1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi Industri

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan
adanya perubahan pola hidup masyarakat Eropa yang awalnya adalah masyarakat
agraris mulai menggunakan tenaga mesin sebagai alat produksi. Revolusi Industri
melahirkan ideologi kapitalisme yang melibatkan dua kelas yaitu kelas borjuis
atau pemilik modal dan kelas proletar atau buruh. Menurut Marx, kapitalisme
merupakan sistem ekonomi yang menekankan pada kapital atau modal dimana
masyarakat kelas distrukturisasikan secara khusus dan diorganisasikan untuk
produksi kebutuhan hidup. Dalam sistem kapitalis kedua kelas saling
membutuhkan namun hubungan antar keduanya berjalan tidak seimbang. Buruh
tidak dapat memenuhi kebutuhannya jika tidak bekerja sebaliknya pemilik modal
dapat bertahan lama meskipun pabriknya tidak berjalan atau ditutup. Pemilik
modal dapat menggunakan modal yang dikumpulkan saat pabrik berjalan dan
dapat menjual pabriknya.
Dalam sistem ekonomi kapitalis terjadi eksploitasi yang dilakukan oleh
borjuis terhadap proletar. Borjuis mendapatkan keuntungan yang sangat besar
dengan cara memberikan upah yang rendah kepada buruh dengan jam kerja yang
panjang. Sistem kapitalis tumbuh seiring besarnya peningkatan level eksploitasi
terhadap buruh. Sejumlah besar buruh yang hanya memiliki sedikit hak milik
memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kapitalis yang
1
Universitas Sumatera Utara
memiliki komoditas-komoditas, alat produksi dan bahkan waktu kerja para buruh
karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji atau upah (Suseno,
Frans Magniz. 1999).
Eksploitasi yang dirasakan oleh buruh mendorong buruh melakukan
perubahan untuk menghentikan eksploitasi dan mengakhiri rezim kapitalis. Buruh
menentang sistem kapitalis yang dianggap memiskinkan mereka. Reaksi
menentang yang dilakukan oleh buruh ditandai dengan adanya ledakan gerakan
buruh dan gerakan radikal yang bertujuan untuk menghancurkan sistem kapitalis.
Awalnya buruh menghadapi kaum borjuis dengan sendiri-sendiri namun buruh
mulai menyadari adanya kesamaan nasib dengan buruh lainnya. Konflik antara
buruh dan pemilik modal tidak lagi bersifat lokal melainkan regional dan nasional.
Kepentingan langsung buruh untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan
sosialnya mendorong buruh bersatu dalam wadah atau organisasi buruh. Buruh
mengorganisasikan diri dalam serikat buruh merasa bahwa perjuangan mereka
semakin efektif karena buruh menghadapi kekuatan yang lebih unggul dari
mereka dengan cara bersama-sama.
Banyak sekali tuntutan dan aksi yang dilakukan oleh buruh agar hak-hak
yang mereka miliki terpenuhi. Hal ini menjadi sorotan dunia sehingga banyak
sekali pembahasan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi terkait masalah
ketenagakerjaan seperti International Labour Organization (ILO). Hasil dari
konvensi ke-87 yang dilakukan oleh ILO adalah kebijakan yang mengatur
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Banyak negara
yang mulai memberlakukan kebijakan dari hasil Konvensi ILO No 87 melalui
undang-undang ketenagakerjaan. Tuntutan yang dilakukan oleh buruh dapat
2
Universitas Sumatera Utara
disuarakan karena adanya kesadaran buruh yang mereka dapatkan dengan
berserikat. Organisasi buruh mulai muncul pada kapitalisme modern, dimana
buruh memiliki hak untuk membentuk serikat buruh dan menjadi anggota serikat
buruh tanpa adanya interpensi dari pihak lain. Serikat buruh sendiri merupakan
organisasi legal karena adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur dan
mengawasi berjalannya suatu serikat buruh. Dalam ketentuan undang-undang
mengatur tentang serikat buruh dalam suatu perusahaan merupakan hal yang
wajib ada. Perkembangan kapitalisme sejalan dengan berkembangnya jumlah
kaum buruh yang menjual tenaga kerjanya. Tugas-tugas yang membebani serikat
buruh juga semakin banyak dan semakin bervariasi.
