laras aryanti-feb - Repository UIN Jakarta

advertisement
PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN
METODE SYSTEM DYNAMICS
Disusun oleh:
Laras Aryanti
106084003635
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRACT
The purpose of this research is to make simulation modeling system
dynamics in the money supply. In addition, this study also makes predictions
ahead of several independent variables change, and to determine development
policy analysis in the money supply by using system dynamics. This study uses
time series data from January 2005 to December 2009. The analytical tool used is
the system dynamics. The advantages of the system dynamics is on the end result
can be to make policy analysis that can be applied in the real world. The
simulation results of the money supply under normal conditions amounting to Rp
4584 trillion in December 2014,then increased to Rp 6062 trillion in December
2014. This is due to the policy that is a decrease in the rate of value Indonesia
Sharia bank certificates and the value of the minimum statutory rate. Based on the
analysis of policy scenarios for the development of the money supply, the
government should set monetary targets the right to use Islamic monetary
instrument.
Keywords: Money Supply, Certificate of Sharia Bank of Indonesia, Sharia
Interbank Money Market, and the Minimum Reserve Requirement.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat pemodelan system dynamics
dalam simulasi jumlah uang beredar. Selain itu, penelitian ini juga membuat
prediksi kedepan dari beberapa perubahan variabel independen, dan untuk
menentukan analisis kebijakan pengembangan jumlah uang beredar dengan
metode system dynamics. Penelitian ini menggunakan data time series dari
Januari 2005 hingga Desember 2009. Alat analisis yang digunakan adalah system
dynamics. Kelebihan dari system dynamics adalah pada hasil akhirnya dapat
untuk membuat analisis kebijakan yang dapat diterapkan pada dunia nyata. Hasil
simulasi nilai jumlah uang beredar dalam kondisi normal sebesar Rp 4.584 triliun
pada Desember 2014, kemudian meningkat menjadi Rp 6.062 triliun pada
Desember 2014. Hal ini disebabkan adanya kebijakan yang merupakan penurunan
nilai laju sertifikat bank Indonesia syariah dan nilai laju giro wajib minimum.
Berdasarkan analisis skenario kebijakan tersebut untuk pengembangan jumlah
uang beredar, pemerintah harus menetapkan sasaran-sasaran moneter yang tepat
dengan menggunakan instrumen moneter syariah.
Kata Kunci: Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Pasar Uang
Antar Bank Syariah, dan Giro Wajib Minimum.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahNya yang tak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE
SYSTEM DYNAMICS”. Serta shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pedoman dan
petunjuk bagi umat manusia dari zaman yang gelap gulita hingga zaman yang
terang benderang. Juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang
untuk mewariskan nilai Islam kepada kita semua.
Skripsi ini merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi penulis.
Sebuah tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap
perjalanan akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari
bagian kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna baik dari segi
materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari
segi waktu, tenaga, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis sangat
membutuhkan saran dan masukan atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan
harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa orang-orang yang tulus,
bimbingan dari orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Orang tuaku tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati
membesarkan, mendidik, menyayangi, dan memberikan dukungan serta doa
yang tidak putus-putusnya semenjak penulis dilahirkan hingga tumbuh
menjadi seorang wanita dewasa.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku pembantu dekan bidang akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4.
Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, MM. selaku dosen pembimbing
I, juga sebagai dosen pengampu mata kuliah Moneter Syariah dan Pasar
Modal Syariah, serta sebagai penemu metodologi Islam Sinlammim (Symbol
of Everything) dan deret Islam yaitu 319913616 (Number of Everything).
5.
Bapak Dr. Lukman, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dan meluangkan waktunya untuk membaca dan
mengoreksi skripsi yang penulis ajukan, serta dukungan dalam memberi
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada
penulis selama belajar dibangku kuliah.
8.
Kakakku
tercinta
Lucky Sitaresmi,
S.Psi,
yang telah memberikan
pengalamannya, serta dukungan baik materil maupun spiritual.
9.
Sahabat-sahabat G-syah seperjuanganku Lia, Yunita, Olit, Sari, Saras, Yeni,
Iwas, Yanti, Winda, Joy, dan Ovi yang selama ini menemani, mewarnai,
memberi semangat dan mendoakan penulis dengan suka dan duka.
10. Teman spesialku, Adi Mulyadi, yang selalu ada dihatiku, tempat aku
berkeluh-kesah, yang selalu ada dan tidak bosan-bosannya memberikan
semangat, dukungan, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis disaat
penulis merasa jenuh dan suntuk. You know who you are, Kemulqu.
11. Teman-teman IESP angkatan 2006, terutama konsentrasi Ekonomi Islam
Andra, Dafi, Fadli, Bakar, Beny, Ipin, Endang, dan Wahyu. Serta konsentrasi
Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa
mengurangi rasa persaudaraan penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf
apabila penulis melakukan kesalahan. Semoga sukses selalu.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi
rasa hormat penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya dalam membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa
untuk semua kebaikan yang yang telah mereka berikan kepada penulis, “Ya Allah,
limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada
terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin.” Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik
khazanah ilmu pengetahuan.
Jazakumullah Khoiron Katsiro.
Jakarta, 1 Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR GRAFIK
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah
....................................................................10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
A. Konsep Dasar Ekonomi Islam
........................................................13
1. Ekonomi Islam
....................................................................13
2. Ekonomi Moneter
....................................................................17
B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter ............................................20
1. Fungsi Kebijakan Moneter
........................................................20
2. Tujuan Kebijakan Moneter
........................................................21
C. Instrumen Moneter Syariah
........................................................23
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
................................24
b. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
................................27
c. Giro Wajib Minimum (GWM)
............................................27
D. Jumlah Uang Beredar
....................................................................28
E. Penelitian Terdahulu
....................................................................39
F. Kerangka Pemikiran
....................................................................47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
51
A. Ruang Lingkup ................................................................................51
B. Metode Pengumpulan Data
........................................................52
C. Metode Analisis ................................................................................52
1. Pemodelan
................................................................................53
2. Tahapan Pemodelan
....................................................................55
3. System Dynamics
....................................................................58
4. Uji Statistik
................................................................................63
a. Pengujian Absolute Error ........................................................63
b. Pengujian Root Means Square Error (RMSE)
D. Definisi Operasional Variabel
........................................................66
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
B. Penemuan dan Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
....................64
68
................................68
........................................................73
89
A. Kesimpulan
89
B. Implikasi
90
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
94
DAFTAR TABEL
No.
1.1
Keterangan
Hal.
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar tahun
2001-2006
..............................................................................................4
2.1
Perbedaan Instrumen Moneter Syariah dengan Konvensional
2.2
Instrumen Kebijakan Moneter
2.3
Penelitian Terdahulu
4.1
Validasi AVE, AME, dan RMSE
........20
........................................................39
....................................................................44
........................................................79
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Hal.
2.1
Diagram Kerangka Berpikir ....................................................................50
4.1
Model Mental Instrumen Moneter Syariah
4.2
Model CLD Moneter Syariah
4.3
Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah
............................................74
........................................................75
................................77
DAFTAR GRAFIK
No.
Keterangan
Hal.
4.1
Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal
................................82
4.2
Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi dan GWM Rendah
........83
4.3
Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah dan GWM Tinggi
........84
4.4
Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi dan GWM Tinggi
........85
4.5
Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah dan GWM Rendah ........86
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hal.
1.
Data Aktual dan Grafik Instrumen Moneter Syariah
....................95
2.
Data Aktual dan Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB)
....................97
3.
Simulasi Model JUB ................................................................................98
4.
Stock Flow Instrumen Moneter Syariah
5.
Validasi AVE pada PUAS
..................................................................100
6.
Validasi AVE pada GWM
..................................................................102
7.
Validasi AVE pada JUB
..................................................................104
8.
Validasi AME pada PUAS
..................................................................106
9.
Validasi AME pada GWM
..................................................................108
10.
Validasi AME pada JUB
..................................................................110
11.
Validasi RMSE pada PUAS ..................................................................112
12.
Validasi RMSE pada GWM ..................................................................114
13.
Validasi RMSE pada JUB
..................................................................116
14.
JUB pada Kondisi Normal
..................................................................118
15.
JUB pada SBIS Tinggi GWM Rendah
..........................................119
16.
JUB pada SBIS Rendah GWM Tinggi
..........................................120
17.
JUB pada SBIS Tinggi dan GWM Tinggi
..........................................121
18.
JUB pada SBIS Rendah dan GWM Rendah ..........................................122
............................................99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya
untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Di negara-negara sedang
berkembang, keterbatasan sumber daya ini terutama berupa keterbatasan sumber
dana untuk investasi dan keterbatasan devisa, di samping tentunya keterbatasan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam rangka mengatasi keterbatasan sumber daya tersebut, pilihan
kebijakan yang diambil pada umumnya berfokus kepada dua aspek, yaitu aspek
penciptaan iklim berusaha yang kondusif, terutama berupa kestabilan ekonomi
makro, dan aspek pengembangan infrastruktur perekonomian yang mendukung
kegiatan ekonomi.
Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting
dalam suatu perekonomian. Peranan tersebut tercermin pada kemampuannya
mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal
ini menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter (Angandrowa Gulo, 2008).
Kestabilan ekonomi makro tercermin pada harga barang dan jasa yang
stabil serta nilai tukar dan suku bunga yang berada pada tingkat yang
memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dengan kondisi
neraca pembayaran internasional yang sehat.
Upaya pemeliharaan kestabilan ekonomi makro berada dalam lingkup
tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
kebijakan nilai tukar. Sementara itu, upaya pengembangan infrastruktur ekonomi
berada di dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi mikro, seperti kebijakan di
bidang industri, perdagangan, pasar modal, perbankan, dan sektor keuangan
lainnya. Dua di antara berbagai kebijakan tersebut, yaitu kebijakan moneter dan
kebijakan di bidang perbankan, saat ini menjadi cakupan tugas Bank Indonesia.
Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial
dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter
yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan
ekonomi, penciptaan dan perluasan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran.
Meskipun dalam pelaksanaannya sangat sulit mencapai semua sasaran tersebut
dalam waktu bersamaan. Bahkan, antara sasaran yang satu dengan sasaran yang
lainnya seringkali berbenturan.
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut
sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya
menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money)
sebagai sasaran kebijakan moneter. ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule)
tetapi sebagai kerangka kerja menyeluruh (framework) untuk perumusan dan
pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar
uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank
Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan
prinsip syariah dengan menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), dan
Giro Wajib Minimum (GWM).
Ditinjau dari aspek ekonomi makro, kinerja perekonomian bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, namun juga dari faktor eksternal. Kondisi
ekonomi sangat dipengaruhi oleh kondisi politik dan keamanan dalam negeri.
Untuk beberapa tahun ke depan, kegiatan ekonomi Indonesia diperkirakan akan
mengalami peningkatan, dengan asumsi kondisi politik dan keamanan stabil.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada kenaikan ekspor yang dewasa
ini mulai membaik kembali. Hal tersebut dapat memberikan prospek yang lebih
baik lagi terhadap pertumbuhan ekonomi jangka pendek.
Perkembangan perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal dan moneter, yaitu menyangkut
pengeluaran pemerintah (rutin dan pengeluaran pembangunan), dan juga jumlah
uang beredar. Dalam kenyataannya, kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan
moneter juga tergantung pada kondisi perekonomian, di mana kebijakan fiskal
dan moneter berbeda pada saat kondisi sebelum krisis ekonomi terjadi dan
kebijakan setelah krisis ekonomi terjadi. Perkembangan pengeluaran pemerintah
dan jumlah uang beredar di Indonesia tahun 2001-2006 adalah sebagaimana
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar
tahun 2001-2006
(milyar rupiah)
Pengeluaran Pemerintah (G)
Tahun
Jumlah Uang Beredar (M)
Rutin
Pembangunan
2001
2002
2003
2004
2005
2006
190.092
198.741
208.584
155.438
117.817
311.157
125.664
145.268
162.008
218.913
279.952
336.511
844.053
883.903
955.092
1.033.527
1.203.215
1.382.074
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, 2007.
Data tabel 1.1 menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, maupun
jumlah uang beredar di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Dengan meningkatnya pengeluaran tersebut, diharapkan juga akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Karena tujuan pengeluaran pemerintah, baik rutin maupun
pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin
baik dan stabil sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena besarnya peranan kebijakan pemerintah
dibidang fiskal dan moneter, baik pada kondisi sebelum maupun setelah
terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian bagaimana pengaruh
kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah dibidang fiskal dan
moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan)
dan jumlah uang beredar (Angandrowa Gulo, 2008).
Jumlah uang beredar merupakan bagian dari perencanaan moneter, dan
perencanaan moneter merupakan sistem dari ekonomi moneter konvensional
maupun syariah, sehingga jumlah uang beredar merupakan bagian dari
perencanaan moneter syariah. Untuk itu, makna dari jumlah uang beredar bisa
diterapkan di dalam pengembangan sistem ekonomi moneter syariah karena di
dalam ekonomi moneter saat ini yang berlaku di Indonesia, Bank Indonesia hanya
memberikan satu acuan yaitu berupa perencanaan moneter secara umum yang di
dalamnya terdapat kebijakan jumlah uang beredar, sehingga moneter syariah bisa
memanfaatkan kebijakan perencanaan moneter ini menjadi kebijakan jumlah uang
beredar yang syariah, yang berarti hampir sama dengan kebijakan ekonomi
perencanaan moneter konvensional. Untuk itu, makna jumlah uang beredar
dipenelitian ini merupakan jumlah uang beredar syariah, walaupun tidak
memisahkan antara nilai jumlah uang beredar konvensional dengan nilai jumlah
uang beredar syariah.
Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung
dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa
berupa pengurangan maupun penambahan JUB.
Eksistensi dari uang dan kredit adalah suatu hal yang integral dan juga
merupakan aspek yang tidak dapat dihindarkan dari suatu masyarakat modern
yang kompleks. Pertanyaan-pertanyaan mengenai penawaran uang dan kredit
seperti berapa banyak, untuk siapa, dan kapan, memiliki beberapa implikasi yang
signifikan baik bagi sifat, kuantitas, maupun distribusi barang-barang dan jasajasa yang diproduksi dan dikonsumsi. Tingkat ketergantungan akan uang
kemudian menjadi semakin tinggi yang berimplikasi pada peran kebijakan
moneter sebagai instrumen utama dalam mengendalikan perekonomian makro.
Mengingat dampaknya yang cepat diketahui dalam jangka waktu yang relatif
singkat, mengakibatkan banyak perekonomian begitu terikat pada kebijakan
moneter tanpa menghiraukan esensi dan tujuan dari perekonomian itu sendiri
dalam mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu banyak
kegagalan yang harus ditelan akibat kealpaan esensi dan tujuan perekonomian
tersebut, timbul upaya-upaya untuk kembali menonjolkan alternatif sistem
moneter dalam Islam yang memiliki komitmen pada nilai-nilai spiritual, keadilan
sosial ekonomi, dan persaudaraan.
Institusi keuangan dunia dalam dasawarsa terakhir sedang mengalami
perubahan yang sangat mendasar. Terjadi pertumbuhan sistem keuangan yang
tidak menentu yang mengarah pada situasi krisis finansial. Salah satu sebab krisis
finansial yang terjadi di dunia karena tidak bekerjanya sistem keuangan yang
selama ini menopang konsep institusi keuangan dalam meramalkan krisis yang
sedang melanda dunia. Kemudian perkembangan sistem keuangan konvensional
ini mencari model yang lebih komprehensif dan holistik. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan solusi yang lebih baik dalam menghadapi masalah perekonomian.
Salah satu jalan keluar dengan mengembangkan sistem keuangan yang lebih
menyeluruh dan sistemik yang juga dikenal dalam ekonomi Islam.
Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah upaya untuk pengalokasian
sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
petunjuk Allah SWT dalam rangka memperoleh ridho-Nya. Menurut ahli ekonomi
Islam, ada tiga karakteristik yang melekat pada ekonomi Islam, yaitu Inspirasi dan
petunjuknya diambil dari Al-Quran dan As-sunnah, perspektif dan pandangan
ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai sumber, dan bertujuan
untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika
ekonomi komunitas muslim periode awal.
Paradigma ekonomi Islam tidak sama dengan ekonomi konvensional.
Paradigma kedua disiplin ilmu tersebut berbeda secara radikal. Paradigma Islam
bukanlah sekuler, bebas nilai, dan materialis, tetapi cenderung berlandaskan
sejumlah konsep yang mengakar ke dalam doktrin-doktrinnya. Ia memberikan
kepentingan utama pada nilai-nilai moral, persaudaraan manusia dan keadilan
sosial ekonomi, tidak seperti konsep Marxisme dan Kapitalisme yang tidak
menggantungkan diri kepada negara maupun pasar untuk merealisasikan visinya.
Paradigma Islam lebih mengarah kepada peran mengintegrasikan nilai-nilai dan
institusi-institusi, pasar, keluarga, masyarakat dan negara untuk menjamin
terealisasinya falah atau kesejahteraan untuk semua. Ini menekankan pentingnya
perubahan sosial melalui perbaikan individu dan masyarakat tanpa menimbulkan
ketidakadilan dalam pasar dan negara. Al-Qur’an dan As-sunnah secara bersamasama telah menerangkan bahwa seluruh unsur paradigma Islam dengan
gamblangnya, sehingga sangat kecil kemungkinan adanya ambiguitas. Jika
terdapat perbedaan pendapat, itupun disebutkan dengan jelas.
Salah salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan
dan menghapuskan eksploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang
semua bentuk peningkatan kekayaan “secara tidak adil” (akl amwaalan-naas bilbathil). Al-Qur’an dan As-sunnah telah memberikan prinsip-prinsip yang dapat
diketahui atau dideduksi oleh kaum muslimin mengenai cara-cara memperoleh
kekayaan dan penghasilan “yang salah” atau “yang benar” dan “yang
diperbolehkan” atau “yang tidak diperbolehkan”. Suatu sumber utama keuntungan
yang tidak diperbolehkan dalam sistem nilai Islam adalah Riba. Larangan riba
muncul dalam Al-Qur’an, pertama (ar-Ruum: 39), kedua (an-Nisaa: 161), ketiga
(al-Imran: 130-132), kempat (al-Baqarah: 275-281). Rasulullah SAW juga
mengutuk, dengan menggunakan kata-kata yang sangat terang, bukan saja mereka
yang mengambil riba, tetapi juga mereka yang memberikan riba. Bahkan, beliau
menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa orang yang
melakukan zina 36 kali atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya sendiri.
Dewasa ini hampir seluruh negara-negara yang mayoritas masyarakatnya
muslim, memiliki lembaga keuangan dan bank-bank yang berdasarkan pada
syariah Islam. Dalam situasi yang seperti itu, dua bentuk kelembagaan berevolusi,
yakni bank-bank Islam didirikan di sebagian besar negara-negara muslim, dan
perusahaan-perusahaan investasi dan holding companies yang beroperasi di
negara-negara muslim tetapi juga beroperasi di negara-negara yang mayoritas
penduduknya bukan muslim. Dalam kasus tersebut, operasionalisasi bank-bank
Islam merupakan subjek dari regulasi khusus yang diterapkan pada semua bank.
Lembaga-lembaga tersebut bersaing dengan bank-bank konvensional untuk
menarik dana pihak ketiga tetapi tanpa menentukan tingkat suku bunga dan
menginvestasikan dana
pihak
ketiga
kepada
sektor-sektor
usaha
yang
menguntungkan dengan persyaratan di mana investasi tersebut tidak dipergunakan
kepada hal-hal yang sifatnya dilarang oleh syariah Islam.
Kajian dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi 3 unsur penting yang
selalu ada dalam ekonomi moneter, yaitu peran uang sebagai instrumen moneter
paling vital dalam sistem ekonomi Islam, kebijakan moneter yang berusaha
mengatur berbagai permasalahan dalam sistem ini agar konsep adil dapat
terwujud, dan terakhir adalah sistem perbankan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediaries yang menerapkan konsep tanpa bunga.
Namun, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
sistem ekonomi moneter yang berbasis syariah akan lebih baik diterapkan jika
dibandingkan dengan ekonomi konvensional, dan juga dapat menjadi alternatif
sistem ekonomi yang lebih dapat mensejahterakan rakyat. Ekonomi Islam yang
sebenarnya sudah ada ribuan tahun yang lalu (sejak jaman Rasulullah) perlahan
kembali bangkit dan menggeliat. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis
instrumen moneter syariah dengan penambahan variabel yang berbeda dari
penelitian sebelumnya.
Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana
pengaruh keefektivan dari instrumen moneter syariah berdasarkan data moneter
(keuangan) terhadap stabilitas nilai uang. Atas dasar penelitian di atas, serta teori
yang menyatakan uang dan kebijakan moneter sebagai instrumen moneter dalam
sistem ekonomi Islam, maka penelitian ini mengambil judul “PEMODELAN
INSTRUMEN
MONETER
SYARIAH
DENGAN
METODE
SYSTEM
DYNAMICS.”
B. Rumusan Masalah
Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan
output keseimbangan. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dalam
sistem ekonomi Islam, uang merupakan instrumen moneter yang paling vital. Sifat
dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang dipelajari dalam ilmu ekonomi moneter. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana membuat pemodelan dengan metode System Dynamics pada
Jumlah Uang Beredar?
2. Bagaimana membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel
independen?
3. Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang
Beredar dengan metode System Dynamics?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian adalah:

Membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Jumlah
Uang beredar.

Membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel
independen.

Menentukan analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang
Beredar dengan metode System Dynamics.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
a. Manfaat Praktis

Bagi pihak ekonom, penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi
kondisi moneter (keuangan), terutama yang berbasis
syariah.

Bagi pihak pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan informasi bagi pihak yang
berwenang di dalamnya sebagai penetapan kebijakan
terutama menyangkut keuangan (moneter) dan kebijakan
lainnya.
b. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk
memperdalam dan mengaplikasikan teori yang telah
diperoleh, terutama dalam hal menganalisa sistem moneter
yang terus berkembang (terutama yang berbasis syariah).

Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan
sebagai
sumber
informasi
dan
referensi
untuk
memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik
yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun
melengkapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Ekonomi Islam
1. Ekonomi Islam
Islam sebagai konsep atau sistem hidup bersifat integratif dan
komprehensif (sempurna). Di mana Islam merupakan ajaran yang
mengatur kehidupan dalam ruang lingkup akidah, ibadah, dan semua
bentuk transaksi, khususnya pada hal yang berkaitan dengan masalah
aktivitas ekonomi. Dengan bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dan AlHadist (Abu Bakr Jabir Al-Jabir, 2001)
Ilmu ekonomi Islam adalah teori atau hukum-hukum dasar yang
menjelaskan
perilaku-perilaku
antar
variabel
ekonomi
dengan
memasukkan unsur norma ataupun tata aturan tertentu (unsur Ilahiah).
Oleh karena itu, ekonomi Islam tidak hanya menjelaskan fakta-fakta
secara apa adanya, tetapi juga harus menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan, dan apa yang seharusnya dikesampingkan (dihindari). Adapun
tujuan ekonomi Islam itu adalah sebagai berikut:

Mencari kesenangan akhirat yang diridhai Allah SWT
dengan segala kapital yang diberikan-Nya kepada kita
(mengutamakan Ketuhanan).

Janganlah melalaikan perjuangan nasib di dunia, yaitu
mencari rezeki dan hak milik (memperjuangkan kebutuhan
hidup duniawi).

Berbuat baik kepada masyarakat, sebagaiman Allah SWT
memberikan kepada kita yang terbaik dan tak terkira
(menciptakan kesejahteraan sosial).

Janganlah mencari kebinasaan di muka bumi ini.
Untuk mencapai atau menjamin berfungsinya sistem moneter
secara baik, biasanya otoritas moneter harus melakukan pengawasan
pada keseluruhan sistem. Bukan hanya itu, otoritas moneter biasanya
mempercayai bahwa uang bukanlah suatu selubung yang sederhana.
Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan mempengaruhi
sektor ekonomi riil. Jadi kebijakan moneter merupakan instrumen
penting dari kebijakan publik dalam sistem ekonomi modern. Hal ini juga
benar (berlaku) dalam sistem ekonomi Islam, akan tetapi perbedaan
mendasarnya adalah terletak pada tujuan dan larangan bunga dalam
Islam. Tujuan-tujuan seperti halnya dengan alat kebijakan moneter juga
akan menjadi berbeda. Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem yang
didasarkan pada moral, sementara kapitalisme adalah sistem sekuler dan
netral-moral (Muhammad M. Ag, 2002).
Sistem berbasis emas menjamin kestabilan nilai tukar. Kesatuan keuangan
untuk semua negara dengan sistem emas atau uang kertas substitusi (uang kertas
yang mencerminkan kadar jumlah emas dan perak dalam bentuk uang atau
batangan, yang disimpan di tempat tertentu, yang memiliki nilai logam sama
dengan nilai nominal yang dimiliki oleh uang kertas tersebut, dan bisa ditukarkan
sesuai dengan permintaan) yang secara sempurna bisa dipertukarkan dengan emas
pada waktu yang sama. Karena itu, harga tukar antara uang suatu negara dan uang
negara menjadi stabil karena terikat dengan emas yang sama nilainya dan sudah
dikenal luas. Dinar Islam, misalnya adalah 4,25 gram emas; pound Inggris
dengan ketentuan undang-undangnya, yaitu 2 gram emas murni; frank Perancis
setara dengan 1 gram emas murni. Dengan demikian harga tukar atau kurs
menjadi stabil. Jadi kurs pertukarannya adalah dua dinar Islam dapat ditukar
dengan sembilan frank Perancis atau dengan 4,5 pound Inggris. Kurs pertukaran
ini akan tetap, karena hakikatnya adalah menukarkan emas dengan emas.
Menarik untuk diperhatikan bahwa selama mata uang dunia masih
disandarkan kepada emas, selama itu pula mata uang relatif stabil dan
kemungkinan krisis sangat kecil. Ancaman krisis hanya ada dari penyakit yang
lain, yaitu bunga. Tidak mengherankan karenanya jika dalam sejarah Islam tidak
pernah terjadi krisis semacam itu. Sebab, sejak zaman Nabi SAW sampai dengan
Dinasti Ustmaniyyah, yang jatuh pada tahun 1923, yang namanya uang adalah
uang emas atau perak. Uang kertas tidak dikenal sama sekali.
Mata uang yang ada dalam sejarah Islam adalah emas dan perak. Uang
kertas yang ada sekarang bukanlah produk peradaban Islam, karena itu wajar bila
terjadi krisis dimana-mana. Uang kertas yang ada sekarang adalah legal tender,
yaitu janji pemerintah yang menganggap bahwa itu adalah uang. Jika suatu saat
hukum menyatakan ia bukan uang, maka yang tertinggal hanyalah tumpukan
kertas berwarna yang tidak bernilai apa-apa. Padahal uang adalah alat tukar yang
bisa menggantikan posisi barang bila suatu transaksi berhenti di tengah (uang
belum sempat ditukarkan lagi dengan barang lain). Jika orang sedang
memegangnya lalu datang pengumuman bahwa uang kertas berhenti sebagai alat
tukar dan digantikan oleh beras, misalnya, ia hanya memiliki kertas yang tidak
bernilai apa-apa. Selain itu, jika demikian itu dilakukan maka pemerintah
bertanggung jawab menyediakan beras sekian banyak untuk mengganti uang
tersebut.
a. Definisi Ekonomi Islam
Berikut ini merupakan definisi ekonomi dalam Islam yang
dikemukakan oleh beberapa ahli:
1). Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan bahwa
ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan
dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokokpokok Islam dan politik ekonminya. (Heri Sudarsono,
2002:3).
2). MM. Metwally, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam
adalah sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim
(yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang
mengikuti Al-Qur’an Hadist, Ijma’, dan Qiyas. (P3EI,
2008:3).
3). M. Akram Khan, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam
adalah
ilmu
ekonmi
kesejahteraan manusia
yang
bertujuan
(falah/welfare)
mempelajari
yang
dicapai
dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas
dasar kerjasama dan partisipasi. (Ali Sakti, 2007:13).
4). M. N. Siddiqi, Ilmu ekonomi Islam adalah respon para
pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi
zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh AlQur’an dan As-Sunah maupun akal dan pengalaman.
2. Ekonomi Moneter
Ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara
khusus mempelajari sifat, fungsi, dan peranan serta pengaruh uang
terhadap aktivitas perekonomian sebuah negara.
Dengan ekonomi moneter, dapat diketahui secara mendalam
berbagai hal yang berkaitan dengan uang, seperti mekanisme
penciptaan uang, peranan uang, pasar uang, tingkat bunga, sistem dan
kebijakan moneter, dan hal penting lainnya. Ini sangat penting karena
uang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan
mempelajari ekonomi moneter, dapat diketahui serta dianalisis berbagai
fenomena dan kebijakan moneter serta dampaknya pada aktivitas
ekonomi masyarakat dan negara. Beberapa fenomena moneter tersebut
diantaranya adalah bertambahnya jumlah uang beredar, berubahnya
tingkat suku bunga, kredit macet, fluktuasi nilai tukar, dan sejenisnya
(Nopirin, 2006).
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter
adalah
suatu
usaha
dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai
dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi
kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output
keseimbangan.
Kebijakan moneter penting dilakukan oleh Bank Indonesia
dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar
memiliki keterkaitan langsung terhadap aktivitas perekonomian,
yaitu produksi (output) dan harga. Jumlah uang beredar yang
berlebih akan mendorong kenaikan harga sehingga menekan daya
beli masyarakat, sedangkan jumlah uang beredar yang terbatas
akan menekan atau melesukan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran
laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai
sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek,
menengah, maupun panjang.
Angandrowa Gulo dalam tesisnya yang berjudul Analisis
Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia (2008), menyebutkan bahwa kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy),
adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
edar.

Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy),
adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy).
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank
sentralnya
terhadap
bank-bank
yang
berdasarkan
syariah
mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut:
a). Sertikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang
sekarang berganti nama menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
b). Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah
(SIMA), yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar
Uang Antar Bank Indonesia (PUAS).
c). Giro Wajib Minimum (GWM).
Achmad
Tolihin
dalam
tesisnya
yang
berjudul
Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan
Peranannya dalam Pembangunan (2003), menyebutkan perbedaan
antara instrumen moneter konvensional dengan instrumen
moneter syariah, yang tergambar dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Instrumen Moneter Konvensional
dengan Instrumen Moneter Syariah
Bank Konvensional
Instrumen Moneter
1. Sertifikat Bank Indonesia
(kontrol jumlah uang
(SBI)
beredar)
Bank Syariah
1. Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS)
2. Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU)
2. Pasar Uang Antar
Bank syariah (PUAS)
Sumber: Achmad Tolihin, 2003.
B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter
1. Fungsi Kebijakan Moneter
Anwar Abbas (2009) menyebutkan bahwa kebijakan moneter
berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu melalui:

Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit

Pengendalian inflasi

Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran
Fungsi utama sistem moneter adalah melengkapi kebutuhan
transaksi masyarakat, khususnya dalam rangka menumbuhkan ekonomi.
Fungsi ini harus menjamin bahwa pertumbuhan moneter adalah
memungkinkan dan tidak excessive dan deficien. Oleh karena itu, kita
perlu melihat dan mengontrol sumber-sumber ekspansi moneter.
2. Tujuan Kebijakan Moneter

Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus
barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang
dan jasa yang tersedia.

Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan
hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan
jumlah uang yang tersedia di pasar.

Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian
stabil, pengusaha akan mengadakan investasi untuk
menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya
investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
memperluas kesempatan kerja masyarakat.

Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat, denagn
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar
negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
Menurut Umer Chapra (2000), bahwa tujuan dan fungsi yang
paling penting adalah: a. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan Full
Employment dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, b.
Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan
kesejahteraan, c. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan
medium of exchange dapat dipergunakan sebagai bagian satuan
perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai
tukar yang stabil, d. Penagihan yang efektif dan semua jasa biasanya
diharapkan dari sistem perbankan.
Dari empat tujuan dan fungsi tersebut di atas, sepintas dapat
dinyatakan bahwa tujuan dan fungsi tersebut adalah yang ada dalam sistem
kapitalis. Akan tetapi kalau dikaji lebih dalam, walaupun kelihatannya ada
yang sama, namun sesungguhnya ada perbedaan dalam penekanan.
Perbedaan tersebut adalah terletak pada perbedaan komitmen kedua sistem
tersebut tentang nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi dan
persaudaraan manusia.
Di dalam Islam, tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan
dari ideologi dan keyakinan. Tujuan merupakan masukan yang penting
bagi sebagian hasil yang juristik. Tujuan membawa sanksi, dan sejauh
tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, maka
menjadi keharusan, bukan persoalan tawar-menawar politik dan untunguntungan.
Walaupun demikian, hal ini merupakan strategi yang penting untuk
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut dan di sini pula Islam memberikan
(membuat) kontribusi yang unik. Keunikan kontribusi Islam adalah
terletak pada keseluruhan tujuan dan fungsi di atas.
C. Instrumen Moneter Syariah
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya
terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen
sebagai berikut:
1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, yang sekarang diubah namanya
menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) juga dapat
digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.
2. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (SIMA), yang
sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Syariah
(PUAS) adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank
syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain
pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank
syariah yang kekurangan dana.
3. Giro Wajib Minimum (GWM), biasanya dinamakan sebagai statutory
reserve requirement, yaitu simpanan minimum bank-bank umum
dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI
berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM ini
adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsipprinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) serta juga
mempunyai peran sebagai instrumen moneter yang berfungsi
mengendalikan jumlah uang beredar.
Menurut Adiwarman A. Karim (2006), instrumen moneter yang
diaplikasikan di Indonesia berdasarkan prinsip syariah terdapat tiga instrumen, di
antaranya Giro Wajib Minimum, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
Syariah yang sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang sekarang diubah menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3
tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter.
Dalam
melaksanakan
rangka
mendukung tugas
kebijakan
moneter,
Bank
dalam
menetapkan
Indonesia
dan
melakukan
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dapat
dilakukan berdasarkan pinsip syariah. Untuk melaksanakan kegiatan OPT
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia berwenang
menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut,
Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah.
1. Pengertian
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
2. Ketentuan Umum SBIS
Dalam peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
a) Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank
Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah.
b) Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah:

Unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah
dan atau unit syariah; atau

Unit kerja di kantor cabang dari suatu bank konvenional
yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau
unit syariah.
3. Tujuan penerbitan SBIS
SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen
operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
4. Akad dan Karakteristik SBIS
SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju’alah
yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu
(‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu
pekerjaan. Dan juga SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)
b) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan
c) Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
d) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia
e) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder
5. Mekanisme Penerbitan
a) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang.
b) Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS.
c) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS.
d) BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian
SBIS secara langsung dan atau malalui perusahaan pialang pasar
uang rupiah dan valuta asing.
b. Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang selanjutnya
disebut PUAS, adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar
peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah.
1. Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata tertimbang tingkat
indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antar bank yang
terjadi di PUAS, yang tercatat pada PIPU.
2. Piranti yang digunakan transaksi dalam PUAS adalah Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA). Sertifikat ini
merupakan sertifikat yang digunakan sebagai sarana investasi bagi
bank yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan, dan di
pihak lain SIMA juga sebagai sarana bagi bank syariah yang
mengalami kekurangan dana untuk mendapatkan dana jangka pendek
dengan prinsip mudharabah. Di Indonesia masalah ini telah diatur oleh
Bank Indonesia dengan PBI No.2/8/PBI/2000. dan fatwa DSN Nomor:
38/DSNMUI/X.2002.
3. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank, yang selanjutnya disebut
Sertifikat IMA, adalah sertifikat yang digunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan dana dengan prinsip mudharabah.
c. Giro Wajib Minimum
1. Pengertian
Giro Wajib Minimum adalah kebijakan yang mewajibkan setiap bank
mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi
tertentu dari kewajiban segeranya. Atau dengan kata lain Giro Wajib
Minimum (statutory reserve), adalah simpanan minimum yang harus
dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
presentase tertentu dari DPK.
Setiap bank wajib memelihara GWM dalam rupiah. Sedangkan Bank
Devisa selain wajib memenuhi ketentuan juga wajib memelihara
GWM dalam valuta asing. Kewajiban pemeliharaan GWM bagi setiap
bank merupakan salah satu cara pengendalian uang beredar dalam
rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara stabilitas moneter.
GWM dalam rupiah wajib dipenuhi oleh setiap bank yang besarnya
ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus) dari DPK dalam rupiah.
Sedangkan GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 3% (tiga
perseratus) dari DPK dalam valuta asing. Peresentase GWM dapat
disesuaikan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia.
D. Jumlah Uang Beredar
1. Pengertian Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap
alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa
benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam
proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima
sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta
kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli
juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Pada awalnya di Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal
diterbitkan
oleh
pemerintah
Republik
Indonesia.
Namun
sejak
dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah
untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank
sentral, Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berhak
menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan
hak oktroi.
a. Jenis Uang
1). Uang kartal
Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang
kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari.
Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun 1986 pasal 26
ayat
1,
bank
Indonesia
mempunyai
hak
tunggal
untuk
mengeluarkan uang logam dan uang kertas. Hak tunggal untuk
mengeluarkan uang yang dimiliki Bank Indonesia tersebut disebut
hak oktroi.
2). Uang Giral
Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan
masyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah,
praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan
uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU
No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah
tagihan yang ada pada bank umum, yang dapat digunakan
sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat
berupa cek, giro atau telegrafic transfer. Uang giral bukan
merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh
menolak dibayar dengan uang giral.
3). Uang Kuasi
Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan
sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas
deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik
swasta domestik.
2. Pengertian Jumlah Uang Beredar
Sebagian ekonom klasik mendefinisikan uang beredar sebagai
uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat (disebut juga
uang kartal atau currency) karena hanya uang inilah yang benar-benar
merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan atau dibelanjakan
serta
mempengaruhi
harga
barang-barang.
Bahkan
kaum
klasik
menyempitkan lagi tentang apa yang dianggap uang beredar yaitu hanya
uang kertas dan logam yang ada di tangan masyarakat, dan tidak termasuk
uang yang disimpan di bank dan di kantor kas negara.
Dengan makin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian,
maka pengertian uang beredar hanya sebagai uang kartal sudah makin
ditinggalkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat umum yang
menyimpan uang tunainya di bank dalam bentuk rekening koran dan giro
(uang giral atau demand deposits) demi keselamatan atau kemudahan
transaksi. Karena masyarakat dengan mudah sewaktu-waktu mengambil
kembali rekening koran dan gironya untuk dibelanjakan, maka seharusnya
rekening koran dan giro memepunyai status yang sama dengan currency
sebagai uang beredar.
a. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam Pengertian Sempit dan Luas

Dalam arti sempit (Narrow Money)
M1 = C + DD
ket:
M1
= Uang dalam arti sempit
C
= Uang kartal
DD
= Demand deposit
Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang tunai)
yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang
dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Uang giral dalam
pengertian ini hanya uang giral yang dapat dipergunakan untuk transaksi
secara langsung oleh pemiliknya, sehingga uang giral yang disimpan
dalam lemari besi bank umum dan bank sentral atau milik bank yang ada
di bank lain tidak termasuk sebagai uang giral dalam pengertian sempit ini.

