Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton

advertisement
2.1. Fitoplankton
Plankton merupakan organisme yang berukuran sangat renik yang
hidup melayang-layang dalam air dan memiliki kemarnpuan gerak yang
sangat lemah sehingga perpindahannya sangat dipengaruhi oleh pergerakan
massa air.
Plankton yang berukuran mikroskopis meliputi tumbuhan dan
hewan. Golongan dari tumbuhan disebut fitoplankton dan dari hewan disebut
zooplankton (Odum, 3971; Sverdrup et a/.. 1972; Nybakken, 1992; dan'
Parsons et a/., 1984).
Davis (1955) mengelompokkan fitoplankton ke dalarn 5 taxa besar
yaitu Phylum : Clorophyta (alga hijau), Cyanophyta (alga biru), Chrysophyta,
t
dan Juwana (1999)
Phyrophyta dan Euglenophyta. ~ e n u r u Rornimuhtarto
f~lum Chrysophyta
yakni
alga
kuning-hijau
meliputi
diatom
dan
coccolithophore yang paling banyak membentuk sebagian besar biomassa
fitoplankton di laut. Alga golongan ini kebanyakan bersel satu dan berukuran
mikroskopis.
Golongan fitoplankton lainnya yaitu Cyanophyta (alga biru),
Phaeophyta (alga coklat) dan Pyrophyh (dinoflagellata) memiliki kontribusi
yang lebih kecil dalam keselurutian biomassa fitoplankton di laut.
Pengelompokan plankton biasanya didasarkan pada ukuran (net dan
non-net plankton), habitat (haliplankton dan limnoplankton) dan daur hidup
(holoplankton dan meroplankton). Berdasarkan ukurannya, Nybakken (1992)
dan Lavinton (1982) mengelompokkan plankton atas ultraplankton (-= 2 pm),
nannoplankton (2-20 pm). mikroplankton (20-200 pm), makroplankton (0.2-2
m m ) dan megaplankton ( ~ mm)
2
Kandungan organik total fitoplankton bemubungan linier dengan
ukuran selnya..
Hubungan kuantitatif antara kandungan karbon dengan
volume sel berbeda antara golongan diatom dengan bukan diatom. Jumlah
kandungan karbon per unit wlurne diatom lebih kecil dibandingkan dengan
golongan fitoplankton lainnya. Hal itu disebabkan karena set diatom memiliki
sebuah vawola. Persamaan regresi tinier antara kandungan carbon dengan
volume sel pada djatom adalah log C
= 0.758 log
V- 0.422, sedangkan pada
jenis fitoplankton lelnnya edaleh log C
= 0.866 log
V- 0.460 dimana C adalah
kandungan carbon per ~ € (picogram)
4
dan V adalah volume sel dalam satuan
mikron kubik (Strathrnann. 1967 dalam Parsons et at, 1984).
Sebaran fitoplankton di laut dipengaruhi oleh banyak faktor baik fisika,
kimia maupun biologi.
Penelitian dan tulisan mengenai faktor-faktor yang
mempenga~hisebaran fitoplankton di laut telah banyak dilakukan oleh para
ahli.
Parsons et
a/.,(1984)
menjelaskan bahwa distribusi biogeografis
plankton sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, sepeti cahaya, temperatur.
salinitas,
nutrien
dan
faktor-faktor
menentukan keberadaan dan
lingkungan perairan.
lainnya.
Faktor
tersebut
kesuksesan spesles plankton di
sangat
suatu
Lebih spssifik Nontji (3984) menjelaskan bahwa cahaya sangat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton di laut. Hal ini disebabkan oleh
adanya sifat responsibilitas dan adaptasi yang berbeda antar jenis
fitoplankton terhadap intensitas cahaya. Sehubungan dengan cahaya, Fujita
(1970) menyatakan bahwa perbedaan respon fitoplankton terhadap cahaya
disebabkan
pigmen
perbedaan
mempengaruhi
tingkat
efisiensi
yang
dikandungnya
fotosintesanya.
dan
Berdasarkan
ha1
itu
efisiensi
fotosintesa pigmennya alga dikelompokkan atas tipe Worofil-a dan b untuk
alga hijau dan euglenoid;
tipe Worofila, c dan caratenoid untuk diatom,
dinoflagellata dan alga coklat; serta tipe Worofil-a dan ficobilin untuk alga
merah dan alga fiijau biru.
