surya medika analisis manajemen patient safety dalam upaya

advertisement
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
ANALISIS MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL TAHUN 2011
Oleh :
Luthfia Daud10 dan Hariza Adnani11
ABSTRACT
Background : Level of film damage in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital
was din’t complete standard service minimal up to > 2%. The damage of photograph cause
examination. Reexamination at January-Mey 2011 is 61case. Reexamination was cause by less
carefully officer and restrictiveness of instrument. Reexamination can cause dangerous emission of
radiation to patient. This statement is not purpose with mission Instalation of Radiology that “Give
radiagnostic service purpose with standard operasional procedure that was decided to always
consider as most important radiation protected with safety and pleasure to patient”.
Objective : The purpose of this research is describe patient safety management to increase quality
service effort in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital 2011.
Method : The type of this research is descriptive qualitative method with cross sectional. Collected
data with observation helped by checklist and interview by research subject is 4 functionary and 3
informan. This research done April-Mei 2011.
Conclusion : patient safety management in Instalation of Radiology Panembahan Senopati
Hospital has some resistant that restrictiveness of instrument, human error, standard operational
procedure (SOP) that wasn’t optimum. Calibration has suitable to condition. Patient safety planning
in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital is standing planning. Patient safety
organizationing in Instalation of Radiology to still repaired because account patient safety was not
yet. Patient safety actuating did every month and it controlling is regressif controlling.
Keywords : Management, Patient Safety, Quality Service, Instalation of Radiology.
10
Mahasiswa STIKES Surya Global Yogyakarta
Pengajar STIKES Surya Global Yogyakarta
11
58
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah
satu pelayanan kesehatan yang ikut
berperan serta dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, karena itu
untuk
tercapai
derajat
kesehatan
masyarakat yang tinggi rumah sakit
selalu berusaha memberikan pelayanan
yang terbaik melalui upaya peningkatkan
mutu pelayanan. Upaya meningkatkan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien
(patient
safety)
di
rumah
sakit
merupakan sebuah gerakan yang
universal. Berbagai negara maju bahkan
telah menggeser paradigma ”kualitas” ke
arah
paradigma
baru
”kualitaskeselamatan”. Ini berarti bukan hanya
mutu pelayanan yang harus ditingkatkan
tetapi yang lebih penting lagi adalah
menjaga keselamatan pasien secara
konsisten dan terus menerus (Hartono,
2006).
Keselamatan
(safety)
telah
menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada 5 (lima) isu penting
yang terkait dengan keselamatan di
rumah sakit yaitu keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit
yang
bisa
berdampak
terhadap
keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan
lingkungan
yang
berdampak
terhadap
pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima
aspek tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit.
Namun harus diakui kegiatan institusi
rumah sakit dapat berjalan bila ada
pasien. Karena itu keselamatan pasien
(patient safety) merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan isu mutu dan
citra perumahsakitan (Depkes RI, 2006).
SURYA MEDIKA
Keselamatan pasien (patient
safety) adalah suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Sistem
tersebut
meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko
(Depkes RI, 2006).
Patient safety di rumah sakit
menjadi perhatian yang serius pada
pelayanan
kesehatan.
Hal
ini
mengemuka sejak Institute of Medicine di
Amerika Serikat menerbitkan laporan
pada tahun 2000 yang berjudul “To err is
human, building a safer health system”.
Laporan
tersebut
mengemukakan
penelitian di rumah sakit di Utah dan
Colorado serta New York. Di Utah dan
Colorado
kejadian tidak diharapkan
(KTD) disebabkan oleh kesalahan medis
sebanyak 2,9 % di mana 6,6% di
antaranya meninggal. Sedangkan di New
York sebesar 3,7% dengan angka
kematian 13,6%. WHO pada tahun 2004
mengumpulkan angka-angka penelitian
rumah sakit di berbagai negara :
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia
ditemukan KTD dengan rentang 3,2 –
16,6% . Data-data tersebut menjadi
pemicu berbagai negara untuk segera
melakukan
penelitian
dengan
pengembangan
SKP
(Sistem
Keselamatan Pasien) (Depkes RI, 2006).
Rumah sakit di Indonesia sejak
dicanangkannya “Gerakan Keselamatan
Pasien Rumah Sakit” oleh Menteri
Kesehatan pada 21 Agustus 2005 mulai
giat-giatnya melaksanakan program
peningkatan mutu yang berbasis pada
keselamatan pasien. Di Indonesia, mutu
59
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
pelayanan dan keselamatan pasien
disebutkan secara eksplisit dalam UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009, antara
lain melalui uji kompetensi tenaga
kesehatan, kendali mutu, pelayanan
sesuai standar dan audit medis, sarana
dan prasarana serta SDM kesehatan
harus terstandarisasi. Sementara itu, di
Indonesia sosialisasi serta pelatihan
mutu dan keselamatan pasien telah
dilakukan secara aktif oleh pemerintah
dan institusi lainnya sejak tahun 2005.
Instalasi Radiologi merupakan salah satu
bagian pelayanan rumah sakit juga perlu
menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanannya. Selama ini instalasi
radiologi
dalam
melaksanakan
pelayanan
kesehatan
melalui
pemanfaatan radiasi pengion dan non
pengion
sangat
terarah
pada
keselamatan terhadap radiasi karena
diketahui pemakaian radiasi pengion
mengandung resiko bila digunakan tanpa
mengikuti dan taat pada peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Hasil survei pada tanggal 27
Desember
2011
dari
rekapitulasi
komplain melalui sms centre RSUD
Panembahan Senopati Bantul diperoleh
informasi bahwa terdapat keluhan pada
pelayanan
radiologi
yaitu
pasien
mengeluh karena pemeriksaan radiologi
dilakukan
berulang.
Pemeriksaan
berulang terjadi karena ada kerusakan
hasil foto dan menurut salah satu
petugas di instalasi radiologi bahwa
tingkat kerusakan foto itu sering terjadi
dan belum sesuai dengan standar yaitu
tidak boleh > 2% (Kepmenkes No. 129,
2008). Berdasarkan data kerusakana film
atau foto bulan Januari-Mei 2011
diketahui jumlah kerusakan film di
Instalasi radiologi rata-rata tiap bulannya
adalah sejumlah 61 kasus. Pemeriksaan
berulang disebabkan oleh petugas yang
kurang teliti dan keterbatasan alat.
