentuk komunikasi antar individu dalam organisasi, sedangkan menurut Pace dan Boren menggunakan istilah interpersonal (antarpribadi) yang menekankan pada hubungan tatap muka yaitu dyadic communication. 2.1.4 Komunikasi Antarpribadi Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan komunikasi dengan orang lain, entah secara pribadi antara dua orang, beberapa orang, kelompok kecil, kelompok besar, atau dengan massa. Komunikasi pribadi yang dilakukan dengan orang lain, antar kita dengan orang lain disebut sebagai komunikasi interpersonal atau Komunikasi Antarpribadi. Perdebatan seputar pengertian atau batasan tetang komunikasi antarpribadi sama serunya seperti yang terjadi pada perdebatan tentang komunikasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam banyak literatur akademis dengan mudah dapat dijumpai pengertian ataupun batasan komunikasi antarpribadi secara beragam. Menurut Devito18 ada dua pendekatan yang digunakan dalam membahas Komunikasi Antarpribadi yaitu pendekatan pengembangan (developmental) dan pendekatan dyadic. 18 Devito, Organizational Communication, New York: The Free Press, 1995, hal.103 21 Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapai secara langsung pula. Pendekatan pertama menekankan pada keintiman (intimate) sedangkan pendekatan kedua lebih luar sifatnya yaitu menekankan pada hubungan timbal balik (interaksi) sekurang-kurangnya ada hubungan (connected). Kebanyakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan. Komunikasi ini pada masing-masing orang berbeda tingkat kedalaman, intersif dan ekstensifnya dan bersifat dinamis. Menurut Oemi19 tokoh pendekatan pengembangan mengemukakan bahwa komunikasi dipandang sebagai suatu rangkaian dari impersonal sampai pada keintiman (intimate). Menurut Oemi Abdurachman (1995), Komunikasi antarpribadi dibedakan dari komunikasi impersonal dari tiga faktor / tingkatan yaitu: 1. Prediksi Tingkat Kultural, yaitu analisis yang harus dilakukan oleh pihak komunikator untuk mengatahui dan memahami „kultur‟ (budaya) pihak komunikan, terutama hal-hal yang menyangkut masalah bahasa, adat-istiadat, pengalaman hidup, dan lain-lain. 19 Oemi Abdurachman, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1995, hal.82 22 2. Prediksi Tingkat Sosiologis, yaitu analisis yang harus dilakukan oleh komunikator untuk mengetahui dan memahami „kelompok rujukan‟ komunikannya (keanggotaan pada kelompok sosial tertentu) 3. Prediksi Tingkat Psikologis, yaitu analisis yang harus dilakukan oleh komunikator komunikannya, untuk mengetahui terutam dan memahami yang mnyangkut sifat, „data watak, psikologis‟ kepribadian, pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa perbedaan utama dari kegiatan komunikasi antarpribadi dengan bentuk-bentuk kegiatan komunikasi lainnya terletak pada tingkat kemampuan komunikator di dalam memprediksi respon perilaku komunikannya, terutama yang didasarkan dari analisis tingakt psikologis. Artinya, kalau kemampuan untuk memprediksi respon perilaku komunikannya lebih didasarkan dari analisis tingkat Kultural dan Sosiologis, maka hal itu merupakan bentuk kegiatan komunikasi yang berada di luar wilayah komunikasi antarpribadi. Sedangkan kondisi yang terjadi pada objek penelitian ini, kondisi analisis terjadi pada tingkat psikologis. Dimana pimpinan tidak atau belum memahami sifat, watak, kepribadian, dan pengalaman hidup. Sedangkan pada analisis tingkat kultural dan sosiologis dapat dikatakan tidak mengalami hambatan. Dengan demikian menurut Budiyatna20, dalam konteks kegiatan komunikasi antarpribadi, seorang komunikator lebih mengenal komunikannya secara pribadi (ada ikatan „psikologis‟); yaitu mengenal kepribadiannya yang 20 Budiyatna, Komunikasi