Pengukuran Kinerja Sekolah SMKN 49 dengan Pendekatan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A.
Kajian Pustaka
1.
Teori Kontijensi
Menurut (Istanti,2013:95) teori kontijensi timbul sebagai respon dari
pendekatan universal yang mengungkapkan bahwa desain pengendalian yang
optimal itu dapat diterima pada semua pengaturan dan perusahaan. Pendekatan
pengendalian universal merupakan pengembangan alami dari teori manajemen
ilmiah. Jadi teori kontijensi adalah sistem pengendalian yang sesuai berbeda-beda
tergantung
pada
pengaturan
perusahaan.
(Islam
&
Hui,2012:51-59)
mengemukakan pendapatnya mengenai teori kontijensi sebagai berikut:
Contingency theory is an approach to the study of organizational behavior
in which explanations are given as to how contigent factors such as
technology, culture, and the external environment influence the design and
function of organizations.
Sebuah sistem pengendalian manajemen pada kenyataannya juga dapat
diaplikasikan untuk beberapa perusahaan yang mempunyai karakteristik dan skala
usaha yang hampir sama. Maka sebuah teori kontinjensi dalam pengendalian
manajemen terletak diantara dua ekstrim, yaitu (Sriwidharmanely, dkk,. 2013:44):
a. Ekstrim pertama, pengendalian manajemen akan bersifat situation specific
model yang artinya sebuah model pengendalian yang tepat atau sangat
dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, dan
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
b. Ekstrim kedua, adanya kenyataan bahwa sebuah sistem pengendalian
manajemen masih dapat digeneralisir untuk dapat diterapkan pada organisasi.
Teori kontijensi menekankan bahwa keragaman permintaan dan kebutuhan lingkungan menuntut keragaman respon organisasi. Standar Operasi
Prosedur (SOP) tidak seluruhnya cocok dalam menghadapi segala jenis permintaan. Konsep-konsep kekuatan, target dan sumber sangat penting dalam mendiagnosa katrakteristik tertentu dari permintaan lingkungan. Dalam konteks pendidikan kekuatan bisa terjadi goncangan yang menghadang sekolah. Target goncangan berkaitan dengan bagian dari sistem sekolah yang menjadi fokus ketidakpuasan. Sedangkan sumber goncangan itu berarti dari pihak eksternal
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, teori kontijensi berasas pada beberapa asumsi mengenai organisasi dan individu yaitu; Teori kontijensi
menekankan pandangannya pada teori manajemen universal yang ada yang bisa
digunakan oleh seluruh organisasi, tingkat performa ditentukan oleh kecocokan
antara harapan eksternal dan proses internal, gaya kepemimpinan yang berbeda
diperlukan untuk menghadapi masalah yang ada. Ketika mencoba mengaplikasikan teori kontijensi dalam konteks struktur organisasi, pemecahan masalah dan
perilaku kerja managerial, ketiganya paling tidak mempunyai ciri umum yaitu;
rangkaian yang longgar. Rangkaian yang longgar memungkinkan bagi organisasi
pendidikan untuk membuat geraan yang adaptif dalam beberapa arah yang berbeda dengan berfokus pada berbagai permasalahan pada saat bersamaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Cara yang paling sering digunakan dalam pengendalian kegiatan organisasi adalah dengan merestrukturisasi kegiatan organisasi tersebut dengan memberi otoritas dan pertanggungjawaban untuk berbagai tugas bagi manajer yang
ada dan kelompok pegawai. Tetapi biasanya muncul kesulitan yaitu perhatian
manajer hanya terfokus pada bagiannya saja dan berakibat pada pengabaian terhadap tugas-tugas yang memerlukan koordinasi dengan bagian lain.
Pendekatan dalam memandang desain struktur formal organisasi telah diformalisasikan dengan pendekatan teori kontijensi. Teori kontijensi diperlukan
dalam merancang sistem pengendalian. Hal ini disebaban karena struktur itu
sendiri karena merupakan mekanisme awal dari akuntansi manajemen.
2.
Teori Stakeholder
Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk
masyarakat dalam sistem sosial. Kondisi tersebut menciptakan sebuah hubungan
timbal balik antara perusahaan dan para stakeholder. Hal ini berarti perusahaan
harus melaksanakan peranannya secara dua arah yaitu memenuhi kebutuhan
perusahaan itu sendiri maupun stakeholders (Muid, 2011:107). Menurut Grey
Kouhy dan Adams (Oktariani, 2013:103) teori stakeholder adalah kelangsungan
hidup perusahaan tergantung kepada dukungan dari stakeholder. Dan dukungan
tersebut haruslah dicari sehingga aktivitas perusahaan sebagai untuk mencari
dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, makin besar pula usaha
perusahaan untuk beradaptasi.
Menurut Willem (Heryani dan Zunaidah, 2013:153) yang mengatakan
bahwa teori stakeholder adalah teori etika manajemen dan bisnis organisasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
membahas moral dan nilai-nilai dalam mengelola organisasi. Teori ini pada
awalnya dirinci oleh R. Edward Freeman dalam buku manajemen strategis: Suatu
pendekatan stakeholder, dan mengidentifikasi dan model kelompok yang
merupakan pemangku kepentingan dari suatu perusahaan. Freeman dan Mc Vea
(Hernawan dan Rochman, 2015:73) Pendekatan stakeholder muncul pada
pertengahan tahun 1980-an. Latar belakang pendekatan stakeholder yaitu
keinginan untuk membangun suatu kerangka kerja yang responsif terhadap
masalah yang dihadapi para manajer saat perubahan lingkungan. Tujuan dari
manajemen stakeholder untuk merancang metode untuk mengelola berbagai
kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis.
Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Teori stakeholder ini
menjelaskan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya
(Muid, 2011:108). Menurut Oda dalam George (2013:162-163) stakeholder dapat
dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:
a.
Primer Stakeholder, merupakan stakeholder yang memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, kegiatan program
dan atau proyek tertentu.
b.
Secondary
Stakeholder,
stakeholder
yang tidak
memiliki
kaitan
kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program dan
proyek, tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan
keputusan legal pemerintah
c.
Key Stakeholder, stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal
dalam hal pengambilan keputusan.
Kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam memajukan pendidikan, menurut UU No 20 Tahun 2003, pasal
56 adalah berupa Dewan Pendidikan, dan komite sekolah. Ketua dan anggota
kedua lembaga tersebut dapat digolongkan sebagai Stakeholder. Selain itu komponen stakeholder pendidikan meliputi; (1) Masyarakat Lokal, (2) Orang tua, (3)
Peserta didik, (4) Negara, (5) Pengelola Profesi pendidikan. Dari kelima
stakeholder pendidikan tersebut, setidaknya tata kelola pendidikan benar-benar
dapat terintegrasi dalam pembangunan nasional, yang akuntabilitasnya bukan saja
tanggungjawab pemerintah melainkan sudah menjadi tanggungjawab semua
lapisan masyarakat. Dengan demikian pada masa mendatang pembangunan
pendidikan diharapkan dapat memberikan pencitraan publik atau performans
pendidikan nasional yang berkualitas dan menghasilkan peserta didik yang
mampu menghadapi pasar kerja (link and match) serta siap dengan persaingan
gobal. Oleh karena itu peserta didik masa depan diharapkan dapat menjadi generasi berkarakter dan berjiwa kompeten dengan skill yang di bekalkan.
3.
Teori Kepuasan
Tse & Wilson (Hadiwijaya, 2011:228) mengemukakan bahwa kepuasan
atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang
dirasakan. Giese & Cote mengajukan rerangka definisional untuk menyusun
definisi kepuasan pelanggan, yang sifatnya spesifik untuk konteks tertentu.
Definisi kepuasan tidak bisa terlepas dari chamelon effects, yang artinya
interpretasi terhadap suatu definisi sangat bervariasi antar individu dan antar
situasi (Tjiptono dan Chandra, 2011:292-293).
Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja, yaitu
evaluasi pelanggan terhadap kinerja produk/jasa yang sesuai atau melampaui
harapan
pelanggan
(Udiutomo, 2011:7).