Keterbatasan alat di sini yaitu alat yang
SURYA MEDIKA
masih manual serta belum adanya CTScan dan ini belum sesuai dengan
standar peralatan yang harus ada di
instalasi radiologi untuk rumah sakit tipe
B
pendidikan
seperti
RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Data
keluhan
pasien
tersebut
sangat
berhubungan
dengan
keselamatan
pasien
(patient
safety),
dimana
pemeriksaan
berulang
dapat
menyebabkan risiko dosis radiasi yang
diterima pasien akan meningkat dan
membahayakan
pasien.
(Subargus,
2007).
Berdasarkan
latar
belakang
masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “
Manajemen Patient Safety dalam Upaya
Peningkatan Mutu Pelayanan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Panembahan Senopati Bantul”
Adapun permasalahan yang diteliti dan
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
“ Bagaimanakah manajemen patient
safety dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit khususnya di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Panembahan Senopati
Bantul? ”
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
untuk
mendeskripsikan
manajemen
patient safety dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan di instalasi radiologi;
untuk mendeskripsikan patient safety di
Instalasi
radiologi;
untuk
mendeskripsikan sarana manajemen
patient safety yaitu manusia, finansial,
material, metode dan mesin di Instalasi
radiologi;
untuk
mendeskripsikan
perencanaan
patient
safety
yang
dilakukan di instalasi radiologi ; untuk
mendeskripsikan pengorganisasian yang
dilakukan di instalasi radiologi; untuk
mendeskrip-sikan pengarahan patient
safety yang dilakukan di Instalasi.
60
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
radiologi;
untuk
mendeskripsikan
pengawasan
patient
safety
yang
dilakukan di instalasi radiologi dan untuk
mendeskripsikan upaya peningkatan
mutu pelayanan di instalasi radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Panembahan Senopati Bantul.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan
rancangan penelitian studi kasus, yaitu
penelitian yang mengeksplorasi suatu
masalah dengan batasan terperinci dan
menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan
tempat (Saryono, 2010).
SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian dalam penelitian
ini adalah 4 (empat) orang petugas
pelaksana. Untuk informan dalam hal ini
adalah kepala instalasi radiologi, 1 (satu)
orang penanggung jawab quality control
dan kamar gelap, dan 1 orang
penanggung jawab teknik radiasi dan
kemahasiswaan. Berikut adalah tabel
subyek dan informan peneitian :
Tabel 1 Subyek Dan Informan Penelitian
No
Subyek Penelitian dan informan
Jumlah
1.
Kepala Radiologi (Informan 1)
1 orang
2.
Penanggung Jawab
a. Quality contol dan kamar
gelap (Informan 2)
b. Teknik
Radiasi
dan
Kemahasiswaan (Informan
3)
1 orang
1 orang
4.
Pelaksana pelayanan radiologi
(pelaksana
1,
pelaksana2,
pelaksana3, dan pelaksana 4)
Jumlah
4 orang
Keterangan
dr. spesialis radiologi yang
bertugas
melakukan
pembacaan
terhadap
hasil
pemeriksaan diagnostik dan
bertanggung jawab atas semua
kegiatan
operasional
dan
administrasi radiologi.
Bertanggung
jawab
dalam
pemprosesan
film
dan
pengendalian mutu pelayanan
Bertanggung
jawab
atas
pemeriksaan yang dilakukan di
Instalasi
Radiologi
dan
pelaksanaan
pembimbingan
mahasiswa praktek.
Melaksanakan semua tindakan
radiografi.
7 orang
Sumber: Data Sekunder job desk di Instalasi Radiologi
Obyek penelitian dalam penelitian
ini adalah manajemen patient safety
dalam
upaya
peningkatan
mutu
pelayanan
yang
meliputi
sarana
manajemen dan fungsi manajemen.
Sarana manajemen terdiri dari sumber
daya manusia, finansial, bahan, alat dan
cara. Fungsi manajemen terdiri dari
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul tahun 2011.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta. Waktu
penelitian dilaksanakan mulai April 2011
sampai Mei 2011.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi : wawancara.,
observasi dan dokumen. Wawancara
yang dimaksud adalah wawancara
61
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
semiterstruktur
atau
wawancara
mendalam. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pedoman wawancara.
Jenis observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi partisipasi
pasif dengan cara datang ke instalasi
radiologi dan mengamati serta mencatat
dengan bantuan checklist yang berisi
informasi terkait manajemen patient
safety di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Pengumpulan
data
dokumen
merupakan
pengumpulan
data-data
sekunder yang meliputi: studi pustaka
dengan cara mempelajari buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Kemudian data dari rumah
sakit berupa data yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen
dalam
penelitian
kualitatif adalah peneliti sendiri. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrument
meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti
untuk
memasuki
subyek
penelitian (Sugiyono, 2010).
Selain peneliti sebagai instrument
penelitian
juga
dibantu
dengan
instrument pendukung seperti:
check
list, tape recorder/ alat perekam,
panduan wawancara, kamera dan alat
tulis.
SURYA MEDIKA
ke lapangan melakukan pengamatan
ulang.
Uji
kredibilitas
data
hasil
penelitian kualitatif juga dilakukan
dengan
triangulasi
sumber
dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber
untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang
diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik dilakukan dengan
mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Data
diperoleh dengan wawancara lalu di cek
dengan observasi dengan check list dan
dokumentasi.
METODE ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif,
mengikuti
konsep
yang
diberikan Miles dan Huberman : reduksi
data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Subyek dan Informan
Deskripsi subyek dan informan
dalam penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan lama
bekerja dapat dilihat pada tabel berikut:
PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
Dalam pengujian keabsahan
data pada penelitian ini menggunakan uji
kredibilitas (credibility) data dengan
melakukan perpanjangan pengama-tan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian
triangulasi.. Perpanjangan pengamatan
dilakukan jika hasil yang diperoleh
kurang
dipercaya.
Perpanjangan
pengamatan dilakukan dengan kembali
62
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
No.
Subyek dan Informan
JK
Usia (th) Pendidikan
Lama Bekerja
1.
Kepala In-stalasi Ra-diologi
L
48
dr.Sps Rad
15 Th
2.