Antarpribadi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal.21 23 dapat membedakan dengan kokmunikasi lainnya. Artinya makin besar para pelaku komunikasi saling mengenal secara individu satu sama lain, maka komunikasi tersebut makin bersifat „pribadi‟. Sebaliknya, semakin kecil tingkat pengetahuan individu satu sama lain, maka komunikasi itu menjadi semakin „impersonal‟. Lain halnya dengan pendekatan dyadic yang menekankan pada hubungan timbal balik (interaksi) yangdilakukan dengan tatap muka, maka hubungan yang bersifat dyadic dapa dikategorikan pada komunikasi antarpribadi. Menurut Devito bahwa tidak mungkin terjadi dalam hubungan yang bersifat dyadic komunikasi tidak interpersonal. Sejalan dengan itu Devito memberikan definisi komunikasi antarpribadi sebagai berikut: In a dyadic or relational definition, Interpersonal communication is communication that takes place between two persons who have an established relationship, the people are in same way ‘connected’. Interpersonal communication would thus include what takes place between a son and his father, an employer an employee, two sisters, a teacher and a student, two lovers, two friends, and so on. Dari kedua pendekatan di atas, makan penelitian ini cenderung menggunakan pendekatan komunikasi antarpribadi dari Devito. Dengan pertimbangan bahwa pendekatan yang dikemukakan Devito sesuai dengan kondisi yang ada yaitu komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam suatu organisasi. Lebih khusus lagi menekankan pada hubungan komunikasi antarpribadi dan pegawai/karyawan. 24 Selain dari itu pendekatan ini juga sesuai dengan ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang dikemukakan Astrid Susanto, yaitu: 1) Jumlah orang yang terlibat sangat sedikit (berkisar 2 atau 3 orang); 2) Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sampai pribadi; 3) Sifat umpan baliknya segera; 4) Peran komunikasinya informal; 5) Penyesuaian pesan bersifat khusus; 6) Tujuan dan maksud komunikasi tidak bersturktur namun sangat sosial. 2.1.5 Efektifitas Hubungan Komunikasi Antarpribadi Berbicara tentang hubungan komunikasi antarpribadi pimpinan dan karyawan dengan motivasi kerja, Ron Ludlow dan Fergus Panon mendasarkan pandangannya dari asumsi bahwa melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil „pertukaran informasi‟ dan „saling pengertian‟ di antara orangorang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh kerana itu, ukuran manajemen hubungan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja yang efektif adalah „ketepatan‟ informasi yang disampaikan dan „kualitas‟ hubungan yang dibangun. Lebih lanjut Ladlow dan Panton menguraikan bahwa keberhasilan dalam mencapai ketepatan penyampaian informasi akan ditentukan oleh (1) „sifat‟, dan (2) „mutu‟ dari informasi yang disampaikan, di mana hal ini selanjutnya juga ditentukan oleh : (1) pengertian, (2) kesenangan, (3) pengaruh pada sikap, (4) hubungan yang makin baik, serta (5) adanya tindakan. 25 Selanjutnya Budiyatna mengemukakan bahwa hubungan komunikasi antarpribadi pimpinan dengan motivasi karyawan adalah terciptanya komunikasi yang harmonis antara antarpribadi pimpinan dan bawahan. Kedua ahli tersebut mengukur efektivitas komunikasi dengan variabelvariabel yang lebih enekankan pad aspek „kualitas hubungan‟. Pandangan kedua ahli tersebut terkait tentang hal: 1. Dalam hubungan berkualitas tinggi, informasi tentang orang lain lebih bersifat psikologis daripada bersifat „kultural‟ dan „sosiologis‟. 2. Karakteristik hubungan berkualitas tinggi adalah aturan-aturan dalam hubungan lebih banyak dikembangkan oleh kedua orang yang terlihat di dalamnya daripada diatur oleh tradisi ataupun organisasi (kelompok). 