SKRIPSI ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN

advertisement
SKRIPSI
ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DENGAN PSAK 105
(Studi Pada BMT Amanah Cabang Kota Kendari)
OLEH
MUHAMMAD PRAGA KAMALUDIN
B1C1 12 091
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ANALISIS KESESUAIAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DENGAN PSAK 105
(Studi Pada BMT Amanah Cabang Kota Kendari)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Halu Oleo untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana
OLEH
MUHAMMAD PRAGA KAMALUDIN
B1C1 12 091
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ABSTRAK
Muh. Praga Kamaludin, 2017. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi
Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105 (Studi Pada BMT
Amanah Cabang Kendari). Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Halu Oleo. Pembimbing : (1) Dr.
Muntu Abdullah, Se., M.Si., Ak., CA, (2) Ika Maya Sari, SE., M.Si.,
Ak., CA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem perlakuan
akuntansi pembiayaan mudharabah dilakukan pada Baitul Maal wat Tamwil
BMT Amanah Cabang Kendari dan untuk mengetahui perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah yang dilakukan BMT Amanah Cabang Kendari telah
sesuai dengan PSAK 105. Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif, data
yang diperoleh dari hasil wawancara akan dideskripsikan tentang sistem perlakuan
akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT Amanah Cabang Kota Kendari
dan menganalisis kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada
BMT Amanah Cabang Kendari yang disesuaikan dengan PSAK 105.
Hasil penelitian yang dilakukan pada BMT Amanah Cabang Kendari
menunjukan bahwa sistem perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang
dilakukan pada BMT Amanah Cabang Kendari telah sesuai dengan Standar
Operasioal Perusahaan (SOP) yang ada di BMT Amanah Kendari, analisis
kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT Amanah
Cabang Kendari secara umum telah sesuai dengan PSAK 105.
Kata Kunci : Kesesuaian Perlakuan Akuntansi, Pembiayaan Mudharabah, PSAK
105
vi
ABSTRACT
Muh. Praga Kamaludin, 2017. Analysis Suitability Accounting Treatment
Mudharabah with PSAK 105 (Study in BMT Amanah Branch of
Kendari) lC. Essay. Department of Accounting, Faculty of Economics
and Business, University of Halu Oleo. Counselors : (1) Dr. Muntu
Abdullah, Se., M.Si., Ak., CA, (2) ) Ika Maya Sari, SE., M.Si., Ak.,
CA.
The purpose of this study was to determine the accounting treatment system
of financing is done on the Baitul Maal wat Tamwil BMT Amanah Branch of
Kendari accordance with PSAK 105. The method used is descriptive qualitative
data obtained from the interviews will be described on the accounting treatment
system of financing on the BMT Amanah Branch of Kendari and analyze the
suitability of the accounting treatment of financing at BMT Amanah Branch of
Kendari adjusted with PSAK 105.
Results of research conducted in BMT Amanah Branch of Kendari shows
that the accounting treatment system of financing is done on the BMT Amanah
Branch of Kendari in accordance with Standard Operating Company (SOP) in the
BMT Amanah Kendari, analysis of the suitability of the accounting treatment of
financing at BMT Amanah Branch of Kendari in general have been appropriate
with PSAK 105.
Keyword: Suitability Accounting Treatment, Financing Mudharabah, PSAK 105
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu 'Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrobbil'alamin
Puji
dan Syukur
peneliti
panjatkan
kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, atas rahmat dan Karunia-Nya serta
shalawat serta salam kepada junjungan suri tauladan, manusia terbaik sepanjang
masa, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ”Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Dengan PSAK 105 (Studi Pada BMT Amanah Cabang Kendari)”
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu oleo Kendari.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti menghadapi banyak
kesulitan baik dalam segi materi, waktu, pikiran dan tenaga. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi -tingginya kepada kedua orang tua yang peneliti
sayangi dan banggakan yakni Ayahanda Zakaria Sidik dan Ibunda Yeni
Kurniasari yang senantiasa memberikan doa, cinta, nasihat, bimbingan,
peringatan, perintah larangan dan kasih sayangnya dalam bentuk moril maupun
materil selama ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam upaya penulisan skripsi ini
senantiasa mengalami kendala dan hambatan, namun berkat Rahmat Allah
Subhannallahu Wa Ta’ala serta dorongan bantuan dari berbagai pihak
sehingga segala tantangan dan rintangan dapat teratasi. Oleh karena itu,
sepatutnyalah penulis haturkan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
viii
kepada Bapak Dr. Muntu Abdullah, Se., M.Si., Ak., CA, selaku
pembimbing I dan Ibu Ika Maya Sari, SE., M.Si., Ak., CA Pembimbing
II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti. Ucapan terima kasih
peneliti juga sampaikan kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Supriadi Rustad M.Si. selaku Rektor Universitas
Haluoleo.
2.
Ibu Dr. H. Rostin, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.
Ibu Tuti Dharmawati, SE., M.Si., Ak., QIA., CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi.
4.
Bapak Safaruddin, SE., M.SA., Ak., CA
selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi.
5.
Bapak Dr. H. Nasrullah Dali, SE., M.Si., Ak., CA, Ibu Ibu Tuti
Dharmawati, SE., M.Si., Ak., QIA., CA dan Ibu Santiadji Mustafa, SE.,
M.SA., Ak., CA selaku dosen penguji, terima kasih atas waktu yang telah
diluangkan untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
6.
Segenap Bapak/Ibu Dosen dan Staf di lingkup Fakultas Ekonomi Uho.
7.
Kepala Cabang BMT Amanah Cabang Kendari yang telah mengarahkan
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
8.
Karyawan BMT Amanah Cabang Kendari yang telah membagi
pengalaman serta sumbangsih pemikiran dalam proses penyelesain skripsi
ini.
9.
Keluargaku Alfan Primananda, Wida, Inang, Juma, Sulis, Yuli, Mela,
Lula, dan yang lainnya terima kasih atas motivasi serta dukungan finansial
selama ini hingga penyelesaian tugas akhir penulis.
ix
10.
Teman-teman mulai dari 4 tahun lalu, akuntansi kelas C 012 Puspita Hasir
yang masih mencari belahan jiwa, Yang Mega yang telah menaiki tangga
kedewasaan, Iwayan Eka, Auliyana, Abdul Razak, Syamsul Ma’rif,
Marianus TJ, Indra Bayu, Ardino, Juita Puspita Sari, Rahmawati Hidayat,
Muhammad Hidayat, Mulyadin, La ode Harsila, Mulyadin teman – teman
mahasiswa veteran seperjuanganku, Rinto Kuswantoro yang telah
melanjutkan S2, Muhammad Tonasa, Si Made Ngurah yang telah
menyelesaikan S1, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu,
terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian selama ini.
11.
Teman susulan akuntansi 012, Rizal, Mifta, Utsman, Cindhy Amelia Lati,
Mulawati, Waode Nela, Andi Nurjanna, Andi Elsa, Hariana, Wahda, Ipul,
Sanyoto, Jong, Dwi, Ishak, yang sama-sama berjuang dipenghujung
semester akhir.
12.
Teman - teman KKN di Posko Tinanggea Roraya, Sumran Aswindo
Selaku Kordes Roraya, Ical, Icha, Mia, Yuyun, Azhar, Untung, Indah,
Hardin, yang memotivasi selama KKN dan semoga bisa berkumpul
kembali.
13.
Jelasnya untuk semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak sempat disebutkan terima kasih atas
semuanya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi.
x
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan hidayah, rahmat
dan karunia-Nya kepada kita sekalian. Amin.
Kendari,
2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................…………………………………………...
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………....
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
ABSTRAK……...…………………………………………………………....
KATA PENGANTAR……...………………………………………………..
DAFTAR ISI ……...…………………………………………………………
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….......
DAFTAR SKEMA …………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
xii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………........ 9
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………...... 9
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………..... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ………………………………………....
2.2 Pengertian Pembiayaan ………………………………………
2.3 Pengertian Mudharabah………………………………………
2.4 Pengertian Pembiayaan Mudharabah ………………………..
2.5 Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah ………………...
2.6 Prinsip-Prinsip Pembiayaan Mudharabah …………………...
2.7 Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah ……………...
2.8 Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan Syariah.
2.9 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105 ……………….
2.10 Laporan Keuangan BMT ……………………………………..
2.11 Kerangka Pemikiran ………………………………………….
12
16
17
18
19
20
23
24
25
29
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian ……………………………………………...
3.2 Jenis Data ……………………………………………………..
3.3 Sumber Data …………………………………………………..
3.4 Metode Analisis Data …………………………………………
3.5 Definisi Operasional ………………………………………….
38
38
38
38
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Baitul Mal Wat Tanwil………………….....................
4.1.1 Sejarah Singkat BMT Amanah Kendari........................
4.1.2 Visi dan Misi BMT Amanah Kendari...........................
4.1.3 Tujuan BMT Amanah Kendari......................................
4.1.4 Struktur Organisasi BMT Amanah Kendari..................
4.1.5 Jenis Produk dan Kegiatan di BMT Amanah Kendari..
ix
40
40
41
42
43
47
4.2 Hasil Penelitian…………………………………………...........................
4.2.1 Sistem
Perlakuan
Akuntansi
Pembiayaan
Mudharabah yang Dilakukan Pada BMT Amanah
Cabang Kendari.............................................................
4.2.2 Analisis Keseuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan
Mudharabaah Pada BMT Amanah Cabang Kendari
Dengan PSAK 105........................................................
4.3 Pembahasan…………………………………………...............................
4.3.1 Sistem
Perlakuan
Akuntansi
Pembiayaan
Mudharabah yang Dilakukan Pada BMT Amanah
Cabang Kendari.............................................................
4.3.2 Analisis Keseuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan
Mudharabaah Pada BMT Amanah Cabang Kendari
Dengan PSAK 105........................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................
5.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
48
48
52
53
53
56
59
59
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1.1
Halaman
Pembagian Hasil dan Pendapatan yang Diperoleh Untuk
Pemilik Dana dan Pengelola Dana…………............................ 9
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu………………………………………..
xi
15
DAFTAR SKEMA
Skema
Halaman
Kerangka Pikir ……………………………………………….
37
Skema 4.1.4 Struktur Organisasi BMT Amanah Kendari ............................
46
Skema 2.10
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah
melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara
bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari
kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu
sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated
terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal
tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi
perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan
ekonomi pada periode tersebut. Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket
Kebijakan Februari 1991 yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhatihati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan
UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank,
yaitu bank umum dan BPR.
Periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan
yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank
dan berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. BI
menetapkan suatu program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk
Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kehakiman, Jaksa
Agung,
Menteri/Ketua
Badan
Pertahanan
Nasional,
dan Ketua
Badan
Penyelesaian Piutang Negara. Selain kredit macet, yang menjadi penyebab
keengganan bank dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya
1
2
ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan
akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka,
dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian yang
sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994 perekonomian
Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan
utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing.
