PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS Disusun oleh: Laras Aryanti 106084003635 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M ABSTRACT The purpose of this research is to make simulation modeling system dynamics in the money supply. In addition, this study also makes predictions ahead of several independent variables change, and to determine development policy analysis in the money supply by using system dynamics. This study uses time series data from January 2005 to December 2009. The analytical tool used is the system dynamics. The advantages of the system dynamics is on the end result can be to make policy analysis that can be applied in the real world. The simulation results of the money supply under normal conditions amounting to Rp 4584 trillion in December 2014,then increased to Rp 6062 trillion in December 2014. This is due to the policy that is a decrease in the rate of value Indonesia Sharia bank certificates and the value of the minimum statutory rate. Based on the analysis of policy scenarios for the development of the money supply, the government should set monetary targets the right to use Islamic monetary instrument. Keywords: Money Supply, Certificate of Sharia Bank of Indonesia, Sharia Interbank Money Market, and the Minimum Reserve Requirement. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah membuat pemodelan system dynamics dalam simulasi jumlah uang beredar. Selain itu, penelitian ini juga membuat prediksi kedepan dari beberapa perubahan variabel independen, dan untuk menentukan analisis kebijakan pengembangan jumlah uang beredar dengan metode system dynamics. Penelitian ini menggunakan data time series dari Januari 2005 hingga Desember 2009. Alat analisis yang digunakan adalah system dynamics. Kelebihan dari system dynamics adalah pada hasil akhirnya dapat untuk membuat analisis kebijakan yang dapat diterapkan pada dunia nyata. Hasil simulasi nilai jumlah uang beredar dalam kondisi normal sebesar Rp 4.584 triliun pada Desember 2014, kemudian meningkat menjadi Rp 6.062 triliun pada Desember 2014. Hal ini disebabkan adanya kebijakan yang merupakan penurunan nilai laju sertifikat bank Indonesia syariah dan nilai laju giro wajib minimum. Berdasarkan analisis skenario kebijakan tersebut untuk pengembangan jumlah uang beredar, pemerintah harus menetapkan sasaran-sasaran moneter yang tepat dengan menggunakan instrumen moneter syariah. Kata Kunci: Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Giro Wajib Minimum. KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS”. Serta shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dari zaman yang gelap gulita hingga zaman yang terang benderang. Juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai Islam kepada kita semua. Skripsi ini merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi penulis. Sebuah tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap perjalanan akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari bagian kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan saran dan masukan atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa orang-orang yang tulus, bimbingan dari orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tuaku tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi, dan memberikan dukungan serta doa yang tidak putus-putusnya semenjak penulis dilahirkan hingga tumbuh menjadi seorang wanita dewasa. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, MM. selaku dosen pembimbing I, juga sebagai dosen pengampu mata kuliah Moneter Syariah dan Pasar Modal Syariah, serta sebagai penemu metodologi Islam Sinlammim (Symbol of Everything) dan deret Islam yaitu 319913616 (Number of Everything). 5. Bapak Dr. Lukman, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, dan meluangkan waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis ajukan, serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah. 8. Kakakku tercinta Lucky Sitaresmi, S.Psi, yang telah memberikan pengalamannya, serta dukungan baik materil maupun spiritual. 9. Sahabat-sahabat G-syah seperjuanganku Lia, Yunita, Olit, Sari, Saras, Yeni, Iwas, Yanti, Winda, Joy, dan Ovi yang selama ini menemani, mewarnai, memberi semangat dan mendoakan penulis dengan suka dan duka. 10. Teman spesialku, Adi Mulyadi, yang selalu ada dihatiku, tempat aku berkeluh-kesah, yang selalu ada dan tidak bosan-bosannya memberikan semangat, dukungan, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis disaat penulis merasa jenuh dan suntuk. You know who you are, Kemulqu. 11. Teman-teman IESP angkatan 2006, terutama konsentrasi Ekonomi Islam Andra, Dafi, Fadli, Bakar, Beny, Ipin, Endang, dan Wahyu. Serta konsentrasi Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila penulis melakukan kesalahan. Semoga sukses selalu. 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa untuk semua kebaikan yang yang telah mereka berikan kepada penulis, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin.” Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan. Jazakumullah Khoiron Katsiro. Jakarta, 1 Januari 2011 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP i ABSTRACT ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR GRAFIK xii DAFTAR LAMPIRAN xiii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang ..................................................................................1 B. Rumusan Masalah ....................................................................10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 A. Konsep Dasar Ekonomi Islam ........................................................13 1. Ekonomi Islam ....................................................................13 2. Ekonomi Moneter ....................................................................17 B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter ............................................20 1. Fungsi Kebijakan Moneter ........................................................20 2. Tujuan Kebijakan Moneter ........................................................21 C. Instrumen Moneter Syariah ........................................................23 a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................................24 b. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) ................................27 c. Giro Wajib Minimum (GWM) ............................................27 D. Jumlah Uang Beredar ....................................................................28 E. Penelitian Terdahulu ....................................................................39 F. Kerangka Pemikiran ....................................................................47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 A. Ruang Lingkup ................................................................................51 B. Metode Pengumpulan Data ........................................................52 C. Metode Analisis ................................................................................52 1. Pemodelan ................................................................................53 2. Tahapan Pemodelan ....................................................................55 3. System Dynamics ....................................................................58 4. Uji Statistik ................................................................................63 a. Pengujian Absolute Error ........................................................63 b. Pengujian Root Means Square Error (RMSE) D. Definisi Operasional Variabel ........................................................66 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian B. Penemuan dan Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ....................64 68 ................................68 ........................................................73 89 A. Kesimpulan 89 B. Implikasi 90 DAFTAR PUSTAKA 91 LAMPIRAN 94 DAFTAR TABEL No. 1.1 Keterangan Hal. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar tahun 2001-2006 ..............................................................................................4 2.1 Perbedaan Instrumen Moneter Syariah dengan Konvensional 2.2 Instrumen Kebijakan Moneter 2.3 Penelitian Terdahulu 4.1 Validasi AVE, AME, dan RMSE ........20 ........................................................39 ....................................................................44 ........................................................79 DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Hal. 2.1 Diagram Kerangka Berpikir ....................................................................50 4.1 Model Mental Instrumen Moneter Syariah 4.2 Model CLD Moneter Syariah 4.3 Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah ............................................74 ........................................................75 ................................77 DAFTAR GRAFIK No. Keterangan Hal. 4.1 Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal ................................82 4.2 Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi dan GWM Rendah ........83 4.3 Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah dan GWM Tinggi ........84 4.4 Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi dan GWM Tinggi ........85 4.5 Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah dan GWM Rendah ........86 DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Hal. 1. Data Aktual dan Grafik Instrumen Moneter Syariah ....................95 2. Data Aktual dan Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB) ....................97 3. Simulasi Model JUB ................................................................................98 4. Stock Flow Instrumen Moneter Syariah 5. Validasi AVE pada PUAS ..................................................................100 6. Validasi AVE pada GWM ..................................................................102 7. Validasi AVE pada JUB ..................................................................104 8. Validasi AME pada PUAS ..................................................................106 9. Validasi AME pada GWM ..................................................................108 10. Validasi AME pada JUB ..................................................................110 11. Validasi RMSE pada PUAS ..................................................................112 12. Validasi RMSE pada GWM ..................................................................114 13. Validasi RMSE pada JUB ..................................................................116 14. JUB pada Kondisi Normal ..................................................................118 15. JUB pada SBIS Tinggi GWM Rendah ..........................................119 16. JUB pada SBIS Rendah GWM Tinggi ..........................................120 17. JUB pada SBIS Tinggi dan GWM Tinggi ..........................................121 18. JUB pada SBIS Rendah dan GWM Rendah ..........................................122 ............................................99 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Di negara-negara sedang berkembang, keterbatasan sumber daya ini terutama berupa keterbatasan sumber dana untuk investasi dan keterbatasan devisa, di samping tentunya keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka mengatasi keterbatasan sumber daya tersebut, pilihan kebijakan yang diambil pada umumnya berfokus kepada dua aspek, yaitu aspek penciptaan iklim berusaha yang kondusif, terutama berupa kestabilan ekonomi makro, dan aspek pengembangan infrastruktur perekonomian yang mendukung kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting dalam suatu perekonomian. Peranan tersebut tercermin pada kemampuannya mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal ini menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter (Angandrowa Gulo, 2008). Kestabilan ekonomi makro tercermin pada harga barang dan jasa yang stabil serta nilai tukar dan suku bunga yang berada pada tingkat yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dengan kondisi neraca pembayaran internasional yang sehat. Upaya pemeliharaan kestabilan ekonomi makro berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nilai tukar. Sementara itu, upaya pengembangan infrastruktur ekonomi berada di dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi mikro, seperti kebijakan di bidang industri, perdagangan, pasar modal, perbankan, dan sektor keuangan lainnya. Dua di antara berbagai kebijakan tersebut, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan di bidang perbankan, saat ini menjadi cakupan tugas Bank Indonesia. Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Meskipun dalam pelaksanaannya sangat sulit mencapai semua sasaran tersebut dalam waktu bersamaan. Bahkan, antara sasaran yang satu dengan sasaran yang lainnya seringkali berbenturan. Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter. ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka kerja menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), dan Giro Wajib Minimum (GWM). Ditinjau dari aspek ekonomi makro, kinerja perekonomian bukan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, namun juga dari faktor eksternal. Kondisi ekonomi sangat dipengaruhi oleh kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Untuk beberapa tahun ke depan, kegiatan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan, dengan asumsi kondisi politik dan keamanan stabil. Peningkatan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada kenaikan ekspor yang dewasa ini mulai membaik kembali. Hal tersebut dapat memberikan prospek yang lebih baik lagi terhadap pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Perkembangan perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal dan moneter, yaitu menyangkut pengeluaran pemerintah (rutin dan pengeluaran pembangunan), dan juga jumlah uang beredar. Dalam kenyataannya, kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter juga tergantung pada kondisi perekonomian, di mana kebijakan fiskal dan moneter berbeda pada saat kondisi sebelum krisis ekonomi terjadi dan kebijakan setelah krisis ekonomi terjadi. Perkembangan pengeluaran pemerintah dan jumlah uang beredar di Indonesia tahun 2001-2006 adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar tahun 2001-2006 (milyar rupiah) Pengeluaran Pemerintah (G) Tahun Jumlah Uang Beredar (M) Rutin Pembangunan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 190.092 198.741 208.584 155.438 117.817 311.157 125.664 145.268 162.008 218.913 279.952 336.511 844.053 883.903 955.092 1.033.527 1.203.215 1.382.074 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, 2007. Data tabel 1.1 menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, maupun jumlah uang beredar di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dengan meningkatnya pengeluaran tersebut, diharapkan juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena tujuan pengeluaran pemerintah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan stabil sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena besarnya peranan kebijakan pemerintah dibidang fiskal dan moneter, baik pada kondisi sebelum maupun setelah terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah dibidang fiskal dan moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) dan jumlah uang beredar (Angandrowa Gulo, 2008). Jumlah uang beredar merupakan bagian dari perencanaan moneter, dan perencanaan moneter merupakan sistem dari ekonomi moneter konvensional maupun syariah, sehingga jumlah uang beredar merupakan bagian dari perencanaan moneter syariah. Untuk itu, makna dari jumlah uang beredar bisa diterapkan di dalam pengembangan sistem ekonomi moneter syariah karena di dalam ekonomi moneter saat ini yang berlaku di Indonesia, Bank Indonesia hanya memberikan satu acuan yaitu berupa perencanaan moneter secara umum yang di dalamnya terdapat kebijakan jumlah uang beredar, sehingga moneter syariah bisa memanfaatkan kebijakan perencanaan moneter ini menjadi kebijakan jumlah uang beredar yang syariah, yang berarti hampir sama dengan kebijakan ekonomi perencanaan moneter konvensional. Untuk itu, makna jumlah uang beredar dipenelitian ini merupakan jumlah uang beredar syariah, walaupun tidak memisahkan antara nilai jumlah uang beredar konvensional dengan nilai jumlah uang beredar syariah. Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan maupun penambahan JUB. Eksistensi dari uang dan kredit adalah suatu hal yang integral dan juga merupakan aspek yang tidak dapat dihindarkan dari suatu masyarakat modern yang kompleks. Pertanyaan-pertanyaan mengenai penawaran uang dan kredit seperti berapa banyak, untuk siapa, dan kapan, memiliki beberapa implikasi yang signifikan baik bagi sifat, kuantitas, maupun distribusi barang-barang dan jasajasa yang diproduksi dan dikonsumsi. Tingkat ketergantungan akan uang kemudian menjadi semakin tinggi yang berimplikasi pada peran kebijakan moneter sebagai instrumen utama dalam mengendalikan perekonomian makro. Mengingat dampaknya yang cepat diketahui dalam jangka waktu yang relatif singkat, mengakibatkan banyak perekonomian begitu terikat pada kebijakan moneter tanpa menghiraukan esensi dan tujuan dari perekonomian itu sendiri dalam mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu banyak kegagalan yang harus ditelan akibat kealpaan esensi dan tujuan perekonomian tersebut, timbul upaya-upaya untuk kembali menonjolkan alternatif sistem moneter dalam Islam yang memiliki komitmen pada nilai-nilai spiritual, keadilan sosial ekonomi, dan persaudaraan. Institusi keuangan dunia dalam dasawarsa terakhir sedang mengalami perubahan yang sangat mendasar. Terjadi pertumbuhan sistem keuangan yang tidak menentu yang mengarah pada situasi krisis finansial. Salah satu sebab krisis finansial yang terjadi di dunia karena tidak bekerjanya sistem keuangan yang selama ini menopang konsep institusi keuangan dalam meramalkan krisis yang sedang melanda dunia. Kemudian perkembangan sistem keuangan konvensional ini mencari model yang lebih komprehensif dan holistik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi yang lebih baik dalam menghadapi masalah perekonomian. Salah satu jalan keluar dengan mengembangkan sistem keuangan yang lebih menyeluruh dan sistemik yang juga dikenal dalam ekonomi Islam. Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah upaya untuk pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam rangka memperoleh ridho-Nya. Menurut ahli ekonomi Islam, ada tiga karakteristik yang melekat pada ekonomi Islam, yaitu Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan As-sunnah, perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai sumber, dan bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika ekonomi komunitas muslim periode awal. Paradigma ekonomi Islam tidak sama dengan ekonomi konvensional. Paradigma kedua disiplin ilmu tersebut berbeda secara radikal. Paradigma Islam bukanlah sekuler, bebas nilai, dan materialis, tetapi cenderung berlandaskan sejumlah konsep yang mengakar ke dalam doktrin-doktrinnya. Ia memberikan kepentingan utama pada nilai-nilai moral, persaudaraan manusia dan keadilan sosial ekonomi, tidak seperti konsep Marxisme dan Kapitalisme yang tidak menggantungkan diri kepada negara maupun pasar untuk merealisasikan visinya. Paradigma Islam lebih mengarah kepada peran mengintegrasikan nilai-nilai dan institusi-institusi, pasar, keluarga, masyarakat dan negara untuk menjamin terealisasinya falah atau kesejahteraan untuk semua. Ini menekankan pentingnya perubahan sosial melalui perbaikan individu dan masyarakat tanpa menimbulkan ketidakadilan dalam pasar dan negara. Al-Qur’an dan As-sunnah secara bersamasama telah menerangkan bahwa seluruh unsur paradigma Islam dengan gamblangnya, sehingga sangat kecil kemungkinan adanya ambiguitas. Jika terdapat perbedaan pendapat, itupun disebutkan dengan jelas. Salah salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan dan menghapuskan eksploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang semua bentuk peningkatan kekayaan “secara tidak adil” (akl amwaalan-naas bilbathil). Al-Qur’an dan As-sunnah telah memberikan prinsip-prinsip yang dapat diketahui atau dideduksi oleh kaum muslimin mengenai cara-cara memperoleh kekayaan dan penghasilan “yang salah” atau “yang benar” dan “yang diperbolehkan” atau “yang tidak diperbolehkan”. Suatu sumber utama keuntungan yang tidak diperbolehkan dalam sistem nilai Islam adalah Riba. Larangan riba muncul dalam Al-Qur’an, pertama (ar-Ruum: 39), kedua (an-Nisaa: 161), ketiga (al-Imran: 130-132), kempat (al-Baqarah: 275-281). Rasulullah SAW juga mengutuk, dengan menggunakan kata-kata yang sangat terang, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi juga mereka yang memberikan riba. Bahkan, beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya sendiri. Dewasa ini hampir seluruh negara-negara yang mayoritas masyarakatnya muslim, memiliki lembaga keuangan dan bank-bank yang berdasarkan pada syariah Islam. Dalam situasi yang seperti itu, dua bentuk kelembagaan berevolusi, yakni bank-bank Islam didirikan di sebagian besar negara-negara muslim, dan perusahaan-perusahaan investasi dan holding companies yang beroperasi di negara-negara muslim tetapi juga beroperasi di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim. Dalam kasus tersebut, operasionalisasi bank-bank Islam merupakan subjek dari regulasi khusus yang diterapkan pada semua bank. Lembaga-lembaga tersebut bersaing dengan bank-bank konvensional untuk menarik dana pihak ketiga tetapi tanpa menentukan tingkat suku bunga dan menginvestasikan dana pihak ketiga kepada sektor-sektor usaha yang menguntungkan dengan persyaratan di mana investasi tersebut tidak dipergunakan kepada hal-hal yang sifatnya dilarang oleh syariah Islam. Kajian dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi 3 unsur penting yang selalu ada dalam ekonomi moneter, yaitu peran uang sebagai instrumen moneter paling vital dalam sistem ekonomi Islam, kebijakan moneter yang berusaha mengatur berbagai permasalahan dalam sistem ini agar konsep adil dapat terwujud, dan terakhir adalah sistem perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediaries yang menerapkan konsep tanpa bunga. Namun, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sistem ekonomi moneter yang berbasis syariah akan lebih baik diterapkan jika dibandingkan dengan ekonomi konvensional, dan juga dapat menjadi alternatif sistem ekonomi yang lebih dapat mensejahterakan rakyat. Ekonomi Islam yang sebenarnya sudah ada ribuan tahun yang lalu (sejak jaman Rasulullah) perlahan kembali bangkit dan menggeliat. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis instrumen moneter syariah dengan penambahan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh keefektivan dari instrumen moneter syariah berdasarkan data moneter (keuangan) terhadap stabilitas nilai uang. Atas dasar penelitian di atas, serta teori yang menyatakan uang dan kebijakan moneter sebagai instrumen moneter dalam sistem ekonomi Islam, maka penelitian ini mengambil judul “PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS.” B. Rumusan Masalah Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dalam sistem ekonomi Islam, uang merupakan instrumen moneter yang paling vital. Sifat dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang dipelajari dalam ilmu ekonomi moneter. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana membuat pemodelan dengan metode System Dynamics pada Jumlah Uang Beredar? 2. Bagaimana membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel independen? 3. Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang Beredar dengan metode System Dynamics? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: Membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Jumlah Uang beredar. Membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel independen. Menentukan analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang Beredar dengan metode System Dynamics. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat Praktis Bagi pihak ekonom, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi kondisi moneter (keuangan), terutama yang berbasis syariah. Bagi pihak pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak yang berwenang di dalamnya sebagai penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan (moneter) dan kebijakan lainnya. b. Manfaat Teoritis Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa sistem moneter yang terus berkembang (terutama yang berbasis syariah). Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ekonomi Islam 1. Ekonomi Islam Islam sebagai konsep atau sistem hidup bersifat integratif dan komprehensif (sempurna). Di mana Islam merupakan ajaran yang mengatur kehidupan dalam ruang lingkup akidah, ibadah, dan semua bentuk transaksi, khususnya pada hal yang berkaitan dengan masalah aktivitas ekonomi. Dengan bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dan AlHadist (Abu Bakr Jabir Al-Jabir, 2001) Ilmu ekonomi Islam adalah teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan perilaku-perilaku antar variabel ekonomi dengan memasukkan unsur norma ataupun tata aturan tertentu (unsur Ilahiah). Oleh karena itu, ekonomi Islam tidak hanya menjelaskan fakta-fakta secara apa adanya, tetapi juga harus menerangkan apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang seharusnya dikesampingkan (dihindari). Adapun tujuan ekonomi Islam itu adalah sebagai berikut: Mencari kesenangan akhirat yang diridhai Allah SWT dengan segala kapital yang diberikan-Nya kepada kita (mengutamakan Ketuhanan). Janganlah melalaikan perjuangan nasib di dunia, yaitu mencari rezeki dan hak milik (memperjuangkan kebutuhan hidup duniawi). Berbuat baik kepada masyarakat, sebagaiman Allah SWT memberikan kepada kita yang terbaik dan tak terkira (menciptakan kesejahteraan sosial). Janganlah mencari kebinasaan di muka bumi ini. Untuk mencapai atau menjamin berfungsinya sistem moneter secara baik, biasanya otoritas moneter harus melakukan pengawasan pada keseluruhan sistem. Bukan hanya itu, otoritas moneter biasanya mempercayai bahwa uang bukanlah suatu selubung yang sederhana. Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan mempengaruhi sektor ekonomi riil. Jadi kebijakan moneter merupakan instrumen penting dari kebijakan publik dalam sistem ekonomi modern. Hal ini juga benar (berlaku) dalam sistem ekonomi Islam, akan tetapi perbedaan mendasarnya adalah terletak pada tujuan dan larangan bunga dalam Islam. Tujuan-tujuan seperti halnya dengan alat kebijakan moneter juga akan menjadi berbeda. Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem yang didasarkan pada moral, sementara kapitalisme adalah sistem sekuler dan netral-moral (Muhammad M. Ag, 2002). Sistem berbasis emas menjamin kestabilan nilai tukar. Kesatuan keuangan untuk semua negara dengan sistem emas atau uang kertas substitusi (uang kertas yang mencerminkan kadar jumlah emas dan perak dalam bentuk uang atau batangan, yang disimpan di tempat tertentu, yang memiliki nilai logam sama dengan nilai nominal yang dimiliki oleh uang kertas tersebut, dan bisa ditukarkan sesuai dengan permintaan) yang secara sempurna bisa dipertukarkan dengan emas pada waktu yang sama. Karena itu, harga tukar antara uang suatu negara dan uang negara menjadi stabil karena terikat dengan emas yang sama nilainya dan sudah dikenal luas. Dinar Islam, misalnya adalah 4,25 gram emas; pound Inggris dengan ketentuan undang-undangnya, yaitu 2 gram emas murni; frank Perancis setara dengan 1 gram emas murni. Dengan demikian harga tukar atau kurs menjadi stabil. Jadi kurs pertukarannya adalah dua dinar Islam dapat ditukar dengan sembilan frank Perancis atau dengan 4,5 pound Inggris. Kurs pertukaran ini akan tetap, karena hakikatnya adalah menukarkan emas dengan emas. Menarik untuk diperhatikan bahwa selama mata uang dunia masih disandarkan kepada emas, selama itu pula mata uang relatif stabil dan kemungkinan krisis sangat kecil. Ancaman krisis hanya ada dari penyakit yang lain, yaitu bunga. Tidak mengherankan karenanya jika dalam sejarah Islam tidak pernah terjadi krisis semacam itu. Sebab, sejak zaman Nabi SAW sampai dengan Dinasti Ustmaniyyah, yang jatuh pada tahun 1923, yang namanya uang adalah uang emas atau perak. Uang kertas tidak dikenal sama sekali. Mata uang yang ada dalam sejarah Islam adalah emas dan perak. Uang kertas yang ada sekarang bukanlah produk peradaban Islam, karena itu wajar bila terjadi krisis dimana-mana. Uang kertas yang ada sekarang adalah legal tender, yaitu janji pemerintah yang menganggap bahwa itu adalah uang. Jika suatu saat hukum menyatakan ia bukan uang, maka yang tertinggal hanyalah tumpukan kertas berwarna yang tidak bernilai apa-apa. Padahal uang adalah alat tukar yang bisa menggantikan posisi barang bila suatu transaksi berhenti di tengah (uang belum sempat ditukarkan lagi dengan barang lain). Jika orang sedang memegangnya lalu datang pengumuman bahwa uang kertas berhenti sebagai alat tukar dan digantikan oleh beras, misalnya, ia hanya memiliki kertas yang tidak bernilai apa-apa. Selain itu, jika demikian itu dilakukan maka pemerintah bertanggung jawab menyediakan beras sekian banyak untuk mengganti uang tersebut. a. Definisi Ekonomi Islam Berikut ini merupakan definisi ekonomi dalam Islam yang dikemukakan oleh beberapa ahli: 1). Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokokpokok Islam dan politik ekonminya. (Heri Sudarsono, 2002:3). 2). MM. Metwally, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an Hadist, Ijma’, dan Qiyas. (P3EI, 2008:3). 3). M. Akram Khan, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu ekonmi kesejahteraan manusia yang bertujuan (falah/welfare) mempelajari yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi. (Ali Sakti, 2007:13). 4). M. N. Siddiqi, Ilmu ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh AlQur’an dan As-Sunah maupun akal dan pengalaman. 2. Ekonomi Moneter Ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari sifat, fungsi, dan peranan serta pengaruh uang terhadap aktivitas perekonomian sebuah negara. Dengan ekonomi moneter, dapat diketahui secara mendalam berbagai hal yang berkaitan dengan uang, seperti mekanisme penciptaan uang, peranan uang, pasar uang, tingkat bunga, sistem dan kebijakan moneter, dan hal penting lainnya. Ini sangat penting karena uang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari ekonomi moneter, dapat diketahui serta dianalisis berbagai fenomena dan kebijakan moneter serta dampaknya pada aktivitas ekonomi masyarakat dan negara. Beberapa fenomena moneter tersebut diantaranya adalah bertambahnya jumlah uang beredar, berubahnya tingkat suku bunga, kredit macet, fluktuasi nilai tukar, dan sejenisnya (Nopirin, 2006). a. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Kebijakan moneter penting dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar memiliki keterkaitan langsung terhadap aktivitas perekonomian, yaitu produksi (output) dan harga. Jumlah uang beredar yang berlebih akan mendorong kenaikan harga sehingga menekan daya beli masyarakat, sedangkan jumlah uang beredar yang terbatas akan menekan atau melesukan pertumbuhan ekonomi. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Angandrowa Gulo dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (2008), menyebutkan bahwa kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy), adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang edar. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy), adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut: a). Sertikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang sekarang berganti nama menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). b). Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (SIMA), yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Indonesia (PUAS). c). Giro Wajib Minimum (GWM). Achmad Tolihin dalam tesisnya yang berjudul Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan Peranannya dalam Pembangunan (2003), menyebutkan perbedaan antara instrumen moneter konvensional dengan instrumen moneter syariah, yang tergambar dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Perbedaan Instrumen Moneter Konvensional dengan Instrumen Moneter Syariah Bank Konvensional Instrumen Moneter 1. Sertifikat Bank Indonesia (kontrol jumlah uang (SBI) beredar) Bank Syariah 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) 2. Pasar Uang Antar Bank syariah (PUAS) Sumber: Achmad Tolihin, 2003. B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter 1. Fungsi Kebijakan Moneter Anwar Abbas (2009) menyebutkan bahwa kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu melalui: Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit Pengendalian inflasi Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran Fungsi utama sistem moneter adalah melengkapi kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya dalam rangka menumbuhkan ekonomi. Fungsi ini harus menjamin bahwa pertumbuhan moneter adalah memungkinkan dan tidak excessive dan deficien. Oleh karena itu, kita perlu melihat dan mengontrol sumber-sumber ekspansi moneter. 2. Tujuan Kebijakan Moneter Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia. Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar. Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat, denagn jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya. Menurut Umer Chapra (2000), bahwa tujuan dan fungsi yang paling penting adalah: a. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan Full Employment dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, b. Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, c. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai bagian satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil, d. Penagihan yang efektif dan semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Dari empat tujuan dan fungsi tersebut di atas, sepintas dapat dinyatakan bahwa tujuan dan fungsi tersebut adalah yang ada dalam sistem kapitalis. Akan tetapi kalau dikaji lebih dalam, walaupun kelihatannya ada yang sama, namun sesungguhnya ada perbedaan dalam penekanan. Perbedaan tersebut adalah terletak pada perbedaan komitmen kedua sistem tersebut tentang nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi dan persaudaraan manusia. Di dalam Islam, tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi dan keyakinan. Tujuan merupakan masukan yang penting bagi sebagian hasil yang juristik. Tujuan membawa sanksi, dan sejauh tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, maka menjadi keharusan, bukan persoalan tawar-menawar politik dan untunguntungan. Walaupun demikian, hal ini merupakan strategi yang penting untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut dan di sini pula Islam memberikan (membuat) kontribusi yang unik. Keunikan kontribusi Islam adalah terletak pada keseluruhan tujuan dan fungsi di atas. C. Instrumen Moneter Syariah Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut: 1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, yang sekarang diubah namanya menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek. 2. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (SIMA), yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. 3. Giro Wajib Minimum (GWM), biasanya dinamakan sebagai statutory reserve requirement, yaitu simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM ini adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsipprinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) serta juga mempunyai peran sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikan jumlah uang beredar. Menurut Adiwarman A. Karim (2006), instrumen moneter yang diaplikasikan di Indonesia berdasarkan prinsip syariah terdapat tiga instrumen, di antaranya Giro Wajib Minimum, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah yang sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang sekarang diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah. a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dalam melaksanakan rangka mendukung tugas kebijakan moneter, Bank dalam menetapkan Indonesia dan melakukan pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dapat dilakukan berdasarkan pinsip syariah. Untuk melaksanakan kegiatan OPT yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia berwenang menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 2. Ketentuan Umum SBIS Dalam peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: a) Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. b) Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah: Unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah; atau Unit kerja di kantor cabang dari suatu bank konvenional yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. 3. Tujuan penerbitan SBIS SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. 4. Akad dan Karakteristik SBIS SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju’alah yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dan juga SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) b) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan c) Diterbitkan tanpa warkat (scripless) d) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia e) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder 5. Mekanisme Penerbitan a) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. b) Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS. c) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS. d) BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian SBIS secara langsung dan atau malalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. b. Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang selanjutnya disebut PUAS, adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. 1. Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata tertimbang tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antar bank yang terjadi di PUAS, yang tercatat pada PIPU. 2. Piranti yang digunakan transaksi dalam PUAS adalah Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA). Sertifikat ini merupakan sertifikat yang digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan, dan di pihak lain SIMA juga sebagai sarana bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana untuk mendapatkan dana jangka pendek dengan prinsip mudharabah. Di Indonesia masalah ini telah diatur oleh Bank Indonesia dengan PBI No.2/8/PBI/2000. dan fatwa DSN Nomor: 38/DSNMUI/X.2002. 3. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank, yang selanjutnya disebut Sertifikat IMA, adalah sertifikat yang digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan dana dengan prinsip mudharabah. c. Giro Wajib Minimum 1. Pengertian Giro Wajib Minimum adalah kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Atau dengan kata lain Giro Wajib Minimum (statutory reserve), adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK. Setiap bank wajib memelihara GWM dalam rupiah. Sedangkan Bank Devisa selain wajib memenuhi ketentuan juga wajib memelihara GWM dalam valuta asing. Kewajiban pemeliharaan GWM bagi setiap bank merupakan salah satu cara pengendalian uang beredar dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara stabilitas moneter. GWM dalam rupiah wajib dipenuhi oleh setiap bank yang besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus) dari DPK dalam rupiah. Sedangkan GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 3% (tiga perseratus) dari DPK dalam valuta asing. Peresentase GWM dapat disesuaikan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia. D. Jumlah Uang Beredar 1. Pengertian Uang Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. Pada awalnya di Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank sentral, Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi. a. Jenis Uang 1). Uang kartal Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun 1986 pasal 26 ayat 1, bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang logam dan uang kertas. Hak tunggal untuk mengeluarkan uang yang dimiliki Bank Indonesia tersebut disebut hak oktroi. 