3. Peranan hubungan komunikasi antarpribadi pada pokoknya lebih ditentukan oleh kerakteristik kepribadian para pelakunya daripada kondisi dan situasi yang biasa dituntut oelh lingkungan sekitar. 4. Hubungan berkualitas tinggi leibh menekankan pilihan „perseorangan‟ dari pada pilihan „kelompok‟ Dalam penjelasan tentang faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi „kualitas hubungan‟ tersebut. Budiyatna menyebutkan 4 (empat) faktor utama, yaitu : (1) pengungkapan diri, (2) keakraban, (3) Afiliasi dan komitmen, (4) dominiasi, status, dan kekuasaan. Akhirnya konseptual ketiga tentang hubungan komunikasi antarpribadi brasal dari Devito yang mengukurnya melalui 5 (lima) kondisi yang harus terdapat di dalamnya, yaitu: 26 1. Keterbukaan (openess), dimana hal ini dapat diartikan sebagai kesediaan komunikator untuk mau membuka diri, kesediaan untuk menerima masukan dari lawan bicaranya, serta adanya rasa tanggung jawab terhadap perkembangan pemikiran dan perasaan dari pihak-pihak yang terlibat. 2. Empati (emphaty), dimana hal ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain. 3. Dukungan (supportiveness), baik yang terucapkan secara verbal maupun yang tidak terucapkan (non-verbal) serperti anggukan kepala, sorot mata, senyum, atau tepukan tangan; yang dapat dipahami sebagai bentuk dukungan positif. 4. Kepositifan (positiveness), dimana dalam hal ini dalam konteks komunikasi antarpribadi lebih menekankan pada tiga aspek, yaitu: adanya pandangan atau penilaian positif, kemudian perasaan tersebut berhasil dikomunikasikan, serta adanya bentuk kerjasama. 5. Kesamaan (equality), dimanahal ini dapat diartikan sebagai adanaya „kesamaan‟ derajat posisi dalam berkomunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat, khususnya pada bentuk kesamaan-kesamaan dalam hal perilaku, kepribadian dan tujuan. Berdasarkan ketiga konsep tersebut, maka penelitian ini pada akhirnya menentukan ukuran-ukuran tentang hubungan komunikasi antarpribadi yang berasal dari Devito, karena konseo-konsep yang lainnya dapat dikelompokkan ke dalam variabel-variabel yang telah dijelaskan oleh Devito tersebut, yaitu: 1. Keterbukaan (openess), dapat meliputi konsep sifat dan mutu dari Ludlow dan Panton. 27 2. Empati (Emphaty), dapat meliputi konsep keakraban. 3. Dukungan (Supportiveness) konsep cara berpikir yang positif. 4. Kesamaan (equality), dapat meliputi konsep dominasi, status dan kekuasaan. 2.1.6 Motivasi Kerja Shermerhon dalam bukunya menyatakan bahwa motivasi adalah sebuah tema yang dapat dianggap paling populer dalam wacana dan perbincangan masalah komunikasi, manajemen, dan kepemimpinan dalam suatu organisasi. Sondang P. Siagian, menyatakan bahwa pembahasan motivasi akan menyangkut berbagai alasan mengapa seseorang bersedia mencurahkan segenap tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, sementara orang lain tidak berbuat demikian. Menurut Maslow motivasi muncul dilatarbelakangi oleh adanya kekurangan kebutuhan seseorang, dimana selanjutnya menurut „Teori Hierarki Kebutuhan‟ yang telah dicetuskannya menjelaskan lima tahap kebutuhan manusia, yaitu: (1) Fisiologis, (2) Keselamatan, keamanan, (3) Rasa memiliki, (4) penghargaan, (5) Aktualitas diri. Selanjutnya menurut Herzberg dalam Basir Bartos sama seperti Maslow memandang bahwa kekurangan kebutuhan, baik yang berkaitan dengan kepuasan kerja maupun ketidakpuasan kerja, akan tetapi menurut “Teori KesehatanMotivator” dari Herzberg hal itu lebih disebabkan oleh faktor „pemeliharaan‟ (maintenance) atau „kesehatan‟ (hygiene), yang meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan “hubungan antarpribadi” dengan rekan kerja, atasan dan bawahan di tempat kerja, dimana 28 dalam konsep Maslow hubungan antarpribadi