BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Struktur Modal 1.1 Pengertian Struktur modal Dalam ilmu ekonomi, modal adalah sebuah konsep yang dipahami secara berbeda, tergantung pada konteks penggunaannya dan aliran pemikiran yang diadopsi. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan atau perkembangan. Modal dapat diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki untuk menyediakan layanan yang sedang berlangsung atau kekayaan yang digunakan dalam proses produksi, yang meliputi kekayaan dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan. Modal berfungsi sebagai penyangga untuk menyerap kerugian yang tidak terduga serta untuk mendanai kegiatan yang sedang berlangsung oleh perusahaan. Secara umum, perusahaan memilih untuk menahan campuran ekuitas dan hutang modal yang memenuhi risiko dan preferensi keuntungan ekuitas pemegang saham dan investor utang. Kapitalisasi Sebuah perusahaan adalah indikator pasar yang penting bagi calon investor serta lembaga dan pihak berkepentingan lainnya. Tidak ada jumlah uang bisa disebut modal. Jumlah uang menjadi modal ketika ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya "return" (rate of return). Dalam hal ini juga mengacu 6 7 pada modal investasi itu sendiri, yang mungkin termasuk instrumen keuangan seperti deposito, saham, atau surat saham yang mencerminkan hak atas alat-alat produksi, atau mungkin juga menjadi sarana produksi fisik. Pengembalian yang mungkin pembayaran bunga, atau klaim untuk manfaat. Modal merupakan salah satu elemen terpenting dalam meningkatkan pelaksanaan kegiatan perusahaan di samping sumber daya manusia, mesin, material, dan metode. Oleh karena itu, perusahaan wajib melakukan perencanaan berkaitan dengan modal, baik menambah atau mengurangi modal sendiri. Modal tentu terkait dengan struktur modal. Struktur modal (Capital structure) adalah pembiayaan permanen utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham menurut Weston dan Copeland (2008). Definisi lain struktur modal menurut Riyanto (2011:282) adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (hutang jangka panjang) dengan modal sendiri. Struktur modal adalah bagaimana perusahaan membiayai operasi secara keseluruhan dan pertumbuhan dengan menggunakan berbagai sumber dana. Utang biasanya dalam bentuk obligasi atau catatan hutang jangka panjang, sementara ekuitas diklasifikasikan sebagai saham biasa, saham preferen atau laba ditahan. Struktur modal merupakan salah satu alat yang efektif manajemen untuk mengelola biaya modal. Struktur modal yang optimal dicapai pada suatu titik dimana biaya modal adalah dalam minimum, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam keuangan struktur modal adalah topik yang paling diperdebatkan dan terus diteliti. Keputusan struktur 8 modal merupakan salah satu keputusan terpenting yang dibuat oleh manajemen keuangan. Keputusan struktur modal di pusat banyak melibatkan keputusan lain di bidang keuangan perusahaan. Ini termasuk kebijakan dividen, pembiayaan proyek, isu sekuritas jangka panjang, pembiayaan merger, buyout dan lain-lain. Salah satu dari banyak tujuan seorang manajer keuangan perusahaan adalah untuk memastikan biaya modal yang lebih rendah dan dengan demikian memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Untuk mengukur struktur modal menggunakan rasio struktur modal yang disebut rasio leverage jangka panjang. Rasio leverage jangka panjang adalah rasio hutang jangka panjang terhadap total aset. Utang jangka panjang untuk rasio total aset didefinisikan, pada bentuk yang paling sederhana, secara indikasi digambarkan porsi total aset perusahaan dibiayai dari utang jangka panjang. Rasio ini memberikan informasi tentang prospek pembiayaan perusahaan untuk masa depan. Struktur Modal= 1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan. Perusahaan secara umum memperhitungkan beberapa faktor ketika membuat keputusan struktur modal Menurut Brigham dan Houston (2011), ada empat faktor utama dan sebelas faktor lain yang dapat 9 dipertimbangkan dalam membuat keputusan struktur modal. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1) Risiko Bisnis Risiko bisnis atau risiko yang inheren dengan operasi risiko jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka semakin rendah rasio hutang optimalnya. 2) Posisi Perpajakan Bunga yang timbul akibat penggunaan hutang akan menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurani biaya hutang efektif. 3) Fleksibilitas Keuangan Potensi kebutuhan dana dimasa depan maupun konsekuensi dari kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal. Semakin tinggi kemungkinan kebutuhan modal dimasa depan, dan semakin buruk konsekuensi dari kekurangan dana, maka neraca perusahaa harus semakin kuat. 4) Konservatisme atau Keagresifan Manajemen Beberapa manajer lebih agresif dari yang lainnya, sehingga beberapa perusahaan cenderung menggunakan hutang sebagai usaha untuk meningkatkan keuntungan. Faktor ini tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal optimal yang sebenarnya, atau yang memaksimalkan nilai, namun memang memiliki pengaruh struktur modal sasaran yang ditentukan oleh para manajer. 10 5) Stabilitas Penjualan Perusahaan yang memiliki penjualan yang relative stabil akan dapat menggunakan hutang lebih banyak dan mananggung beban tetap yang lebih tinggi dari pada perusahaanyang memiliki penjualan yang tidak stabil. 