Penanggung Jawab Quality contol dan kamar gelap
Penanggung Jawab Tek-nik
Radiasi dan kemaha-siswaan
Pelaksana 1
Pelaksana 2
Pelaksana 3
Pelaksana 4
L
38
D IV Radiografer
9 Th
L
36
D III Radiografer
9 Th
L
P
P
P
28
25
25
25
D III Radiografer
D III Radiografer
D III Radiografer
D III Radiografer
3 Th
3 Th
3 Th
3 Th
3.
4.
5.
6.
7.
Sumber : Data Primer Olahan, 2011
Patient Safety
Patient
Safety
di
instalasi
radiologi
adalah
terkait
dengan
keselamatan radiasi karena instalasi
radiologi adalah pelayanan bidang
radiasi,
sesuai
dengan
yang
diungkapkan oleh dua orang untuk
menciptakan pelayanan yang aman
“
. . .melaksanakan pelayanan sesuai
SOP yang ada. Eumh, misalnya
melakukan
penyinaran
dengan
mengikuti posedur yang ada. sesuai
luas penyinaran menggunakan papan
kondisi eksposi dan emmm serendah
mungkin radiasi yang diterima oleh
pasien” (Pelaksana 1).
“ Karena kita kan kerjanya di bidang
radiasi ya ,kalo bisa sih emh
menggunakan
radiasi
jangan
sembarangan intinya tuh jangan sering
melakukan pengulangan foto, radiasinya
diturunkan. . .” (Pelaksana 3)
Dari pernyataaan tersebut dapat
diartikan bahwa patient safety di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul yaitu pelayanan sudah sesuiai
SOP (Standart Operating procedure) dan
terbatas keselamatan pasien akan sinar
radiasi yang merugikan yaitu radiasi
berlebih akibat adanya pengulangan foto
yang disebabkan kerusakan foto, seperti
hasil pemeriksaan yang kurang jelas
sehingga sulit dibaca.
Tingkat
kerusakan
foto
di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul belum memenuhi
standar yaitu > 2%. Hal ini berdasarkan
pernyataan dari penanggung jawab
teknik radiografi dan kemahasiswaan
“..di sini tingkat kerusakan fotonya lebih
dari 2%, itu tiap bulannya tidak pasti, ya
fluktuatif, kadang pernah sampai 3%..”
(Informan 3)
Pengulangan foto juga terkadang
disebabkan karena human eror dari
pelaksana pelayanan radiologi seperti
dokter pengirim meminta foto clavicula
tetapi dalam pelaksanaan pelayanan
yang mendapat perlakuan foto adalah
thorax.
Sarana Manajemen
SDM di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul apabila
dilihat berdasarkan personil yang bekerja
di fasilitas radiasi maka SDM di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul terdiri dari seorang spesialis
radiologi,
seorang
PPR
(Petugas
Proteksi Radiasi), 8 orang radiografer.
seorang spesialis radiologi (dokter
spesialis radiologi) yang bertugas
melakukan ekspertise atau pembacaan,
seorang PPR bertugas mengawasi
radiasi di Instalasi radiologi, dan 8 orang
radiografer
bertugas
melakukan
pelayanan untuk pasien di Instalasi
Radiologi.
Dalam kebijakan finansial yang
menyangkut money (uang) semua
ditentukan oleh bagian manajemen
Rumah Sakit berdasarkan pernyataan
yang dikemukakan oleh kepala Instalasi
Radiologi
“..Kalo kebijakan finansial khusus untuk
patient safety tidak ada, itu dari anu
bukan dari direktur rumah sakit tapi dari
kita, jadi itu stiker-stiker itu kita dapat
63
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
dari anu organisasi profesi maupun dari
dari BAPETEN, untuk pasien misal
obat-obat dari rumah sakit , untuk
petugasnya ada, namanya tunjangan
radiasi namanya tunjangan bahaya saja,
kebijakan finanasial secara umum sih
oleh pihak manajemen rumah sakit”
(Informan 1)
Materials
(Bahan)
yang
digunakan sebagai sarana manajemen
patient safety di Instalasi Radiologi di
antaranya adalah stiker tanda pengingat
bahaya radiasi tiap ruangan, obat-obatan
untuk mengatasi shock. dan tanda
peringatan untuk ibu hamil.
Machine (Alat) yang digunakan di
Instalasi
Radiologi
sebagai
alat
pemeriksaan adalah Satu unit pesawat
rontgen merk Siemens Ergophos 4, Satu
unit pesawat rontgen mobil unit merk
Siemens Multimobil 2,5, Satu unit
pesawat rontgen mobil unit merk GE,
Satu
unit
pesawat
Panoramik/Cephalometry
Orthoslice
merk Trophy. Semua alat sudah
memenuhi syarat izin pemanfaaatan
tenaga nuklir. Kalibrasi alat juga sudah
dilakukan secara rutin yaitu tiap satu
tahun sekali. Kalibrasi dilakukan oleh
pihak IPSRS selain itu juga bekerja sama
dengan Rumah Sakit Sardjito. Terkadang
kalibrasi juga dilakukan oleh BPFK (Balai
Pengaman
Fasilitas
Kesehatan)
Surabaya. Hal ini dilakukan karena
RSUD ini tidak mempunyai alatnya.
Dari
sisi
kelengkapannya
peralatan di instalasi Radiologi belum
memenuhi standar pelayanan minimal
Rumah Sakit Tipe B Pendidikan karena
peralatan belum lengkap dan masih
manual. Selain alat pemeriksaan, di
Instalasi Radiologi juga tersedia alat
gawat darurat semisal satu tabung alat
pemadam kebakaran.
Methods (cara) yang dilakukan di
Instalasi Radiologi untuk mewujud-kan
pelayanan yang aman bagi pasien
(patient safety) adalah semua sudah
SURYA MEDIKA
tercantum
dalam
SOP
Operating Procedure).
(Standart
Fungsi-Fungsi Manajemen
Planning (Perencanaan) patient
safety di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul setiap
tahunnya
cenderung
merupakan
perencanaan tetap artinya tiap tahun
memiliki perencanaan yang sama.
Perencanaan tetap mengenai pelayanan
yang aman ini termuat dalam SOP
(Standart Operating Procedure),
Perencanaan patient safety di
instalasi radiologi sudah dibuat sejak
instalasi radiologi ini dibangun dan dari
segi
struktur
bangunan
sudah
direncanakan untuk menciptakan patient
safety. Instalasi radiogi di RSUD ini telah
mendapatkan izin dari Badan Pengawas
Tenaga Nukir (BAPETEN) setelah
dilakukan standarisasi oleh BAPETEN
dan dinyatakan sudah memenuhi syarat
proteksi radiasi.