Masalah yang dihadapi buruh selalu tumbuh dan berkembang, hampir di
seluruh penjuru dunia bahkan Indonesia buruh masih berjuang menghadapi dan
menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya berita mengenai buruh yang menjadi topik utama pemberitaan di
media massa seperti koran, televisi dan media sosial atau internet. Buruh
menyuarakan
dan menuntut hak-haknya melalui aksi-aksi mogok dan
demonstrasi agar pengusaha memenuhi hak-hak buruh. Adapun masalah yang
sering sekali menjadi tuntutan para buruh adalah upah yang layak dan jaminan
kesehatan. Tuntutan-tuntutan buruh yang tidak terpenuhi tentu saja menjadi hal
yang terus diperjuangkan oleh buruh. Perjuangan dilakukan dengan cara yang
damai dan kadang berujung dengan aksi demo dan mogok kerja jika pengusaha
tidak memberikan tanggapan. Mogok kerja dan demo merupakan cara terakhir
yang dilakukan oleh buruh agar pengusaha memenuhi kewajibannya.
3
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja yang mendominasi di Indonesia adalah tenaga kerja yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah bahkan tidak memiliki pendidikan sama
sekali (unskillabour). Hal ini dapat dilihat dari data BPS dalam Laporan Bulanan
Data Ketenagakerjaan di Indonesia tahun 2015 sebanyak 69,4%
merupakan
tenaga kerja yang kurang terdidik. Jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi atau
tenaga kerja terdidik masih relatif kecil yaitu 30,6%. Pekerja dengan pendidikan
Diploma hanya sebesar 2,8% dan pekerja dengan pendidikan Sarjana sebesar
4,8% (http://bps.go.id). Hal ini menjadikan buruh di Indonesia menempati posisi
yang tidak menguntungkan dan memiliki posisi tawar yang rendah. Pendidikan
yang rendah menyebabkan majikan melakukan tindakan yang sewenangwenangnya terhadap buruh. Tidak mudah untuk mengatur buruh karena
jumlahnya yang cukup banyak dengan tingkat pendidikan dan kualitas SDM yang
rendah sehingga buruh dalam posisi yang lemah dan terpinggirkan. Diberlakukan
sebagai alat produksi tanpa memperhatikan harkat dan martabatnya sebagai
manusia yang terus-menerus bekerja setiap hari dengan jam kerja yang ditentukan
dan mendapatkan upah yang tidak sesuai yaitu mendapatkan upah sebatas Upah
Minimum Provinsi (UMP) bahkan masih ada perusahaan yang membayar upah
buruh dibawah UMP (Sitorus, Thoga M. 2007).
Berita mengenai ketenagakerjaan hampir setiap hari menghiasi halaman
surat kabar. Masalah ketenagakerjaan di dunia khususnya Indonesia tidak ada
habisnya, berbagai pihak yang berwenang sudah mencoba memberikan solusi dan
jalan keluar namun permasalahan buruh seakan menemukan jalan buntu.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih saja kurang mendukung posisi
buruh. Pada awal September 2015 tejadi demo di berbagai wilayah di Indonesia,
4
Universitas Sumatera Utara
buruh menuntut kenaikan upah, pemerintah memperketat aturan bagi tenaga kerja
asing yang datang ke Indonesia, meurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
dan bahan pokok, peraturan perundang-undangan Jaminan Hari Tua dan yang
paling utama dalam aksi demo ini adalah menuntut kejelasan dari pemerintah
mengenai banyaknya buruh yang di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat
perekonomian Indonesia yang semakin melemah (IndoBerita, 2015).
Di Medan ratusan buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Sejahtera
Indonesia 1992 (SBSI 1992) demo di depan halaman kantor Gubernur Sumatera
Utara. Ratusan buruh tersebut melakukan demo di kantor Gubernur Sumatera
Utara menuntut agar segera dilakukan Revisi UMP (Upah Minumum Provinsi).
Buruh menuntut agar upah minimum provinsi dinaikkan karena upah yang mereka
terima tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka yang semakin hari semakin
bertambah. Harga BBM yang naik tidak diikuti dengan naiknya upah buruh.