6) Strukur Aktiva Perusahaan yang memiliki aktiva yang cocok sebagai jaminan atau jaminan cenderung lebih banyak menggunakan hutang. 7) Leverage Operasi Perusahaan yang memiliki leverage operasi yang lebih baik dalam menetapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 8) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. 9) Profitabilitas Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi akan cenderung lebih sedikit dalam penggunaan hutang. 10) Pajak Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak. Sedangkan pengurang pajak merupakan hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh sebab itu, semakin tinggi tarif 11 pajak sebuah perusahaan, maka semakin besar manfaat yang diperoleh dari hutang. 11) Pengendalian Pertimbangan pengendalian dapat mengarah pada penggunaan hutang maupun ekuitas, karena jenis modal yang dapat melindungi manajemen akan bervariasi dari situasi ke sitiuasi lainnya. 12) Sikap Manajemen Manajemen dapat menerapkan pertimbangan tersendiri atas struktur modal yang tepat karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih inggi dari pada struktur modal yang lainnya. 13) Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat Pemeberi pinjaman dan agen pemberi peringkat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi peusahaan yang berkaitan. 14) Kondisi Pasar Kondisi pasar dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada struktur modal optimal sebuah perusahaan. 15) Kondisi Internal Perusahaan Kondisi internal perusahaan dapat mempengauhi sasaran struktur modal. Apabila sebuah perusahaan meramalkan akan memperoleh 12 keuntungan yang besar, maka perusahaan tersebut tidak akan memilih untuk menerbitkan saham. Perusahaan akan lebih memilih sumber pendanaan dari hutang sampai keuntungan yang besar tadi dapat terwujud dan tercemin dalam harga sahamnya. Beberapa pendekatan dalam analisis struktur modal, yaitu: a. Pendekatan laba bersih (Net income approach) Mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan tngkat biaya utang konstan maka semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal ratarata tertimbang akan semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat. Nilai perusahaan meningkat jika perusahaan menggunakan utang semakin besar. b. Pendekatan laba operasi bersih (Net operating income approach) Mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih.Kedua, penggunaan utang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh 13 pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting. c. Pendekatan tradisional yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademis Mengasumsikan, bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan, sehingga baik tingkat biaya utang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan. Tetapi setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar dari pada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Maka nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar.Menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum. 1.3 Komponen Struktur Modal Komponen-komponen struktur modal menurut Bambang Riyanto (2001:238) dalam http:// ekonomi.kabo.biz adalah sebagai berikut : 14 1. Modal asing atau modal jangka panjang Modal asing atau modal jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya pada umumnya lebih dari lima tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Jenis – jenis hutang jangka panjang adalah : a) Obligasi atau bonds adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak jangka panjang antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi. b) Pinjaman Hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang dengan aktiva tidak bergerak dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap aktiva tersebut artinya apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya maka barang jaminan tersebut dapat untuk menutupi utangnya. Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan 15 bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan untuk membayar kembali hutang atau bunganya akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau keseluruhan modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula sebaliknya para kreditur pun dapat kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya dana/pinjaman dan bunganya. 2) Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. pada dasarnya merupakan modal yang berasal dari pemilik, bisa berasal dari dalam perusahaan berupa keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas modal sendiri dapat dibagi menjadi: a) Modal saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan/pemilikan seseorang/badan dalam suatu perusahaan. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. 16 1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. 2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. b) Keuntungan (laba) yang ditahan Laba yang ditahan adalah bagian laba yang ditanam kembali dalam perusahaan. Laba yang diperoleh tidak semuanya dibagikan kepada para pemilik (pemegang saham) sebagai dividen, tetapi sebagian akan ditahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk membiayai keperluan perusahaan. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian– kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan 17 Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup serta melindungi perusahaan dari resiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi – investasi yang menghadapi resiko kerugian atau kegagalan yang relatif besar. 