Engel
(Hadiwijaya, 2011:228)
mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di
mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan
pelanggan. Ketidakpuasan pelanggan dapat timbul apabila hasil yang dirasakan
tidak memenuhi harapan.
Salah satu model kepuasan pelanggan adalah model expectancy
disconfirmation model. Model ini menegaskan bahwa kepuasan/ketidakpuasan
purnabeli ditentukan oleh evaluasi konsumen terhadap perbedaan antara
ekspektasi awal dan persepsi terhadap kinerja produk aktual setelah pemakaian
produk. Secara skematis, paradigma diskonfirmasi dapat diilustrasikan sebagai
berikut (Tjiptono dan Chandra, 2011:299-300):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
-
Pengalaman
Rekomendasi gethok tular
Komunikasi pemasaran
Pengetahuan atas merek-merek
pesaing
Kinerja sesungguhnya
(Performance/P)
Harapan
(Expectation/E)
Proses
Perbandingan
P<E
Diskonfirmasi
Negatif
Ketidakpuasan
P=E
P>E
Konfirmasi
Diskonfirmasi
Positif
Sekedar Puas
Sangat Puas
Gambar 2.1
Model Diskonfirmasi Kepuasan Pelanggan
Kotler & Amstrong (Udiutomo, 2011:7) menyatakan bahwa kepuasan
pelanggan adalah suatu tingkatan di mana produk/jasa dirasakan sesuai dengan
harapan pembeli. Kepuasan pelanggan tergantung pada kinerja aktual sehingga
sesuai dengan harapan pelanggan. Pelanggan memiliki berbagai macam tingkatan
kepuasan. Jika kinerja suatu produk/jasa di bawah harapan, maka tidak merasa
puas. Jika kinerja aktual setara dengan harapan maka pelanggan akan puas.
Namun, jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas.
Dengan demikian, kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu tingkatan di
mana harapan dibandingkan dengan kinerja aktual yang dirasakannya.
Kepuasan pelanggan pada dunia pendidikan berbeda sasaran pada dunia
bisnis. Pada dunia pendidikan kepuasan pelanggan adalah pelayanan terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
siswa yang diharapkan siswa dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik, nyaman, dan kondusif, serta lulusan dari sekolah mampu diserap tenaga kerja dengan cepat dan tepat sesuai dengan kompetensinya.
Salah satu pengukuran kepuasan siswa terhadap pelayanan yang diterima
di
sekolah
adalah
dengan
menggunakan
dimensi
kualitas
pelayanan.
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Tjiptono dan Chandra, 2011:198)
mengemukakan lima dimensi tersebut, yaitu:
a.
Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa kesalahan
apapun dan menyiapkan jasa sesuai dengan waktu yang disepakati.
b.
Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat..
c.
Jaminan
(assurance),
menumbuhkan
yakni
kepercayaan
perilaku
pelanggan
para
terhadap
karyawan
mampu
perusahaan
dan
perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan
juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap
pertanyaan atau masalah pelanggan.
d.
Empati (empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para
pelanggannya
dan
bertindak
demi
kepentingan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pelanggan,
serta
20
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
e.
Bukti Fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik
perlengkapan, dan material yang digunakan organisasi, serta penampilan
karyawan.
4.
Teori Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang
dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan pengusaha. Kinerja dapat
diartikan sebagai hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi.
Dengan demikian, kinerja organisasi merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, (Sedarmayantijono,
2011:260). Daft (Shahzad, 2012:979) mendefinisikan kinerja organisasi
sebagai berikut:
“organizational performance is the organization’s capability to
accomplish its goals effectively and efficiently using resources”
Kinerja organisasi merupakan implementasi dari rencana yang
telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan.
Kinerja organisasi ditunjukkan oleh bagaimana proses berlangsungnya
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kinerja
organisasi dapat dikatakan sebagai jawaban dari berhasil tidaknya tujuan
organisasi yang telah tentukan (Zulkiram, dkk., 2013:130).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Menurut Sinabela, dkk (2012) mengemukakan bahwa kinerja pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu
keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja
ini
akan
diketahui
seberapa
jauh
kemampuan
pegawai
dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada karyawan tersebut. Untuk
itu diperlukan kriteria yang jelas dan terukur serta ditetapkan secara bersama-sama yang dijadikan sebagai acuan.
b. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi
perusahaan. Pengukuran tersebut antara lain dapat dipergunakan untuk
menilai keberhasilan perusahaan dan juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan. Menurut Lane K.
Anderson & Donald dalam Prasetiyatno, dkk., (2011:71) pengukuran
kinerja didefinisikan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang seberapa baik tindakannya tentang prestasi pelaksanaan
suatu rencana di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian
atas aktivitas prencanaan atas pengendalian. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar sistem pengukuran kinerja dapat menghasilkan keputusan
yang benar-benar berguna bagi perusahaan, antara lain: sesuai dengan
tujuan dari organisasi, merefleksikan aktivitas-aktivitas kunci dari
manajemen, dapat dimengerti oleh seluruh karyawan dan bukan hanya
oleh top management saja, mudah diukur dan dievaluasi, dan digunakan
secara konsisten pada seluruh organisasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Pengukuran kinerja adalah sebagai penentu secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sebuah perusahaan dapat dikatakan solid salah satunya
adalah jika perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik.
Kinerja dapat diartikan sebuah tingkat pencapaian hasil atau tujuan
perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, dan tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai
prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu metode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil
penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode
tertentu dapat diketahui (Supriadi, 2012:33).
Sistem pengukuran kinerja yang selama ini dilaksanakan di
organisasi adalah sistem pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan
tradisional yaitu memandang dan menilai kinerja dari sudut keuangan.
Namun, lingkungan bisnis yang semakin kompetitif menuntut suatu
pengukuran kinerja dari aspek non keuangan. Sistem pengukuran kinerja
yang dirancang oleh Robert S. Kaplan & David P. Norton meliputi empat
perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui keempat perspektif
dalam balanced Scorecard manajemen mampu menafsirkan dampak tren
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
perubahan lingkungan bisnis yang kompleks terhadap visi, misi, dan
strategi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Pengukuran kinerja atau mengukur hasil karya merupakan alat
manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan
strategi untuk mencapai tujuan sasaran organisasi. Pengukuran kinerja
perlu selalu diartikulasikan dengan visi, misi organisasim tujuan, maupun
sasaran organisasi. Pengukuran kinerja merupakan keharusan karena apabila kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegaglan (Dally,2010:35).
Sektor publik selalu mengalami tekanan untuk dapat meningkatkan
kegiatannya dan memberikan produk dan pelayanan yang lebih efisien dan
dapat mengurangi biaya yang timbul. Karena itu manfaat dari adanya pengukuran kinerja (Dally,2010:38):
1.
Sebagai alat yang bermanfaat dalam usaha pencapaian penekanan
terhadap biaya-biaya yang timbul
2.
Sebagai proses penilaian terhadap pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan
3.
Pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian yang objektif dalam
pegambilan keputusan organisasi maupun manajemen.
4.
Membantu meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan pemerintah.
Dari pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai ak-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
tivitas dalam rantai bisnis yang ada pada suatu organisasi. Hasil pengukuran tersebut kemudiaan digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana organisasi memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian. Pengukuran kinerja sekolah haruslah bersifat komprehensif, termasuk ke dalam pengukuran-pengukuran penting
dari seluruh bidang operasional yang ada dalam sekolah.
Pengukuran kinerja meliputi penetapan indikator kinerja dan
penentuan hasil capaian dari indikator kinerja. Kinerja harus selalu diukur
agar dilakukan tindakan-tindakan penyempurnaan. Tindakan-tindakan
penyempurnaan yang dimaksud antara lain hubungan yang lebih baik atara staf dana manajemen, meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan
pelangan (Dally,2010:36).
5.
Teori Balanced Scorecard
a. Pengertian Balanced Scorecard
Luis dan Biromo (2010:16) menuliskan pengertian Balanced
Scorecard sebagai berikut :
“Balanced Scorecard didefinisikan sebagai suatu alat manajemen
kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi
untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan
memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang
kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Menurut definisi dari Rangkuti (2012:3) “Balanced Scorecard
adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur
kinerja dengan
memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan,
antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal
dan eksternal”.