Di instalasi radiologi ini untuk
Organizing (pengorganisasian) tidak ada
penanggung jawab khusus untuk patient
safety namun ada PPR (Petugas
Proteksi Radiasi). Patient safety belum
terorganisasi secara khusus di instalasi
radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul karena pelayanan yang aman
(patient safety) dan proteksi radiasi itu
sudah menjadi satu kesatuan.
Selain
ada
PPR
pengorganisasian patient safety di
Instalasi Radiologi juga dilakukan
dengan pembagian jam kerja dengan
sistem kerja shift yang terdiri dari tiga
shift yaitu pagi, siang dan malam. Secara
keseluruhan pelayanan yang aman
merupakan tanggung jawab kepala
instalasi radiologi dan kepala ruang
instalasi radiologi, selain itu petugas
pelaksana juga ikut bertanggung jawab.
Pernyataan ini dikemukakan oleh
petugas pelaksana radiologi
64
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
Actuating (Pengarahan) tentang
patient safety di Instalasi Radiologi
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Panembahan
Senopati
Bantul
itu
dilakukan pada saat rapat bulanan dan
dengan cara saling mengingatkan antara
petugas.
Controlling
(pengawasan)
dilakukan pada saat rapat bulanan
melalui laporan tertulis.
Peningkatan Mutu
Upaya yang telah dilakukan
dalam peningkatan mutu pelayanan di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati
terkait
patient
safety
diantaranya melalui pelatihan-pelatihan,
dan biasanya dibicarakan dalam rapat
bulanan.
Upaya peningkatan mutu juga
dilakukan melalui beberapa upaya
seperti
yang
dikemukakan
oleh
penanggung jawab teknik radiologi dan
kemahasiswaan yaitu melalui sms
centre, bekerja sama dengan diklat
menyebar kuesioner kepuasan kepada
pasien sebagai pelanggan eksternal, dan
evaluasi bulanan.
Dalam upaya peningkatan mutu
terutama terkait patient safety di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul terdapat beberapa hambatan
yang dihadapi oleh pelaksana radiolog,
yaitu pada alat dan genset seperti
dikemukakan oleh dua orang pelaksana
pelayanan.
“..Hambatannya mungkin apa ya, mungkin
dari alat ya, pasien kita kan ada banyak
ya,alatnya kan harusnya kan ada CTScan juga y, pasiennya banyak kan
maunya kan alatnya pake komputer kan
canggih ya cepet y, kan masih manual
lah istilahnya maksudnya kalo yang
dirumah sakit tipe B kan alatnya lebih
terfasilitasi lagi, alat udah lumayan tapi
ditingkatkan lagi lebih baik” (Pelaksana
2)
“Terutama alat-alatnya ya, terus yang
kedua masalah listrik, kalo listrik kan ini
kan karena radiologi ini kan listriknya
butuh besar dayanya, Genset nya kalo
bisa tuwh punya sendiri. Kalo gak kan
keganggu, kadang sering kalo listrik
mati kan gensetnya kan dibagi satu
rumah sakit tho, ini gak kuat, suka
jegleg kaya gitu, itu bikin pengulangan
foto juga kan waktu nyuci kan kalo mati
kan uda macet separoh gosong separuh
nggak” (Pelaksana 3)
Hal tersebut juga diperjelas lagi
oleh kepala Instalasi Radiologi
“hambatan, hambatannya hampir tidak
ada, hanya untuk masalah yang seperti
di radiologi tergantung dari PLN
menurut saya hambatannya adalah
ketidakstabilan dari PLN”
(Informan 1).
PEMBAHASAN
Patient Safety
Patient safety di instalasi radiologi
sudah ada sejak instalasi radiologi
dibangun yaitu tahun 2004. Salah
satunya terlihat dari visi misi instalasi
radiologi yaitu mewujukan pelayanan
yang aman. Dari struktur bangunan
sudah mempertimbangkan patient safety,
hal itu dibuktikan dengan adanya
perizinan
dari
BAPETEN
(Badan
Pengawas Tenaga Nuklir), yaitu instansi
yang
bertugas
melaksanakan
pengawasan
melalui
peraturan,
perizinan, dan inspeksi terhadap segala
kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir
(Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8,
2011).
Patient
safety
di
Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul adalah pelayanan yang aman,
bebas dari cedera akibat sinar radiasi
sebagaimana tercantum dalam misi
instalasi
radiologi
“Memberikan
pelayanan Radiagnostik sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan dengan
selalu mengutamakan azas proteksi
radiasi serta keamanan dan kenyamanan
pasien”. Ini sesuai dengan pengertian
patient safety Patient safety menurut
IOM (Institute Of Medicine) adalah
65
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
layanan yang tidak mencederai pasien
atau merugikan pasien (Cahyono, 2008).
Hal ini berarti bahwa patient safety di
instalasi radiologi lebih terfokus pada
keselamatan pasien akan paparan sinar
radiasi karena pelayanan radiologi
merupakan pelayanan dalam bidang
radiasi. Paparan radiasi adalah adalah
penyinaran radiasi yang diterima oleh
manusia atau materi, baik disengaja atau
tidak dan proteksi radiasi adalah
tindakan
yang
dilakukan
untuk
mengurangi pengaruh radiasi yang
merusak
akibat
paparan
radiasi.
(Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8,
2011).
Dalam
buku
pedoman
keselamatan pasien Depkes RI Tahun
2006 patient safety dipaparkan secara
umum untuk rumah sakit sehingga
indikator nya lebih luas, dan ini
sebenarnya dapat diterapkan di instalasi
radiologi namun hal ini belum diterapkan
di
Instalasi
Radiologi
RSUD
Panembahan Senopati Bantul secara
optimal dikarenakan Instalasi Radiologi
lebih terfokus pada keselamatan radiasi
sehingga indikator patient safety di
instalasi radiologi adalah paparan radiasi
yang
merugikan.
Radiasi
yang
merugikan ini salah satunya disebabkan
oleh adanya tindakan pengulangan foto
akibat kerusakan foto. Kerusakan foto
merupakan hasil foto yang tidak jelas
sehingga sulit dibaca saat dilakukan
diagnosa.
