BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan adanya perubahan pola hidup masyarakat Eropa yang awalnya adalah masyarakat agraris mulai menggunakan tenaga mesin sebagai alat produksi. Revolusi Industri melahirkan ideologi kapitalisme yang melibatkan dua kelas yaitu kelas borjuis atau pemilik modal dan kelas proletar atau buruh. Menurut Marx, kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang menekankan pada kapital atau modal dimana masyarakat kelas distrukturisasikan secara khusus dan diorganisasikan untuk produksi kebutuhan hidup. Dalam sistem kapitalis kedua kelas saling membutuhkan namun hubungan antar keduanya berjalan tidak seimbang. Buruh tidak dapat memenuhi kebutuhannya jika tidak bekerja sebaliknya pemilik modal dapat bertahan lama meskipun pabriknya tidak berjalan atau ditutup. Pemilik modal dapat menggunakan modal yang dikumpulkan saat pabrik berjalan dan dapat menjual pabriknya. Dalam sistem ekonomi kapitalis terjadi eksploitasi yang dilakukan oleh borjuis terhadap proletar. Borjuis mendapatkan keuntungan yang sangat besar dengan cara memberikan upah yang rendah kepada buruh dengan jam kerja yang panjang. Sistem kapitalis tumbuh seiring besarnya peningkatan level eksploitasi terhadap buruh. Sejumlah besar buruh yang hanya memiliki sedikit hak milik memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kapitalis yang 1 Universitas Sumatera Utara memiliki komoditas-komoditas, alat produksi dan bahkan waktu kerja para buruh karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji atau upah (Suseno, Frans Magniz. 1999). Eksploitasi yang dirasakan oleh buruh mendorong buruh melakukan perubahan untuk menghentikan eksploitasi dan mengakhiri rezim kapitalis. Buruh menentang sistem kapitalis yang dianggap memiskinkan mereka. Reaksi menentang yang dilakukan oleh buruh ditandai dengan adanya ledakan gerakan buruh dan gerakan radikal yang bertujuan untuk menghancurkan sistem kapitalis. Awalnya buruh menghadapi kaum borjuis dengan sendiri-sendiri namun buruh mulai menyadari adanya kesamaan nasib dengan buruh lainnya. Konflik antara buruh dan pemilik modal tidak lagi bersifat lokal melainkan regional dan nasional. Kepentingan langsung buruh untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosialnya mendorong buruh bersatu dalam wadah atau organisasi buruh. Buruh mengorganisasikan diri dalam serikat buruh merasa bahwa perjuangan mereka semakin efektif karena buruh menghadapi kekuatan yang lebih unggul dari mereka dengan cara bersama-sama. Banyak sekali tuntutan dan aksi yang dilakukan oleh buruh agar hak-hak yang mereka miliki terpenuhi. Hal ini menjadi sorotan dunia sehingga banyak sekali pembahasan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi terkait masalah ketenagakerjaan seperti International Labour Organization (ILO). Hasil dari konvensi ke-87 yang dilakukan oleh ILO adalah kebijakan yang mengatur Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Banyak negara yang mulai memberlakukan kebijakan dari hasil Konvensi ILO No 87 melalui undang-undang ketenagakerjaan. Tuntutan yang dilakukan oleh buruh dapat 2 Universitas Sumatera Utara disuarakan karena adanya kesadaran buruh yang mereka dapatkan dengan berserikat. Organisasi buruh mulai muncul pada kapitalisme modern, dimana buruh memiliki hak untuk membentuk serikat buruh dan menjadi anggota serikat buruh tanpa adanya interpensi dari pihak lain. Serikat buruh sendiri merupakan organisasi legal karena adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur dan mengawasi berjalannya suatu serikat buruh. Dalam ketentuan undang-undang mengatur tentang serikat buruh dalam suatu perusahaan merupakan hal yang wajib ada. Perkembangan kapitalisme sejalan dengan berkembangnya jumlah kaum buruh yang menjual tenaga kerjanya. Tugas-tugas yang membebani serikat buruh juga semakin banyak dan semakin bervariasi. Masalah yang dihadapi buruh selalu tumbuh dan berkembang, hampir di seluruh penjuru dunia bahkan