David (2011:513) mengatakan “Balanced Scorecard merupakan
sebuah proses yang memungkinkan perusahaan mengevaluasi startegi dari
empat perspektif: kinerja keuangan, pengetahuan konsumen, proses bisnis
intenal, serta pembelajaran dan pertumbuhan”.
Berdasarkan definisi Moeheriono (2012:90) “Balanced Scorecard
adalah suatu sistem manajemen strategis yang secara komprehensif dapat
memberikan pemahaman tentang kinerja suatu organisasi.” Jadi, Balanced
Scorecard (BSC) adalah metode pengukuran kinerja yang mengukur
dimensi keuangan dan non keuangan untuk kelangsungan untuk jangka
panjang dan jangka pendek perusahaan.
Mengacu dari buku yang ditulis Moeheriono (2012:90) Balanced
Scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard
(kartu
skor).
Balanced
(berimbang)
menunjukan
bahwa
kinerja
perusahaan itu seimbang maksudnya dinilai dari sisi finansial dan non
finansial. Scorecard atau kartu skor digunakan untuk membandingkan
hasil kinerja perusahaan sebenarnya dengan skor yang hendak dicapai
perusahaan. Apakah hasil kinerja sebenarnya kurang dari atau lebih dari
skor yang hendak dicapai. Dari pengertian 2 kata di atas maka Balanced
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
termasuk manajemen (learning and growth), proses bisnis internal
(sistem), untuk memperoleh hasil-hasil finansial yang memungkinkan
perkembangan organisasi bisnis, daripada mengelola bottom line untuk
memacu penghasilan (hasil-hasil) jangka pendek (Gasperz, 2011:4). Ada
pun tahapan penyusunan Balanced Scorecard adalah;
a. Menentukan visi, misi dan sasaran Strategis
Visi merupakan pernyataan yang berisi gambaran keadaan organisasi yang
ingin dicapai di masa yang akan datang. Visi menjawab pertanyaan “kita
ingin menjadi apa?”. Misi menerangkan cara yang harus dilakukan sebagai wujud penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dalam konsep
Balanced Scorecard, visi dan misi yang telah diformulasikan selanjutnya
diterjemahkan dalam sejumlah sasaran strategis. Sasaran strategis didefinisikan sebagai pernyataan tentang yang ingin dicapai (sasaran strategis
bersifat output/outcome) atau apa yang ingin dilakukan (sasaran strategis
bersifat proses) atau apa yang seharusnya kita miliki (sasaran strategis
bersifat input).
b. Menyusun Peta Strategi
Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang
memetakan sasaran strategis organisasi dalam suatu kerangka hubungan
sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta strategi memudahkan organisasi untuk mengkomunikasikan
keseluruhan strateginya kepada seluruh anggota organisasi dalam rangka
pemahaman demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. Unit organisasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
yang menyusun peta strategi adalah unit organisasi yang mendefinisikan
visi dan misinya dengan jelas serta memiliki proses manajemen yang
lengkap (input sumber daya, proses internal dan output/outcome)
b. Perspektif Balanced Scorecard
1) Perspektif Finansial
Menurut Moeheriono (2012:91) dalam perspektif finansial
terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan yaitu :
1) Pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang
dimiliki suatu organisasi bisnis
2) Penurunan biaya dan peningkatan produktivitas dan
3) Penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi.
Pemahaman terhadap perspektif finansial dalam manajemen
Balanced Scorecard adalah sangat penting karena keberlangsungan
suatu unit bisnis strategik sangat tergantung pada posisi dan kekuatan
finansial. Berkaitan dengan hal tersebut, maka berbagai rasio
finansial dapat diterapkan dalam pengukuran strategik untuk
perspektif finansial.
2) Perspektif Pelanggan
Perspektif ini menggambarkan kinerja perusahaan di mata
pelanggan. Kinerja perusahaan akan diakui jika perusahaan mampu
menghasilkan produk yang bermutu dan bernilai di mata pelanggan. Suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
produk dikatakan bernilai jika manfaat yang diperoleh produk secara
relatif tinggi dari biaya perolehannya.
Menurut Moeheriono (2012:91) “Perspektif Customer (pelanggan)
adalah perspektif yang berorientasi pada kepuasan pelanggan karena
merekalah yang memakai produk/jasa yang dihasilkan organisasi”.
Menurut Luis dan Biromo (2010:27) “Nilai-nilai tersebut dapat
diukur dengan melakukan survei kepuasan pelanggan, baik yang
dilakukan oleh organisasi kita sendiri maupun oleh lembaga independen”.
Zeithaml (2009:184) mengatakan bahwa kualitas pelayanan adalah
persepsi pelanggan terhadap layanan istimewa. Layanan tersebut diformulasikan ke dalam bentuk matematika sebagai berikut:
Service Quality = Satifaction with Service Delivery
=Perveiced Serviced Delivery – Expected Service Deliery
=P–E
Terbentuknya harapan atas layanan (Expected Service) dari para
pelanggan dipengaruhi oleh berbagai kegiatan pemasaran seperti iklan,
penjualan, promosi, harga, tradisi, maupun adanya kontrak konsumen
dengan pemberi layanan sebelumnya. Layanan yang dterima banyak dipengaruhi oleh kontak antar personal dengan pemberi layanan fasilitas
fisik, prosedur yang merupakan bagian dari sistem layanan. Adapun lima
dimensi kualitas muru pelayanan yaitu; Reliability, Resposiveness, Assurance, dan Empaty dan Tangible.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
3)
Perspektif Proses Bisnis Internal
Luis dan Biromo (2010) mengemukakan bahwa proses bisnis
internal adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis secara internal
yang kerap disebut dengan rantai nilai. Dalam perusahaan yang
menghasilkan barang maupun jasa, pada umumnya rantai nilai terdiri dari
pengembangan produk baru, produksi, penjualan dan marketing,
distribusi, layanan purna jual, serta keamanan dan kesehatan lingkungan.
Dalam
perspektif
proses
bisnis
internal,
manajer
harus
mengidentifikasi proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan
peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan
peningkatan nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial). Banyak
organisasi memfokuskan untuk melakukan peningkatan proses-proses
operasional. Adapun pengukuran kinerja dalam pendekatan Balanced
Scorecard pada proses bisnis internal terdiri dari (Gasperz, 2011:62-63):
a) Proses inovasi
Proses ini mengidentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan
masa mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk
kebutuhan pelanggan tersebut. Proses inovasi dapat dilakukan
melalui riset pasar untuk mengidentifikasi ukuran pasar, preferensi
atau kebutuhan pelanggan secara spesifik, sehingga mampu
menciptakan dan menawarkan produk sesuai kebutuhan pelanggan
dan pasar. Pada proses inovasi yang dimodifikasi dalam layanan
pendidikan menurut Penelitian Joko Pramono (2014;175) adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
bentuk usaha, program, atau kegiatan yang dilakukan sekolah dalam rangka menghasilkan produk yang mempunyai nilai kualitas
yang unggul.
b) Proses operasional
Proses ini mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam
proses operasional serta mengembangkan solusi masalah yang
terdapat dalam proses operasional tersebut agar meningkatkan
efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk dan proses,
memperpendek cycle time sehingga meningkatkan penyerahan
produk berkualitas tepat waktu, dan lain sebagainya. Proses
operasional dapat ditingkatkan dengan melakukan eliminasi
terhadap semua pemborosan serta melakukan pengendalian
kualitas pada setiap sub-proses kritis dalam proses tersebut dengan
menggunakan diagram alir (process flowchart). Pada lembaga
layanan pendidikan proses operasi dapat berupa standar proses
yang dilakukan disekolah sesuai dengan Permendiknas No.41 th
2007 tentang standar proses, yang terdiri dari aspek-aspek
perencanaan pembelajaran (Plan), Pelaksanaan Pembelajaran
(Do), evaluasi pembelajaran (Check), dan pengawasan serta tindak
lanjut (Action) yang sering disingkat PDCA.
c) Proses pelayanan
Proses ini berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti
pelayanan purna jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
pelanggan dalam kesempatan pertama yang cepat, melakukan
tindak-lanjut secara proaktif dan tepat waktu, dan lain sebagainya.
