BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1.
Struktur Modal
1.1
Pengertian Struktur modal
Dalam ilmu ekonomi, modal adalah sebuah konsep yang dipahami
secara berbeda, tergantung pada konteks penggunaannya dan aliran
pemikiran yang diadopsi. Secara historis konsep modal juga mengalami
perubahan atau perkembangan. Modal dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dimiliki untuk menyediakan layanan yang sedang berlangsung atau
kekayaan yang digunakan dalam proses produksi, yang meliputi kekayaan
dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan. Modal berfungsi sebagai
penyangga untuk menyerap kerugian yang tidak terduga serta untuk
mendanai kegiatan yang sedang berlangsung oleh perusahaan. Secara
umum, perusahaan memilih untuk menahan campuran ekuitas dan hutang
modal yang memenuhi risiko dan preferensi keuntungan ekuitas pemegang
saham dan investor utang. Kapitalisasi Sebuah perusahaan adalah indikator
pasar yang penting bagi calon investor serta lembaga dan pihak
berkepentingan lainnya. Tidak ada jumlah uang bisa disebut modal.
Jumlah uang menjadi modal ketika ditanam atau diinvestasikan untuk
menjamin adanya "return" (rate of return). Dalam hal ini juga mengacu
6
7
pada modal investasi itu sendiri, yang mungkin termasuk instrumen
keuangan seperti deposito, saham, atau surat saham yang mencerminkan
hak atas alat-alat produksi, atau mungkin juga menjadi sarana produksi
fisik. Pengembalian yang mungkin pembayaran bunga, atau klaim untuk
manfaat. Modal merupakan salah satu elemen terpenting dalam
meningkatkan pelaksanaan kegiatan perusahaan di samping sumber daya
manusia, mesin, material, dan metode. Oleh karena itu, perusahaan wajib
melakukan perencanaan berkaitan dengan modal, baik menambah atau
mengurangi modal sendiri. Modal tentu terkait dengan struktur modal.
Struktur modal (Capital structure) adalah pembiayaan permanen utang
jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham menurut
Weston dan Copeland (2008). Definisi lain struktur modal menurut
Riyanto (2011:282) adalah perimbangan atau perbandingan antara modal
asing (hutang jangka panjang) dengan modal sendiri. Struktur modal
adalah bagaimana perusahaan membiayai operasi secara keseluruhan dan
pertumbuhan dengan menggunakan berbagai sumber dana. Utang biasanya
dalam bentuk obligasi atau catatan hutang jangka panjang, sementara
ekuitas diklasifikasikan sebagai saham biasa, saham preferen atau laba
ditahan. Struktur modal merupakan salah satu alat yang efektif manajemen
untuk mengelola biaya modal. Struktur modal yang optimal dicapai pada
suatu titik dimana biaya modal adalah dalam minimum, sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam keuangan struktur modal adalah
topik yang paling diperdebatkan dan terus diteliti. Keputusan struktur
8
modal merupakan salah satu keputusan terpenting yang dibuat oleh
manajemen keuangan. Keputusan struktur modal di pusat banyak
melibatkan keputusan lain di bidang keuangan perusahaan. Ini termasuk
kebijakan dividen, pembiayaan proyek, isu sekuritas jangka panjang,
pembiayaan merger, buyout dan lain-lain. Salah satu dari banyak tujuan
seorang manajer keuangan perusahaan adalah untuk memastikan biaya
modal yang lebih rendah dan dengan demikian memaksimalkan kekayaan
pemegang saham. Untuk mengukur struktur modal menggunakan rasio
struktur modal yang disebut rasio leverage jangka panjang. Rasio leverage
jangka panjang adalah rasio hutang jangka panjang terhadap total aset.
Utang jangka panjang untuk rasio total aset didefinisikan, pada bentuk
yang paling sederhana, secara indikasi digambarkan porsi total aset
perusahaan dibiayai dari utang jangka panjang. Rasio ini memberikan
informasi tentang prospek pembiayaan perusahaan untuk masa depan.
