CAPAI Rp18,62 TRILIUN

advertisement
INFOBPJS
Edisi XXVI Bulan Oktober 2015
Media Internal Resmi BPJS Kesehatan
Kesehatan
Kontribusi JKN
CAPAI Rp18,62 TRILIUN
Butuh Waktu untuk MeraihSurplus
Christianto Wibisono,
Pendiri (Pusat Data Bisnis Indonesia - PDBI)
“
Pengarah
Fachmi Idris
Penanggung Jawab
Purnawarman Basundoro
Pimpinan Umum
Ikhsan
Pimpinan Redaksi
Irfan Humaidi
Sekretaris
Rini Rachmitasari
Sekretariat
Ni Kadek M. Devi
Eko Yulianto
Paramitha Suciani
Redaktur
Diah Ismawardani
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Distribusi dan Percetakan
Basuki
Anton Tri Wibowo
Ahmad Tasyrifan
Ezza Fauziah Aulatun Nisa
Ranggi Larrisa
Buletin diterbitkan oleh:
BPJS Kesehatan
Jln. Letjen Suprapto PO BOX
1391/JKT Jakarta Pusat
Tlp. (021) 4246063, Fax. (021)
4212940
Redaksi menerima tulisan artikel/opini
berkaitan dengan tema seputar BPJS
Kesehatan maupun tema-tema kesehatan
lainnya yang relevan dengan pembaca
yang ada di Indonesia. Panjang tulisan
maksimal 7.000 karakter (termasuk spasi),
dikirimkan via email ke alamat: redaksi.
[email protected] dilengkapi
identitas lengkap dan foto penulis
SURAT PEMBACA
email : [email protected]
Fax : (021)
4212940
Yth. Redaksi
Yth., Humas BPJS Kesehatan,
Sehubungan dengan kesimpang siuran mengenai kewajiban
Badan Usaha untuk mendaftarkan BPJS Kesehatan bagi
karyawannya, mohon bantuan bapak untuk dapat memberikan
kepada kami dasar hukum mengenai :
1. Kapan diberlakukannya
2. Sanksi jika tidak mengikuti
3. Besaran premi
4. Dan informasi lainnya
Data tersebut kami butuhkan untuk kami ajukan kepada
manajemen perusahaan; dan bagaimana perlakuannya bagi
perusahaan yang telah mengikut sertakan karyawannya dalam
asuransi kesehatan.
Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Maryati
PT. Indo Premier Securities
[email protected]
Jawab :
Yth. Ibu Maryati
di tempat
Pertama kami ucapkan terima kasih atas perhatian Ibu kepada
BPJS Kesehatan. Menjawab pertanyaan Ibu, bersama ini kami
sampaikan penjelasan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
Pasal 6 ayat 3, per 1 Januari 2015 seluruh Badan Usaha di
Indonesia wajib mendaftarkan karyawannya menjadi peserta
BPJS Kesehatan.
2. Sanksi yang diberikan bagi perusahaan yang belum
mendaftarkan karyawannya dapat berupa teguran tertulis dan
penundaan pemberian pelayanan publik, seperti pengurusan
IMB, SIM, STNK, dan sebagainya.
3. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 Pasal
16 C ayat 2, per 1 Juli 2015 iuran yang wajib dibayarkan adalah
5%, dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1%
dibayar oleh peserta (dipotong dari pendapatan bulanan dan
tunjangan tetapnya).
4. Terkait hal tersebut, bersama ini kami lampirkan undangundang berisi informasi lebih lengkap mengenai hal tersebut.
Demikian kami sampaikan, semoga membantu dan sehat selalu.
Redaksi
INFO BPJS
Kesehatan
EDISI XXVI Bulan Oktober 2015
BUSHIDO
“
Redaksi
CEO Message
BUSHIDO berarti ‘jalan ksatria’ atau bisa disebut juga etika moral bagi kaum ksatria.
Ajaran Bushido sendiri sudah dikenal sejak abad ke-17, yaitu pada masa pemerintahan
Shogun Tokugawa dan didasarkan pada pemikiran Yamamoto Tsunetomo seorang
samurai penguasa prefektur Saga.
Kata Bushido terdiri dari tiga huruf kanji, yaitu bu (perang), shi (orang), dan do (jalan).
Ajaran ini seolah menegaskan bahwa jalan seorang samurai adalah di medan perang
dan hidup untuk pengabdian. Makna secara umum dari Bushido adalah sikap rela
berkorban bagi pemimpin atau negara. Kerelaan berkorban ini kemudian diperluas pada
makna ketenangan, keadilan, dan kepatutan serta bagaimana metode membesarkan
anak, penampilan, dan perawatan. Aspek spiritual sangat dominan dalam falsafah
Bushido. Seorang samurai memang menekankan kemenangan terhadap pihak lawan,
tetapi tidak melulu dengan kekuatan fisik. Dalam semangat Bushido, seorang samurai
diharapkan mampu menjalani pelatihan spiritual guna menaklukan dirinya sendiri,
karena dengan menaklukan dirinya sendirilah samurai dapat mengalahkan orang lain.
Ada delapan prinsip Bushido, yakni: (1) Jin - memahami orang lain, (2) Gi - menjaga
etika, (3) Chu - setia kepada tuannya, (4) Ko - menghormati orang tua, (5) Rei menghormati sesama, (6) Chi - memperluas pengetahuan, (7) Shin - menjaga
kejujuran, (8) Tei - mencintai orang tua dan siapa pun yang harus dikasihani. Inti dari
ajaran ini adalah etika, cinta dan saling menghormati.
Ada satu kisah yang seringkali dijadikan contoh dalam memahami ajaran Bushido.
Suatu ketika seorang ayah dan anak laki-lakinya yang berusia 24 tahun naik kereta api.
Sambil melihat keluar jendela, sang pemuda berkata dengan antusias. “Ayah, lihat!
Pohon itu seperti terbang mundur!”. Sang ayah tersenyum. Orang disekitar mereka
saling bertukar tatapan, terkesan kasihan akan perilaku kekanakan dari sang pemuda.
Tak lama setelah itu, sambil tersenyum sang pemuda berkata “Ayah , lihat! Awan
itu mengejar kita!”. Sang ayah tersenyum kembali. “Apakah sebaiknya Anda tidak
mencarikan dokter untuk anak Anda?” tanya seseorang di sekitar mereka. Kemudian
sang ayah hanya tersenyum dan menjawab “Sudah kami lakukan dan kami baru saja
kembali dari dokter. Anak saya buta sejak lahir dan sekarang ia sudah bisa melihat…”.
Kisah ini sangat mendalam sekali, tentang etika untuk tidak menilai seseorang
sebelum kita mengetahui benar akar permasalahannya dan juga tentang ajaran cinta
kasih seorang ayah kepada putranya.
Pada ajaran Bushido yang lain, utamanya tentang menjaga etika (Gi), kita pun dapat
belajar banyak dari bangsa samurai Jepang. Di Jepang, hakim tidak memiliki kode
etik dan pedoman perilaku. Menurut laporan Joint Study For The Capacity Building of
Indonesian Judges II yang dikutip dari website Mahkamah Agung (MA) pada Rabu
(15/4/2015), tidak ada catatan hakim di Jepang melakukan penyimpangan hukum
atau pun etika. Selain itu, berdasarkan hasil studi banding tahun 2012 yang dilansir
pada halaman yang sama, diketahui bahwa advokat, hakim dan jaksa di Jepang
menyatu dalam visi dan misi serta memiliki persepsi yang sama tentang penerapan
dan penegakan hukum. Mereka saling membantu menjalankan aktivitasnya dalam
melaksanakan dan menegakkan hukum di Jepang. Ini lah pengejawantahan prinsip
Bushido dalam upaya-upaya penegakan hukum di Jepang.
Di belahan bumi lainnya, yaitu di tanah air kita Indonesia, sesuai berita yang dilansir
dalam halaman republika.co.id, Badan Pengawasan Mahkamah Agung telah
menjatuhkan hukuman disiplin terhadap 75 hakim karena melanggar kode etik dan
pedoman perilaku hakim (KEPPH) selama periode Januari-Juni 2015. Adapun rincian
hukuman dimaksud adalah sebanyak 8 hakim mendapat hukuman berat, 6 hakim
dijatuhi sanksi sedang dan 61 hakim mendapat sanksi ringan.Selain itu, juga telah
dijatuhkan sanksi terhadap 3 hakim Adhoc, dimana 1 hakim Adhoc mendapat sanksi
berat dan 2 hakim diberi sanksi hukuman ringan. Data ini belum termasuk sanksi yang
diberikan kepada panitera/sekretaris sebanyak 13 orang, wakil panitera 8 orang, wakil
sekretaris 5 orang, panitera muda sebanyak 10 orang, panitera pengganti sebanyak
18 orang, juru sita sebanyak 5 orang, juru sita pengganti 4 orang, pejabat struktural
5 orang, staf sebanyak 20 orang dan calon hakim 1 orang diberi peringatan. Begitu
banyaknya oknum penegak hukum yang justru dihukum di negara yang kita sebutsebut sebagai negara hukum.
SALAM REDAKSI
JKN Berkontribusi dalam Pertumbuhan
Ekonomi
Pembaca setia Info BPJS Kesehatan,
Siapa sangka kehadiran Program JKN yang bisa
dibilang baru seumur jagung ini ternyata sedikit banyak
memberikan kontribusi terhadap pertumbukan ekonomi
Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat
Data Bisnis Indonesia (PDBI), pelaksanaan JKN sepanjang
2014 berkontribusi atas sekitar Rp 18,6 triliun bagi ekonomi
Indonesia. JKN juga memberikan akses layanan kesehatan
kepada pekerja, sehingga dapat meningkatkan kesehatan
pekerja dan mendukung peningkatan produktivitas kerja
JKN menurutnya juga dapat meningkatkan angka harapan
hidup (AHH) penduduk Indonesia. Program JKN juga
berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan karena
berkurangnya kewajiban biaya kesehatan dan pengobatan
out of pocket yang tinggi.