4)
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Moeheriono (2012:92) “Perspektif Learning and Growth
(proses pembelajaran dan pertumbuhan) menggambarkan kemampuan
organisasi
untuk
melakukan
perbaikan
dan
perubahan
memanfaatkan sumber daya internal organisasi.
dengan
Perspektif ini
menyediakan apa yang diperlukan untuk mencapai ketiga perspektif
lainnya”.
Luis dan Biromo (2010) mengemukakan bahwa perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada sumber daya khususnya
sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi. Perspektif ini
berurusan dengan pengembangan sumber daya manusia, agar masingmasing menjadi karyawan yang kompeten yang akhirnya akan
menghasilkan kinerja yang prima bagi organisasi.
Menurut Thomas Sumarsan (2010: 232), ada tiga kategori yang
dapat digunakan untuk perusahaan sebagai tolak ukur perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, antara lain:
a. Kemampuan Pekerja (Employee Capabilities)
Tantangan bagi perusahaan adalah berusaha agar para pegawai dapat menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan serta meningkatkan kepuasan
pelanggan. Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
yang tinggi perlu dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh perusahaan.
Beberapa unsur kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan atau penghargaan karena telah bekerja dengan
baik, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreatifitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan.
b. Kemampuan Sistem Informasi (Information System Capabilities)
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka keahlian pekerja saya tidak
cukup tetapi masih diperlukan sistem informasi yang terbaik, yaitu informasi yang tepat waktu, cepat dan akurat sebagai umpan balik. Dengan
kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan akan informasi
yang akurat dan tepat waktu oleh seluruh tingkatan manajemen dan pekerja dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
c. Motivasi (Motivation)
Merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang
sebesar-besarnya bagi para pekerja, agar para pekerja mempunyai
wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan.
6. Balanced Scorecard pada Organisasi Sekolah
Yuksel dan Caskun (2013) menyatakan bahwa Balanced Scorecard tidak hanya baik dalam monitoring dan evaluasi kerja institusi pendidikan, tetapi juga sangat baik untuk pencapaian peningkatan kinerja terbaik. Implementasi Balanced Scorecard di sebuah institusi pendidikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
dapat memberikan internal stakeholder seperti staf guru dan pekerja dalam
sebuah kebanggaan dengan apa yang telah dikerjakan.
Penerapan Balanced Scorecard dalam organisasi publik memerlukan modifikasi, namun modifikasi tersebut tidak berarti harus berbeda
dengan Balanced Scorecard yang diimplementasikan pada sektor bisnis
(Mahmudi,2010:142). Hal ini didasarkan pada perbedaan tujuan organisasi publik dan organisasi bisnis. Organisasi publik, termasuk sekolah
merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Pada
sektor publik tujuan utama pada organisasinya adalah untuk mengukur
efektifitas dan efisiensi yang terkait dengan pelayanan terhadap masyarakat.
1.
Perspektif Keuangan Organisasi Sekolah dalam BSC
Kinerja keuangan organisasi sekolah akan terkait tentang bagimana
sekolah tersebut mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya.
Menurut ( Mahmudi : 2010:82) menyatakan bahwa masyarakat sebagai pembayar pajak sekaligus stakeholder pendidikan mengharapkan uang yang
dibayarkan digunakan secara ekonomis, efisien, dan efektif (value for money)
serta mampu memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Hal ini sesuai dengan pedoman pendidikan yang harus mengelola dana pendidikan berdasarkan prinsip
keadilan, efisien, transparansi, dan akuntabilitas publik, disamping itu pincip
efektivitas harus ditekankan. Hal tersebut tertuang pada undang-undang No. 20
tahun 2003 pasal 48.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Weng (2011:73) mengemukakan bahwa pengukuran perspektif keuangan
pada lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator.
Adapun indikator tersebut yaitu jumlah penerimaan setiap departemen, jumlah
sumbangan tetap, jumlah hibah yang diterima dari pihak eksternal, tingkat pendaftaan siswa, jumlah pendaan per siswa.
Sedangkan menurut pendapat
Luhulima, dkk., (2014:2) pengukuran perspektif keuangan stabilitas keuangan
sesuai kebutuhan dan sumber alternatif keuangan.
2.
Perspektif Pelanggan Organisasi Sekolah dalam BSC
Pelanggan dalam bidang pendidikan dibedakan diklasifikasikan
sebagai berikut (Nurkholis:2003)
a. Pelanggan Primer, yaitu mereka yang langsung menerima jasa pendidikan tersebut secara langsung yaitu peserta didik
b. Pelanggan Sekunder, yaitu mereka yang mendukung pendidikan seperti
orang tua dan pemerintah
c. Pelanggan tersier yaitu mereka yang secara tidak langsung memiliki
andil, tetapi memiliki peranan penting dalam pendidikan (selaku
pemegang kebijakan) seperti pegawai, pemerintah, dan masyarakat.
d. Pelanggan Internal, adalah mereka yang berada dan mempunyai peran
dalam lingkup sekolah, seperti kepala sekolah, dan seluruh pegawai
sekolah.
Metode performance Importance Matrikx digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan dengan cara responden di beri pertanyaan
mengenai seberapa besar mereka mengharaplan suatu atribut tertentu dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
seberapa besar yang mereka rasakan. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(dalam Tjiptono dan Chandra, 2011:198) mengemukakan lima dimensi
tersebut, yang dimodifikasi dalam perihal dunia pendidikan adalah
sebagai berikut;
1)
Reliability (keandalan) yaitu kemampuan sekolah dalam hal ini yaitu
guru dan karyawan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan tepat waktu, dapat dipercaya, dan memuaskan kepada siswa.
Hal ini dapat meliputi; kemampuan guru menyampaikan materi,
penyajian pembelajaran, pelayanan administrasi tata usaha,
2)
Responsiveness ( Daya Tangkap) yaitu kemampuan atau kepedulian
tenaga pendidik dan kependidikan dalam membantu siswa dan
memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Hal ini dapat
meliputi; guru cepat dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
3)
Assurance (jaminan) yaitu keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang sopan santun, perhatian
profesionalisme, rasa saling menghormati, kejujuran dari pemberi
layanan sehingga pelanggan merasa bebas dari bahaya yang menimbulkan kerugian, adanya jaminan keterserapan tenaga kerja.
4)
Emphaty yaitu kedekatan dan kemudahan untuk mencapai sarana pelayanan, menghubungi petugas, dapat mendengar keluhan siswa,
mengenali kebutuhan siswa dengan bahasa yang mudah dipahami.
5)
Tangibility (fisik) yaitu tampilan sarana fisik dan peralatan komunikasi yang dimiliki, Hal ini mencakup: fisik dari sekolah seperti ru-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
ang teori, ruang praktik, lab kejuruan, kebersihan kantin, kenyamanan parkir, sarana dan prasarana pembelajaran.
Weng (2011:71) mengemukakan bahwa terdapat berbagai
indikator yang dapat digunakan untuk menghitung perspektif pelanggan.
Adapun indikator tersebut yaitu: persentase siswa yang mendapat kerja
setelah lulus, jumlah perusahaan yang merekrut melalui sekolah, lulusan
direkrut oleh perusahaan yang termasuk 100 perusahaan besar, gaji ratarata dari lulusan, evaluasi alumni, survei siswa lulus, akreditasi,
Professional
exam-passing
rate,
rangking
eksternal,
Persentase
pendaftaran dari aplikasi, evaluasi penyerapan siswa, survei kepuasan
siswa, dan penawaran kursus. Sedangkan menurut pendapat Luhulima,
dkk., (2014:2) perspektif pelanggan dapat diukur menggunakan
kepuasan siswa dan tingkat pendaftaran siswa.
3.
