JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 ANALISIS MANAJEMEN PATIENT SAFETY DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2011 Oleh : Luthfia Daud10 dan Hariza Adnani11 ABSTRACT Background : Level of film damage in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital was din’t complete standard service minimal up to > 2%. The damage of photograph cause examination. Reexamination at January-Mey 2011 is 61case. Reexamination was cause by less carefully officer and restrictiveness of instrument. Reexamination can cause dangerous emission of radiation to patient. This statement is not purpose with mission Instalation of Radiology that “Give radiagnostic service purpose with standard operasional procedure that was decided to always consider as most important radiation protected with safety and pleasure to patient”. Objective : The purpose of this research is describe patient safety management to increase quality service effort in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital 2011. Method : The type of this research is descriptive qualitative method with cross sectional. Collected data with observation helped by checklist and interview by research subject is 4 functionary and 3 informan. This research done April-Mei 2011. Conclusion : patient safety management in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital has some resistant that restrictiveness of instrument, human error, standard operational procedure (SOP) that wasn’t optimum. Calibration has suitable to condition. Patient safety planning in Instalation of Radiology Panembahan Senopati Hospital is standing planning. Patient safety organizationing in Instalation of Radiology to still repaired because account patient safety was not yet. Patient safety actuating did every month and it controlling is regressif controlling. Keywords : Management, Patient Safety, Quality Service, Instalation of Radiology. 10 Mahasiswa STIKES Surya Global Yogyakarta Pengajar STIKES Surya Global Yogyakarta 11 58 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang ikut berperan serta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena itu untuk tercapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi rumah sakit selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik melalui upaya peningkatkan mutu pelayanan. Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit merupakan sebuah gerakan yang universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma ”kualitas” ke arah paradigma baru ”kualitaskeselamatan”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tetapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus menerus (Hartono, 2006). Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada 5 (lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan bila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien (patient safety) merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan (Depkes RI, 2006). SURYA MEDIKA Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2006). Patient safety di rumah sakit menjadi perhatian yang serius pada pelayanan kesehatan. Hal ini mengemuka sejak Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan pada tahun 2000 yang berjudul “To err is human, building a safer health system”. Laporan tersebut mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado kejadian tidak diharapkan (KTD) disebabkan oleh kesalahan medis sebanyak 2,9 % di mana 6,6% di antaranya meninggal. Sedangkan di New York sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%. WHO pada tahun 2004 mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6% . Data-data tersebut menjadi pemicu berbagai negara untuk segera melakukan penelitian dengan pengembangan SKP (Sistem Keselamatan Pasien) (Depkes RI, 2006). Rumah sakit di Indonesia sejak dicanangkannya “Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit” oleh Menteri Kesehatan pada 21 Agustus 2005 mulai giat-giatnya melaksanakan program peningkatan mutu yang berbasis pada keselamatan pasien. Di Indonesia, mutu 59 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 pelayanan dan keselamatan pasien disebutkan secara eksplisit dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, antara lain melalui uji kompetensi tenaga kesehatan, kendali mutu, pelayanan sesuai standar dan audit medis, sarana dan prasarana serta SDM kesehatan harus terstandarisasi. Sementara itu, di Indonesia sosialisasi serta pelatihan mutu dan keselamatan pasien telah dilakukan secara aktif oleh pemerintah dan institusi lainnya sejak tahun 2005. Instalasi Radiologi merupakan salah satu bagian pelayanan rumah sakit juga perlu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya. Selama ini instalasi radiologi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan radiasi pengion dan non pengion sangat terarah pada keselamatan terhadap radiasi karena diketahui pemakaian radiasi pengion mengandung resiko bila digunakan tanpa mengikuti dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Hasil survei pada tanggal 27 Desember 2011 dari rekapitulasi komplain melalui sms centre RSUD Panembahan Senopati Bantul diperoleh informasi bahwa terdapat keluhan pada pelayanan radiologi yaitu pasien mengeluh karena pemeriksaan radiologi dilakukan berulang. Pemeriksaan berulang terjadi karena ada kerusakan hasil foto dan menurut salah satu petugas di instalasi radiologi bahwa tingkat kerusakan foto itu sering terjadi dan belum sesuai dengan standar