Dalam edisi 26 kali ini, Info BPJS Kesehatan akan
membahas lebih detail terkait dengan hal tersebut.
Bagaimana JKN menyediakan akses pelayanan kesehatan
yang terjangkau secara umum, sehingga lebih banyak
masyarakat yang biasanya enggan berobat menjadi
lebih berkeinginan untuk berobat, atau untuk mencegah
penyakit sebelum menjadi lebih parah, sehingga
berdampak positif bagi pembangunan masyarakat,
semuanya akan kami muat dalam rubrik FOKUS.
Dalam rubrik BINCANG kami juga menghadirkan Founder
dari Pusat Data Bisnis Indonesia untuk menilik lebih jauh
bagaimana metode yang dipakai PDBI dalam menilik efek
JKN secara lebih dekat.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami
mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan
tanggapan atas terbitnya media ini. Semoga kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif
bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya.
Selamat beraktivitas.
Redaksi
DAFTAR ISI
Testimoni - Ichsan Hanafi Dirut Rs Hermina
Daan Mogot,Tidak Selalu Besar Pasak
daripada Tiang
9
Fokus 1 - Selama Setahun, Kontribusi JKN
Bagi Ekonomi Indonesia Capai Rp 18,62
Triliun
3
Fokus 2 - Integrasi Jamkesda ke BPJS
Kesehatan, Wujud Gotong Royong Bersama
5
Bincang - Christianto Wibisono, Pendiri
(Pusat Data Bisnis Indonesia - PDBI)
6
Benefit - Alat Bantu Kesehatan Juga
Dijamin BPJS Kesehatan
7
Pelanggan - Korban Kecelakaan lalu Lintas
Terlindungi BPJS Kesehatan
8
Mengapa kisah di dua negara di atas demikian berbeda ? Adakah yang salah dengan
kurikulum, budaya atau pun sejarah negara kita? Atau karena bangsa ini terlahir dari
kaum terjajah yang belum juga bisa “move on” dari mental terjajahnya?
Kembali kita terkenang pada peristiwa pengeboman Nagasaki dan Hiroshima. Harus
diakui bahwa Bangsa Jepang yang pada Perang Dunia tidak dipandang sebagai
ancaman oleh para sekutu, kemudian muncul dan bertahan sebagai negara yang paling
maju di wilayah Asia Timur Meskipun Jepang telah hancur oleh bom atom atau pun
sering mengalami kehancuran akibat bencana alam, nyatanya Jepang dapat segera
bangkit dan mencapai puncaknya kembali. Mengapa demikian?, seperti apa yang
dikatakan Mc Lelland bahwa kemajuan suatu bangsa 20 tahun kemudian ditentukan
oleh cerita yang disampaikan kepada rakyatnya saat ini.
Setelah kalah dalam perang dunia ke-2, kaisar Jepang merasa perlu mengumpulkan
semua guru di Jepang untuk membuat berbagai kisah yang membangkitkan kembali
semangat, integritas dan karakter yang kuat dari bangsa Jepang. Setelah terkumpul,
terpilihlah 12 orang guru yang membuat kisah yang mengandung nilai-nilai tersebut
dan dirangkum dalam apa yang disebut spirit Bushido.Lalu kaisar mewajibkan kisahkisah tersebut diceritakan di seluruh sekolah secara terus-menerus, didoktrinkan turun
temurun dan dibuatkan patung dari tokoh-tokoh dalam kisah tersebut, sehingga tanpa
sadar menjadi karakter yang mengendap dalam diri bangsa Jepang.
Sekarang mari bandingkan dengan kisah yang terjadi dan terpaksa diceritakan setiap
hari di negara Indonesia yang kita cintai ini. Mulai dari kisah artis yang terbilang tidak
penting, konflik antar pejabat dan lembaga negara, perebutan kekuasaan, kemiskinan,
kegagalan pembangunan atau pun kesalahan kebijakan serta berita mengenaskan
lainnya. Hari demi hari kita jejaki pengalaman empiris generasi di bawah kita dengan
hiruk pikuk dan konflik tak berkesudahan. Sementara nilai-nilai agama pun mulai kita
pertentangkan. Jika terus dalam kondisi yang tidak kondusif seperti ini, tanpa disadari
sesungguhnya kita sedang menyiapkan kegagalan generasi mendatang. Nauzubillah.
Sudah saatnya kita bangkit, mengubah mind set dan mulai membangun sikap positif
demi hari ini dan generasi setelah kita mati nanti. Seperti Dahlan Iskan sampaikan
dalam materinya kepada para manager beberapa perusahaan besar belum lama ini.
“Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain. Berhentilah bersandar pada orang lain.
Kita menghadapi setidaknya dua tahun yang sangat berat. Tapi, percayalah, mendung
tebal tidak akan menggelayut di satu tempat terus menerus.” Terus semangat dengan
jiwa dan sikap ksatria, meski bukan samurai tetapi inspirasi jiwa Bushido dengan spirit
usaha terbaik serta berserah atas ijin dan kuasa-Nya, kita harus yakin bahwa semua
masalah yang membelit negara ini pasti akan segera teratasi, kini atau pun nanti.
Inspirasi jiwa Bushido ini juga penting untuk Duta BPJS Kesehatan. Kita harus yakin
bahwa semua masalah yang datang silih berganti di era transisi BPJS Kesehatan akan
segera teratasi.
Direktur Utama
Fachmi Idris
Sehat - Cara Jaga Tulang Agar tetap
kuat dan sehat
10
FOKUS
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Selama Setahun, Kontribusi JKN Bagi Ekonomi Indonesia
Capai Rp 18,62 Triliun
Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan tidak sekedar
membuka akses yang seluasluasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif. Lebih dari
itu, program JKN juga telah
berkontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hasil penelitian
yang dilakukan Pusat Data Bisnis
Indonesia (PDBI) menyebutkan,
penyelenggaraan JKN sepanjang
tahun 2014 lalu memberi kontribusi
sedikitnya Rp 18,62 triliun bagi
ekonomi Indonesia.
M
eningkatkan efektivitas pelayanan program
Sistem Jaminan Sosial Nasional di bidang
kesehatan merupakan salah satu prioritas
pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla. Saat menyampaikan pidatonya mengenai
Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 beserta nota
keuangannya di depan sidang paripurna DPR RI, Jumat
(14/8), Presiden Joko Widodo juga telah menyampaikan,
pemerintah akan mendukung upaya pemenuhan anggaran
kesehatan sebesar 5% seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Kesehatan, serta mendorong peningkatan
kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) program JKN
menjadi 92,4 juta jiwa.
Selain itu, pemerintah juga akan melakukan penyesuaian
besaran premi PBI. Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita
Farid Moeloek mengatakan, premi PBI akan ditingkatkan
dari Rp 19.225 per orang per bulan menjadi Rp 23.000
per orang per bulan. Dari peningkatan premi tersebut,
diharapkan layanan kesehatan yang diberikan oleh para
provider BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program
JKN dapat semakin meningkat, sehingga akan diikuti oleh
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dampak JKN Terhadap Perekonomian
Program JKN memang telah membuka akses yang luas
bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif. Tidak hanya itu, di tengah
masih adanya hambatan dalam pelaksanaan di lapangan,
program JKN juga telah ikut berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bambang
Brodjonegoro
Menteri Keuangan RI, Bambang
Brodjonegoro mengatakan, dari sisi
fund accumulation atau pengumpulan
dana, keberadaan BPJS Kesehatan
sebagai penyelenggara program
JKN sebetulnya sangat luar biasa.
Apalagi selama ini persoalan fund
accumulation memang masih menjadi
salah satu kelemahan negara kita.
“Selama ini belum ada wadah yang bisa mengakumulasi
dana yang jumlahnya signifikan dan bisa men-support
infrastruktur. BPJS Kesehatan ini menurut saya sangat luar
biasa. Kalau nanti BPJS Kesehatan sudah sangat bagus
dalam mengakumulasi dana, ditambah lagi dengan BPJS
Ketenagakerjaan dan yang lainnya, itu akan luar biasa untuk
membiayai infrastruktur,” kata Bambang Brodjonegoro,
belum lama ini.
Info BPJS Kesehatan
Sepanjang tahun 2014, BPJS Kesehatan membukukan
pendapatan iuran peserta sebesar Rp 40,72 triliun yang
bersumber dari pemerintah, pemberi kerja dan pekerja,
serta kelompok peserta bukan penerima upah. Sementara
itu, realisasi biaya manfaat berupa biaya pelayanan
kesehatan perorangan meliputi biaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif mencapai Rp 42,65 triliun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Data Bisnis
Indonesia (PDBI), program JKN sepanjang tahun 2014 juga
telah berkontribusi pada ekonomi Indonesia sedikitnya
Rp 18,62 triliun. Angka ini didapatkan dari pertumbuhan
empat industri yang terkena dampak langsung, yaitu
industri kesehatan, industri obat-obatan, lapangan kerja
bidang kesehatan, serta konstruksi rumah sakit
industri farmasi atau obat-obatan. Permintaan obat-obatan
dari pertumbuhan 13,63% tersebut berdampak positif
untuk pertumbuhan industri obat-obatan sebesar 3,25%
atau senilai Rp 1,7 triliun.
Dari sisi lapangan kerja bidang kesehatan, program JKN
meningkatkan lapangan kerja baru di bidang kesehatan
dengan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia
sebesar Rp 4,2 triliun. “Dengan adanya program JKN,
paling sedikit dibutuhkan kurang lebih 50.000 tenaga
dokter dan perawat baru. Bila dikalikan dengan penghasilan
mereka selama setahun, nilainya itu sekitar Rp 4,2 triliun,”
jelasnya.
“JKN tidak selalu menjadi beban
negara, tetapi ada juga dampak
positifnya bagi ekonomi Indonesia.
Sepanjang tahun 2014 lalu, yang
dikontribusikan oleh JKN untuk
ekonomi Indonesia paling sedikit
Rp 18,62 triliun,” ujar Director of
Consulting Services PDBI, Jeffrey
Bahar.