Struktur Modal=
1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
Struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan
antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga
saham perusahaan. Perusahaan secara umum memperhitungkan beberapa
faktor ketika membuat keputusan struktur modal Menurut Brigham dan
Houston (2011), ada empat faktor utama dan sebelas faktor lain yang dapat
9
dipertimbangkan dalam membuat keputusan struktur modal. Faktor-faktor
tersebut yaitu:
1) Risiko Bisnis
Risiko bisnis atau risiko yang inheren dengan operasi risiko jika
perusahaan tidak menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis
perusahaan, maka semakin rendah rasio hutang optimalnya.
2) Posisi Perpajakan
Bunga yang timbul akibat penggunaan hutang akan menjadi pengurang
pajak, yang selanjutnya akan mengurani biaya hutang efektif.
3) Fleksibilitas Keuangan
Potensi kebutuhan dana dimasa depan maupun konsekuensi dari
kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal. Semakin
tinggi kemungkinan kebutuhan modal dimasa depan, dan semakin buruk
konsekuensi dari kekurangan dana, maka neraca perusahaa harus
semakin kuat.
4) Konservatisme atau Keagresifan Manajemen
Beberapa manajer lebih agresif dari yang lainnya, sehingga beberapa
perusahaan cenderung menggunakan hutang sebagai usaha untuk
meningkatkan keuntungan. Faktor ini tidak memiliki pengaruh terhadap
struktur modal optimal yang sebenarnya, atau yang memaksimalkan
nilai, namun memang memiliki pengaruh struktur modal sasaran yang
ditentukan oleh para manajer.
10
5) Stabilitas Penjualan
Perusahaan yang memiliki penjualan yang relative stabil akan dapat
menggunakan hutang lebih banyak dan mananggung beban tetap yang
lebih tinggi dari pada perusahaanyang memiliki penjualan yang tidak
stabil.
6) Strukur Aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang cocok sebagai jaminan atau
jaminan cenderung lebih banyak menggunakan hutang.
7) Leverage Operasi
Perusahaan yang memiliki leverage operasi yang lebih baik dalam
menetapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan
memiliki risiko bisnis yang lebih kecil.
8) Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan
diri pada modal eksternal.
9) Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang
sangat tinggi akan cenderung lebih sedikit dalam penggunaan hutang.
10) Pajak
Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak. Sedangkan
pengurang pajak merupakan hal yang sangat berharga bagi perusahaan
dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh sebab itu, semakin tinggi tarif
11
pajak sebuah perusahaan, maka semakin besar manfaat yang diperoleh
dari hutang.
11) Pengendalian
Pertimbangan pengendalian dapat mengarah pada penggunaan hutang
maupun ekuitas, karena jenis modal yang dapat melindungi
manajemen akan bervariasi dari situasi ke sitiuasi lainnya.
12) Sikap Manajemen
Manajemen dapat menerapkan pertimbangan tersendiri atas struktur
modal yang tepat karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa
satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih inggi
dari pada struktur modal yang lainnya.
13)
Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat
Pemeberi pinjaman dan agen pemberi peringkat sering kali
mempengaruhi keputusan struktur keuangan tanpa melihat analisis
para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi peusahaan
yang berkaitan.
14) Kondisi Pasar
Kondisi pasar dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam
jangka panjang maupun dalam jangka pendek dapat memberikan arti
yang penting pada struktur modal optimal sebuah perusahaan.
15) Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan dapat mempengauhi sasaran struktur
modal. Apabila sebuah perusahaan meramalkan akan memperoleh
12
keuntungan yang besar, maka perusahaan tersebut tidak akan memilih
untuk menerbitkan saham. Perusahaan akan lebih memilih sumber
pendanaan dari hutang sampai keuntungan yang besar tadi dapat
terwujud dan tercemin dalam harga sahamnya.
Beberapa pendekatan dalam analisis struktur modal, yaitu:
a.
Pendekatan laba bersih (Net income approach)
Mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai perusahaan
dengan
tingkat
kapitalisasi
yang
konstan
dan
perusahaan
dapat
meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang yang konstan
pula. Karena tingkat kapitalisasi dan tngkat biaya utang konstan maka
semakin besar jumlah utang yang digunakan perusahaan, biaya modal ratarata tertimbang akan semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang
semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang semakin besar, maka nilai
perusahaan akan meningkat. Nilai perusahaan meningkat jika perusahaan
menggunakan utang semakin besar.
b.