Dalam arti luas (Broad Money)
M2 = M1 + TD + SD
ket:
M2
= Uang dalam arti luas
M1
= Uang dalam arti sempit
SD
= Saving deposit (saldo tabungan)
TD
= Time deposit (deposito berjangka)
Dalam pengertian luas ini, uang beredar selain uang kartal dan
giro yang dipegang masyarakat, juga termasuk deposito
berjangka dan tabungan masyarakat (uang kuasi), karena
tabungan dan deposito berjangka ini dapat diubah menjadi uang
tunai sama dengan uang kartal, bahkan pada perekonomian
yang semakin maju banyak transaksi yang dilakukan melalui
bank.
Penurunan M2 atau jumlah uang beredar dalam arti luas, dapat
disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan
pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya
penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan,
berkembangnya alternatif penyimpangan dana lain dalam bentuk
reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan
menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat
suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada
peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi,
peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang
dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. (Reny
Maharani, 2005)
Jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit
dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan
dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan
kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi
moneter terganggu. Semakin stabilnya jumlah uang beredar, maka
semakin baik pula kondisi stabilitas moneter.
Mulia Nasution (2008) membagi instrumen kebijakan moneter menjadi
dua kategori, yaitu kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dan kebijakan
moneter yang bersifat kualitatif.
Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung
dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa
berupa pengurangan maupun penambahan JUB.
Instrumen kebijakan ini meliputi:
a. Mengubah tingkat diskonto (Discount Rate)
Salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral untuk
mempengaruhi JUB dan aktivitas perekonomian adalah melalui
tingkat suku bunga dan tingkat diskonto. Jika kegiatan ekonomi
berada di bawah tingkat yang akan mungkin dicapai, maka bank
sentral dapat meningkatkan aktivitas perekonomian dengan
menurunkan tingkat diskonto, biaya (tingkat bunga) yang
dibayarkan oleh bank umum atas pinjaman pada bank sentral
akan lebih murah, ini akan lebih memungkinkan bank umum
memberikan pinjaman lebih banyak pada sektor industri.
Sebaliknya, jika bank sentral ingin menurunkan tingkat aktivitas
perekonomian yang mulai memanas, maka tingkat diskonto
akan dinaikkan sehingga akan memberikan dampak kepada bank
umum yang akan menaikkan tingkat bunga pinjaman yang
diberikan. Tindakan ini akan mengakibatkan sector industri
enggan membuat pinjaman baru, juga sektor industri akan
mengembalikan pinjaman di masa lalu akibat naiknya suku
bunga. Hal ini akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar
dan sekaligus menurunkan aktivitas perekonomian.
Jadi, Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar (JUB) di
suatu negara, Bank Sentral dapat menggunakan instrumen
penetapan tingkat diskonto (discount rate) berupa penentuan
besarnya tingkat bunga yang berlaku. Jika Bank Sentral
menghendaki untuk menambah JUB, maka dilakukan dengan
menurunkan tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan
menyebabkan masyarakat lebih menyukai untuk memegang
uang tunai atau pun berinvestasi di sektor riil yang diharapkan
hasilnya lebih besar dari tingkat bunga yang diterima dari bank.
Sedangkan
apabila
Bank
Sentral
menginginkan
untuk
mengurangi JUB, maka dilakukan dengan menaikkan tingkat
suku bunga. Jika tingkat suku bunga meningkat maka
diharapkan masyarakat akan beramai-ramai untuk menabungkan
uangnya di bank karena menginginkan mendapatkan bunga yang
tinggi. Jika uang yang beredar banyak disetorkan ke perbankan
maka JUB akan turun.
b. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka ini dilaksanakan dengan melakukan jualbeli surat-surat berharga. Tindakan menjual dan membeli surat
berharga tergantung pada kondisi perekonomian yang terjadi
pada suatu Negara. Jika perekonomian dalam keadaan lesu,
bank sentral akan berupaya untuk menambah JUB dengan cara
membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank-bank umum.
Dengan kondisi ini maka akan menambah likuiditas bank-bank
umum. Bank umum juga akan lebih banyak menyalurkan kredit
untuk sektor industri sehingga investasi meningkat, dan hal ini
akan kembali meningkatkan aktivitas perekonomian yang
sebelumnya mengalami kelesuan.
Bila perekonomian sedang mengamani pemanasan atau inflasi,
maka bank sentral akan berusaha untuk meningkatkan cadangan
likuiditas bank-bank umum. Dengan kondisi seperti ini, bank
umum akan berusaha menarik kredit untuk menigkatkan
cadangan dan akan menarik kredit yang diberikan.
Bank sentral juga dapat memaksa bank umum untuk membeli
surat-surat berharga (di Indonesia: SBI) guna mengurangi
jumlah uang beredar.
c.
Penetapan
Giro
Wajib
Minimum
(Minimum
Reserve
Reqiurement)
Penetapan besarnya giro wajib minimum akan mempengaruhi
jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral dan lebih jauh
akan mempengaruhi juga terhadap JUB. Apabila Bank Sentral
berencana untuk menambah JUB, maka hal ini dilakukan
dengan menurunkan persentase giro wajib minimum. Penurunan
persentase giro wajib minimum akan meningkatkan kemampuan
bank umum dalam menciptakan uang, yang pada gilirannya
akan menyebabkan JUB meningkat juga. Sedangkan apabila
Bank Sentral berencana mengurangi JUB, maka dilakukan
dengan menaikkan besarnya giro wajib minimum. Jika
persentase giro wajib minimum naik, maka jumlah cadangan
bank umum di Bank Sentral juga akan naik sehingga akan
menurunkan kemampuan bank umum untuk menciptakan uang
sehingga JUB juga turun.
Sedangkan instrumen kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, meliputi:
a. Himbauan moral (Moral Suassion)
Bujukan moral dapat menjadi instrumen pengendalian moneter
oleh bank sentral untuk mencapai sasaran operasionalnya. Cara
kerja instrument ini pada dasarnya adalah bank sentral
memberikan himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama
kepada bank-bank utama saja (leading banks), agar menjalankan
himbauan atau permintaan bank sentral sesuai dengan kebijakan
moneter yang dijalankannya.
Biasanya dalam hal ini bank sentral akan menambah jumlah
uang beredar, bank-bank diminta untuk menurunkan tingkat
bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sector riil.
Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral bersedia
mengikutinya dalam
rangka mendorong
kegiatan
sector
produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Kesediaan
bank-bank besar menurunkan tingkat bunganya selanjutnya akan
diikuti oleh bank-bank kecil. Untuk menjamin berhasil dan
efektifnya penggunaan instrument ini, bank sentral haruslah
benar-benar berwibawa dan kredibel yang didukung kinerja
yang baik sebagai otoritas moneter.
Instrumen kebijakan moneter ini seringkali disebut dengan
instrumen kebijakan yang bersifat tidak langsung dalam
mempengaruhi JUB. Moral suassion dilakukan melalui berbagai
regulasi dan
himbauan
kepada sektor
perbankan
guna
mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter. Salah
satu contohnya adalah adanya himbauan dari pemerintah atau
Bank Sentral kepada bank-bank umum akan menyalurkan kredit
mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya
penyaluran kredit dari perbankan kepada UKM maka akan
menyebabkan JUB yang ada di masyarakat meningkat.
b. Pengawasan kredit secara ketat
Pengendalian kredit secara selektif ini dapat mengurangi jumlah
uang beredar yang tidak produktif, maksudnya bank sentral
perlu mengawasi pemberian pinjaman untuk tujuan konsumtif.
Karena pertambahan uang yang bukan untuk menambah output
riil dalam perekonomian akan menciptakan inflasi. Dengan
pertambahan uang beredar tidak diikuti dengan pertambahan
jumlah produksi sektor industri. Jadi, agar jangan sampai
pertambahan uang yang tidak produktif ini akhirnya lebih
banyak diarahkan pada spekulasi.
Keterkaitan antara instrumen kebijakan moneter dengan perubahan jumlah
uang beredar (JUB), baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat dilihat
dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Instrumen Kebijakan Moneter
Instrumen
Policy
Result
Tingkat Diskonto
i↑
JUB ↓
(Discount Rate)
i↓
JUB ↑
Operasi Pasar Terbuka
Beli surat berharga
JUB ↑
(Open Market Operation)
Jual surat berharga
JUB ↓
Giro Wajib Minimum
RR ↑
JUB ↓
(Reserve Requirement)
RR ↓
JUB ↑
Himbauan kepada bank
JUB↑/↓
Himbauan Moral (Moral
Suassion)
Pengawasan Kredit Ketat
umum
Pengendalian kredit
JUB ↓
secara selektif
Sumber: Mulia Nasution, 2008.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian untuk mengetahui pengaruh dari kebijakan moneter terhadap
sistem ekonomi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan
variabel dependen dan variabel independen yang beragam. Namun hasil akhir dari
penelitan ini adalah pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut. Sutikno
(2007) dalam melakukan penelitian tentang dampak kebijakan moneter terhadap
performance makro ekonomi Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
inflasi merupakan cerminan konsistensi dan kredibilitas kebijakan otoritas
moneter. Hasil dari estimasi VAR menunjukkan bahwa inflasi mampu dijelaskan
oleh inflasi itu sendiri, pertumbuhan uang dalam arti sempit, pertumbuhan GDP
riil, pertumbuhan nilai tukar riil, fluktuasi suku bunga SBI, dan output gap.
Respon variabel inflasi terhadap kejutan inflasi itu sendiri mengindikasikan
adanya proses otoregresif dalam variabel inflasi. Hasil estimasi VAR juga
menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat atau kausalitas antara inflasi dengan
output gap.
M. Natsir (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Empiris
Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur
Ekspektasi Inflasi.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa respon variabelvariabel pada jalur ekspektasi inflasi terhadap shock instrumen kebijakan moneter
(rSBI) dan variabel lainnya relatif tidak kuat, hal ini terlihat dari kemampuan
variabel utama jalur ini yaitu ekspektasi inflasi (eINF) dan kurs yang tidak mampu
menjelaskan secara signifikan variasi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi).
Variabel kurs hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 33,88% dan
variabel ekspektasi inflasi hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar
15,03%. Artinya, Granger causality dan predictive power antara ekspektasi inflasi
dan kurs (nilai tukar) dengan inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter
relatif lemah.
T. Rifqy Thantawi (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan
PUAB Berdasarkan Prinsip Syariah.” Tingkat indikasi bonus SWBI, penetapan
maksimum suku bunga penjaminan suku bunga simpanan, dan penetapan
maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB sebagai variabel bebas dan
tingkat indikasi imbalan PUAS sebagai variabel tidak bebas. Penelitian ini
menggunakan analisis faktor dan regresi untuk analisis matematisnya dan
diperoleh hasil bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat suku bunga PUAB
mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat pengembalian indikasi PUAS.
Khomaidi Hambali (2004), yang melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sebagai Instrumen Kebijakan
Moneter”. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi permintaan SWBI. Variabel bebasnya yaitu bonus SWBI, bunga
SBI, lelang SWBI bulan sebelumnya, bonus PUAS dan variabel tidak bebasnya
yaitu jumlah permintaan SWBI. Penelitian ini menggunakan metode analisis
Ordinary Least Squared dengan hasil menunjukkan bahwa dalam menjalankan
fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan SWBI
untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI yaitu bonus SWBI, lelang SWBI
bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus PUAS. Faktor utama
penentu jumlah permintaan SWBI adalah tingkat suku bunga, faktor penentu
selanjutnya adalah tingkat bonus SWBI yang lebih berpengaruh terhadap jumlah
permintaan SWBI jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
Aris Hariyono (2009) melakukan penelitian mengenai kausalitas jumlah
uang beredar terhadap inflasi di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan
inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi
penawaran (musim kemarau panjang, bencana alam, distribusi tidak lancar, dan
sebagainya) sepenuhnya berada di luar pengendalian Bank Indonesia. Untuk
menjaga tingkat inflasi yang erndah dan stabil, diperlukan kerjasama dan
komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
Hidayatullah Muttaqin (2004) dalam jurnal ekonomi ideologis melakukan
penelitian mengenai sistem dinar emas sebagai solusi perbankan syariah. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa sistem mata uang yang berbasis emas dan perak
jauh lebih baik ketimbang sistem mata uang yang mengambang (floating) seperti
sekarang. Kembalinya sistem mata uang berdasarkan emas sangat mungkin terjadi
bila ada kemauan untuk ke arah itu. Dan itu hanya mungkin bila Islam dipakai
sebagai acuan karena sistem mata uang emas dan perak telah diabadikan oleh
pemerintahan Islam di masa jayanya dan tidak pernah terjadi krisis keuangan
seperti yang ada sekarang.
Samar Maziad (2009), dalam IMF working paper melakukan penelitian
mengenai kebijakan moneter dan bank sentral di Yordania. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa stabilitas makroekonomi diukur dengan rendahnya inflasi
dan stabilitas nilai tukar, pertumbuhan yang berkelanjutan dan penyempitan
keseimbangan fiskal, yang telah tertanam dalam pengelompokan ekonomi
regional yang telah mapan dan pengaturan serikat moneter. Hasil dari VAR dan
ECM menyarankan bahwa tanggapan atau reaksi dari tingkat kebijakan di
Yordania untuk perubahan dalam tingkat US Federal Fund’s adalah kurang dari
satu per satu. Di dalam jangka pendek, Central Bank of Jordan (CBJ) terlihat
untuk menyikapi hasil dari kebijakan moneter untuk inflasi dalam negeri dan
ukuran dari output gap dalam negeri.
Mary Handoko. W dan Izzatul Ummah (2009), melakukan penelitian
mengenai kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
kinerja keuangan perusahaan dan analisis kebijakannya dengan menggunakan
system dynamics dapat digunakan sebagai alat simulasi dan pembelajaran untuk
memudahkan pengguna model mempelajari sistem keuangan dan analisisnya,
serta mensimulasikan keputusan yang diambil dalam permasalahan keuangan dan
melihat bagaimana efek keputusan tersebut terhadap kinerja keuangan. Dan juga
hasil rancangan ini dapat digunakan untuk mempelajari dan meningkatkan
pemahaman atas perilaku sistem nyata, serta untuk melakukan simulasi percobaan
sebelum menerapkan kebijakan pada sistem nyata. Namun model ini masih
memerlukan validasi, reformulasi model dan pengembangan lebih lanjut,
misalnya dengan menambahkan subsektor-subsektor selain keuangan agar lebih
mendekati dunia nyata.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Abdillah dengan judul “Strategi
perusahaan dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT Bank Muamalat
Indonesia tbk.” Penelitian ini menghasilkan model sistem strategi perusahaan
dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan faktor internal dengan pendekatan
sistem dinamik, berdasarkan keempat hasil skenario, menghasilkan skenario
terbaik yaitu skenario kebijakan dengan melakukan treathment terhadap faktor
eksternal dan faktor internal sehingga menghasilkan titik koordinat pada posisi
Internal Factor Evaluation (FE) berada pada 5,08 dan posisi External Factor
Evaluation (EFE) pada nilai 4,45. Dilihat dengan matriks General Electric, angka
ini menunjukkan posisi perusahaan pada set 1, yaitu set yang paling optimal.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No
Judul
Penulis
Variabel
(Dependen dan
Independen)
Metode
Analisis
Hasil
1.
Dampak
Sutikno
Kebijakan
(2007)
Moneter
Terhadap
Performance
Makro
Ekonomi
Indonesia
(Sebelum dan
Pasca
krisis
Ekonomi)
Instrumen
VAR
kebijakan
moneter,
Uang
primer,
Suku
bunga SBI, Suku
bunga deposito 1
bulan,
Inflasi,
PDB, dan Nilai
tukar.
bahwa
inflasi
merupakan cerminan
konsistensi
dan
kredibilitas kebijakan
otoritas
moneter.
Hasil dari estimasi
VAR
menunjukkan
bahwa inflasi mampu
dijelaskan oleh inflasi
itu
sendiri,
pertumbuan
uang
dalam arti sempit,
pertumbuhan
GDP
riil, pertumbuhan nilai
tukar riil, fluktuasi
suku bunga SBI, dan
output gap.
2.
Analisis
M. Natsir
Empiris
(2008)
Efektivitas
Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia
Melalui Jalur
Ekspektasi
Inflasi Periode
1990:2-2007:1
Inflasi,
Suku VAR
bunga
SBI,
Output
Gap,
Ekspektasi
Inflasi, dan Kurs
bahwa
respon
variabel-variabel pada
jalur ekspektasi inflasi
terhadap
shock
instrumen kebijakan
moneter (rSBI) dan
variabel
lainnya
relatif tidak kuat, hal
ini
terlihat
dari
kemampuan variabel
utama jalur ini yaitu
ekspektasi
inflasi
(eINF) dan kurs yang
tidak
mampu
menjelaskan
secara
signifikan
variasi
sasaran
akhir
kebijakan
moneter
(inflasi).
3.
Pengaruh
Kebijakan
Bonus SWBI
dan Penjamin
PUAS,
SWBI, Regresi
dan PUAB
bahwa tingkat
indikasi bonus
SWBI dan
penentuan tingkat
T.Rifqy
Thantawi
(2008)
Pemerintah
Terhadap
Tingkat
Imbalan Pasar
Uang
Antar
Bank
Berdasarkan
Prinsip Syariah
di Indonesia
4.
Analisis SWBI Khomaidi
sebagai
Hambali
Instrumen
(2004)
Kebijakan
Moneter
suku bunga PUAB
mempengaruhi
secara signifikan
dan positif terhadap
tingkat
pengembalian
indikasi PUAS.
Bonus
SWBI, OLS
Bunga SBI, lelang
SWBI,
Bonus
PUAS,
dan
Jumlah
Permintaan SWBI
bahwa
dalam
menjalankan
fungsinya sebagai
otoritas
moneter
Bank
Indonesia
telah menggunakan
SWBI
untuk
menangulangi
kelebihan likuiditas
pada
perbankan
syariah.
Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
jumlah permintaan
SWBI yaitu bonus
SWBI,
lelang
SWBI bulan lalu,
bunga
sertifikat
Bank Indonesia, dan
bonus
PUAS.
Faktor
utama
penentu
jumlah
permintaan SWBI
adalah tingkat suku
bunga,
faktor
penentu selanjutnya
adalah tingkat bonus
SWBI yang lebih
berpengaruh
terhadap
jumlah
permintaan SWBI
jika dibandingkan
dengan faktor-faktor
lainnya.
5.
Kebijakan
Samar
Moneter dan Maziad
Bank Sentral (2009)
di Yordania
Sertifikat
deposito,
Instrumen
kebijakan
moneter
6.
Perancangan
Model Sistem
Analisis
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
(Pendekatan
Sistem
Dinamik)
Kinerja Keuangan System
(Investasi,
Dynamics
Income, Assets,
Liabilities,
dan
Equities)
Bahwa model hasil
rancangan ini dapat
digunakan
untuk
mempelajari
dan
meningkatkan
pemahaman
atas
perilaku
sistem
nyata, serta untuk
melakukan simulasi
percobaan sebelum
menerapkan
kebijakan
pada
sistem nyata.
7.
Strategi
Abdillah
perusahaan
(2006)
dengan
pendekatan
sistem
dinamik, studi
kasus PT Bank
Muamalat
Indonesia tbk
Sistem
strategi System
perusahaan
Dynamics
dengan
mempertimbangk
an
Internal
Factor Evaluation
(FE) dan External
Factor Evaluation
(EFE)
menghasilkan
skenario terbaik
yaitu skenario
kebijakan dengan
melakukan
treathment terhadap
faktor eksternal dan
faktor internal
sehingga
menghasilkan titik
koordinat pada
posisi Internal
Faktor Evaluation
(FE) beradapada
5,08 dan posisi
External Factor
Mary
Handoko
W.
Dan
Izzatul
Ummah
(2009)
pasar VAR dan bahwa
stabilitas
dan ECM
makroekonomi
diukur
dengan
rendahnya
inflasi
dan stabilitas nilai
tukar, pertumbuhan
yang berkelanjutan
dan
penyempitan
keseimbangan
fiskal, yang telah
tertanam
dalam
pengelompokan
ekonomi
regional
yang telah mapan
dan
pengaturan
serikat moneter
Evaluation (EFE)
pada nilai 4,45.
Dilihat dengn
matriks General
Electric, angka ini
menunjukkan posisi
perusahaan pada set
1, yaitu set yang
paling optimal.
F. Kerangka Pemikiran
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia bertanggung
jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara Indonesia, di mana Bank
Indonesia berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor
perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Bank Sentral adalah suatu
institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga (inflasi). Bank
sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan
jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak, maka
Bank
Sentral
dengan
menggunakan
instrumen-instrumennya
mencoba
menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk
menggerakkan roda perekonomian. Kebijakan moneter (monetary policy)
memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi
makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan mampu mempengaruhi
stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kerja,
dan keseimbangan neraca pembayaran.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah. SBIS
merupakan salah satu instrumen pasar uang (kebijakan moneter kontraktif) yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan tujuan untuk
menyerap kelebihan liquiditas didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana
bank konvensional yang menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan
memperoleh penghasilan tambahan. Jika melihat dari sisi moneter, turunnya SBIS
kurang menguntungkan bagi perekonomian karena akan menambah jumlah uang
beredar (JUB). Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen operasi pasar
terbuka yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah suatu instrumen yang
digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat
keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi
bank-bank syariah yang kekurangan dana. Dapat juga diartikan sebagai kegiatan
investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip
mudharabah.
Giro Wajib Minimum adalah kebijakan yang mewajibkan setiap bank
mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu
dari kewajiban segeranya. Atau dengan kata lain Giro Wajib Minimum (statutory
reserve), adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam
bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh
Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK. Kewajiban pemeliharaan
GWM bagi setiap bank merupakan salah satu cara pengendalian uang beredar
dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara stabilitas moneter. GWM dalam rupiah wajib dipenuhi oleh setiap
bank yang besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus) dari DPK dalam
rupiah.
Pemodelan Instrumen Moneter Syariah dengan Metode
System Dynamics
Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang
tunai) yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral
(demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada bankbank umum.
SBIS
PUAS
GWM
(X1)
(X2)
(X3)
Jumlah Uang Beredar
(JUB)
Pemodelan System
Dynamics
Simulasi
Validasi
Skenario
Kebijakan
Kesimpulan dan
Implikasi
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Berpikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Batasan atau ruang lingkup penelitian terdapat pada variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen atau variabel tidak terikat dalam
penelitian ini adalah jumlah uang beredar yang selalu berfluktuasi. Periode
penelitian didasarkan pada data yang digunakan dalam analisis merupakan data
historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang
telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada
saat analisis. Jumlah uang beredar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
harga penutupan (closing price) karena harga inilah yang menyatakan naik
turunnya suatu jumlah uang beredar.
Variabel independen atau variabel bebas yang nilainya dipergunakan
untuk meramal, terdiri dari rasio-rasio instrumen moneter syariah sebagai berikut:
1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang sekarang
diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
2. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah yang
sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah
(PUAS).
3. Giro Wajib Minimum (GWM).
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan adalah
sebagai berikut:
1. Observasi tidak langsung
Dilakukan dengan membuka website dari objek yang
diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran
umum bank serta perkembangannya yang kemudian digunakan
penelitian. Situs yang digunakan adalah bi.go.id
2. Penelitian kepustakaan
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara
mempelajari
dan
memahami
buku-buku
yang
mempunyai
hubungan tingkat kesehatan bank terhadap jumlah uang beredar
seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa, dan hasil
penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
perpustakaan maupun sumber lain.
C. Metode Analisis
Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan
pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagianbagian, menelaah, dan mencermati hubungan keterkaitan antar bagian untuk
membentuk konsepsi yang integral. Tujuan dari analisis data adalah untuk
mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan
menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Dalam
penelitian ini menggunakan metode system dynamics, maka akan dijelaskan
beberapa hal yang bertujuan dengan penerapan pemodelan dengan metode system
dynamics. Dari penjelasan tersebut akan didapat gambaran mengenai hubungan
kerja antara obyek penelitian dengan system dynamics. Pada bagian akhir akan
dijabarkan uji statistik terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan dipilih
sebagai komponen-komponen bagi terbentuknya model dari sistem moneter
syariah.
1. Pemodelan
a. Definisi
Di dalam sebuah pemodelan terdapat pengertian dasar dari model
sebagai pendekatan pada sistem yang dijadikan model tersebut. Selain itu,
di dalamnya juga terdapat berbagai istilah dan jenis model yang digunakan
untuk membentuk sistem pada model tersebut. Penelitian dengan
pendekatan pemodelan semestinya mampu merpresentasikan setiap
elemen yang membentuk sistem tersebut. Jikalau terdapat elemen-elemen
yang tidak juga bisa direpresentasikan maka dilakukan analogi atau
mengganti unsur tersebut dengan unsur lain yang sejenis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemodelan berasal dari
kata model. Kata model itu sendiri mengandung beberapa arti. Pertama,
model berarti pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat
atau dihasilkan. Kedua, model berarti orang yang digunakan sebagai
contoh untuk ditulis atau digambar. Ketiga, model berarti orang yang
memperagakan contoh pakaian baru yang akan dipasarkan. Keempat,
model berarti barang tiruan atau imitasi yang kecil menyerupai atau persis
dengan aslinya.
Jadi, model adalah contoh sederhana dari sistem dan menyerupai
sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan, tetapi tidak sama dengan sistem.
Penyederhanaan dari sistem sangat penting agar dapat dipelajari secara
seksama. Model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku
sistem melalui analisis rinci terhadap komponen atau unsur dan proses
utama yang menyusun sistem dan interaksinya antara satu dengan yang
lain.
Di dalam pemodelan terdapat terminologi, sebagai batasan yang
dikandung dalam suatu definisi. Istilah yang akan diuraikan merupakan
pokok-pokok utama yang menjadi tolok ukur keberadaan suatu pemodelan
antara lain:
1). Batas Sistem
Batas sistem adalah abstraksi dari batas yang menghimpun unsur dan
proses dari sistem sebagai bagian terpisah dari lingkungan total.
System boundaries atau batas sistem didefinisikan lebih dulu sebelum
model dibuat. Batas sistem ini memisahkan proses-proses yang
menyebabkan adanya tendensi internal dari pengaruh exogenus. Batas
sistem ini menggambarkan cakupan analisis berdasarkan inetraksi
sebab akibat dalam sistem. Komponen-komponen dalam dunia nyata
sangatlah kompleks dan beragam sehingga dibutuhkan pembatasan
dalam membentuk sistem. Unsur dalam sistem dipengaruhi oleh
lingkungan,
tapi
sebaliknya
komponen
tidak
mempengaruhi
lingkungan. Meskipun demikian, hal itu tidak seluruhnya benar, karena
terkadang faktor makro dapat mempengaruhi unsur mikro, begitu juga
sebaliknya, unsur mikro dapat berpengaruh terhadap faktor makro.
2). Simulasi dan Program Komputer
Simulasi adalah proses yang diperlukan untuk penanganan model
untuk meniru tingkah laku sistem yang sesungguhnya meliputi
diagram alir dan logika komputer serta penulisan kode dan
penerapannya pada komputer. Jadi, langkah utama yang diperlukan
untuk membuat model adalah penulisan perintah untuk masukan data,
pengolahan data dan keluaran dari hasil pengolahan data. Penulisan
perintah untuk komputer merupakan suatu bahasa tersendiri. Bahasa
yang dapat digunakan untuk menulis perintah dalam komputer dapat
dibagi dua jenis, yaitu bahasa tingkat rendah dan tinggi.
2. Tahapan Pemodelan
a. Tahap Seleksi Konsep
Seleksi alternatif
konsepsi dari tahap
evaluasi
kelayakan
merupakan tahap pertama dari pemodelan abstrak. Seleksi itu dilakukan
untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai
cukup untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya
dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan. Interaksi dengan
para pengambil keputusan serta pihak lain yang terlibat pada sistem
penting dilakukan pada tahap seleksi ini.
b. Tahap Rekayasa Model
Langkah awal dari pemodelan adalah menetapkan jenis model
abstrak yang akan diterapkan yang sejalan dengan tujuan dan karakteristik
sistem. Setelah itu, tugas tahap pemodelan terpusat pada pembentukan
model abstrak yang realistik. Dalam hal ini ada dua cara pendekatan untuk
membentuk suatu model abstrak, pertama, pendekatan kotak gelap.
Identifikasi model suatu
sistem
dilakukan
dari informasi
yang
menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past
behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik dan
matematik, model diturunkan kemudian dicari yang paling cocok (fit) pada
data operasional. Kedua, pendekatan struktur. Pendekatan struktur
merupakan system apporach atau pendekatan dengan berpikir sistem yaitu
pendekatan berpikir secara keseluruhan. Pendekatan ini disebut juga
pendekatan holistik dengan kesadaran bahwa adanya suatu kejadian
berkaitan dengan sistem yang berinteraksi antara obyek dengan
lingkungan total. Pada beberapa kasus tertentu kedua pendekatan dapat
dipakai secara bersama-sama.
c. Tahap Implementasi Komputer
Pada tahap ini, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk
persamaan, diagram alir, dan diagram blok. Pemakaian komputer sebagai
pengolah data dan penyimpan data tidak dapat diabaikan dalam
pendekatan sistem. Tahap ini seolah-olah membentuk model dari suatu
model, yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata.
Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dengan
format atau output yang telah dirancang serta telah memadai, selanjutnya
dilakukan tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut
mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji.
d. Tahap Validasi
Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa pengujian
berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer. Validasi
model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut
merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dapat dihasilkan
kesimpulan yang meyakinkan. Umumnya validasi dimulai dengan uji
sederhana, seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format
respons, linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya, arah perubahan
peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan nilai batas peubah
sesuai dengan nilai batas parameter sistem.
Uji statistik ini dapat memakai perhitungan koefisien determinasi,
pembuktian hipotesis melalui analisis ragam dan sebagainya. Pada tahap
ini, seringkali ditemukan kesulitan, karena kurangnya data atau sempitnya
data yang tersedia untuk melakukan validitas. Pada permasalahan yang
kompleks dan mendesak, disarankan proses validasi partial, yang tidak
dilakukan pengujian keseluruhan model sistem. Hal ini mengakibatkan
rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu
menyarankan untuk pemakaian model pada pengkajian selanjutnya.
e. Analisis Kebijakan
Pengambil keputusan merupakan bagian penting dalam tahap ini
dengan model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan
yang dipermasalahkan. Hal ini berlaku sebagai pengarah pada proses
kreatif-interaktif yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis
dari berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang
khas seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat
menuju pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar
peubah-peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk
secara efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak
teknik optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan
beberapa di antaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model.
(Muhammadi, 2001 h. 371)
3. System Dynamics
Metodologi system dynamics telah berkembang sejak tahun 1950,
pertama kali dikembangkan oleh Jay. W. Forrester sewaktu kelompoknya
melakukan riset di MIT (Massachussets Institute of Technology)
Cambridge, dengan mencoba mengembangkan manajemen industri untuk
mendesain dan mengendalikan sistem industri. Mencoba mengembangkan
metode manajemen untuk perencanaan industri jangka panjang yang
kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961, berjudul
Industrial Dynamics. Selanjutnya dengan menggunakan metodologi yang
sama
Forrester
berupaya
menjelaskan
perkembangan
kota
yang
dipublikasikan
dalam
buku
Urban
Dynamics
(1969).
Pada
perkembangannya, metodologi ini telah diterapkan di dalam analisis pada
sejumlah persoalan ekonomi dan sosial yang menarik dan penting. Salah
satu yang paling banyak dipublikasikan adalah model yang dikembangkan
oleh Dennis Meadows dan Club of Rome dalam bukunya The Limits to
Growth. Berbagai model telah dikembangkan dengan System Dynamics
guna mempelajari berbagai permasalahan yang beragam,
manajemen proyek, pasukan perdamaian PBB,
seperti
penemuan gas alam,
pertumbuhan suatu bisnis, perencanaan ekonomi nasional dan sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pemodelan dengan
System Dynamics, dikembangkan pula berbagai software sebagai alat
bantu (tools), sehingga penggunaan metodologi System Dynamics sebagai
salah satu cara pemodelan, menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang
software-software yang bukan cuma memudahkan pemakai untuk
membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji
sensitivitas model.
a. Definisi System Dynamics
Menurut Massachussets Institute of Technology (MIT), System
Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari permasalahan di
sekitar kita. Tidak seperti metodologi lain, yang mengkaji permasalahan
dengan memilahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, System
Dynamics melihat permasalahan secara keseluruhan. Konsep utama
System Dynamics adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek
dalam suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut System Dynamics Society, System Dynamics adalah suatu
metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang
kompleks, seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial
lainnya.
Menurut Radzicky, System Dynamics adalah suatu metodologi
yang handal dan teknik pemodelan dengan simulasi komputer untuk
memetakan, memahami, dan membahas isu-isu dan permasalahan yang
kompleks.
b. Metodologi System Dynamics
Metode yang akan dibuat dalam penelitian ini menggunakan
metodologi system dynamics, dengan menerjemahkan permasalahan
perkembangan instrumen moneter syariah ke dalam model matematik.
Metodologi System Dynamics adalah model matematik kausal (theorylike). Pengungkapan hubungan kausal dalam bentuk ekspresi matematik
didasari oleh dalil hubungan-hubungan yang terdapat dalam fenomena
(sistem) yang diteliti. Pemilihan metodologi System Dynamics ini didasari
pertimbangan
bahwa
metodologi
ini
mampu
mempresentasikan
keterkaitan dan saling ketergantungan antar variabel yang dikaji dan
mampu menggambarkan interaksi dari masing-masing bagian sistem serta
menjelaskan perilaku sitem apabila dilakukan intervensi-intervensi
terhadap sistem tersebut. Untuk menguji keakuratan model dilakukan
pengujian dengan membandingkan model dengan kondisi nyata dan data
empiris.
Salah satu metode untuk memperoleh kebenaran ilmiah adalah
metodologi System Dynamics. Richardson and Pugh mengatakan: ”system
dynamics is a methodology for understanding certain kinds of complex
problems”. Metodologi yang dimaksud di sini tidak lain adalah ilmu
tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni
keseluruhan sistem, metode, peraturan dan hipotesis yang dipakai dalam
memahami permasalahan yang kompleks. Metodologi System Dynamics
itu sendiri sejalan dengan konsep paradigma yang dipopulerkan oleh
Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul The Structure Of Scientific
Revolutions. Paradigma secara umum diartikan sebagai model atau skema.
Pemodelan dengan metodologi System Dynamics ini makin berkembang
pesat sejak diperkenalkan oleh Jay W. Forrester dalam bukunya yanag
berjudul Industrial Dynamics. Model yang dibuat pada dasarnya
merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan dari dunia
nyatanya. Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu pemodelan haruslah
memenuhi metode ilmiah. Metode ini mensyaratkan bahwa suatu model
haruslah mempunyai banyak titik kontak (points of contact) dengan
kenyataan (reality) dan pembandingan yang berulang kali dengan dunia
nyata (real world) melalui titik-titik kontak tersebut. Kemudian barulah
model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia
nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah
dunia nyata tersebut.
Sterman mengemukakan prinsip-prinsip untuk membuat suatu
analisis dinamik. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1). Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus
dibedakan di dalam analisis.
2). Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat
direpresentasikan di dalam analisis.
3). Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam analisis harus
dibedakan.
4). Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam
sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-keputusannya.
5). Struktur kaidah penelusuran keputusan di dalam analisis sesuai (cocok)
dalam praktek-praktek manajerial, dan analisis kausalitas dalam kondisikondisi tertentu.
Karena analisis merupakan representasi dari sistem nyata, maka
analisis dikatakan baik bila perilaku analisis tersebut dapat menyerupai
sistem sebenarnya dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berpikir
sistem. Dalam membangun suatu analisis sangat dipengaruhi oleh
subyektivitas
seseorang
atau
organisasi,
maka
perlu
adanya
penyempurnaan yang dilakukan terus menerus dengan mengenal informasi
dan potensi yang relevan.
Penggunaan metodologi System Dynamics lebih ditekankan pada
tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana tingkah laku
muncul dari struktur kebijakan dalam sistem itu. Pemahaman ini sangat
penting dalam perencanaan kebijakan yang efektif.
c. Software System Dynamics
Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software
Powersim versi 2.5d, yang kemudian diperbaharui dengan versi yang lebih
baik yaitu Powersim versi 2005. Simbol yang digunakan dalam versi 2.5d
maupun yang versi 2005 adalah sama. Secara umum simbol yang ada
dalam software Powersim tidak jauh berbeda dengan software lainnya
yang memakai metode System Dynamics. Dalam aplikasinya simbol dalam
Powersim yang digunakan untuk menggambarkan Stock Flow Diagram
(SFD) terdiri dari empat bagian, yaitu constan, auxiliary, level, dan rate.
4. Uji Statistik
a. Pengujian Absolute Error
Metode uji statistik abosolute error adalah uji statistik untuk
melihat penyimpangan antara hasil simulasi dengan data empirik, yaitu
dengan menghitung Absolute Variation Error (AVE) dan Abosolute
Means Error (AME). AVE adalah melakukan pengujian dengan melihat
penyimpangan nilai variasi hasil simulasi terhadap data empirik. Dengan
rumus sebagai berikut:
AVE = (Vs-Ve) / Ve x 100% ....................................... (3.1)
Bahwa Vs adalah varians hasil simulasi dan Ve adalah varians dari
data empirik. Sedangkan AME adalah melakukan pengujian untuk melihat
penyimpangan antara nilai rata-rata hasil simulasi terhadap data empirik
atau data aktual. Dengan rumus:
AME = (Xs –Xe) / Xe x 100% .................................... (3.2)
Bahwa Xs adalah means hasil simulasi dan Xe adalah means data empirik.
b. Pengujian Root Means Square Error
Root Means Square Error (RMSE) mengukur akar rataan kuadrat
persentase perbedaan antara nilai yang disimulasikan dengan nilai yang
sebenarnya. Besarnya RMSE ditentukan dengan rumus:
RMSE =
......................
Ket :
RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan
St
= Nilai simulasi pada waktu t
At
= Nilai aktual pada waktu t
n
= Jumlah pengamatan (t=1,2,...n).
(3.3)
Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan
(Mean Square Error, MSE) ke dalam komponen yang mengukur bagianbagian kesalahan yang disebabkan oleh bias (Inequality bias proportion),
ketidaksamaan
varian
(Inequality
variance
proportion),
dan
ketidaksamaan kovarian (Inequality covarian proportion). Bias terjadi
karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai
rata-rata aktual.
Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan
hubungan berikut:
Um =
..........................................
(3.4)
Ket:
Um = Bagian MSE karena bias (inequality bias proportion)
S = Rata-rata nilai simulasi
A = Rata-rata nilai aktual
St = Nilai aktual pada waktu t
n
= Jumlah pengamatan
c. Proses Uji Statistik
Adapun proses memilih proses uji statistik AVE, AME, dan RSME
sebagai uji validasi adalah sebagai berikut:
1). AVE merupakan pengujian statistik yang diperoleh dari
mengkuadratkan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya.
Selanjutnya, nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil
pengkuadratan selisih nilai data observasi. Hasil AVE masih agak
sulit untuk diinterpretasikan karena nilainya cukup besar yaitu
dari hasil pengkuadratan. Oleh karena itu, perlu dicari ukuran
varians yang sama dengan data aslinya dengan cara menarik akar
varians.
2). AME digunakan hanya untuk menyatakan berapa besar
penyimpangan rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan
hasil simulasi terhadap rata-rata data referensi. Hasil yang
diperoleh masih dianggap terlalu kasar berdasarkan analisis
statistik.
3). RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran
varians yang dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama
dengan data asli.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
jumlah uang beredar (Y) yang selalu berfluktuasi. Jumlah uang beredar
merupakan seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota
masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh
perseorangan pada bank-bank umum. Jumlah uang beredar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah harga penutupan (closing price) karena harga
inilah yang menyatakan naik turunnya stabilitas suatu nilai mata uang.
2. Variabel Independen
Variabel
independen
atau
variabel
bebas
yang
nilainya
dipergunakan untuk menganalisis terdiri dari rasio-rasio instrumen
moneter syariah:
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia.
b. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)
Adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang
kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai
sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang
kekurangan dana.
c. Giro Wajib Minimum (GWM)
Merupakan kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan
sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari
kewajiban segeranya.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah moneter Indonesia
Perekonomian Indonesia pada periode 1960-1965 menghadapi
masalah berat sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang telah
mengutamakan kepentingan politik. Doktrin ekonomi terpimpin telah
menguras hampir seluru potensi ekonomi Indonesia akibat membiayai proyekproyek politik pemerintah. Sehingga tidak mengherankan, jika pada periode
ini pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat rendah, laju inflasi
sangat tinggi pada 1966, dan investasi merosot tajam. Dalam menjalankan
kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) dibebani Multiple Objectives, yaitu
selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga sebagai bank sirkulasi yang
memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah, serta menyediakan kredit
likuiditas dan kredit langsung kepada lembaga-lembaga negara dan
pengusaha. Mulanya pada tahun 1959, pemerintah telah melakukan kebijakan
pengetatan moneter sebagai upaya mengatasi tekanan inflasi. Penanganan laju
inflasi ini terus berlangsung hingga awal tahun 1960-an dengan melakukan
pembatasan kredit perbankan secara kuantitatif dan kualitatif.
Tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 mrupakan tahun badai dalam
sistem moneter dan perbankan Indonesia. Rupiah terpuruk ditelan dollar yang
semakin hari semakin melambung tinggi.
Perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun 1999-2005 mulai
membaik, karena banyak faktor positif yang mulai berpengaruh. Faktor-faktor
tersebut meliputi perkembangan ekonomi internasional yang cukup baik,
perkembangan dalam negeri yang cukup kondusif serta situasi moneter yang
cukup stabil. Membaiknya perekonomian Indonesia sejak 1999 tidak terlepas
dari kebijakan umum pemerintah dan juga kebijakan moneter yang dilakukan
Bank Indonesia.
Kebijakan moneter yang ditempuh pada periode reformasi ini adalah
kebijakan yang ketat untuk menyerap likuiditas agar tidak menahan tekanan
terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan melalui
operasi pasar terbuka, intervensi rupiah di pasar uang rupiah dan sterilisasi di
pasar valuta asing.
2. Perkembangan Moneter Indonesia
Ekspansi pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan berlanjut.
Meningkatnya konsumsi swasta serta ekspor menjadi faktor utama pendorong
tumbuhnya perekonomian. Akselerasi pertumbuhan konsumsi swasta
terutama dipengaruhi oleh perbaikan daya beli masyarakat dan membaiknya
optimisme konsumen. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan
tumbuh lebih tinggi. meningkatnya permintaan, baik domestik maupun
eksternal, merupakan faktor utama pendorong ekspansi investasi.
Peningkatan juga terjadi pada kinerja ekspor yang didorong oleh
tingginya permintaan eksternal dan masih tingginya harga komoditas global.
Di sisi industri pengolahan, sektor perdagangan serta sektor pengangkutan
dan komunikasi diprakirakan akan mencatat pertumbuhan yang tinggi.
3. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Untuk menunjang kegiatan bank syariah sbelum diterbitkan UU
perbankan syariah, BI telah mengeluarkan beberapa peraturan teknis,
misalnya giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank
umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasar
uang antar bank berdasarkan prinsip syariah, serta sertifikat wadiah bank
Indonesia (SWBI). SWBI digunakan untuk titipan dana bank syariah yang
overlikuid dan bersifat sementara.
Setelah UU perbankan syariah
diberlakukan, BI menindaklanjuti dengan menerbitkan instrumen SBI
syariah. SBI syariah merupakan pelengkap SWBI. Kondisi pasar finansial
saat ini yang masih merasakan dampak krisis lanjutan akibat krisis subprime
mortgage tahun 2007 lalu sehingga sejumlah bank konvensional menaikkan
tingkat suku bunga karena suku bunga SBI naik. Oleh karena itu, dengan
sertifikat bank Indonesia syariah, bank syariah dapat menitipkan dan
menginvestasikan dananya melalui instrumen surat berharga BI tersebut.
Dengan demikian meskipun overlikuiditas, dana bank syariah tetap produktif.
Pada kwarta II tahun 2008, BI untuk pertama kalinya telah melakukan
lelang sertifikat bank Indonesia syariah. BI melaporkan, posisi SBIS pada
periode 2009 tumbuh 54% dibanding akhir 2008 (SBI tumbuh 44%).
Sementara berdasarkan posisi rata-rata, SBIS naik signifikan menjadi Rp 3,18
triliun (tahun 2008 Rp 1,45 triliun). Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan
dana perbankan syariah pada SBIS mulai terjadi sejak akhir Desember 2008
yang antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir
tahun. Berdasarkan data BI per Desember 2008, penempatan dana bank
syariah pada SBIS meningkat menjadi Rp 2,55 triliun meskipun lebih kecil
dari posisi periode yang sama tahun lalu sekitar Rp 2,36 triliun. Pola yang
sama kembali terjadi pada akhir 2009. Pengeluaran pemerintah selama
Desember 2009 mencapai Rp 68,72 triliun sehingga berdampak pada
likuidnya kondisi perbankan. Hingga kini tren kenaikan likuiditas di
perbankan syariah semakin terasa dengan meningkatnya penempatan dana
pada sertifikat bank Indonesia syariah.
4. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
Dengan adanya fasilitas pasar uang antar bank, maka bank-bank
syariah akan mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk memanfaatkan dana
yang idle, bank dapat melakukan investasi jangka pendek di pasar uang, dan
begitu sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, bank
juga dapat memperolehnya dari pasar uang. Namun, karena surat-surat
berharga yang beredar di pasar uang konvensional merupakan surat-surat
berharga yang berbasis bunga, maka bank-bank syariah tidak dapat
memanfaatkan pasar uang yang ada, karena perbankan syariah tidak
diperbolehkan menjadi bagian dari aktiva maupun pasiva yang berbasis
bunga, dan hal ini merupakan kendala bagi kalangan perbankan syariah dalam
melakukan pengelolaan likuiditas. Oleh karena itu, untuk mendukung
kelancaran perbankan syariah dalam mengelola likuiditasnya, maka perlu
adanya instrumen-instrumen pasar uang yang berbasis syariah, sehingga
perbankan syariah dapat melakukan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam
memfasilitasi kegiatan perdagangan jangka pendek, akan tetapi juga berperan
dalam mendukung investasi jangka panjang.
5. Perkembangan Giro Wajib Minimum (GWM)
Sebagaimana telah dialami, krisis di Indonesia terjadi dengan
melemahnya nilai tukar rupiah sebagai dampak meluasnya tekanan terhadap
mata uang baht, peso, dan ringgit. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya
permintaan dollar yang luar biasa di Asia Tenggara. Akibat dari depresiasi
mata uang baht pada awal Juli 1997, memberikan dampak berupa proses
penularan regional (contagion effect) ke negara-negara Asia lainnya seperti
Korea, Malaysia, dan Filipina, tidak terkecuali Indonesia sehingga
mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap USD mulai tertekan. BI melakukan
kebijakan pengetatan likuiditas dengan meningkatkan suku bunga SBI,
penarikan dana milik BUMN di bank untuk mencegah spekulasi dan
ditempatkan di SBI. Kebijakan pengetatan likuiditas tersebut justru berakibat
kurang menguntungkan terhadap sektor riil dan perbankan. Mayoritas
perbankan
mengalami
kesulitan
likuiditas,
yang
dibuktikan
dengan
pelanggaran GWM. Dalam pelaksanaan GWM, setiap bank umum harus
membuka rekening giro pada bank Indonesia yang penggunaannya
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Rekening giro
milik bank umum yang dikelola oleh BI tersebut harus dijaga saldonya agar
tidak melanggar ketentuan GWM yang berlaku. Sebagaimana telah ditetapkan
PBI No.10/19/PBI/2008, ketentuan GWM telah ditetapkan 7,5 persen dari
DPK, yang terdiri dari 5 persen GWM utama (statutory reserve), dan 2,5
persen GWM sekunder (secondary reserve). Namun terjadi kenaikan GWM
primer pada tahun 2010 menjadi 8 persen sesuai dengan peraturan bank
Indonesia No.12/19/PBI/2010.
B. Penemuan dan Pembahasan
a. Tahapan Pemodelan
Dalam sub bab berikut akan dilakukan analisis dengan beberapa
tahapan sampai dengan analisis kebijakan.
1. Tahap Seleksi Konsep
Sesuai dengan konsep perkembangan moneter yang berlandaskan
syariah yaitu adanya perkembangan ekonomi makro di Indonesia,
perkembangan moneter Indonesia, perkembangan moneter syariah
Indonesia, serta adanya peluang ekonomi di Indonesia. Dari konsep ini
maka dibuat suatu model sederhana yang sedapat mungkin mendekati
kenyataan yang terjadi seperti ditunjukkan pada gambar 4.1.
Perkembangan ekonomi makro dan kestabilannya di Indonesia
berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan
moneter, yang dalam pelaksanaannya melalui penetapan sasaran-sasaran
moneter seperti jumlah uang beredar. Pengendalian sasaran-sasaran
moneter tersebut dapat menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah
(PUAS), dan Giro Wajib Minimum (GWM). Laju dari semua indikator
moneter tersebut akan mempengaruhi jumlah uang beredar (JUB),
sehingga menghasilkan peluang, dan pada akhirnya ikut mempengaruhi
gejolak pertumbuhan ekonomi moneter.
Moneter
Peluang
Ekonomi
JUB
Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Gambar 4.1 Model Mental Instrumen Moneter Syariah
Berdasarkan
model
mental
sederhana
yang
telah
dibuat
sebelumnya, model mental tersebut menggambarkan gejala sistem nyata
(real world), maka selanjutnya dibangun struktur model System
Dynamics. Untuk pembuatan model ini data yang digunakan adalah data
yang berasal dari indikator ekonomi dan data moneter dari BI dari tahun
2005 sampai tahun 2009. Data-data tersebut merupakan simulasi data
setiap tahunnya untuk Indonesia.
2. Tahap Rekayasa Model
Langkah selanjutnya adalah membuat model Causal Loop
Diagram (CLD). Model diagram CLD dibuat berdasarkan kerangka
konsep model mental yang telah dibuat sebelumnya dengan didukung oleh
variabel-variabel yang dipengaruhi dalam sistem. Variabel-variabel yang
mempengaruhi sistem kemudian saling dihubungkan satu dengan yang
lainnya dengan menggunakan struktur umpan balik. Model CLD untuk
perkembangan moneter syariah dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Struktur yang terbentuk dengan loop positif (reinforcing loop) berarti
bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut
membesar akan menyebabkan variabel lainnya membesar pula. Bila
struktur yang dibentuk dengan loop negatif (balancing loop) berarti bahwa
hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut
membesarkan menyebabkan variabel lainnya akan mengecil.
GWM
PUAS
SBIS
Moneter
+
Peluang
Ekonomi
JUB
Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Gambar 4.2 Model CLD Moneter Syariah
Secara lebih detil, penjelasan loop positif sebagai berikut, moneter 
menggambarkan keterkaitan antar variabel X1 (SBIS), X2 (PUAS), dan X3
(GWM) dalam moneter syariah. Dengan instrumen yang terdiri dari SBIS,
PUAS, dan GWM merupakan elemen dalam moneter syariah. Kemudian
ketiga elemen tersebut akan mempengaruhi JUB, berikutnya JUB akan
mempengaruhi peluang ekonomi, yang selanjutnya akan mempengaruhi
laju ekonomi moneter Indonesia.
3. Tahap Implementasi Komputer
Konsep pemodelan dalam bentuk model CLD Perkembangan
Instrumen Moneter Syariah yang telah dibentuk sebelumnya harus dapat
disimulasikan ke dalam komputer. Untuk dapat melakukan simulasi dan
agar data yang ada dapat diolah oleh komputer, maka CLD yang telah
dibentuk diubah terlebih dahulu ke dalam model diagram alur atau Stock
Flow Diagram.
Dalam pengolahan data Stock Flow Diagram (SFD) menggunakan
simbol-simbol dengan tujuan agar komputer dapat mengenal dan
membacanya. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam causal loop
diagram kemudian diubah bentuknya terlebih dahulu sesuai dengan bahasa
komputer yang ada dalam diagram alir tersebut yaitu level, rate, ataupun
konstanta. Setelah itu masing-masing variabel dihubungkan satu dengan
lainnya, sehingga membuat model menjadi saling terkait dan dapat
dijalankan sesuai dengan yang diinginkan.
Transformasi dari causal loop diagram ke stock flow diagram
menggunakan konsep matematis dari fungsi ekonomi moneter, jumlah
uang beredar, dan peluang ekonomi. Serta memasukkan konsep matematis
dari fungsi Monetary Economic, jumlah uang beredar, dan peluang
ekonomi.
Diagram alir model perkembangan instrumen moneter syariah
yang sudah dibuat tersebut harus dapat berfungsi menirukan kondisi nyata
perkembangan instrumen moneter syariah di Indonesia, sehingga perlu
dilakukan sebuah simulasi model terhadap model stock flow diagram
instrumen moneter syariah.
Constant_1
CONSTANTA
JUB Y
Rate All
SBIS
GW M
X1 X2 X3
PUAS X2
Rate X2
GW M X3
PUAS
Rate X3
Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Gambar 4.3 Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah
Waktu simulasi yang akan digunakan sesuai dengan data variabel
yang sesungguhnya dari perkembangan instrumen moneter syariah dalam
kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009. Hasil simulasi tersebut
selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta
mengetahui kecenderungan di masa mendatang. Tabel dan hasil simulasi
dapat dilihat pada lampiran 3.
Grafik hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa model diagram
alir yang diharapkan ke dalam perangkat lunak Powersim sudah berhasil
disimulasikan sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan.
4. Tahap Validasi
Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan validasi model atau
hasil simulasi dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil
simulasi dengan gejala ataupun proses dari suatu sistem yang ditirukan.
Hasil simulasi dapat dinyatakan valid atau sahih bila model yang dibuat
dapat menunjukkan pola-pola atau kecenderungan dengan gejala-gejala
sebenarnya. Maka perlu dilakukan peninjauan kembali atas model yang
telah dibuat tersebut untuk kemudian dilakukan perbaikan atau
restrukturisasi model hingga didapat model yang valid.
Prosedur validasi data yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
a). Mengeluarkan hasil simulasi, khususnya hasil simulasi dari
variabel
utama
(reference
model)
untuk
kemudian
membandingkannya dengan pola perilaku data historis yaitu
dengan cara:

Melakukan perbandingan secara visual terhadap grafik terlebih
dahulu, jika ditemukan terdapat penyimpangan yang menonjol,
maka kemudian dilakukan perbaikan terhadap variabel dan
parameter model berdasarkan hasil penelusuran terhadap
sebab-sebab penyimpangan tersebut.

Apabila secara visual pola hasil simulasi telah mengikuti pola
data aktual maka kemudian dilakukan uji statistik dengan
tujuan untuk memperoleh besar deviasi yang ada.
b). Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji statistik
untuk melihat penyimpangan antara output simulasi dengan data
aktual dengan menggunakan Absolute Varians Error (AVE),
Absolute Means Error (AME), dan Root Means Square Error
(RMSE).
Dalam pembuatan model instrumen moneter syariah perlu diuji
statistik antara data aktual dan hasil simulasinya. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan tiga cara, yaitu AVE, AME, dan RMSE. Yang akan
diuji adalah hasil akhir pada nilai kapitalisasi instrumen moneter syariah
dengan jumlah uang beredar dengan membandingkan antara data aktual
dengan hasil simulasi.
Tabel 4.1
Validasi AVE, AME, dan RMSE
Variabel
JUB
AVE
0,000
(0,035%)
Uji Statistik
AME
0,015
(1,528%)
RMSE
0,019
(1,873%)
Sumber: Data diolah (Lampiran 7, 10, 13)
Jumlah uang beredar pada perhitungan uji statistik AVE diperoleh
hasil sebesar 0,035% yang merupakan hasil perbedaan paling kecil dari
tiga uji statistik ini. Nilai 0,035% menunjukkan penyimpangan yang
dilakukan dari data hasil simulasi terhadap data aktual jumlah uang
beredar. Sedangkan pada uji statistik AME menunjukkan nilai sebesar
1,528% yang merupakan rata-rata perbedaan antara data aktual dan hasil
simulasi pada jumlah uang beredar. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat maka dilakukan uji statistik RMSE, dan diperoleh hasil sebesar
1,873%. Besaran AVE, AME, dan RMSE adalah deviasi, perbedaan,
selisih antara nilai aktual dan nilai simulasi, sedangkan sisa dari nilai
AVE, AME, dan RMSE tersebut merupakan nilai aktual itu sendiri.
Hasil validasi terhadap variabel-variabel di atas secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa model sudah dapat dikategorikan valid, karena
memperlihatkan perilaku dan hasil simulasi memiliki kecenderungan yang
sama dengan data historis yang ada, sehingga dengan model ini dapat
digunakan untuk membuat suatu formulasi kebijakan.
5. Analisis Kebijakan
Langkah selanjutnya adalah analisis kebijakan, dimana dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan beberapa variabel yang
memiliki sensitivitas terhadap JUB dalam model instrumen moneter
syariah. Selanjutnya variabel tersebut akan disimulasikan dengan
menggunakan beberapa variasi nilai yang berlainan yang kemudian
hasilnya akan diamati pada suatu interval waktu yang sama. Dalam
penelitian ini dilakukan pemilihan dua variabel yang berpengaruh terhadap
jumlah uang beredar agar laju atau perkembangan jumlah uang beredar
dapat dimaksimalkan, sehingga terjadi peningkatan dalam perkembangan
jumlah uang beredar. variabel yang mempengaruhi jumlah uang beredar
adalah SBIS dan GWM.
a. Skenario Kebijakan
Hubungan antara SBIS yang diterapkan oleh Bank Indonesia
sebagai bank sentral dengan JUB secara umum adalah berkorelasi
negatif atau berbanding terbalik. Bila SBIS meningkat, maka JUB akan
menurun. Dilain pihak, jika SBIS turun maka JUB cenderung naik.
Berdasarkan tabel dan grafik yang dapat dilihat pada lampiran 3,
dapat diketahui bahwa dengan data aktual dan hasil simulasi dari tahun
2005 sampai dengan 2009 menggambarkan pola grafik yang hampir
sama dengan kondisi yang sebenarnya kemudian diproyeksikan untuk
tahun-tahun berikutnya (dalam penelitian ini hingga tahun 2014).
Dimana tujuan dari proyeksi tersebut adalah untuk mengetahui
perkembangan JUB Indonesia pada tahun 2014.