Industri kesehatan meningkat karena mereka yang kurang
mampu dan selama ini mengeluarkan biaya sendiri (out
of pocket) menjadi lebih mudah mengakses layanan
kesehatan melalui JKN. Ini memberikan kenaikan pada
sektor kesehatan sebesar Rp 4,4 triliun. PDBI mencatat,
masih ada sekitar 45% penduduk Indonesia yang
membayar biaya kesehatannya dari kantong sendiri, di
mana 1 dari 4 pasien out of pocket tersebut tidak mampu
membayar layanan kesehatan yang dibutuhkan.
“JKN berkontribusi atas pertumbuhan industri
kesehatan sebesar 13,63% tahun 2014 lalu.
Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan baru
atas layanan kesehatan yang tidak bisa dipenuhi
sebelumnya dari out of pocket senilai Rp 4,4 triliun,”
jelas Jeffrey.
Pertumbuhan industri kesehatan ini juga berdampak
positif bagi industri pendukung layanan kesehatan, seperti
JKN juga berdampak positif pada sektor industri konstruksi
rumah sakit sebesar Rp 8,36 triliun. Sebelumnya,
pertumbuhan fasilitas kesehatan hanya sekitar 200
per tahun. Namun setelah adanya program JKN terjadi
peningkatan sebesar 35% dengan proporsi terbanyak
dari swasta. Sehingga rasio rumah sakit swasta terhadap
rumah sakit pemerintah meningkat dari 11,8% menjadi
54,4%.
Jeffrey Bahar
Menurut Jeffrey, pertumbuhan
tersebut hanyalah sebagian dampak
langsung dari adanya program JKN.
Masih banyak komponen lainnya yang
belum dihitung, misalnya kebutuhan
pokok harian di rumah sakit atau
puskesmas untuk pasien, seperti
makanan, minuman, dan lainnya.“Kalau
dihitung lagi, efek domino dari
program JKN akan semakin besar,”
ujar dia.
3
FOKUS
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
JKN Meningkatkan Produktivitas Kerja
Tidak sekedar menyumbangkan angka-angka bagi
pertumbuhan ekonomi, layanan kesehatan yang terjamin
oleh JKN juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga
kerja Indonesia hingga mencapai > Rp 70 ribu per jam.
Jeffrey memaparkan, tingkat produktivitas pekerja sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu lingkungan kerja yang
produktif dan kondusif, keseimbangan pekerjaan dan
kehidupan yang baik, serta kesehatan yang prima. Adanya
program JKN memberikan akses layanan kesehatan yang
lebih baik kepada pekerja, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan pekerja yang berdampak pada peningkatan
produktivitas. Beberapa studi pun menyatakan korelasi
positif antara kesehatan dan produktifitas.
JKN juga berperan mencegah bertambahnya jumlah
penduduk menengah ke bawah yang menjadi miskin
atau bangkrut akibat biaya kesehatan yang tinggi dari
pembiayaan out of pocket. Karena dengan adanya program
JKN, biaya tidak terduga dari pembiayaan kesehatan
akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan, sehingga porsi
pembiayaan dari kantong sendiri menjadi berkurang.
Hal ini diperkuat dengan beberapa studi yang menyatakan
korelasi pembiayaan kesehatan out of pocket dengan risiko
kemiskinan. Bila tidak memiliki tabungan yang cukup,
biasanya orang tersebut akan menjual rumah atau barang
berharga miliknya untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Di Indonesia sendiri, pembiayaan out of pocket untuk
pelayanan kesehatan yang mencapai 45% tergolong masih
tinggi bila dibandingkan Thailand yang hanya 16%, atau
Malaysia yang tinggal 35%. “JKN ikut berperan dalam
menurunkan tingkat kemiskinan dikarenakan berkurangnya
kewajiban biaya kesehatan dan pengobatan out of pocket
yang tinggi bagi peserta JKN,” tambah Jeffrey.
Beberapa studi menunjukkan korelasi yang positif antara
tersedianya jaminan kesehatan dengan penurunan tingkat
kematian, serta peningkatan tingkat harapan hidup.
Bagaimana dengan kesehatan psikologis yang juga
sama pentingnya dengan kesehatan fisik? Penelitian
PDBI menyebutkan, implementsi JKN tidak hanya
meningkatkan kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan
psikologis. Adanya JKN memberikan rasa aman yang
dapat berdampak pada produktivitas kerja, angka harapan
hidup, meningkatkan status sosial ekonomi, terutama pada
populasi di bawah garis kemiskinan.
Sebagai pemain di sektor swasta, Agus kini lebih fokus
pada upaya mengisi gap yang masih ada dalam perjalanan
program JKN. Karena dengan strata sosial yang berbedabeda pada masyarakat Indonesia, akan ada banyak value
yang tidak bisa dipenuhi oleh BPJS Kesehatan saja,
sehingga menyisahkan adanya gap. “Kami sebagai
pemain swasta harus mendukung perjalanan JKN dengan
mengisi gap yang masih ada. Semakin dekat gap itu, bisnis
kami sebetulnya akan semakin habis. Tetapi selalu ada
peluang buat kami, selalu ada ekspektasi dari masyarakat.
Karena kalau complain terus ke pemerintah, energi kita
justru akan habis,” ujar dia.
Sinergi dengan Asuransi Swasta
JKN Tingkatkan Kualitas Kesehatan
Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
tergolong masih tinggi, yaitu mencapai 32 per 1.000
kelahiran hidup. Tiga penyebab utama tingginya angka
kematian bayi baru lahir adalah karena kelahiran prematur,
infeksi berat, serta kompliksi selama kehamilan. Ketiga
penyebab ini merupakan 80% faktor utama dari semua
angka kematian bayi.
Jeffrey mengatakan, adanya program JKN telah
memberikan akses kesehatan terhadap ibu hamil dan bayi,
sehingga dapat menurunkan tingkat kematian bayi yang
seharusnya bisa dicegah dengan penanganan medis.
Tidak hanya itu, penelitian PDBI menyebutkan JKN telah
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga
meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan
data terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), AHH
Indonesia tahun 2015 adalah 71 tahun. Hanya sedikit lebih
tinggi dari Filipina (69 tahun), namun masih relatif lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang
lainnya seperti Venezuela (76 tahun), Thailand (75 tahun),
dan bahkan Kamboja (75 tahun).
“JKN menyediakan akses pelayanan
kesehatan yang terjangkau secara
umum, sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat dengan
meningkatnya jumlah kasus kesehatan
yang ditangani. Hal ini memberi
kontribusi pada peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat dan menaikan
Angka Harapan Hidup,” tambah Jeffrey.
4
Tidak hanya BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara
program JKN, para pelaku industri asuransi swasta
juga memiliki potensi yang besar bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia, apalagi jika keduanya bersinergi.
Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Chazali
Situmorang mengatakan, hadirnya BPJS Kesehatan
sebagai penyelenggara program JKN sejak awal memang
tidak dalam konteks mengurangi atau mereduksi asuransi
swasta yang sudah ada. Sebab kedua asuransi ini
menyelenggarakan jenis asuransi yang berbeda. BPJS
Kesehatan menyelengarakan social insurance, sementara
asuransi komersial menyelenggarakan private insurance.
Meski begitu, kedua jenis asuransi ini juga dapat saling
bekerjasama dalam pelaksanaan program JKN melalui
mekanisme koordinasi manfaat atau Coordination of
Benefit (COB). Sejauh ini sebagian besar asuransi
swasta juga sudah menandatangani kerjasama untuk
menjalankan mekanisme tersebut. Namun diakui Direktur
Utama PT Lippo General Insurance Tbk, Agus Benjamin,
penyelenggaraan COB saat ini masih jauh dari yang
diharapkan.
“Memang ada mekanisme COB, tetapi
praktek di lapangan masih sangat sulit.
Yang diperlukan saat ini menurut saya
adalah upaya mensinergikan antara
BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta.
Bagaimana kita saling membantu, saling
mendukung dan mengisi celah. Karena
antara BPJS Kesehatan dan asuransi swasta
sebetulnya punya spirit yang sama yang dapat
disinergikan, yaitu jaminan kepastian atas
ketidakpastian, serta mengumpulkan premi
yang sehat untuk menjamin klaim dari yang
sakit,” ungkapnya.
Agus mengatakan, posisi
asuransi swasta saat ini adalah
sebagai “suplemen”. Dari data
yang dimilikinya, ada sebanyak
50 juta penduduk kelas
menengah yang sebetulnya
berambisi bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan kelas
1. Angka ini bisa dijadikan
peluang bagi asuransi swasta
untuk terus tumbuh. Karena
tidak semua orang merasa
Agus Benjamin
nyaman dengan sistem rujukan
berjenjang yang dijalankan BPJS
Kesehatan. “Dari jumlah ini, masak ribuan saja industri
asuransi swasta tidak bisa kumpulkan. Saya yakin peluang
itu masih ada di mana-mana,” pungkasnya.
Dengan adanya sinergi antara asuransi swasta dengan
BPJS Kesehatan, diharapkan layanan kesehatan yang
diterima oleh masyarakat akan semakin berkualitas. Pada
akhirnya sinergi ini juga bisa memberikan dampak yang
semakin positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Info BPJS Kesehatan
FOKUS
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Integrasi Jamkesda ke BPJS Kesehatan,
Wujud Gotong Royong Bersama
Sebagai wujud gotong royong demi tercapainya universal health coverage di tahun 2019, Pemerintah Daerah (Pemda) harus
mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke BPJS Kesehatan sebelum akhir tahun 2016. Dengan
mengintegrasikan program Jamkesda, penduduk yang menjadi peserta JKN akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif sesuai kebutuhan medis dan berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
S
esuai dengan “Peta Jalan Jaminan Kesehatan
Nasional 2014-2019”, integrasi Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda) ke BPJS Kesehatan
harus selesai dalam waktu tiga tahun sejak BPJS
Kesehatan mulai beroperasi per 1 Januari 2014. Artinya
seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) sudah harus
mengintegrasikan program Jamkesda-nya ke BPJS
Kesehatan selambat-lambatnya pada akhir tahun 2016.