Pendekatan laba operasi bersih (Net operating income approach)
Mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap
penggunaan utang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya
modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat utang yang digunakan
oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti
halnya dalam pendekatan laba bersih.Kedua, penggunaan utang yang
semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko
perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
13
pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko
perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak
mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
c.
Pendekatan tradisional yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademis
Mengasumsikan, bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan
tidak mengalami perubahan, sehingga baik tingkat biaya utang maupun
tingkat kapitalisasi relatif konstan. Tetapi setelah leverage atau rasio utang
tertentu, biaya utang dan biaya modal meningkat. Peningkatan biaya modal
sendiri akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar dari pada
penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya
biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah
leverage tertentu akan meningkat. Maka nilai perusahaan mula-mula
meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan utang yang
semakin besar.Menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang
optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut
terjadi pada saat nilai maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan
biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
1.3 Komponen Struktur Modal
Komponen-komponen struktur modal menurut Bambang Riyanto (2001:238)
dalam http:// ekonomi.kabo.biz adalah sebagai berikut :
14
1.
Modal asing atau modal jangka panjang
Modal asing atau modal jangka panjang adalah hutang yang jangka
waktunya pada umumnya lebih dari lima tahun. Hutang jangka panjang ini
pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk
keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
Jenis – jenis hutang jangka panjang adalah :
a) Obligasi atau bonds adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi
kontrak jangka panjang antara pemberi pinjaman dengan yang diberi
pinjaman. Dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan
pokok pinjaman, pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi.
b) Pinjaman Hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang dengan aktiva
tidak bergerak dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap aktiva tersebut
artinya apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya maka barang
jaminan tersebut dapat untuk menutupi utangnya.
Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana
bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu.
Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya syarat–syarat pembayaran
kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan
untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau
hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus
dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan
kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan
15
bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian seandainya
perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya, maka
kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan
jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan untuk membayar kembali hutang atau
bunganya akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol
terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau keseluruhan
modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula sebaliknya para
kreditur pun dapat kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya
dana/pinjaman dan bunganya.
2) Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. pada
dasarnya merupakan modal yang berasal dari pemilik, bisa berasal dari dalam
perusahaan berupa keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dalam
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas modal sendiri dapat dibagi
menjadi:
a) Modal saham
Saham
dapat
didefinisikan
sebagai
tanda
penyertaan/pemilikan
seseorang/badan dalam suatu perusahaan. Dalam transaksi jual beli di
Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan
diperdagangkan.
16
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang
ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli
prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang
ditanamkan.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang
merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka
panjang.
b) Keuntungan (laba) yang ditahan
Laba yang ditahan adalah bagian laba yang ditanam kembali dalam
perusahaan. Laba yang diperoleh tidak semuanya dibagikan kepada para
pemilik (pemegang saham) sebagai dividen, tetapi sebagian akan ditahan
dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk membiayai keperluan
perusahaan.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang
dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian–
kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau
keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak
adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang
disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah
minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan
17
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam
perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara
kelangsungan hidup serta melindungi perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk
diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi –
investasi yang menghadapi resiko kerugian atau kegagalan yang relatif besar.
1.4 Teori Struktur Modal
a. Teori Trade off Model
Megginson (1997) model Trade off theory dalam Andi Kartika (2009)
menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan
menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan utang dengan cost financial dan
agency problem. Trade off theory menyatakan bahwa struktur modal optimal
tercapai pada saat terjadi keseimbangan antara manfaat penggunaan utang
dengan biaya menggunakan utang. Menurut Mirza (1996) dalam Andi Kartika
(2009)
the trade–off model memang tidak dapat dipergunakan untuk
menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan tetapi
melalui model ini memungkinkan dibuat 3 model kesimpulan tentang
penggunaan leverage Aji (2003) dalam penelitian Andi Kartika (2009) yaitu :
1. Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih
besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga
diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan hutang yang lebih besar.