Tentu saja ini menyulitkan buruh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Buruh
yang merasa bahwa hak-haknya perlu untuk diperjuangkan bergabung dalam
serikat buruh untuk menyuarakan aspirasinya. Jika buruh hanya sendiri menuntut
haknya untuk dipenuhi ini hanya akan menjadi hal yang sia-sia karena pengusaha
tidak akan mendengarkan suara dari satu orang saja. Serikat buruh disini menjadi
pelindung bagi buruh, dimana serikat buruh menjadi tameng bagi buruh dalam
melawan ketidakadilan yang diterima oleh buruh. Serikat buruh harus benar-benar
menyuarakan kebutuhan buruh bukan mengambil keuntungan dari situasi yang
dihadapi oleh buruh.
Serikat buruh merupakan organisasi yang dibentuk atas dasar kesepakatan
dan keinginan dari buruh itu sendiri dengan tujuan menyuarakan dan
5
Universitas Sumatera Utara
memperjuangkan hak-hak buruh. Banyak permasalahan yang terjadi antara buruh
dan pengusaha. Permasalahan tersebut berupa pengusaha tidak memenuhi hak-hak
buruh seperti upah yang layak dan memberikan jaminan sosial bagi buruh. Oleh
karena itu, buruh memerlukan wadah untuk berlindung dan membantu
permasalahan yang dihadapi oleh buruh. Untuk memperjuangkan dan menuntut
hak-haknya, buruh melalui serikat buruh yang memiliki kekuatan dan anggota
yang banyak diharapkan memberikan ancaman yang berarti bagi pengusaha dan
mempertimbangkan untuk memenuhi hak-hak buruh. Hal ini dikarenakan oleh
serikat buruh memiliki daya tawar yang tinggi dimata pengusaha. Apabila
pengusaha tidak memenuhi keinginan buruh, maka buruh melalui serikat buruh
dapat mengancam pengusaha dengan cara demo atau mogok kerja. Demo dan
mogok kerja tentu saja dapat merugikan pengusaha karena buruh yang demo dan
mogok kerja melumpuhkan kegiatan produksi (Sitorus, Thoga M. 2007).
Di Indonesia sendiri perkembangan gerakan buruh diawali dengan
didirikannya Boedi Oetomo pada tahun 1908 yang kegiatannya masih dipengaruhi
oleh gerakan komunis Eropa. Organisasi buruh dijadikan alat partai politik pada
tahun 1945 setelah kemerdekaan. Pasca Proklamasi kemerdekaan, urusan
ketenagakerjaan menjadi bagian dar kementrian sosial. Buruh yang selama masa
perang kemerdekaan belum memperhatikan masalah kesejahteraan dan kepastian
kerja mulai mencurahkan perhatian terhadap hal tersebut. Kesadaran buruh yang
meningkat ditandai dengan banyaknya aksi mogok sebagai tanda kesadaran buruh
akan hak pribadinya perlu diperjuangkan dalam lapangan sosial-ekonomi.
Peraturan ketenagakerjaan pada era pasca proklamasi cenderung memberikan
jaminan sosial dan perlindungan kepada buruh (Agusmidah, 2010).
6
Universitas Sumatera Utara
Pada masa orde lama tahun 1965 setelah kegagalan G-30-S PKI, serikat
buruh berusaha menyatukan diri dengan dibentuknya Majelis Permusyawaratan
Buruh Indonesia (MPBI). Pemimpin serikat buruh mendeklarasikan persatuan
serikat buruh pada tahun 1973 dan terbentuklah Federasi Buruh Seluruh Indonesia
(FBSI). Pada masa orde lama pemerintah dengan tegas melarang tindakan
pemogokan dan penutupan perusahaan (lock out) dengan dikeluarkannya Undang
Undang No.7 PRP/1963 tentang pencegahan Pemogokan dan Penutupan (lock
out) di perusahaan-perusahaan.
Selama periode kekuasaannya, Orde Baru telah mengembangkan
kebijakan korporatisme sebagai mekanisme pengendalian yang terbukti
efektif meredam konflik antarkelas dan antarkelompok masyarakat. Lahirnya
Federasi Buruh Seluruh Indonesia (kemudian menjadi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia-SPSI) pada bulan Februari 1973 dimaksudkan sebagai wadah korporatis
organisasi buruh saat itu yang kehadirannya disponsori oleh para perwira militer
yang dekat dengan Suharto. Melalui doktrin Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
yang menekankan prinsip keselarasan dan keharmonisan antara buruh dan
majikan, menjadikan SPSI sebagai sarana efektif untuk menindas konflik. Pada
masa ini, kebebasan berserikat telah dilanggar untuk mendukung program
pembangunan yang dirancang oleh pemerintah, atas nama stabilitas nasional maka
serikat pekerja digiring untuk menjadi serikat pekerja tunggal (single union) yang
pada tataran pengurusnya sangat ditentukan oleh pemerintah. Keruntuhan rezim
Orde Baru melahirkan gerakan aktivis buruh yang secara intensif mengadvokasi
nasib kaum buruh di tengah keprihatinan atas ketidakberdayaan kelas buruh dalam
pusaran kuasa modal.