Pengaruh nutrien sangat besar terhadap distribusi dan keiimpahan
fitoplankton di laut. Beberapa elemen dasar seperti N, P. Si, sejumlah trace
element dan vitamin dibutuhkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya.
Riley and Skirrow (1975) menuliskan bahwa sebaran spasial dan temporal
fitoplankton mengikuti pola sebaran kandungan nutrien.
Pada umumnya
ditemukan fitoplankton lebih melimpah di perairan dekat pantai (neritik)
karena sumber nutrien yang lebih melimpah akibat masukan dari daratan
dibandingkan dengan perairan lepas pantai (oceanik).
Hasif
eksperimen
Sanders
et a/. (1987) menunjukkan bahwa
komunitas alami fitoplankton estuari di Patuxent (bagian estuari di Teluk
Chesapeake) mengalami perubahan dominansi dan pola suksesi spesies
akibat pengkayaan nutrien.
Penambahan N (baih amonium maupun nitrat)
selama musim panas dan musim gugur menyebabkan suksesi spesies
dominan yang sangat cepat yaitu 2 4 hari setelah penambahan nutrien.
Peningkatan kepadatan sel dan perubahan pola suksesi disebabkan oleh
adanya peningkatan laju pertumbuhan diatom dan reduksi pertumbuhan
spesies lainnya. Di lain waktu yaitu pada musim gugur dan musim semi
fitoplankton tidak memberikan respon terhadap penambahan nutrien.
Dua elemen utama yaitu N dan P memiliki pengaruh yang berbeda
a/.
terhadap pertumbuhan fitoplankton berdasarkan salinitas air.
Caraco et
(1987) telah
pertumbuhan
mengamati pengaruh N
dan
P terhadap
fitoplankton dalam tambak air payau dan dekat laut dari salinitas 0-32
Hasil
yang
didapatkan
adalah
bahwa
keterbatasan
fosfor
%o.
sangat
mempengaruhi pedumbuhan fitoplankton pada air payau dan nitrogen pada
salinitas 31 %O
dan air laut. Fitoplankton memberikan respon setelah
penambahan P dengan peningkatan biomassa 2-6 kali dari kontral (tanpa
penambahan P) pada salinitas 0-6.5
%a.
Pada salinitas intermediat
fitoplankton tidak memberikan respon terhadap penambahan P maupun N.
Sernentara Heyrnan and Lundgren (1988) yang melihat hubungan antara
produksi dan biomassa fitoplankton dengan fosfor menyimpulkan bahwa
hubungan tersebut sanga? rumit.
Selain dipengaruhi o:eh parameter fiaika
kimia Iingkungan, juga tergantung tekanan grazing zooplankton terhadap
fitoplankton.
.
Kaswadji dkk. (1995) mendapatkan kelimpahan fitoplankton di perairar,
pantai Bekasi yang berWsar antara 0.34-8.14 juta sel per liter. produktivitas
primer antara 95.62-853.42 g ~ l r n ~ t t a h u
dan
n laju pertumbuhan fitoplankton
yang berkisar antara 0.04-0.78 penggandaanlhari.
Jenis yang dominan
selama tiga kali pengamatan (Februari, Maret dan April) secara bemrut
masing-masing Kelas Chlorophyceae, Dinophyceae dan Bacillariophyceae.
Hasil identifikasi dan pencacahan jumlah fitoplankton yang dilaporkan
oleh Sediadi dan W e ~ (1994)
o
terdiri dati 20 taxa fitoplankton yang terbagi
atas 16 taxa dari diatom (Bacillariphyceae) dan 4 taxa dar dinoflagellata
(Dinphyceae). Tiga jenis dari Eacillariophycea yaitu
Schmidt, Coscino@%cim
granji Gough dan
Rhicelia intracellularis
Chaetoceros lorensianus Grunow
merupakan jenis yrng rnendominasi perairan mangrove di Teluk Bintuni,
Irianjaya. Kelimpahan fdoplankton befkisar antara 73479-241902 sellm3 dan
komposisi jenis mengalami perubahan dominasi spesies pada tiga lokasi
pengamatan.