Indonesia buruh masih berjuang menghadapi dan menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya berita mengenai buruh yang menjadi topik utama pemberitaan di media massa seperti koran, televisi dan media sosial atau internet. Buruh menyuarakan dan menuntut hak-haknya melalui aksi-aksi mogok dan demonstrasi agar pengusaha memenuhi hak-hak buruh. Adapun masalah yang sering sekali menjadi tuntutan para buruh adalah upah yang layak dan jaminan kesehatan. Tuntutan-tuntutan buruh yang tidak terpenuhi tentu saja menjadi hal yang terus diperjuangkan oleh buruh. Perjuangan dilakukan dengan cara yang damai dan kadang berujung dengan aksi demo dan mogok kerja jika pengusaha tidak memberikan tanggapan. Mogok kerja dan demo merupakan cara terakhir yang dilakukan oleh buruh agar pengusaha memenuhi kewajibannya. 3 Universitas Sumatera Utara Tenaga kerja yang mendominasi di Indonesia adalah tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah bahkan tidak memiliki pendidikan sama sekali (unskillabour). Hal ini dapat dilihat dari data BPS dalam Laporan Bulanan Data Ketenagakerjaan di Indonesia tahun 2015 sebanyak 69,4% merupakan tenaga kerja yang kurang terdidik. Jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi atau tenaga kerja terdidik masih relatif kecil yaitu 30,6%. Pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sebesar 2,8% dan pekerja dengan pendidikan Sarjana sebesar 4,8% (http://bps.go.id). Hal ini menjadikan buruh di Indonesia menempati posisi yang tidak menguntungkan dan memiliki posisi tawar yang rendah. Pendidikan yang rendah menyebabkan majikan melakukan tindakan yang sewenangwenangnya terhadap buruh. Tidak mudah untuk mengatur buruh karena jumlahnya yang cukup banyak dengan tingkat pendidikan dan kualitas SDM yang rendah sehingga buruh dalam posisi yang lemah dan terpinggirkan. Diberlakukan sebagai alat produksi tanpa memperhatikan harkat dan martabatnya sebagai manusia yang terus-menerus bekerja setiap hari dengan jam kerja yang ditentukan dan mendapatkan upah yang tidak sesuai yaitu mendapatkan upah sebatas Upah Minimum Provinsi (UMP) bahkan masih ada perusahaan yang membayar upah buruh dibawah UMP (Sitorus, Thoga M. 2007). Berita mengenai ketenagakerjaan hampir setiap hari menghiasi halaman surat kabar. Masalah ketenagakerjaan di dunia khususnya Indonesia tidak ada habisnya, berbagai pihak yang berwenang sudah mencoba memberikan solusi dan jalan keluar namun permasalahan buruh seakan menemukan jalan buntu. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih saja kurang mendukung posisi buruh. Pada awal September 2015 tejadi demo di berbagai wilayah di Indonesia, 4 Universitas Sumatera Utara buruh menuntut kenaikan upah, pemerintah memperketat aturan bagi tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia, meurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan pokok, peraturan perundang-undangan Jaminan Hari Tua dan yang paling utama dalam aksi demo ini adalah menuntut kejelasan dari pemerintah mengenai banyaknya buruh yang di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat perekonomian Indonesia yang semakin melemah (IndoBerita, 2015). Di Medan ratusan buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 (SBSI 1992) demo di depan halaman kantor Gubernur Sumatera Utara. Ratusan buruh tersebut melakukan demo di kantor Gubernur Sumatera Utara menuntut agar segera dilakukan Revisi UMP (Upah Minumum Provinsi). Buruh menuntut agar upah minimum provinsi dinaikkan karena upah yang mereka terima tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka yang semakin hari semakin bertambah. Harga BBM yang naik tidak diikuti dengan naiknya upah buruh. Tentu saja ini menyulitkan buruh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Buruh yang merasa bahwa hak-haknya perlu untuk diperjuangkan bergabung dalam serikat buruh untuk menyuarakan aspirasinya. Jika buruh hanya sendiri menuntut haknya untuk dipenuhi ini hanya akan menjadi hal yang sia-sia karena