Adapun perspektif penilaian yang
dilakukan terhadap masing-masing
pemerintah daerah meliputi cakupan
peserta BPJS Kesehatan (rasio jumlah
peserta JKN terhadap jumlah penduduk,
serta presentase jumlah pemda yang
terintegrasi terhadap jumlah peserta),
jumlah peserta integrasi Jamkesda,
administrasi kepesertaan, administrasi
keuangan (kesesuaian jumlah terhadap
APBD serta ketepatan jumlah membayar
sesuai dengan kewajiban), dan kemitraan
(PKS terlama serta compliance terhadap
ketentuan dan sistem BPJS Kesehatan).
“Pada akhir tahun 2016, diharapkan seluruh Jamkesda
sudah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan, demi
mendukung tercapainya universal health coverage di
tahun 2019. Integrasi ini juga merupakan wujud dari
gotong royong kita bersama,” kata Direktur Utama BPJS
Kesehatan, Fachmi Idris.
Chazali
Situmorang
76,4 juta jiwa saja.
Dipaparkan Ketua Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN), Chazali
Situmorang, lahirnya Jamkesda
sebetulnya tidak terlepas dari adanya
Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) atau program jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui subsidi negara. Saat
Jamkesmas mulai dijadikan sebagai
kebijakan pemerintah, cakupannya
saat itu masih sangat terbatas, hanya
Dalam implementasinya, ternyata banyak orang miskin
dan tidak mampu di daerah yang tidak termasuk di dalam
76,4 juta jiwa tersebut. Sementara dana yang dimiliki oleh
pemerintah pusat saat itu hanya cukup untuk meng-cover
sejumlah tersebut. Akhirnya disepakati bagi daerah yang
penduduk miskinnya belum ter-cover dalam Jamkesmas,
mereka dapat menyelenggarakan program Jamkesda
menggunakan dana APBD.
Setelah program JKN digulirkan, seluruh peserta
Jamkesmas otomatis menjadi Penerima Bantuan Iuran
(PBI) program JKN. Sebagian Jamkesda juga telah
terintegrasi dengan BPJS Kesehatan untuk mendukung
program tersebut.
Saat ini terdapat 13 provinsi dan 270 kabupaten/kota
yang telah melakukan integrasi program Jamkesda-nya
ke BPJS Kesehatan. Adapun per 28 Agustus 2015, dari
total 150.753.391 jiwa peserta BPJS Kesehatan, sebanyak
7,26% atau 10.657.038 jiwa adalah peserta Jamkesda yang
sudah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan.
Dalam proses integrasi ini, Pemda membayarkan iuran
penduduknya yang tergolong miskin dan tidak mampu,
namun mereka belum tercakup di dalam PBI. Besaran
iuran yang dibayarkan per orang per bulan oleh pemda
sama dengan besaran iuran PBI.
menyebutkan, penduduk miskin dan tidak mampu di
Indonesia ada sebanyak 96,7 juta jiwa. Artinya masih
terdapat 10,3 juta jiwa penduduk miskin dan tidak mampu
yang berlum ter-cover sebagai peserta PBI. Namun
penduduk tersebut umumnya telah mendapatkan jaminan
dari Pemda dalam bentuk Jamkesda.
Secara bertahap, seluruh penduduk miskin dan tidak
mampu nantinya memang akan tercakup dalam peserta
PBI yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.
Tahun 2016 mendatang, jumlah peserta PBI juga akan
ditingkatkan menjadi 92,4 juta jiwa, sehingga alokasi APBD
untuk iuran jaminan kesehatan penduduk miskin dan tidak
mampu jadi semakin berkurang.
Chazali mengatakan, adanya selisih alokasi
APBD untuk iuran jaminan kesehatan tersebut
diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
untuk pembangunan fasilitas kesehatan atau
peningkatan SDM Kesehatan.
Berbagai regulasi juga telah tersedia yang bisa dijadikan
dasar bagi Pemda untuk mengintegrasikan program
Jamkesda ke BPJS Kesehatan, di antaranya Perubahan
Peraturan Presiden No 12 Tahun 2012 tentang Jaminan
Kesehatan Pasal 6A, Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 27 tahun 2013, hingga surat edaran
yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri kepada
Gubernur dan Bupati/Walikota.
“Dengan mengintegrasikan program
Jamkesdanya, penduduk yang menjadi peserta
JKN akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif sesuai kebutuhan medis dan berlaku di
seluruh wilayah Indonesia, tidak terbatas wilayahnya
seperti saat Jamkesda,” papar Chazali.
Sementara itu data yang terdapat dalam Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011
Info BPJS Kesehatan
Dalam proses integrasi Jamkesda ke BPJS Kesehatan,
tantangan yang dihadapi Sugiarto adalah bagaimana
melengkapi persyaratan administrasi yang harus dipenuhi
oleh setiap peserta. Karena masih ada penduduk miskin
penerima Jamkesda di Cirebon yang belum memiliki
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Kartu
Keluarga (NKK).
"Masih adanya 3.000 penduduk miskin kota yang belum
didaftarkan ke BPJS Kesehatan karena mereka tidak punya
NIK dan NKK. Solusinya, kami bersama BPJS Kesehatan
cabang Cirebon bergerak bersama-sama mempercepat
koordinasi dengan Dukcapil dan membuatkan KTP
elektronik untuk mereka, sehingga saat ini persyaratan itu
sudah hampir selesai," ujar Sugiarto.
Penduduk Kota Cirebon saat ini berjumlah sekitar 300.000
jiwa. Dari jumlah tersebut, 86 persennya sudah tercover
BPJS Kesehatan, dan ditargetkan akan menjadi 100 persen
pada tahun 2016 mendatang.
Daftar Pemenang JKN Awards 2015
Tingkat Provinsi
Apresiasi Utama :
Apresiasi Madya :
Apresiasi Pratama :
Aceh
DKI Jakarta
Sumatera Utara
Tingkat Kab/Kota berpenduduk ≤ 200.000 jiwa
Apresiasi Utama :
Apresiasi Madya :
Apresiasi Pratama :
Kota Pangkal Pinang
Kab. Kepulauan Mentawai
Kota Sibolga
Tingkat Kab/Kota berpenduduk > 200.000 - 400.000 jiwa
Apresiasi Utama : Kota Cirebon
Apresiasi Madya : Kota Pekalongan
Apresiasi Pratama : Kab. Pringsewu
Dorong Pembangunan Faskes
Pada tahun 2014, pemerintah mengalokasikan APBN untuk
membayar iuran peserta PBI sebanyak 86,4 juta jiwa yang
tegolong penduduk miskin dan tidak mampu. Sementara
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang
iurannya juga dibayarkan pemerintah mencapai 1,8 juta
jiwa.
Salah satu Pemda yang menerima
Apresiasi Utama Tingkat Kabupaten/
Kota berpenduduk > 200.000 - 400.000
jiwa adalah Kota Cirebon di Jawa Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon,
Edy Sugiarto mengatakan, setia bulannya
Pemda Cirebon mengeluarkan Rp 2 miliar
untuk membayar premi bagi 42.000 penduduk Cirebon
yang tergolong miskin dan tidak mampu, namun belum
tercakup dalam PBI. Jumlah yang ditanggung tersebut
dalam waktu dekat juga akan segera ditambah menjadi
45.000 jiwa.
JKN Award 2015
Sebagai bentuk penghargaan kepada Pemda yang telah
berkomitmen menyukseskan implementasi program JKN,
BPJS Kesehatan pada awal September 2015 lalu juga
telah memberikan penghargaan JKN Award 2015 kepada
sejumlah Pemda yang telah mengintegrasikan Jamkesdanya ke BPJS Kesehatan.
Tingkat Kab/Kota berpenduduk lebih dari 400.000 jiwa
Apresiasi Utama : Kab. Demak
Apresiasi Madya : Kota Gorontalo
Apresiasi Pratama : Kab. Bogor
5
BINCANG
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Butuh Waktu
untuk Meraih Surplus
Sejatinya, tujuan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
sebagaimana termaktub dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2011 adalah untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota keluarganya. Meskipun demikian, para ahli dan praktisi jaminan sosial
telah mengungkapkan dampak Pembangunan faktor kesehatan dipandang sebagai stimulus
terciptanya pembangunan ekonomi dan sosial pada suatu negara (Romani & Anderson, 2002).
Christianto Wibisono,
Pendiri (Pusat Data Bisnis Indonesia - PDBI)
M
eskipun banyak tantangan yang dihadapi
pada awal dua tahun impelementasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan,
namun bukan berarti Republik Indonesia telah gagal total
dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan sosial. Berkaca
pada pengalaman negara-negara lain seperti Jerman dan
Jepang yang membutuhkan puluhan hingga ratusan tahun
dalam menyempurnakan program asuransi kesehatan
sosial mereka, Indonesia juga membutuhkan waktu dan
kerja keras dari semua pihak agar JKN ini dapat berjalan
sebagaimana harapan seluruh elemen bangsa.
Terbukti, penyelenggaraan JKN oleh BPJS Kesehatan tidak
hanya berdampak pada aspek mikro seputar kesehatan
semata. Fakta bahwa BPJS Kesehatan berdampak
pada bidang lain terpotret dari hasil penelitian Pusat
Data Bisnis Indonesia (PDBI). Menurut lembaga riset
tersebut, pelaksanaan JKN sepanjang 2014 berkontribusi
atas sumbangan pemasukan sekitar Rp18,6 triliun bagi
perekonomian Indonesia. Kontribusi dari masing-masing
komponen dalam program tersebut diantaranya adalah
industri kesehatan Rp 4,4 triliun, obat-obatan Rp1,7
triliun, lapangan kerja bidang kesehatan Rp 4,2 triliun, dan
konstruksi rumah sakit Rp 8,36 triliun.
JKN juga memberikan akses layanan kesehatan kepada
pekerja, sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja
dan mendukung peningkatan produktivitas kerja.