2). Uang Giral Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah tagihan yang ada pada bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro atau telegrafic transfer. Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral. 3). Uang Kuasi Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik. 2. Pengertian Jumlah Uang Beredar Sebagian ekonom klasik mendefinisikan uang beredar sebagai uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat (disebut juga uang kartal atau currency) karena hanya uang inilah yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan atau dibelanjakan serta mempengaruhi harga barang-barang. Bahkan kaum klasik menyempitkan lagi tentang apa yang dianggap uang beredar yaitu hanya uang kertas dan logam yang ada di tangan masyarakat, dan tidak termasuk uang yang disimpan di bank dan di kantor kas negara. Dengan makin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian, maka pengertian uang beredar hanya sebagai uang kartal sudah makin ditinggalkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di bank dalam bentuk rekening koran dan giro (uang giral atau demand deposits) demi keselamatan atau kemudahan transaksi. Karena masyarakat dengan mudah sewaktu-waktu mengambil kembali rekening koran dan gironya untuk dibelanjakan, maka seharusnya rekening koran dan giro memepunyai status yang sama dengan currency sebagai uang beredar. a. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam Pengertian Sempit dan Luas Dalam arti sempit (Narrow Money) M1 = C + DD ket: M1 = Uang dalam arti sempit C = Uang kartal DD = Demand deposit Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Uang giral dalam pengertian ini hanya uang giral yang dapat dipergunakan untuk transaksi secara langsung oleh pemiliknya, sehingga uang giral yang disimpan dalam lemari besi bank umum dan bank sentral atau milik bank yang ada di bank lain tidak termasuk sebagai uang giral dalam pengertian sempit ini. Dalam arti luas (Broad Money) M2 = M1 + TD + SD ket: M2 = Uang dalam arti luas M1 = Uang dalam arti sempit SD = Saving deposit (saldo tabungan) TD = Time deposit (deposito berjangka) Dalam pengertian luas ini, uang beredar selain uang kartal dan giro yang dipegang masyarakat, juga termasuk deposito berjangka dan tabungan masyarakat (uang kuasi), karena tabungan dan deposito berjangka ini dapat diubah menjadi uang tunai sama dengan uang kartal, bahkan pada perekonomian yang semakin maju banyak transaksi yang dilakukan melalui bank. Penurunan M2 atau jumlah uang beredar dalam arti luas, dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpangan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. (Reny Maharani, 2005) Jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi moneter terganggu. Semakin stabilnya jumlah uang beredar, maka semakin baik pula kondisi stabilitas moneter. Mulia Nasution (2008) membagi instrumen kebijakan moneter menjadi dua kategori, yaitu kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dan kebijakan moneter yang bersifat kualitatif. Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan maupun penambahan JUB. Instrumen kebijakan ini meliputi: a. Mengubah tingkat diskonto (Discount Rate) Salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi JUB dan aktivitas perekonomian adalah melalui tingkat suku bunga dan tingkat diskonto. Jika kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang akan mungkin dicapai, maka bank sentral dapat meningkatkan aktivitas perekonomian dengan menurunkan tingkat diskonto, biaya (tingkat bunga) yang dibayarkan oleh bank umum atas pinjaman pada bank sentral akan lebih murah, ini akan lebih memungkinkan bank umum memberikan pinjaman lebih banyak pada sektor industri. Sebaliknya, jika bank sentral ingin menurunkan tingkat aktivitas perekonomian yang mulai memanas, maka tingkat diskonto akan dinaikkan sehingga akan memberikan dampak kepada bank umum yang akan menaikkan tingkat bunga pinjaman yang diberikan. Tindakan ini akan mengakibatkan sector industri enggan membuat pinjaman baru, juga sektor industri akan mengembalikan pinjaman di masa lalu akibat naiknya suku bunga. Hal ini akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar dan sekaligus menurunkan aktivitas perekonomian. Jadi, Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar (JUB) di suatu negara, Bank Sentral dapat menggunakan instrumen penetapan tingkat diskonto (discount rate) berupa penentuan besarnya tingkat bunga yang berlaku. Jika Bank Sentral menghendaki untuk menambah JUB, maka dilakukan dengan menurunkan tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan menyebabkan masyarakat lebih menyukai untuk memegang uang tunai atau pun berinvestasi di sektor riil yang diharapkan hasilnya lebih besar dari tingkat bunga yang diterima dari bank. Sedangkan apabila Bank Sentral menginginkan untuk mengurangi JUB, maka dilakukan dengan menaikkan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga meningkat maka diharapkan masyarakat akan beramai-ramai untuk menabungkan uangnya di bank karena menginginkan mendapatkan bunga yang tinggi. Jika uang yang beredar banyak disetorkan ke perbankan maka JUB akan turun. b. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka ini dilaksanakan dengan melakukan jualbeli surat-surat berharga. Tindakan menjual dan membeli surat berharga tergantung pada kondisi perekonomian yang terjadi pada suatu Negara. Jika perekonomian dalam keadaan lesu, bank sentral akan berupaya untuk menambah JUB dengan cara membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank-bank umum. Dengan kondisi ini maka akan menambah likuiditas bank-bank umum. Bank umum juga akan lebih banyak menyalurkan kredit untuk sektor industri sehingga investasi meningkat, dan hal ini akan kembali meningkatkan aktivitas perekonomian yang sebelumnya mengalami kelesuan. Bila perekonomian sedang mengamani pemanasan atau inflasi, maka bank sentral akan berusaha untuk meningkatkan cadangan likuiditas bank-bank umum. Dengan kondisi seperti ini, bank umum akan berusaha menarik kredit untuk menigkatkan cadangan dan akan menarik kredit yang diberikan. Bank sentral juga dapat memaksa bank umum untuk membeli surat-surat berharga (di Indonesia: SBI) guna mengurangi jumlah uang beredar. c. Penetapan Giro Wajib Minimum (Minimum Reserve Reqiurement) Penetapan besarnya giro wajib minimum akan mempengaruhi jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral dan lebih jauh akan mempengaruhi juga terhadap JUB. Apabila Bank Sentral berencana untuk menambah JUB, maka hal ini dilakukan dengan menurunkan persentase giro wajib minimum. Penurunan persentase giro wajib minimum akan meningkatkan kemampuan bank umum dalam menciptakan uang, yang pada gilirannya akan menyebabkan JUB meningkat juga. Sedangkan apabila Bank Sentral berencana mengurangi JUB, maka dilakukan dengan menaikkan besarnya giro wajib minimum. Jika persentase giro wajib minimum naik, maka jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral juga akan naik sehingga akan menurunkan kemampuan bank umum untuk menciptakan uang sehingga JUB juga turun. Sedangkan instrumen kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, meliputi: a. Himbauan moral (Moral Suassion) Bujukan moral dapat menjadi instrumen pengendalian moneter oleh bank sentral untuk mencapai sasaran operasionalnya. Cara kerja instrument ini pada dasarnya adalah bank sentral memberikan himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama saja (leading banks), agar menjalankan himbauan atau permintaan bank sentral sesuai dengan kebijakan moneter yang dijalankannya. Biasanya dalam hal ini bank sentral akan menambah jumlah uang beredar, bank-bank diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sector riil. Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral bersedia mengikutinya dalam rangka mendorong kegiatan sector produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Kesediaan bank-bank besar menurunkan tingkat bunganya selanjutnya akan diikuti oleh bank-bank kecil. Untuk menjamin berhasil dan efektifnya penggunaan instrument ini, bank sentral haruslah benar-benar berwibawa dan kredibel yang didukung kinerja yang baik sebagai otoritas moneter. Instrumen kebijakan moneter ini seringkali disebut dengan instrumen kebijakan yang bersifat tidak langsung dalam mempengaruhi JUB. Moral suassion dilakukan melalui berbagai regulasi dan himbauan kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter. Salah satu contohnya adalah adanya himbauan dari pemerintah atau Bank Sentral kepada bank-bank umum akan menyalurkan kredit mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya penyaluran kredit dari perbankan kepada UKM maka akan menyebabkan JUB yang ada di masyarakat meningkat. b. Pengawasan kredit secara ketat Pengendalian kredit secara selektif ini dapat mengurangi jumlah uang beredar yang tidak produktif, maksudnya bank sentral perlu mengawasi pemberian pinjaman untuk tujuan konsumtif. Karena pertambahan uang yang bukan untuk menambah output riil dalam perekonomian akan menciptakan inflasi. Dengan pertambahan uang beredar tidak diikuti dengan pertambahan jumlah produksi sektor industri. Jadi, agar jangan sampai pertambahan uang yang tidak produktif ini akhirnya lebih banyak diarahkan pada spekulasi. Keterkaitan antara instrumen kebijakan moneter dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB), baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Instrumen Kebijakan Moneter Instrumen Policy Result Tingkat Diskonto i↑ JUB ↓ (Discount Rate) i↓ JUB ↑ Operasi Pasar Terbuka Beli surat berharga JUB ↑ (Open Market Operation) Jual surat berharga JUB ↓ Giro Wajib Minimum RR ↑ JUB ↓ (Reserve Requirement) RR ↓ JUB ↑ Himbauan kepada bank JUB↑/↓ Himbauan Moral (Moral Suassion) Pengawasan Kredit Ketat umum Pengendalian kredit JUB ↓ secara selektif Sumber: Mulia Nasution, 2008. E. Penelitian Terdahulu Penelitian untuk mengetahui pengaruh dari kebijakan moneter terhadap sistem ekonomi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan variabel dependen dan variabel independen yang beragam. Namun hasil akhir dari penelitan ini adalah pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut. Sutikno (2007) dalam melakukan penelitian tentang dampak kebijakan moneter terhadap performance makro ekonomi Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi merupakan cerminan konsistensi dan kredibilitas kebijakan otoritas moneter. Hasil dari estimasi VAR menunjukkan bahwa inflasi mampu dijelaskan oleh inflasi itu sendiri, pertumbuhan uang dalam arti sempit, pertumbuhan GDP riil, pertumbuhan nilai tukar riil, fluktuasi suku bunga SBI, dan output gap. Respon variabel inflasi terhadap kejutan inflasi itu sendiri mengindikasikan adanya proses otoregresif dalam variabel inflasi. Hasil estimasi VAR juga menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat atau kausalitas antara inflasi dengan output gap. M. Natsir (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa respon variabelvariabel pada jalur ekspektasi inflasi terhadap shock instrumen kebijakan moneter (rSBI) dan variabel lainnya relatif tidak kuat, hal ini terlihat dari kemampuan variabel utama jalur ini yaitu ekspektasi inflasi (eINF) dan kurs yang tidak mampu menjelaskan secara signifikan variasi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi). Variabel kurs hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 33,88% dan variabel ekspektasi inflasi hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 15,03%. Artinya, Granger causality dan predictive power antara ekspektasi inflasi dan kurs (nilai tukar) dengan inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter relatif lemah. T. Rifqy Thantawi (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan PUAB Berdasarkan Prinsip Syariah.” Tingkat indikasi bonus SWBI, penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga simpanan, dan penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB sebagai variabel bebas dan tingkat indikasi imbalan PUAS sebagai variabel tidak bebas. Penelitian ini menggunakan analisis faktor dan regresi untuk analisis matematisnya dan diperoleh hasil bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat suku bunga PUAB mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat pengembalian indikasi PUAS. Khomaidi Hambali (2004), yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter”. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan SWBI. Variabel bebasnya yaitu bonus SWBI, bunga SBI, lelang SWBI bulan sebelumnya, bonus PUAS dan variabel tidak bebasnya yaitu jumlah permintaan SWBI. Penelitian ini menggunakan metode analisis Ordinary Least Squared dengan hasil menunjukkan bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan SWBI untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI yaitu bonus SWBI, lelang SWBI bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus PUAS. Faktor utama penentu jumlah permintaan SWBI adalah tingkat suku bunga, faktor penentu selanjutnya adalah tingkat bonus SWBI yang lebih berpengaruh terhadap jumlah permintaan SWBI jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Aris Hariyono (2009) melakukan penelitian mengenai kausalitas jumlah uang beredar terhadap inflasi di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (musim kemarau panjang, bencana alam, distribusi tidak lancar, dan sebagainya) sepenuhnya berada di luar pengendalian Bank Indonesia. Untuk menjaga tingkat inflasi yang erndah dan stabil, diperlukan kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Hidayatullah Muttaqin (2004) dalam jurnal ekonomi ideologis melakukan penelitian mengenai sistem dinar emas sebagai solusi perbankan syariah. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa sistem mata uang yang berbasis emas dan perak jauh lebih baik ketimbang sistem mata uang yang mengambang (floating) seperti sekarang. Kembalinya sistem mata uang berdasarkan emas sangat mungkin terjadi bila ada kemauan untuk ke arah itu. Dan itu hanya mungkin bila Islam dipakai sebagai acuan karena sistem mata uang emas dan perak telah diabadikan oleh pemerintahan Islam di masa jayanya dan tidak pernah terjadi krisis keuangan seperti yang ada sekarang. Samar Maziad (2009), dalam IMF working paper melakukan penelitian mengenai kebijakan moneter dan bank sentral di Yordania. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stabilitas makroekonomi diukur dengan rendahnya inflasi dan stabilitas nilai tukar, pertumbuhan yang berkelanjutan dan penyempitan keseimbangan fiskal, yang telah tertanam dalam pengelompokan ekonomi regional yang telah mapan dan pengaturan serikat moneter. Hasil dari VAR dan ECM menyarankan bahwa tanggapan atau reaksi dari tingkat kebijakan di Yordania untuk perubahan dalam tingkat US Federal Fund’s adalah kurang dari satu per satu. Di dalam jangka pendek, Central Bank of Jordan (CBJ) terlihat untuk menyikapi hasil dari kebijakan moneter untuk inflasi dalam negeri dan ukuran dari output gap dalam negeri. Mary Handoko. W dan Izzatul Ummah (2009), melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dan analisis kebijakannya dengan menggunakan system dynamics dapat digunakan sebagai alat simulasi dan pembelajaran untuk memudahkan pengguna model mempelajari sistem keuangan dan analisisnya, serta mensimulasikan keputusan yang diambil dalam permasalahan keuangan dan melihat bagaimana efek keputusan tersebut terhadap kinerja keuangan. Dan juga hasil rancangan ini dapat digunakan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman atas perilaku sistem nyata, serta untuk melakukan simulasi percobaan sebelum menerapkan kebijakan pada sistem nyata. Namun model ini masih memerlukan validasi, reformulasi model dan pengembangan lebih lanjut, misalnya dengan menambahkan subsektor-subsektor selain keuangan agar lebih mendekati dunia nyata. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Abdillah dengan judul “Strategi perusahaan dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia tbk.” Penelitian ini menghasilkan model sistem strategi perusahaan dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan faktor internal dengan pendekatan sistem dinamik, berdasarkan keempat hasil skenario, menghasilkan skenario terbaik yaitu skenario kebijakan dengan melakukan treathment terhadap faktor eksternal dan faktor internal sehingga menghasilkan titik koordinat pada posisi Internal Factor Evaluation (FE) berada pada 5,08 dan posisi External Factor Evaluation (EFE) pada nilai 4,45. Dilihat dengan matriks General Electric, angka ini menunjukkan posisi perusahaan pada set 1, yaitu set yang paling optimal. Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Judul Penulis Variabel (Dependen dan Independen) Metode Analisis Hasil 1. Dampak Sutikno Kebijakan (2007) Moneter Terhadap Performance Makro Ekonomi Indonesia (Sebelum dan Pasca krisis Ekonomi) Instrumen VAR kebijakan moneter, Uang primer, Suku bunga SBI, Suku bunga deposito 1 bulan, Inflasi, PDB, dan Nilai tukar. bahwa inflasi merupakan cerminan konsistensi dan kredibilitas kebijakan otoritas moneter. Hasil dari estimasi VAR menunjukkan bahwa inflasi mampu dijelaskan oleh inflasi itu sendiri, pertumbuan uang dalam arti sempit, pertumbuhan GDP riil, pertumbuhan nilai tukar riil, fluktuasi suku bunga SBI, dan output gap. 2. Analisis M. Natsir Empiris (2008) Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1 Inflasi, Suku VAR bunga SBI, Output Gap, Ekspektasi Inflasi, dan Kurs bahwa respon variabel-variabel pada jalur ekspektasi inflasi terhadap shock instrumen kebijakan moneter (rSBI) dan variabel lainnya relatif tidak kuat, hal ini terlihat dari kemampuan variabel utama jalur ini yaitu ekspektasi inflasi (eINF) dan kurs yang tidak mampu menjelaskan secara signifikan variasi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi). 3. Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjamin PUAS, SWBI, Regresi dan PUAB bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat T.Rifqy Thantawi (2008) Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia 4. Analisis SWBI Khomaidi sebagai Hambali Instrumen (2004) Kebijakan Moneter suku bunga PUAB mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat pengembalian indikasi PUAS. Bonus SWBI, OLS Bunga SBI, lelang SWBI, Bonus PUAS, dan Jumlah Permintaan SWBI bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan SWBI untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI yaitu bonus SWBI, lelang SWBI bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus PUAS. Faktor utama penentu jumlah permintaan SWBI adalah tingkat suku bunga, faktor penentu selanjutnya adalah tingkat bonus SWBI yang lebih berpengaruh terhadap jumlah permintaan SWBI jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. 5. Kebijakan Samar Moneter dan Maziad Bank Sentral (2009) di Yordania Sertifikat deposito, Instrumen kebijakan moneter 6. Perancangan Model Sistem Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan (Pendekatan Sistem Dinamik) Kinerja Keuangan System (Investasi, Dynamics Income, Assets, Liabilities, dan Equities) Bahwa model hasil rancangan ini dapat digunakan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman atas perilaku sistem nyata, serta untuk melakukan simulasi percobaan sebelum menerapkan kebijakan pada sistem nyata. 7. Strategi Abdillah perusahaan (2006) dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia tbk Sistem strategi System perusahaan Dynamics dengan mempertimbangk an Internal Factor Evaluation (FE) dan External Factor Evaluation (EFE) menghasilkan skenario terbaik yaitu skenario kebijakan dengan melakukan treathment terhadap faktor eksternal dan faktor internal sehingga menghasilkan titik koordinat pada posisi Internal Faktor Evaluation (FE) beradapada 5,08 dan posisi External Factor Mary Handoko W. Dan Izzatul Ummah (2009) pasar VAR dan bahwa stabilitas dan ECM makroekonomi diukur dengan rendahnya inflasi dan stabilitas nilai tukar, pertumbuhan yang berkelanjutan dan penyempitan keseimbangan fiskal, yang telah tertanam dalam pengelompokan ekonomi regional yang telah mapan dan pengaturan serikat moneter Evaluation (EFE) pada nilai 4,45. Dilihat dengn matriks General Electric, angka ini menunjukkan posisi perusahaan pada set 1, yaitu set yang paling optimal. F. Kerangka Pemikiran Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara Indonesia, di mana Bank Indonesia berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga (inflasi). Bank sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak, maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen-instrumennya mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk menggerakkan roda perekonomian. Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah. SBIS merupakan salah satu instrumen pasar uang (kebijakan moneter kontraktif) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan tujuan untuk menyerap kelebihan liquiditas didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana bank konvensional yang menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan tambahan. Jika melihat dari sisi moneter, turunnya SBIS kurang menguntungkan bagi perekonomian karena akan menambah jumlah uang beredar (JUB). Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. Dapat juga diartikan sebagai kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. Giro Wajib Minimum adalah kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Atau dengan kata lain Giro Wajib Minimum (statutory reserve), adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK. Kewajiban pemeliharaan GWM bagi setiap bank merupakan salah satu cara pengendalian uang beredar dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara stabilitas moneter. GWM dalam rupiah wajib dipenuhi oleh setiap bank yang besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus) dari DPK dalam rupiah. Pemodelan Instrumen Moneter Syariah dengan Metode System Dynamics Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada bankbank umum. SBIS PUAS GWM (X1) (X2) (X3) Jumlah Uang Beredar (JUB) Pemodelan System Dynamics Simulasi Validasi Skenario Kebijakan Kesimpulan dan Implikasi Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Batasan atau ruang lingkup penelitian terdapat pada variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen atau variabel tidak terikat dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar yang selalu berfluktuasi. Periode penelitian didasarkan pada data yang digunakan dalam analisis merupakan data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Jumlah uang beredar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga penutupan (closing price) karena harga inilah yang menyatakan naik turunnya suatu jumlah uang beredar. Variabel independen atau variabel bebas yang nilainya dipergunakan untuk meramal, terdiri dari rasio-rasio instrumen moneter syariah sebagai berikut: 1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang sekarang diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). 2. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah yang sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). 3. Giro Wajib Minimum (GWM). B. Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan adalah sebagai berikut: 1. Observasi tidak langsung Dilakukan dengan membuka website dari objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum bank serta perkembangannya yang kemudian digunakan penelitian. Situs yang digunakan adalah bi.go.id 2. Penelitian kepustakaan Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku yang mempunyai hubungan tingkat kesehatan bank terhadap jumlah uang beredar seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa, dan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan maupun sumber lain. C. Metode Analisis Metode analisis data adalah metode untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian yang tepat tentang suatu objek dengan jalan menguraikan bagianbagian, menelaah, dan mencermati hubungan keterkaitan antar bagian untuk membentuk konsepsi yang integral. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penelitian ini menggunakan metode system dynamics, maka akan dijelaskan beberapa hal yang bertujuan dengan penerapan pemodelan dengan metode system dynamics. Dari penjelasan tersebut akan didapat gambaran mengenai hubungan kerja antara obyek penelitian dengan system dynamics. Pada bagian akhir akan dijabarkan uji statistik terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan dipilih sebagai komponen-komponen bagi terbentuknya model dari sistem moneter syariah. 