Tingkat kerusakan foto yang
terjadi di Instalasi Radiologi belum
memenuhi standar yaitu masih >2%
(lebih dari dua persen), di mana standar
pelayanan untuk kerusakan foto menurut
Kepmenkes
Nomor:
129/Menkes
/SK/II/2008 yaitu < 2%. Kerusakan foto
disebabkan oleh human eror dan
keterbatasan prasarana. Human Eror
yang terjadi akibat persepsi petugas
yang memandang bahwa pelayanan
SURYA MEDIKA
yang sesuai SOP itu terlalu rumit,
sehingga tidak jarang pelayanan yang
diberikan tidak sesuai SOP. Hal ini
didukung
oleh
kebiasaan
subyek
penelitian yang bekerja tanpa SOP
selama bertahun-tahun dapat berjalan
dengan lancar Pengalaman kerja yang
lama membentuk kebiasaan di dalam diri
masing-masing personal. Keterbata-san
sarana di antaranya adalah pada
keterbatasan alat, alat yang ada masih
manual. Hal ini menunjukan bahwa di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul diperlukan upaya
peningkatan mutu pelayanan.
Sarana Manajemen Patient Safety
Instalasi
Radiologi
RSUD
Penembahan Senopati Bantul terdiri dari
13 (tiga belas) orang SDM. Apabila
dilihat dari struktur organisasi dan uraian
job desk diketahui bahwa kompetensi
SDM di Instalasi Radiologi RSUD sudah
sesuai dengan standar. Sesuai dengan
standar di sini maksudnya adalah bahwa
pelayanan radiologi dilakukan oleh
radiografer
dan
ekspertise
atau
pembacaan hasil radiologi dilakukan oleh
ahli radiolog yaitu dokter spesialis
radiologi. Dalam hal ini petugas radiologi
dapat dikatakan sudah memenuhi
kompetensi
yang
dipersyaratkan
sehingga
mendukung
terwujudnya
pelayanan yang aman bagi pasien.
Namun bukan berarti tidak perlu
ditingkatkan lagi karena kompetensi yang
dimiliki setiap petugas radiologi itu masih
perlu ditingkatkan mengingat semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Upaya peningkatan mutu
terkait SDM dilakukan melalui pelatihan,
seminar dan kesempatan belajar untuk
memperluas karirnya. Seperti terlihat
bahwa ada dua orang petugas radiologi
yang
juga
sedang
melanjutkan
pendidikannya
yaitu
koordinator
radiografer dan satu orang pelaksana
66
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
radiologi. Koordinator radiografer sedang
melanjutkan kuliah D IV dan satu orang
nya lagi tengah menyelesaikan kuliah S
1 Kesehatan Masyarakat. Dalam tujuh
standar patient safety kriteria untuk
standar satu yaitu hak pasien adalah
harus ada dokter penanggung jawab
pelayanan dan dokter membuat rencana
pelayanan (Depkes RI, 2006).
Dokter
penanggung
jawab
pelayanan yaitu dokter spesialis radiologi
yang juga merupakan kepala Instalasi
Radiologi sudah ada, sehinga sudah
sesuai dengan salah satu kriteria standar
keselamatan pasien (patient safety).
Kebijakan finansial di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul semuanya tergantung kepada
bagian manajemen. Instalasi Radiologi
hanya sebatas mengajukan permohonan
dan
untuk
penentuan
kebijakan
sepenuhnya
tergantung
kepada
manajemen rumah sakit.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa berdasarkan hasil wawancara
kepada petugas pelaksana pelayanan di
instalasi radiologi tentang bahan yang
digunakan sebagai sarana manajemen
patient safety di Instalasi Radiologi
RSUD Panembahan Senopati Bantul di
antaranya adalah tanda radiasi, poster
peringatan bahaya radiasi tiap ruangan,
obat-obatan untuk mengatasi shock, dan
lampu pengingat radiasi. Dinyatakan oleh
kepala ruang instalasi radiologi bahwa
instalasi radiologi belum memiliki tabung
oksigen. Data yang diperoleh ini
didukung dengan hasil observasi dengan
menggunakan
checklist
yang
menunjukan tersedia bahan sebagai
sarana manajemen patient safety.
Berdasarkan hasil observasi,
tanda radiasi berupa poster ditempel
pada tiap pintu masuk setiap ruangan.
Tanda peringatan bahaya radiasi berupa
poster yang ditempel di depan pintu
masuk tiap ruang pemeriksaan berisi
SURYA MEDIKA
keharusan untuk ibu hamil melapor
kepada petugas sebelum dilakukan
pemeriksaan. Poster tanda radiasi dan
poster bahaya radiasi ini sudah sesuai
dengan kriteria yang terdapat pada
peraturan kepala badan pengawas
tenaga nuklir nomor 8 tahun 2011
tentang keselamatan radiasi dalam
penggunaan pesawat sinar-X radiologi
diagnostik dan intervensional yaitu :
tanda Radiasi harus dipasang pada pintu
ruangan Pesawat Sinar-X dan poster
peringatan
bahaya Radiasi
harus
dipasang di dalam ruangan pesawat
sinar-X, yang memuat tulisan ”WANITA
HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS
MEMBERITAHU
DOKTER
ATAU
RADIOGRAFER”
(Peraturan
KaBAPETEN Nomor 8, 2011).
Selain tanda radiasi dan tanda
peringatan bahaya radiasi Lampu
peringatan bahaya radiasi terletak di
setiap pintu masuk ruang pemeriksaan
bagian atas dengan cara kerja apabila
lampu menyala menandakan ada
tindakan pemeriksaan sehingga pintu
tidak boleh dibuka sebelum lampu mati
supaya tidak terjadi kebocoran radiasi.
Berdasarkan hasil observasi fungsi
lampu peringatan radiasi tidak optimal
karena ada lampu pada salah satu ruang
pemeriksaan selalu hidup dan pada
salah satu pintu yang lain tidak pernah
menyala.
Peralatan di Instalasi Radiologi
RSUD Panembahan Senopati Bantul
terdiri dari 4 alat yaitu satu unit pesawat
rontgen merk Siemens Ergophos 4, satu
unit pesawat rontgen mobil unit merk
Siemens Multimobil 2,5, satu unit
pesawat rontgen mobil unit merk GE,
satu
unit
pesawat
Panoramik/Cephalometry
Orthoslice
merk Trophy. Alat sebagai sarana
manajemen patient safety dinilai dari
beberapa indikator di antaranya jumlah,
kualifikasi dan kalibrasi (Cahyono, 2008).