Perspektif proses internal Organisasi Sekolah dalam BSC
Weng (2011:71) mengemukakan bahwa terdapat
berbagai
indikator yang dapat digunakan untuk menghitung perspektif proses
bisnis internal. Adapun indikator tersebut yaitu distribusi nilai, hasil nilai
UN atau evaluasi kompetensi siswa, tingkat penegakan prerequisitee,
jumlah anak yang magang, jumlah perusahaan yang MOU magang, evaluasi siswa magang, rasio sekolah dengan siswa, biaya pendidikan per
siswa, rata-rata penggunaan laboratorium untuk setiap jurusan,
Sedangkan menurut Luhulima, dkk., (2014:2) mengemukakan bahwa
perspektif bisnis internal dapat diukur dengan mutu pendidikan dan mutu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
pelayanan dalam menunjang proses pembelajaran, jumlah dosen,
perbandingan kapasistas dengan masing masing jurusan untuk ratio kelas
atau laboratorium
Perspektif proses internal sekolah adalah upaya membangun
keunggulan organisasi melalui perbaikan proses internal sekolah secara
berkelanjutan. Sesuai dengan konsep Balanced Scorecard terdapat tiga
hal yang harus dijalankan sekolah yaitu innovation process, operating
process, dan postsale process.
Proses inovasi yang ada, maka sekolah menyampaikan jasa
produknya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang di sajikan
dalam kurikulum. Kurikulum yang unggul adalah kurikulum yang mampu
memberikan suatu media pelayanan struktur terbaik untuk dapat di serap
oleh peserta didik yang mengarah pada suatu target pendidikan berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dalam penerapan kurikulum yang di standarkan pemerintah
menekankan pada soft skill dengan tujuan untuk penyerapan dunia industri secara optimal. Dalam hal ini pemerintah menetapkan standar minimal
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasonal Pendidikan sehingga kurikulum yang diajarkan di sekolah merujuk
pada Standar Isi yang telah ditetapkan. Kurikulum yang saat ini ditetapkan
pada SMK Negeri 49 Jakarta adalah standar kurikulum 2013.
Tahap proses operasi adalah suatu proses dimana sekolah
menyampaikan produknya kepada siswa dalam proses pembelajaran yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
baik. Indikatornya terdiri dari 1) adanya efektivitas penggunaan waktu, 2)
proses pembelajarann yang berkualitas dengan melakukan inovasi dengan
menggunakan multisumber, multimetode dan multimedia, 3) meningkatkan kualifikasi pendidikan guru, 4) meningkatkan sarana dan prasarana
sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, komputer) dan 5) meningkatkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap tahunnya. Hal tersebut
berkaitan dengan aturan yang tertuang dalam Standar Proses, Standar
pendidik dan tenaga kependidikan, Standar Kompetensi Kelulusan, Sarana
dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar
Penilaian Pendidikan.
Berdasarkan PP No. 13 tahun 2015 terdapat delapan standar
nasional pendidikan, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian. Adapun penjelasan masing-masing standar tersebut menurut
Pasal 1 dari PP No. 13 tahun 2015, yaitu:
a. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
b.
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
c. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan.
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
e. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta
sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran,
termasuk
penggunaan
teknologi
informasi
dan
komunikasi.
f. Standar
Pengelolaan
adalah
kriteria
mengenai
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik.
4.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sekolah dalam BSC
Menurut Yuksel dan Coskun (2013) mengemukakan bahwa perspektif pembelajaran dan pertumbuhan meliputi beberapa sasaran strategi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
yaitu, perbaikan kepuasan guru dan karyawan, implementasi teknologi dalam kegiatan organisasi (ICT), dan peningkatan pengetahuan guru dan karyawan
Kepuasan guru dan pegawai sangat penting karena jika guru dan
karyawan puas terhadap manajemen sekolah maka akan berdampak positif
terhadap peningkatan kinerja sekolah. Untuk mengetahui tingkat kepuasan
guru dan pegawai maka sekolah melakukan survey pengukuran kepuasan
guru dan pegawai untuk mengukur tingkat pertumbuhan dengan melihat
kepuasan guru dan pegawai.
Menurut Luhulima, dkk., (2014:2) perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran dapat diukur dengan kepuasan karyawan, program sekolah
yang terselenggara, dan evaluasi guru/karyawan.
Weng (2011:71) mengemukakan bahwa terdapat
indikator
yang
dapat
digunakan
untuk
menghitung
berbagai
perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, yaitu jumlah prestasi fakultas, jumlah
publikasi dosen, jumlah seminar yang di hadiri oleh dosen, anggaran perjalanan untuk pertemuan dosen, jumlah program penggabungan teknologi
baru, inovasi pengajaran, jumlah revisi kurikulum dalam lima tahun terakhir, jumlah program yang ditawarkan dalam lima tahun terakhir, jumlah
pertumbuhan kerjasama perusahaan dengan fakultas.
Implementasi teknologi dan informasi (ICT) merupakan cara mengukur pertumbuhan dan pembelajaran sekolah. Dengan penggunaan
teknologi secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran maka, pelaksa-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
naan kegiatan akan berjalan secara efektif dan efisien. SMK Negeri 49 saat
ini telah mengedepankan teknologi sebagai bagian penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Hal ini tercermin pada kegiatan yang sudah
menggunakan teknologi seperti, Ujian Semester menggunakan basis
Online, Ujian Nasional Menggunakan Basis komputer, serta penggunaan
pembelajaran yang telah banyak menggunakan komputer. Implementasi
teknologi dapat diukur dari rasio jumlah komputer yan ada dengan jumlah
siswa.
Faktor peningkatan kemampuan guru dan karyawan sangat penting
dalam upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan. Saat ini tantangan zaman yang semakin tinggi menuntut guru harus memiliki kompetensi
unggul serta daya kreatifitas yang tinggi guna mengimbangi perkembangan
pendidikan yang semakin maju. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang banyak terjadi perbedaan dari sebelumnya, dimana kurikulum ini
mengedepankan aspek sikap serta soft skill dalam menguasai dunia pendidikan saat ini. Oleh karena itu untuk optimaliasasi penerapannya sekolah
harus meningkatkan kualitas guru dan karyawan seperti pelatihan, training,
seminar agar kinerja guru dan karyawan semakin meningkat.
7.
Teori Ekonomis, Efektivitas dan Efisiensi
Kinerja keuangan bersifat ekonomis untuk melihat realisasi operasional
dari anggaran belanja. Apabila biaya organisasi lebih besar dari biaya yang di-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
anggarkan maka dikatakan kinerja keuangan tidak ekonomis. Begitu juga sebaliknya, apabila realisasi biaya organisasi lebih kecil dari biaya yang dianggarkan, itu artinya kinerja keuangan dapat dikatakan bersifat ekonomis.
Efektivitas berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan
efektif jika suatu pekerjaan tersebut dapat menghasilkan atau mencapai sasaran
dan diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan
keseimbangan pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga
manusia. Konsep efektivitas menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi
melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan menggunakan alat-alat dan sumber-sumber yang ada secara
optimal (Linda, 2013:1310).
Efektivitas yaitu seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauhmana
orang menghasilkan keluaran sesutaai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan baik dalam
waktu, biaya maupun mutunya maka dapat dikatakan efektif (Masruri, 2014:55).
Efektivitas yaitu derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur dengan
perbandingan atau rasio dari keluaran (output aktual) yang dicapai dengan
keluaran (output) standar yang diharapkan. Menurut Stoner, Freeman & Gilbert
(Rapina & Christyanto, 2012:13) menyatakan bahwa efektivitas ialah kemampuan
untuk mentukan tujuan yang memadai melakukan hal yang tepat. Kriteria untuk
mengukur efektivitas suatu organisasi dengan menggunakan tiga pendekatan yang
dapat digunakan, diantaranya (Martani dan Lubis dalam Masruri, 2014:55):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
a.
Pendekatan Sumber (resource approach) adalah mengukur efetivitas dari
input.
b.
Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauhmana
efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau
mekanisme organisasi.
c.
Pendekatan sasaran (goals approach) adalah dimana pusat perhatian pada
output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)
yang sesuai dengan rencana.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas organisasi adalah:
a.
Karakteristik/ciri
organisasi,
contoh
struktur,
teknologi
yang
dipergunakan dalam organisasi.Struktur merupakan hubungan yang
relatif antara sumber daya manusia atau struktur adalah cara yang
digunakan organisasi dalam menyusun orang-orang;
b.