1. Pemodelan a. Definisi Di dalam sebuah pemodelan terdapat pengertian dasar dari model sebagai pendekatan pada sistem yang dijadikan model tersebut. Selain itu, di dalamnya juga terdapat berbagai istilah dan jenis model yang digunakan untuk membentuk sistem pada model tersebut. Penelitian dengan pendekatan pemodelan semestinya mampu merpresentasikan setiap elemen yang membentuk sistem tersebut. Jikalau terdapat elemen-elemen yang tidak juga bisa direpresentasikan maka dilakukan analogi atau mengganti unsur tersebut dengan unsur lain yang sejenis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemodelan berasal dari kata model. Kata model itu sendiri mengandung beberapa arti. Pertama, model berarti pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Kedua, model berarti orang yang digunakan sebagai contoh untuk ditulis atau digambar. Ketiga, model berarti orang yang memperagakan contoh pakaian baru yang akan dipasarkan. Keempat, model berarti barang tiruan atau imitasi yang kecil menyerupai atau persis dengan aslinya. Jadi, model adalah contoh sederhana dari sistem dan menyerupai sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan, tetapi tidak sama dengan sistem. Penyederhanaan dari sistem sangat penting agar dapat dipelajari secara seksama. Model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem melalui analisis rinci terhadap komponen atau unsur dan proses utama yang menyusun sistem dan interaksinya antara satu dengan yang lain. Di dalam pemodelan terdapat terminologi, sebagai batasan yang dikandung dalam suatu definisi. Istilah yang akan diuraikan merupakan pokok-pokok utama yang menjadi tolok ukur keberadaan suatu pemodelan antara lain: 1). Batas Sistem Batas sistem adalah abstraksi dari batas yang menghimpun unsur dan proses dari sistem sebagai bagian terpisah dari lingkungan total. System boundaries atau batas sistem didefinisikan lebih dulu sebelum model dibuat. Batas sistem ini memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya tendensi internal dari pengaruh exogenus. Batas sistem ini menggambarkan cakupan analisis berdasarkan inetraksi sebab akibat dalam sistem. Komponen-komponen dalam dunia nyata sangatlah kompleks dan beragam sehingga dibutuhkan pembatasan dalam membentuk sistem. Unsur dalam sistem dipengaruhi oleh lingkungan, tapi sebaliknya komponen tidak mempengaruhi lingkungan. Meskipun demikian, hal itu tidak seluruhnya benar, karena terkadang faktor makro dapat mempengaruhi unsur mikro, begitu juga sebaliknya, unsur mikro dapat berpengaruh terhadap faktor makro. 2). Simulasi dan Program Komputer Simulasi adalah proses yang diperlukan untuk penanganan model untuk meniru tingkah laku sistem yang sesungguhnya meliputi diagram alir dan logika komputer serta penulisan kode dan penerapannya pada komputer. Jadi, langkah utama yang diperlukan untuk membuat model adalah penulisan perintah untuk masukan data, pengolahan data dan keluaran dari hasil pengolahan data. Penulisan perintah untuk komputer merupakan suatu bahasa tersendiri. Bahasa yang dapat digunakan untuk menulis perintah dalam komputer dapat dibagi dua jenis, yaitu bahasa tingkat rendah dan tinggi. 2. Tahapan Pemodelan a. Tahap Seleksi Konsep Seleksi alternatif konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan merupakan tahap pertama dari pemodelan abstrak. Seleksi itu dilakukan untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup untuk dilakukan pemodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan. Interaksi dengan para pengambil keputusan serta pihak lain yang terlibat pada sistem penting dilakukan pada tahap seleksi ini. b. Tahap Rekayasa Model Langkah awal dari pemodelan adalah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan yang sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Setelah itu, tugas tahap pemodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Dalam hal ini ada dua cara pendekatan untuk membentuk suatu model abstrak, pertama, pendekatan kotak gelap. Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan (past behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik dan matematik, model diturunkan kemudian dicari yang paling cocok (fit) pada data operasional. Kedua, pendekatan struktur. Pendekatan struktur merupakan system apporach atau pendekatan dengan berpikir sistem yaitu pendekatan berpikir secara keseluruhan. Pendekatan ini disebut juga pendekatan holistik dengan kesadaran bahwa adanya suatu kejadian berkaitan dengan sistem yang berinteraksi antara obyek dengan lingkungan total. Pada beberapa kasus tertentu kedua pendekatan dapat dipakai secara bersama-sama. c. Tahap Implementasi Komputer Pada tahap ini, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir, dan diagram blok. Pemakaian komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data tidak dapat diabaikan dalam pendekatan sistem. Tahap ini seolah-olah membentuk model dari suatu model, yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dengan format atau output yang telah dirancang serta telah memadai, selanjutnya dilakukan tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji. d. Tahap Validasi Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer. Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana, seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format respons, linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya, arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem. Uji statistik ini dapat memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesis melalui analisis ragam dan sebagainya. Pada tahap ini, seringkali ditemukan kesulitan, karena kurangnya data atau sempitnya data yang tersedia untuk melakukan validitas. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak, disarankan proses validasi partial, yang tidak dilakukan pengujian keseluruhan model sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu menyarankan untuk pemakaian model pada pengkajian selanjutnya. e. Analisis Kebijakan Pengambil keputusan merupakan bagian penting dalam tahap ini dengan model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang dipermasalahkan. Hal ini berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif-interaktif yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis dari berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubah-peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan beberapa di antaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model. (Muhammadi, 2001 h. 371) 3. System Dynamics Metodologi system dynamics telah berkembang sejak tahun 1950, pertama kali dikembangkan oleh Jay. W. Forrester sewaktu kelompoknya melakukan riset di MIT (Massachussets Institute of Technology) Cambridge, dengan mencoba mengembangkan manajemen industri untuk mendesain dan mengendalikan sistem industri. Mencoba mengembangkan metode manajemen untuk perencanaan industri jangka panjang yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961, berjudul Industrial Dynamics. Selanjutnya dengan menggunakan metodologi yang sama Forrester berupaya menjelaskan perkembangan kota yang dipublikasikan dalam buku Urban Dynamics (1969). Pada perkembangannya, metodologi ini telah diterapkan di dalam analisis pada sejumlah persoalan ekonomi dan sosial yang menarik dan penting. Salah satu yang paling banyak dipublikasikan adalah model yang dikembangkan oleh Dennis Meadows dan Club of Rome dalam bukunya The Limits to Growth. Berbagai model telah dikembangkan dengan System Dynamics guna mempelajari berbagai permasalahan yang beragam, manajemen proyek, pasukan perdamaian PBB, seperti penemuan gas alam, pertumbuhan suatu bisnis, perencanaan ekonomi nasional dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pemodelan dengan System Dynamics, dikembangkan pula berbagai software sebagai alat bantu (tools), sehingga penggunaan metodologi System Dynamics sebagai salah satu cara pemodelan, menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang software-software yang bukan cuma memudahkan pemakai untuk membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji sensitivitas model. a. Definisi System Dynamics Menurut Massachussets Institute of Technology (MIT), System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari permasalahan di sekitar kita. Tidak seperti metodologi lain, yang mengkaji permasalahan dengan memilahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, System Dynamics melihat permasalahan secara keseluruhan. Konsep utama System Dynamics adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek dalam suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain. Menurut System Dynamics Society, System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks, seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial lainnya. Menurut Radzicky, System Dynamics adalah suatu metodologi yang handal dan teknik pemodelan dengan simulasi komputer untuk memetakan, memahami, dan membahas isu-isu dan permasalahan yang kompleks. b. Metodologi System Dynamics Metode yang akan dibuat dalam penelitian ini menggunakan metodologi system dynamics, dengan menerjemahkan permasalahan perkembangan instrumen moneter syariah ke dalam model matematik. Metodologi System Dynamics adalah model matematik kausal (theorylike). Pengungkapan hubungan kausal dalam bentuk ekspresi matematik didasari oleh dalil hubungan-hubungan yang terdapat dalam fenomena (sistem) yang diteliti. Pemilihan metodologi System Dynamics ini didasari pertimbangan bahwa metodologi ini mampu mempresentasikan keterkaitan dan saling ketergantungan antar variabel yang dikaji dan mampu menggambarkan interaksi dari masing-masing bagian sistem serta menjelaskan perilaku sitem apabila dilakukan intervensi-intervensi terhadap sistem tersebut. Untuk menguji keakuratan model dilakukan pengujian dengan membandingkan model dengan kondisi nyata dan data empiris. Salah satu metode untuk memperoleh kebenaran ilmiah adalah metodologi System Dynamics. Richardson and Pugh mengatakan: ”system dynamics is a methodology for understanding certain kinds of complex problems”. Metodologi yang dimaksud di sini tidak lain adalah ilmu tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni keseluruhan sistem, metode, peraturan dan hipotesis yang dipakai dalam memahami permasalahan yang kompleks. Metodologi System Dynamics itu sendiri sejalan dengan konsep paradigma yang dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul The Structure Of Scientific Revolutions. Paradigma secara umum diartikan sebagai model atau skema. Pemodelan dengan metodologi System Dynamics ini makin berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Jay W. Forrester dalam bukunya yanag berjudul Industrial Dynamics. Model yang dibuat pada dasarnya merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan dari dunia nyatanya. Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu pemodelan haruslah memenuhi metode ilmiah. Metode ini mensyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan pembandingan yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak tersebut. Kemudian barulah model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah dunia nyata tersebut. Sterman mengemukakan prinsip-prinsip untuk membuat suatu analisis dinamik. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1). Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam analisis. 2). Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat direpresentasikan di dalam analisis. 3). Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam analisis harus dibedakan. 4). Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-keputusannya. 5). Struktur kaidah penelusuran keputusan di dalam analisis sesuai (cocok) dalam praktek-praktek manajerial, dan analisis kausalitas dalam kondisikondisi tertentu. Karena analisis merupakan representasi dari sistem nyata, maka analisis dikatakan baik bila perilaku analisis tersebut dapat menyerupai sistem sebenarnya dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berpikir sistem. Dalam membangun suatu analisis sangat dipengaruhi oleh subyektivitas seseorang atau organisasi, maka perlu adanya penyempurnaan yang dilakukan terus menerus dengan mengenal informasi dan potensi yang relevan. Penggunaan metodologi System Dynamics lebih ditekankan pada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana tingkah laku muncul dari struktur kebijakan dalam sistem itu. Pemahaman ini sangat penting dalam perencanaan kebijakan yang efektif. c. Software System Dynamics Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software Powersim versi 2.5d, yang kemudian diperbaharui dengan versi yang lebih baik yaitu Powersim versi 2005. Simbol yang digunakan dalam versi 2.5d maupun yang versi 2005 adalah sama. Secara umum simbol yang ada dalam software Powersim tidak jauh berbeda dengan software lainnya yang memakai metode System Dynamics. Dalam aplikasinya simbol dalam Powersim yang digunakan untuk menggambarkan Stock Flow Diagram (SFD) terdiri dari empat bagian, yaitu constan, auxiliary, level, dan rate. 4. Uji Statistik a. Pengujian Absolute Error Metode uji statistik abosolute error adalah uji statistik untuk melihat penyimpangan antara hasil simulasi dengan data empirik, yaitu dengan menghitung Absolute Variation Error (AVE) dan Abosolute Means Error (AME). AVE adalah melakukan pengujian dengan melihat penyimpangan nilai variasi hasil simulasi terhadap data empirik. Dengan rumus sebagai berikut: AVE = (Vs-Ve) / Ve x 100% ....................................... (3.1) Bahwa Vs adalah varians hasil simulasi dan Ve adalah varians dari data empirik. Sedangkan AME adalah melakukan pengujian untuk melihat penyimpangan antara nilai rata-rata hasil simulasi terhadap data empirik atau data aktual. Dengan rumus: AME = (Xs –Xe) / Xe x 100% .................................... (3.2) Bahwa Xs adalah means hasil simulasi dan Xe adalah means data empirik. b. Pengujian Root Means Square Error Root Means Square Error (RMSE) mengukur akar rataan kuadrat persentase perbedaan antara nilai yang disimulasikan dengan nilai yang sebenarnya. Besarnya RMSE ditentukan dengan rumus: RMSE = ...................... Ket : RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan St = Nilai simulasi pada waktu t At = Nilai aktual pada waktu t n = Jumlah pengamatan (t=1,2,...n). (3.3) Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan (Mean Square Error, MSE) ke dalam komponen yang mengukur bagianbagian kesalahan yang disebabkan oleh bias (Inequality bias proportion), ketidaksamaan varian (Inequality variance proportion), dan ketidaksamaan kovarian (Inequality covarian proportion). Bias terjadi karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual. Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan hubungan berikut: Um = .......................................... (3.4) Ket: Um = Bagian MSE karena bias (inequality bias proportion) S = Rata-rata nilai simulasi A = Rata-rata nilai aktual St = Nilai aktual pada waktu t n = Jumlah pengamatan c. Proses Uji Statistik Adapun proses memilih proses uji statistik AVE, AME, dan RSME sebagai uji validasi adalah sebagai berikut: 1). AVE merupakan pengujian statistik yang diperoleh dari mengkuadratkan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya. Selanjutnya, nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil pengkuadratan selisih nilai data observasi. Hasil AVE masih agak sulit untuk diinterpretasikan karena nilainya cukup besar yaitu dari hasil pengkuadratan. Oleh karena itu, perlu dicari ukuran varians yang sama dengan data aslinya dengan cara menarik akar varians. 2). AME digunakan hanya untuk menyatakan berapa besar penyimpangan rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan hasil simulasi terhadap rata-rata data referensi. Hasil yang diperoleh masih dianggap terlalu kasar berdasarkan analisis statistik. 3). RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran varians yang dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama dengan data asli. D. Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar (Y) yang selalu berfluktuasi. Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Jumlah uang beredar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga penutupan (closing price) karena harga inilah yang menyatakan naik turunnya stabilitas suatu nilai mata uang. 2. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas yang nilainya dipergunakan untuk menganalisis terdiri dari rasio-rasio instrumen moneter syariah: a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. b. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) Adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. c. Giro Wajib Minimum (GWM) Merupakan kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari kewajiban segeranya. BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah moneter Indonesia Perekonomian Indonesia pada periode 1960-1965 menghadapi masalah berat sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang telah mengutamakan kepentingan politik. Doktrin ekonomi terpimpin telah menguras hampir seluru potensi ekonomi Indonesia akibat membiayai proyekproyek politik pemerintah. Sehingga tidak mengherankan, jika pada periode ini pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat rendah, laju inflasi sangat tinggi pada 1966, dan investasi merosot tajam. Dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) dibebani Multiple Objectives, yaitu selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga sebagai bank sirkulasi yang memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah, serta menyediakan kredit likuiditas dan kredit langsung kepada lembaga-lembaga negara dan pengusaha. Mulanya pada tahun 1959, pemerintah telah melakukan kebijakan pengetatan moneter sebagai upaya mengatasi tekanan inflasi. Penanganan laju inflasi ini terus berlangsung hingga awal tahun 1960-an dengan melakukan pembatasan kredit perbankan secara kuantitatif dan kualitatif. Tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 mrupakan tahun badai dalam sistem moneter dan perbankan Indonesia. Rupiah terpuruk ditelan dollar yang semakin hari semakin melambung tinggi. Perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun 1999-2005 mulai membaik, karena banyak faktor positif yang mulai berpengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi perkembangan ekonomi internasional yang cukup baik, perkembangan dalam negeri yang cukup kondusif serta situasi moneter yang cukup stabil. Membaiknya perekonomian Indonesia sejak 1999 tidak terlepas dari kebijakan umum pemerintah dan juga kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang ditempuh pada periode reformasi ini adalah kebijakan yang ketat untuk menyerap likuiditas agar tidak menahan tekanan terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan melalui operasi pasar terbuka, intervensi rupiah di pasar uang rupiah dan sterilisasi di pasar valuta asing. 2. Perkembangan Moneter Indonesia Ekspansi pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan berlanjut. Meningkatnya konsumsi swasta serta ekspor menjadi faktor utama pendorong tumbuhnya perekonomian. Akselerasi pertumbuhan konsumsi swasta terutama dipengaruhi oleh perbaikan daya beli masyarakat dan membaiknya optimisme konsumen. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi. meningkatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal, merupakan faktor utama pendorong ekspansi investasi. Peningkatan juga terjadi pada kinerja ekspor yang didorong oleh tingginya permintaan eksternal dan masih tingginya harga komoditas global. Di sisi industri pengolahan, sektor perdagangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan mencatat pertumbuhan yang tinggi. 3. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Untuk menunjang kegiatan bank syariah sbelum diterbitkan UU perbankan syariah, BI telah mengeluarkan beberapa peraturan teknis, misalnya giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah, serta sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI). SWBI digunakan untuk titipan dana bank syariah yang overlikuid dan bersifat sementara. Setelah UU perbankan syariah diberlakukan, BI menindaklanjuti dengan menerbitkan instrumen SBI syariah. SBI syariah merupakan pelengkap SWBI. Kondisi pasar finansial saat ini yang masih merasakan dampak krisis lanjutan akibat krisis subprime mortgage tahun 2007 lalu sehingga sejumlah bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga karena suku bunga SBI naik. Oleh karena itu, dengan sertifikat bank Indonesia syariah, bank syariah dapat menitipkan dan menginvestasikan dananya melalui instrumen surat berharga BI tersebut. Dengan demikian meskipun overlikuiditas, dana bank syariah tetap produktif. Pada kwarta II tahun 2008, BI untuk pertama kalinya telah melakukan lelang sertifikat bank Indonesia syariah. BI melaporkan, posisi SBIS pada periode 2009 tumbuh 54% dibanding akhir 2008 (SBI tumbuh 44%). Sementara berdasarkan posisi rata-rata, SBIS naik signifikan menjadi Rp 3,18 triliun (tahun 2008 Rp 1,45 triliun). Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan syariah pada SBIS mulai terjadi sejak akhir Desember 2008 yang antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun. Berdasarkan data BI per Desember 2008, penempatan dana bank syariah pada SBIS meningkat menjadi Rp 2,55 triliun meskipun lebih kecil dari posisi periode yang sama tahun lalu sekitar Rp 2,36 triliun. Pola yang sama kembali terjadi pada akhir 2009. Pengeluaran pemerintah selama Desember 2009 mencapai Rp 68,72 triliun sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Hingga kini tren kenaikan likuiditas di perbankan syariah semakin terasa dengan meningkatnya penempatan dana pada sertifikat bank Indonesia syariah. 4. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) Dengan adanya fasilitas pasar uang antar bank, maka bank-bank syariah akan mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk memanfaatkan dana yang idle, bank dapat melakukan investasi jangka pendek di pasar uang, dan begitu sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, bank juga dapat memperolehnya dari pasar uang. Namun, karena surat-surat berharga yang beredar di pasar uang konvensional merupakan surat-surat berharga yang berbasis bunga, maka bank-bank syariah tidak dapat memanfaatkan pasar uang yang ada, karena perbankan syariah tidak diperbolehkan menjadi bagian dari aktiva maupun pasiva yang berbasis bunga, dan hal ini merupakan kendala bagi kalangan perbankan syariah dalam melakukan pengelolaan likuiditas. Oleh karena itu, untuk mendukung kelancaran perbankan syariah dalam mengelola likuiditasnya, maka perlu adanya instrumen-instrumen pasar uang yang berbasis syariah, sehingga perbankan syariah dapat melakukan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan jangka pendek, akan tetapi juga berperan dalam mendukung investasi jangka panjang. 5. Perkembangan Giro Wajib Minimum (GWM) Sebagaimana telah dialami, krisis di Indonesia terjadi dengan melemahnya nilai tukar rupiah sebagai dampak meluasnya tekanan terhadap mata uang baht, peso, dan ringgit. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya permintaan dollar yang luar biasa di Asia Tenggara. Akibat dari depresiasi mata uang baht pada awal Juli 1997, memberikan dampak berupa proses penularan regional (contagion effect) ke negara-negara Asia lainnya seperti Korea, Malaysia, dan Filipina, tidak terkecuali Indonesia sehingga mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap USD mulai tertekan. BI melakukan kebijakan pengetatan likuiditas dengan meningkatkan suku bunga SBI, penarikan dana milik BUMN di bank untuk mencegah spekulasi dan ditempatkan di SBI. Kebijakan pengetatan likuiditas tersebut justru berakibat kurang menguntungkan terhadap sektor riil dan perbankan. Mayoritas perbankan mengalami kesulitan likuiditas, yang dibuktikan dengan pelanggaran GWM. Dalam pelaksanaan GWM, setiap bank umum harus membuka rekening giro pada bank Indonesia yang penggunaannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Rekening giro milik bank umum yang dikelola oleh BI tersebut harus dijaga saldonya agar tidak melanggar ketentuan GWM yang berlaku. Sebagaimana telah ditetapkan PBI No.10/19/PBI/2008, ketentuan GWM telah ditetapkan 7,5 persen dari DPK, yang terdiri dari 5 persen GWM utama (statutory reserve), dan 2,5 persen GWM sekunder (secondary reserve). Namun terjadi kenaikan GWM primer pada tahun 2010 menjadi 8 persen sesuai dengan peraturan bank Indonesia No.12/19/PBI/2010. B. Penemuan dan Pembahasan a. Tahapan Pemodelan Dalam sub bab berikut akan dilakukan analisis dengan beberapa tahapan sampai dengan analisis kebijakan. 1. Tahap Seleksi Konsep Sesuai dengan konsep perkembangan moneter yang berlandaskan syariah yaitu adanya perkembangan ekonomi makro di Indonesia, perkembangan moneter Indonesia, perkembangan moneter syariah Indonesia, serta adanya peluang ekonomi di Indonesia. Dari konsep ini maka dibuat suatu model sederhana yang sedapat mungkin mendekati kenyataan yang terjadi seperti ditunjukkan pada gambar 4.1. Perkembangan ekonomi makro dan kestabilannya di Indonesia berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter, yang dalam pelaksanaannya melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti jumlah uang beredar. Pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut dapat menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), dan Giro Wajib Minimum (GWM). Laju dari semua indikator moneter tersebut akan mempengaruhi jumlah uang beredar (JUB), sehingga menghasilkan peluang, dan pada akhirnya ikut mempengaruhi gejolak pertumbuhan ekonomi moneter. Moneter Peluang Ekonomi JUB Sumber: Hasil Analisis, 2010. Gambar 4.1 Model Mental Instrumen Moneter Syariah Berdasarkan model mental sederhana yang telah dibuat sebelumnya, model mental tersebut menggambarkan gejala sistem nyata (real world), maka selanjutnya dibangun struktur model System Dynamics. Untuk pembuatan model ini data yang digunakan adalah data yang berasal dari indikator ekonomi dan data moneter dari BI dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Data-data tersebut merupakan simulasi data setiap tahunnya untuk Indonesia. 2. Tahap Rekayasa Model Langkah selanjutnya adalah membuat model Causal Loop Diagram (CLD). Model diagram CLD dibuat berdasarkan kerangka konsep model mental yang telah dibuat sebelumnya dengan didukung oleh variabel-variabel yang dipengaruhi dalam sistem. Variabel-variabel yang mempengaruhi sistem kemudian saling dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan struktur umpan balik. Model CLD untuk perkembangan moneter syariah dapat dilihat pada gambar berikut ini. Struktur yang terbentuk dengan loop positif (reinforcing loop) berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesar akan menyebabkan variabel lainnya membesar pula. Bila struktur yang dibentuk dengan loop negatif (balancing loop) berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesarkan menyebabkan variabel lainnya akan mengecil. GWM PUAS SBIS Moneter + Peluang Ekonomi JUB Sumber: Hasil Analisis, 2010. Gambar 4.2 Model CLD Moneter Syariah Secara lebih detil, penjelasan loop positif sebagai berikut, moneter menggambarkan keterkaitan antar variabel X1 (SBIS), X2 (PUAS), dan X3 (GWM) dalam moneter syariah. Dengan instrumen yang terdiri dari SBIS, PUAS, dan GWM merupakan elemen dalam moneter syariah. Kemudian ketiga elemen tersebut akan mempengaruhi JUB, berikutnya JUB akan mempengaruhi peluang ekonomi, yang selanjutnya akan mempengaruhi laju ekonomi moneter Indonesia. 