Pembahasan Hasil Skenario
1). Skenario A pada saat Kondisi Normal
Pada grafik 4.4 terlihat bahwa nilai laju pada JUB dari tahun 2010
yang sebesar Rp 2.493 triliun naik menjadi Rp 4.584 triliun pada tahun
2014. Untuk skenario A dalam kondisi normal, pada data terakhir tahun
2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam
pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.400
triliun, yang artinya bahwa antara data dan hasil simulasi tidak terlalu
berbeda. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari
pemodelan pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 2.903 triliun; Desember
2012 sebesar Rp 3.380 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 3.936 triliun;
dan pada bulan Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun.
(milyar rupiah)
4.500.000
JUB
4.000.000
3.500.000
3.000.000
2.500.000
Ja
Fe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
Fe
tMar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
De
kt
p s
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.1 Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal
Pada skenario A kondisi normal dengan tingkat SBIS sebesar 0,05
atau 5%. Dengan nilai laju PUAS sebesar 0,098 atau 9,8% merupakan
perubahan nilai awal simulasi sebesar Rp 4,11 triliun pada Januari 2005
yang kemudian menjadi sebesar Rp 6,65 triliun Desember 2009, sehingga
JUB pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun. Dengan nilai laju
perubahan GWM sebesar 0,128 atau 12,8% yang merupakan perubahan
nilai GWM pada Januari 2005 kemudian menjadi sebesar 10% pada
Desember 2009, sehingga JUB pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584
triliun. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dalam kondisi
normal dapat dilihat pada lampiran 14.
2). Skenario B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah
(milyar rupiah)
2.500.000
JUB
2.400.000
2.300.000
2.200.000
Ja
Fe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
Fe
tMar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
De
kt
p s
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.2 Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah
Apabila SBIS tinggi sedangkan GWM rendah, maka dapat dilihat
prospek atau perkembangan JUB pada tahun 2014. Pada data terakhir
bulan September tahun 2010 nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam
pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.192
triliun. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari
pemodelan pada bulan Desember 2011 jumlah uang yang beredar di
masyarakat sebesar Rp 2.279 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 2.351
triliun; Desember 2013 sebesar Rp 2.425 triliun; dan pada bulan Desember
2014 sebesar Rp 2.502 triliun.
Pada skenario B dalam kondisi SBIS tinggi dengan laju
peningkatan SBIS sebesar 15%, merupakan kenaikan nilai SBIS dalam
kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 20% pada Desember
2014. Untuk laju penurunan GWM yang rendah, dimana nilai laju
penurunan GWM lebih kecil dengan laju penurunan GWM pada kondisi
normal. Laju penurunan GWM sebesar 12,7% yang merupakan penurunan
nilai GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi
10%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan peningkatan
SBIS yang tajam dan GWM rendah dapat dilihat pada lampiran 15.
3). Skenario C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi
(milyar rupiah)
JUB
2.000.000
1.800.000
1.600.000
1.400.000
Ja
Fe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
Fe
tMar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
De
kt
p s
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.3 Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi
Pada skenario C dalam kondisi SBIS rendah dan GWM tinggi,
pada data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271
triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar
Rp 2.002 triliun. Sesuai dengan analisis pemodelan, nilai JUB mengalami
penurunan dari pada saat kondisi normal. Dari pemodelan pada bulan
Desember 2011 sebesar Rp 1.791 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 1.638
triliun; Desember 2013 sebesar Rp 1.449 triliun; dan pada bulan Desember
2014 nilai JUB mengalami penurunan sebesar Rp 1.371 triliun.
Untuk skenario C dalam kondisi SBIS rendah dengan laju
penurunan SBIS sebesar 3% merupakan penurunan nilai SBIS dalam
kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 2%, dimana nilai laju
penurunan SBIS lebih kecil dengan laju penurunan SBIS pada kondisi
normal. Sedangkan untuk GWM tinggi dengan laju penurunan GWM
sebesar 12,4% merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal
pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 0,4%. Untuk lebih jelasnya, tabel
dari analisis skenario dengan penurunan SBIS yang tajam dan GWM
tinggi dapat dilihat pada lampiran 16.
4). Skenario D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi
(milyar rupiah)
JUB
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
Ja
Fe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
Fe
tMar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
De
kt
p s
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.4 Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi
Pada skenario D dalam kondisi SBIS tinggi dan GWM tinggi, pada
data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271
triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar
Rp 1.746 triliun. Dalam pemodelan tercatat pada bulan Desember 2011
sebesar Rp 1.243 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 947 triliun; Desember
2013 sebesar Rp 721 triliun; dan pada bulan Desember 2014 hanya sebesar
Rp 550 triliun.
Pada kondisi SBIS tinggi dengan laju peningkatan SBIS sebesar
15%, merupakan kenaikan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun
2005 dari 5% menjadi 20% pada Desember 2014. Untuk GWM tinggi
dengan laju penurunan GWM sebesar 12,4% merupakan penurunan nilai
GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 0,4%.
Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan peningkatan SBIS
yang tajam dan GWM tinggi dapat dilihat pada lampiran 17.
5). Skenario E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah
(milyar rupiah)
6.000.000
JUB
5.000.000
4.000.000
3.000.000
Ja
Fe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
tFe
Mar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Ok
Nop
Des
pJa
Fe
tMar
n
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
De
kt
p s
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.5 Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah
Skenario E dengan kondisi SBIS tinggi dan GWM tinggi, pada
data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271
triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar
Rp 2.503 triliun. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari
pemodelan pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 3.246 triliun; Desember
2012 sebesar Rp 3.998 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 4.923 triliun;
dan pada bulan Desember 2014 nilai JUB mengalami peningkatan dengan
pada saat kondisi normal, yaitu sebesar Rp 6.062 triliun.
Untuk kondisi SBIS rendah dengan laju penurunan SBIS sebesar
3% merupakan penurunan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun
2005 dari 5% menjadi 2%, dimana nilai laju penurunan SBIS lebih kecil
dengan laju penurunan SBIS pada kondisi normal. Untuk laju penurunan
GWM yang rendah, dimana nilai laju penurunan GWM lebih kecil dengan
laju penurunan GWM pada kondisi normal. Laju penurunan GWM sebesar
12,7% yang merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal pada
tahun 2005 dari 12,8% menjadi 10%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari
analisis skenario dengan penurunan SBIS yang tajam dan GWM rendah
dapat dilihat pada lampiran 18.
b. Analisis Kebijakan
Berdasarkan analisis skenario yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa jumlah uang beredar akan menjadi paling tinggi apabila nilai
laju sertifikat bank Indonesia syariah menjadi rendah dan nilai laju giro
wajib minimum menjadi rendah, sehingga dari skenario tersebut
diperoleh nilai jumlah uang beredar sebesar Rp 6.062 triliun, hal ini
membuktikan bahwa nilai jumlah uang beredar mengalami kenaikan
jika dibandingkan dengan kondisi normal pada Desember 2014 sebesar
Rp 4.584 triliun, sedangkan hasil paling rendah diperoleh pada saat
analisis skenario dengan indikasi nilai simulasi jumlah uang beredar
pada Desember 2014 sebesar Rp 550 triliun. Dalam kondisi ini sesuai
dengan teori yang berlaku secara umum bahwa dengan penurunan laju
sertifikat bank Indonesia syariah, maka jumlah uang yang beredar di
masyarakat mengalami peningkatan.
Dalam kondisi tersebut, pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia, dapat menerapkan kebijakan dengan menjaga kestabilan nilai
giro wajib minimum. Pemerintah sebaiknya dapat meyakinkan bankbank untuk lebih pandai mengatur likuiditas agar lebih baik lagi dan
mengupayakan dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro.
Pemerintah juga sebaiknya mendorong masyarakat untuk membuka
simpanan tabungan di bank, dan bank sebaiknya dapat memberikan
kemudahan pelayanan transaksi pembayaran bagi pemilik tabungan.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai
pemodelan instrumen moneter syariah dengan metode system dynamics, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan uji statistik AVE, AME, dan RMSE pada pemodelan
instrumen moneter syariah, maka pemodelan ini dapat disebut valid
yang selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kebijakan lebih lanjut.
2. Penelitian ini membuktikan bahwa nilai jumlah uang beredar
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi normal pada
Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun meningkat menjadi Rp 6.062
triliun pada Desember 2014. Nilai ini diperoleh dari analisis skenario
pada saat laju sertifikat bank Indonesia syariah rendah dan giro wajib
minimum rendah, dan nilai terendah pada Desember 2014 sebesar Rp
550 triliun diperoleh dari analisis skenario pada saat laju sertifikat
bank Indonesia syariah tinggi dan giro wajib minimum tinggi.
3. Untuk mendapatkan nilai jumlah uang beredar yang tinggi pada tahun
2014, maka diperlukan kebijakan sertifikat bank Indonesia syariah
rendah dan giro wajib minimum rendah, yaitu dengan menerapkan
kebijakan dengan menjaga kestabilan nilai giro wajib minimum.
B. IMPLIKASI
Dari hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat ditulis sebagai
berikut, yaitu:
1. Nilai simulasi pada tahun 2014 yang diperoleh pada penelitian ini
merupakan peningkatan nilai jumlah uang beredar yang cukup tinggi
jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk itu
diperlukan penelitian lebih lanjut lagi untuk melakukan pembuktian
dari hasil yang diperoleh dengan melakukan analisis sensitivitas pada
data yang sensitif terhadap jumlah uang beredar.
2. Bank Indonesia harus menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan
melaksanakan kebijakan moneter berkelanjutan, konsisten, transparan,
dengan memperhatikan kebijakan sertifikat bank Indonesia syariah dan
giro wajib minimum untuk menaikkan jumlah uang beredar yang lebih
tinggi, dan tetap mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah
dibidang perekonomian.
3. Perlu ditambahkan data peningkatan preferensi masyarakat terhadap
jumlah uang beredar agar menggambarkan sistem keuangan berbasis
keuangan.
4. Pemodelan ini agar dapat dilanjutkan untuk penelitian pada masa-masa
mendatang dengan usulan untuk penelitian lanjutan yaitu untuk
memasukkan variabel lain, memasukkan unsur preferensi masyarakat
terhadap jumlah uang beredar dan agar menggunakan formula
matematika lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Anwar Dr. MA, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Islam, LP3M STIE
Ahmad Dahlan, Jakarta: 2009.
Abdillah, Strategi perusahaan dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT
Bank Muamalat Indonesia tbk, Jakarta: 2006.
Afianto, W. Teten, Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics:
Tutorial Powersim Constructor, Program Magister Studi Pembangunan,
Institut Teknologi Bandung, Bandung: 2006.
Al Fanjari, Muhammad Syauki, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 1996.
Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, ed. 1, Sinar Grafika, Palu: 2008.
Aminullah, Erman, Analisis System Dynamics, UMJ Press, Jakarta: 2001.
Ascarya, Peran Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda,
Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, Bogor: 2010.
Banowo, Emilianshah, dan Budi Hermana, Hubungan Equivalent Rate Simpanan
Mudharabah dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jurnal, 2010.
Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Gema Insani, Jakarta: 2000.
Forrester, Jay. W, Industrial Dynamics: A Mayor Breaktrough of Decision Maker,
Tha MIT Press, Cambridge: 1971. h. 148-149.
Gulo, Angandrowa, Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tesis, Universitas Sumatera Utara,
Medan: 2008.
Handoko, M. W, dan Izzatul Ummah, Perancangan Model Sistem Analisis
Kinerja Keuangan Perusahaan (Pendekatan System Dynamics): Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta: 2009.
Hambali, Khomaidi, Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sebagai
Instrumen Kebijakan Moneter, Jakarta: 2004.
Hamid, Abdul, Buku Panduan Penulisan Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta: 2009.
Hidayat, Mohammad, Pengantar Ekonomi Islam, Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah (PKES), Jakarta: 2009.
Huda, Nurul, et al. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta: 2008.
Hulwati, M. Hum, Ph.D, Ekonomi Islam, Ciputat Press Group, Padang: 2009.
Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah, Ayat-ayat AlQur’an yang Berdimensi Ekonomi, Rosda, Garut: 2006.
Karim, Adiwarman A. Ir. SE. MBA. MAEP, Ekonomi Makro Islami, ed. 2, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2006.
Maharani, Reny, Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham
Syariah Jakarta Islamic Index (JII), Tesis, PSTTI, Universitas Indonesia,
2005.
Maziad, Samar, Monetary Policy and the Central Bank in Jordan, IMF Working
Paper, September, 2009.
Muhammad, M. Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islami,
Salemba Empat, Yogyakarta: 2002.
Muhammadi, Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi,
Manajemen, UMJ Press, Pusat Studi Kebijakan Dan Dinamika Sistem UNJ,
h. 361-371. Jakarta: 2001.
Nasution, Mulia, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank, Djambatan, Jakarta: 2008.
Natsir, M. Dr. SE. Msi, Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Kebijakan
Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:22007:1, Kendari: 2008.
Nopirin, Prof. MA. Ph. D, Ekonomi Moneter, Buku I dan II BPFE-UGM,
Yogyakarta: 2009.
Radzicky, M. J, Introduction to System Dynamics: A Systems Approach,
Massachusetts: The MIT Press, 1997.
Ridwan, Muhtadi, Prospek Ilmu Ekonomi Islam, Zonaekis, Malang: 2010.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam. Ed. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2008.
Pohan, Aulia, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Ed. 1, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Sakti, Ali, Analisis Teori Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonmi
Modern, Paradigma dan Aqsa, 2007.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan, Jakarta: LPFEUI, 2002.
Sterman, John D, Business Dynamics: System Thinking and Modelling for a
Complex World, Irwin McGrow-Hill, Boston, 2000.
Sukirno, Sadono, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik
Hingga Keynesian Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2000.
______________, Makroekonomi Teori Pengantar, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta: 2004.
Sudarsono, Heri, Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.
Suma, H. M. Amin, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah (PKES), Jakarta: 2009.
Sutikno, Dampak Kebijakan Moneter terhadap Performance Makro Ekonomi
Indonesia (Sebelum dan Pasca Krisis Ekonomi), Docstoc, 2007.
Tampubolon, Pamela Romauli, Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum
pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing Dikaitkan dengan
Penyaluran Kredit Bank, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan 2009
Thantawi, T. Rifqy, Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan
Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antar Bank
Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia, Eksis, 2008.
Tolihin, Achmad, Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan
Peranannya dalam Pembangunan, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8
No. 1, Juni, 2003.
www.bi.go.id
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data aktual dan Grafik Instrumen Moneter Syariah
PUAS (milyar rupiah)
SBIS (milyar rupiah)
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Data
Aktual
883
628
487
449
413
538
439
360
507
317
532
2,395
2,156
1,696
1,148
1,171
1,092
1,188
871,5
1,117
1,046
1,190
1,547
2,357
2,663
3,002
3,325
3,166
2,801
2,036
Tahun
Jul-07
Agust07
Data
Aktual
1,555
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Sumber: Bank Indonesia
983
1,311
1,761
1,644
2,599
3,189
3,717
2,135
2,829
2,110
2,042
1,175
438
413
453
1,063
2,824
4,194
3,734
3,251
3,164
3,391
3,003
1,890
2,483
3,095
3,683
3,165
4,341
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Data
Aktual
4,11
3,75
3,58
4,49
3,75
4,62
4,56
3,92
4,11
4,77
5,17
5,42
5,01
6,47
6,95
4,56
5,05
4,72
5,03
4,74
4,45
5,33
8,54
8,62
8,07
4,53
6,48
6,27
6,26
5,33
Tahun
Jul-07
Agust07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
GWM (%)
Data
Aktual
5,71
5,15
6,61
6,47
6,87
6,80
5,95
6,06
6,32
7,17
7,36
7,41
7,70
7,93
8,60
10,34
9,41
10,50
9,94
8,76
8,37
7,64
7,64
6,95
6,73
7,00
6,48
6,53
6,47
6,65
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Data
Aktual
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
Tahun
Jul-07
Agust07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
95
Data
Aktual
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
5,10
5,14
5,08
5,10
5,10
5,25
5,20
5,15
5,18
5,21
5,08
5,31
5,10
5,10
5,08
5,14
5,01
6,89
5,10
5,02
5,00
5,06
5,25
5,31
14
12
10
8
6
4
2
0
05 05 -05 -06 i-06 -06 -07 i-07 -07 -08 i-08 -08 -09 i-09 -09
n- ein
n
n
n
p
p
p
p
p
e
e
e
e
Ja M Se Ja M Se Ja M Se Ja
M Se Ja M Se
Data Aktual
Data Aktual
Data Aktual
Grafik: Instrumen Moneter Syariah
96
Lampiran 2: Data Aktual dan Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB)
(milyar rupiah)
JUB
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Data
Aktual
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
Tahun
Jul-07
Agust07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Data
Aktual
1472957
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1596565
1603750
1594390
1611691
1641733
1703381
1686050
Data Aktual
2500000
1682811
1778139
1812490
1851023
1895839
1874145
1900208
1916752
1912623
1927070
1977533
1963180
2000000
1500000
1000000
500000
0
05 -06 l-06 -07 l-07 -08 l-08 -09 l-09
05
n
n
n
n- Juln
Ju Ja
Ju Ja
Ju Ja
Ju
Ja
Ja
Data Aktual
Grafik: Jumlah Uang Beredar
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
Sumber: Bank Indonesia
97
Lampiran 3: Simulasi Model JUB
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Data
Aktual
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
Hasil
Simulasi
1015874,00
1028793,19
1041876,67
1055126,53
1068544,89
1082133,90
1095895,72
1109832,55
1123946,61
1138240,17
1152715,50
1167374,91
1182220,74
1197255,37
1212481,20
1227900,66
1243516,21
1259330,34
1275345,57
1291564,48
1307989,64
1324623,69
1341469,26
1358529,07
1375805,82
1393302,29
1411021,26
1428965,56
1447138,05
1465541,65
Jun-07
Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Tahun
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Data
Aktual
1472957
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1596565
1603750
1594390
1611691
1641733
1703381
1686050
1682811
1778139
1812490
1851023
1895839
1874145
1900208
1916752
1912623
1927070
1977533
1963180
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
Hasil
Simulasi
1484179,29
1503053,94
1522168,63
1541526,39
1561130,33
1580983,57
1601089,28
1621450,68
1642071,02
1662953,58
1684101,71
1705518,78
1727208,21
1749173,46
1771418,05
1793945,52
1816759,47
1839863,55
1863261,44
1886956,88
1910953,66
1935255,60
1959866,59
1984790,55
2010031,48
2035593,39
2061480,37
2087696,56
2114246,13
2141133,34
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
9
6
7
8
5
07
05
06
08
09
05
07
06
08
09
-0
-0
-0
-0
-0
nnnnnpppppei
ei
ei
ei
ei
M
M
M
M
M
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
Se
Se
Se
Se
Se
Data Aktual
Hasil Simulasi
Grafik: Simulasi Model JUB
98
Cons tant_1
C ONSTANTA
Rate_1
1.20 0.000
1.10 0.000
0,05
0 ,1 0
0,15
0 ,20
Jan
Fe
Ma
Apr
Agu
M
Ju
Jul
Se
b
O
Nop
e
De
rn
Fe
Jan
Mar
ik
Apr
Agus
Me
p
st
Jun
tSe
Jul
s
b
O
Nop
De
Jan
Fe
Mar
ik
Agu
Ap
Me
p
Jun
tSe
Jul
s
tb
O
Nop
De
Jan
rFe
Mar
ik
Agu
Ap
s
p
Me
JtJSe
ts
un
b
O
No
ul
De
Jan
rFe
Mar
ik
Agus
Apr
st
p
Me
Jp
tJu
Se
s
un
O
b
Nop
De
JFe
Mar
k
iAgus
lan
Apr
p
Me
Ju
tSe
Ju
ts
O
b
Nop
De
Jn
Fe
Mar
k
iAgus
lan
Me
Apr
p
Jun
tSe
Jul
ts
O
b
Nop
De
Ja
Fe
M
ik
Ag
Apr
Me
p
Jun
tar
n
Jul
Se
ts
O
b
Nop
De
us
Jan
Fe
Ma
ik
Agu
Ap
Me
p
Jun
tJu
s
Se
tO
b
Nop
De
rJan
rFe
Mar
ik
lAgu
M
Apr
s
p
JtJul
Se
s
O
tun
b
No
e
De
k
i st
ptps
2 005
20 06
20 07
2002009
8 2010
2 011
20 12
20 13
201 4
GWM
Jumlah Uang Beredar
01 Jan 2005
1.015.874,00
01 Feb 2005
1.019.548,13
01 Mar 2005
1.023.235,55
01 Apr 2005
1.026.936,30
01 Mei 2005
1.030.650,44

0,1
0,2
0 ,3
0 ,4

GW M
JUB Y
PUAS X2
GW M X3
C opy of Rate _2
10
9
8
7
6
4 .0 00.00 0
JUB Y
10
8
6
3 .0 00.00 0
2 .0 00.00 0
4
5
Jan
Fe
M
Agu
M
Apr
Jun
Se
JO
No
ar
De
Ja
Agu
Fe
b
e
ul
Mar
Ap
M
Ju
k
Se
JO
iNop
p
De
st
Jp
Fe
Agus
n
te
ul
Ma
s
b
Me
Apr
n
k
an
Jun
rSe
iO
Ju
p
Nop
st
De
tJan
Fe
Ag
s
b
Mar
Ap
Me
Ju
rk
Se
ilO
Jul
p
Nop
De
J
Ag
tFe
s
b
Ma
us
tApr
Me
n
k
an
Jun
rSe
O
iJu
Nop
p
De
JFe
tM
Agus
s
b
us
Me
Apr
tk
an
Jun
rSe
JO
ilp
No
ar
De
tFe
Ja
Agus
s
b
ul
Mar
Apr
tMe
JkSe
iO
Jul
p
Nop
un
De
p
n
tJan
Fe
Agu
b
s
Mar
tApr
M
k
Jun
Se
iJO
p
No
De
Fe
Jan
Agu
tMar
s
b
e
ul
Ap
Me
tJu
k
Se
Jul
O
iNop
p
De
st
Jp
Fe
Agus
s
tb
Ma
Me
Apr
n
k
an
Jun
rSe
O
iJu
Nop
p
De
sts
btk
rilptst
200
2 006
5200
2072009
0820210
011
201
2013
220 14
Time
Copy of Copy 3 of
Rate _2
C opy 2 of Rate _2
GWM X3
PUAS
1.30 0.000
Time
PUAS X2
SBIS
1.40 0.000
Jumlah Uang Bere dar
Auxiliary_1
SBIS
1.50 0.000
Beredar
Jumlah Uang
Lampiran 4: Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah
PUAS X2
1 .0 00.00 0
Ja
Fe
Mar
Ag
M
Apr
JSe
Jul
O
n
un
b
Nop
e
De
Jus
Fe
Mar
Ag
k
ian
Me
Apr
Jun
ptSe
Jul
O
s
Nop
tb
De
Jus
Fe
Mar
Ag
k
Ap
ian
Me
Jun
ptSe
Jul
O
s
Nop
tb
De
Jus
Fe
rMar
Agu
k
Ap
ian
Me
Jun
pSe
JtO
s
Nop
tb
De
ul
Ja
Fe
rMar
Agu
k
Ap
iMe
Jp
st
Jul
Se
tn
un
O
s
b
Nop
De
Ja
Fe
rM
k
Agus
iApr
M
Jp
st
Jul
Se
tar
O
s
n
un
b
Nop
e
De
Ja
Fe
M
k
iAgus
Me
Apr
JptSe
Jul
ar
O
s
n
un
Nop
tb
De
Fe
Jan
Mar
Ag
k
iApr
Me
Ju
ptSe
Jul
O
s
b
Nop
tDe
Jus
Fe
Mar
n
Agu
k
ian
Me
Apr
Jun
pJtSe
O
s
Nop
tb
De
ul
JFe
Mar
Agu
k
Ap
ian
Me
Js
pSe
JtO
un
Nop
s
tb
De
ul
rk
ip
st
ts
2 005
20 06
20 07
20 08
200201
9 20
0 11
20 12
20 13
201 4
JFe
Ma
Agus
Me
Apr
an
Jun
Se
Ju
O
No
De
Fe
Jan
Ag
b
Mar
Apr
Me
JrkSe
ilO
Jul
p
Nop
un
De
p
tJan
Fe
s
b
M
Agu
us
tApr
M
k
Jun
Se
O
iJNop
p
De
ar
Fe
Jan
Agu
tMar
s
b
e
ul
Ap
M
tk
Ju
Se
JO
ip
Nop
De
st
JtFe
Agus
s
b
e
ul
Ma
Me
Apr
n
k
an
Jun
rSe
iO
Ju
p
Nop
st
De
tJan
Fe
Ag
s
b
Mar
Ap
Me
Ju
rk
Se
ilO
Jul
p
Nop
De
Fe
Jan
Ag
tMar
s
b
Apr
us
Me
tJn
k
rSe
Jul
O
iNop
p
un
De
JFe
tb
M
Agus
s
us
Me
Apr
tk
an
Jun
Se
iJO
p
No
ar
De
tFe
Ja
Agus
s
b
ul
Mar
Apr
tMe
JkSe
iO
Jul
p
Nop
un
De
Agus
p
n
tJan
Fe
s
b
Mar
tJ
M
Apr
k
Se
O
Jul
iNop
De
p
un
ts
b
etkp
i tst
20205
006
200
2 008
72009
202011
1020212
013
201 4
Time
GWM X3
01 Jan 2005
4,11 
01 Jan 2005
10,00
01 Feb 2005
4,15
01 Feb 2005
01 Mar 2005
4,18
01 Mar 2005
01 Apr 2005
4,21
01 Apr 2005
01 Mei 2005
4,25
01 Jun 2005
Time