Karakteristik Lingkungan (iklim) yang meliputi sifat-sifat, ciri-ciri
yang melekat pada organisasi dan dirasakan dalam lingkungan kerja
organisasi yang timbul karena kegiatan organisasi yang dianggap
mempengaruhi perilaku karyawan dan pengaruh iklim luar (ekstern);
c.
Efektivitas Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu hasil yang
diharapkan diperoleh setelah pegawai/karyawan melaksanakan
praktek kerja lapangan (PKL) (Muslih, 2014:72).
Menurut
Cooper
(Rahmadhani
dkk.,
2014:157)
efisiensi
yaitu
perbandingan atau rasio dari keluaran (output) dengan masukan (input). Efisiensi
mengacu pada bagimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
output. Efisien ialah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya
dalam mencapai tujuan organissi melakukan dengan tepat. Efisiensi dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep”input-input” (Rapina & Christyanto, 2012:13).
Rahmadhani, dkk (2014:158) efisiensi merupakan kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika
diartikan sebagai perhitungan rasio output dan output atau jumlah keluaran yang
dihasilkan dari suatu masukan yang digunakan. Adapun faktor yang
menyebabkan efisiensi adalah: a. Input yang sama dapat menghasilkan output
yang lebih besar; b. Input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama dan c.
Input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.
Masalah efisiensi dan efektivitas organisasi merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu bermula dari efektivitas individu yang dipengaruhi oleh
kemampuan, keahlian, dan pengetahuan individu, latar belakang pendidikan
formalnya, memang tidak selamanya seperti itu, namun paling tidak berdasarkan
latar belakang pendidikan yang sesuai dengan keteknisannya akan dapat
mempengaruhi dalam cara sikap, motivasi, yang berakhir bila tidak memenuhi
tuntutan psikologis atau sesuai harapan yang dapat menimbulkan stres (Muslih,
2014:71-72).
Rasmini, dkk., (2011:8) mengemukakan bahwa untuk mengukur
ekonomis, efektivitas dan efisiensi keuangan suatu organisasi dapat dilakukan
dengan:
a.
Ekonomis, diukur dengan:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
b.
Efektivitas, diukur dengan:
c.
Efisiensi, diukur dengan:
Sumber pendapatan sekolah saat ini adalah bersumber dari Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) adalah bantuan dari Pemerintah Pusat kepada
sekolah-sekolah berdasarkan jumlah murid yang ada di sekolah tersebut BOP
diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu program
pemerintah berupa pemberian dana langsung ke SMK Negeri maupun Swasta
untuk membantu biaya operasional sekolah non personalia. Besar dana bantuan
yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing
sekolah dikalikan satuan biaya (unit cost ) bantuan. Adapun sumber pendapatan
SMK Negeri 49 adalah dari BOP dan BOS, sedangkan pembelanjaan sekolah
digunakan untuk kegiatan operasional sekolah dan pendidikan meliputi; Pembelian/ penggandaan buku teks pelajaran; Pembelian alat rulis sekolah yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran; Penggandaan soal dan penyediaan lembar jawaban siswa dalam kegiatan ulangan dan ujian; Pembelian peralatan tangan untuk keperluan pendidikan (hand tools); Pembelian bahan pratek dan atau
bahan habis pakai; Penyelenggaraan kegiatan pembianaan siswa/ekstrakulikuler;
Penyelenggaraan kegiatan uji kompetensi; Penyelenggaraan praktek kerja indus-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
tri/PKL ( dalam Negeri ); pemeliharaan & perbaikan ringan sarana prasarana
sekolah; Langganan daya dan jasa lainnya; Kegiatan penerimaan siswa baru;
Pengembangan sekolah rujukan (khusus untuk SMK yang berpotensi sebagai
SMK rujukan); Peningkatan Mutu proses pembelajaran; Operasional Layanan
Sekolah berbasis TIK, dan Pelaporan.
8.
Penelitian Terdahulu
Sebenarnya
jauh-jauh
hari
sebelum
penelitian
ini
dilakukan,
sesungguhnya telah banyak peneliti-peneliti terdahulu yang melakukan penelitian
terkait dengan masalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan
metode atau cara yang berbasis dengan Balance Scorecard. Oleh karena itu,
sebagai bahan tambahan sekaligus pertimbangan, maka berikut ini peneliti
sertakan beberapa penelitian terdahulu.
Fahmi Fadhl Al-Hosaini,dkk ( 2015 ) Penelitian ini bertujuan untuk
mengulas kerangka balanced Scorecard yang digunakan di institusi pendidikan
tinggi Malaysia. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan
balanced Scorecard untuk mengidentifikasi perspektif yang paling cocok untuk
dipertimbangkan dalam rangka menilai kinerja lembaga tinggi. Walaupun, empat
perspektif konvensional adalah keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi non profit yang disarankan untuk
menerapkan perspektif non keuangan lainnya seperti partisipasi masyarakat,
inovasi, kemitraan strategis, dan keunggulan penelitian ilmiah. Hasil ulasan ini
mengungkapkan dari penerapan BSC di institusi pendidikan tinggi dan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
perspektif BSC relevan untuk institusi pendidikan tinggi. Sebagai bagian dari
kontribusinya beberapa manfaat dari menggunakan BSC di institusi pendidikan
tinggi, yaitu, seperti; menentukan prioritas perencanaan dan kebutuhan penilaian
masa depan, memberikan struktur yang jelas untuk perbaikan mutu berkelanjutan,
membangun budaya Mutu Akademik di antara lembaga-lembaga, mengevaluasi
penggunaan sumber daya yang efisien untuk masing-masing program akademik,
dan mendokumentasikan kontribusi masing-masing kegiatan terhadap misi dari
institusi pendidikan tinggi sehingga untuk mempromosikan keunggulan pribadi
dan akademik
Joko Pramono (2014) meneliti sebuah sekolah di Surakarta dengan memadukan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dengan pendekatan Balanced Scorecard. Variabel yang digunakan adalah perspektif keuangan dengan
pengukuran tingkat ekonomis, efektifitas, dan efisiensi, perspektif pelanggan
dengan pengukuran tingkat
kepuasan siswa, perspektif bisnis internal
menggunakan pengukuran dari EDS dan MBS, dan pada perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran alat ukur menggukan tingkat kepuasan pegawai. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kinerja SMK Negeri 6 Surakarta menunjukan
kinerja baik, kinerja perspektif keungan menunjukan cukup ekonomis, cukup
efisien dan sangat efektif dengan skor 73,33%. Hasil pengukuran kinerja perspektif pelanggan menunjukan skor 80% dengan kategori baik. Hasil pengukuran
kinerja perspektif proses bisnis internal menunjukan skor 46 dari 50 skor maksimal dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada proses pengukuran kinerja per-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
spektif pembelajaran dan pertumbuhan diperoleh skor 90% dengan kategori sangat memuaskan.
Tari (2013) melakukan penelitian terkait pengukuran kinerja SMA Negeri
8 Pekanbaru dengan pendekatan Balanced Scorecard. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa dalam perspektif pelanggan pada umumnya siswa merasa
sangat puas (884,89 persen). Ditinjau dari perspektif keuangan realisasi anggaran
tahun 2011/2012 dan tahun 2012/2013 sama dengan rencana anggaran, kondisi ini
menunjukan bahwa keefektifan antara rencana dan realisasi, selain itu terlihat
output antara rencana anggaran sama dengan pengeluaran realisasi anggaran,
kondisi ini menunjukan tingkat tidak efisien dalam penggunaan dana untuk merealisasikan pengeluaran. Pada perspektif bisnis intrnal dengan mengkaji Evaluasi
Diri Sekolah dibandingkan dengan Standar pelayanan minimum didapat bahwa a)
sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana mendekati lengkap yaitu 90 persen
dari persyaratan SPM, b) untuk tenaga kependidikan non guru yang
melaksanakan tugas administrasi dan tata usaha sudah melebihi SPM yang mensyaratkan 80 persen, c) untuk kebutuhan guru 100 persen telah memiliki guru
sesuai dengan bidang keahliannya dan capaian tersebut melebihi SPM yang mensyaratkan 805, d) kebutuhan buku telah mencapai 50%, e) untuk pengujian
standar nasional dalam bidang bahasa inggris, Geografi dan matematika Dasar
untuk kelas X adan XI sudah memenuhi KKM. Untuk kelulusan SMA telah memenuhi standar, dimana 100 persen siswa yang lulus melanjutkan ke perguruan
tinggi negeri atau swasta baik dalam dan luar negeri. Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, SMA Negeri 8 Pekanbaru, diperoleh 79,09 persen guru
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
merasa puasa dengan layanan yang diberikan SMA Negeri 8 Pekanbaru. Selain
itu retensi guru dan karyawan adalah 0 persen. Kedua pencapaian tersebut termasuk kategori baik.