1.4 Teori Struktur Modal a. Teori Trade off Model Megginson (1997) model Trade off theory dalam Andi Kartika (2009) menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan utang dengan cost financial dan agency problem. Trade off theory menyatakan bahwa struktur modal optimal tercapai pada saat terjadi keseimbangan antara manfaat penggunaan utang dengan biaya menggunakan utang. Menurut Mirza (1996) dalam Andi Kartika (2009) the trade–off model memang tidak dapat dipergunakan untuk menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan tetapi melalui model ini memungkinkan dibuat 3 model kesimpulan tentang penggunaan leverage Aji (2003) dalam penelitian Andi Kartika (2009) yaitu : 1. Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan hutang yang lebih besar. 2. Perusahaan yang memiliki tangible assets dan marketable assets seharusnya dapat menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang 18 memiliki nilai terutama dari itangible assets. Hal ini disebabkan itangible assets lebih mudah untuk kehilangan nilai apabila terjadi financial distress, dibandingkan standar asset dan tangible asset. 3. Perusahaan di Negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya memuat hutang yang lebih besar dalam struktur modalnya dari pada perusahaan yang dibayarkan diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi pajak penghasilan. b. Teori Modigliani dan Miller (M&M) Modigliani – Miller (1958) dalam artikelnya yang berjudul “the cost corporation Finance and the theory of investment” dalam Andi Kartika (2009) mengemukakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax rate shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan adanya pajak, pada umumnya bunga dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikarenakan pajak atau dengan kata lain bersifat tax deductible. Dengan demikian, apabila 2 perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama tetapi yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Namun pendapat M&M yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilainya bila menggunakan hutang 19 sebesar-besarnya (dalam keadaan kena pajak) ini mengandung kritik dan keberatan dari para prektisi. Keberatan tersebut disebabkan oleh asumsi yang digunakan M&M dalam analisis mereka, yaitu pasar modal yang sempurna. Adanya ketidak sempurnaan pasar modal menyebabkan pemilik perusahaan atau pemegang saham mungkin keberatan untuk menggunakan leverage yang ekstrim karena akan menurunkan nilai perusahaan. Apabila pasar modal tidak sempurna, kemungkinan antara lain munculnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan. c. Pecking Order Theory Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan 20 mengacu pada packing order theory adalah : internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) Kaaro (2003:53) dalam Saidi (2001). Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan haraga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal. d. Asymmetric Information Theory Asymmetric Information Theory merupakan suatu kondisi dimana manager perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya Gitman (2009) . Adannya asymmetric information membuat manager perusahaan lebih leluasa bertindakan di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat 21 informasi baru segera direflesikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesat. 2. Struktur Aktiva (Asset Structure) Struktur Aktiva (Tangibility) adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Tangibilitas merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Definisi lain struktur aktiva adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Kartini,2008:15). Tangibilitas merupakan faktor yang penting dalam keputusan pendanaan perusahaan, karena aset-aset berwujud (tangibles assets) bertindak sebagai jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal terjadinya kesulitan keuangan. Apabila struktur aktiva (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap manajer (Kartini,2008:12). Karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah 22 perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan. Dengan kata lain keputusan pendanaan (struktur modal) melibatkan para pemilik saham perusahaan atau pemilik perusahaan yang merupakan bagian-bagian dari struktur kepemilikan. 3. Peluang Pertumbuhan (Growth Opportunity) Peluang Pertumbuhan (Growth Opportunity) adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan. Definisi lain peluang pertumbuhan adalah perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Kartini,2008:15). Pertumbuhan aktiva adalah proxy peluang pertumbuhan. Pertumbuhan aktiva menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaanperusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih banyak mempertahankan laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan utang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai prediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi di masa mendatang akan lebih memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi berharap akan menikmati pertumbuhan 23 tersebut bagi para pemegang saham. Sebaliknya, apabila perusahaan memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penggunaan utang. Dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang (Umar Mai, 2006:233) . 4. Profitabilitas (Profitability) 4.