Menurut PDBI, sejatinya dampak digulirkannya JKN
juga dapat merambah ke bidang-bidang lain, seperti
transportasi, infrastruktur dan sebagainya. Lembaga
ini berjanji ke depan akan melakukan riset-riset terkait
dampak-dampak tersebut.
Namun, yang perlu digarisbawahi adalah, bahwa potensi
BPJS Kesehatan untuk memajukan lingkungan makro
Indonesia sangat besar. Berkaca dari riset ini Info BPJS
Kesehatan, memutuskan untuk mendapat penjelasan
lebih jauh dengan Christianto Wibisono, pendiri dari PDBI.
Berikut petikan wawancara yang dilakukan di kediamannya,
di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Apa perbedaan sebelum dan sesudah adanya BPJS
Kesehatan?
Perbedaaanya tentu cukup jauh. Bayangkan, dahulu
mungkin tidak lebih dari 40% dari warga negara yang
memiliki akses kesehatan. Sebagian besar masyarakat
hanya bisa berpasrah bila mengalami sakit yang
membutuhkan biaya besar.
Kini dengan telah beroperasinya BPJS Kesehatan,
semua berubah seperti siang dan malam. Orang yang
tadinya tidak bisa berobat kini berbondong-bondong
memanfaatkan fasilitas layanan JKN.
Ini adalah sebuah fenomena yang bagus. Pasalnya, pada
akhirnya pemerintah berhasil memenuhi amanah dari
konstitusi untuk menyediakan hak dasar pada semua
warga negara.
Masih banyak publik yang mengeluh perihal layanan
BPJS Kesehatan. Apa tanggapan Anda?
Yah, namanya program yang masih baru. Tentu saja wajar
bila masih terjadi permasalahan di sana-sini. Dalam
membangun suatu program, apalagi yang masih baru tentu
membutuhkan suatu proses.
Barack Obama untuk membangun sistem kesehatan di
negaranya. Program yang lebih dikenal dengan Obama
Care tersebut, pada awal-awalnya tidak berjalan mulus
lantaran banyak politisi yang menentang program jaminan
kesehatan itu.
Padahal program tersebut sudah dirintis sejak jaman
Presiden Bill Clinton. Namun, pada saat itu, program
tersebut gagal disahkan.
Bidang krusial apa yang perlu dibenahi dalam JKN?
Permasalahan utama adalah selalu terjadi gap. Mulai dari
perumusan perundang-undangan sampai implementasi
pelaksanaan. Saya ambil contoh, sebetulnya undangundang (UU) terkait JKN sudah ada sejak jaman Ibu Mega
menjadi presiden. Namun, baru bisa berjalan belakangan
ini. Artinya proses menuju terwujudnya JKN lama sekali.
Di sisi lain, saat BPJS Kesehatan berjalan, jumlah orang
yang menggunakan layanan, ternyata tidak sebanding
dengan pemasukan iur premi yang masuk. Ini kembali
terjadi gap di bidang implementasi.
Seharusnya prinsip asuransi kesehatan sosial seperti ini
lho. Kalau you punya peserta terdaftar 100 juta, idealnya
yang sehat itu 90 juta dan yang sakit jangan lebih dari 10
juta. Nah, hal seperti ini harus bisa diatur.
Pertama-tama, adanya masalah keuangan di BPJS
Kesehatan, sehingga harus dibantu Negara, tidak berarti
BPJS Kesehatan pada awalnya tidak dirancang untuk
membantu keuangan Negara.
Analoginya, meruginya suatu perusahaan swasta tidak
berarti perusahaan swasta tersebut pada awalnya tidak
dibangun untuk mengejar laba. Sebuah lembaga bisa saja
dirancang untuk X, tetapi dalam perjalanannya mengalami
masalah, sehingga tidak atau belum memenuhi tujuan X.
Kemudian, masalah keuangan BPJS Kesehatan tampaknya
tidak begitu serius dan bisa diatasi. Mismatch yang terjadi
saat ini belum sampai mengancam sustainability program
JKN dan BPJS Kesehatan.
Lagipula, meski terjadi mismatch pada Dana Jaminan
Sosial Kesehatan, Aset BPJS Kesehatannya mengalami
surplus senilai Rp1,017 triliun. Artinya, meski mengalami
masalah,
BPJS Kesehatan masih
mungkin untuk
mengatasinya,
dan memainkan
peran
membantu
keuangan
Negara di
masa depan.
Kalau sekarang ini, yang sakit jauh lebih banyak daripada
yang sehat. Semua yang tadinya tidak masuk dalam
sistem, berlomba-lomba untuk berobat. Yah, tapi ini
namanya transisi lah. Saya yakin ke depan semua akan
berubah.
Idealnya BPJS Kesehatan itu seharusnya dalam tanda kutip
surplus. Namun, saya yakin, berdasarkan hitung-hitungan
kasar kami, hal itu kemungkinan akan terjadi. Butuh
waktu memang, yah, kira-kira sekitar 4-5 tahun lagi.
Bagaimana potensi BPJS Kesehatan ke depan?
Potensi BPJS Kesehatan tentu saja cukup besar.
Di bidang kesehatan misalnya, saya yakini hal
ini akan berpengaruh pada peningkatan usia
harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia.
Dalam penelitian saya juga telah disebutkan,
hanya dalam setahun, pelaksanaan JKN
telah memberikan sumbangan pemasukan
sekitar Rp18,6 triliun bagi ekonomi
Indonesia.
Banyak potensi-potensi yang lain.
Bayangkan kalau seluruh penduduk
Indonesia telah menjadi peserta BPJS
Kesehatan dan disiplin membayar iuran.
Tentu itu akan dapat mengumpulkan jumlah
dana yang cukup besar.
Di negara-negara maju, pemerintahnya
bisa meminjamkan dana dari masyarakat
ini untuk kegiatan pembangunan. Tentunya
hal ini bisa memberikan efek domino yang
cukup besar bagi pembangungan nasional.
Kalau BPJS Kesehatan bisa membantu
pembangunan, kenapa sekarang
keuangannya masih dibantu negara?
Ingat, bagaimana sulitnya Presiden Amerika Serikat
6
Info BPJS Kesehatan
BENEFIT
B
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Alat Bantu Kesehatan
Juga Dijamin BPJS Kesehatan
Untuk membantu proses penyembuhkan dan meringankan rasa sakit pada pasien, penggunaan alat bantu
kesehatan seringkali dibutuhkan. Misalnya pada pasien yang baru mengalami trauma pada leher dan kepala,
dibutuhkan penyangga leher (neck brace) selama dalam proses penyembuhan. Dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), alat bantu kesehatan tersebut juga menjadi salah satu pelayanan yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan. Tentu saja pemberiannya harus sesuai dengan indikasi medis, dan atas rekomendasi dari Dokter
Penanggung Jawab Pasien.
kali dalam 2 tahun.
P
rogram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
komprehensif sesuai dengan kebutuhan medis peserta,
antara lain meliputi layanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Alur pelayanan kesehatan ini dilakukan secara
berjenjang, yang dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), seperti puskesmas, klinik, atau dokter
keluarga.
Salah satu pelayanan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan
bagi pesertanya adalah pelayanan alat bantu kesehatan,
yaitu berupa instrumen, apparatus yang tidak mengandung
obat. Alat bantu kesehatan tersebut digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan, serta membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Namun perlu diketahui bahwa pelayanan alat bantu
kesehatan yang dipergunakan di luar tubuh ini merupakan
manfaat tambahan atau “suplemen”yang diberikan oleh
BPJS Kesehatan, sehingga ada pembatasan atau limitasi
baik jenis maupun harganya.
Alat bantu kesehatan tersebut diberikan kepada peserta
BPJS Kesehatan atas dasar indikasi medis. Jenis dan
plafon harga alat kesehatan juga telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan seperti yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 59 Tahun 2014
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial, khususnya di
pasal 24.
Apa Saja yang Dijamin?
Seperti pelayanan kesehatan lainnya, layanan alat
bantu kesehatan juga dilakukan dengan sistem rujukan
berjenjang yang dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP). Pelayanan tersebut dapat diberikan pada
pelayanan kesehatan rawat jalan atau rawat inap, baik di
FKTP maupun Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan
berdasarkan rekomendasi dari Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP).
Salah satu alat bantu kesehatan
yang diberikan pada FKTP
adalah prothesa gigi / gigi palsu.
Layanan ini diberikan kepada
Peserta BPJS Kesehatan yang
kehilangan gigi sesuai dengan
indikasi medis. Pelayanan
Prothesa Gigi diberikan
pada Fasilitas Kesehatan
Tinggkat Pertama dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Penjaminan
pelayanan Prothesa gigi diberikan atas rekomendasi dokter
gigi. Prothesa gigi dapat diberikan paling cepat 2(dua)
tahun sekali untuk gigi yang sama.
Untuk penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck
brace), alat bantu kesehatan ini dapat diberikan kepada
peserta BPJS Kesehatan sebagai penyangga kepala dan
leher akibat trauma pada leher dan kepala, ataupun fraktur
pada tulang cervix atau tulang leher sesuai dengan indikasi
Info BPJS Kesehatan
Pelayanan alat kesehatan lainnya yaitu alat gerak (kaki
dan/atau tangan tiruan). Ini diberikan kepada peserta
BPJS Kesehatan sesuai dengan indikasi medis dan atas
rekomendasi dari dokter spesialis orthopedi. Apabila
sesuai indikasi medis dibutuhkan kaki palsu untuk kedua
kaki atau tangan, maka keduanya dapat dijamin dan
penjaminan berikutnya paling cepat 5 tahun kemudian.
Sementara untuk alat bantu gerak berupa kruk penyangga
tubuh, alat ini juga diberikan atas rekomendasi dari
dokter spesialis orthopedic. Pemberiannya pun memiliki
ketentuan, yaitu paling cepat 5 tahun sekali untuk bagian
tubuh yang sama.
medis. Pemberian penyangga leher ini merupakan bagian
dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan pada
fasilitas kesehatan rujukan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
Untuk jaket penyangga tulang (corset), alat kesehatan ini
dapat diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang
mengalami kelainan atau gangguan tulang, maupun kondisi
lain sesuai dengan indikasi medis. Alat ini juga merupakan
bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada fasilitas kesehatan rujukan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, serta dapat diberikan maksimal 1
Jenis alat kesehatan di luar tubuh lainnya yang juga dijamin
olehBPJS Kesehatan adalah kacamata serta alat bantu
dengar (hearing aid).