67
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
Jumlah dan kualifikasi alat di
instalasi radiologi belum memenuhi
standar, karena ada salah satu alat yang
sudah berumur lama yaitu sejak tahun
1987 dan ada satu alat baru yang kurang
baik operasionalnya. Alat yang ada di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul saat
ini masih
merupakan peralatan manual. Salah satu
standar peralatan yang belum terpenuhi
di
Instalasi
Radiologi
RSUD
Panembahan Senopati Bantul sebagai
rumah sakit tipe B Pendidikan adalah
belum ada alat CT-Scan. Keterbatasan
alat menjadi salah satu hambatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, sehingga
alangkah lebih baiknya ada peningkatan
kelengkapan alat mengingat bahwa
RSUD
Panembahan
Senopati
merupakan
rumah
sakit
tipe
B
pendidikan sehingga alat yang lebih baik
di butuhkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan karena alat yang baik juga
berpengaruh terhadap hasil foto yang
baik sehingga dapat menurunkan
kejadian
pengulangan
foto
dan
mengurangi paparan radiasi terhadap
pasien. Input yang baik telah sesuai
standar dapat mendukung kelancaran
proses sehingga dapat melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standar
keselamatan dan tujuan dapat tercapai
yaitu tercipta keselamatan pasien
(patient safety) yang merupakan langkah
kritis pertama untuk meningkatkan mutu
pelayanan (Cahyono, 2008).
Kalibrasi alat sudah dilakukan
secara rutin yaitu sekali setiap tahun. Hal
ini didukung oleh hasil observasi dengan
adanya surat keterangan pengujian
kesesuaian pesawat sinar X. Selain alat
pemeriksaan yang aman, alat sebagai
sarana manajemen patient safety juga
dilihat dari ketersediaan alat gawat
darurat (Sabarguna, 2006).
Instalasi
Radiologi
RSUD
Panembahan Senopati Bantul sudah
SURYA MEDIKA
tersedia alat gawat darurat terkecuali
tabung oksigen. Alat gawat darurat yang
terdapat di instalasi radiologi berupa alat
pemadam api yang berjumlah satu
tabung dengan tabung berwarna merah
dan di tempel pada salah satu dinding di
instalasi radiologi.
Fungsi-fungsi Manajemen Patient
Safety
Perencanaan
patient
safety
adalah serangkaian tindakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam
hal ini keselamatan pasien (patient
safety). Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan
perencanaan patient safety nya sudah
tercantum dalam SOP, karena itu
termasuk jenis perencanaan tetap
(standing plan), merupakan pendekatanpendekatan standar untuk penanganan
yang dapat diperkirakan dan terjadi
berulang-ulang (Handoko, 2003).
Wujud umum perencanaan tetap di
Instalasi Radiologi adalah prosedur.
Rencana tetap digunakan karena situasisituasi yang sama ditangani secara
konsisten sehingga lebih efisien.
Dalam
SOP
sudah
terdapat
perencanaan mengenai patient safety
diantaranya
seperti
SOP
untuk
penangangan Shock, SOP penyuntikan
bahan kontras radiografi, pembuatan
jadwal dinas. Data yang diperoleh ini
juga didukung dengan hasil observasi
dengan menggunakan check list yang
menunjukan SOP mengandung prosedur
untuk melakukan pelayanan yang aman
namun belum tersosialisasikan secara
optimal karena ada beberapa petugas
yang tidak mengetahui SOP pelayanan
yang aman secara menyeluruh seperti
adanya prosedur untuk pelaporan
apabila terjadi musibah ini dan
menunjukan instalasi radiologi memiliki
perencanaan
untuk
menciptakan
68
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
pelayanan yang aman. Selain SOP,
perencanaan patient safety di Instalasi
Radiologi sudah dilakukan dari mulai
Instalasi Radiologi dibangun yaitu tahun
2004.
Gedung
instalasi
radiologi
direncanakan
untuk
menciptakan
pelayanan yang aman sesuai dengan
persyaratan perizinan pendirian Instalasi
Radiologi.
Pengorganisasian di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul sudah cukup baik ditunjukan
dengan
adanya
bagan
struktur
organisasi yang ditempel di dinding salah
satu ruang Instalasi Radiologi. Struktur
organisasi
menunjukan
bahwa
di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati menurut pola hubungan kerja,
serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab termasuk dalam bentuk organisasi
garis. Ini sesuai dengan ruang lingkup
Instalasi Radiologi terbilang kecil, jumlah
petugas yang sedikit dan saling
mengenal.
Dari struktur organisasi yang ada
di Instalasi radiologi belum menunjukan
secara jelas adanya penanggung jawab
patient safety. Data yang diperoleh ini
didukung dengan hasil observasi dengan
menggunakan
checklist
yang
menunjukan belum ada penanggung
jawab khusus patient safety.
Instalasi
radiologi
memiliki
petugas pengawas radiasi atau sering
disebut PPR (Petugas Proteksi Radiasi)
untuk menciptakan pelayanan yang
aman. Kewenangan tersebut dipegang
oleh koordinator radiografer. PPR adalah
petugas yang ditunjuk oleh pemegang
izin dan oleh BAPETEN dinyatakan
mampu melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan proteksi radiasi
(Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8,
2011).
PPR Instalasi Radiologi memiliki
kualifikasi di antaranya adalah seorang
radiografer dan sudah memilki SIB (Surat
SURYA MEDIKA
Izin Bekerja) melalui pelatihan yang
diadakan oleh BAPETEN. Di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul ada beberapa radiografer yang
sudah memiliki SIB termasuk koordinator
radiografer. Jadi, meskipun hanya satu
orang yang ditunjuk sebagai PPR,
pengawasan radiasi bisa dilakukan oleh
pelaksana yang lainnya di bawah
pengetahuan PPR yang memang sudah
memiliki
kewenangan.
Untuk
penanggung jawab pelayanan yang
aman secara umum langsung dipegang
oleh kepala Instalasi Radiologi dan
Koordinator Radiografer.
Uraian
pekerjaan
apabila
dibandingkan dengan kenyataan
di
lapangan
menunjukkan
bahwa
pembagian kerja di lapangan sudah
cukup sesuai meskipun belum maksimal.