Perbankan Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi
terutama pada tahun 1989-90. Pada tahun 1989, jumlah dana yang berhasil
dihimpun meningkat 45 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 54,4
triliun rupiah. Pada tahun 1990, jumlah dana yang dihimpun mencapai 83,2
triliun, meningkat 52,9 persen atau 121.7 persen dari tahun 1988. Hal yang sama
juga terjadi pada penyaluran kredit. Pada 1989, kredit yang disalurkan perbankan
melonjak 44,5 persen menjadi 63.6 triliun rupiah dan mencapai 97,70 triliun
rupiah atau meningkat 122.0 persen pada 1990. Pelonggaran sistem likuiditas
tersebut ternyata menyebabkan situasi ekonomi memanas (over heated) dan
menimbulkan pengaruh semakin tingginya inflasi. Jumlah uang beredar
meningkat tajam sebesar 23,4 persen pada 1989 dan 73,2 persen pada 1990.
Demikian juga tingkat inflasi hampir mencapai dua digit 9,5 persen pada 1990 dan
tetap pada tingkat yang sama pada 1991 Keadaan ini memaksa pemerintah
memberlakukan kebijaksanaan baru dalam bidang moneter pada tahun
1990. Paket Deregulasi Januari 1990 diluncurkan untuk membatasi jumlah kredit
likuiditas Bank Indonesia dan mengharuskan bank-bank membagi 20 persen dari
kreditnya kepada kredit usaha kecil (KUK). Pada tahun yang sama juga, dengan
terpaksa pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan uang ketat (Tight Money
3
Policy) serta menarik dana milik BUMN dari beberapa bank untuk mendinginkan
suku perekonomian dalam negeri.
Pemerintah di samping itu juga menaikkan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) untuk menarik dana dari masyarakat. Meningkatnya suku bunga
SBI tersebut membawa dampak peningkatan suku bunga perbankan lainnya
seperti Surat Berharga Pasar Uang dan Interbank Call Money. Pada tahun 1989
terjadi peningkatan tajam tingkat bunga SBI dari 15,15 persen menjadi 19,88
persen, tingkat bunga SBPU dari 17,00 persen menjadi 20,84 persen dan tingkat
bunga interbank dari 12,57 persen menjadi 21,53 persen.
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia juga dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif
jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian
nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam
bertransaksi,
investasi
yang
beretika,
mengedepankan
nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk
serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
4
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel
dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Islam memperbolehkan sistem ekonomi dengan aturan yang ada dalam AlQur’an dan Al-Hadits yang telah mengatur sistem ekonomi dengan teliti melalui
nilai-nilai yang universal. Dalam transaksi ekonomi (Muamalah), harus
didasarkan pada kejujuran, dan keadilan. Baik dalam perdagangan, kerjasama,
maupun semua aspek dalam melakukan sistem ekonomi. Sistem barter baik
melalui jual beli, sewa menyewa, pegadaian, kerja sama dan lainnya.
Kaidah fiqh yang menyatakan bahwa :
“ Hukum ashal dari muamalah adalah boleh (mubah) sampai ada dalil yang
menyatakan sebaliknya.’ Artinya, segala kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan dalil nash (Qur’an dan
Hadits). Dengan kata lain, kegiatan ekonomi yang dilakukan harus sesuai dengan
prinsip islam”(Ali:2010).
Kegiatan ekonomi syariah telah diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri, dan bank umum syariah serta unit usaha syariah
sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih
dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin
signifikan. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi
5
perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan
syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia
(ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian
upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang
mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada
tingkat nasional.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan syariah
informal yang didirikan sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas usaha
ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil yang berlandaskan sistem syariah.
Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsipprinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara BMT dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan
usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Dalam
menjalankan prinsip syariahnya, BMT syariah juga harus menjunjung nilai-nilai
keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling menguntungkan baik bagi
BMT, maupun bagi nasabah yang merupakan pilar dalam melakukan aktivitas
muamalah. Oleh karena itu, produk layanan BMT harus disediakan dengan baik
agar mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada Al Qur’an dan Al
Hadits.
BMT sebagai lembaga keuangan syariah juga berfungsi sebagai suatu
lembaga intermediasi yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada
6
masyarakat, dimana penyaluran dana ini terdiri dari berbagai bentuk produk BMT
Syariah. Di antaranya adalah produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa,
dan produk sosial. Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, BMT
menerima simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam kegiatan penyaluran dana,
BMT memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan dan investasi. Salah satu produk
pembiayaan yang khas dari lembaga keuangan syariah yang prinsipnya berbeda
dengan lembaga keuangan konvensional adalah pembiayaan mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul
maal) dengan nasabah selaku (mudharib) yang mempunyai keahlian atau
keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil
keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah
yang disepakati.
Akuntansi keuangan menurut Sugiarto (2002) menyatakan bahwa :
“Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang berfokus pada penyiapan
laporan keuangan suatu perusahaan yang dilakukan secara berkala. Laporan ini
juga dianggap sebagai bentuk pertanggung jawaban pihak manajemen terhadap
para pemegang saham.”
BMT sebagai lembaga keuangan syariah memerlukan akuntansi yang
berdasarkan syariah. Akuntansi syariah yang dikembangkan antara lain
berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, pencatatan transaksi, pengungkapan
hak dan kewajiban secara adil serta sistem pembagian hasil dari suatu usaha yang
dijalankan oleh beberapa pihak tertentu. Hal ini memiliki implikasi yang sangat
dalam dan sangat berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang
dikembangkan oleh bank syariah.
7
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
....‫يا أيها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تراض منكم‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama
suka diantara kamu”. (Q.S An-Nisa: 29)
‫ب‬
َ ُ‫َ َكاتِب أ َ ْن يَ ْكت‬
َ َْْ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم ِب َد ْي ٍن إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ًّمى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َكاتِب ِبا ْل ََ ْد ِِ َو ََ ي‬
َّ ُ‫َك َما َعلَّ َمه‬
ُّ ‫َّللاُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ا ْل َح‬
.... َ‫َّللا َربَّهُ َو ََ يَ ْبخَسْ ِمنْهُ َشيْئا فَإ ِ ْن َكان‬
َ َّ ‫ق‬
ِ َّ‫ق َو ْليَت‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar” (Qs. Al
Baqarah:282).
Ikatan Akuntan Indonesia sejauh ini telah menerbitkan enam standar yang
terkait dengan standar akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 (penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK 102 (murabahah), PSAK
103 (salam), PSAK 104 (istishna’), PSAK 105 (mudharabah), dan PSAK 106
(musyarakah). PSAK tersebut dikeluarkan sebagai pengganti dari PSAK No. 59
tentang akuntansi perbankan syariah. Dengan diterbitkannya PSAK 105 yang
mengatur akuntansi pembiayaan mudharabah yang diberlakukan mulai awal
januari 2008, maka BMT sebagai lembaga keuangan mikro yang berpegang teguh
pada prinsip-prinsip syariah sudah seharusnya menetapkan prinsip syariah dalam
perlakuan akuntansinya yang sesuai dengan PSAK 105. Dengan diterbitkannya
PSAK tersebut harusnya dijadikan acuan dalam praktek akuntansi bagi lembaga
keuangan islam baik bank maupun non bank di Indonesia, Sehingga BMT sebagai
lembaga keuangan islam non bank dalam menyusun laporan keuangan mengacu
8
pada ketentuan akuntansi syariah. Karena akuntansi syariah tidak sekedar
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, tetapi juga untuk
menghindari terjadinya praktek kecurangan seperti earning management, income
smoothing, window dressing, lapping dan teknik-teknik lainnya yang biasa
digunakan oleh manajemen perusahaan konvensional dalam penyusunan laporan
keuangan.
Data Penghimpunan BMT Indonesia pada tahun 2010, telah ada sekitar
3.900 BMT yang beroperasi di Indonesia. Total asset yang dikelola mencapai nilai
Rp. 5 trilyun, nasabah yang dilayani sekitar 3,5 juta orang, dan jumlah pekerja
yang mengelola sekitar 20.000 orang. Terdapat 6 BMT yang tersebar di Sulawesi
Tenggara yaitu BMT Ummat Kendari, BMT Maflihun Kendari, BMT Amanah
Kendari, BMT Muamalah Kendari, BMT Berlian Kendari, dan BMT Berkah
Syariah BauBau.
Pimpinan Baitul Maal wat Tamwil Amanah Cabang Kendari, Sudah ada
Masyarakat yang menggunakan akad mudharabah, karena perlakuan binaannya
yang sudah mulai berjalan. Dari pembagian hasilnya pemberi dana mendapatkan
Rp. 100.000 dan pengelola Rp. 50.000. Dalam pembagian hasilnya yang didapat
Rp. 200.000, yang dilaporkan Rp. 100.000. Namun, dalam akad mudharabah yang
ada di Kendari belum meyakinkan. Dari pendapatan yang didapat untuk pemberi
dana Rp. 100.000 tapi yang dilaporkan hanya Rp. 50.000. Padahal Nisbah yang
ditentukan diawal, si pengelola mendapatkan hasil yang lebih besar karena
terdapat biaya Operasional, dan biaya-biaya lainnya. Pengguna produk
mudharabah di Kendari telah mencapai 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
9
Tabel 1.1 Pembagian Hasil dan Pendapatan yang Diperoleh Untuk Pemberi
Dana dan Pengelola Dana
No
1.
2.
3.
Keterangan
Pembagian Hasil Untuk Pemberi Dana
dan Pengelola Dana
Pembagian Hasil yang Dilaporkan
Pendapatan yang Diperoleh
Pemberi Dana
Rp. 100.000
Pengelola Dana
Rp. 50.000
Rp. 200.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 50.000
Fenomena diatas tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian
dengan
judul
“Analisis
Kesesuaian
Perlakuan
Akuntansi
Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105” (Studi Pada BMT Amanah
Cabang Kota Kendari).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut;
1. Bagaimanakah sistem perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah
yang dilakukan pada Baitul Maal wat Tamwil BMT Amanah Cabang
Kendari?
2. Apakah perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan
BMT Amanah Cabang Kendari telah sesuai dengan PSAK 105?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui
sistem
perlakuan
akuntansi
pembiayaan
mudharabah dilakukan pada Baitul Maal wat Tamwil BMT Amanah
Cabang Kendari.
10
2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang
dilakukan BMT Amanah Cabang Kendari telah sesuai dengan PSAK
105.
1.4
Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:
a. Bagi Peneliti
Semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembang konsep-konsep ilmu ekonomi islam dalam
pekembangan bank syariah yang bebas dari larangan agama.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, dan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan pada masa yang akan datang.
c. Bagi Akademisi,
Penelitian ini dilaksanakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
juga sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, staf pengajar, dan
lainnya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada perlakuan
akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan pada Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari dan selanjutnya disesuaikan
11
dengan PSAK 105. Beberapa indikator diantaranya kesiapan Sumber Daya
Manusia.
Buku Sugiyono (2011 : 345) menyebutkan bahwa:
“Informan kunci yang merupakan informan yang berwibawa dan
dipercaya mampu ‘membukakan pintu’ kepada peneliti untuk memasuki
obyek penelitian.”