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118). Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba 24 dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan beban. Sesuai dengan teori pecking order, yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan. Sebagai perimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan sinyal negatif karena pasar menginterprestasikan perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini. Sedangkan disisi lain perusahaan-perusahaan dengan profit yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat pajak. Hal ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi (Umar Mai, 2006:234). Hal itu juga diungkapkan dengan teori Modigliani dan Miller telah membuat penjelasan tentang pajak bunga, perusahaan dengan tingkat 25 keuntungan atau laba yang tinggi akan menggunakan hutang yang besar untuk mendapatkan keuntungan dari pajak. 4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu menurut Bambang Riyanto (2001:240) dalam http:// ekonomi.kabo.biz adalah sebagai berikut : 1) Untuk menghitung ataupun mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri maupun modal pinjaman. 6) Untuk mengukur prodiktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri, dan tujuan lainnya. Sedangkan manfaat yang diperoleh adalah : 1) Untuk mengetahui besarnya tingkat laba perusahaan dalam satu periode. 2) Untuk mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Untuk mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 26 5) Untuk mengetahui prosuktifitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri, serta manfaat lainnya. 4.3 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna. Dalam prakteknya, jenis-jenis rasio yang digunakan adalah : 1) Gross profit margin (GPM) Yaitu penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. 2) Net profit margin (NPM) Yaitu laba bersih dibagi penjualan. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjulan yang dilakukan. 27 3) Return on asset (ROA) Yaitu laba bersih dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pandapatan. 4) Return on equity (ROE) Yaitu laba bersih dibagi ekuitas. Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham. 5) Earning per share (EPS) Yaitu laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Rasio ini menggambarkan tingkat pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. 6) Payout ratio (PR) Yaitu dividen kas dibagi laba bersih. Rasio ini menggambarkan persentase dividen kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan. 28 5. Ukuran Perusahaan (Firm size) Ukuran perusahaan (Firm size) adalah tingkat penjualan, jumlah tenaga yang terlibat dan total asset atau menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan (Umar Mai, 2006:234). Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan utang. Ukuran perusahaan bisa dijadikan acuan untuk menilai kemungkinan kegagalan perusahaan seperti di bawah ini : a) Biaya kebangkrutan adalah fungsi yang membatasi nilai perusahaan; b) Perusahaan-perusahaan besar biasanya lebih suka melakukan diversifikasi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil, dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut lebih kecil. Struktur modal suatu perusahaan dapat dipengaruhi dari ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar suatu perusahaan maka penggunaan dana eksternal cenderung akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya dana yang dibutuhkan oleh perusahaan besar. Jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan dana yang besar tersebut adalah dengan menggunakan dana eksternal. Perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih mengahadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan mendadak situasi ekonomi. Perusahaan-perusahaan besar 29 juga cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap risiko kebangkrutan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil akan memiliki lebih sedikit utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Perusahaan-perusahaan besar akan memiliki kepastian yang lebih besar untuk melakukan pinjaman. B. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang faktorfaktor struktur modal. Penelitian Masdar Mas’ud (2008) membahas mengenai f Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal dan hubungannya terhadap nilai perusahaan. Variabel yang digunakan adalah efek perpajakan, struktur akiva, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Efek perpajakan berpengaruh terhadap Struktur Modal; (2). Struktur Aktiva dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal; (3). Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal; (4). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Penelitian Kartini (2008) membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur. Variabel yang digunakan adalah struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). 30 Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Struktur Modal. (2). Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Pertumbuhan Aktiva berpengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Penelitian Nina (2010) membahas tentang variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan-perusahaan LQ-45. Variabel yang digunakan adalah Struktur Asset, Peluangan Pertumbuhan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan (variabel bebas) serta Struktur Modal (variabel terikat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1). Struktur Asset mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (2). Peluang Pertumbuhan tidak mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (5). Struktur Asset, Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas dan Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. 