Alat kesehatan ini dilayani oleh fasilitas kesehatan dengan
plafon atau batas harga sesuai ketentuan yang berlaku.
Alat kesehatan yang diberikan kepada peserta tersebut
dibayarkan di luar paket INA-CBG’s dan di luar paket
kapitasi.
Klaim ditagihkan tersendiri oleh fasilitas kesehatan kepada
BPJS Kesehatan secara kolektif. Artinya peserta tidak
menagihkan langsung kepada BPJS Kesehatan.
Tarif Alat Bantu Kesehatan
No.
Alat Kesehatan
1
Kacamata
Tarif (Rp)
1. PBI/Hak rawat kelas 3Rp150.000
2. Hak rawat kelas 2Rp200.000
3. Hak rawat kelas 1Rp300.000
Ketentuan
1. Diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali
2. Indikasi medis Minimal:
- Sferis 0,5D
- Silindris 0,25D
2
Alat bantu dengar Maksimal Rp1.000.000
Diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali
atas indikasi medis.
3
Protesa alat gerak Maksimal Rp2.500.000
Protesa alat gerak adalah kaki palsu atau
tangan palsu. Diberikan paling cepat 5 (lima)
tahun sekali atas indikasi medis.
4
Prothesa gigi
Maksimal Rp1.000.000
1. Diberikan paling cepat 2 (dua) tahunsekali
atas indikasi medis untuk gigi yang sama.
2. Full prothesa gigi maksimal Rp1.000.000.
3. Masing-masing rahang maksimal
Rp500.000.
5
Korset tulang
belakang
Maksimal Rp 350.00
Diberikan paling cepat 2(dua) tahun sekali
atas indikasi medis
6
Collar neck
Maksimal Rp 150.000
Diberikan paling cepat 2(dua) tahun sekali
atasindikasi medis
7
Kruk
Maksimal Rp 350.000
Diberikan paling cepat 5 (dua) tahun sekali
atas indikasi medis
7
PELANGGAN
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Terlindungi BPJS Kesehatan
Kerjasama antara Jasa Raharja
dan BPJS Kesehatan pada
Oktober tahun lalu itu sangat
membantu masyarakat.
Pasalnya, nilai pertanggungan
pengobatan pada korban laka
lantas maksimal sebesar Rp10
juta sudah tidak lagi memadai
pada zaman ini.
N
asib malang dialami oleh Linda Pertiwi. Pagi itu,
saat tengah menyeberang jalan menuju sekolah,
sebuah motor berkecepatan tinggi menghantam
dirinya. Oleh warga dan polisi lalu lintas yang berada di
lokasi kecelakaan, siswi SMA itu dibawa ke rumah sakit
(RS) yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari lokasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, diketahui tangan
kiri Linda patah dan perlu segera dioperasi. Di sinilah
permasalahan timbul.
Sebagai korban kecelakaan lalu lintas, dengan membawa
surat keterangan dari pihak kepolisian, Linda berhak
untuk mendapatkan bantuan biaya pengobatan dari PT
Jasa Raharja (Persero). Namun mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan No 37/PMK.010/2008 tentang
Besaran Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan
Kecelakaan, bantuan biaya pengobatan untuk kecelakaan
lalu lintas angkutan darat dan laut maksimal adalah
Rp10 juta. Artinya, bantuan biaya pengobatan yang bisa
ditanggung oleh Jasa Raharja untuk Linda hanya sebesar
Rp10 juta. Padahal biaya operasi yang akan dilakukan pada
Linda jauh melebihi batas maksimal pertanggungan PT
Jasa Raharja (Persero).
Nasional (JKN), apabila biaya pengobatan sudah melebihi
nilai maksimal yang dapat ditanggung oleh Jasa Raharja,
maka kelebihan tersebut selanjutnya dijamin oleh BPJS
Kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
Dalam kerjasama ini, sebagaimana dijelaskan oleh
Direktur Utama PT Jasa Raharja (Persero), Budi Setyarso,
Jasa Raharja bertindak sebagai pembayar pertama (first
payer) sedangkan BPJS Kesehatan merupakan pembayar
kedua (secondary payer). Artinya, bagi korban laka lantas
yang juga terdaftar sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan
Pada kesempatan yang sama, Kakorlantas Irjen Pol
Condro Kirono mengatakan, Program Jaminan Kecelakaan
Lalulintas ini akan diberlakukan mulai 1 Januari 2016
mendatang.
Dia menambahkan, institusinya memiliki data IRSMS
(Integrated Road Safety Management System) yang
online dari Polres sampai ke Mabes. Data itulah yang akan
dipadukan dengan server data milik BPJS Kesehatan.
Budi menambahkan, kerja sama antara Jasa Raharja dan
BPJS Kesehatan yang telah disepakati sejak Oktober
2014 itu, terbukti sangat membantu masyarakat yang
menjadi korban laka lantas. Budi mengakui bahwa nilai
pertanggungan pengobatan pada korban laka lantas
sebesar maksimal Rp10 juta sudah tidak lagi memadai
pada zaman ini.
IRSMS ini, tambah Condro, merupakan program hasil
kerjasama dengan Bank Dunia ini untuk mendapatkan
informasi kejadian kecelakaan lalu lintas yang spesifik dan
akurat dari seluruh Indonesia.
“Jumlah santunan pengobatan yang terlalu kecil membuat
pasien menombok biaya,” ucap Budi saat ditemui di
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Budi juga menambahkan, sebelum kerjasama
COB dengan BPJS Kesehatan, tidak jarang
pasien laka lantas yang menjalani rawat
inap di RS swasta pindah ke RS
pemerintah. Pasalnya biaya
perawatan kasus laka lantas
serius umumnya cukup
besar. Dengan dipindah ke
RS pemerintah, pasien
berharap mendapatkan
keringanan.
Data Korlantas
Guna mempercepat
proses pelayanan
pada korban laka
lantas, pada tanggal
8
“Kerja sama pemanfaatan data laka lantas bertujuan
agar proses administrasi korban laka lantas yang
ditanggung BPJS Kesehatan lebih cepat,” demikian
penjelasan Dirut BPJS Kesehatan Fachmi Idris.
Di samping itu, melalui kerjasama ini, keakuratan data
korban laka lantas diharapkan akan semakin meningkat.
Untunglah Linda dan keluarganya sudah terdaftar menjadi
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Petugas RS kemudian menyarankan keluarga
Linda untuk mengurus administrasi Coordination of
Benefit atau COB antara BPJS Kesehatan dengan Jasa
Raharja. Dengan prosedur ini, kelebihan biaya operasi yang
tidak dapat ditanggung oleh Jasa Raharja dapat dialihkan
menjadi tanggungan BPJS Kesehatan.
Jasa Raharja dan BPJS Kesehatan memang telah menjalin
kerjasama dalam bentuk COB untuk korban kecelakaan
lalu lintas yang juga menjadi peserta BPJS Kesehatan.
24 Agustus 2015 lalu, BPJS Kesehatan telah bekerjasama
(MoU) dengan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri terkait
pemanfaatan bersama data laka lantas secara online.
Lebih jauh dijelaskan, selain pemanfaatan data, ruang
lingkup MoU yang baru saja diteken dengan Korlantas
meliputi, pelaksanaan proyek percontohan dan
pelaksanaan program penurunan fatalitas laka lantas bagi
peserta BPJS Kesehatan.
“Untuk proyek percontohan, untuk sementara ditetapkan
di wilayah Jawa Timur,” tandas Condro.
Info BPJS Kesehatan
TESTIMONI
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
Kepala Puskesmas Sudiang : "BPJS Kesehatan Adalah Sebuah Anugerah"
Muhammad Sofyan
Kepala Puskesmas Sudiang Makassar
kapitasi yang diterima tiap bulannya
mencapai Rp 123 juta.
“Waktu masih eranya Askes, satu
peserta kapitasinya Rp 2.000. Namun
yang sampai ke kita hanya Rp 1.000
karena sisanya masuk ke kas daerah
sebagai pendapatan asli daerah (PAD).
Itu pun jasa mediknya hanya Rp 350
saja karena di Makassar ada Peraturan
Daerah (Perda) yang mengatur tentang
jasa,” ungkap Muhammad Sofyan.
Adanya BPJS Kesehatan baginya
adalah sebuah anugerah, karena
peningkatan jasa mediknya sangat
dirasakan oleh seluruh tenaga
kesehatan di puskesmas. “Sejak
era BPJS Kesehatan, satu peserta
kapitasinya Rp 6.000. Yang
didapatkan dokter di puskesmas tentu saja jadi
meningkat," paparnya.
P
rogram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan telah
memberikan akses yang luas bagi masyarakat untuk
mendapatkan layanan kesehatan. Tidak hanya dari sisi
peserta, fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan juga merasakan manfaat yang besar dari
program ini.
Seperti yang dirasakan Kepala Puskesmas Sudiang Kota
Makassar, Muhammad Sofyan. Sejak era BPJS Kesehatan
berjalan, jasa medik yang diterima meningkat hingga tiga
kali lipat setiap bulannya. Rata-rata kunjungan harian ke
puskesmas juga meningkat menjadi 150-200 orang per
hari.
Puskesmas Sudiang saat ini memiliki tiga dokter umum
dan dua dokter gigi. Di puskesmas ini tercatat ada
sebanyak 20.500 peserta BPJS Kesehatan, sehingga total
Dari dana kapitasi yang diterima setiap bulan, Sofyan
menjelaskan 60 persennya digunakan untuk jasa medik,
20 persen untuk operasional, sedangkan sisanya untuk
pengadaan obat-obatan. Namun untuk obat-obatan,
pengadaan ini ditangani langsung oleh Dinas Kesehatan
Kota Makassar.