JUB Y
01 Jan 2005
1.015.874,00 
9,89
01 Feb 2005
1.028.793,19
9,79
01 Mar 2005
1.041.876,67
9,68
01 Apr 2005
1.055.126,53
01 Mei 2005
9,58
01 Mei 2005
1.068.544,89
4,28
01 Jun 2005
9,48
01 Jun 2005
1.082.133,90
01 Jul 2005
4,32
01 Jul 2005
9,38
01 Jul 2005
1.095.895,72
01 Agust 2005
4,35
01 Agust 2005
9,28
01 Agust 2005
1.109.832,55
01 Sep 2005
4,39
01 Sep 2005
9,18
01 Sep 2005
1.123.946,61
01 Okt 2005
4,43
01 Okt 2005
9,08
01 Okt 2005
1.138.240,17
01 Nop 2005
4,46
01 Nop 2005
8,98
01 Nop 2005
1.152.715,50
01 Des 2005
4,50
01 Des 2005
8,89
01 Des 2005
1.167.374,91
01 Jan 2006
4,53
01 Jan 2006
8,79
01 Jan 2006
1.182.220,74
01 Feb 2006
4,57
01 Feb 2006
8,70
01 Feb 2006
1.197.255,37
01 Mar 2006
4,61
01 Mar 2006
8,61
01 Mar 2006
1.212.481,20
01 Apr 2006
4,65
01 Apr 2006
8,51
01 Apr 2006
1.227.900,66
01 Mei 2006
4,68
01 Mei 2006
8,42
01 Mei 2006
1.243.516,21
01 Jun 2006
4,72
01 Jun 2006
8,33
01 Jun 2006
1.259.330,34
01 Jul 2006
4,76
01 Jul 2006
8,24
01 Jul 2006
1.275.345,57
01 Agust 2006
4,80
01 Agust 2006
8,16
01 Agust 2006
1.291.564,48
01 Sep 2006
4,84
01 Sep 2006
8,07
01 Sep 2006
1.307.989,64
01 Okt 2006
4,88
01 Okt 2006
7,98
01 Okt 2006
1.324.623,69
01 Nop 2006
4,92
01 Nop 2006
7,90
01 Nop 2006
1.341.469,26
01 Des 2006
4,96
01 Des 2006
7,81
01 Des 2006
1.358.529,07
01 Jan 2007
5,00
01 Jan 2007
7,73
01 Jan 2007
1.375.805,82
01 Feb 2007
5,04
01 Feb 2007
7,65
01 Feb 2007
1.393.302,29
01 Mar 2007
5,08
01 Mar 2007
7,57
01 Mar 2007
1.411.021,26
01 Apr 2007
5,12
01 Apr 2007
7,49
01 Apr 2007
1.428.965,56
01 Mei 2007
5,17
01 Mei 2007
7,41
01 Mei 2007
1.447.138,05
01 Jun 2007
5,21
01 Jun 2007
7,33
01 Jun 2007
1.465.541,65
01 Jul 2007
5,25
01 Jul 2007
7,25
01 Jul 2007
1.484.179,29
01 Agust 2007
5,29
01 Agust 2007
7,17
01 Agust 2007
1.503.053,94
01 Sep 2007
5,34
01 Sep 2007
7,10
01 Sep 2007
1.522.168,63
01 Okt 2007
5,38
01 Okt 2007
7,02
01 Okt 2007
1.541.526,39
01 Nop 2007
5,42
01 Nop 2007
6,94
01 Nop 2007
1.561.130,33
01 Des 2007
5,47
01 Des 2007
6,87
01 Des 2007
1.580.983,57
01 Jan 2008
5,51
01 Jan 2008
6,80
01 Jan 2008
1.601.089,28
01 Feb 2008
5,56
01 Feb 2008
6,72
01 Feb 2008
1.621.450,68
01 Mar 2008
5,60
01 Mar 2008
6,65
01 Mar 2008
1.642.071,02
01 Apr 2008
5,65
01 Apr 2008
6,58
01 Apr 2008
1.662.953,58
01 Mei 2008
5,69
01 Mei 2008
6,51
01 Mei 2008
1.684.101,71
01 Jun 2008
5,74
01 Jun 2008
6,44
01 Jun 2008
1.705.518,78
01 Jul 2008
5,79
01 Jul 2008
6,37
01 Jul 2008
1.727.208,21
01 Agust 2008
5,84
01 Agust 2008
6,31
01 Agust 2008
1.749.173,46
01 Sep 2008
5,88
01 Sep 2008
6,24
01 Sep 2008
1.771.418,05
01 Okt 2008
5,93
01 Okt 2008
6,17
01 Okt 2008
1.793.945,52
01 Nop 2008
5,98
01 Nop 2008
6,11
01 Nop 2008
1.816.759,47
01 Des 2008
6,03
01 Des 2008
6,04
01 Des 2008
1.839.863,55
01 Jan 2009
6,08
01 Jan 2009
5,98
01 Jan 2009
1.863.261,44
01 Feb 2009
6,13
01 Feb 2009
5,91
01 Feb 2009
1.886.956,88
01 Mar 2009
6,18
01 Mar 2009
5,85
01 Mar 2009
1.910.953,66
01 Apr 2009
6,23
01 Apr 2009
5,79
01 Apr 2009
1.935.255,60
01 Mei 2009
6,28
01 Mei 2009
5,73
01 Mei 2009
1.959.866,59
01 Jun 2009
6,33
01 Jun 2009
5,66
01 Jun 2009
1.984.790,55
01 Jul 2009
6,38
01 Jul 2009
5,60
01 Jul 2009
2.010.031,48
01 Agust 2009
6,43
01 Agust 2009
5,54
01 Agust 2009
2.035.593,39
01 Sep 2009
6,49
01 Sep 2009
5,49
01 Sep 2009
2.061.480,37
01 Okt 2009
6,54
01 Okt 2009
5,43
01 Okt 2009
2.087.696,56
01 Nop 2009
6,59
01 Nop 2009
5,37
01 Nop 2009
2.114.246,13
01 Des 2009
6,65 
01 Des 2009
5,31
01 Des 2009
2.141.133,34 