Proses biologis yang terjadi di laut berpengamh terhadap perubahan
spasial dan temporal komunitas fitoplankton dan zooplankton. Perubahan
temporal kornunitas plankton terutama ditentukan oleh
pertumbuhan,
mortalitas, sinking, laju migrasi individual plankton dan predatornya (Parsons
et a/., 19W).Socaw spasial Lorenzan (1 97 1), Venrick (1972) du'lzm Levinton
(1982) menuliskan bahwa salah satu yang mempengaruhi sebarsn honsontal
fitoplankton adalah grazing. Variasi distribusi horisontal ini lebih nampak di
daerah dekat pantai, estuari, dan teluk dibanding di laut terbuka. Urnumnye
fitoplankton di laut terbuka kurang melimpah dan distribusinya lebih merata
dibandingkan dengan fitoplankton di dekat pantai.
Kelimpahan komunitas fitoplankton di
laut sangat
berhubungan
dengan kandungan nutrien seperti fosfat. nitrat. silikat dan hara lainnya.
Kandungan nutrien dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dan
sebaliknya fitoplankton yang padat dapat menurunkan kandungan nutrien
dalam
air.
Perubahan
komposisi
fitoplankton
selanjutnya
dapat
mempengaruhi komposisi zooplankton dan komunitas plankton secara
keseluruhn dalam suatu ekosistem (Prescott, 1963).
Tidak mudah untuk menjelaskan kondisi yang berlaku umum tentang
penyebaran fitoplankton secara horisontal di law.
Hal ini disebabkan obh
perbedaan kondisi ekologis pada bagian-bagian laut yang berbeda, seped di
daerah pantai dan estuari, pesisir pantai dan laut lepas. Ada kecenderungan
penyebaran fitoplankton bersifat lebih mengelompok (patchiness) di daerah
1984). Distribusi vertikal
neritik dibanding dengan di oceanik (Parsons ef a/.,
fitoplankton dan klorofil di laut pada umumnya berbeda menurut waktu,
dimana suatu saat ditemukan maksimum di dekat permukaan, namun di lain
waktu mungkin lebih terkonsentrasi di bagian bawah kedalaman eufotik.
Distribusi
fitoplankton
dipengarr!hi
pemangsaan oleh zooplankton.
oleh
cahaya
dan
nutrien
serta
2.2. Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton dari golongan hewan dengan bentuk
beraneka ragam. terdiri dari berbagai macam larva dan bentuk dewasa dari
hampir seluruh filum hewan (Newel1 dan Newell, g977).
Umumnya
zooplankton memiliki atat gerak seperti flagel, silia atau kaki renang, namun
pergerakannya sangat lemah dan tidak dapat melawan pergerakan air
(Raymont. 1963).
bergerak
aktif.
Walaupun beberapa anggota dari zooplankton dapat
namun
mempertahankan diri
gerakan
dalam
tersebut
posisi vertikal,
hanya
karena
membantu
pada
untuk
umumnya
zooplankton tidak dapat melawan gerakan arus (Odum, 1971).
Berdasarkan
zooplankton atas
daur
dua
hidupnya,
kelompok
Nybakken
yaitu:
(1992)
membedakan
(1) holoplankton, merupakan
organisme zooplankton yang seluruh daur hidupnya bersifat plankton,
meliputi kopepoda, rotatoria dan chaetognata; dan (2) meroplankton,
merupakan organisme yang hanya sebagian dalam daur hidupnya dijalani
sebagai plankton, yaitu pada fase mudanya, meliputi larva ikan, larva
crustacea dan larva moluska. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari sudut
ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya yaitu
dari SubKlas Copepoda (Has Crustacea, Filum Arthropods).
Kopepoda ini
sangai penring artinya bagi akonomi ekosisten~laut, karena sebagai herbivor
menduduki posisi trofik level dan peranan penting dalam mengh~bungkan
antara fitoplankton sebagai produser dengan berbagai hewan tingkat tinggi
lainnya sebagai kamiwx pada trofik level yang lebih tinggi.
Storer et at. (1976) mengklasifikasikan kopepoda ke dalam SubKlas
Crustacea, meliputi 7 ordo yaitu Calanoida, Harpacticoida, Cydopoida,
Notodelphyoida, Monstrilloida, Caligoida dan Lemaeopodoida.