Hal
ini
dikarenakan
koordinator
radiografer sedang izin kerja untuk
menjalani tugas belajar sehingga untuk
sementara
tugas
dan
kewajiban
koordinator
diserahkan
kepada
penanggung jawab quality control dan
kamar gelap yang juga merupakan
kepala ruang Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Selain
ada PPR, pengorganisasian patient
safety di Instalasi Radiologi juga
dilakukan dengan pembagian jam kerja
dengan sistem kerja shift yang terdiri dari
tiga shift yaitu pagi, siang dan malam.
Sistem kerja shift ini dimaksudkan untu
mencegah terjadinya kelelahan kerja
sehingga diharapkan dapat mengurangi
timbulnya kesalahan-kesalahan dalam
proses pelayanan. Pembagian kerja
secara shift sudah cukup baik dengan
adanya jadwal pergantian petugas.
Dalam pengkajian patient safety jadwal
pergantian petugas merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya
kebingungan
dalam
melakukan
pelayanan. Berdasarkan hasil observasi
69
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
dengan menggunakan check list yang
menunjukan bahwa jadwal pergantian
petugas di instalasi radiologi belum
dilengkapi dengan catatan pergantian
antar petugas karena untuk pekerjaan
yang
belum
selesai
masih
dikomunikasikan antar petugas secara
langsung tidak melalui catatan. Dalam
pengkajian patient safety, catatan
pergantian antar petugas sangat penting
karena merupakan salah satu upaya
untuk mengurangi terjadinya tindakan
kesalahan dan sebagai alat pengingat
(Sabarguna, 2006).
Selain
sistem
kerja
shift,
pembagian beban kerja dilakukan
dengan melakukan pembagian kerja
pada tiap shift yaitu untuk setiap ruangan
pemeriksaan
ada
satu
orang
penanggung jawab pelayanan.
Pengarahan patient safety di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul tidak dilakukan secara
langsung
saat
kegiatan,
namun
dilakukan oleh atasan melalui rapat
bulanan. Di Instalasi Radiologi tidak
dilakukan pengarahan secara langsung
karena sudah adanya SOP, dan kegiatan
pelayanan dilakukan oleh karyawan yang
kompetensinya sudah sesuai standar
sehingga pengarahan langsung dirasa
tidak perlu dilakukan. Pengarahan
patient safety ini secara umum sudah
dapat dikatakan jelas dengan melihat
situasi di Instalasi Radiologi yang cukup
kondusif dan para petugas cukup
mengerti dengan pengarahan yang
selama ini dilakukan di instalasi radiologi
meskipun hanya melalui rapat bulanan.
Pengawasan (controlling) patient
safety di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul adalah
pengawasan regressif yaitu pengawasan
setelah rencana sudah dijalankan,
dengan kata lain diukur hasil-hasil yang
dicapai dengan alat ukur standar yang
telah
ditentukan
terlebih
dahulu
SURYA MEDIKA
(Manullang, 2004). Pengawasan juga
dilakukan melalui laporan tertulis.
Pengawasan dilakukan pada saat rapat
bulanan. Dalam rapat bulanan tersebut,
dilakukan evaluasi terhadap hasil
pelayanan yang berupa laporan tertulis
mengenai jumlah foto yang rusak. Hasil
pelayanan tersebut dibandingkan dengan
standar
pelayanan
minimal
yaitu
kerusakan foto < 2% (Depkes RI, 2006).
Apabila belum sesuai standar maka
dibuat
rencana
untuk
melakukan
perbaikan agar hasil pelayanan dapat
mencapai standar yang telah ditentukan
atau lebih baik dari standar yang telah
ada.
Laporan tertulis yang merupakan
hasil pelayanan untuk digunakan sebagai
bahan pengawasan di Instalasi Radiologi
masih terbatas pada laporan foto yang
rusak untuk pengawasan lainnya masih
dilakukan melalui laporan lisan pada
rapat bulanan.
Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu yang
dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul adalah
pelatihan, pengembangan karir melalui
izin
belajar
untuk
meningkatkan
kompetensi,
dan
adanya
layanan
keluhan melalui sms. Upaya peningkatan
mutu sudah ada namun belum optimal.
Hal
ini
disebabkan
terbatasnya
pengambilan
keputusan
karena
kebijakan
tergantung
pada
pihak
manajemen rumah sakit, misalnya untuk
peningkatan
mutu
dari
sisi
pengembangan alat, instalasi radiologi
terbatas sampai mengajukan, untuk
keputusan
pengadaan
ada
pada
wewenang manajemen rumah sakit.
Instalasi
Radiologi
RSUD
Panembahan Senopati Bantul sudah
memiliki input yaitu sarana manajemen
yang sudah memenuhi standar, namun
ada beberapa yang belum sesuai seperti
70
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 8. No. 1 Januari 2012
kelengkapan alat sehingga proses yaitu
fungsi manajemen yang mendukung
proses pelayanan juga mengalami
hambatan. Alat yang belum memenuhi
standar meningkatkan beban kerja
sehingga human eror dari petugas
radiologi saat proses pelayanan dapt
terjadi dan mengakibatkan kejadian
pengulangan. Pengulangan foto yang
terjadi berarti menambah paparan radiasi
terhadap pasien sehingga apabila terus
terjadi dapat membahayakan bagi pasien
dan output yaitu patient safety sebagai
tujuan
tidak
tercapai.
Tingkat
pengulangan foto dapat dilihat dari
jumlah kerusakan foto. Standar jumlah
kerusakan foto berdasarkan standar
pelayanan minimal dari Depkes RI Tahun
2006 adalah < 2% Di Instalasi Radiologi
Panembahan Senopati Bantul jumlah
kerusakan
foto pada bulan Januari
sampai dengan bulan Maret Tahun 2011
belum sesuai standar ( masih > 2% ).
Upaya peningkatan mutu harus selalu
diupayakan supaya dapat memenuhi
kondisi terbaik atau standar sehingga
diharapkan
dengan
proses
yang
diberikan telah sesuai dengan standar
dan
didukung
dengan
input
terstandarisasi, secara umum akan
membuahkan pelayanan yang aman
(Cahyono, 2008).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambli
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama.
Patient safety di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul adalah pelayanan yang aman,
bebas dari cedera akibat paparan sinar
radiasi
yang
merugikan.