99
Lampiran 5: Validasi AVE pada PUAS
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data
Aktual
(a)
4,11
3,75
3,58
4,49
3,75
4,62
4,56
3,92
4,11
4,77
5,17
5,42
5,01
6,47
6,95
4,56
5,05
4,72
5,03
4,74
4,45
5,33
8,54
8,62
8,07
4,53
6,48
6,27
6,26
5,33
5,71
5,15
6,61
6,47
6,87
6,80
5,95
6,06
6,32
7,17
Hasil Simulasi
(b)
4,11
4,15
4,18
4,21
4,25
4,28
4,32
4,35
4,39
4,43
4,46
4,50
4,53
4,57
4,61
4,65
4,68
4,72
4,76
4,80
4,84
4,88
4,92
4,96
5,00
5,04
5,08
5,12
5,17
5,21
5,25
5,29
5,34
5,38
5,42
5,47
5,51
5,56
5,60
5,65
(((a-b)/a)^2)
(c)
0,000
0,011
0,028
0,004
0,018
0,005
0,003
0,013
0,004
0,005
0,019
0,029
0,009
0,086
0,113
0,000
0,005
0,000
0,003
0,000
0,008
0,007
0,180
0,181
0,145
0,013
0,047
0,034
0,030
0,001
0,006
0,001
0,037
0,028
0,044
0,038
0,005
0,007
0,013
0,045
100
Des-09
7,36
7,41
7,70
7,93
8,60
10,34
9,41
10,50
9,94
8,76
8,37
7,64
7,64
6,95
6,73
7,00
6,48
6,53
6,47
6,65
5,69
5,74
5,79
5,84
5,88
5,93
5,98
6,03
6,08
6,13
6,18
6,23
6,28
6,33
6,38
6,43
6,49
6,54
6,59
6,65
Total
380,17
316,84
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
AVE
% AVE
0,051
0,051
0,062
0,070
0,100
0,182
0,133
0,181
0,151
0,090
0,069
0,034
0,032
0,008
0,003
0,007
0,000
0,000
0,000
0,000
2,448
0,041
4,079
Sumber: Data diolah, 2010.
101
Lampiran 6: Validasi AVE pada GWM
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data
Aktual
(a)
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
5,10
5,14
5,08
5,10
Hasil Simulasi
(b)
10,00
9,89
9,79
9,68
9,58
9,48
9,38
9,28
9,18
9,08
8,98
8,89
8,79
8,70
8,61
8,51
8,42
8,33
8,24
8,16
8,07
7,98
7,90
7,81
7,73
7,65
7,57
7,49
7,41
7,33
7,25
7,17
7,10
7,02
6,94
6,87
6,80
6,72
6,65
6,58
(((a-b)/a)^2)
(c)
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,003
0,004
0,005
0,007
0,008
0,010
0,012
0,027
0,030
0,033
0,036
0,040
0,043
0,047
0,050
0,054
0,058
0,062
0,066
0,128
0,133
0,138
0,143
0,149
0,154
0,159
0,164
0,169
0,174
0,179
0,185
0,111
0,095
0,096
0,084
102
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Total
5,10
5,25
5,20
5,15
5,18
5,21
5,08
5,31
5,10
5,10
5,08
5,14
5,01
6,89
5,10
5,02
5,00
5,06
5,25
5,31
515,80
6,51
6,44
6,37
6,31
6,24
6,17
6,11
6,04
5,98
5,91
5,85
5,79
5,73
5,66
5,60
5,54
5,49
5,43
5,37
5,31
444,86
AVE
% AVE
0,077
0,052
0,051
0,050
0,042
0,034
0,041
0,019
0,030
0,025
0,023
0,016
0,020
0,032
0,010
0,011
0,009
0,005
0,001
0,000
3,409
0,057
5,682
Sumber: Data diolah, 2010.
103
Lampiran 7: Validasi AVE pada JUB
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
(a)
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
1472957
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1596565
1603750
1594390
1611691
Hasil Simulasi
(b)
1015874,00
1028793,19
1041876,67
1055126,53
1068544,89
1082133,90
1095895,72
1109832,55
1123946,61
1138240,17
1152715,50
1167374,91
1182220,74
1197255,37
1212481,20
1227900,66
1243516,21
1259330,34
1275345,57
1291564,48
1307989,64
1324623,69
1341469,26
1358529,07
1375805,82
1393302,29
1411021,26
1428965,56
1447138,05
1465541,65
1484179,29
1503053,94
1522168,63
1541526,39
1561130,33
1580983,57
1601089,28
1621450,68
1642071,02
1662953,58
(((a-b)/a)^2)
(c)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,002
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,001
104
Des-09
1641733
1703381
1686050
1682811
1778139
1812490
1851023
1895839
1874145
1900208
1916752
1912623
1927070
1977533
1963180
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
1684101,71
1705518,78
1727208,21
1749173,46
1771418,05
1793945,52
1816759,47
1839863,55
1863261,44
1886956,88
1910953,66
1935255,60
1959866,59
1984790,55
2010031,48
2035593,39
2061480,37
2087696,56
2114246,13
2141133,34
Total
89936090
90624216,95
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
AVE
% AVE
0,001
0,000
0,001
0,002
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,021
0,000
0,035
Sumber: Data diolah, 2010.
105
Lampiran 8: Validasi AME pada PUAS
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
Hasil Simulasi
|ABS(a-b)|
(c/a)
(a)
(b)
(c)
(d)
4,11
3,75
3,58
4,49
3,75
4,62
4,56
3,92
4,11
4,77
5,17
5,42
5,01
6,47
6,95
4,56
5,05
4,72
5,03
4,74
4,45
5,33
8,54
8,62
8,07
4,53
6,48
6,27
6,26
5,33
5,71
5,15
6,61
6,47
6,87
6,80
5,95
6,06
6,32
7,17
4,11
4,15
4,18
4,21
4,25
4,28
4,32
4,35
4,39
4,43
4,46
4,50
4,53
4,57
4,61
4,65
4,68
4,72
4,76
4,80
4,84
4,88
4,92
4,96
5,00
5,04
5,08
5,12
5,17
5,21
5,25
5,29
5,34
5,38
5,42
5,47
5,51
5,56
5,60
5,65
0
0,40
0,60
0,27
0,50
0,34
0,24
0,44
0,28
0,34
0,71
0,93
0,47
1,90
2,34
0,09
0,36
0,00
0,27
0,06
0,39
0,45
3,62
3,66
3,07
0,51
1,40
1,15
1,09
0,13
0,46
0,14
1,28
1,09
1,44
1,33
0,44
0,50
0,71
1,52
0,000
0,107
0,166
0,060
0,134
0,073
0,053
0,112
0,067
0,072
0,138
0,171
0,095
0,293
0,337
0,020
0,072
0,000
0,054
0,013
0,088
0,085
0,424
0,425
0,380
0,113
0,216
0,183
0,174
0,024
0,080
0,027
0,193
0,168
0,210
0,195
0,073
0,083
0,113
0,212
106
5,69
5,74
5,79
5,84
5,88
5,93
5,98
6,03
6,08
6,13
6,18
6,23
6,28
6,33
6,38
6,43
6,49
6,54
6,59
6,65
1,66
1,67
1,91
2,09
2,72
4,41
3,43
4,47
3,86
2,63
2,19
1,41
1,36
0,62
0,35
0,57
0,01
0,01
0,12
0,00
0,226
Des-09
7,36
7,41
7,70
7,93
8,60
10,34
9,41
10,50
9,94
8,76
8,37
7,64
7,64
6,95
6,73
7,00
6,48
6,53
6,47
6,65
Total
380,17
316,84
70,42
9,557
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
AME
% AME
0,225
0,248
0,264
0,316
0,426
0,365
0,426
0,389
0,301
0,262
0,185
0,178
0,089
0,052
0,081
0,001
0,001
0,019
0,001
0,159
15,929
Sumber: Data diolah, 2010.
107
Lampiran 9: Validasi AME pada GWM
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
Hasil Simulasi
|ABS(a-b)|
(c/a)
(a)
(b)
(c)
(d)
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
5,10
5,14
5,08
5,10
10,00
9,89
9,79
9,68
9,58
9,48
9,38
9,28
9,18
9,08
8,98
8,89
8,79
8,70
8,61
8,51
8,42
8,33
8,24
8,16
8,07
7,98
7,90
7,81
7,73
7,65
7,57
7,49
7,41
7,33
7,25
7,17
7,10
7,02
6,94
6,87
6,80
6,72
6,65
6,58
0
0,11
0,21
0,32
0,42
0,52
0,62
0,72
0,82
0,92
1,02
1,11
1,73
1,82
1,91
2,01
2,10
2,19
2,28
2,36
2,45
2,54
2,62
2,71
4,32
4,40
4,48
4,56
4,64
4,72
4,80
4,88
4,95
5,03
5,11
5,18
1,70
1,58
1,57
1,48
0,000
0,011
0,021
0,032
0,042
0,052
0,062
0,072
0,082
0,092
0,102
0,111
0,164
0,173
0,182
0,191
0,199
0,208
0,216
0,225
0,233
0,241
0,249
0,257
0,358
0,365
0,372
0,379
0,385
0,392
0,398
0,405
0,411
0,417
0,424
0,430
0,333
0,308
0,310
0,291
108
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Total
5,10
5,25
5,20
5,15
5,18
5,21
5,08
5,31
5,10
5,10
5,08
5,14
5,01
6,89
5,10
5,02
5,00
5,06
5,25
5,31
515,80
6,51
6,44
6,37
6,31
6,24
6,17
6,11
6,04
5,98
5,91
5,85
5,79
5,73
5,66
5,60
5,54
5,49
5,43
5,37
5,31
1,41
1,19
1,17
1,16
1,06
0,96
1,03
0,73
0,88
0,81
0,77
0,65
0,72
1,23
0,50
0,52
0,49
0,37
0,12
0,00
0,277
444,86
112,68
12,205
AME
% AME
0,227
0,226
0,224
0,204
0,185
0,202
0,138
0,172
0,159
0,152
0,126
0,143
0,178
0,099
0,104
0,097
0,072
0,023
0,000
0,203
20,341
Sumber: Data diolah, 2010.
109
Lampiran 10: Validasi AME pada JUB
Tahun
Data Aktual
(a)
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
1472957
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1596565
1603750
1594390
1611691
Hasil Simulasi
|ABS(a-b)|
(c/a)
(b)
(c)
(d)
1015874,00
1028793,19
1041876,67
1055126,53
1068544,89
1082133,90
1095895,72
1109832,55
1123946,61
1138240,17
1152715,50
1167374,91
1182220,74
1197255,37
1212481,20
1227900,66
1243516,21
1259330,34
1275345,57
1291564,48
1307989,64
1324623,69
1341469,26
1358529,07
1375805,82
1393302,29
1411021,26
1428965,56
1447138,05
1465541,65
1484179,29
1503053,94
1522168,63
1541526,39
1561130,33
1580983,57
1601089,28
1621450,68
1642071,02
1662953,58
0
16649,18553
21183,66566
10873,52971
22352,89357
8387,900033
7519,719138
6041,451474
26504,38622
27500,83121
15551,50389
35840,0927
8613,256655
3391,374981
17414,2031
29887,65911
6012,205367
5573,335512
27109,57491
21186,48104
16593,6439
1034,313574
2914,264908
23543,93058
11898,82423
26482,28827
35074,25554
45388,55558
54041,05391
13567,65249
11222,29018
15512,9432
9412,625654
11381,38994
4930,327287
62219,43177
4524,28312
17700,68262
47681,01821
51262,58275
0,000
0,016
0,021
0,010
0,021
0,008
0,007
0,005
0,023
0,024
0,013
0,030
0,007
0,003
0,015
0,025
0,005
0,004
0,022
0,017
0,013
0,001
0,002
0,017
0,009
0,019
0,025
0,033
0,039
0,009
0,008
0,010
0,006
0,007
0,003
0,038
0,003
0,011
0,030
0,032
110
1684101,71
1705518,78
1727208,21
1749173,46
1771418,05
1793945,52
1816759,47
1839863,55
1863261,44
1886956,88
1910953,66
1935255,60
1959866,59
1984790,55
2010031,48
2035593,39
2061480,37
2087696,56
2114246,13
2141133,34
42368,71093
2137,779882
41158,20967
66362,46385
6720,94998
18544,47961
34263,52767
55975,45103
10883,56024
13251,11893
5798,343215
22632,5989
32796,58815
7257,554612
46851,47835
40299,39002
43449,37157
66179,55681
52040,13216
250,662744
0,026
Des-09
1641733
1703381
1686050
1682811
1778139
1812490
1851023
1895839
1874145
1900208
1916752
1912623
1927070
1977533
1963180
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
Total
89936090
90624216,95
1393201,536
0,917
AME
0,015
% AME
1,528
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
0,001
0,024
0,039
0,004
0,010
0,019
0,030
0,006
0,007
0,003
0,012
0,017
0,004
0,024
0,020
0,022
0,033
0,025
0,000
Sumber: Data diolah, 2010.
111
Lampiran 11: Validasi RMSE pada PUAS
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
(a)
4,11
3,75
3,58
4,49
3,75
4,62
4,56
3,92
4,11
4,77
5,17
5,42
5,01
6,47
6,95
4,56
5,05
4,72
5,03
4,74
4,45
5,33
8,54
8,62
8,07
4,53
6,48
6,27
6,26
5,33
5,71
5,15
6,61
6,47
6,87
6,80
5,95
6,06
6,32
7,17
Hasil Simulasi
(b)
4,11
4,15
4,18
4,21
4,25
4,28
4,32
4,35
4,39
4,43
4,46
4,50
4,53
4,57
4,61
4,65
4,68
4,72
4,76
4,80
4,84
4,88
4,92
4,96
5,00
5,04
5,08
5,12
5,17
5,21
5,25
5,29
5,34
5,38
5,42
5,47
5,51
5,56
5,60
5,65
((a-b)/a)^2
(c)
0,000
0,011
0,028
0,004
0,018
0,005
0,003
0,013
0,004
0,005
0,019
0,029
0,009
0,086
0,113
0,000
0,005
0,000
0,003
0,000
0,008
0,007
0,180
0,181
0,145
0,013
0,047
0,034
0,030
0,001
0,006
0,001
0,037
0,028
0,044
0,038
0,005
0,007
0,013
0,045
112
Des-09
7,36
7,41
7,70
7,93
8,60
10,34
9,41
10,50
9,94
8,76
8,37
7,64
7,64
6,95
6,73
7,00
6,48
6,53
6,47
6,65
5,69
5,74
5,79
5,84
5,88
5,93
5,98
6,03
6,08
6,13
6,18
6,23
6,28
6,33
6,38
6,43
6,49
6,54
6,59
6,65
Total
380,17
316,84
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Total (c)/60
RMSE
RMSE %
0,051
0,051
0,062
0,070
0,100
0,182
0,133
0,181
0,151
0,090
0,069
0,034
0,032
0,008
0,003
0,007
0,000
0,000
0,000
0,000
2,448
0,041
0,202
20,197
Sumber: Data diolah, 2010.
113
Lampiran 12: Validasi RMSE pada GWM
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
(a)
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,00
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
10,52
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
12,05
5,10
5,14
5,08
5,10
Hasil Simulasi
(b)
10,00
9,89
9,79
9,68
9,58
9,48
9,38
9,28
9,18
9,08
8,98
8,89
8,79
8,70
8,61
8,51
8,42
8,33
8,24
8,16
8,07
7,98
7,90
7,81
7,73
7,65
7,57
7,49
7,41
7,33
7,25
7,17
7,10
7,02
6,94
6,87
6,80
6,72
6,65
6,58
((a-b)/a)^2
(c)
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,003
0,004
0,005
0,007
0,008
0,010
0,012
0,027
0,030
0,033
0,036
0,040
0,043
0,047
0,050
0,054
0,058
0,062
0,066
0,128
0,133
0,138
0,143
0,149
0,154
0,159
0,164
0,169
0,174
0,179
0,185
0,111
0,095
0,096
0,084
114
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Des-09
Total
5,10
5,25
5,20
5,15
5,18
5,21
5,08
5,31
5,10
5,10
5,08
5,14
5,01
6,89
5,10
5,02
5,00
5,06
5,25
5,31
515,80
6,51
6,44
6,37
6,31
6,24
6,17
6,11
6,04
5,98
5,91
5,85
5,79
5,73
5,66
5,60
5,54
5,49
5,43
5,37
5,31
444,86
Total (c)/60
RMSE
RMSE %
0,077
0,052
0,051
0,050
0,042
0,034
0,041
0,019
0,030
0,025
0,023
0,016
0,020
0,032
0,010
0,011
0,009
0,005
0,001
0,000
3,409
0,057
0,238
23,838
Sumber: Data diolah, 2010.
115
Lampiran 13: Validasi RMSE pada JUB
Tahun
Jan-05
Feb-05
Mar-05
Apr-05
Mei-05
Jun-05
Jul-05
Agust-05
Sep-05
Okt-05
Nop-05
Des-05
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Jan-07
Feb-07
Mar-07
Apr-07
Mei-07
Jun-07
Jul-07
Agust-07
Sep-07
Okt-07
Nop-07
Des-07
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Data Aktual
(a)
1015874
1012144
1020693
1044253
1046192
1073746
1088376
1115874
1150451
1165741
1168267
1203215
1190834
1193864
1195067
1198013
1237504
1253757
1248236
1270378
1291396
1325658
1338555
1382073
1363907
1366820
1375947
1383577
1393097
1451974
1472957
1487541
1512756
1530145
1556200
1643203
1596565
1603750
1594390
1611691
Hasil Simulasi
(b)
1015874,00
1028793,19
1041876,67
1055126,53
1068544,89
1082133,90
1095895,72
1109832,55
1123946,61
1138240,17
1152715,50
1167374,91
1182220,74
1197255,37
1212481,20
1227900,66
1243516,21
1259330,34
1275345,57
1291564,48
1307989,64
1324623,69
1341469,26
1358529,07
1375805,82
1393302,29
1411021,26
1428965,56
1447138,05
1465541,65
1484179,29
1503053,94
1522168,63
1541526,39
1561130,33
1580983,57
1601089,28
1621450,68
1642071,02
1662953,58
((a-b)/a)^2
(c)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,002
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,001
116
Des-09
1641733
1703381
1686050
1682811
1778139
1812490
1851023
1895839
1874145
1900208
1916752
1912623
1927070
1977533
1963180
1995294
2018031
2021517
2062206
2141384
1684101,71
1705518,78
1727208,21
1749173,46
1771418,05
1793945,52
1816759,47
1839863,55
1863261,44
1886956,88
1910953,66
1935255,60
1959866,59
1984790,55
2010031,48
2035593,39
2061480,37
2087696,56
2114246,13
2141133,34
Total
89936090
90624216,95
Mei-08
Jun-08
Jul-08
Agust-08
Sep-08
Okt-08
Nop-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Jul-09
Agust-09
Sep-09
Okt-09
Nop-09
Total (c)/60
RMSE
RMSE %
0,001
0,000
0,001
0,002
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,021
0,000
0,019
1,873
Sumber: Data diolah, 2010.
117
Lampiran 14: Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal
Time
JUB
Time
01 Des 2009
2.141.384,00 
JUB
01 Sep 2011
2.795.101,22 
T ime
JUB
01 Jun 2013
3.648.379,69 
01 Jan 2010
2.168.723,73
01 Okt 2011
2.830.787,01
01 Jul 2013
3.694.959,30
01 Feb 2010
2.196.412,50
01 Nop 2011
2.866.928,40
01 Agust 2013
3.742.133,59
01 Mar 2010
2.224.454,78
01 Des 2011
2.903.531,20
01 Sep 2013
3.789.910,16
01 Apr 2010
2.252.855,08
01 Jan 2012
2.940.601,32
01 Okt 2013
3.838.296,69
01 Mei 2010
2.281.617,97
01 Feb 2012
2.978.144,71
01 Nop 2013
3.887.300,97
01 Jun 2010
2.310.748,08
01 Mar 2012
3.016.167,42
01 Des 2013
3.936.930,89
01 Jul 2010
2.340.250,09
01 Apr 2012
3.054.675,57
01 Jan 2014
3.987.194,44
01 Agust 2010
2.370.128,76
01 Mei 2012
3.093.675,35
01 Feb 2014
4.038.099,69
01 Sep 2010
2.400.388,89
01 Jun 2012
3.133.173,05
01 Mar 2014
4.089.654,86
01 Okt 2010
2.431.035,36
01 Jul 2012
3.173.175,01
01 Apr 2014
4.141.868,22
01 Nop 2010
2.462.073,09
01 Agust 2012
3.213.687,68
01 Mei 2014
4.194.748,20
01 Des 2010
2.493.507,09
01 Sep 2012
3.254.717,58
01 Jun 2014
4.248.303,29
01 Jan 2011
2.525.342,40
01 Okt 2012
3.296.271,30
01 Jul 2014
4.302.542,11
01 Feb 2011
2.557.584,16
01 Nop 2012
3.338.355,54
01 Agust 2014
4.357.473,40
01 Mar 2011
2.590.237,55
01 Des 2012
3.380.977,07
01 Sep 2014
4.413.106,00
01 Apr 2011
2.623.307,83
01 Jan 2013
3.424.142,76
01 Okt 2014
4.469.448,86
01 Mei 2011
2.656.800,32
01 Feb 2013
3.467.859,53
01 Nop 2014
4.526.511,04
01 Jun 2011
2.690.720,41
01 Mar 2013
3.512.134,45
01 Des 2014
4.584.301,73 
01 Jul 2011
2.725.073,56
01 Apr 2013
3.556.974,61
2.759.865,30 
01 Mei 2013
3.602.387,26 
4.500.000
4.000.000
JUB
01 Agust 2011
3.500.000
3.000.000
2.500.000
Ja
Feb
Ma
n
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
De
kt
Ja
Feb
pMa
sn
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
Ok
No
Des
Jan
tFeb
pMa
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
Ok
No
Des
Jan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Sep
i Ok
No
Des
Jan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Okt
Nop
Des
p
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik: Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal
118
Lampiran 15: Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah
Time
JUB
Time
01 Des 2009
2.141.384,00 
JUB
01 Sep 2011
2.261.395,35 
Time
JUB
01 Jun 2013
2.388.132,48 
01 Jan 2010
2.146.951,66
01 Okt 2011
2.267.275,03
01 Jul 2013
2.394.341,67
01 Feb 2010
2.152.533,79
01 Nop 2011
2.273.170,00
01 Agust 2013
2.400.567,02
01 Mar 2010
2.158.130,43
01 Des 2011
2.279.080,30
01 Sep 2013
2.406.808,54
01 Apr 2010
2.163.741,63
01 Jan 2012
2.285.005,96
01 Okt 2013
2.413.066,30
01 Mei 2010
2.169.367,42
01 Feb 2012
2.290.947,03
01 Nop 2013
2.419.340,32
01 Jun 2010
2.175.007,83
01 Mar 2012
2.296.903,55
01 Des 2013
2.425.630,66
01 Jul 2010
2.180.662,91
01 Apr 2012
2.302.875,56
01 Jan 2014
2.431.937,35
01 Agust 2010
2.186.332,69
01 Mei 2012
2.308.863,09
01 Feb 2014
2.438.260,44
01 Sep 2010
2.192.017,21
01 Jun 2012
2.314.866,19
01 Mar 2014
2.444.599,97
01 Okt 2010
2.197.716,51
01 Jul 2012
2.320.884,89
01 Apr 2014
2.450.955,99
01 Nop 2010
2.203.430,63
01 Agust 2012
2.326.919,25
01 Mei 2014
2.457.328,52
01 Des 2010
2.209.159,61
01 Sep 2012
2.332.969,29
01 Jun 2014
2.463.717,63
01 Jan 2011
2.214.903,48
01 Okt 2012
2.339.035,07
01 Jul 2014
2.470.123,35
01 Feb 2011
2.220.662,28
01 Nop 2012
2.345.116,61
01 Agust 2014
2.476.545,72
01 Mar 2011
2.226.436,06
01 Des 2012
2.351.213,97
01 Sep 2014
2.482.984,79
01 Apr 2011
2.232.224,85
01 Jan 2013
2.357.327,18
01 Okt 2014
2.489.440,60
01 Mei 2011
2.238.028,69
01 Feb 2013
2.363.456,29
01 Nop 2014
2.495.913,20
01 Jun 2011
2.243.847,62
01 Mar 2013
2.369.601,33
01 Des 2014
2.502.402,62 
01 Jul 2011
2.249.681,68
01 Apr 2013
2.375.762,34
2.255.530,91 
01 Mei 2013
2.381.939,38 
01 Agust 2011
2.500.000
JUB
2.400.000
2.300.000
2.200.000
Ja
Feb
Ma
n
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
De
kt
Ja
Feb
pMa
sn
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
Ok
No
Des
Jan
tFeb
pMa
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
Ok
No
Des
Jan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Sep
i Ok
No
Des
Jan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i Okt
Nop
Des
p
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik: Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah
119
Lampiran 16: Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi
Time
JUB
Time
01 Des 2009
2.141.384,00 
JUB
01 Sep 2011
1.832.129,49 
Time
JUB
01 Jun 2013
1.567.536,31 
01 Jan 2010
2.125.538,23
01 Okt 2011
1.818.572,10
01 Jul 2013
1.555.936,83
01 Feb 2010
2.109.809,70
01 Nop 2011
1.805.115,03
01 Agust 2013
1.544.423,18
01 Mar 2010
2.094.197,57
01 Des 2011
1.791.757,54
01 Sep 2013
1.532.994,73
01 Apr 2010
2.078.700,96
01 Jan 2012
1.778.498,88
01 Okt 2013
1.521.650,84
01 Mei 2010
2.063.319,02
01 Feb 2012
1.765.338,34
01 Nop 2013
1.510.390,89
01 Jun 2010
2.048.050,90
01 Mar 2012
1.752.275,18
01 Des 2013
1.499.214,27
01 Jul 2010
2.032.895,76
01 Apr 2012
1.739.308,69
01 Jan 2014
1.488.120,35
01 Agust 2010
2.017.852,76
01 Mei 2012
1.726.438,14
01 Feb 2014
1.477.108,52
01 Sep 2010
2.002.921,08
01 Jun 2012
1.713.662,83
01 Mar 2014
1.466.178,17
01 Okt 2010
1.988.099,88
01 Jul 2012
1.700.982,06
01 Apr 2014
1.455.328,71
01 Nop 2010
1.973.388,36
01 Agust 2012
1.688.395,11
01 Mei 2014
1.444.559,53
01 Des 2010
1.958.785,70
01 Sep 2012
1.675.901,31
01 Jun 2014
1.433.870,04
01 Jan 2011
1.944.291,09
01 Okt 2012
1.663.499,96
01 Jul 2014
1.423.259,64
01 Feb 2011
1.929.903,74
01 Nop 2012
1.651.190,37
01 Agust 2014
1.412.727,76
01 Mar 2011
1.915.622,85
01 Des 2012
1.638.971,87
01 Sep 2014
1.402.273,82
01 Apr 2011
1.901.447,63
01 Jan 2013
1.626.843,79
01 Okt 2014
1.391.897,23
01 Mei 2011
1.887.377,31
01 Feb 2013
1.614.805,45
01 Nop 2014
1.381.597,42
01 Jun 2011
1.873.411,10
01 Mar 2013
1.602.856,19
01 Des 2014
1.371.373,83 
01 Jul 2011
1.859.548,24
01 Apr 2013
1.590.995,34
1.845.787,95 
01 Mei 2013
1.579.222,27 
01 Agust 2011
JUB
2.000.000
1.800.000
1.600.000
1.400.000
Ja
Feb
Ma
n
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
De
kt
Ja
Feb
pMa
sn
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFeb
pMa
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Sep
i ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
Des
kt
p
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik: Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi
120
Lampiran 17: Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi
Time
JUB
Time
01 Des 2009
2.141.384,00 
JUB
01 Sep 2011
1.330.753,20 
Time
JUB
01 Jun 2013
826.987,50 
01 Jan 2010
2.093.421,28
01 Okt 2011
1.300.946,77
01 Jul 2013
808.464,36
01 Feb 2010
2.046.532,81
01 Nop 2011
1.271.807,94
01 Agust 2013
790.356,10
01 Mar 2010
2.000.694,53
01 Des 2011
1.243.321,75
01 Sep 2013
772.653,43
01 Apr 2010
1.955.882,93
01 Jan 2012
1.215.473,60
01 Okt 2013
755.347,26
01 Mei 2010
1.912.075,00
01 Feb 2012
1.188.249,18
01 Nop 2013
738.428,72
01 Jun 2010
1.869.248,27
01 Mar 2012
1.161.634,53
01 Des 2013
721.889,12
01 Jul 2010
1.827.380,75
01 Apr 2012
1.135.615,99
01 Jan 2014
705.719,97
01 Agust 2010
1.786.450,98
01 Mei 2012
1.110.180,21
01 Feb 2014
689.912,98
01 Sep 2010
1.746.437,94
01 Jun 2012
1.085.314,14
01 Mar 2014
674.460,04
01 Okt 2010
1.707.321,09
01 Jul 2012
1.061.005,02
01 Apr 2014
659.353,21
01 Nop 2010
1.669.080,38
01 Agust 2012
1.037.240,37
01 Mei 2014
644.584,75
01 Des 2010
1.631.696,17
01 Sep 2012
1.014.008,00
01 Jun 2014
630.147,07
01 Jan 2011
1.595.149,29
01 Okt 2012
991.295,98
01 Jul 2014
616.032,76
01 Feb 2011
1.559.420,97
01 Nop 2012
969.092,67
01 Agust 2014
602.234,59
01 Mar 2011
1.524.492,88
01 Des 2012
947.386,66
01 Sep 2014
588.745,48
01 Apr 2011
1.490.347,11
01 Jan 2013
926.166,83
01 Okt 2014
575.558,49
01 Mei 2011
1.456.966,13
01 Feb 2013
905.422,27
01 Nop 2014
562.666,87
01 Jun 2011
1.424.332,80
01 Mar 2013
885.142,35
01 Des 2014
550.063,99 
01 Jul 2011
1.392.430,39
01 Apr 2013
865.316,66
1.361.242,53 
01 Mei 2013
845.935,02 
01 Agust 2011
JUB
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
Ja
Feb
Ma
n
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
De
kt
Ja
Feb
pMa
sn
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFeb
pMa
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Sep
i ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
Des
kt
p
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik: Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi
121
Lampiran 18: Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah
Time
JUB
Time
01 Des 2009
2.141.384,00 
JUB
01 Sep 2011
3.082.355,06 
Time
JUB
01 Jun 2013
4.436.799,87 
01 Jan 2010
2.178.850,04
01 Okt 2011
3.136.284,18
01 Jul 2013
4.514.426,01
01 Feb 2010
2.216.971,59
01 Nop 2011
3.191.156,84
01 Agust 2013
4.593.410,26
01 Mar 2010
2.255.760,11
01 Des 2011
3.246.989,54
01 Sep 2013
4.673.776,40
01 Apr 2010
2.295.227,27
01 Jan 2012
3.303.799,07
01 Okt 2013
4.755.548,60
01 Mei 2010
2.335.384,93
01 Feb 2012
3.361.602,53
01 Nop 2013
4.838.751,46
01 Jun 2010
2.376.245,20
01 Mar 2012
3.420.417,31
01 Des 2013
4.923.410,01
01 Jul 2010
2.417.820,35
01 Apr 2012
3.480.261,09
01 Jan 2014
5.009.549,72
01 Agust 2010
2.460.122,89
01 Mei 2012
3.541.151,89
01 Feb 2014
5.097.196,49
01 Sep 2010
2.503.165,55
01 Jun 2012
3.603.108,02
01 Mar 2014
5.186.376,71
01 Okt 2010
2.546.961,28
01 Jul 2012
3.666.148,12
01 Apr 2014
5.277.117,19
01 Nop 2010
2.591.523,25
01 Agust 2012
3.730.291,15
01 Mei 2014
5.369.445,23
01 Des 2010
2.636.864,87
01 Sep 2012
3.795.556,41
01 Jun 2014
5.463.388,61
01 Jan 2011
2.682.999,78
01 Okt 2012
3.861.963,53
01 Jul 2014
5.558.975,59
01 Feb 2011
2.729.941,86
01 Nop 2012
3.929.532,50
01 Agust 2014
5.656.234,92
01 Mar 2011
2.777.705,23
01 Des 2012
3.998.283,63
01 Sep 2014
5.755.195,87
01 Apr 2011
2.826.304,26
01 Jan 2013
4.068.237,62
01 Okt 2014
5.855.888,20
01 Mei 2011
2.875.753,57
01 Feb 2013
4.139.415,50
01 Nop 2014
5.958.342,20
01 Jun 2011
2.926.068,04
01 Mar 2013
4.211.838,68
01 Des 2014
6.062.588,70 
01 Jul 2011
2.977.262,79
01 Apr 2013
4.285.528,97
3.029.353,25 
01 Mei 2013
4.360.508,51 
01 Agust 2011
6.000.000
JUB
5.000.000
4.000.000
3.000.000
Ja
Feb
Ma
n
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
De
kt
Ja
Feb
pMa
sn
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFeb
pMa
Apr
Mei
Jun
Agust
rJul
Sep
ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Sep
i ONo
Des
kJan
tFe
pMar
Apr
Me
bJun
Agust
Jul
Se
i ONop
Des
kt
p
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik: Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah
122
Download