Informan kunci diantaranya bagian manager dan bagian accounting
yang ada di BMT Amanah, lalu beberapa karyawan terkait pada BMT
Amanah untuk melengkapi data yang diinginkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait masalah ini.
Salah satunya adalah skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Perlakuan
Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Dengan PSAK 105 Studi Pada 4 BMT di
Jakarta Selatan” Oleh Soraya tahun 2011. Dalam penelitiannya, peneliti
membahas mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada 4 BMT
di Jakarta Selatan Selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105. Metode yang
digunakan dalam penelitian Soraya adalah dekriptif analitis, yang berusaha
memberikan gambaran penerapan akuntansi pembiayaan mudharabah dengan
mengumpulkan data, menyusun/mengklasifikasi sifatnya, menganalisa, dan
menginteprestasikannya. Dalam penelitian milik Soraya disimpulkan bahwa,
terdapat ketidaksesuaian perlakuan akuntansi yang terjadi pada saat keempat BMT
yaitu BMT Ta’awun, BMT Al-Kariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an
mengakui dana mudharabah yang disalurkan sebagai pembiayaan mudharabah
pada saat penyerahan kas atau aset non kas kepada nasabah. Menurut PSAK 105,
dana mudharabah yang disalurkan pada saat pembayaran kas atau asset non kas
kepada nasabah diakui sebagai investasi mudharabah.
Kesimpulan selanjutnya, ketidaksesuaian perlakuan akuntansi terjadi pada
saat nasabah menunggak angsuran. Keempat BMT yaitu BMT Ta’awun, BMT AlKariim, BMT El-Syifa dan BMT Daarul Qur’an tidak melakukan penjurnalan
pada saat nasabah menunggak angsuran pembiayaan. Dalam PSAK 105
disebutkan bahwa jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh
12
13
tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang.
Penelitian lain yang terkait dalam pembahasan ini adalah skripsi yang
berjudul “Analisis Penerapan PSAK No. 105 Terhadap Pembiayaan Mudharabah
Pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Surya Maspul Belajen” Oleh Indrawati
tahun 2012. Dalam penelitiannya, Indrawati membahas tentang system yang
digunakan dalam pembiayaan mudharabah pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Surya Maspul Belajen yang selanjutnya disesuaikan dengan PSAK 105. Metode
yang digunakan Indrawati adalah metode penelitian deskriptif komparatif. Metode
penelitian ini menguraikan sifat atau karakteristik suatu fenomena tertentu dan
keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian, kemudian dibandingkan
dengan standar yang ada. Dalam penelitian Indrawati disimpulkan bahwa, sistem
pembiayaan mudharabah merupakan suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan dan telah disusun dengan skema pembiayaan yang
menyeluruh. Prosedur-prosedur dalam sistem pembiayaan mudharabah yang
diterapkan pada BMT Surya Maspul Belajen dapat diklasifikasikan atas empat
prosedur yaitu prosedur aplikasi pembiayaan mudharabah, prosedur realisasai
pembiayaan mudharabah, prosedur monitoring pembiayaan mudharabah, dan
prosedur penutupan fasilitas pembiayaan mudharabah. Kebijakan akuntansi
mudharabah yang diterapkan oleh BMT Surya Maspul telah sesuai dengan PSAK
105 baik dari sisi karakteristik, pengakuan dan pengukuran, serta penyajian dan
pengungkapan. Seperti, penentuan nisbah bagi hasil atas pembiayaan mudharabah
yang dilakukan oleh BMT Surya Maspul Belajen ditentukan secara bersama-sama
antara BMT dan nasabahnya yang pada akhirnya tertuang dalam suatu
14
akad/perjanjian dan BMT tidak menetapkan suatu bunga tetap, melainkan
nisbahnya berdasarkan keuntungan yang diperoleh nasabah.
Kesimpulan selanjutnya, Penerapan Akuntansi Mudharabah pada BMT
Surya Maspul Belajen telah sesuai dengan PSAK 105 tetapi belum sesuai dengan
syariah islam seperti kriteria analisis pembiayaan yang menggunakan analisis 5C
(Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral).
Penelitian lain yang berhungan dengan penelitian ini adalah jurnal yang
berjudul ”Perlakuan Akuntansi Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank
Syariah Berdasarkan PSAK 105 Tentang Akuntansi Mudharabah” oleh
Yulistyanti tahun 2013. Yulistyanti membahas tentang standar akuntansi yang
digunakan sebagai prinsip syariah yang merupakan kunci sukses untuk
menjalankan sistem dalam rangka melayani masyarakat. Dalam pelaksanaan
operasionalnya, Bank Syariah dalam penelitian ini yaitu Bank Permata Syariah
perlu menerapkan konsep yang tepat dan relevan dalam perlakuan akuntansi pada
transaksi-transaksi yang terjadi dalam bank tersebut dan disesuaikan dengan
PSAK No. 105 tentang akuntansi
mudharabah. Penelitian Yulistyanti
menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan memperoleh data yang
lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat
dicapai.
Penelitian Yulistyanti Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah
merupakan salah satu jenis pembiayaan Bank Permata Syariah dengan prinsip
bagi hasil. Perlakuan akuntansi meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan pada Bank Permata Syariah telah sesuai dengan PSAK No. 105
tentang akuntansi mudharabah untuk setiap pencatatan dalam transaksinya. Hanya
15
pada penyajian laporan Laba/Rugi tidak sesuai dengan PSAK No. 105 yang
menyatakan
bahwa
Laba/Rugi
disajikan
dalam
bentuk
pengelompokan
pendapatan dan beban menurut karakteristik transaksi. Sedangkan pada Bank
Permata Syariah disajikan dalam bentuk pengelompokkan pendapatan menurut
sistem yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Nama dan Judul
Hasil Penelitian
Perbedaan
1.
Soraya
tahun
2011”Analisis
Kesesuaian
Perlakuan Akuntansi
Pembiayaan
Mudharabah Dengan
PSAK
105 Studi
Pada 4 BMT di
Jakarta Selatan”.
Dalam penelitian ini
membahas
mengenai
sistem
perlakuan
akuntansi pembiayaan
mudharabah pada BMT
Amanah
Cabang
Kendari,
lalu
disesuaikan
dengan
PSAK 105.
2.
Indrawati
tahun
2012“Analisis
Penerapan PSAK No.
105
Terhadap
Pembiayaan
Mudharabah
Pada
Baitul Maal wat
Tamwil
(BMT)
Surya
Maspul
Belajen”.
Hasil
penelitian
menunjukkan
terdapat
ketidaksesuaian
perlakuan
akuntansi yang terjadi pada
saat keempat BMT yaitu
BMT Ta’awun, BMT AlKariim, BMT El-Syifa dan
BMT
Daarul
Qur’an
mengakui dana mudharabah
yang disalurkan sebagai
pembiayaan
mudharabah
pada saat penyerahan kas
atau aset non kas kepada
nasabah.
Hasil
penelitian
menunjukkan
Penerapan
Akuntansi Mudharabah pada
BMT Surya Maspul Belajen
telah sesuai dengan PSAK
105 tetapi belum sesuai
dengan syariah islam seperti
kriteria analisis pembiayaan
yang menggunakan analisis
5C (Character, Capacity,
Capital,
Condition,
Collateral).
Dalam penelitian ini
membahas
mengenai
sistem
perlakuan
akuntansi pembiayaan
mudharabah pada BMT
Amanah
Cabang
Kendari
Lalu
disesuaikan
dengan
PSAK 105.
16
3
2.2
Yulistyanti
tahun
2013.
”Perlakuan
Akuntansi Terhadap
Pembiayaan
mudharabah
Pada
Bank
Syariah
Berdasarkan PSAK
105
Tentang
Akuntansi
Mudharabah”.
Hasil
Penelitian
Menunjukkan
Perlakuan
akuntansi
meliputi
pengakuan,
pengukuran,
penyajian,
dan
pengungkapan pada Bank
Permata Syariah telah sesuai
dengan PSAK No. 105
tentang
akuntansi
mudharabah untuk setiap
pencatatan
dalam
transaksinya.
Dalam penelitian ini
membahas
mengenai
sistem
perlakuan
akuntansi pembiayaan
mudharabah pada BMT
Amanah
Cabang
Kendari,
lalu
disesuaikan
dengan
PSAK 105.
Pengertian Pembiayaan
IKAPI (2009:138) menyatakan bahwa:
“Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (25) yang
dimaksud dengan pembiayaan adalah “penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan berupa transaksi bagi hasil, sewa-menyewa, jual beli,
pinjam-meminjam dan transaksi sewa-menyewa jasa berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank Syariah/UUS dan pihak-pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai/diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
hasil.”
Pengertian diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan merupakan bentuk
penyaluran dana kepada nasabah yang dilakukan oleh bank dalam rangka
memproduktifkan dananya agar tidak menganggur (idle) baik dalam bentuk uang
maupun barang yang dapat dinilai dengan uang. Akibat dari penyaluran dana
tersebut, bank memperoleh imbalan berupa bagi hasil, margin, sewa atau bahkan
tanpa imbalan.
Istilah pembiayaan dengan kredit hampir sama karena keduanya samasama memberikan dana kepada nasabah, hanya saja bank syariah dapat
memberikan pembiayaan dengan menggunakan akad bagi hasil, jual beli maupun
sewa menyewa sehingga imbalan yang diperolehnya-pun berupa bagi hasil,
17
margin dan pendapatan sewa. Dalam konsep kredit, bank konvensional
menggunakan
imbalan
bunga
untuk
memperoleh
pendapatan,
padahal
sebagaimana yang diketahui bahwa bunga itu membawa dampak buruk bagi
peminjam. Dampaknya terasa pada saat rendahnya tingkat penerimaan peminjam
sedangkan biaya bunga tetap. Akibatnya, peminjam tidak bisa membayar
pokoknya sekaligus bunga yang terus berlipat. Dalam keadaan inilah peminjam
tidak pernah keluar dari ketergantungan membayar bunga, terlebih lagi bila bunga
atas utang tersebut dibungakan (Antonio:67).
2.3
Pengertian Mudharabah
Mudharabah dalam hakikatnya di buku Giharto (2007:51) adalah :
“Salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli
dalam berdagang, di dalam fiqh Islam disebut dengan mudharabah. Mudharabah
berasal dari kata dharaba (memukul, bergerak) dharaba fil-mal (berdagang,
memperdagangkan).”
Suhendi (2007:136) dalam bukunya menyebutkan bahwa :
“Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-qardhu, yang berarti al-qath’u
(potongan), karena pemilik memotong bagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh keuntungan”.
Para ulama fiqh secara terminologi mendefinisikan mudharabah yang ada
dalam buku Lathif (2005:134) adalah :
“Pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja (pengusaha) untuk
diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh menjadi milik bersama dan
dibagi menurut kesepakatan bersama”.
Ensiklopedi Hukum Islam, Dahlan (1996:1196) menyebutkan bahwa :
“Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal dan
seorang yang ahli dalam berdagang”.