7
Universitas Sumatera Utara
Kebebasan berserikat dan demokratisasi yang dijunjung tinggi pada era
reformasi tahun 1998 membuat pemerintah Indonesia merativikasi Konvensi ILO
(Internasional Labour Organization). Dengan diberikannya kebebasan untuk
berserikat dan menyampaikan pendapat, buruh memilki kembali haknya untuk
berserikat (Sitorus, Thoga M. 2007). Serikat buruh mememilki beberapa bentuk
oraganisasi seperti serikat buruh kejuruaan, serikat yang didalamnya merupakan
kumpulan orang-orang yang memiliki jenis dan keterampilan yang sama. Federasi
umum, terdiri dari buruh yang tidak berdasarkan keterampilan, tempat bekerja dan
majikannya. Serikat buruh industri nasional, menyatukan seluruh buruh dalam
satu cabang industri. Serikat buruh sekerja, organisasi yang mengorganisir buruh
dalam satu pabrik atau perusahaan.
Dalam kegelisahan yang dialami oleh buruh pada masa orde baru
mendorong buruh untuk membentuk organisasi buruh yang diharapkan dapat
memperjuangkan hak-hak buruh. Konteks sosial politik saat itu mengharuskan
SBSI 1992 hadir seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan aktivis buruh
terhadap organisasi korporatis yang telah ada saat itu. SBSI 1992 didirikan pada
25 April 1992 dengan nama Federasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (FBSI).
SBSI 1992 merupakan organisasi yang dibentuk oleh Muchtar Pakpahan karena
organisasi buruh pada saat itu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dinilai
tidak dapat mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh.
Banyak sekali tuntutan dan aksi yang dilakukan oleh buruh agar hak-hak
yang mereka miliki terpenuhi. Hal ini menjadi sorotan dunia sehingga banyak
sekali pembahasan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi terkait masalah
ketenagakerjaan. Sehingga diperlukan wadah bagi buruh untuk berlindung dan
8
Universitas Sumatera Utara
menyuarakan aspirasinya yaitu serikat buruh. SBSI 1992 hadir sebagai organisasi
buruh yang mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh. Yang dilakukan SBSI
1992 untuk mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh khusunya hak-hak
normatif buruh adalah advokasi. SBSI 1992 merupakan organisasi yang memiliki
fondasi yang kuat baik dari segi struktur organisasi maupun dari segi finansial.
Hal ini dikarenakan oleh SBSI 1992 merupakan salah satu organisasi buruh
terbesar di Indonesia yang telah lama eksis yaitu dari masa orde baru sampai
sekarang. Berdasarkan anggaran dasar gerakan, SBSI 1992 membawa visi bagi
terciptanya serikat buruh yang sejahtera, terdidik, terorganisir, memiliki
solidaritas sesama buruh serta menjunjung tinggi HAM dan demokrasi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945. Misi
yang hendak diperjuangkan
pengorganisasian,
advokasi
dan
adalah melakukan pendidikan
membangun
semangat
solidaritas
dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat buruh. Namun demikian, sejauh mana SBSI
1992 mampu mengimplementasikan dan mengaktualisasikan visi dan misinya saat
ini menjadi penting untuk diteliti lebih jauh.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti hendak menjawab
sejumlah pertanyaan krusial mengenai SBSI 1992 sebagai sebuah institusi
sekaligus aktor gerakan politik. Maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Fungsi Advokasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia 1992 dalam
Memperjuangkan Hak Normatif Buruh”.