Hutabarat
dan Evans (1986) menggolongkan kopepoda dalam Sub Klas dari Klas
Krustasea, meliputi 4 ordo yaitu Calanoida, Cydopoida, Harpacticoida dan
Monstrilloida. Selanjutnya dideskripsikan Mat-sifat umum kopepoda sebagai
berikut: (1) Ruas-ruas tubuh tarnpak jelas yang terbagi menjadi dua bagian
utama yaitu metasoma dan
uosoma;metasoma umumnya lebih besar dari
urosoma; (2) Metasoma terdiri dari lima ruas, kadang-kadang berkurang
karena ada diantara ~sb-ruasitu yang bersatu; (3) Urososma biasanya
mempunyai satu sampai lima mas. pada mas pertama (segmen genital)
terdapat lubang genital (genital apperture) dan pada ruas terakhir (segmen
anal) terdapat anus; (4) Segmen anal memiliki tonjolan yang bercabang dua
yang disebut rumus fuskal. Pada setiap cabang terdapat bulu-bulu
atau
setae.
Semua kopepoda mempunyai pola perkembangan yang sama. Telur
menetas menghasilkan larva yang disebut nauplius dengan 6 stadia yang
beruntiln. Satelah stadla ke4, nauplius berubah menjadi suatu bentuk lawa
kopepodit. Setelah mengalami lima stadia sehagai kopepodit baru menjadi
kopepoda dewasa ( m i t t e n et a/.,1987).
Perkembangbiakan dari kopepoda menurut McConnaughey and Zottoli
(1983)dari tefur yang menetas akan menjadi nauplius planktonik yang
berenang bebas.
Bentuknya bulat telur dan kecil, terdrri dari tiga bagian
anggota tubuh yaitu antena pertama, antena kedua dan mandibula dengan
sebuah mata di tengah.
segrnen.
Dalam tahap ini tubuh belum berupa segmen-
Bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan berfambah
setelah terjadi beberapa kali pergantian kulit. Biasanya ada enam tahap
pertumbuhan nauplius dengan lima kali molting, setelah itu berubah bentuk
menyerupai dewasa yang disebut kopepodit Setalah mengalami lima stadia
pertumbuhan akan menjadi kopepoda dewasa.
Zooplankton dari Klas Crustacea seringkali dijumpai mendominasi
komunitas zooplankton dalam suatu perairan, terutama dari kopepoda
calanoid, amphipoda dan euphasid. Pada beberapa daerah tertentu mungkin
cladocera dan ostracoda didapatkan melimpah (Parsons et
at.. 1984). Hasil
penelitian Arinardi (1989)di perairan sekitar Cilacap selama tahun 1984-1985
pada empat titik sampling mendapatkan kepadatan yang berbeda antara titik
samplrng dan waktu penelitian. Zooplankton tertinggi terwtat 1.08 x 1 o3
rndlm" di Kali Donan dan terendah 0.18x
lo3indlm3di estuari Segar Anakan.
Zooplankton didorninasi oleh kopepoda bergantian denaan larva dekapoda
selama penelitian.
Kiorboe ef al. (1988) menomuksn komunitas zooplankton yang
didominasi oleh kopepoda terutama Oithona sp di Bunchan, Pantai Timur
Scotlandia. Selain kopepoda ditemukan juga gastropoda dan bivalvia.
Tejadi perubahan spasial yang ditunjukkan dari perubahan biomassa
kopepoda ukuran 30-200 fim pada transek yang berbeda. Selain itu
dijelaskan bahwa produksi dan biomassa fitoplankton secara spasial dan
temporal bemubungan dengan stabilitas kolom perairan, dimana terjadinya
blooming apabila didukung oleh cahaya dan nutrien yang cukup. Ada
pengaruh badai yang sama dengan daerah front terhadap perubahan
populasi plankton selarna penelitiannya.
Menurut Levinton (1982) kopepoda merupakan gofongan crustaceae
yang merupakan kelompok penyususn utama struktur komunitas zooplankton
di laut. Ukuran panjangnya bervariasi dari dibawah 1 mm hingga beberapa
milimeter dan kebanyakan spesiesnya hidup bebas, mobil dan umumnya
menyaring fitoplankton sebagai makanan utamanya. Penyebarannya meliputi
wilayah yang luas dan mendominasi sistem oseanik. Calanus finmarchicus
memiliki daerah sebaran yang luas dari seluruh wilayah temperate hingga
laut Artic. Kopepoda memitiki sebaran vertikai berdasarkan kedalaman yang
relatif besar, dengan pergerakan vertikal ke arah dasar pada siang hari dan
cenderung ke arah permukaan pada malam hari. Penyebaran berdasarkan
kedalaman ini dapat beheda menurut musim dan letak geografis.