18
Wahbah Az-Zuhaily sebagaimana yang dikutip dalam buku Sutedi
(2009:69) bahwa :
“Mudharabah adalah pemilik modal menyertakan hartanya kepada pengusaha
untuk diperdagangkan dengan pembagian keuntungan yang disepakati dengan
ketentuan bahwa kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pengusaha
tidak dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian berupa tenaga dari
kesungguhannya”.
2.4
Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan kepada
Mudharib (pengelola dana) oleh shahibul maal (pemilik dana), dimana pemilik
modal memberikan kepercayaan dananya untuk dikelola oleh mudharib sebesar
100% dana. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan bersama dan apabila
mengalami kerugian, maka akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
tersebut bukan akibat dari kelalaian pengelola.
Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang menuntut tingkat
kepercayaan yang tinggi. Mudharib, sebagai orang yang diberi amanah dituntut
untuk bersikap hati-hati dalam mengelola dana shahibul maal. Untuk itu, ia harus
pintar dalam menyalurkan dana yang telah diberikan shahibul maal ke dalam
bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Apabila bisnisnya
tersebut merugi, maka shahibul maal akan menanggung kerugian tersebut sebagai
pengurang modal sedangkan mudharib akan kehilangan kerja keras dan
managerial skill selama bisnis berlangsung, kecuali kerugian yang diakibatkan
oleh penyelewengan dan penipuan.
Muslehuddin (2004:69) menyebutkan bahwa:
“Dalam pembiayaan mudharabah, pemilik dana tidak boleh melakukan
pengawasan kerja yang bisa menimbulkan campur tangan dalam usaha mudharib,
karena hanya mudharib saja yang dapat mengurus modal sejauh ia mengetahui
baik buruknya dalam menjalankan urusan perniagaan”.
19
shahibul maal hanya mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan saja tanpa mencampuri usaha mudharib.
2.5
Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
a. Al-Qur’an
1) Firman Allah QS. Al-Nisa’ [4]:29:
...‫يا أيها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تراض منكم‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan
dengan suka sama suka diantara kamu…”.
2) Firman Allah QS. Al-Ma’idah [5]:1:
....‫يا أَي َها الَّذينَ آ َمنُوا أَوْ فُوا ِبا ْل ُعقُود‬
Artinya :
“Hai orang yang beriman ! penuhilah akad-akad itu....”
3) Firman Allah QS. Al-Baqarah [2]: 283:
ْ ‫ضا فَ ْليُ َؤ ِّد الَّ ِذي‬
....ُ‫َّللا َربَّه‬
ُ ‫فَإ ِ ْن أَ ِمنَ بَ ْع‬...
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬
َ َّ ِ‫اؤتُ ِمنَ أَ َمانَتَهُ َو ْليَتَّق‬
Artinya:
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia
berktakwa kepada Allah Tuhannya…”.
b. Hadis Nabi Riwayat Thabrani :
Artinya :
"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,
ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan
tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya.
20
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya." (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
2.6
Prinsip-Prinsip Pembiayaan Mudharabah
2.6.1 Rukun Pembiayaan Mudharabah
Mazhab Hanafiyah menyatakan bahwa :
“Rukun pembiayaan mudharabah adalah ijab dan Kabul”.
Adapun menurut jumhur ulama ada tiga rukun pembiayaan mudharabah,
yakni:
1) Dua pihak yang berakad (shahibul maal/pemilik modal dan
mudharib/pengelola modal).
2) Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri atas
modal (maal), kerja dan keuntungan.
3) Shigot, yakni serah (ijab) dan terima (qabul).
Rukun pembiayaan mudharabah adalah :
“Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha), objek mudharabah (modal &
kerja), Persetujuan kedua belah pihak dan nisbah keuntungan” (Karim,2008:205).
2.6.2 Syarat-Syarat Pembiayaan Mudharabah
Adapun
syarat-syarat
yang
harus
dipenuhi
dalam
pembiayaan
mudharabah :
1) Pelaku
a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh
b) Pelaku dapat melakukan mudharabah baik dengan seksama atau
dengan non muslim. Boleh saja melakukan mudharabah dengan
non muslim tetapi yang dapat dipercaya dan juga dengan syarat
harus terbukti adanya pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan
21
modal dari pihak muslim sehingga bisnis yang dijalankan tersebut
bebas dari riba dan juga bentuk-bentuk yang dilarang oleh syariah.
c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi ia boleh mengawasi.
2) Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)
1) Modal
I.
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset
lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan
jenisnya.
II.
Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran
modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi
apapun padahal pengelola dana harus bekerja.
III.
Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga
dapat dibedakan dari keuntungan.
IV.
Pengelola
dana
tidak
diperkenankan
untuk
memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali
atas seizing pemilik dana.
V.
Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjam modal kepada orang
lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas
seizin pemilik dana.
VI.
Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara
syariah.
22
2) Kerja
I.
Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, management skill, dan lain-lain.
II.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
III.
Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
IV.
Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak.
V.
Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima
modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan
imbalan/ganti rugi/upah.
3) Ijab Kabul
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihakpihak akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4) Nisbah Keuntungan
a) Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak,
inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah
pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c) “Shahibul maal tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
(Nurhayati,2008:116-117)”
23
2.7
Tujuan dan Manfaat Pembiayaan Mudharabah
Shawi (2004:170) pembiayaan mudharabah merupakan :
“Pembiayaan yang melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang memiliki modal tetapi
tidak memiliki kemampuan dalam berbisnis, dan pihak yang pandai dalam
berbisnis tetapi tidak memiliki modal yang cukup. Maka dengan kelebihan yang
dimiliki oleh masing-masing pihak terciptalah hubungan kemitraan antara
keduanya”.
Bisnis penanaman modal ini disyariatkan oleh Allah demi kepentingan
kedua belah pihak.
Muhammad (2009:65-66) menyatakan bahwa :
“ Mudharabah sebagai instrumen keadilan mengimplikasikan beberapa hal
penting: pertama, kedua pihak yang menjalankan transaksi ekonomi selalu
berangkat dari kebersamaan, suatu ketetapan diputuskan secara bersama-sama
dengan terlebih dahulu bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan dan
saling ridha satu sama lain. Kedua, sebagai dua pihak yang terlibat dalam kancah
bisnis, shahibul maal dan mudharib, memiliki orientasi yang sama yaitu berupaya
untuk mengembangkan modal yang ada dalam suatu bisnis yang menguntungkan
(laba) baik secara material maupun spiritual”.
Tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah :
“Sebagai salah satu pembiayaan yang berfungsi sebagai penguatan modal kerja,
dimana LKS menjadi sebuah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
kemudian menyalurkannya kepada pihak-pihak yang mengalami defisit untuk
usaha produktif sebagai modal kerja usaha, sehingga fungsi LKS ini akan
menstimulasikan tumbuh dan berkembangnya usaha masyarakat, memberi
peluang pada masyarakat miskin untuk mengakses sumber daya ekonomi, dan
mampu menstimulasikan usaha yang dilakukan masyarakat miskin”
(Soraya,2011:37).
Adapun manfaat dari pembiayaan mudharabah adalah :
1. Shahibul maal akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha mudharib meningkat.
2. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha mudharib sehingga tidak memberatkan mudharib.
24
3. Mudharib akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang
konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
4. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap. Dalam bank konvensional, bank akan menagih kredit yang
diterima nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.8
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Perbankan syariah dalam aplikasinya, penyaluran dana dengan skema
mudharabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Mudharabah mutlaqoh
Soraya (2011:39) dalam bukunya menyebutkan mudharabah mutlaqoh
yaitu :
“Pengelola dana tidak diberi batasan mengenai bisnis yang akan dijalani dan
daerah tempat usaha. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkali
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu)”.
Pengelola memiliki kebebasan yang penuh untuk menyalurkan dananya
ke bisnis apapun selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun
apabila tenyata pengelola dana lalai atau melakukan kecurangan sehingga
menyebabkan kerugian maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
perbuatannya tersebut.
25
b. Mudharabah Muqayyadah
Janwari (2002:73) menyebutkan bahwa jenis mudharabah ini ;
“Pemilik dana memberikan batasan-batasan kepada pengelola dana mengenai tata
cara bisnis, tempat usaha maupun sektor usaha yang nantinya akan dijalankan.
Nasabah terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank syariah sehingga
mudharabah muqayyadah ini dikenal sebagai investasi terikat”.
Mudharabah muqayyadah dalam peran bank syariah :
“Hanya sebagai agen yang menghubungkan pemilik dana mudharabah
muqayyadah yang telah menetapkan batasan tertentu dengan pelaksana usaha”
(Yaya,2009:63).
Bank selanjutnya akan menginvestasikan dana shahibul maal tersebut ke
dalam proyek tertentu yang telah ditentukan oleh shahibul maal. Dari upaya
memfasilitasi pemilik dana dan pengelola dana mudharabah muqayyadah tersebut,
bank memperoleh fee sejumlah tertentu sebagaimana yang telah disepakati.
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah :
“Bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerja sama investasi. Akad mudharabah musytarakah ini merupakan solusi
sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat
dikontribusikan dalam investasi, sedangkan di lain sisi, adanya penambahan
modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi” (Soraya,2011:40).
Suwiknyo (2010:78) dalam bukunya menyebutkan bahwa :
“Pembagian bagi hasil usaha mudharabah antara pemilik dana dengan pengelola
dana dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing)/ bagi laba
(profit sharing). Dalam prinsip bagi hasil, dasar pembagian hasil usaha adalah
laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset), sedangkan dalam
prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi
beban yang diberkaitan dengan pengelolaan mudharabah”.
2.9 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105
IAI (2009:105.2-105.6) menyatakan bahwa:
“Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 105 tentang Akuntansi
mudharabah, dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran, pengakuan,
26
penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, bank sebagai pemilik dana
atau shahibul maal” sebagai berikut:
1. Pengakuan dan pengukuran
a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105: Paragraf 12)
b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai
wajar aset non-kas pada saat penyerahan:
a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah.
b) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105: Paragraf 13)
c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan
rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.(PSAK 105: Paragraf 14)
d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut
diperhitungkan pada saat bagi hasil.(PSAK 105: Paragraf 15)
e. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana.(PSAK 105: Paragraf 16)
27
f. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan aset
non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka
kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun
diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.(PSAK 105: Paragraf 17)
g. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain,ditunjukkan oleh:
1) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi
2) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang
lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau
3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105:
Paragraf 18)
h. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang.(PSAK 105: Paragraf 19)
2. Penghasilan Usaha
i. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati.(PSAK 105: Paragraf 20)
j. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:
1)
Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi; dan
28
2)
Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian.(PSAK 105: Paragraf 21)
k. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi
hasil usaha.(PSAK 105: Paragraf 22)
l. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.(PSAK 105:
Paragraf 23)
m. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang.(PSAK 105: Paragraf 24)
3. Penyajian
n. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat. (PSAK 105: Paragraf 36)
4. Pengungkapan
o. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
a. isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
b.
rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
c.
penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;
d. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.(PSAK 105: Paragraf 38)
29
2.10
Laporan Keuangan BMT
Soraya (2011:47) laporan keuangan adalah :
“Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut”.
Harahap (2002:7) menyatakan bahwa:
“Mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu produk atau hasil akhir dari
proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.
Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga dapat menggambarkan
indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.”
Adapun tujuan laporan keuangan BMT adalah :
“Memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan sebagai acuan untuk
pengambilan keputusan terhadap BMT. Informasi ini dibutuhkan baik pihak intern
maupun ekstern BMT. Diantara yang termasuk pihak intern BMT adalah pengurus
BMT, pengelola BMT dan anggota BMT sedangkan pihak ekstern adalah
PINBUK, dinas koperasi kabupaten/kota, dinas koperasi provinsi, departemen
koperasi,UMKM, pemerintahan desa, dan masyarakat” (Azis,2006:1).
“Sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen BMT. Untuk itu, laporan
keuangan BMT, yang meliputi keuangan, sektor ril, dan sosial”
(Widodo,2000:87).
Laporan keuangan BMT Agar berguna bagi para pemakai laporan
keuangan, maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan
harus jelas sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Dengan demikian, para pembaca laporan keuangan
tersebut dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang
didapatnya.
30
b. Relevan
Data yang diolah serta informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan hanya yang ada kaitannya dengan transaksi yang bersangkutan.
Data atau informasi yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan
tidak perlu disajikan.
c. Andal
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus
memenuhi kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan (trend) posisi
dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga harus
dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dalam hal ini
antara BMT, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara
relative.
Laporan keuangan BMT terdiri dari:
a.
Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan jumlah aktiva,
jumlah kewajiban dan jumlah modal perusahaan dalam suatu periode tertentu.
31
Komponen-komponen yang ada dalam neraca BMT antara lain sebagai
berikut:
1) Aktiva
a. Harta lancar
Semua kekayaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai
dalam waktu yang relatif singkat. Yang termasuk harta lancar BMT
adalah: Kas, giro pada bank, penempatan dana BMT pada bank
syariah maupun BMT, piutang yang terdiri atas: piutang mudharabah,
piutang salam, pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah,
pinjaman qardhul hasan, penyisihan kerugian aktiva produktif,
penyertaan modal pada bank syariah, BMT atau pada perusahaan yang
tergerak dibidang keuangan syariah.
b. Harta Tetap
Semua harta yang digunakan dalam beberapa tahun seperti
tanah, gedung, peralatan kantor, kendaraan dan lain sebagainya, nilai
harta tetap yang dicantumkan dalam sebuah neraca haruslah
berdasaran nilai perolehannya.
c. Harta Lain-lain
Harta
yang
tidak
dapat
digolongkan
dalam
pos-pos
sebelumnya tetapi menghasilkan manfaat bagi perusahaan misalnya
harta tetap yang telah dihentikan penggunaannya dan siap untuk
dilepaskan, jaminan/agunan, biaya dibayar dimuka, hak patent, lisensi,
surat-surat perizinan usaha (biaya pra operasional) dan lain-lain.
Umumnya harta ini bermanfaat lebih dari satu tahun sehingga harus
32
diamortisasikan sedangkan yang manfaatnya dibawah satu tahun dapat
dikurangkan sekaligus sebagai biaya.
2) Kewajiban (Hutang)
a) Kewajiban lancar
Kewajiban Lancar adalah kewajiaban BMT kepada pihak lain
yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat
sesuai perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.
b) Simpanan
i. Giro wadiah
Titipan anggota BMT maupun pihak-pihak yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet
giro serta mendapatkan bonus sesuai kebijaksanaan BMT.
ii. Simpanan wadiah
Titipan anggota BMT maupun pihak-pihak lain yang
penarikannya sesuai dengan syarat tertentu yang telah disepakati.
c) Investasi tidak terikat
Investasi tidak terikat merupakan mudharabah mutlaqah yaitu
pemilik dana (shahibul maal) memberi kebebasan kepada pengelola
dana (mudharib/BMT) dalam pengelolaan investasi. Investasi tidak
terikat terdiri dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah
berjangka.
d) Kewajiban jangka panjang (hutang pihak ketiga)
Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi.
Contohnya; titipan dana jamsos, ZIS dan lainnya.
33
3) Modal
a) Simpanan pokok khusus
Simpanan para pendiri BMT yang minimal terdiri dari 20
anggota BMT, simpanan ini tidak bisa diambil maupun dialihkan ke
pihak lain kecuali ditetapkan dalam rangka anggota.
b) Simpanan pokok
Sejumlah simpanan yang nilainya sama dan wajib dibayarkan
oleh anggota kepada BMT pada saat masuk menjadi anggota BMT
yang besaran dan cara pembayarannya ditetapkan oleh rapat anggota
BMT yang besaran dan cara pembayarannya ditetapkan oleh rapat
anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota BMT.
c) Simpanan wajib
Sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh anggota
kepada BMT dalam waktu atau kesempatan tertentu sesuai keputusan
rapat anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota BMT.
d) Tabarru’
Akad yang berkaitan dengan transaksi non profit. Akad ini
berorientasi pada kegiatan ta’awun atau tolong menolong dalam akad
ini juga tidak dipersyaratkan adanya imbalan.
34
e) Cadangan umum
Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapatkan persetujuan rapat anggota
BMT sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar rumah tangga.
f) Laba ditahan
Saldo laba bersih yang oleh rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g) Saldo laba (rugi)
Saldo dari akumulasi hasil usaha dari tahun-tahun lalu yang telah
dikurangi untuk cadangan umum, laba ditahan dan koreksi laba (rugi) tahun
lalu.
h) Laba (rugi) tahun berjalan
Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi
taksiran hutang pajak. Dalam hal pada tahun berjalan BMT mengalami
kerugian, maka seluruh kerugian menjadi faktor pengurang modal.
i)
Laporan laba/rugi
Laporan laba/rugi disusun untuk melihat hasil operasi perusahaan dalam
satu periode tertentu karena dalam laporan ini menggambarkan keberhasilan
atau kegagalan dalam upaya keuntungan yang ditargetkan. Laporan laba rugi
terdiri dari:
1)
Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan harta atau
penurunan hutang yang mengakibatkan kenaikan modal yang tidak
35
berasal dari setoran pendiri (pemilik), Pendapatan operasi BMT antara
lain:
a) Pendapatan operasi utama yang terdiri dari: pendapatan dari jual
beli (marjin) yaitu pendapatan marjin mudharabah dan pendapatan
bersih salam dan pendapatan bagi hasil, yaitu pembiayaan
mudharabah dan pembiayaan musyarakah.
b) Pendapatan sewa (ijarah).
c) Pendapatan operasi utama lainnya, yang terdiri dari pendapatan
bonus wadi’ah dan penerimaan non halal.
d) Pendapatan bagi hasil BMT sebagai mudharib.
e) Pendapatan operasional lainnya
Pendapatan jasa BMT berbasis imbalan terdiri dari fee al
hawalah (perpindahan), fee wakalah (mewakilkan), fee al
kafalah (pengalihan tanggung jawab), fee ar rahn (gadai), fee
pinjaman qardhul hasan dan pendapatan dari administrasi
pembiayaan.
f) Pendapatan di luar operasi yang terdiri dari: keuntungan
pelepasan aktiva tetap, pendapatan hibah dan pendapatan
lainnya.
2) Biaya
Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pengeluaran atau berkurangnya harta atau
bertambahnya hutang yang mengakibatkan penurunan modal termasuk
36
pembagian kepada pemilik modal (pendiri). Biaya operasional dalam
BMT antara lain:
a)
Biaya bonus simpanan dan giro berdasarkan prinsip wadi’ah
b) Biaya bagi hasil simpanan dan simpanan berjangka mudharabah
c) Rugi investasi tidak terikat (simpanan masyarakat) akibat
d) Kelalaian BMT sebagai mudharib.
e) Biaya operasional lainnya
f)
Biaya diluar operasi
g) Zakat
h) Pajak
j) Laporan perubahan modal
Modal akan berpengaruh apabila perusahaan memperoleh laba karena
laba tersebut akan menambah modal. Begitu pula sebaliknya bila perusahaan
memperoleh kerugian maka akan mengurangi modal. Modal dapat juga
bertambah bila pemilik/pendiri menambah investasi, menambah setoran
modal, adanya titipan dana dan adanya modal penyertaan dari pihak lain.
Informasi perubahan modal ini disajikan dalam bentuk laporan perubahan
modal.
k) Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan qardhul hasan
Laporan sumber penggunaan dana ZIS dan penggunaan qardhul hasan
selama jangka waktu tertentu. Sumber ZIS dan qardhul hasan berasal dari :
Infaq, shadaqah, denda yang berasal dari keterlambatan pelunasan piutang,
sumbangan yang didapatkan dari nasabah atau pihak luar dan hibah.
37
2.11
Kerangka Pemikiran
Skema 2.11
Kerangka Pikir
Studi Empiris
STUDI TEORITIS
PSAK 105 :
Pimpinan Baitul Maal wat
1. Pengakuan dan pengukuran
[PSAK 105.4]
2. Penghasilan usaha
3. Penyajian
4. Pengungkapan
Tamwil Amanah Cabang Kendari,
Sudah
ada
Masyarakat
yang
menggunakan akad mudharabah,
karena perlakuan binaannya yang
sudah
mulai
berjalan.
Dari
pembagian hasilnya pemberi dana
mendapatkan Rp. 100.000 dan
pengeloladana Rp. 50.000.
RUMUSAN MASALAH
DESKRIPTIF KUALITATIF
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Obyek Penelitian
Objek dalam penelitian Penulis adalah Kesesuaian Perlakuan
Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105 pada BMT
Amanah Cabang Kota Kendari.
3.2
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Kualitatif, yaitu pengambilan data langsung yang dilakukan oleh peneliti
kepada objek yang diteliti, yakni wawancara kepada akunting dari BMT
Amanah dan karyawan yang terlibat dalam produk mudharabah serta data
tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3
Sumber Data
Sumber data primer dari penelitian ini adalah dari pihak BMT
Amanah Cabang Kendari dan pihak yang terlibat dalam akuntansi
pembiayaan mudharabah, yakni karyawan yang menangani pencatatan
dalam akuntansi. Sedangkan untuk sumber dari data sekunder adalah dari
dokumen tentang pembiayaan Mudharabah, studi pustaka dan berbagai
dokumen yang relevan dengan penelitian ini.
3.4
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Kualitatif, data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dideskripsikan
tentang sistem perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT
Amanah Cabang Kota Kendari dan menganalisis kesesuaian perlakuan
38
39
akuntansi pembiayaan mudharabah pada BMT Amanah Cabang Kendari
yang disesuaikan dengan PSAK 105.
3.5
Definisi Operasional
1. Pembiayaan adalah bentuk penyaluran dana kepada nasabah yang
dilakukan oleh lembaga keuangan dalam rangka memproduktifkan
dananya agar tidak menganggur (idle) baik dalam bentuk uang maupun
barang yang dapat dinilai dengan uang.
2. Mudharabah adalah pemilik modal menyertakan modalnya kepada pekerja
(pengusaha) untuk diinvestasikan, sedangkan keuntungan yang diperoleh
menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama.
3. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang diberikan kepada
Mudharib (pengelola dana) oleh shahibul maal (pemilik dana), dimana
pemilik modal memberikan kepercayaan dananya untuk dikelola oleh
mudharib sebesar 100% dana.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Baitul Mal Wat Tanwil
4.1.1
Sejarah Singkat BMT Amanah Kendari
Masyarakat kita yang melihat kondisi riil dari sisi ekonomi belum dapat
hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya
lembaga yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapatan mereka, tidak
punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba
tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil. Padahal dari potensi yang dimiliki
oleh mereka yang apabila dikelola oleh sistem kebersamaan, maka akan dapat
meningkatkan ekonomi. Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, maka
dirintislah BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Amanah oleh 24 orang anggota
pendiri pada tanggal 23 mei 2007 di Aula Panti Asuhan Muslimin Kota
Baubau.
BMT Amanah adalah sebuah lembaga keuangan yang dikelola
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dibentuk dengan maksud untuk menjadi
lembaga keuangan bagi pengusaha mikro dan kecil. Salah satu fokus kerja
BMT Amanah adalah menjadi lembaga keuangan mikro syariah bagi para
pelaku-pelaku usaha mikro yang secara bisnis feasible (layak) tetapi tidak
bankable. Dalam penyelenggaraannya kami mengandeng semua komponen
masyarakat khususnya pelaku usaha mikro yang ada di Sulawesi Tenggara
secara umum.
Akhirnya, sampai dengan desember 2009 BMT Amanah telah
memberikan pelayanan pembiayaan kepada 4.075 orang pengusaha mikro di
40
41
Sulawesi Tenggara yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota seperti Baubau, Kendari Ereke, Konawe Selatan, dan Pasarwajo dengan total pembiayaan
sebesar 5,2 milyar rupiah. Disisi lain, selama tiga tahun perjalanan, meskipun
bukan parameter yang utama namun, kinerja keuangan BMT Amanah sebagai
salah satu capaian yang patut mendapat apresiasi. Kinerja keuangan tersebut
meliputi profiabilitas perusahaan, pertumbuhan asset, tingkat kepercayaan
masyarakat, dan posisi Non Performing Finance (NPF).
Adapun 6 (enam) tahun perjalanan, saat ini BMT Amanah sudah memiliki
8 cabang yang tersebar di hampir semua Kabupaten/Kota Sulawesi Tenggara
seperti Kota Baubau, Kota Kendari, Ereke Kab. Buton Utara, Tinanggea Kab.
Konawe Selatan, Poleang Kab. Bombana, Mawasangka dan Lombe Untuk di
Kab. Buton. Alhasil, sampai dengan Desember 2010 BMT Amanah telah
memberikan pelayanan pembiayaan kepada 8.069 orang pengusaha mikro
dengan total portofolio pembiayaan sebesar kurang lebih Rp. 10,4 milyar
rupiah.
BMT Amanah Sulawesi Tenggara saat ini akan memasuki usia ke-7,
persoalan yang masih harus diselesaikan BMT Amanah adalah dari gerakan
menuju profesionalisme. Karena hal tersebut merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan untuk menjadi besar yang kami cita-citakan dengan tidak
mengenyampingkan nilai-nilai syariah yang merupakan nafas dalam sistem
operasional BMT Amanah.
4.1.2
Visi dan Misi BMT Amanah Kendari
Adapun Visi dan Misi BMT Amanah Kendari yaitu;
42
Visi
Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang profesional dan
terpercaya.
Misi
1. Turut serta mewujudkan masyarakat produktif.
2. Mendayagunakan investasi untuk mengembangkan usaha mikro,
kecil dan menengah.
3. Mengajak masyarakat untuk bersikap hemat dan gemar menabung.
4. Menyebarluaskan kepekaan sosial dan kepedulian.
5. Menciptakan sistem kerja sama yang produktif, efisien, dan inovatif.
4.1.3
Tujuan BMT Amanah Kendari
Adapun yang menjadi tujuan BMT Amanah Kendari adalah sebagai
berikut;
1.
Mendidik masyarakat untuk mengelola keuangannya dengan baik,
sehingga pendapatannya lebih besar dari pada tingkat konsumsinya.
2.
Mendidik Stakeholder untuk memahami dan tunduk kepada prinsipprinsip syari’ah.
3.
Menyebarluaskan kegiatan BMT Amanah dalam jaringan pembiayaan
untuk mengambil inisiatif pada kegiatan-kegiatan dan program nyata
untuk mereduksi kemiskinan dan kepedulian terhadap masyarakat
miskin.
43
4.
Memberikan manfaat bagi stakeholder BMT Amanah berupa :
a. Memberikan
kemudahan
untuk
memperoleh
modal
dan
pendanaan serta keuntungan-keuntungan lainnya sehingga dapat
berkembang penuh barokah.
b. Memberikan keuntungan atau bagi hasil yang kompetitif untuk
investor.
c. Memberikan kesejahteraan yang layak bagi karyawan.
d. Membuka lapangan pekerjaan dan turut andil dalam usaha
perbaikan kondisi sosial bagi masyarakat.
4.1.4 Struktur Organisasi BMT Amanah Kendari
BMT Amanah Kendari memiliki organisasi yang mengatur suatu
kinerja dilembaga tersebut, struktur organisasi tersebut antara lain:
1. Pengurus
Pengurus dalam perusahaan ini adalah orang yang memiliki saham
tertinggi yang ada di BMT Amanah, pengurus ini juga mempunyai
wewenang yaitu membuat dan mengesahkan seluruh keputusan –
keputusan dan kebijakan- kebijakan organisasi yang bersifat strategis
melalui kesepakatan dalam forum Rapat Anggota Tahunan (RAT).
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Dewan
pengawas
syariah
memiliki
tugas
untuk
melakukan
pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang
berada
di
bawah
pengawasannya.
Kemudian,
melaporkan
perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang
44
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu
tahun anggaran.
3. Dewan Pengawas Managemen (DPM)
Mewakili nasabah dalam memberikan pengawasan terhadap kerja
pengurus
terutama
berkaitan
dengan
pelaksanaan
keputusan
musyawarah tahunan, memberikan saran, nasehat, dan usulan kepada
pengurus, mempertanggung jawabkan hasil kerja pengawasannya
kepada nasabah dalam musyawarah tahunan.
4. Direktur Operasional
Direktur Operasional merupakan jabatan tertinggi yang ditunjuk dan
memberi laporan kepada Dewan Direksi dalam sebuah perusahaan.
Tugas direktur utama secara umum adalah sebagai koordinator,
komunikator,
pengambil
keputusan, pemimpin,
pengelola
dan
eksekutor.
5. Direktur Pemasaran
Direktur
Pemasaran
merupakan
jabatan
seseorang
yang
bertanggungjawab pada operasi pemasaran secara keseluruhan
perusahaan. Tugas
direktur
pemasaran secara
umum
adalah
merencanakan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan
pemasaran perusahaan.
6. Direktur HRD & Umum
Direktur HRD memiliki peran penting dalam perekrutan. Direktur
HRD memiliki peranan dalam merencanakan, mengkoordinasi dan
mengarahkan fungsi dari administrasi sebuah perusahaan. Selain itu,
45
direktur HRD juga berperan dalam mengawasi perekrutan pegawai,
wawancara dan mempekerjakan pegawai baru. Kemudian juga
berkonsultasi
dengan atasan tentang strategi
perusahaan dan
menghubungkan antara manajer perusahaan dengan karyawannya.
46
Skema 4.1.4
Struktur Organisasi BMT Amanah Kendari
RAT
(Rapat Anggota Tahunan)
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Pengurus
DEWAN PENGAWAS
MANAGEMEN
MAHRUS SALAM S.Pd.I
AMALUDDIN M, ST
MARZUKI. SH
DIREKTUR PEMASARAN
DIREKTUR OPERASIONAL
DIREKTUR HRD & UMUM
VICANT
SENIWATI BARAKING. A.Md
VICANT
KENDARI
EREKE I
EREKE II
TINANGGEA
MAWASANGKA
POLEANG
LOMBE
SYUKUR
ZALIADINN
DAMA.SE
JALIDA
MARLIANA
,S.Si
HARMAWIN
SUPRIADI
ARIF, S.Pd
SARDIN
MADA
Keterangan :
=
Jalur Komando
=
Jalur Koordinasi
Sumber : Annual Report BMT Amanah Kendari
47
4.1.5
Jenis Produk dan Kegiatan di BMT Amanah Kendari
BMT Amanah melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan
dengan pengusaha dan usaha mikro dan kecil terutama yang berkaitan
dengan produk penghimpun dana dan produk penyaluran dana. Produkproduk tersebut diantaranya:
Produk Penghimpunan Dana
1. Simpanan Umum
Simpanan yang bisa diambil kapan saja selama jam kerja dengan bagi hasil
30% untuk nasabah.
2. Simpanan Pendidikan
Simpanan untuk merencanakan biaya pendidikan dengan nisbah bagi hasil
30% untuk nasabah.
3. Simpanan Qurban
Simpanan yang diperlukan untuk ibadah Qurban dengan nisbah bagi hasill
30% untuk nasabah.
4. Simpanan Walimah
Simpanan untuk persiapan biaya pernikahan dengan nisbah bagi hasil 30%
untuk nasabah.
5. Simpanan Berjangka
Simpanan yang ditentukan jangka waktunya (1,3,6 dan 9 bulan) setoran
minimal Rp. 1.000.000,- dengan nisbah bagi hasil 40-55% untuk nasabah.
48
6. Simpanan Qur’ah
Simpanan berjangka dan berhadiah-jangka waktu 12 bulan – dengan
nisbah bagi hasil 30% untuk nasabah.
7. Investasi Syariah
Simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, setoran minimal Rp. 1.000.000,dengan nisbah bagi hasil 60% untuk nasabah.
Produk Penyaluran Dana
1. Mudharabah
2. Musyarokah
3. Murabahah
4. Ijarah
5. Hiwalah
6. Qord dan Qordhul Hasan
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1
Sistem
Perlakuan
Akuntansi
Pembiayaan
Mudharabah
yang
dilakukan pada Baitul Maal wat Tamwil BMT Amanah Cabang
Kendari
Pembiayaan mudharabah yang ada di BMT Amanah menurut Manajer
BMT Amanah Kendari mengatakan “BMT akan mengenakan jaminan untuk
nasabah agar tetap amanah terhadap pembiayaan yang diberikan. BMT Amanah
memberikan Jaminan dengan prinsip Ta’awun (tolong-menolong). Jaminan yang
dikenakan oleh BMT yaitu berupa bentuk sertifikat, jaminan BKD, dan BPKB
motor. BMT Amanah mengenakan jaminan tersebut karena pembiayaan
mudharabah yang masih mikro/kecil, sehingga dana yang akan diberikan kepada
49
nasabah akan dibatasi dalam jumlah tertentu. Namun apabila dari segi jaminan
sertifikatnya bagus, maka nasabah tersebut diarahkan ke pusat BMT Amanah
untuk mendapatkan pendanaan yang lebih tinggi.”