Harun Yuksel dan Ali Coskun (2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan ulasan mengenai pelaksanaan balanced Scorecard di sekolah.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Tujuan utama dari pengukuran kinerja dan manajemen di lembaga pendidikan
adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, menangani dengan perubahan
lingkungan dan lengkap dengan lembaga lain. Sebagai persaingan dalam
pelayanan pendidikan telah menjadi lebih intens, banyak lembaga pendidikan
yang diinvestasikan dalam pendidikan untuk mencapai tujuan mereka. Dalam
rangka untuk memastikan lembaga pendidikan untuk menyampaikan misi utama
mereka, mereka harus mengukur apakah mereka telah mencapai tujuan strategis
mereka atau tidak. Sejalan dengan tujuan ini, banyak aspek yang dieksplorasi
tentang BSC dalam literatur dan dapat mengklaim bahwa ada banyak yang harus
ditemukan tentang hal itu. Meskipun BSC telah dilaksanakan di negara-negara
maju selama bertahun-tahun, terutama di sektor bisnis, itu tidak sampai baru-baru
dibawa sektor terkait perhatian pada teori BSC dan BSC jarang diterapkan
terutama di lembaga-lembaga pendidikan di Turki. Oleh karena itu, penelitian ini
memverifikasi bahwa BSC adalah sistem manajemen kinerja dan alat manajemen
strategis untuk mencapai tujuan lembaga. Dalam keadaan penelitian ini bahwa,
dengan menekankan biaya pendidikan dan manfaat dalam melaksanakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
manajemen kinerja. Adapun indikator penilaian yang diguankan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1)
Perspektif keuangan, terdiri dari: meningkatkan struktur pembiayaan
(penghematan dalam biaya layanan), meningkatkan penggunaan aset
(efisiensi penggunaan fasilitas dan sumber daya), perluasan kesempatan
pendapatan (tingkat penerimaan siswa, jumlah sumbangan dari para
stakeholder).
2)
Perspektif pelanggan, terdiri dari: mempromosikan citra sekolah (rasio
reputasi, ranking eksternal, evaluasi alumni), kepuasan wali siswa (tawaran
kerja bagi lulusan, tingkat penerimaan di universitas), loyalitas siswa (tingkat
putus sekolah), meningkatkan kualtias layanan (quality assessment),
mendorong kemitraan dengan instansi terkait (ikut serta dalam projek dan
aktivitas).
3)
Perspektif internal proses bisnis, terdiri dari: meningkatkan kemampuan
akademik siswa (hasil ujian siswa), meningkatkan kualitas pengajaran
(budget yang dihabiskan untuk pengembangan staff/guru), meningkatkan
partisipasi siswa dalam aktivitas olahrata (jumlah siswa yang mengikuti
kegiatan olahraga), meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan sosial
(jumlah kegiatan sosial).
4)
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, terdiri dari: meningkatkan
kepuasan staff (survey kepuasan), implementasi teknologi (jumlah pelatihan
yang menggunakan teknologi baru), peningkatan pengetahuan (jumlah
seminar yang dihadiri).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Evi Maria, dkk (2013) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
aplikasi ICT di UKSW dari perspektif pengguna dan memberikan rekomendasi
untuk perbaikan dalam manajemen ICT untuk proses layanan terhadap
stakeholder dan juga merekomendasikan pelaksanaan proses peningkatan elearning, sehingga dapat mengurangi masalah di masa depan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengguna puas menggunakan ICT dan aplikasi ICT
membuat administrasi dan proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien.
Kondisi ini dipengaruhi tingkat siswa yang mengundurkan diri dan peningkatan
jumlah mahasiswa baru yang terdaftar. Selain itu, model Pengembangan elearning di UKSW harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti: peserta,
lingkungan, kontekstual, teknologi, dan fungsi pendidikan.
Turki S, Alolah, dkk (2013) melakukan penelitian pada enam sekolah di
Saudi Arabia. Pada penelitian ini variabel yang diguanakan adalah 1) safety
management and leadership perspective meliputi indikator; komitment manajemen terhadap keselamatan, partisipasi manajemen pada keselamatan, komunikasi dan relasi mengenai keselamatan, insentif keselamatan, kompetensi supervisor. 2) Safety Learning and Training Perspective meliputi indikator; pelatihan,
seminar, dan strategi promosi mengenai keselamatan, keterbukaan belajar
mengenai keselamatan, pengetahuan dan kompetensi mengenai safety. 3) Safety
Policy, Prosedures, and Processes Perspective indikator pengukuran meliputi;
akuntabilitas dan feedback safety, pembangunan lingkungan sefety. 4) Workplace Safety Culture Perspective indikator meliputi; tanggung jawab individu
mengenai safety, persepsi situasi dan tekanan, kecenderungan untuk melaporkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
kejadian dan kecelakaan, 5) Safety Performance Perspective indikator penilaian
meliputi; tingkat kecelakaan, perilaku safety dari pegawai, dan respon darurat.
Hasil penelitian ini mengembangkan BSC untuk safety yang dilakukan pada 6
sekolah menunjukan bahwa sekolah laki-laki memiliki tingkat yang lebih tinggi
daripada perempuan. Kinerja safety di sekolah dasar lebih rendah dibandingkan
dengan sekolah mengah. Secara garis besar, kinerja safety di sekolah wilayah
timur dan tengah lebih baik dibandingkan dengan sekolah di wilayah utara dan
selatan.
Maria Manuela Pereira dan Nuno Filipe Melao (2012) tujuan: Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelidiki manfaat, hambatan dan tantangan dalam
melaksanakan balanced Scorecard (BSC) di sekolah umum pendidikan nontinggi, lebih khusus, di distrik sekolah Portugis. Variabel penelitian yang
digunakan adalah perspektif finansial dengan indikator; persentase pengurangan
biaya dari penerimaan dari eksternal, persentase program pendidikan yang
didanai secara proporsional, persentasi peningkatan dana internal. Pada perspektif
pelanggan indikator penilaian didasarkan pada; tingkat persentase siswa yang
berhasil, prsentase siswa hasil Ujian akhir, persentasi siswa yang terkena sanksi
disiplin, persentase siswa yang terlibat dalam kegiatan organisasi. Pada perspektif
bisnis internal indikator penilaian ditekankan pada; peningkatan organisasi internal pada struktur. Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran indikatoe penilaian di tekankan pada; persentase orang tua siswa yang terlibat dalam kegiatan, dan jumlah rata-rata jam pelatihan dati tiap guru atau staf. Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa BSC merupakan cara untuk mengatasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
hambatan-hambatan yang strategi manajemen dalam upaya pengembangan
sekolah di portugis. Namun, hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa untuk
menetapkan cara BSC untuk diterapkan membutuhkan waktu secara bertahap untuk memenuhi standar yang maksimal.
Ivana Drazic Lutilsky,dkk (2012). Penelitian mengenai implementasi BSC
pada model sekolah. Variabel penelitian yang digunakan adalah perspektif keuangan, dengan indikator yang digunakan adalah; pertumbuhan pendapatan, hubungan antara pendapatan dengan aset, dengan pengukuran menggunakan EVA.
Pada perspektif pelanggan indikator penilaian yaitu; retensi siswa, penyerapan
mahasiswa, kepuasan mahasiswa, kepuasan orang tua. Pada perspektif bisnis internal indikator penilaian yatu; persentase keberhasilan di Negara Matura
(matrikulasi) pemeriksaan, persentase keberasilan pada lomba kompetensi negara,
persentase ratio bangunan dan pengajaran, serta ratio guru dengan siswa. Pada
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran indikator penilaian yaitu; retensi staf,
pelatihan staf, hubungan kerja antar karyawan, produktivitas staf, dan proaktif
staf.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa implementasi model
balanced Scorecard dapat lebih mensukseskan manajemen dari sekolah virtual.