2. Perusahaan yang memiliki tangible assets dan marketable assets seharusnya
dapat menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang
18
memiliki nilai terutama dari itangible assets. Hal ini disebabkan itangible
assets lebih mudah untuk kehilangan nilai apabila terjadi financial distress,
dibandingkan standar asset dan tangible asset.
3. Perusahaan di Negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya memuat
hutang yang lebih besar dalam struktur modalnya dari pada perusahaan yang
dibayarkan diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi pajak
penghasilan.
b. Teori Modigliani dan Miller (M&M)
Modigliani – Miller (1958) dalam artikelnya yang berjudul “the cost
corporation Finance and the theory of investment” dalam Andi Kartika (2009)
mengemukakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan
meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax rate shield. Hal ini
disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan adanya pajak, pada
umumnya bunga dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat digunakan untuk
mengurangi penghasilan yang dikarenakan pajak atau dengan kata lain bersifat
tax deductible. Dengan demikian, apabila 2 perusahaan yang memperoleh laba
operasi yang sama tetapi yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga
sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar
bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat
membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka nilai
perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan
yang tidak menggunakan hutang. Namun pendapat M&M yang menunjukkan
bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilainya bila menggunakan hutang
19
sebesar-besarnya (dalam keadaan kena pajak) ini mengandung kritik dan
keberatan dari para prektisi. Keberatan tersebut disebabkan oleh asumsi yang
digunakan M&M dalam analisis mereka, yaitu pasar modal yang sempurna.
Adanya ketidak sempurnaan pasar modal menyebabkan pemilik perusahaan
atau pemegang saham mungkin keberatan untuk menggunakan leverage yang
ekstrim karena akan menurunkan nilai perusahaan. Apabila pasar modal tidak
sempurna, kemungkinan antara lain munculnya biaya kebangkrutan, biaya
keagenan.
c. Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal
financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan),
apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai
dengan
penerbitan
obligasi,
kemudian
diikuti
oleh
sekuritas
yang
berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih
belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada
suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu
internal dan eksternal.
Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada
modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Perusahaan lebih menyukai
penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran
kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan
20
mengacu pada packing order theory adalah : internal fund (dana internal), debt
(hutang), dan equity (modal sendiri) Kaaro (2003:53) dalam Saidi (2001).
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak
perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh
sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas
publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai
dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah
pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi
saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan
menurunkan haraga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan
saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat
harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan
adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.
d. Asymmetric Information Theory
Asymmetric Information Theory
merupakan suatu kondisi dimana
manager perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan
prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya
Gitman (2009) . Adannya asymmetric information membuat manager
perusahaan lebih leluasa bertindakan di dalam menentukan strategi capital
structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan.
Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di
pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua
pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat
21
informasi baru segera direflesikan ke dalam harga saham di pasar secara cepat,
sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan
keuntungan sesat.
2. Struktur Aktiva (Asset Structure)
Struktur Aktiva (Tangibility) adalah komposisi relatif aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan. Tangibilitas merupakan perbandingan antara aktiva
tetap dengan total aktiva. Definisi lain struktur aktiva adalah perbandingan
antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership)
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Kartini,2008:15).
Tangibilitas merupakan faktor yang penting dalam keputusan pendanaan
perusahaan, karena aset-aset berwujud (tangibles assets) bertindak sebagai
jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal
terjadinya kesulitan keuangan.
Apabila struktur aktiva (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang
saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap
manajer (Kartini,2008:12). Karena kepentingan pemilik (principal) dan
manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumber daya perusahaan akan
dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar kepemilikan
oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk
tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari
struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah
22
perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana
dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan. Dengan kata lain
keputusan pendanaan (struktur modal) melibatkan para pemilik saham
perusahaan atau pemilik perusahaan yang merupakan bagian-bagian dari
struktur kepemilikan.
