Sektor Riil Menggeliat, Kredit Investasi Tumbuh Pesat 10-10-07 Jakarta, Kompas - Kegiatan usaha di sektor riil mulai menggeliat. Hal tersebut tercermin dari laju pertumbuhan kredit investasi yang mencapai 25 persen, atau tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan konsumsi. Menurut laporan Bank Indonesia (BI), posisi kredit investasi per Juli 2007 sebesar Rp 169,83 triliun, tumbuh 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 135,79 triliun. Pada periode yang sama, kredit modal kerja dan kredit konsumsi hanya bertumbuh masing-masing 22,13 dan 18,64 persen. Fenomena ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pertumbuhan kredit investasi lebih rendah dibandingkan jenis penggunaan lainnya. "Pertumbuhan kredit investasi yang lebih tinggi dari kredit lainnya merupakan pertanda positif. Ini artinya dunia usaha sudah berani berinvestasi," kata Ekonom BNI Ryan Kiryanto, Selasa (9/10) di Jakarta. Di sisi lain, perbankan juga menilai risiko sektor riil tidak lagi sebesar dulu. Ini membuat bank cukup ekspansif menyalurkan kredit investasi. Tenaga kerja Kredit investasi biasanya digunakan untuk membangun pabrik, pembelian mesin-mesin atau lahan perkebunan. Nilai kredit investasi umumnya besar, yakni di atas Rp 5 miliar. Menurut Ryan, investasi yang kian marak akan menciptakan efek berantai yang semakin luas, terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi semakin berkualitas. Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Krisna Wijaya mengatakan, tumbuhnya kredit investasi mencerminkan membaiknya iklim investasi, seperti kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kondisi makroekonomi. Selain itu, keuntungan investasi (retun on investment) makin menggiurkan seiring mengecilnya ongkos usaha sebagai dampak dari penurunan suku bunga. Data pertumbuhan kredit sejalan dengan data investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM melaporkan, realisasi PMDN dan PMA selama semester I-2007 tumbuh 52,60 persen, dari Rp 42,77 triliun pada semester I-2006 menjadi Rp 65,27 triliun. Rinciannya, PMDN melonjak 153,75 persen dari Rp 11,18 triliun pada semester I-2006 menjadi Rp 28,37 triliun. Adapun PMA, nilainya meningkat dari 3,51 miliar dollar AS atau setara Rp 31,59 triliun pada semester I2006 menjadi 4,10 miliar dollar AS atau setara Rp 36,90 triliun. Bank BUMN Bank-bank besar milik pemerintah seperti Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, dan Bank Rakyat Indonesia Tbk, menjadi pendorong penyaluran kredit investasi di Indonesia. Ketiga bank ini aktif menyalurkan pembiayaan untuk pembangunan jalan tol, telekomunikasi, pembangkit listrik, perkebunan, dan bioenergi. Bank Mandiri misalnya, berkomitmen menyalurkan pembiayaan hingga Rp 10,3 triliun untuk pembangunan jalan tol. (FAJ)