Hal ini dikonfirmasi melalui model sekolah virtual. Hanya dengan tepat
memperkenalkan, mengukur, dan mengendalikan biaya dan akuntansi biaya
adalah mungkin untuk melakukan evaluasi internal dan eksternal dari efisiensi
usaha, efisiensi operasional dan efektivitas penyedia pendidikan menengah.
Mempertimbangkan penggunaan cukup perencanaan biaya, akuntansi dan kontrol
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
untuk kebutuhan pengukuran dan pemantauan kinerja program dan layanan, dapat
diasumsikan bahwa sistem akuntansi dan pelaporan harus ditingkatkan untuk
kebutuhan manajemen kinerja dan pengawasan. Pemantauan keberhasilan
program dan layanan secara langsung tergantung pada perencanaan biaya,
akuntansi dan kontrol.
S. Liersch, M, dkk (2012) Melakukan penelitian dengan tujuan:
pengembangan organisasi adalah penting untuk promosi kesehatan dalam
pengaturan yang berbeda. Belajar untuk Hidup Sehat intervensi [Jerman: Gesund
Leben Lernen (GLL)] adalah strategi promosi kesehatan sekolah baru yang
dirancang untuk mengembangkan sekolah ke dalam lingkungan yang sehat bagi
semua orang yang bekerja dan belajar di sana. GLL berfokus pada penguatan
sumber daya yang tersedia kesehatan dan mengurangi tekanan negatif kesehatan
dan berlebihan. Balanced Scorecard (BSC), instrumen manajemen strategis yang
dirancang untuk mendukung proses perubahan, yang digunakan dalam penelitian
ini. Penelitian ini akan mengkaji kesesuaian BSC sebagai alat manajemen dan
evaluasi untuk sekolah.
Subyek dan metode. GLL membantu sekolah dalam melaksanakan
program manajemen kesehatan dengan bantuan pelatih sekolah. Selain
menyiapkan komite pengarah dan lingkaran kesehatan, tujuan dan langkahlangkah
tindakan
didefinisikan
dan
dioperasionalkan
menggunakan
pengembangan kualitas partisipatif dan pendekatan evaluasi. Intervensi berfokus
pada instrumen organisasi proyek untuk melaksanakan proses perubahan
organisasi di sekolah, mengembangkan proses ini dalam cara yang sistematis dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
berkelanjutan berorientasi pada tujuan, dan meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah-sekolah dengan cara intervensi kesehatan. Ia menggunakan BSC sebagai
alat manajemen strategis yang mendukung. BSC memberikan dasar untuk
definisi dan prioritas tujuan di sekolah-sekolah yang berpartisipasi dan
memfasilitasi pengukuran kegiatan promosi kesehatan di sekolah. Wawancara
telepon terstruktur dilakukan untuk evaluasi pasca lokakarya metodologi untuk
proses pelaksanaan BSC.
Hasil Sebuah evaluasi awal dari proses pelaksanaan mengungkapkan
kebutuhan mendasar untuk mengintegrasikan Kerangka Kebijakan Saxon rendah
untuk Kualitas Sekolah. Oleh karena itu, sekolah-BSC tidak lagi mengevaluasi
sekolah dari empat perspektif, melainkan dari enam, sesuai dengan Kerangka
Kebijakan.
Para
ahli
kesehatan
memperkirakan
Sekolah-BSC
untuk
mempromosikan kerja berorientasi pada tujuan dan terstruktur dan transparansi
di sekolah-sekolah. Mengingat pendekatan partisipatif, dua spesialis kesehatan
yang terdaftar untuk mengoptimalkan konsep pelatihan.
Kesimpulan. evaluasi Sekolah-BSC di sekolah memungkinkan untuk
menilai kesesuaian sebagai instrumen manajemen dan evaluasi dalam organisasi
tersebut. Program sekolah baru dikembangkan sebagian besar terhalau
pemesanan awal spesialis kesehatan. Sekolah-BSC dipandang sebagai alat yang
berguna untuk pembentukan struktur organisasi dan transparansi dan untuk
fasilitasi kerja. Penelitian ini memberikan informasi yang berguna untuk
meningkatkan intervensi manajemen terkait.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Herma (2011) dalam penelitiannya di SMA Negeri 1 Bengkulu dengan
analisis manajemen berbasis sekolah pada pendekatan BSC menunjukan hasil
bahwa:
a.
Hasil pengukuran analisis kinerja pada perspektif keuangan menunjukan baik
pada skor kinerja sembilan.
b.
Hasil pengukuran kinerja pada perspektif pelanggan menunjukan kinerjanya
baik dengan skor kinerja empat.
c.
Hasil pengukuran kinerja pada perspektif bisnis internal menunjukan kinerja
secara umum cukup baik dengan skor kinerja 3,5
d.
Hasil pengukuran kinerja pada persektif bisnis internal menunnjukan kinerja
baik dengan skor kinerja delapan.
Penelitian Herma menyarankan agar sekolah menambah mata pelajaran
yang berisi tentang muatan dan keunggulan lokal atau life skill pada kurikulum
sehingga beban efektif setiap guru dapat terpenuhi. Selain itu, SMA Negeri 1
Bengkulu Selatan juga perlu mengembangkan sistem informasi berbasis ICT untuk meningkatkan kinerja di bidang kemampuan sistem informasi.
Ming Hong Weng (2011), melakukan penelitian pada sekolah teknik di
Taiwan. Pada penelitian ini variabel yang digunakan untuk penelitian pada perspektif keuangan adalah; jumlah sumbangan, tingkat penerimaan dari siswa, tren
penerimaan sumbangan. Pada perspektif pelanggan pengukuran dilakukan melalui; prosesntase siswa dengan tawaaran kerja saat lulusan, jumlah perusahaan
yang merekrut di kampus, lulusan di rekrut oleh perusahaan yang termasuk 100
besar di taiwan, rata-rata penghasilan dari lulusan, evaluasi alumni, survey lu-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
lusan, akreditasi. Pada perspektif bisnis internal pengukuran dilakukan pada indikator; evaluasi kompetensi siswa, evaluasi siswa, ratio fakultas-siswa, jumlah
magang, jumlah perusahaan yang terlibat, biaya pendidikan per siswa. Dan pada
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran indikator pengukuran meliputi;
jumlah seminar yang diikuti, jumlah publikasi, budget perjalanan untuk mengikuti konferensi, jumlah seminar yang berhubungan dengan teknologi baru,
jumlah workshop pembelajaran yang diikuti. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa indikator untuk masing-masing perspektif BSC yang dapat digunakan untuk evaluasi kinerja bagi sistem pendidikan teknik di Taiwan.
Setelah peneliti mengkaji penelitian terdahulu (data terlampir) , maka
peneliti memaparkan perbedan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini
adalah dari segi perspektif indikator yang akan di gunakan yaitu:
1.
Perspektif keuangan sub indikatornya adalah : Mengukur tingkat ekonomis,
efektivitas, dan efisiensi.
2.
Pada perspektif pelanggan (Peserta Didik) indikatornya adalah : Mengukur
tingkat kepuasan siswa, dalam hal ini peneliti hanya mengukur tingkat kepuasan siswa karena peneliti menganggap kepuasan terhadap orang tua tidak perlu dilakukan mengingat saat ini biaya sekolah sepenuhnya ditanggung
pemerintah
3.
Perspektif Proses Internal indikatornya adalah Inovasi, Operasi, dan layanan
4.
Pada perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran indikatornya adalah ; Tingkat
Kepuasan guru, motivasi kerja guru dan pegawai , dan sistem informasi
sekolah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
B.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
kinerja SMK Negeri 49 Jakarta yang diukur dengan menggunakan balanced
Scorecard.
Kinerja Sekolah
Perspektif
Keuangan
Perspektif Peserta
didik
Perspektif Proses
Internal
Tindakan Lanjutan
(Action Plan)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Download