3. Peluang Pertumbuhan (Growth Opportunity)
Peluang Pertumbuhan (Growth Opportunity) adalah peluang pertumbuhan
suatu perusahaan di masa depan. Definisi lain peluang pertumbuhan adalah
perubahan
total
aktiva
yang
dimiliki
perusahaan
(Kartini,2008:15).
Pertumbuhan aktiva adalah proxy peluang pertumbuhan. Pertumbuhan aktiva
menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam
aktivanya. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat
seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaanperusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan
yang
tinggi
lebih
banyak
membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih banyak mempertahankan
laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih
banyak melakukan utang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan.
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai prediksi akan mengalami
pertumbuhan tinggi di masa mendatang akan lebih memilih menggunakan
saham untuk mendanai operasional perusahaan. perusahaan-perusahaan yang
mengalami pertumbuhan tinggi berharap akan menikmati pertumbuhan
23
tersebut bagi para pemegang saham. Sebaliknya, apabila perusahaan
memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan
berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui
penggunaan utang. Dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang
pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka
panjang (Umar Mai, 2006:233) .
4. Profitabilitas (Profitability)
4.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Menurut
G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118).
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian
penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya
keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal
dari
luar.
Profitabilitas
suatu
perusahaan
dapat
diukur
dengan
menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan
pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan
operasi perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin
kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba
24
dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan
perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut
akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba
merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan
beban. Sesuai dengan teori pecking order, yang menyarankan bahwa manajer
lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian
utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber
modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen
dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan. Sebagai
perimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih
tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham
baru justru merupakan sinyal negatif karena pasar menginterprestasikan
perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak
jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan
mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini. Sedangkan disisi
lain
perusahaan-perusahaan
dengan
profit
yang
tinggi
cenderung
menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat pajak. Hal
ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil
dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai
bunga, namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi (Umar Mai,
2006:234). Hal itu juga diungkapkan dengan teori Modigliani dan Miller telah
membuat penjelasan tentang pajak bunga, perusahaan dengan tingkat
25
keuntungan atau laba yang tinggi akan menggunakan hutang yang besar
untuk mendapatkan keuntungan dari pajak.
4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak
luar perusahaan yaitu menurut Bambang Riyanto (2001:240) dalam http://
ekonomi.kabo.biz adalah sebagai berikut :
1) Untuk menghitung ataupun mengukur laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri maupun modal pinjaman.
6) Untuk mengukur prodiktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri, dan tujuan lainnya.
Sedangkan manfaat yang diperoleh adalah :
1) Untuk mengetahui besarnya tingkat laba perusahaan dalam satu periode.
2) Untuk mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3) Untuk mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
26
5) Untuk mengetahui prosuktifitas dari seluruh dana yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri, serta manfaat lainnya.
4.3
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio
profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari
kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang
digunakan, semakin sempurna hasil hasil yang akan dicapai. Artinya
pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat
diketahui secara sempurna. Dalam prakteknya,
jenis-jenis rasio yang
digunakan adalah :
1) Gross profit margin (GPM)
Yaitu penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan
bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan
dari setiap barang yang dijual.
2) Net profit margin (NPM)
Yaitu laba bersih dibagi penjualan. Rasio ini menggambarkan besarnya
laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjulan yang
dilakukan.
27
3) Return on asset (ROA)
Yaitu laba bersih dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu
rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa
menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam
kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang
lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pandapatan.
4) Return on equity (ROE)
Yaitu laba bersih dibagi ekuitas. Rasio ini menunjukkan kesuksesan
manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan
tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham.
5) Earning per share (EPS)
Yaitu laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar. Rasio ini
menggambarkan tingkat pengembalian modal untuk setiap satu lembar
saham.
6) Payout ratio (PR)
Yaitu dividen kas dibagi laba bersih. Rasio ini menggambarkan persentase
dividen kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang
diperoleh perusahaan.