9
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahtera
Indonesia 1992 Sumatera Utara (DPD SBSI 1992 Sumut) menjalankan
fungsi advokasinya dalam memperjuangkan hak-hak normatif buruh?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mendeskripsikan fungsi advokasi DPD Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992
(DPD SBSI 1992), Sumatera Utara dalam memperjuangkan hak-hak normatif
buruh.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam
pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan fungsi serikat
buruh. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
tema penelitian ini.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi
yang dapat
menambah wawasan
dan
pengetahuan
mahasiswa sosiologi khususnya mata kuliah yang berhubungan dengan
10
Universitas Sumatera Utara
buruh seperti sosiologi perburuhan dan sosiologi industri dan menjadi
sumber informasi bagi masyarakat umum.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi serikat buruh
lainnya, buruh, pemerintah khususnya yang berhubungan dengan bidang
ketenagakerjaan agar dapat membuat kebijakan pro buruh. Penelitiam ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam ilmu sosiologi, penelitian ini dapat
dijadikan referensi mengenai fungsi serikat buruh.
1.5 Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan menfokuskan penlitian. Konsep-konsep yang penting dalam
penelitian ini adalah :
1. Buruh
Buruh adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa, dengan melakukan pekerjaannya buruh
mendapatkan imbalan dari
pengusaha. Menurut UU no. 13 Tahun 2003
pasal 1, buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima imbalan
atau upah dalam bentuk lain. Upah yang diterima buruh merupakan hak
buruh yang diterima berupa uang sebagai imbalan dari pengusaha yang
ditetapkan dan dibayar berdasarkan perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang dilakukan buruh.
Kebutuhan buruh secara rohani dan jasmani harus dipenuhi untuk
11
Universitas Sumatera Utara
menunjang produktivitas kerja buruh sehingga menciptakan suasana kerja
yang sehat. Buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buruh yang
terdaftar sebagai anggota dari serikat buruh SBSI 1992 DPD Sumatra
Utara.
2. Hak normatif buruh
Hak buruh merupakan konsekuensi dari adanya hubungan kerja antara
buruh dan pengusaha, selalu melekat pada setiap orang yang bekerja
dengan menerima gaji. Karena pekerjaannya di bawah perintah orang yang
memmberi pekerjaan maka seorang pekerja perlu memperoleh jaminan
perlindungan dari tindakan yang sewenang-wenang dari orang yang
membayar gajinya. Hak buruh tersebut muncul secara bersamaan ketika
buruh mengikat dirinya pada si majikan untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Problem ketenagakerjaan yang dihadapi oleh buruh berkait
dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran,
rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kerja,
tingkat gaji yang rendah. Kebijakan-kebijakan dari pemerintah lebih
banyak menguntungkan pelaku usaha dari buruh itu sendiri. Outsorcing
dan rendahnya Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadi satu dari banyak
contoh kebijakan pemerintah yang pro pengusaha. Problematika yang
dihadapi oleh buruh berkaitan dengan kesejahteraan hidupnya, pemenuhan
gaji atau UMK yang layak, tunjangan sosial dan kesehatan, isu-isu
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Dalam penelitian ini, hak buruh yang dimaksud adalah hak normatif, yaitu
untuk mendapatkan upah atau gaji yang layak dan sebanding dengan
12
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang telah dilakukan buruh. Gajji yang diterima buruh harus
dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh sehingga kesejahteraan buruh
dapat terjamin. Hak mendapatkan jaminan sosial seperti adanya BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), buruh itu sendirilah yang
menyediakan iuran wajib untuk melaksanakan program ini. Dana yang
dibutuhkan untuk jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, tabungan
hari tua, dan asuransi kematian, sebenarnya ditanggung oleh buruh itu
sendiri dengan menabung wajib sekian persen dari gajinya setiap bulan
untuk ditabung, lalu diolah dalam sistem ribawi agar berbunga terus untuk
memenuhi kebutuhan seluruh jaminan tersebut. Jika buruh sudah tidak
mampu bekerja karena usia, kecelakaan, PHK atau sebab lainnya, maka ia
tidak punya pintu pemasukan dana lagi. Kondisi ini menyebabkan
kesulitan hidup luar biasa, terutama bagi seorang warga negara yang sudah
tidak dapat bekerja atau bekerja dengan gaji sangat minim hingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu buruh membutuhkan
jaminan
sosial
berupa
BPJS
yang
akan
menjamin
pemenuhan
kebutuhannya jika suatu saat buruh tidak dapat bekerja. Hak normatif yang
diterima oleh buruh yaitu, hak mendapatkan pesangon, cuti, dan menerima
upah lembur.