pengusaha tidak akan mendengarkan suara dari satu orang saja. Serikat buruh disini menjadi pelindung bagi buruh, dimana serikat buruh menjadi tameng bagi buruh dalam melawan ketidakadilan yang diterima oleh buruh. Serikat buruh harus benar-benar menyuarakan kebutuhan buruh bukan mengambil keuntungan dari situasi yang dihadapi oleh buruh. Serikat buruh merupakan organisasi yang dibentuk atas dasar kesepakatan dan keinginan dari buruh itu sendiri dengan tujuan menyuarakan dan 5 Universitas Sumatera Utara memperjuangkan hak-hak buruh. Banyak permasalahan yang terjadi antara buruh dan pengusaha. Permasalahan tersebut berupa pengusaha tidak memenuhi hak-hak buruh seperti upah yang layak dan memberikan jaminan sosial bagi buruh. Oleh karena itu, buruh memerlukan wadah untuk berlindung dan membantu permasalahan yang dihadapi oleh buruh. Untuk memperjuangkan dan menuntut hak-haknya, buruh melalui serikat buruh yang memiliki kekuatan dan anggota yang banyak diharapkan memberikan ancaman yang berarti bagi pengusaha dan mempertimbangkan untuk memenuhi hak-hak buruh. Hal ini dikarenakan oleh serikat buruh memiliki daya tawar yang tinggi dimata pengusaha. Apabila pengusaha tidak memenuhi keinginan buruh, maka buruh melalui serikat buruh dapat mengancam pengusaha dengan cara demo atau mogok kerja. Demo dan mogok kerja tentu saja dapat merugikan pengusaha karena buruh yang demo dan mogok kerja melumpuhkan kegiatan produksi (Sitorus, Thoga M. 2007). Di Indonesia sendiri perkembangan gerakan buruh diawali dengan didirikannya Boedi Oetomo pada tahun 1908 yang kegiatannya masih dipengaruhi oleh gerakan komunis Eropa. Organisasi buruh dijadikan alat partai politik pada tahun 1945 setelah kemerdekaan. Pasca Proklamasi kemerdekaan, urusan ketenagakerjaan menjadi bagian dar kementrian sosial. Buruh yang selama masa perang kemerdekaan belum memperhatikan masalah kesejahteraan dan kepastian kerja mulai mencurahkan perhatian terhadap hal tersebut. Kesadaran buruh yang meningkat ditandai dengan banyaknya aksi mogok sebagai tanda kesadaran buruh akan hak pribadinya perlu diperjuangkan dalam lapangan sosial-ekonomi. Peraturan ketenagakerjaan pada era pasca proklamasi cenderung memberikan jaminan sosial dan perlindungan kepada buruh (Agusmidah, 2010). 6 Universitas Sumatera Utara Pada masa orde lama tahun 1965 setelah kegagalan G-30-S PKI, serikat buruh berusaha menyatukan diri dengan dibentuknya Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI). Pemimpin serikat buruh mendeklarasikan persatuan serikat buruh pada tahun 1973 dan terbentuklah Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Pada masa orde lama pemerintah dengan tegas melarang tindakan pemogokan dan penutupan perusahaan (lock out) dengan dikeluarkannya Undang Undang No.7 PRP/1963 tentang pencegahan Pemogokan dan Penutupan (lock out) di perusahaan-perusahaan. Selama periode kekuasaannya, Orde Baru telah mengembangkan kebijakan korporatisme sebagai mekanisme pengendalian yang terbukti efektif meredam konflik antarkelas dan antarkelompok masyarakat. Lahirnya Federasi Buruh Seluruh Indonesia (kemudian menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia-SPSI) pada bulan Februari 1973 dimaksudkan sebagai wadah korporatis organisasi buruh saat itu yang kehadirannya disponsori oleh para perwira militer yang dekat dengan Suharto. Melalui doktrin Hubungan Industrial Pancasila (HIP) yang menekankan prinsip keselarasan dan keharmonisan antara buruh dan majikan, menjadikan SPSI sebagai sarana efektif untuk menindas konflik. Pada masa ini, kebebasan berserikat telah dilanggar untuk mendukung program pembangunan yang dirancang oleh pemerintah, atas nama stabilitas nasional maka serikat pekerja digiring untuk menjadi serikat pekerja tunggal (single union) yang pada tataran pengurusnya sangat ditentukan oleh pemerintah. Keruntuhan rezim Orde Baru melahirkan gerakan aktivis buruh yang secara intensif mengadvokasi nasib kaum buruh di tengah keprihatinan atas ketidakberdayaan kelas buruh dalam pusaran kuasa modal. 