Pemberian pembiayaan mudharabah, menurut Manajer BMT Amanah
mengatakan “lebih banyak memberikan pembiayaan dalam bentuk barang dari
pada dana (uang). Karena dalam sistem syariah menggunakan sistem jual-beli.
Kalau ada uang maka ada barang. Tapi kalau menggunakan sistem uang, hal
tersebut sudah tidak termasuk sistem syariah. Contoh seperti leasing, jika
barangnya ada maka pihak BMT akan membayarnya ke leasing.”
Batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Amanah
apabila nasabah tersebut adalah pedagang kecil yaitu sebesar Rp. 5.000.000.
Apabila ada yang ingin meminta lebih dari Rp.5.000.000, maka akan diarahkan
ke pusat BMT Amanah dengan persyaratan jaminan itu berupa BPKB mobil atau
sertifikat. Jaminan yang berupa sertifikat tersebut diperkirakan bisa diberikan
sebesar Rp.15.000.000 atau lebih yang disesuaikan dengan sertifikat apa yang
akan diberikan kepada BMT Amanah. Prinsip bagi hasil usaha mudharabah
BMT Amanah menggunakan prinsip profit sharing.
Pengembalian dana mudharabah di BMT Amanah dilakukan paling cepat
6 bulan dengan sistem pembagian hasilnya. Karena kalau sistem bagi hasil yang
dikenakan dalam jangka waktu 3 bulan atau 4 bulan, maka bagi hasil yang akan
diperoleh BMT Amanah sedikit. Tetapi apabila jangka waktunya diperpanjang
atau diberikan waktu yang lama, maka sistem bagi hasil yang diperoleh BMT
Amanah mengalami keuntungan.
50
Sistem atau prosedur saat seseorang akan mengambil produk mudharabah
di BMT Amanah, Manajer BMT Amanah mengatakan “pertama, mengharuskan
nasabah untuk membuka rekening. Rekening yang dianjurkan kepada nasabah
adalah rekening simpanan. Rekening simpanan tersebut harus berada di kisaran
Rp. 300.000 agar bisa berada dalam jangkauan pembiayaan atau apabila saat
membuka rekening simpanan tersebut kurang dari Rp. 300.000, maka akan
diberikan jangka waktu hingga satu bulan. Jangka waktu tersebut diberikan
karena pedagang atau penjual yang ada di pasar biasanya menabung Rp. 10.000
hingga Rp. 20.000. Saat tercapainya kisaran tersebut, maka nasabah bisa
diberikan pembiayaan dengan syarat mampu untuk membayar dalam jangka
waktu satu minggu atau perbulan. Karena apabila nasabah telah diberikan
pembiayaan tanpa syarat, biasanya tidak ada pengembalian dana dari nasabah,
dana pokok-pun tidak bisa dikembalikan. Maka diberikanlah syarat tersebut
sebagai prosedur untuk dapat mengambil produk mudharabah. Kedua,
memasukkan persyaratan yang diberikan kepada nasabah. Persyaratannya
berupa KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah, dan Surat Keterangan Usaha (SKU).
Saat berkas tersebut dimasukkan, pihak BMT akan langsung meninjau ke tempat
usahanya. Jika nasabah mempunyai jaminan berupa uang dengan syarat senilai
Rp. 3.000.000 keatas, maka sudah bisa diberikan pembiayaan. Namun apabila
kurang dari Rp. 3.000.000, maka pihak BMT masih belum bisa memberikan
jaminan berbentuk sertifikat atau BPKB, BMT hanya bisa memberikan jaminan
dalam bentuk elektronik yang disesuaikan pada besaran pembiayaan dengan
jaminan dari nasabah. Karena jaminannya harus lebih tinggi, yang dihitung
dalam bentuk uang. Contohnya seperti elektronik yang dibeli oleh nasabah
51
senilai Rp. 3.000.000, pemakaiannya sudah setahun sehingga nilai barang
tersebut telah menyusut apabila dijual kembali oleh pihak BMT. Jadi, pihak
BMT akan memperkirakan harga jualnya. Jika harga jual barang tersebut Rp.
1.500.000 atau sampai dengan Rp. 2.000.000, maka pihak BMT akan
memberikan dana kepada nasabah tersebut senilai Rp.1.000.000 atau
Rp.1.500.000. Setelah itu pihak BMT akan mengadakan rapat komite untuk
membahas mengenai nasabah tersebut, apakah dia bisa mengembalikan dana
yang telah diberikan. Kemudian saat pihak BMT menyetujui hal tersebut, BMT
bersedia memberikan dana kepada nasabah.”
Adapun dalam penyusunan laporan keuangan BMT Amanah, BMT
Amanah menggunakan sistem akuntansi syariah berbasis komputerisasi. Jadi
BMT tinggal meng-input data-data tersebut.
Jurnal yang digunakan BMT Amanah berkaitan dengan transaksi
pembiayaan mudharabah yang dilakukannya adalah sebagai berikut:
1) Pada saat penyerahan investasi mudharabah:
Rekening
Debet
Db. Kas Teller
Cr. Simjaka 3 bulan nasabah
Rp.
Kredit
XXX
Rp.
XXX
2) Pada saat penerimaan bagi hasil mudharabah beserta angsuran
pokok yang dibayarkan:
Tidak dilakukan penjurnalan
3) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah :
Tidak dilakukan penjurnalan secara manual
52
4.2.2 Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Pada BMT Amanah Cabang Kendari dengan PSAK No. 105
Melihat jurnal transaksi investasi mudharabah yang dilakukan oleh
BMT Amanah, untuk menganalisisnya penulis menggunakan contoh kasus
yang terjadi di BMT Amanah tersebut.
Contoh kasus:
Ibu
Ilsyah
menyerahkan
investasi
mudharabah
sebesar
Rp.
10.000.000 dengan simpanan jangka waktu 3 bulan.
1) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp. 10.000.000 ke simjaka 3
bulan Ibu Ilsyah:
Rekening
Db. Kas Teller
Cr. Simjaka 3 bulan Ibu Ilsyah
Debet
Rp. 10.000.000
Kredit
Rp. 10.000.000
Analisis Transaksi diatas :
Transaksi diatas, BMT Amanah mengakui dana mudharabah yang
diberikan kepada Ibu Ilsyah sebagai pembiayaan mudharabah pada saat
penyerahan kas sehingga mengakibatkan bertambahnya pembiayaan mudharabah
sebesar Rp. 10.000.000 sebelah debit serta bertambahnya rekening Ibu Ilsyah
disebelah kredit sebesar Rp. 10.000.000.
PSAK 105 paragraf 12 : “Dana mudharabah yang disalurkan oleh
pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas
atau penyerahan asset non-kas kepada pengelola dana.”
PSAK 105 paragraf 16 : “Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana.”
53
2) Pada saat Ibu Ilsyah membayar bagi hasil mudharabah beserta angsuran
pokok yang dibayarkan :
Tidak dilakukan penjurnalan
Analisis diatas :
Accounting BMT Amanah mengatakan ”BMT Amanah saat ini belum
mempunyai angsuran untuk bagi hasil pembiayaan mudharabah. BMT
Amanah saat ini hanya menggunakan simpanan mudharabah.”
PSAK 105 paragraf 9 : “Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.“
PSAK 105 paragraf 10 : ”Jika dari pengelolaan dana mudharabah
menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana
dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari
hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.”
3) Apabila Ibu Ilsyah telat membayar angsuran investasi mudharabah :
Tidak dilakukan penjurnalan secara manual
Analisis diatas :
PSAK 105 paragraf 19 : “jika akad mudharabah berakhir sebelum atau
saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka
investasi mudharabah diakui sebagai piutang.”
4.3 Pembahasan
4.3.1 Sistem
Perlakuan
Akuntansi
Pembiayaan
Mudharabah
yang
dilakukan pada Baitul Maal wat Tamwil BMT Amanah Cabang
Kendari
BMT Amanah akan mengenakan jaminan untuk nasabah terhadap
pembiayaan mudharabah. Jaminan yang dikenakan oleh BMT Amanah yaitu
berupa bentuk sertifikat, jaminan BKD, dan BPKB motor. BMT Amanah
mengenakan jaminan tersebut karena pembiayaan mudharabah yang masih
mikro/kecil, sehingga dana yang akan diberikan kepada nasabah akan dibatasi
54
dalam jumlah tertentu. Namun apabila dari segi jaminan sertifikatnya bagus,
maka nasabah tersebut diarahkan ke pusat BMT Amanah untuk mendapatkan
pendanaan yang lebih tinggi. BMT Amanah lebih banyak memberikan
pembiayaan dalam bentuk barang dari pada dana (uang). Batas maksimum
jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT Amanah apabila nasabah tersebut
adalah pedagang kecil yaitu sebesar Rp. 5.000.000. Apabila ada yang ingin
meminta lebih dari Rp.5.000.000, maka akan diarahkan ke pusat BMT Amanah
dengan persyaratan jaminan itu berupa BPKB mobil atau sertifikat. Jaminan
yang
berupa
sertifikat
tersebut
diperkirakan
bisa
diberikan
sebesar
Rp.15.000.000 atau lebih yang disesuaikan dengan sertifikat apa yang akan
diberikan kepada BMT Amanah.
Pengembalian dana mudharabah di BMT Amanah dilakukan paling cepat
6 bulan dengan sistem pembagian hasilnya. Karena kalau sistem bagi hasil yang
dikenakan dalam jangka waktu 3 bulan atau 4 bulan, maka bagi hasil yang akan
diperoleh BMT Amanah sedikit. Tetapi apabila jangka waktunya diperpanjang
atau diberikan waktu yang lama, maka sistem bagi hasil yang diperoleh BMT
Amanah mengalami keuntungan.
Sistem atau prosedur saat seseorang akan mengambil produk mudharabah
di BMT Amanah adalah sebagai berikut :
1) Mengharuskan nasabah untuk membuka rekening.
Rekening yang dianjurkan kepada nasabah adalah rekening simpanan.
Rekening simpanan tersebut harus berada di kisaran Rp. 300.000 agar bisa
berada dalam jangkauan pembiayaan atau apabila saat membuka rekening
simpanan tersebut kurang dari Rp. 300.000, maka akan diberikan jangka
55
waktu hingga satu bulan. Jangka waktu tersebut diberikan karena pedagang
atau penjual yang ada di pasar biasanya menabung Rp. 10.000 hingga Rp.
20.000. Saat tercapainya kisaran tersebut, maka nasabah bisa diberikan
pembiayaan dengan syarat mampu untuk membayar dalam jangka waktu satu
minggu atau perbulan. Karena apabila nasabah telah diberikan pembiayaan
tanpa syarat, biasanya tidak ada pengembalian dana dari nasabah, dana
pokok-pun tidak bisa dikembalikan. Maka diberikanlah syarat tersebut
sebagai prosedur untuk dapat mengambil produk mudharabah.
2) Memasukkan persyaratan yang diberikan kepada nasabah.