yaitu tidak boleh > 2% (Kepmenkes No. 129, 2008). Berdasarkan data kerusakana film atau foto bulan Januari-Mei 2011 diketahui jumlah kerusakan film di Instalasi radiologi rata-rata tiap bulannya adalah sejumlah 61 kasus. Pemeriksaan berulang disebabkan oleh petugas yang kurang teliti dan keterbatasan alat. Keterbatasan alat di sini yaitu alat yang SURYA MEDIKA masih manual serta belum adanya CTScan dan ini belum sesuai dengan standar peralatan yang harus ada di instalasi radiologi untuk rumah sakit tipe B pendidikan seperti RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data keluhan pasien tersebut sangat berhubungan dengan keselamatan pasien (patient safety), dimana pemeriksaan berulang dapat menyebabkan risiko dosis radiasi yang diterima pasien akan meningkat dan membahayakan pasien. (Subargus, 2007). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Manajemen Patient Safety dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul” Adapun permasalahan yang diteliti dan dirumuskan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah manajemen patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul? ” TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan manajemen patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di instalasi radiologi; untuk mendeskripsikan patient safety di Instalasi radiologi; untuk mendeskripsikan sarana manajemen patient safety yaitu manusia, finansial, material, metode dan mesin di Instalasi radiologi; untuk mendeskripsikan perencanaan patient safety yang dilakukan di instalasi radiologi ; untuk mendeskripsikan pengorganisasian yang dilakukan di instalasi radiologi; untuk mendeskrip-sikan pengarahan patient safety yang dilakukan di Instalasi. 60 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 radiologi; untuk mendeskripsikan pengawasan patient safety yang dilakukan di instalasi radiologi dan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan mutu pelayanan di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat (Saryono, 2010). SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah 4 (empat) orang petugas pelaksana. Untuk informan dalam hal ini adalah kepala instalasi radiologi, 1 (satu) orang penanggung jawab quality control dan kamar gelap, dan 1 orang penanggung jawab teknik radiasi dan kemahasiswaan. Berikut adalah tabel subyek dan informan peneitian : Tabel 1 Subyek Dan Informan Penelitian No Subyek Penelitian dan informan Jumlah 1. Kepala Radiologi (Informan 1) 1 orang 2. Penanggung Jawab a. Quality contol dan kamar gelap (Informan 2) b. Teknik Radiasi dan Kemahasiswaan (Informan 3) 1 orang 1 orang 4. Pelaksana pelayanan radiologi (pelaksana 1, pelaksana2, pelaksana3, dan pelaksana 4) Jumlah 4 orang Keterangan dr. spesialis radiologi yang bertugas melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan diagnostik dan bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional dan administrasi radiologi. Bertanggung jawab dalam pemprosesan film dan pengendalian mutu pelayanan Bertanggung jawab atas pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi dan pelaksanaan pembimbingan mahasiswa praktek. Melaksanakan semua tindakan radiografi. 7 orang Sumber: Data Sekunder job desk di Instalasi Radiologi Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah manajemen patient safety dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang meliputi sarana manajemen dan fungsi manajemen. Sarana manajemen terdiri dari sumber daya manusia, finansial, bahan, alat dan cara. Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2011. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan mulai April 2011 sampai Mei 2011. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : wawancara., observasi dan dokumen. Wawancara yang dimaksud adalah wawancara 61 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 semiterstruktur atau wawancara mendalam. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif dengan cara datang ke instalasi radiologi dan mengamati serta mencatat dengan bantuan checklist yang berisi informasi terkait manajemen patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengumpulan data dokumen merupakan pengumpulan data-data sekunder yang meliputi: studi pustaka dengan cara mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Kemudian data dari rumah sakit berupa data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki subyek penelitian (Sugiyono, 2010). Selain peneliti sebagai instrument penelitian juga dibantu dengan instrument pendukung seperti: check list, tape recorder/ alat perekam, panduan wawancara, kamera dan alat tulis. SURYA MEDIKA ke lapangan melakukan pengamatan ulang. Uji kredibilitas data hasil penelitian kualitatif juga dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara lalu di cek dengan observasi dengan check list dan dokumentasi. METODE ANALISIS DATA Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. HASIL PENELITIAN Deskripsi Subyek dan Informan Deskripsi subyek dan informan dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut: PENGUJIAN KEABSAHAN DATA Dalam pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas (credibility) data dengan melakukan perpanjangan pengama-tan, peningkatan ketekunan dalam penelitian triangulasi.. Perpanjangan pengamatan dilakukan jika hasil yang diperoleh kurang dipercaya. Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan kembali 62 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 No. Subyek dan Informan JK Usia (th) Pendidikan Lama Bekerja 1. Kepala In-stalasi Ra-diologi L 48 dr.Sps Rad 15 Th 2. Penanggung Jawab Quality contol dan kamar gelap Penanggung Jawab Tek-nik Radiasi dan kemaha-siswaan Pelaksana 1 Pelaksana 2 Pelaksana 3 Pelaksana 4 L 38 D IV Radiografer 9 Th L 36 D III Radiografer 9 Th L P P P 28 25 25 25 D III Radiografer D III Radiografer D III Radiografer D III Radiografer 3 Th 3 Th 3 Th 3 Th 3. 4. 5. 6. 7. Sumber : Data Primer Olahan, 2011 Patient Safety Patient Safety di instalasi radiologi adalah terkait dengan keselamatan radiasi karena instalasi radiologi adalah pelayanan bidang radiasi, sesuai dengan yang diungkapkan oleh dua orang untuk menciptakan pelayanan yang aman “ . . .melaksanakan pelayanan sesuai SOP yang ada. Eumh, misalnya melakukan penyinaran dengan mengikuti posedur yang ada. sesuai luas penyinaran menggunakan papan kondisi eksposi dan emmm serendah mungkin radiasi yang diterima oleh pasien” (Pelaksana 1). “ Karena kita kan kerjanya di bidang radiasi ya ,kalo bisa sih emh menggunakan radiasi jangan sembarangan intinya tuh jangan sering melakukan pengulangan foto, radiasinya diturunkan. . .” (Pelaksana 3) Dari pernyataaan tersebut dapat diartikan bahwa patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu pelayanan sudah sesuiai SOP (Standart Operating procedure) dan terbatas keselamatan pasien akan sinar radiasi yang merugikan yaitu radiasi berlebih akibat adanya pengulangan foto yang disebabkan kerusakan foto, seperti hasil pemeriksaan yang kurang jelas sehingga sulit dibaca. Tingkat kerusakan foto di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul belum memenuhi standar yaitu > 2%. Hal ini berdasarkan pernyataan dari penanggung jawab teknik radiografi dan kemahasiswaan “..di sini tingkat kerusakan fotonya lebih dari 2%, itu tiap bulannya tidak pasti, ya fluktuatif, kadang pernah sampai 3%..” (Informan 3) Pengulangan foto juga terkadang disebabkan karena human eror dari pelaksana pelayanan radiologi seperti dokter pengirim meminta foto clavicula tetapi dalam pelaksanaan pelayanan yang mendapat perlakuan foto adalah thorax. Sarana Manajemen SDM di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul apabila dilihat berdasarkan personil yang bekerja di fasilitas radiasi maka SDM di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri dari seorang spesialis radiologi, seorang PPR (Petugas Proteksi Radiasi), 8 orang radiografer. seorang spesialis radiologi (dokter spesialis radiologi) yang bertugas melakukan ekspertise atau pembacaan, seorang PPR bertugas mengawasi radiasi di Instalasi radiologi, dan 8 orang radiografer bertugas melakukan pelayanan untuk pasien di Instalasi Radiologi. Dalam kebijakan finansial yang menyangkut money (uang) semua ditentukan oleh bagian manajemen Rumah Sakit berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh kepala Instalasi Radiologi “..Kalo kebijakan finansial khusus untuk patient safety tidak ada, itu dari anu bukan dari direktur rumah sakit tapi dari kita, jadi itu stiker-stiker itu kita dapat 63 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 dari anu organisasi profesi maupun dari dari BAPETEN, untuk pasien misal obat-obat dari rumah sakit , untuk petugasnya ada, namanya tunjangan radiasi namanya tunjangan bahaya saja, kebijakan finanasial secara umum sih oleh pihak manajemen rumah sakit” (Informan 1) Materials (Bahan) yang digunakan sebagai sarana manajemen patient safety di Instalasi Radiologi di antaranya adalah stiker tanda pengingat bahaya radiasi tiap ruangan, obat-obatan untuk mengatasi shock. dan tanda peringatan untuk ibu hamil. Machine (Alat) yang digunakan di Instalasi Radiologi sebagai alat pemeriksaan adalah Satu unit pesawat rontgen merk Siemens Ergophos 4, Satu unit pesawat rontgen mobil unit merk Siemens Multimobil 2,5, Satu unit pesawat rontgen mobil unit merk GE, Satu unit pesawat Panoramik/Cephalometry Orthoslice merk Trophy. Semua alat sudah memenuhi syarat izin pemanfaaatan tenaga nuklir. Kalibrasi alat juga sudah dilakukan secara rutin yaitu tiap satu tahun sekali. Kalibrasi dilakukan oleh pihak IPSRS selain itu juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Sardjito. Terkadang kalibrasi juga dilakukan oleh BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan) Surabaya. Hal ini dilakukan karena RSUD ini tidak mempunyai alatnya. Dari sisi kelengkapannya peralatan di instalasi Radiologi belum memenuhi standar pelayanan minimal Rumah Sakit Tipe B Pendidikan karena peralatan belum lengkap dan masih manual. Selain alat pemeriksaan, di Instalasi Radiologi juga tersedia alat gawat darurat semisal satu tabung alat pemadam kebakaran. Methods (cara) yang dilakukan di Instalasi Radiologi untuk mewujud-kan pelayanan yang aman bagi pasien (patient safety) adalah semua sudah SURYA MEDIKA tercantum dalam SOP Operating Procedure). (Standart Fungsi-Fungsi Manajemen Planning (Perencanaan) patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul setiap tahunnya cenderung merupakan perencanaan tetap artinya tiap tahun memiliki perencanaan yang sama. Perencanaan tetap mengenai pelayanan yang aman ini termuat dalam SOP (Standart Operating Procedure), Perencanaan patient safety di instalasi radiologi sudah dibuat sejak instalasi radiologi ini dibangun dan dari segi struktur bangunan sudah direncanakan untuk menciptakan patient safety. Instalasi radiogi di RSUD ini telah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Tenaga Nukir (BAPETEN) setelah