Perbedaan komposisi jenis plankton disebabkan oleh perbedaan
toleransi terhadap Ilngkunsan antar jenis.
Masing-masing jenis memiliki
tendensi untuk mendominasi populasi. Oominansi ini tergantung pada musim.
tidak berlaku sepanjang tahun tetapi beftaku dalam interval waktu yang
singkat. Spesies yang dominan &lam suatu waktu tertentu seringkali menjadi
spesies yang langka pada waktu berikutnya dan digantikan oleh spesies yang
lainnya. Kejadian ini sering disebut sebagai suksesi (Davis, 1955). Hal yang
sarna
dijelaskan oleh Arinardi
dkk (1997) bahwa variasi komposisi
zooplankton biasanya terkait erat dengan perubahan musim.
Faktor fisik-
kimia seperti suhu. salinitas. intensitas cahaya, pH dan zat cernaran
rnemegang
peranan
dalam
rnenentukan
kelimpahan
zooplankton.
Sedangkan faktor biotik seperti tersedianya pakan, predator dan pesaing
dapat mempenganihi kompowsi spesies.
Pendugaan
zooplankton
produksi
crustaceae
dan
dominan
durasi
yaitu
perkembangan
Thermocyc/ops
pada
dua
oblongatus
(copepod) dan Diaphanosoma exaasum(dadosera) di Kenya menunjukkan
bahwa baik pada fase embrio maupun postembrionic sangat tergantung
.
>
pada suhu. Pada kisaran suhu antara 19-28 OC kedua golongan zooplankton
tersebut memiliki lama fase perkembangan telur semakin singkat dengan
semakin meningkatnya suhu. Turnover time biomassa T. oblongatus ( I I.4
hari ) lebih cepat dibanding dengan 0.excisurn (13.7 hari) dengan laju
produksi 11.0 dan '6.0 pg berat kering per meter kubik per hari dan diduga
produksi tahunan mencapai 3302 dan 2176 mg per meter kubik per tahun
masing-masing pada T. oblongatus dan 0.excisurn (Mavuti. 1994)
Masundire (1994) mengemukakan bahwa
ada
kecenderungan
terjadinya kepadatan zooplankton secara musiman di Sanyati Basin, Danau
Karibi. Dengan menggunakan analisis multivariet didapatkan bahwa terjadi
perbedaan kelimpahan zooplankton secara musiman yang diakibatkan oleh
perbedaan parameter lingkungan pada musim yang berbeda. Perbedaan itu
selanjutnya
mneyebabkan
perbedaan
struktur
komunitas
fitoplankton.
Terjadinya puncak kepadatan zooplankton pada musim hujan (Januari-Maret)
bertepatan dengan puncak biomassa cyanophyta dan puncak biomassa
zooplankton pada pertengahpn tahun bertepatsn dengan puncak biomassa
diatom. Ranberg (1987) dakun Masundire (1994) febih spesifik rnenyatakan
bahwa Cyanophyta seperti Cylindrvspemwpsis raciborskii dan Lyngbya
spp-seringdimakan oleh kopepoda.
Kaswadji dkk (1983)dalam hasil penelitiannya di Perairan Pantai
Bekasi mengemukakan bahwa pemangsaan oleh zooplankton
merupakan
penyebab utama hilangnya fitoplankton. Pengaruh pemangsaan ini dapat
mencapai lebih dari separuh biomassa tetap fitoplankton (1644%) atau
sekitar 2.28-3.81pgfl klorofil setiap hari. Dengan asumsi steady state selama
eksperirnen dan dengan tingkat kesalahan tertentu maka dapat dianggap
bahwa pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton akan mendekati laju
pertumbuhan fitoplankton.