28
5. Ukuran Perusahaan (Firm size)
Ukuran perusahaan (Firm size) adalah tingkat penjualan, jumlah tenaga
yang terlibat dan total asset atau menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan (Umar Mai, 2006:234). Ukuran perusahaan juga bisa menjadi
ukuran
mengenai
kemungkinan
terjadinya
kegagalan
perusahaan
mengembalikan utang. Ukuran perusahaan bisa dijadikan acuan untuk menilai
kemungkinan kegagalan perusahaan seperti di bawah ini :
a) Biaya kebangkrutan adalah fungsi yang membatasi nilai perusahaan;
b) Perusahaan-perusahaan besar biasanya lebih suka melakukan diversifikasi
dibandingkan
dengan
perusahaan-perusahaan
kecil,
dan
memiliki
kemungkinan untuk bangkrut lebih kecil.
Struktur modal suatu perusahaan dapat dipengaruhi dari ukuran
perusahaan tersebut. Semakin besar suatu perusahaan maka penggunaan dana
eksternal cenderung akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin
besarnya dana yang dibutuhkan oleh perusahaan besar. Jalan keluar untuk
memenuhi kebutuhan dana yang besar tersebut adalah dengan menggunakan
dana eksternal. Perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki akses untuk
mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk
mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan
ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan
dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih
mengahadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi
terhadap perubahan mendadak situasi ekonomi. Perusahaan-perusahaan besar
29
juga cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap risiko
kebangkrutan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil akan
memiliki lebih sedikit utang jangka panjang dan utang jangka pendek.
Perusahaan-perusahaan besar akan memiliki kepastian yang lebih besar untuk
melakukan pinjaman.
B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang faktorfaktor struktur modal.
Penelitian Masdar Mas’ud (2008) membahas mengenai f Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal dan hubungannya terhadap nilai
perusahaan. Variabel yang digunakan adalah efek perpajakan, struktur akiva,
profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan sebagai variabel
independen, sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1). Efek perpajakan berpengaruh terhadap
Struktur Modal; (2). Struktur Aktiva dan Profitabilitas berpengaruh terhadap
Struktur Modal; (3). Tingkat Pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap Struktur
Modal; (4). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal.
Penelitian Kartini (2008) membahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur. Variabel yang
digunakan adalah struktur kepemilikan, profitabilitas, pertumbuhan aktiva dan
ukuran
perusahaan
sebagai
variabel
independen,
sedangkan
variabel
dependennya adalah struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1).
30
Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Struktur Modal. (2). Profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Pertumbuhan Aktiva
berpengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Struktur Modal.
Penelitian Nina (2010) membahas tentang variabel-variabel yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan-perusahaan LQ-45. Variabel
yang digunakan adalah Struktur Asset, Peluangan Pertumbuhan, Profitabilitas
dan Ukuran Perusahaan (variabel bebas) serta Struktur Modal (variabel terikat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1). Struktur Asset mempunyai
pengaruh terhadap Struktur Modal. (2). Peluang Pertumbuhan tidak
mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal. (3). Profitabilitas mempunyai
pengaruh terhadap Struktur Modal. (4). Ukuran perusahaan
mempunyai
pengaruh terhadap Struktur Modal. (5). Struktur Asset, Peluang Pertumbuhan,
Profitabilitas dan Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Struktur
Modal.
31
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
PENELITIAN TERDAHULU
Penulis
Tahun
Judul
Hasil
(1).
Efek
perpajakan
berpengaruh terhadap Struktur
Modal; (2). Struktur Aktiva dan
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap Struktur Modal; (3).
Tingkat Pertumbuhan tidak
berpengaruh terhadap Struktur
Modal; (4). Ukuran perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap
Struktur Modal.
Masdar Mas’ud
2008
Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi
struktur
modal dan hubungannya
terhadap nilai perusahaan.
Kartini
2008
faktor-faktor
mempengaruhi
modal pada
manufaktur.
Nina
2010
yang
variabel-variabel
mempengaruhi
struktur
modal pada perusahaanperusahaan LQ-45.
yang (1). Struktur Kepemilikan tidak
struktur berpengaruh terhadap Struktur
perusahaan Modal. (2). Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap Struktur
Modal. (3). Pertumbuhan Aktiva
berpengaruh terhadap Struktur
Modal. (4). Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh terhadap
Struktur Modal.