3. Serikat Buruh
Serikat pekerja adalah organisasi demokratis yang berkesinambungan dan
permanen dibentuk secara sukarela dari, oleh dan untuk pekerja. Serikat
buruh dibentuk untuk melindungi dan membela hak dan kepentingan
pekerja beserta keluarganya, memperbaiki kondisi–kondisi dan syarat –
13
Universitas Sumatera Utara
syarat kerja melalui perjanjian tawar menawar kolektif dengan
manajemen/pengusaha,
melindungi
dan
membela
pekerja
beserta
keluarganya akan keadaan sosial dimana mereka mengalami kondisi sakit,
kehilangan
dan
tanpa
kerja
(PHK),
mengupayakan
agar
manajemen/pengusaha mendengarkan dan mempertimbangkan suara atau
pendapat serikat pekerja sebelum membuat keputusan (Konvensi ILO
No.87). Serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja/buruh baik di dalam maupun diluar perusahaan yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung
jawab
guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh. Ada empat
manfaat organisasi buruh dalam posisi buruh dengan majikan, Pertama
Organisasi buruh diberi peran sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian
kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial. Kedua, Organisasi
buruh diberi peran sebagai wakil buruh dalam lembaga kerja sama di
bidang ketenagakerjaan. Ketiga, Organisasi buruh diberi peran untuk ikut
serta menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Keempat, Organisasi buruh diberi peran sebagai sarana penyalur aspirasi
dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya. Serikat buruh
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Dewan Pimpinan Daerah
Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Sumatera Utara (DPD SBSI 1992
Sumut).
14
Universitas Sumatera Utara
4. Fungsi Advokasi
Advokasi adalah aksi-aksi sosial, politik dan kultural yang dilakukan
secara sistematis dan terencana dilakukan secara kolektif untuk mengubah
kebijakan publik dalam rangka melindungi hak-hak rakyak dan
menghindari bencana buatan manusia. Kebijakan pengupahan sebagai
proses alienasi dan marginalisasi kaum buruh dalam proses industrialisasi.
Perserikatan sebagai kekuatan utama bagi kelas buruh untuk menyuarakan
tuntutan dan perjuangannya perlu mendapat penegasan posisi dan strategi
gerakan. Serikat buruh bertanggung jawab di bidang ketenagkerjaan untuk
membuat perjanjian kerja dengan pengusaha yang memuat syarat kerja,
hak dan kewajiban kedua pihak. Apabila perjanjian kerja tidak terlaksana
dengan baik, maka serikat buruh yang dipercayakan buruh dapat
mengambil tindakan yang benar-benar menguntungkan buruh. Serikat
buruh mengambil langkah yang tepat dan bijaksana untuk menyelesaikan
masalah atas tidak dijalankannya perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut
memuat hak-hak yang diterima buruh yang merupakan poin penting bagi
buruh itu sendiri. Serikat buruh memperjuangkan hak normatif buruh
dengan cara melakukan advokasi untuk mencapai tujuan buruh. Serikat
buruh menjadi ujung tombak bagi buruh untuk mendapatkan hak-hak yang
seharusnya mereka dapatkan sebagai imbalan dari pekerjaan yang mereka
lakukan. Fungsi advokasi dalam penelitian ini adalah serikat buruh
melakukan pendampingan terhadap buruh dalam menyelesaikan masalah
ketenagakerjaan, memberikan perlindungan, pembelaan hak normatif dan
meningkatkan
kesejahteraan
yang
layak
bagi
pekerja/buruh
dan
15
Universitas Sumatera Utara
keluarganya, memberikan bantuan hukum secara langsung kepada anggota
yang memerlukan bantuan dalam hubungan industrial. Selain itu, fungsi
advokasi dari serikat buruh adalah sebagai kuasa/wakil dari pekerja atau
anggota dari serikat pekerja di Lembaga Sengketa Hubungan Industrial,
mengadakan penyuluhan dan pelatihan serta memberikan informasi di
bidang
hukum,
ketenagakerjaan
mengawasi
serta
pelaksanaan
implementasinya
peraturan
dalam
setiap
dibidang
kebijakan
manajemen, menerima keluhan dan pengaduan anggita SP/SB dan
menindaklanjutinya,
serta
memberikan
saran-saran
dan
pendapat
hukum/legal opinion terhadap organisasi.
16
Universitas Sumatera Utara
Download