dilakukan standarisasi oleh BAPETEN dan dinyatakan sudah memenuhi syarat proteksi radiasi. Di instalasi radiologi ini untuk Organizing (pengorganisasian) tidak ada penanggung jawab khusus untuk patient safety namun ada PPR (Petugas Proteksi Radiasi). Patient safety belum terorganisasi secara khusus di instalasi radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul karena pelayanan yang aman (patient safety) dan proteksi radiasi itu sudah menjadi satu kesatuan. Selain ada PPR pengorganisasian patient safety di Instalasi Radiologi juga dilakukan dengan pembagian jam kerja dengan sistem kerja shift yang terdiri dari tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Secara keseluruhan pelayanan yang aman merupakan tanggung jawab kepala instalasi radiologi dan kepala ruang instalasi radiologi, selain itu petugas pelaksana juga ikut bertanggung jawab. Pernyataan ini dikemukakan oleh petugas pelaksana radiologi 64 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 Actuating (Pengarahan) tentang patient safety di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul itu dilakukan pada saat rapat bulanan dan dengan cara saling mengingatkan antara petugas. Controlling (pengawasan) dilakukan pada saat rapat bulanan melalui laporan tertulis. Peningkatan Mutu Upaya yang telah dilakukan dalam peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati terkait patient safety diantaranya melalui pelatihan-pelatihan, dan biasanya dibicarakan dalam rapat bulanan. Upaya peningkatan mutu juga dilakukan melalui beberapa upaya seperti yang dikemukakan oleh penanggung jawab teknik radiologi dan kemahasiswaan yaitu melalui sms centre, bekerja sama dengan diklat menyebar kuesioner kepuasan kepada pasien sebagai pelanggan eksternal, dan evaluasi bulanan. Dalam upaya peningkatan mutu terutama terkait patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh pelaksana radiolog, yaitu pada alat dan genset seperti dikemukakan oleh dua orang pelaksana pelayanan. “..Hambatannya mungkin apa ya, mungkin dari alat ya, pasien kita kan ada banyak ya,alatnya kan harusnya kan ada CTScan juga y, pasiennya banyak kan maunya kan alatnya pake komputer kan canggih ya cepet y, kan masih manual lah istilahnya maksudnya kalo yang dirumah sakit tipe B kan alatnya lebih terfasilitasi lagi, alat udah lumayan tapi ditingkatkan lagi lebih baik” (Pelaksana 2) “Terutama alat-alatnya ya, terus yang kedua masalah listrik, kalo listrik kan ini kan karena radiologi ini kan listriknya butuh besar dayanya, Genset nya kalo bisa tuwh punya sendiri. Kalo gak kan keganggu, kadang sering kalo listrik mati kan gensetnya kan dibagi satu rumah sakit tho, ini gak kuat, suka jegleg kaya gitu, itu bikin pengulangan foto juga kan waktu nyuci kan kalo mati kan uda macet separoh gosong separuh nggak” (Pelaksana 3) Hal tersebut juga diperjelas lagi oleh kepala Instalasi Radiologi “hambatan, hambatannya hampir tidak ada, hanya untuk masalah yang seperti di radiologi tergantung dari PLN menurut saya hambatannya adalah ketidakstabilan dari PLN” (Informan 1). PEMBAHASAN Patient Safety Patient safety di instalasi radiologi sudah ada sejak instalasi radiologi dibangun yaitu tahun 2004. Salah satunya terlihat dari visi misi instalasi radiologi yaitu mewujukan pelayanan yang aman. Dari struktur bangunan sudah mempertimbangkan patient safety, hal itu dibuktikan dengan adanya perizinan dari BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), yaitu instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir (Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8, 2011). Patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pelayanan yang aman, bebas dari cedera akibat sinar radiasi sebagaimana tercantum dalam misi instalasi radiologi “Memberikan pelayanan Radiagnostik sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan dengan selalu mengutamakan azas proteksi radiasi serta keamanan dan kenyamanan pasien”. Ini sesuai dengan pengertian patient safety Patient safety menurut IOM (Institute Of Medicine) adalah 65 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 layanan yang tidak mencederai pasien atau merugikan pasien (Cahyono, 2008). Hal ini berarti bahwa patient safety di instalasi radiologi lebih terfokus pada keselamatan pasien akan paparan sinar radiasi karena pelayanan radiologi merupakan pelayanan dalam bidang radiasi. Paparan radiasi adalah adalah penyinaran radiasi yang diterima oleh manusia atau materi, baik disengaja atau tidak dan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. (Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8, 2011). Dalam buku pedoman keselamatan pasien Depkes RI Tahun 2006 patient safety dipaparkan secara umum untuk rumah sakit sehingga indikator nya lebih luas, dan ini sebenarnya dapat diterapkan di instalasi radiologi namun hal ini belum diterapkan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul secara optimal dikarenakan Instalasi Radiologi lebih terfokus pada keselamatan radiasi sehingga indikator patient safety di instalasi radiologi adalah paparan radiasi yang merugikan. Radiasi yang merugikan ini salah satunya disebabkan oleh adanya tindakan pengulangan foto akibat kerusakan foto. Kerusakan foto merupakan hasil foto yang tidak jelas sehingga sulit dibaca saat dilakukan diagnosa. Tingkat kerusakan foto yang terjadi di Instalasi Radiologi belum memenuhi standar yaitu masih >2% (lebih dari dua persen), di mana standar pelayanan untuk kerusakan foto