1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dapat diberi batasan sebagai laju aliran permukaan yang menyebabkan aliran sungai melebihi kapasitas saluran-saluran drainase (Lee 1990). Hal tersebut dapat terjadi akibat jumlah dan kecepatan aliran permukaan meningkat melebihi kapasitas saluran drainase, dan atau kapasitas saluran drainase berkurang, sehingga lebih kecil dari jumlah dan kecepatan aliran permukaan. Penurunan kapasitas saluran drainase dapat disebabkan oleh pendangkalan sungai, baik oleh adanya sedimentasi dari erosi di bagian hulu, maupun penyumbatan oleh sampah, dan penyempitan akibat penimbunanan badan sungai. Peningkatan jumlah dan kecepatan aliran permukaan, selain akibat hujan ekstrim juga oleh perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan lahan terbuka, dan pemadatan tanah. Keterbukaan lahan menyebabkan jumlah dan intensitas hujan yang sampai di permukaan tanah meningkat, sedangkan pemadatan tanah menyebabkan berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah, sehingga jumlah dan aliran permukaan meningkat. Debit puncak dapat dikatakan sebagai debit kritis yang menyebabkan banjir. Debit puncak terjadi ketika seluruh aliran permukaan yang berada di daerah aliran sungai (DAS) mencapai titik outlet (Asdak 2002, Rahim 2006, Arsyad 2010). Ada dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya debit puncak, yaitu karakteristik hujan dan karakteristik DAS (Pramono et al. 2009). Karakteristik hujan, meliputi lama, jumlah, intensitas, dan distribusi hujan. Sedangkan karakteristik DAS meliputi ukuran, bentuk, topografi, jenis tanah, geologi, dan penggunaan lahan. Debit puncak penting untuk diketahui dalam kerangka pengendalian banjir dan perancangan bangunan pengendali debit banjir (Rahim 2006). Untuk mengetahui debit puncak telah dikembangkan model-model pendugaan debit puncak, diantarnya adalah model rasional dan Soil Conervation Service-Curve 2 Number (SCS-CN) yang merupakan model-model umum dalam menduga debit puncak. Untuk mengetahui keberlakuan kedua model tersebut dalam menduga debit puncak, dilakukan pengujian menggunakan data yang tersedia di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) yang merupakan Sub DAS Kali Madiun Hulu. Pemilihan Sub-sub DAS KST didasarkan pada pertimbangan bahwa data di DAS Solo relatif tersedia. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perilaku debit puncak (Qp) di Sub-sub DAS KST. 2. Mengetahui keakuratan model rasional dan SCS-CN dalam menduga debit puncak di DAS yang berukuran besar. 1.3 Manfaat Penelitian Memberikan informasi perilaku debit puncak dan model pendugaan yang lebih baik bagi pengelola dalam upaya membangun kebijakan pengelolaan DAS Solo, khususnya Sub-sub DAS KST Sub DAS Kali Madiun.