Sumber : Beberapa jurnal dan skripsi terdahulu
(1). Struktur Asset mempunyai
pengaruh terhadap Struktur
Modal.
(2).
Peluang
Pertumbuhan tidak mempunyai
pengaruh terhadap Struktur
Modal.
(3).
Profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap
Struktur Modal. (4). Ukuran
perusahaan
mempunyai
pengaruh terhadap Struktur
Modal.
32
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Di
dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan adanya suatu
variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang – kadang perusahaan lebih baik
menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt) kadang – kadang
perusahaan lebih baik kalau menggunakan dana yang bersumber dari modal
sendiri (equity). Oleh karena itu manajer keuangan di dalam operasinya perlu
berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara
besarnya hutang jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal
perusahaan, perlu diperhitungkan berbagai faktor – faktor yang mempengaruhi
struktur modal.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang
memepengaruhi struktur modal. Dimana struktur modal tersebut menjadi
variabel dependent yang hasilnya bergantung pada variabel lainnya. Sedangkan
variabel independen terdiri dari struktur aktiva, peluang pertumbuhan,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Maka dapat digambarkan skema kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
33
Struktur Aktiva
Peluang Pertumbuhan
Struktur Modal
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1
Model Konseptual
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005:51). Hipotesis dalam penelitian ini dibuat
berdasarkan pada teori-teori dari literatur dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Struktur Aktiva (Tangibility) adalah komposisi relatif aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan. Aktiva perusahaan disajikan sebagai jaminan atas utang
merupakan cara untuk mengurangi resiko kreditur dan memberi jaminan bagi
kreditur dalam hal terjadinya kesulitan keuangan. Dengan demikian, perusahaanperusahaan yang memiliki lebih banyak aktiva berwujud lebih mungkin untuk
memperoleh lebih banyak pinjaman. Maka besarnya komponen utang akan
berhubungan positif dengan tingkat struktur aktiva. Apabila struktur aktiva
34
(kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan
kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap manajer (Kartini 2008:12). Hal ini
karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan,
sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer.
Semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang
kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka
dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1: Struktur Aktiva berpengaruh terhadap struktur modal.
Peluang Pertumbuhan adalah perubahan total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Peluang pertumbuhan diukur dari proporsi peningkatan total aktiva
dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan. Semakin kecil rasio
ini, maka semakin kurang optimal kinerja yang dicapai perusahaan. Perusahaanperusahaan
yang
memiliki
pertumbuhan
yang
cepat
seringkali
harus
meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak membutuhkan dana di masa depan
dan juga lebih banyak mempertahankan laba. Laba ditahan dari perusahaanperusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan
perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan utang untuk
mempertahankan rasio utang yang ditargetkan (Mai, 2006:233).
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H2 : Peluang pertumbuhan berpengaruh terhadap struktur modal
35
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut teori
Modigliani dan Miller telah membuat penjelasan tentang pajak bunga, perusahaan
dengan tingkat keuntungan atau laba yang tinggi akan menggunakan hutang yang
besar untuk mendapatkan keuntungan dari pajak. Lebih jauh lagi dengan adanya
ketidakjelasan informasi, perusahaan dengan tingkat keuntungan atau laba yang
tinggi akan meningkatkan struktur modalnya (Jensen, 1986). Jika hal tersebut
benar, maka akan ada hubungan antara profitabilitas dengan kebutuhan
pendanaan. Hal ini kontras dengan teori pecking order. Brigham dan Houston
(2001:40) dalam Nina & Ceacilia (2010) mengatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengambilan yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif
kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba
ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan penelitian (Masdar Mas’ud (2008) serta Nina 2010), profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut :
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal
Ukuran Perusahaan (Size) adalah ukuran atau jumlah aset atau kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan Gitman (2009). Ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran
mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan utang.
36
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan tingkat kepercayaan
yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaan-perusahaan besar, dibandingkan
dengan kepercayaan mereka kepada perusahaan kecil (Umar Mai, 2006:234).
Pada penelitian Nina (2010) , ukuran perusahaan bersama dengan variabel lain
berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
Download