31 Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya PENELITIAN TERDAHULU Penulis Tahun Judul Hasil (1). Efek perpajakan berpengaruh terhadap Struktur Modal; (2). Struktur Aktiva dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal; (3). Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal; (4). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Masdar Mas’ud 2008 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan hubungannya terhadap nilai perusahaan. Kartini 2008 faktor-faktor mempengaruhi modal pada manufaktur. Nina 2010 yang variabel-variabel mempengaruhi struktur modal pada perusahaanperusahaan LQ-45. yang (1). Struktur Kepemilikan tidak struktur berpengaruh terhadap Struktur perusahaan Modal. (2). Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Pertumbuhan Aktiva berpengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Sumber : Beberapa jurnal dan skripsi terdahulu (1). Struktur Asset mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (2). Peluang Pertumbuhan tidak mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. 32 C. Kerangka Pemikiran Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Di dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan adanya suatu variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang – kadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt) kadang – kadang perusahaan lebih baik kalau menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity). Oleh karena itu manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya hutang jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu diperhitungkan berbagai faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang memepengaruhi struktur modal. Dimana struktur modal tersebut menjadi variabel dependent yang hasilnya bergantung pada variabel lainnya. Sedangkan variabel independen terdiri dari struktur aktiva, peluang pertumbuhan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 33 Struktur Aktiva Peluang Pertumbuhan Struktur Modal Profitabilitas Ukuran Perusahaan Gambar 2.1 Model Konseptual D. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005:51). Hipotesis dalam penelitian ini dibuat berdasarkan pada teori-teori dari literatur dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Struktur Aktiva (Tangibility) adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva perusahaan disajikan sebagai jaminan atas utang merupakan cara untuk mengurangi resiko kreditur dan memberi jaminan bagi kreditur dalam hal terjadinya kesulitan keuangan. Dengan demikian, perusahaanperusahaan yang memiliki lebih banyak aktiva berwujud lebih mungkin untuk memperoleh lebih banyak pinjaman. Maka besarnya komponen utang akan berhubungan positif dengan tingkat struktur aktiva. Apabila struktur aktiva 34 (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap manajer (Kartini 2008:12). Hal ini karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H1: Struktur Aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Peluang Pertumbuhan adalah perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Peluang pertumbuhan diukur dari proporsi peningkatan total aktiva dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan. Semakin kecil rasio ini, maka semakin kurang optimal kinerja yang dicapai perusahaan. Perusahaanperusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih banyak mempertahankan laba. Laba ditahan dari perusahaanperusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan utang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan (Mai, 2006:233). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H2 : Peluang pertumbuhan berpengaruh terhadap struktur modal 35 Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut teori Modigliani dan Miller telah membuat penjelasan tentang pajak bunga, perusahaan dengan tingkat keuntungan atau laba yang tinggi akan menggunakan hutang yang besar untuk mendapatkan keuntungan dari pajak. Lebih jauh lagi dengan adanya ketidakjelasan informasi, perusahaan dengan tingkat keuntungan atau laba yang tinggi akan meningkatkan struktur modalnya (Jensen, 1986). Jika hal tersebut benar, maka akan ada hubungan antara profitabilitas dengan kebutuhan pendanaan. Hal ini kontras dengan teori pecking order. Brigham dan Houston (2001:40) dalam Nina & Ceacilia (2010) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengambilan yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan penelitian (Masdar Mas’ud (2008) serta Nina 2010), profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal Ukuran Perusahaan (Size) adalah ukuran atau jumlah aset atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan Gitman (2009). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan utang. 36 Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan tingkat kepercayaan yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaan-perusahaan besar, dibandingkan dengan kepercayaan mereka kepada perusahaan kecil (Umar Mai, 2006:234). Pada penelitian Nina (2010) , ukuran perusahaan bersama dengan variabel lain berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.