Semua persyaratan saat berkas tersebut dimasukkan, pihak BMT akan
langsung meninjau ke tempat usahanya. Jika nasabah mempunyai jaminan
berupa uang dengan syarat senilai Rp. 3.000.000 keatas, maka sudah bisa
diberikan pembiayaan. Namun apabila kurang dari Rp. 3.000.000, maka
pihak BMT masih belum bisa memberikan jaminan berbentuk sertifikat atau
BPKB, BMT hanya bisa memberikan jaminan dalam bentuk elektronik yang
disesuaikan pada besaran pembiayaan dengan jaminan dari nasabah. Karena
jaminannya harus lebih tinggi, yang dihitung dalam bentuk uang. Contohnya
seperti elektronik yang dibeli oleh nasabah senilai Rp. 3.000.000,
pemakaiannya sudah setahun sehingga nilai barang tersebut telah menyusut
apabila dijual kembali oleh pihak BMT. Jadi, pihak BMT akan
memperkirakan harga jualnya. Jika harga jual barang tersebut Rp. 1.500.000
atau sampai dengan Rp. 2.000.000, maka pihak BMT akan memberikan dana
kepada nasabah tersebut senilai Rp.1.000.000 atau Rp.1.500.000. Setelah itu
pihak BMT akan mengadakan rapat komite untuk membahas mengenai
56
nasabah tersebut, apakah dia bisa mengembalikan dana yang telah diberikan.
Kemudian saat pihak BMT menyetujui hal tersebut, BMT bersedia
memberikan dana kepada nasabah.
Persyaratan yang akan diberikan oleh BMT Amanah kepada nasabah
adalah sebagai berikut :
1. KTP
2. Kartu Keluarga
3. Surat Nikah
4. Surat Keterangan Usaha
Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah yang dilakukan pada BMT Amanah Cabang Kendari
telah sesuai dengan Standar Operasioal Perusahaan (SOP) yang ada di BMT
Amanah Kendari.
4.3.2 Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Pada BMT Amanah Cabang Kendari dengan PSAK No. 105
1) Pada saat pencairan investasi mudharabah Rp. 10.000.000 ke
simjaka 3 bulan Ibu Ilsyah:
a. Adapun pada transaksi diatas telah sesuai. BMT Amanah mengakui
dana
mudharabah
yang dibayarkannya
sebagai
pembiayaan
mudharabah bukan sebagai investasi mudharabah, karena ibu Ilsyah
menginvestasikan mudharabah dengan jangka waktu 3 bulan
sehingga masih BMT Amanah masih mengakui dana mudharabah
yang
dibayarkan
sebagai
pembiayaan
mudharabah.
Dana
mudharabah tersebut bisa diakui sebagai investasi mudharabah jika
57
dana yang diinvestasikan telah lebih dari satu tahun (PSAK 105
paragraf 12).
b. Jika dilihat dari perlakuan akuntansi yang dilakukan BMT Amanah,
Usaha mudharabah mulai berjalan ketika BMT Amanah mencairkan
dana mudharabah-nya ke rekening Ibu Ilsyah. Maka transaksi ini
sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 16).
2) Pada saat nasabah membayar bagi hasil mudharabah beserta
angsuran pokok yang dibayarkan :
a. Dalam hal ini, walaupun BMT Amanah belum mempunyai angsuran
untuk bagi hasil pembiayaan mudharabah, namun BMT Amanah tetap
menetapkan ketentuan kepada nasabah untuk pembayaran angsuran
yang dilakukan bersamaan dengan bagi hasil dan mengenai besaran
margin yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada BMT Amanah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk transaksi ini BMT Amanah
Cabang Kendari sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 9).
b. BMT Amanah mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dengan nasabah yaitu sebagaimana yang telah
ditentukan dalam akad. Maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang
dilakukan oleh BMT Amanah sudah sesuai dengan (PSAK 105
paragraf 10).
3) Apabila nasabah telat membayar angsuran investasi mudharabah :
Adapun pada transaksi diatas walaupun BMT Amanah tidak
melakukan penjurnalan secara manual, BMT Amanah akan mencatatnya
secara komputerisasi ketika nasabah yang telat atau menunggak angsuran
58
mudharabah. Jadi, BMT Amanah akan mengetahui siapa-siapa saja yang
menunggak angsuran tersebut. Maka transaksi diatas sesuai dengan
(PSAK 105 paragraf 19).
Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Analisis Kesesuaian
Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Amanah Cabang
Kendari secara umum telah sesuai dengan PSAK 105. Karena dalam beberapa
transaksi yang dilakukan pada BMT Amanah baik dalam transaksi saat pencairan
investasi mudharabah Rp. 10.000.000 ke simjaka 3 bulan Ibu Ilsyah, Transaksi
pada saat nasabah membayar bagi hasil mudharabah beserta angsuran pokok yang
dibayarkan, serta Transaksi apabila nasabah telat membayar angsuran investasi
mudharabah. Transaksi-transaksi tersebut telah dilakukan BMT Amanah dengan
baik sesuai dengan PSAK 105.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem perlakuan akuntansi
pembiayaan mudharabah dilakukan pada BMT Amanah Cabang Kendari dan
untuk mengetahui perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang
dilakukan BMT Amanah Cabang Kendari telah sesuai dengan PSAK 105. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1. Sistem perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilakukan pada
BMT Amanah Cabang Kendari telah sesuai dengan Standar Operasioal
Perusahaan (SOP) yang ada di BMT Amanah Kendari.
2. Analisis kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada
BMT Amanah Cabang Kendari secara umum telah sesuai dengan PSAK
105.
5.2
Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar BMT
Amanah melakukan penjurnalan tidak hanya dalam komputerisasi saja, tapi
mencatat juga penjurnalan secara manual pada transaksi apabila nasabah
telat membayar angsuran investasi mudharabah.
2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini, dijenis
transaksi lain.
59
Daftar Pustaka
A.Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2008.
Al Qur’anul Karim.
Anggota IKAPI. Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lima Undangundang Moneter & Perbankan. Bandung: Fokusmedia, 2009.
Antonio, M. Syafi’I. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press,2001.
Ash-Shawi, Shaleh dan al-Muslih, Abdullah. Fikih Ekonomi Keuangan Islam.
Penerjemah AbuUmar Basyir. Jakarta: Darul Haq, 2004.
Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam, cet.I. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoe,1996.
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Otoritas Jasa Keuangan
Repubilk Indonesia, Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan
Modal
Inti
Bank.
Jakarta.
(http://www.db2.wikispaces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah
. diakses pada 16 november2010)
Djazuli dan Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga perekonomian Umat. Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2002.
Fatwa DSN MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
Halim, H.2010. Panduan Penulisan Skripsi Universitas Haluoleo Kendari.
Kendari : Universitas Haluoleo Kendari.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta: Dewan
Standar akuntansi Keuangan. 2017.
Induk
Koperasi
Syariah
Baitul
Maal
Wat
Tamwil
(online)
(http://indukbmt.co.id/laporan-keuangan-anggota/sulawesi-tenggara/
diakses pada 22 juni 2016)
Isriani dan Muhammad giharto (Soraya). Kamus Perbankan Syariah: Dilengkapi
Penjelasan Singkat dan Perbandingan dengan Bank Konvensional, cet.I.
Jakarta: Marja, 2007.
Isriani dan Muhammad giharto. Kamus perbankan syariah: Dilengkapi
penjelasan Singkat & Perbandingan Dengan Bank Konvensional, cet.I.
Jakarta: Marja, 2007.
Lathif, AH. Azharudin. Fiqh Mu’amalat. Jakarta: UIN Jakarta Press,2006.
M.Amin Azis dan Rahmadi, Akuntansi BMT Jakarta: Pinbuk Press, 2006.
Mhd. Ali, Nuruddin (skripsi Soraya), Tujuan Ekonomi dalam Islam. Artikel
(online)
dari
(http://www.db2.wikisapces.com/.../sm2003+Tujuan+Keuangan+Syariah
. diakses pada 16 November 2010)
Muhammad Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam, cet.III. Penerjemah
Drs.Aswin Simamora. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Nurhayati dan wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,
2008.
S. Harahap, Sofyan. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Soraya.
2011. Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan
Mudharabah dengan PSAK 105 Studi pada 4 BMT di Jakarta Selatan”.
Disertasi diterbitkan. Jakarta : FSH UIN SYARIF HIDAYATULLAH.
Sugiarto. Pengantar Akuntansi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Januari.
2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatf, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: ALFABETA, 2011.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum.Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009.
Wawancara dengan Bapak Amal, Pimpinan BMT Amanah Cabang Kendari.
Kendari, 18 Juli 2016.
Wawancara dengan Bapak Syukur. Manager BMT Amanah Cabang Kendari.
Kendari, 12 Januari 2017.
Wawancara dengan Ibu Helmi, Bag. Accounting BMT Amanah Cabang Kendari.
Kendari, 13 Januari 2017.
Widodo, Hertanto.dkk. Panduan praktis operasional Baitul Maal, cet.II.Bandung:
Mizan, 2000.
Yaya, Rizal. dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Yulistyanti Hanna, 2013, Perlakuan Akuntansi terhadap Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Syariah Berdasarkan PSAK 105 tentang
Akuntansi Mudharabah. Disertasi Diterbitkan. Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.
Lampiran I
Daftar Pertanyaan Untuk BMT Amanah
No.
1.
PERTANYAAN
Apakah ada jaminan dari BMT Amanah dalam pembiayaan mudharabah yang
dikenakan kepada nasabah? jika ada tolong berikan alasannya!
2.
Prinsip jaminan seperti apakah yang dilakukan oleh BMT Amanah?
3.
Dalam pemberian pembiayaan mudharabah, Apakah BMT Amanah
memberikan pembiayaannya berupa dana ataukah barang?
4,
Berapakah batas maksimum jumlah pembiayaan yang diberikan kepada
BMT amanah?
5.
Prinsip apakah yang digunakan BMT Amanah dalam pembagian hasil
usaha mudharabah?
Pengakuan apakah yang digunakan BMT Amanah dalam pendapatan bagi
hasil?
Berapakah jangka waktu yang diberikan untuk pengembalian dana
Mudharabah kepada BMT?
Bagaimana sistem atau prosedur saat seseorang akan mengambil produk
mudharabah?
Apakah BMT memiliki syarat apabila usaha tersebut akan dibiayai oleh
BMT Amanah?
6.
7.
8.
9.
10.
Pada penyusunan laporan keuangan BMT, laporan keuangan BMT
Amanah ini di susun berdasarkan apa?
11.
Saat pencairan investasi mudharabah Rp. 10.000.000 ke simjaka 3 bulan
Ibu Ilsyah Apakah BMT Amanah mengakuinya sebagai pembiayaan
mudharabah atau sebagai investasi mudharabah?
Apakah BMT Amanah mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati dengan nasabah yaitu sebagaimana yang telah
ditentukan?
Apakah BMT Amanah menetapkan ketentuan kepada nasabah untuk
pembayaran angsuran dilakukan bersamaan dengan bagi hasil?
12.
13.
14.
15.
Apakah BMT Amanah mengakui pendapatannya sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati dengan nasabah yaitu sebagaimana yang telah
ditentukan dalam akad?
Apakah BMT Amanah melakukan penjurnalan ketika nasabah menunggak
angsuran mudharabah?
Lampiran II
Jurnal Transaksi BMT Amanah
Download