menurut Kepmenkes Nomor: 129/Menkes /SK/II/2008 yaitu < 2%. Kerusakan foto disebabkan oleh human eror dan keterbatasan prasarana. Human Eror yang terjadi akibat persepsi petugas yang memandang bahwa pelayanan SURYA MEDIKA yang sesuai SOP itu terlalu rumit, sehingga tidak jarang pelayanan yang diberikan tidak sesuai SOP. Hal ini didukung oleh kebiasaan subyek penelitian yang bekerja tanpa SOP selama bertahun-tahun dapat berjalan dengan lancar Pengalaman kerja yang lama membentuk kebiasaan di dalam diri masing-masing personal. Keterbata-san sarana di antaranya adalah pada keterbatasan alat, alat yang ada masih manual. Hal ini menunjukan bahwa di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul diperlukan upaya peningkatan mutu pelayanan. Sarana Manajemen Patient Safety Instalasi Radiologi RSUD Penembahan Senopati Bantul terdiri dari 13 (tiga belas) orang SDM. Apabila dilihat dari struktur organisasi dan uraian job desk diketahui bahwa kompetensi SDM di Instalasi Radiologi RSUD sudah sesuai dengan standar. Sesuai dengan standar di sini maksudnya adalah bahwa pelayanan radiologi dilakukan oleh radiografer dan ekspertise atau pembacaan hasil radiologi dilakukan oleh ahli radiolog yaitu dokter spesialis radiologi. Dalam hal ini petugas radiologi dapat dikatakan sudah memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan sehingga mendukung terwujudnya pelayanan yang aman bagi pasien. Namun bukan berarti tidak perlu ditingkatkan lagi karena kompetensi yang dimiliki setiap petugas radiologi itu masih perlu ditingkatkan mengingat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya peningkatan mutu terkait SDM dilakukan melalui pelatihan, seminar dan kesempatan belajar untuk memperluas karirnya. Seperti terlihat bahwa ada dua orang petugas radiologi yang juga sedang melanjutkan pendidikannya yaitu koordinator radiografer dan satu orang pelaksana 66 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 radiologi. Koordinator radiografer sedang melanjutkan kuliah D IV dan satu orang nya lagi tengah menyelesaikan kuliah S 1 Kesehatan Masyarakat. Dalam tujuh standar patient safety kriteria untuk standar satu yaitu hak pasien adalah harus ada dokter penanggung jawab pelayanan dan dokter membuat rencana pelayanan (Depkes RI, 2006). Dokter penanggung jawab pelayanan yaitu dokter spesialis radiologi yang juga merupakan kepala Instalasi Radiologi sudah ada, sehinga sudah sesuai dengan salah satu kriteria standar keselamatan pasien (patient safety). Kebijakan finansial di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul semuanya tergantung kepada bagian manajemen. Instalasi Radiologi hanya sebatas mengajukan permohonan dan untuk penentuan kebijakan sepenuhnya tergantung kepada manajemen rumah sakit. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasil wawancara kepada petugas pelaksana pelayanan di instalasi radiologi tentang bahan yang digunakan sebagai sarana manajemen patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul di antaranya adalah tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi tiap ruangan, obat-obatan untuk mengatasi shock, dan lampu pengingat radiasi. Dinyatakan oleh kepala ruang instalasi radiologi bahwa instalasi radiologi belum memiliki tabung oksigen. Data yang diperoleh ini didukung dengan hasil observasi dengan menggunakan checklist yang menunjukan tersedia bahan sebagai sarana manajemen patient safety. Berdasarkan hasil observasi, tanda radiasi berupa poster ditempel pada tiap pintu masuk setiap ruangan. Tanda peringatan bahaya radiasi berupa poster yang ditempel di depan pintu masuk tiap ruang pemeriksaan berisi SURYA MEDIKA keharusan untuk ibu hamil melapor kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan. Poster tanda radiasi dan poster bahaya radiasi ini sudah sesuai dengan kriteria yang terdapat pada peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor 8 tahun 2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensional yaitu : tanda Radiasi harus dipasang pada pintu ruangan Pesawat Sinar-X dan poster peringatan bahaya Radiasi harus dipasang di dalam ruangan pesawat sinar-X, yang memuat tulisan ”WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER” (Peraturan KaBAPETEN Nomor 8, 2011). Selain tanda radiasi dan tanda peringatan bahaya radiasi Lampu peringatan bahaya radiasi terletak di setiap pintu masuk ruang pemeriksaan bagian atas dengan cara kerja apabila lampu menyala menandakan ada tindakan pemeriksaan sehingga pintu tidak boleh dibuka sebelum lampu mati supaya tidak terjadi kebocoran radiasi. Berdasarkan hasil observasi fungsi lampu peringatan radiasi tidak optimal karena ada lampu pada salah satu ruang pemeriksaan selalu hidup dan pada salah satu pintu yang lain tidak pernah menyala. Peralatan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri dari 4 alat yaitu satu unit pesawat rontgen merk Siemens Ergophos 4, satu unit pesawat rontgen mobil unit merk Siemens Multimobil 2,5, satu unit pesawat rontgen mobil unit merk GE, satu unit pesawat Panoramik/Cephalometry Orthoslice merk Trophy. Alat sebagai sarana manajemen patient safety dinilai dari beberapa indikator di antaranya jumlah, kualifikasi dan kalibrasi (Cahyono, 2008). 