Estimasi produksi plankton dalam kaitannya dengan kelangsungan
hidup benih ikan telah dilakukan oleh Parsons and Kessler (1987) metalui
simulasi model pada suatu ekosistem lapisan tercampur. Didapatkan
standing stock ikan salmon mencapai maksimum pada kondisi lingkungan
dimana faktor fisik menyebabkan standing stock zooplankton maksimum.
Setelah
memasukkan
pengaruh
pemangsaan
ctenophora
terhadap
zooplankton, temyata keiimpahan awal denophora lebih mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva salmon dibandingkan dengan
pengaruh faktor lingkungan seperti cahaya.
Hal ini diseba-n
pemangsaan denophora terhadap zooplankton yang juga
mmsrfnya
merupakan
makanan larva salmon..
Pargano dan Saint-Jean (1994) dalam hasil penelitiannya mengenai
calanoid copepod Acarfia dausi pada 5 stasiun di Ebrie Lagoon, Pantai
Gading mendapatkan bahwa produksi harian berkisar antara 2-55 % berat
individu dengan variasi spasial dan temporal yang cukup besar (koefisien
keragaman 63%). Rata-rata produksi harian pada stasiun yang kandungan
klorofilnya tinggi (21.5%) di Bietri sangat nyata lebih tinggi dibandingkan di
Boulay (6.4O16) yang kandungan klorofilnya rendah. Rata-rata berat individu
bervriasi pada lima stasiun pengamatan dan berkorelasi negatif dengan
jumlah makanan yang dibutuhkan, produksi dan efisiensi produksi bersih.
Komunitas zooplankton di bagian utara Danau Victoria. Afrika Timur
terutama terdiri dari crustacea. Kopepoda cyclopoid, nauplii dan stadia
copepoditnya mewpakan group yang paling sering ditemukan pada seluruh
stasiun pengamatan.
Kopepoda calanoid, cladocera dan Caridina nilotica
(Roux) merupakan group yang memiliki daerah penyebaran yang luas tetapi
kontribusinya terhadap proporsi zooplankton sangat kecil.
Perubahan
proporsi group utama penyususn komunitas zooplankton berkaitan dengan
perubahan
s t ~ k t u r komunitas
karena
pemangsaan,
eutrofikasi
dan
perubahan lainnya dalam rantai makanan dalam ekosisem MwebazaNdawula (7994).
Laju pemangsaan rata-rata kopepoda (Temora turbinaa dan Acartia
li//jeborgit) dan cladocera
(Penilia avirostis) terhadap fitoplankton dan
cyanobacteria di Kingston Harbour, Jamaica berkisar antara 0.10-2.41 ml per
ekor setiap hari. Kisaran laju pemangsaan ini terjadi pada perairan yang
didominasi oleh cyanobacteria filamen yang tidak teridentifiksi dengan
kelimpahan mencapai 1. I 6 . 1o4 filamen per mililiter disamping meroflageilata
dan diatom dari dari genus Nitzchia (Turner
et a/.. 1998).
dijelaskan bahwa pola sefeksi berbagai macam grazer
Selanjutnya
(zooplankton)
terhadap jenis fitoplankton pada berbagai waktu bewariasi dan tidak tetap.
Grazer memakan bagian filamen cyanohcter sehingga mengurangi panjang
filamennya.
Peranan besar kopepoda terhadap dinamika perubahan populasi
fitoplankton sangat detail dijelaskan dalam Nybakken (1992).
Kopepoda
mencapai proporsi sekitar 70-90% dari total biomassa zooplankton memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam mengontrol kepadatan fitoplankton.. Hasil
pengamatan Flemming (1937) dalam Nybakken (1992) di dalam taboratorium
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya lima kali lipat populasi kopepoda
dari kepadatao yang kecepatan pemangsaannya sama dengan kecepatan
penggandaan sel diatom, rnaka populasi diatom dengan kepadatan satu juta
sellliter akan habis dimakan oleh kopepoda dalam waktu 5 hari. Kemampuan
kopepoda dalam menurunkan kepadatan populasi fitoplanMon lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dengan berkurangnya nutrien. Hal ini diperkuat
oleh bukti yang ditunjukkan seperti penurunan kurva biomassa populasi
fitoplankton dengan cepat setelah puncakn tedakan popu(asi pada musirn
semi di Antartika yang kaya akan nutrien dan setefah itu diikuti peningkatan
biomassa kopepoda..
Download