ini berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan rasa memiliki dan penghargaan. Sementara menrut Nitisemito, yang dianggap telah berhasil mengembangkan sebuat teori motivasi yang dibuat orang untuk mencapai tujuan tertentu yang didasarkan pada tiga asumsi utama, yaitu: (1) Bahwa suatu hasil tertentu akan ditentukan oelh cara tertentu yang dilakuakan, dimana cara tertentu ini akan mengarahkan pada tuntutan yang dilakukan, dimana cara tertentu ini akan mengarahkan pada tuntutan perilaku-perilaku tertentu juga (Out-come Expectancy), (2) Bahwa hasil tertentu akan memiliki nilai tertentu yang hanya akan diminati oleh orang tertentu pula (Valency), (3) Bahwa hasil tertentu tersebut pada akhirnya akan berkaitan dengan persepsi mengenai seberapa sulit pencapaiannya (Effort Expectancy). Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi yang dimiliki seseorang dalam bekerja akan sangat bergantung pada persepsi pegawai tersebut mengenai harapan yang telah dipenuhi oleh perusahaan tempat kerjanya. Dari berbagai motivasi, diperoleh gambaran bahwa motivasi merupakan suatu konsep yang dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang. Dengan kata lain bahwa motivasi memiliki beberapa dimensi, dimana setiap dimensi memiliki uraian dan teori yang berbeda. Motivasi terpadu membahas konsep motivasi dengan tertitik tolak dari proses kognitif individu, dengan demikian teori Kinlaw dalam Basir Bartos juga tergolong pada teori yang membahas motivasi sabagi proses. Menurut Kinlaw, motivasi bukanlah suatu tindakan yang berifat refleks akibat tidak terpenuhinya 29 keubuthan seseorang, tetapi merupakan hasil pilihan bebas dari berbagai pertimbangan yang dibuat oleh individu itu sendiri. Pertimbangan mengenai berbagai faktor motivasi, dikelompokkan ke dalam tiga jenis pertimbangan. Jumlah kekuatan dan tiga pertimbangan tersebut menentukan kekuatan motivasi seseorang. Ketiga pertimbangan tersebut adalah: a. Kesesuaian (Match) Pertimbangan pertama didasarkan pada teori kebutuhan seseorang. Herzberg mengansumsikan bahwa kebutuhan berfungsi sebagai faktor pendorong. Selain menilai kebutuhan atau tujuan pokoknya, individu juga menilai berbagai tujuan alternatif yang ingin dicapainya. Pertimbangan dilakukan dengan cara menilai derajat kesesuaian antara kebutuhan yang ada dengan apa yang dapat dilakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Dengan kata lain individu menilai apakah pelaksanaan tugas tertentu akan menghasilkan tercapainya tujuan. Semakin jelas seseorang menganggap bahwa suatu tugas atau tujuan sesuai (match) dengan ktubuthan dan tujuan yang dimilikinya, maka ia akan semakin terdorong untuk mengerjakan tugas tersebut agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor kesesuaian ini berkaitan dengan berbagai teori kebutuhan seperti teori yang diajukan Maslow. Hanya saja Herzberg tidak merici jenis kebutuhan yang dimiliki oleh individu, ia hanya mempertimbangkan seberapa besar kemungkinan bahwa kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika individu melaksanakan satu tugas tertentu. Dimensi ini mengarahkan sejauhmana individu melihat keterkaitan antara pelaksanaan suatu tugas tertentu dengan imbalan yang 30 diharapkan. Teori yang juga dekat dengan pertimbangan ini adalah teori pencapaian tujuan. Teori ini didasarkan pada satu premis, yaitu bahwa prestasi kerja seseorng disebabkan oleh keinginannya untuk mencapai satu tujuan tertentu. b. Keuntungan (Return) Pertimbangan kedua dipertimbangkan dari jumlah manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh jika mengerjakan suatu tugas. Jenis ganjaran eksternal seperti upah, jabatan dan yang lainnya. Selanjutnya ganjarannya itu dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan seperti yang diperoleh untuk menyelesaikan tugas, serta besarnya usaha yang harus dikerahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jika individu merasa bahwa keuntungan yang diperoleh dari suatu tugas masih lebih banyak dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan, maka ia mendorong untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam pertimbangan ini Herzberg juga mempertimbangkan teori penguatan. Dalam teori ini individu mempertimbangkan untukng ruginya melakukan suatu tindakan. Jika suatu tindakan memiliki kensekuensi negatif yang lebih besar dibandingkan dengan konsekuensi positifnya, maka motivasi individu untuk melakukan tindakan tersebut akan menurun. c. Pengharapan (Expectation) Pertimbangan ketiga ini didasarkan pada pemikiran seseorang mengenai perbandingan antara faktor-faktor yang melancarkan pelaksanaan suatu tugas denga fakta-fakta yang menghambat. Dalam hal ini, seseorang mempertimbangkan sampai sejauhmana lingkungan pekerjaan akan melancarkan 31 usahanya untuk menyelesaikan tugas. Selain penilaian pada lingkungan kerjanya, individu juga mencoba menilai kompetensi dirinya. Dimensi ini mengukur seberapa besar keyakinan individu bahwa usahanya akan menghasilkan prestasi sesuai tuntutan pekerjaan. Secara implisit pertimbangan ini juga berkaitan dengan faktor motivator terutama pada pekerja itu sendiri. Aspek ini melihat apakah karakteristik pekerja menunjang sesorang dalam pekerjaan atau tidak. Jika karakteristik perkerjaan pelaksanaan tugas individu maka individu akan mendapatkan kepuasan kerja da meninggalkan motivasinya untuk bekerja lebih baik. Selanjutnya tingkat motivasi kerja seseorang dapat diperoleh dengan menjumlah ketiga pertimbangan dalam memenuhi pekerjaan yang dimilikinya saat ini. Semakin besar nilai pertimbangan seseorng bahwa kekuatan motivasi yang akan dihasilkannya semakin besar. Teori model motivasi terpadu, konsep motivasi kerja dijelaskan sebagai proses kognitif yang memberikan doroangan pada individu untuk bertindak dalam mencapai tujuan, dan didasarkan pada tiga pertimbangan yaiu: kesesuaian antara pekerjaan dengan kebutuhan, keuntungan atau manfaat perkerjaan dan adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan pelaksanaan kerja (pengharapan). 2.1.7 Hubungan Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Kerja Hubungan komunikasi antarpribadi dan motivasi kerja akan menekankan pada dua pokok persoalan yaitu masalah komunikasi dan organisasi. Oleh karena itu pendekatan terhadap kedua masalah tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, 32 yaitu menurut sudut pandang komunikasi antarpribadi itu sendiri serta menurut sudut pandang komunikasi organanisasi. Pertimbangan menggunakan pendekatan yang pertama (menurut sudut pandang komunikasi anarpribadi) lebih didasarkan padakenyataan bahwa kegiatan komunikasi antarpribadi memiliki perbedaan karekteristik dengan bentuk-bentuk kegiatan komunikasi lainnya yang juga sering dilakukan. Sedangkan pertimbangan menggunakan pendekatan yang kedua (menurut sudut pandang komunikasi organisasi) lebih didasarkan pada fokus perhatian terhadap kegiatan komunikasi antarpribadi pada konteks tempatnya, yaitu dalam setting organisasi, sehingga kenyataan ini tentu saja memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan konteks tempat lainnya (misalnya dalam setting kehidupan masyarakan sehari-hari). Bahkan keunikan dari proses dandinamika yang terdapat pada kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut akan semakin mengental bila dilihat dari contoh kasus yang diambil dalam penelitian ini, yaitu di PT Indonakano, sebuah organisasi yang lengkap dengan berbagai birokratis yang terdapat didalamnya. Berbicara tentang Hubungan Komunikasi Antarpribadi, Budyatna, M, mengatakan bahwa melaluiu komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengetian di antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu ukuran hubungan komunikasi antarpribadi yang efektif adalah ketepatan informasi yang disampaikan dan kualitas hubungan yang dibangun. 