67 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 Jumlah dan kualifikasi alat di instalasi radiologi belum memenuhi standar, karena ada salah satu alat yang sudah berumur lama yaitu sejak tahun 1987 dan ada satu alat baru yang kurang baik operasionalnya. Alat yang ada di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul saat ini masih merupakan peralatan manual. Salah satu standar peralatan yang belum terpenuhi di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagai rumah sakit tipe B Pendidikan adalah belum ada alat CT-Scan. Keterbatasan alat menjadi salah satu hambatan untuk meningkatkan mutu pelayanan, sehingga alangkah lebih baiknya ada peningkatan kelengkapan alat mengingat bahwa RSUD Panembahan Senopati merupakan rumah sakit tipe B pendidikan sehingga alat yang lebih baik di butuhkan untuk meningkatkan mutu pelayanan karena alat yang baik juga berpengaruh terhadap hasil foto yang baik sehingga dapat menurunkan kejadian pengulangan foto dan mengurangi paparan radiasi terhadap pasien. Input yang baik telah sesuai standar dapat mendukung kelancaran proses sehingga dapat melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan standar keselamatan dan tujuan dapat tercapai yaitu tercipta keselamatan pasien (patient safety) yang merupakan langkah kritis pertama untuk meningkatkan mutu pelayanan (Cahyono, 2008). Kalibrasi alat sudah dilakukan secara rutin yaitu sekali setiap tahun. Hal ini didukung oleh hasil observasi dengan adanya surat keterangan pengujian kesesuaian pesawat sinar X. Selain alat pemeriksaan yang aman, alat sebagai sarana manajemen patient safety juga dilihat dari ketersediaan alat gawat darurat (Sabarguna, 2006). Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah SURYA MEDIKA tersedia alat gawat darurat terkecuali tabung oksigen. Alat gawat darurat yang terdapat di instalasi radiologi berupa alat pemadam api yang berjumlah satu tabung dengan tabung berwarna merah dan di tempel pada salah satu dinding di instalasi radiologi. Fungsi-fungsi Manajemen Patient Safety Perencanaan patient safety adalah serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam hal ini keselamatan pasien (patient safety). Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam upaya peningkatan mutu pelayanan perencanaan patient safety nya sudah tercantum dalam SOP, karena itu termasuk jenis perencanaan tetap (standing plan), merupakan pendekatanpendekatan standar untuk penanganan yang dapat diperkirakan dan terjadi berulang-ulang (Handoko, 2003). Wujud umum perencanaan tetap di Instalasi Radiologi adalah prosedur. Rencana tetap digunakan karena situasisituasi yang sama ditangani secara konsisten sehingga lebih efisien. Dalam SOP sudah terdapat perencanaan mengenai patient safety diantaranya seperti SOP untuk penangangan Shock, SOP penyuntikan bahan kontras radiografi, pembuatan jadwal dinas. Data yang diperoleh ini juga didukung dengan hasil observasi dengan menggunakan check list yang menunjukan SOP mengandung prosedur untuk melakukan pelayanan yang aman namun belum tersosialisasikan secara optimal karena ada beberapa petugas yang tidak mengetahui SOP pelayanan yang aman secara menyeluruh seperti adanya prosedur untuk pelaporan apabila terjadi musibah ini dan menunjukan instalasi radiologi memiliki perencanaan untuk menciptakan 68 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 pelayanan yang aman. Selain SOP, perencanaan patient safety di Instalasi Radiologi sudah dilakukan dari mulai Instalasi Radiologi dibangun yaitu tahun 2004. Gedung instalasi radiologi direncanakan untuk menciptakan pelayanan yang aman sesuai dengan persyaratan perizinan pendirian Instalasi Radiologi. Pengorganisasian di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah cukup baik ditunjukan dengan adanya bagan struktur organisasi yang ditempel di dinding salah satu ruang Instalasi Radiologi. Struktur organisasi menunjukan bahwa di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati menurut pola hubungan kerja, serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab termasuk dalam bentuk organisasi garis. Ini sesuai dengan ruang lingkup Instalasi Radiologi terbilang kecil, jumlah petugas yang sedikit dan saling mengenal. Dari struktur organisasi yang ada di Instalasi radiologi belum menunjukan secara jelas adanya penanggung jawab patient safety. Data yang diperoleh ini didukung dengan hasil observasi dengan menggunakan checklist yang menunjukan belum ada penanggung jawab khusus patient safety. Instalasi radiologi memiliki petugas pengawas radiasi atau sering disebut PPR (Petugas Proteksi Radiasi) untuk menciptakan pelayanan yang aman. Kewenangan tersebut dipegang oleh koordinator radiografer. PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi (Peraturan Ka-BAPETEN Nomor 8, 2011). PPR Instalasi Radiologi memiliki kualifikasi di antaranya adalah seorang radiografer dan sudah memilki SIB (Surat SURYA MEDIKA Izin Bekerja) melalui pelatihan yang diadakan oleh BAPETEN. Di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul ada beberapa radiografer yang sudah memiliki SIB termasuk koordinator radiografer. Jadi, meskipun hanya satu orang yang ditunjuk sebagai PPR, pengawasan radiasi bisa dilakukan oleh pelaksana yang lainnya di bawah pengetahuan PPR yang memang sudah memiliki kewenangan. Untuk penanggung jawab pelayanan yang aman secara umum langsung dipegang oleh kepala Instalasi Radiologi dan Koordinator Radiografer. Uraian pekerjaan apabila dibandingkan dengan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembagian kerja di lapangan sudah cukup sesuai meskipun belum maksimal. Hal ini dikarenakan koordinator radiografer sedang izin kerja untuk menjalani tugas belajar sehingga untuk sementara tugas