Layanan Homecare Services
Salah satu layanan unggulan yang diberikan Puskesmas
Sudiang Kota Makassar adalah “Homecare Services”
atau layanan kesehatan 24 jam. Jadi meskipun
puskesmas ini bukan termasuk puskesmas rawat inap,
apabila ada masyarakat yang membutuhkan layanan
kesehatan, mereka bisa langsung menghubungi call
center Puskesmas Sudiang. Nantinya akan ada petugas
kesehatan yang datang ke rumah warga tersebut untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
“Homecare Services ini sifatnya ada tiga, pertama
Homecare Emergency atau pelayanan kesehatan yang
harus segera diberikan kepada warga karena kondisinya
yang darurat. Lalu ada Homecare Visit yang sifatnya
tidak darurat dan tidak harus datang ke rumah warga.
Petugas Kesehatan cukup memberikan konsultasi via
telepon, atau kalau kondisinya tidak juga membaik bisa
didatangi langsung ke rumahnya. Sedangkan yang terakhir
adalah Homecare Follow Up untuk pasien-pasien yang
perlu mendapatkan pengontrolan rutin pasca menjalani
pengobatan di rumah sakit, misalnya pasca operasi,”
terang Sofyan.
Seperti puskesmas provider BPJS Kesehatan lainnya,
Puskesmas Sudiang juga telah mengembangkan
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) untuk
pasien Diabetes Melitus (PPDM) dan Hipertensi (PPHT).
Kegiatan yang dikembangkan seperti senam diabetes dan
penyuluhan kesehatan.
“Peserta program Prolanis ini ada sekitar 200-an
orang. Setiap hari sabtu kita selalu melakukan
kegiatan senam bersama, dan satu bulan sekali ada
kegiatan penyuluhan tentang pola hidup sehat bagi
penderita diabetes. Karena memang peserta Prolanis
kita kebanyakan penderita diabetes,” kata Sofyan.
Melalui kegiatan yang dijalankannya tersebut, Sofyan
berharap agar pasien penyakit kronis yang ditangani
di Puskesmas Sudiang dapat menerapkan gaya hidup
yang lebih sehat, supaya penyakit yang dideritanya tidak
semakin parah, dan mereka tetap bisa memiliki kualitas
hidup yang baik.
Tidak Selalu Besar Pasak daripada Tiang
Ichsan Hanafi
Direktur Utama RS Hermina DaanMogot
K
endati telah lebih dari setahun berjalan, ternyata
masih banyak rumah sakit (RS) swasta yang
masih alergi untuk bergabung dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Di kalangan RS swasta, masih ada pameo bahwa melayani
pasien program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
bisa bermuara pada kerugian operasional RS. Pasalnya,
pencairan dana klaim yang mereka terima dari BPJS
Kesehatan, tidak setimpal dengan biaya layanan yang
diberikan, alias ‘besar pasak daripada tiang’.
Alasan utama mereka menolak adalah tarif yang diatur
dalam Indonesia Case-Base Groups (Ina-CBGs) terlalu
rendah. Rendahnya tarif membuat RS swasta khawatir
mereka bakal tekor.
Enggannya RS swasta untuk bergabung, tercermin dari
rendahnya mereka yang telah bergabung. Hingga saat
ini tercatat ada 1.592 RS yang menjadi mitra pemerintah
dalam menerapkan kebijakan JKN. Dari jumlah tersebut,
hanya 617 RS swasta yang tercatat bersedia menjadi
mitra bagi pemerintah. Padahal total jumlah RS Swasta di
seluruh negeri diperkirakan mencapai 1.436 unit.
Lalu pertanyaan besarnya, benarkah RS swasta bakal
rugi bila menjadi mitra BPJS Kesehatan? Jawaban dari
pertanyaan itu memang tidak semudah menyelesaikan
soal model pilihan benar atau salah yang masih berlaku di
Sekolah Dasar (SD). Karena untung atau rugi bergabung
dengan BPJS Kesehatan sejatinya tergantung dari
kemampuan manajemen RS mengelola efiesiensi
operasional.
RS Hermina Daan Mogot, Jakarta, adalah salah satu
contoh swasta yang justru bisa berkembang sejak menjadi
mitra BPJS Kesehatan dalam memberikan layanan kepada
Info BPJS Kesehatan
pasien JKN.
“Pendapatan kami meningkat 30% setelah bergabung
dengan BPJS Kesehatan,” ungkap Direktur Utama RS
Hermina Daan Mogot Ichsan Hanafi, kepada majalah
ini, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ichsan mengisahkan, institusi kesehatannya bergabung
melayani JKN sejak awal Januari 2014 lalu. Jujur dia
mengakui, awal bergabung suasananya memang agak
semrawut. Maklum, selain sosialisasi masih kurang,
sumber daya di RS-nya juga belum ideal.
“Terus terang awalnya kita tidak tahu strategi
pengelolaan pasien BPJS. Istilah coding, costing dan
clinical pathway, masih asing di telinga kami.”
Namun, di awal-awal bulan saja terjadi masalah. Di bulanbulan selanjutnya RS yang berada di kawasan Jakarta Barat
itu terus surplus secara neraca keuangan. RS yang tadinya
terlihat sepi dari pasien, kata Ichsan, kini berubah menjadi
ramai.
Gulung tikar
Berkaca dari pengalamannya, Ichsan menghimbau agar RS
swasta yang belum belum bekerjasama, sebaiknya segera
bergabung. Pasalnya, mereka akan menyesal di masa
datang.
Kini, rata-rata setiap hari, RS tersebut melayani 40 pasien
BPJS Kesehatan yang rawat inap dan 210 pasien rawat
jalan. Padahal dulu per hari rata-rata hanya belasan pasien
yang berobat jalan.
Menurutnya, bila dikelola dengan benar, niscaya RS swasta
dapat meraih keuntungan. Bahkan dalam beberapa bulan
semenjak digulirkannya BPJS Kesehatan, tidak sedikit RS
swasta yang melakukan pembangunan dan penambahan
fasilitas.
Lebih jauh Ichsan ‘buka kartu’ bahwa pengelolaan yang
efisien dan efektif menjadi kunci penting agar RS dapat
meraup laba dari pelayanan program JKN.
"Ada RS swasta yang kini malah menambah lantai gedung.
Ternyata dananya dari hasil mengelola kesehatan orangorang miskin dari program JKN," kata dia.
"Manajemen rumah sakit yang memperhatikan kendali
mutu dan kendali biaya adalah salah satu kunci penting,"
kata Ichsan, yang kini juga menjabat sebagai ketua
Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) itu.
Dia menambahkan, meskipun dalam tahap awal
implementasi BPJS menemukan banyak kendala, namun
hingga saat ini tidak ada RS Swasta yang ‘gulung tikar’
karena keikutsertaannya dalam BPJS Kesehatan.
9
SEHAT
SEHAT
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
CARA JAGA TULANG
Agar Tetap Sehat & Kuat
Tulang keropos atau masalah kelainan tulang lainnya sering dianggap sebagai penyakit yang wajar dialami para lansia. Namun
bukan berarti kita tidak bisa mencegahnya, atau paling tidak menunda kemunculannya lebih lama. Karena sebetulnya penyakit yang
muncul di usia lanjut tersebut berkaitan erat dengan gaya hidup kita di usia muda. Ingatlah bahwa menjadi tua dan sehat adalah
sebuah pilihan yang bisa kita putuskan sejak masih muda.
T
ulang merupakan salah satu organ penting
pembentuk rangka tubuh manusia. Karena fungsinya
yang sangat vital tersebut, kesehatan tulang harus
selalu dijaga, agar kita bisa tetap sehat dan aktif sampai
usia senja.
Kunci utama menjaga kesehatan tulang adalah dengan
memenuhi kebutuhan kalsium, vitamin D serta nutrisi
lainnya. Kalsium sendiri merupakan bagian utama dari
struktur tulang, sedangkan vitamin D berfungsi untuk
meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan
tulang.
Pakar nutrisi dari Nutrifood Research Center, Astri Kurniati
mengatakan, percepatan pertumbuhan dan pembentukan
tulang sebetulnya terjadi sampai usia sekitar 30 tahun.
Setelah itu, perlambatan formasi tulang dan resorpsi
atau pemecahan tulang akan lebih dominan. Sehingga
sebelum usia 30 tahun merupakan waktu terbaik untuk
“menabung” massa tulang, yaitu dengan cara mencukupi
kebutuhan kalsium.
“Menabung kalsium sejak masih kecil untuk kesehatan
tulang sangat penting agar di masa tua tulangnya tetap
sehat, serta tidak mudah mengalami osteoporosis atau
pengeroposan tulang,” ujar Astri Kurniati dalam acara
talkshow kesehatan di Jakarta, belum lama ini.
Dalam satu hari, anak usia
1 - 3 tahun membutuhkan
sekitar 650 miligram (mg)
kalsium, usia 4 - 9 tahun
butuh 1.000 mg kalsium
per hari, usia 10 - 18 tahun
butuh 1.200 mg perhari, dan
usia 19 tahun ke atas butuh
1.100 mg kalsium per hari.
Dari semua jenis makanan
dan minuman yang
mengandung kalsium,
susu merupakan sumber
kalsium yang banyak
direkomendasikan ahli gizi.
Bahkan segelas susu atau
sekitar 250 mililiter (ml) susu memiliki kandungan kalsium
yang setara dengan satu buah semangka berukuran
besar. Kalsium dalam segelas susu juga setara dengan ½
kilogram brokoli, ¼ kilogram bayam, dan 11 butir telur.
Namun bila tidak terbiasa mengonsumsi susu, beberapa
sayuran berdaun hijau juga bisa menjadi sumber kalsium,
seperti bayam atau kol hijau. Pangan lainnya yang juga
mengandung kalsium sekaligus vitamin D antara lain
yogurt, ikan sarden, telur, salmon, sereal, tuna, dan jeruk.