7 Universitas Sumatera Utara Kebebasan berserikat dan demokratisasi yang dijunjung tinggi pada era reformasi tahun 1998 membuat pemerintah Indonesia merativikasi Konvensi ILO (Internasional Labour Organization). Dengan diberikannya kebebasan untuk berserikat dan menyampaikan pendapat, buruh memilki kembali haknya untuk berserikat (Sitorus, Thoga M. 2007). Serikat buruh mememilki beberapa bentuk oraganisasi seperti serikat buruh kejuruaan, serikat yang didalamnya merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki jenis dan keterampilan yang sama. Federasi umum, terdiri dari buruh yang tidak berdasarkan keterampilan, tempat bekerja dan majikannya. Serikat buruh industri nasional, menyatukan seluruh buruh dalam satu cabang industri. Serikat buruh sekerja, organisasi yang mengorganisir buruh dalam satu pabrik atau perusahaan. Dalam kegelisahan yang dialami oleh buruh pada masa orde baru mendorong buruh untuk membentuk organisasi buruh yang diharapkan dapat memperjuangkan hak-hak buruh. Konteks sosial politik saat itu mengharuskan SBSI 1992 hadir seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan aktivis buruh terhadap organisasi korporatis yang telah ada saat itu. SBSI 1992 didirikan pada 25 April 1992 dengan nama Federasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (FBSI). SBSI 1992 merupakan organisasi yang dibentuk oleh Muchtar Pakpahan karena organisasi buruh pada saat itu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dinilai tidak dapat mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh. Banyak sekali tuntutan dan aksi yang dilakukan oleh buruh agar hak-hak yang mereka miliki terpenuhi. Hal ini menjadi sorotan dunia sehingga banyak sekali pembahasan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi terkait masalah ketenagakerjaan. Sehingga diperlukan wadah bagi buruh untuk berlindung dan 8 Universitas Sumatera Utara menyuarakan aspirasinya yaitu serikat buruh. SBSI 1992 hadir sebagai organisasi buruh yang mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh. Yang dilakukan SBSI 1992 untuk mewakili dan memperjuangkan hak-hak buruh khusunya hak-hak normatif buruh adalah advokasi. SBSI 1992 merupakan organisasi yang memiliki fondasi yang kuat baik dari segi struktur organisasi maupun dari segi finansial. Hal ini dikarenakan oleh SBSI 1992 merupakan salah satu organisasi buruh terbesar di Indonesia yang telah lama eksis yaitu dari masa orde baru sampai sekarang. Berdasarkan anggaran dasar gerakan, SBSI 1992 membawa visi bagi terciptanya serikat buruh yang sejahtera, terdidik, terorganisir, memiliki solidaritas sesama buruh serta menjunjung tinggi HAM dan demokrasi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Misi yang hendak diperjuangkan pengorganisasian, advokasi dan adalah melakukan pendidikan membangun semangat solidaritas dan pemberdayaan ekonomi masyarakat buruh. Namun demikian, sejauh mana SBSI 1992 mampu mengimplementasikan dan mengaktualisasikan visi dan misinya saat ini menjadi penting untuk diteliti lebih jauh. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti hendak menjawab sejumlah pertanyaan krusial mengenai SBSI 1992 sebagai sebuah institusi sekaligus aktor gerakan politik. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Fungsi Advokasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia 1992 dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh”. 9 Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Sumatera Utara (DPD SBSI 1992 Sumut) menjalankan fungsi advokasinya dalam memperjuangkan hak-hak normatif buruh? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi advokasi DPD Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 (DPD SBSI 1992), Sumatera Utara dalam memperjuangkan hak-hak normatif buruh. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan fungsi serikat buruh. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tema penelitian ini. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa sosiologi khususnya mata kuliah yang berhubungan dengan 10 Universitas Sumatera Utara buruh seperti sosiologi perburuhan dan sosiologi industri dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat umum. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi serikat buruh lainnya, buruh, pemerintah khususnya yang berhubungan dengan bidang ketenagakerjaan agar dapat membuat kebijakan pro buruh. Penelitiam ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam ilmu sosiologi, penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai fungsi serikat buruh. 1.5 Defenisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan menfokuskan penlitian. Konsep-konsep yang penting dalam penelitian ini adalah : 1. Buruh Buruh adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, dengan melakukan pekerjaannya buruh mendapatkan imbalan dari pengusaha. Menurut UU no. 13 Tahun 2003 pasal 1, buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima imbalan atau upah dalam bentuk lain. Upah yang diterima buruh merupakan hak buruh yang diterima berupa uang sebagai imbalan dari pengusaha yang ditetapkan dan dibayar berdasarkan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang dilakukan buruh. Kebutuhan buruh secara rohani dan jasmani harus dipenuhi untuk 11 Universitas Sumatera Utara menunjang produktivitas kerja buruh sehingga menciptakan suasana kerja yang sehat. Buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buruh yang terdaftar sebagai anggota dari serikat buruh SBSI 1992 DPD Sumatra Utara. 2. Hak normatif buruh Hak buruh merupakan konsekuensi dari adanya hubungan kerja antara buruh dan pengusaha, selalu melekat pada setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji. Karena pekerjaannya di bawah perintah orang yang memmberi pekerjaan maka seorang pekerja perlu memperoleh jaminan perlindungan dari tindakan yang sewenang-wenang dari orang yang membayar gajinya. Hak buruh tersebut muncul secara bersamaan ketika buruh mengikat dirinya pada si majikan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Problem ketenagakerjaan yang dihadapi oleh buruh berkait dengan sempitnya peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kerja, tingkat gaji yang rendah. Kebijakan-kebijakan dari pemerintah lebih banyak menguntungkan pelaku usaha dari buruh itu sendiri. Outsorcing dan rendahnya Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadi satu dari banyak contoh kebijakan pemerintah yang pro pengusaha. Problematika yang dihadapi oleh buruh berkaitan dengan kesejahteraan hidupnya, pemenuhan gaji atau UMK yang layak, tunjangan sosial dan kesehatan, isu-isu pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Dalam penelitian ini, hak buruh yang dimaksud adalah hak normatif, yaitu untuk mendapatkan upah atau gaji yang layak dan sebanding dengan 12 Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang telah dilakukan buruh. Gajji yang diterima buruh harus dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh sehingga kesejahteraan buruh dapat terjamin. Hak mendapatkan jaminan sosial seperti adanya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), buruh itu sendirilah yang menyediakan iuran wajib untuk melaksanakan program ini. Dana yang dibutuhkan untuk jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian, sebenarnya ditanggung oleh buruh itu sendiri dengan menabung wajib sekian persen dari gajinya setiap bulan untuk ditabung, lalu diolah dalam sistem ribawi agar berbunga terus untuk memenuhi kebutuhan seluruh jaminan tersebut. Jika buruh sudah tidak mampu bekerja karena usia, kecelakaan, PHK atau sebab lainnya, maka ia tidak punya pintu pemasukan dana lagi. Kondisi ini menyebabkan kesulitan hidup luar biasa, terutama bagi seorang warga negara yang sudah tidak dapat bekerja atau bekerja dengan gaji sangat minim hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu buruh membutuhkan jaminan sosial berupa BPJS yang akan menjamin pemenuhan kebutuhannya jika suatu saat buruh tidak dapat bekerja. Hak normatif yang diterima oleh buruh yaitu, hak mendapatkan pesangon, cuti, dan menerima upah lembur. 