33 Sedangkan tingkat motivasi kerja seseorang dapat diperoleh dengn memberikan dorongan pada individu untuk bertindak dalam mencapai tujuan, dan didasarkan pada tiga pertimbangan yaitu, kesesuaian antara pekerjaan dengan kebutuhan,keuntungan atau manfaat pekerjaan dan adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan pelaksanaan kerja (pengharapan). Schultz D (1986:132) mengatakan bahwa motivasi kerja sangat erat kaitannya dengan kepuasan kerja, dengan demikian faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja merupakan faktor yang juga mempengaruhi motivasi kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja menurut Schultz D dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Karakteristik pekerjaan, adalah sifat dari pekerjaan yangdilakukan individu, seperti: a) Pekerjana itu sendiri b) Imbalan yang diterima c) Pengawasan yang dilakukan atasan d) Hubungan antar rekan sekerja e) Kesempatan untuk memperoleh perubahan status f) Rasa aman dalam bekerja g) Kondisi lingkungan 2. Karakteristik pekerja yang meliputi: a) Kebutuhan b) Usia c) Jenis kelamin 34 d) Tingkat pendidikan e) Ketrampilan f) Masa kerja g) Tingkat jabatan h) Bidang/jenis pekerjaan 3. Karekteristik yang bersifat situasional, meliputi: a) Situasi sosial b) Pengaruh kelompok c) Pengaruh pengalaman kerja sebelumnya Rogers21 mengemukakan pendapat tentang pentingnya komunikasi antarpribadi dalam organisasi sebagai berikut: Hubungan antarpribadi dalam organisasi akan menciptakan suatu komunikasi baik bersifat formal maupun informal diantara para pekerja, sehingga menimbulkan iklim yang disepakati secara bersama. Dalam rangka mengefektifkan, memelihara dan meningkatkan hubungan antarpribadi dalam organisasi sangat diperlukan adanya iklim suportif. 2.2 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat 21 Rogers, Communication in Organization, New York, The Free Press, 1996, hal.104 35 dinyatakan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.22 Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. H0: Tidak ada pengaruh antara komunikasi antarpribadi pimpinan dengan bawahan terhadap motivasi kerja kayawan pada PT Indonakano Kantor Pusat 2. H1: Ada pengaruh antara komunikasi antarpribadi pimpinan dengan bawahan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Indonakano Kantor pusat. 2.3. Penelitian Sejenis Terdahulu Tabel 2.1 Matrik Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1. Elisna (2006) 2. Tri Wahyuni Pengaruh Efektivitas (2013) Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Telekomkunikasi Indonesia Tbk. Divisi Regial VII KTI 22 Judul Hubungan Komunikasi Antarpribadi Pimpinan Bawahan terhadap Motivasi Kerja Karyawa pada PT. Indosat Tbk, Jakarta Sugiyono, 2009:93 36 Motode Hasil Pendekatan Kuantitatif Hubungan komunikasi antar[ribadi pimpinan dan bawahan memiliki pengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan pada PT Indosat Tbk. Pendekatan - Terdapat pengaru yang positif Kuantitatif dan signifikan antara variable efektivitas komunikasi antar pribadi (x1) dan motivasi kerja (x2) terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Divisi Regional VII KTI - Variabel motivasi kerja (x2) merupakan variable yang paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karywan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Divisi Regional VII KTI. 37