Tetap Aktif Bergerak
Selain memenuhi kebutuhan kalsium, gaya hidup aktif juga
sangat dianjurkan untuk pembentukan tulang pada usia
10
anak-anak, menjaga kepadatan tulang saat dewasa, hingga
menghindari terjadinya patah tulang saat dewasa. Paparan
sinar matahari pagi yang mengandung vitamin D juga
sangat penting untuk membantu penyerapan kalsium.
Spesialis Kedokteran Olahraga dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Ade Jeanne D. L. Tobing
mengatakan, salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan
untuk membentuk dan menjaga kesehatan tulang adalah
olahraga dengan beban ringan (weight-bearing) dan
olahraga berintensitas cepat (high impact).
Selain itu, seseorang juga bisa melakukan aktivitas
fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti jalan kaki dan
menggunakan tangga saat naik atau turun lantai. "Tidak
hanya menjaga kesehatan tulang, olahraga atau latihan
fisik juga sangat dianjurkan untuk mencegah berbagai
penyakit, di samping menjalankan pola makan gizi
seimbang," ungkap Ade Jeanne.
dan seperti patah-patah. Setelah lahir, ciri lainnya adalah
bagian mata yang berwarna putih biasanya akan terlihat
biru. Namun Osteogenesis imperfecta lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor gen yang diturunkan kedua orang
tuanya.
3. Osteoarthritis (OA)
Osteoarthritis (OA) atau kerusakan pada tulang rawan
sendi yang menyebabkan rasa nyeri memang berkaitan
erat dengan faktor usia. Karena semakin bertambahnya
usia, bantalan tulang sendi secara perlahan akan semakin
menipis. Namun menurut dokter spesialis orthopaedi dan
Masalah Tulang yang Harus Diwaspadai
1. Osteoporosis
Osteoporosis atau pengeroposan tulang terjadi karena
hilangnya sejumlah massa tulang yang telah melewati
ambang batas untuk terjadinya patah tulang. Walaupun
struktur tulang itu masih normal, tetapi massa tulang yang
mengisi jaringan tulang telah berkurang.
Osteoporosis tidak memiliki gejala yang khas, sehingga
sering disebut silent disease. Penderita osteoporosis
umumnya tidak merasakan nyeri tulang saat zat tulangnya
berkurang (osteopeni) ataupun saat sudah keropos. Rasa
nyeri baru timbul saat tulang patah atau keropos. Patah
tulang karena osteoporosis juga dapat timbul secara
spontan atau oleh trauma ringan saja.
2. Osteogenesis imperfecta (OI).
Pada anak-anak, masalah tulang kropos juga bisa
dijumpai. Penyakitnya dikenal dengan istilah Osteogenesis
imperfecta (OI). Aman Bhakti Pulungan dari Divisi
Endokrinologi Anak FKUI-RSCM Jakarta mengatakan,
penyakit ini berisiko membuat tulang jadi mudah patah.
Bahkan patahnya tulang tak memerlukan benturan
atau trauma hebat. "Pada anak-anak yang mengalami
Osteogenesis imperfecta, jatuh sedikit saja tulangnya bisa
patah. Bahkan tidak sedikit yang patah tulang tanpa sebab
yang jelas,” kata Aman.
Osteogenesis imperfecta sebetulnya bisa dideteksi sejak
masih dalam kandungan. Dari hasil pemeriksaan USG
nantinya akan terlihat tulang janin yang tampak bengkok
traumatologi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung,
Rizal Chaidir, OA juga bisa muncul di usia lebih muda
karena faktor obesitas atau kegemukan.
"Pada orang-orang yang memiliki tubuh gemuk,
tulang rawan sendi di lututnya akan dipaksa menahan
beban tubuh yang terlalu berat. Pada akhirnya ini bisa
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan sendi yang
menimbulkan rasa nyeri," ungkap Rizal.
Selain itu, OA juga bisa muncul lebih dini karena riwayat
trauma atau cedera di daerah persendian. Meski telah
dioperasi, risiko terkena osteoarthritis menjadi besar
karena permukaan sendi sudah tidak halus lagi, sehingga
bisa terjadi gesekan antar tulang. Bila tidak ditangani,
OA dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi dan
kecacatan sendi. Pada kondisi yang berat, bahkan sampai
membutuhkan tindakan penggantian sendi.
Info BPJS Kesehatan
Kilas & Peristiwa
EDISI 26 BULAN OKTOBER T 2015
BPJS Kesehatan Bersama KORLANTAS
Bersinergi dalam Pemanfaatan Data Online dan Penurunan Fatalitas Kecelakaan Lalu Lintas
Jakarta (24/08/2015) : BPJS Kesehatan bersinergi dengan
Korps Lalu Lintas POLRI (KORLANTAS) dan bersepakat
untuk mengadakan kerja sama dalam rangka Pemanfaatan
Data Online dan Penurunan Fatalitas Kecelakaan Lalu
Lintas serta Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan.
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama ini dilakukan
pada 24 Agustus 2015 di Hotel Bidakara dan dihadiri oleh
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris dan Kepala
Korps Lalu Lintas RI. Maksud dari perjanjian kerjasama
ini adalah pemanfaatan data online dan penurunan
fatalitas kecelakaan lalu lintas serta peningkatan kualitas
penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Sedangkan
tujuan dari perjanjian kerjasama ini adalah dalam rangka
meningkatkan keakuratan data kecelakaan lalu lintas
dan mempercepat proses administrasi pada kejadian
kecelakaan lalu lintas khususnya bagi peserta BPJS
Kesehatan.
Adapun ruang lingkup perjanjian kerja sama ini
meliputi pemanfaatan data kecelakaan lalu lintas
online; pelaksanaan proyek percontohan (pilot project);
Pelaksanaan program penurunan fatalitas kecelakaan lalu
lintas bagi peserta Program Jaminan Kesehatan.
“Untuk pelaksanaan program penurunan fatalitas
kecelakaan lalu lintas bagi peserta Program Jaminan
Kesehatan akan dilakukan bersama-sama antara BPJS
Kesehatan dengan KORLANTAS. Program pencegahan
dan pengurangan kecelakaan lalu lintas dilaksanakan untuk
meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan di
Indonesia, “ papar Fachmi.
Program ini dilakukan melalui pendekatan secara promotif
dan preventif. Pendekatan secara promotif dilakukan
dengan mengedepankan pencegahan secara dini melalui
optimalisasi kegiatan-kegiatan edukatif yang dilaksanakan
melalui sosialisasi baik berupa seminar atau penyuluhan
langsung kepada peserta BPJS Kesehatan.
Sedangkan program pendekatan secara preventif
dilakukan dalam bentuk pencegahan kecelakaan lalu
lintas secara tidak langsung melalui Sosialisasi/kampanye
berupa Spanduk, Banner, Media Cetak, Leaflet dan lain
- lain tentang keselamatan berlalu lintas dalam rangka
optimalisasi peran anggota satuan lalu lintas.
PENGELOLAAN KEUANGAN BPJS KESEHATAN
DIKELOLA SESUAI PERUNDANGAN DAN TRANSPARAN
Jakarta (03/09/2015): Undang-undang No 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menegaskan
bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan
sosial, yang bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap
peserta dan/atau anggota keluarganya.
Salah satu prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional,
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No 40
Tahun 2004, adalah prinsip dana amanat. Pengelolaan
Dana Jaminan Sosial, baik dalam bentuk dana operasional
maupun dana investasi, diselenggarakan dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana dan hasil memadai.
Pengelolaan dana dilaksanakan melalui suatu mekanisme
yang merupakan kombinasi proses dan struktur, untuk
menginformasikan, mengarahkan, mengelola, dan
memantau kegiatan organisasi dalam rangka mencapai
tata kelola organisasi yang baik, yang mana hasil
pengelolaan dana tersebut dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya
Info BPJS Kesehatan
kepentingan peserta. Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
(DJS) dan aset BPJS Kesehatan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Aset Jaminan Sosial Kesehatan (sebagai penjelasan UU
Nomor 24 Tahun 2011).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
tata kelola organisasi yang baik, adalah menjalin kerja
sama dengan mitra BPJS Kesehatan secara tepat dalam
suatu kerangka kesepahaman untuk menerapkan prinsipprinsip tata kelola organisasi yang baik secara menyeluruh
dan konsisten dalam setiap kegiatan keuangan dan
investasi BPJS Kesehatan. Sehubungan dengan hal
tersebut BPJS Kesehatan bersama mitra kerja melakukan
penandatanganan Pakta Integritas yang dilakukan
pada Kamis 3 September 2015, di Kantor Pusat BPJS
Kesehatan. Penandatangan ini dilakukan oleh lebih dari 30
mitra kerja keuangan dan investasi BPJS Kesehatan, yang
berasal dari perbankan, manajer investasi, broker dsb.
Hubungan kerja sama yang telah terjalin, perlu dipererat
dalam kesatuan langkah menuju tata kelola organisasi
yang baik antara BPJS Kesehatan dengan mitra BPJS
Kesehatan khususnya mitra keuangan dan investasi,
melalui Penandatanganan Pakta Integritas Dengan Mitra
Kerja Sama Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan
sebagai bentuk komitmen dalam mewujudkan sistem Tata
Kelola Organisasi yang Baik.
“BPJS Kesehatan dalam membuat transaksi bisnis dengan
mitra keuangan dan investasi memiliki filosofi Independent
atau tidak dibawah tekanan maupun pengaruh dari pihak
lain, berdasarkan prinsip kehati-hatian (duty of care and of
loyalty), tidak mengandung potensi benturan kepentingan
(conflict of interest rule), dan sesuai dengan ketentuan
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(duty abiding the laws),” papar Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris dalam sambutan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semua Mitra Keuangan
dan Investasi BPJS Kesehatan dapat menjalin kemitraan
melalui hubungan dan komunikasi yang lebih baik dan
makin berkualitas dalam kerangka prinsip tata kelola
organisasi yang baik untuk mewujudkan tata kerja dan
etika bisnis yang bersih dan berintegritas dalam rangka
merealisasikan impian dan cita-cita luhur memberikan
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya yang layak.
11
Download