Tingkat
kerusakan foto yang terjadi di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul belum sesuai standar pelayanan
minimal yaitu > 2% Kedua. Sarana
manajemen patient safety di Instalasi
Radiologi RSUD Panembahan Senopati
SURYA MEDIKA
Bantul yang mencakup 5M sudah dapat
dikatakan
memenuhi
standar
keselamatan pasien serta mendukung
manajemen yang efektif dan efisien.
Ketiga. Perencanaan patient safety di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati
Bantul
merupakan
perencanaan yang tetap sejak instalasi
radiologi
dibangun
yaitu
dengan
mempertimbangkan bangunan yang
menjamin keamanan bagi pasien.
Perencanaan
yang
tetap
tentang
pelayanan yang aman juga termuat
dalam SOP, akan tetapi tidak semuanya
diketahui oleh petugas pelaksana
pelayanan. Keempat. Dari struktur
organisasi yang ada di instalasi radiologi
belum menunjukan secara jelas adanya
penanggung jawab patient safety namun
instalasi radiologi memilik petugas
pengawas radiasi atau sering disebut
PPR (Petugas Pengawas Radiasi) di
mana kewenangan tersebut dipegang
oleh koordinator radiografer. Selain ada
PPR. pengorganisasian patient safety di
Instalasi Radiologi juga dilakukan
dengan pembagian jam kerja dengan
sistem kerja shift yang terdiri dari tiga
shift yaitu pagi, siang dan malam. Selain
sistem kerja shift, pembagian beban
kerja dilakukan dengan melakukan
pembagian kerja pada tiap shift yaitu
untuk setiap ruangan pemeriksaan ada
satu
orang
penanggung
jawab
pelayanan. Kelima. Pengarahan patient
safety di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul tidak
dilakukan secara langsung, namun
dilakukan oleh atasan melalui rapat
bulanan. Pengarahan patient safety ini
secara umum sudah dapat dikatakan
jelas. Keenam. Pengawasan patient
safety di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul adalah
pengawasan regressif yaitu pengawasan
setelah rencana sudah dijalankan,
dengan kata lain diukur hasil-hasil yang
71
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
dicapai dengan alat ukur standar yang
telah
ditentukan
terlebih
dahulu.
Pengawasan juga dilakukan melalui
laporan tertulis hasil pelayanan yang
terbatas pada tingkat kerusakan foto.
Pengawasan dilakukan pada saat rapat
bulanan. Ketujuh. Upaya peningkatan
mutu di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul melalui
pelatihan, pengembangan karir melalui
izin
belajar
untuk
meningkatkan
kompetensi,
dan
adanya
layanan
keluhan melalui SMS.
(Dalam
Praktik
Kedokteran).
Yogyakarta. Kanisius )
Departemen Kesehatan RI. 1999.
Rencana Pembangunan Bidang
Kesehatan 2010
.
2006. Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Elvia, Z. Evaluasi Program Keselamatan
Pasien di IGD Rumah Sakit Umum
Persahabatan. Tesis, Universitas
Gajah Mada.
Akhadi, M., 2000. Dasar-dasar Proteksi
Radiasi. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Ghufron, A. 2007, Strategi terkini
Peningkatan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan,
Konsep
dan
Implementasi,
Pusat
Pengembangan
Sistem
Pembiayaan
dan
Manajemen
Asuransi/Jaminan
kesehatan
Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada.
Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan
kesehatan Perspektif Internasional.
Jakarta. EGC
Handoko, H. 2003. Manejemen Edisi 2.
Yogyakarta.
Balai
Penerbit
Fakultas Ekonomi UGM (BPFE).
Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan dan
Motivasi
Perawat
Yang
Mempengaruhi Sikap Mendukung
Penerapan Program Patient Safety
Di Instalasi Perawatan Intensif
RSUD Dr Moewardi Surakarta
Tahun 2008. Tesis, Universitas
Diponegoro
Hartono, B. 2006. Pelayanan Kesehatan.
Jakarta. Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tj. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta. UI
press
Awangga, N. Suryaputra.2007. Desain
Proposal Penelitian. Yogyakarta.
Pyramid Publisher.
Cahyono, B,S. 2008. Membangun
Budaya Keselamatan pasien
Herlambang,S dan Muwarni,A. 2012.
Cara
Mudah
Memahami
Manajemen Kesehatan dan Rumah
Sakit. Yogyakarta. Gosyen.
Hikmah, S. 2008. Persepsi Staf
Mengenai Patient Safety di
Instalasi
Rawat
Darurat
(IRD)RSUP Fatmawati Tahun
2008.
Skripsi,
Universitas
Indonesia.
72
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 8. No. 1 Januari 2012
Iskandar,
E.
2011.
Penerapan
Keselamatan
Pasien
Di
Pelayanan Radiologi [Internet}.
Pekan Baru. Tersedia dalam:
http://cafe-radiologi.blogspot.
Com (Diakses 06 Januari 2011)
Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir Nomor 8. 2011.
Keselamatan Radiasi Dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi
Diagnostik
Dan
Intervensional
.
2011. Mengenal Radiasi.
[Internet}. Pekan Baru. Tersedia
dalam:
http//cafe-radiologi.
blogspot.com [Diakses 06 Januari
2011]
Sabarguna, B. 2006. Sistem Bantu
Keputusan Untuk Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 129/Menkes
/SK/II/2008. Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Kumala,P. 1999. Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta. EGC
Manullang.
2004.
Dasar-dasar
Manajemen. Yogyakarta. Gajah
Mada Univ. Press.
Muchlas, M. 2005. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta. MMRM UGM.
Nikko.
2008.
Materi
Workshop
Keselamatan
Pasien
dan
Manajemen Resiko. Cipanas.
Gramedia.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta
. 2007. Sistem bantu keputusan
untuk Radiologi dan Laboratorium
Rumah sakit. Cetakan ke-1.
Yogyakarta. Konsorsium Rumah
sakit Islam Jateng-DIY.
Saryono. 2009.
Kualitatif
Kesehatan.
Medika.
Metode Penelitian
dalam
Bidang
Yogyakarta. Nuha
Subargus, A. 2007. Proaktivitas Dalam
Mencegah
Beban
Radiasi
Terhadap Pasien Di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit. Naskah
Disampaikan Dalam Workshop
Risk Management,Yogyakarta.
Sugiyono,. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung. Alfabeta.
.
2010. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
73
Download