dan kewajiban koordinator diserahkan kepada penanggung jawab quality control dan kamar gelap yang juga merupakan kepala ruang Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul. Selain ada PPR, pengorganisasian patient safety di Instalasi Radiologi juga dilakukan dengan pembagian jam kerja dengan sistem kerja shift yang terdiri dari tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Sistem kerja shift ini dimaksudkan untu mencegah terjadinya kelelahan kerja sehingga diharapkan dapat mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan dalam proses pelayanan. Pembagian kerja secara shift sudah cukup baik dengan adanya jadwal pergantian petugas. Dalam pengkajian patient safety jadwal pergantian petugas merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kebingungan dalam melakukan pelayanan. Berdasarkan hasil observasi 69 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 dengan menggunakan check list yang menunjukan bahwa jadwal pergantian petugas di instalasi radiologi belum dilengkapi dengan catatan pergantian antar petugas karena untuk pekerjaan yang belum selesai masih dikomunikasikan antar petugas secara langsung tidak melalui catatan. Dalam pengkajian patient safety, catatan pergantian antar petugas sangat penting karena merupakan salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya tindakan kesalahan dan sebagai alat pengingat (Sabarguna, 2006). Selain sistem kerja shift, pembagian beban kerja dilakukan dengan melakukan pembagian kerja pada tiap shift yaitu untuk setiap ruangan pemeriksaan ada satu orang penanggung jawab pelayanan. Pengarahan patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul tidak dilakukan secara langsung saat kegiatan, namun dilakukan oleh atasan melalui rapat bulanan. Di Instalasi Radiologi tidak dilakukan pengarahan secara langsung karena sudah adanya SOP, dan kegiatan pelayanan dilakukan oleh karyawan yang kompetensinya sudah sesuai standar sehingga pengarahan langsung dirasa tidak perlu dilakukan. Pengarahan patient safety ini secara umum sudah dapat dikatakan jelas dengan melihat situasi di Instalasi Radiologi yang cukup kondusif dan para petugas cukup mengerti dengan pengarahan yang selama ini dilakukan di instalasi radiologi meskipun hanya melalui rapat bulanan. Pengawasan (controlling) patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pengawasan regressif yaitu pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat ukur standar yang telah ditentukan terlebih dahulu SURYA MEDIKA (Manullang, 2004). Pengawasan juga dilakukan melalui laporan tertulis. Pengawasan dilakukan pada saat rapat bulanan. Dalam rapat bulanan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap hasil pelayanan yang berupa laporan tertulis mengenai jumlah foto yang rusak. Hasil pelayanan tersebut dibandingkan dengan standar pelayanan minimal yaitu kerusakan foto < 2% (Depkes RI, 2006). Apabila belum sesuai standar maka dibuat rencana untuk melakukan perbaikan agar hasil pelayanan dapat mencapai standar yang telah ditentukan atau lebih baik dari standar yang telah ada. Laporan tertulis yang merupakan hasil pelayanan untuk digunakan sebagai bahan pengawasan di Instalasi Radiologi masih terbatas pada laporan foto yang rusak untuk pengawasan lainnya masih dilakukan melalui laporan lisan pada rapat bulanan. Peningkatan Mutu Upaya peningkatan mutu yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pelatihan, pengembangan karir melalui izin belajar untuk meningkatkan kompetensi, dan adanya layanan keluhan melalui sms. Upaya peningkatan mutu sudah ada namun belum optimal. Hal ini disebabkan terbatasnya pengambilan keputusan karena kebijakan tergantung pada pihak manajemen rumah sakit, misalnya untuk peningkatan mutu dari sisi pengembangan alat, instalasi radiologi terbatas sampai mengajukan, untuk keputusan pengadaan ada pada wewenang manajemen rumah sakit. Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah memiliki input yaitu sarana manajemen yang sudah memenuhi standar, namun ada beberapa yang belum sesuai seperti 70 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 8. No. 1 Januari 2012 kelengkapan alat sehingga proses yaitu fungsi manajemen yang mendukung proses pelayanan juga mengalami hambatan. Alat yang belum memenuhi standar meningkatkan beban kerja sehingga human eror dari petugas radiologi saat proses pelayanan dapt terjadi dan mengakibatkan kejadian pengulangan. Pengulangan foto yang terjadi berarti menambah paparan radiasi terhadap pasien sehingga apabila terus terjadi dapat membahayakan bagi pasien dan output yaitu patient safety sebagai tujuan tidak tercapai. Tingkat pengulangan foto dapat dilihat dari jumlah kerusakan foto. Standar jumlah kerusakan foto berdasarkan standar pelayanan minimal dari Depkes RI Tahun 2006 adalah < 2% Di Instalasi Radiologi Panembahan Senopati Bantul jumlah kerusakan foto pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret Tahun 2011 belum sesuai standar ( masih > 2% ). Upaya peningkatan mutu harus selalu diupayakan supaya dapat memenuhi kondisi terbaik atau standar sehingga diharapkan dengan proses yang diberikan telah sesuai dengan standar dan didukung dengan input terstandarisasi, secara umum akan membuahkan pelayanan yang aman (Cahyono, 2008). KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambli dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama. Patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pelayanan yang aman, bebas dari cedera