3. Serikat Buruh Serikat pekerja adalah organisasi demokratis yang berkesinambungan dan permanen dibentuk secara sukarela dari, oleh dan untuk pekerja. Serikat buruh dibentuk untuk melindungi dan membela hak dan kepentingan pekerja beserta keluarganya, memperbaiki kondisi–kondisi dan syarat – 13 Universitas Sumatera Utara syarat kerja melalui perjanjian tawar menawar kolektif dengan manajemen/pengusaha, melindungi dan membela pekerja beserta keluarganya akan keadaan sosial dimana mereka mengalami kondisi sakit, kehilangan dan tanpa kerja (PHK), mengupayakan agar manajemen/pengusaha mendengarkan dan mempertimbangkan suara atau pendapat serikat pekerja sebelum membuat keputusan (Konvensi ILO No.87). Serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di dalam maupun diluar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh. Ada empat manfaat organisasi buruh dalam posisi buruh dengan majikan, Pertama Organisasi buruh diberi peran sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial. Kedua, Organisasi buruh diberi peran sebagai wakil buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan. Ketiga, Organisasi buruh diberi peran untuk ikut serta menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Keempat, Organisasi buruh diberi peran sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya. Serikat buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Sumatera Utara (DPD SBSI 1992 Sumut). 14 Universitas Sumatera Utara 4. Fungsi Advokasi Advokasi adalah aksi-aksi sosial, politik dan kultural yang dilakukan secara sistematis dan terencana dilakukan secara kolektif untuk mengubah kebijakan publik dalam rangka melindungi hak-hak rakyak dan menghindari bencana buatan manusia. Kebijakan pengupahan sebagai proses alienasi dan marginalisasi kaum buruh dalam proses industrialisasi. Perserikatan sebagai kekuatan utama bagi kelas buruh untuk menyuarakan tuntutan dan perjuangannya perlu mendapat penegasan posisi dan strategi gerakan. Serikat buruh bertanggung jawab di bidang ketenagkerjaan untuk membuat perjanjian kerja dengan pengusaha yang memuat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua pihak. Apabila perjanjian kerja tidak terlaksana dengan baik, maka serikat buruh yang dipercayakan buruh dapat mengambil tindakan yang benar-benar menguntungkan buruh. Serikat buruh mengambil langkah yang tepat dan bijaksana untuk menyelesaikan masalah atas tidak dijalankannya perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut memuat hak-hak yang diterima buruh yang merupakan poin penting bagi buruh itu sendiri. Serikat buruh memperjuangkan hak normatif buruh dengan cara melakukan advokasi untuk mencapai tujuan buruh. Serikat buruh menjadi ujung tombak bagi buruh untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan sebagai imbalan dari pekerjaan yang mereka lakukan. Fungsi advokasi dalam penelitian ini adalah serikat buruh melakukan pendampingan terhadap buruh dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan, memberikan perlindungan, pembelaan hak normatif dan meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan 15 Universitas Sumatera Utara keluarganya, memberikan bantuan hukum secara langsung kepada anggota yang memerlukan bantuan dalam hubungan industrial. Selain itu, fungsi advokasi dari serikat buruh adalah sebagai kuasa/wakil dari pekerja atau anggota dari serikat pekerja di Lembaga Sengketa Hubungan Industrial, mengadakan penyuluhan dan pelatihan serta memberikan informasi di bidang hukum, ketenagakerjaan mengawasi serta pelaksanaan implementasinya peraturan dalam setiap dibidang kebijakan manajemen, menerima keluhan dan pengaduan anggita SP/SB dan menindaklanjutinya, serta memberikan saran-saran dan pendapat hukum/legal opinion terhadap organisasi. 16 Universitas Sumatera Utara