akibat paparan sinar radiasi yang merugikan. Tingkat kerusakan foto yang terjadi di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul belum sesuai standar pelayanan minimal yaitu > 2% Kedua. Sarana manajemen patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati SURYA MEDIKA Bantul yang mencakup 5M sudah dapat dikatakan memenuhi standar keselamatan pasien serta mendukung manajemen yang efektif dan efisien. Ketiga. Perencanaan patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan perencanaan yang tetap sejak instalasi radiologi dibangun yaitu dengan mempertimbangkan bangunan yang menjamin keamanan bagi pasien. Perencanaan yang tetap tentang pelayanan yang aman juga termuat dalam SOP, akan tetapi tidak semuanya diketahui oleh petugas pelaksana pelayanan. Keempat. Dari struktur organisasi yang ada di instalasi radiologi belum menunjukan secara jelas adanya penanggung jawab patient safety namun instalasi radiologi memilik petugas pengawas radiasi atau sering disebut PPR (Petugas Pengawas Radiasi) di mana kewenangan tersebut dipegang oleh koordinator radiografer. Selain ada PPR. pengorganisasian patient safety di Instalasi Radiologi juga dilakukan dengan pembagian jam kerja dengan sistem kerja shift yang terdiri dari tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Selain sistem kerja shift, pembagian beban kerja dilakukan dengan melakukan pembagian kerja pada tiap shift yaitu untuk setiap ruangan pemeriksaan ada satu orang penanggung jawab pelayanan. Kelima. Pengarahan patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul tidak dilakukan secara langsung, namun dilakukan oleh atasan melalui rapat bulanan. Pengarahan patient safety ini secara umum sudah dapat dikatakan jelas. Keenam. Pengawasan patient safety di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pengawasan regressif yaitu pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan kata lain diukur hasil-hasil yang 71 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 dicapai dengan alat ukur standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Pengawasan juga dilakukan melalui laporan tertulis hasil pelayanan yang terbatas pada tingkat kerusakan foto. Pengawasan dilakukan pada saat rapat bulanan. Ketujuh. Upaya peningkatan mutu di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul melalui pelatihan, pengembangan karir melalui izin belajar untuk meningkatkan kompetensi, dan adanya layanan keluhan melalui SMS. (Dalam Praktik Kedokteran). Yogyakarta. Kanisius ) Departemen Kesehatan RI. 1999. Rencana Pembangunan Bidang Kesehatan 2010 . 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Elvia, Z. Evaluasi Program Keselamatan Pasien di IGD Rumah Sakit Umum Persahabatan. Tesis, Universitas Gajah Mada. Akhadi, M., 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta. PT Rineka Cipta. Ghufron, A. 2007, Strategi terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Konsep dan Implementasi, Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen Asuransi/Jaminan kesehatan Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan kesehatan Perspektif Internasional. Jakarta. EGC Handoko, H. 2003. Manejemen Edisi 2. Yogyakarta. Balai Penerbit Fakultas Ekonomi UGM (BPFE). Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. Tesis, Universitas Diponegoro Hartono, B. 2006. Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tj. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta. UI press Awangga, N. Suryaputra.2007. Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta. Pyramid Publisher. Cahyono, B,S. 2008. Membangun Budaya Keselamatan pasien Herlambang,S dan Muwarni,A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Yogyakarta. Gosyen. Hikmah, S. 2008. Persepsi Staf Mengenai Patient Safety di Instalasi Rawat Darurat (IRD)RSUP Fatmawati Tahun 2008. Skripsi, Universitas Indonesia. 72 JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 8. No. 1 Januari 2012 Iskandar, E. 2011. Penerapan Keselamatan Pasien Di Pelayanan Radiologi [Internet}. Pekan Baru. Tersedia dalam: http://cafe-radiologi.blogspot. Com (Diakses 06 Januari 2011) Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8. 2011. Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional . 2011. Mengenal Radiasi. [Internet}. Pekan Baru. Tersedia dalam: http//cafe-radiologi. blogspot.com [Diakses 06 Januari 2011] Sabarguna, B. 2006. Sistem Bantu Keputusan Untuk Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes /SK/II/2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Kumala,P. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. EGC Manullang. 2004. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta. Gajah Mada Univ. Press. Muchlas, M. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. MMRM UGM. Nikko. 2008. Materi Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko. Cipanas. Gramedia. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta . 2007. Sistem bantu keputusan untuk Radiologi dan Laboratorium Rumah sakit. Cetakan ke-1. Yogyakarta. Konsorsium Rumah sakit Islam Jateng-DIY. Saryono. 2009. Kualitatif Kesehatan. Medika. Metode Penelitian dalam Bidang Yogyakarta. Nuha Subargus, A. 2007. Proaktivitas Dalam Mencegah Beban Radiasi Terhadap Pasien Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit. Naskah Disampaikan Dalam Workshop Risk Management,Yogyakarta. Sugiyono,. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. . 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. 73