3. Tahap Implementasi Komputer Konsep pemodelan dalam bentuk model CLD Perkembangan Instrumen Moneter Syariah yang telah dibentuk sebelumnya harus dapat disimulasikan ke dalam komputer. Untuk dapat melakukan simulasi dan agar data yang ada dapat diolah oleh komputer, maka CLD yang telah dibentuk diubah terlebih dahulu ke dalam model diagram alur atau Stock Flow Diagram. Dalam pengolahan data Stock Flow Diagram (SFD) menggunakan simbol-simbol dengan tujuan agar komputer dapat mengenal dan membacanya. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam causal loop diagram kemudian diubah bentuknya terlebih dahulu sesuai dengan bahasa komputer yang ada dalam diagram alir tersebut yaitu level, rate, ataupun konstanta. Setelah itu masing-masing variabel dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga membuat model menjadi saling terkait dan dapat dijalankan sesuai dengan yang diinginkan. Transformasi dari causal loop diagram ke stock flow diagram menggunakan konsep matematis dari fungsi ekonomi moneter, jumlah uang beredar, dan peluang ekonomi. Serta memasukkan konsep matematis dari fungsi Monetary Economic, jumlah uang beredar, dan peluang ekonomi. Diagram alir model perkembangan instrumen moneter syariah yang sudah dibuat tersebut harus dapat berfungsi menirukan kondisi nyata perkembangan instrumen moneter syariah di Indonesia, sehingga perlu dilakukan sebuah simulasi model terhadap model stock flow diagram instrumen moneter syariah. Constant_1 CONSTANTA JUB Y Rate All SBIS GW M X1 X2 X3 PUAS X2 Rate X2 GW M X3 PUAS Rate X3 Sumber: Hasil Analisis, 2010. Gambar 4.3 Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah Waktu simulasi yang akan digunakan sesuai dengan data variabel yang sesungguhnya dari perkembangan instrumen moneter syariah dalam kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009. Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta mengetahui kecenderungan di masa mendatang. Tabel dan hasil simulasi dapat dilihat pada lampiran 3. Grafik hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa model diagram alir yang diharapkan ke dalam perangkat lunak Powersim sudah berhasil disimulasikan sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan. 4. Tahap Validasi Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan validasi model atau hasil simulasi dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala ataupun proses dari suatu sistem yang ditirukan. Hasil simulasi dapat dinyatakan valid atau sahih bila model yang dibuat dapat menunjukkan pola-pola atau kecenderungan dengan gejala-gejala sebenarnya. Maka perlu dilakukan peninjauan kembali atas model yang telah dibuat tersebut untuk kemudian dilakukan perbaikan atau restrukturisasi model hingga didapat model yang valid. Prosedur validasi data yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a). Mengeluarkan hasil simulasi, khususnya hasil simulasi dari variabel utama (reference model) untuk kemudian membandingkannya dengan pola perilaku data historis yaitu dengan cara: Melakukan perbandingan secara visual terhadap grafik terlebih dahulu, jika ditemukan terdapat penyimpangan yang menonjol, maka kemudian dilakukan perbaikan terhadap variabel dan parameter model berdasarkan hasil penelusuran terhadap sebab-sebab penyimpangan tersebut. Apabila secara visual pola hasil simulasi telah mengikuti pola data aktual maka kemudian dilakukan uji statistik dengan tujuan untuk memperoleh besar deviasi yang ada. b). Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji statistik untuk melihat penyimpangan antara output simulasi dengan data aktual dengan menggunakan Absolute Varians Error (AVE), Absolute Means Error (AME), dan Root Means Square Error (RMSE). Dalam pembuatan model instrumen moneter syariah perlu diuji statistik antara data aktual dan hasil simulasinya. Dalam pengujian ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu AVE, AME, dan RMSE. Yang akan diuji adalah hasil akhir pada nilai kapitalisasi instrumen moneter syariah dengan jumlah uang beredar dengan membandingkan antara data aktual dengan hasil simulasi. Tabel 4.1 Validasi AVE, AME, dan RMSE Variabel JUB AVE 0,000 (0,035%) Uji Statistik AME 0,015 (1,528%) RMSE 0,019 (1,873%) Sumber: Data diolah (Lampiran 7, 10, 13) Jumlah uang beredar pada perhitungan uji statistik AVE diperoleh hasil sebesar 0,035% yang merupakan hasil perbedaan paling kecil dari tiga uji statistik ini. Nilai 0,035% menunjukkan penyimpangan yang dilakukan dari data hasil simulasi terhadap data aktual jumlah uang beredar. Sedangkan pada uji statistik AME menunjukkan nilai sebesar 1,528% yang merupakan rata-rata perbedaan antara data aktual dan hasil simulasi pada jumlah uang beredar. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka dilakukan uji statistik RMSE, dan diperoleh hasil sebesar 1,873%. Besaran AVE, AME, dan RMSE adalah deviasi, perbedaan, selisih antara nilai aktual dan nilai simulasi, sedangkan sisa dari nilai AVE, AME, dan RMSE tersebut merupakan nilai aktual itu sendiri. Hasil validasi terhadap variabel-variabel di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model sudah dapat dikategorikan valid, karena memperlihatkan perilaku dan hasil simulasi memiliki kecenderungan yang sama dengan data historis yang ada, sehingga dengan model ini dapat digunakan untuk membuat suatu formulasi kebijakan. 5. Analisis Kebijakan Langkah selanjutnya adalah analisis kebijakan, dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan beberapa variabel yang memiliki sensitivitas terhadap JUB dalam model instrumen moneter syariah. Selanjutnya variabel tersebut akan disimulasikan dengan menggunakan beberapa variasi nilai yang berlainan yang kemudian hasilnya akan diamati pada suatu interval waktu yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan dua variabel yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar agar laju atau perkembangan jumlah uang beredar dapat dimaksimalkan, sehingga terjadi peningkatan dalam perkembangan jumlah uang beredar. variabel yang mempengaruhi jumlah uang beredar adalah SBIS dan GWM. a. Skenario Kebijakan Hubungan antara SBIS yang diterapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral dengan JUB secara umum adalah berkorelasi negatif atau berbanding terbalik. Bila SBIS meningkat, maka JUB akan menurun. Dilain pihak, jika SBIS turun maka JUB cenderung naik. Berdasarkan tabel dan grafik yang dapat dilihat pada lampiran 3, dapat diketahui bahwa dengan data aktual dan hasil simulasi dari tahun 2005 sampai dengan 2009 menggambarkan pola grafik yang hampir sama dengan kondisi yang sebenarnya kemudian diproyeksikan untuk tahun-tahun berikutnya (dalam penelitian ini hingga tahun 2014). Dimana tujuan dari proyeksi tersebut adalah untuk mengetahui perkembangan JUB Indonesia pada tahun 2014. Pembahasan Hasil Skenario 1). Skenario A pada saat Kondisi Normal Pada grafik 4.4 terlihat bahwa nilai laju pada JUB dari tahun 2010 yang sebesar Rp 2.493 triliun naik menjadi Rp 4.584 triliun pada tahun 2014. Untuk skenario A dalam kondisi normal, pada data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.400 triliun, yang artinya bahwa antara data dan hasil simulasi tidak terlalu berbeda. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari pemodelan pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 2.903 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 3.380 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 3.936 triliun; dan pada bulan Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun. (milyar rupiah) 4.500.000 JUB 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa Fe tMar n Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 4.1 Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal Pada skenario A kondisi normal dengan tingkat SBIS sebesar 0,05 atau 5%. Dengan nilai laju PUAS sebesar 0,098 atau 9,8% merupakan perubahan nilai awal simulasi sebesar Rp 4,11 triliun pada Januari 2005 yang kemudian menjadi sebesar Rp 6,65 triliun Desember 2009, sehingga JUB pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun. Dengan nilai laju perubahan GWM sebesar 0,128 atau 12,8% yang merupakan perubahan nilai GWM pada Januari 2005 kemudian menjadi sebesar 10% pada Desember 2009, sehingga JUB pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dalam kondisi normal dapat dilihat pada lampiran 14. 2). Skenario B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah (milyar rupiah) 2.500.000 JUB 2.400.000 2.300.000 2.200.000 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa Fe tMar n Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 4.2 Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah Apabila SBIS tinggi sedangkan GWM rendah, maka dapat dilihat prospek atau perkembangan JUB pada tahun 2014. Pada data terakhir bulan September tahun 2010 nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.192 triliun. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari pemodelan pada bulan Desember 2011 jumlah uang yang beredar di masyarakat sebesar Rp 2.279 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 2.351 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 2.425 triliun; dan pada bulan Desember 2014 sebesar Rp 2.502 triliun. Pada skenario B dalam kondisi SBIS tinggi dengan laju peningkatan SBIS sebesar 15%, merupakan kenaikan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 20% pada Desember 2014. Untuk laju penurunan GWM yang rendah, dimana nilai laju penurunan GWM lebih kecil dengan laju penurunan GWM pada kondisi normal. Laju penurunan GWM sebesar 12,7% yang merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 10%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan peningkatan SBIS yang tajam dan GWM rendah dapat dilihat pada lampiran 15. 3). Skenario C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi (milyar rupiah) JUB 2.000.000 1.800.000 1.600.000 1.400.000 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa Fe tMar n Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 4.3 Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi Pada skenario C dalam kondisi SBIS rendah dan GWM tinggi, pada data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.002 triliun. Sesuai dengan analisis pemodelan, nilai JUB mengalami penurunan dari pada saat kondisi normal. Dari pemodelan pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 1.791 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 1.638 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 1.449 triliun; dan pada bulan Desember 2014 nilai JUB mengalami penurunan sebesar Rp 1.371 triliun. Untuk skenario C dalam kondisi SBIS rendah dengan laju penurunan SBIS sebesar 3% merupakan penurunan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 2%, dimana nilai laju penurunan SBIS lebih kecil dengan laju penurunan SBIS pada kondisi normal. Sedangkan untuk GWM tinggi dengan laju penurunan GWM sebesar 12,4% merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 0,4%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan penurunan SBIS yang tajam dan GWM tinggi dapat dilihat pada lampiran 16. 4). Skenario D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi (milyar rupiah) JUB 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa Fe tMar n Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 4.4 Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi Pada skenario D dalam kondisi SBIS tinggi dan GWM tinggi, pada data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 1.746 triliun. Dalam pemodelan tercatat pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 1.243 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 947 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 721 triliun; dan pada bulan Desember 2014 hanya sebesar Rp 550 triliun. Pada kondisi SBIS tinggi dengan laju peningkatan SBIS sebesar 15%, merupakan kenaikan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 20% pada Desember 2014. Untuk GWM tinggi dengan laju penurunan GWM sebesar 12,4% merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 0,4%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan peningkatan SBIS yang tajam dan GWM tinggi dapat dilihat pada lampiran 17. 5). Skenario E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah (milyar rupiah) 6.000.000 JUB 5.000.000 4.000.000 3.000.000 Ja Fe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa tFe Mar n Apr Me bJun Agust Jul Se i Ok Nop Des pJa Fe tMar n Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop De kt p s 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 4.5 Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah Skenario E dengan kondisi SBIS tinggi dan GWM tinggi, pada data terakhir tahun 2010 bulan September nilai JUB sebesar Rp 2.271 triliun. Dalam pemodelan dapat dilihat bahwa nilai hasil simulasi sebesar Rp 2.503 triliun. Sesuai laporan yang lain mengenai laporan moneter, dari pemodelan pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 3.246 triliun; Desember 2012 sebesar Rp 3.998 triliun; Desember 2013 sebesar Rp 4.923 triliun; dan pada bulan Desember 2014 nilai JUB mengalami peningkatan dengan pada saat kondisi normal, yaitu sebesar Rp 6.062 triliun. Untuk kondisi SBIS rendah dengan laju penurunan SBIS sebesar 3% merupakan penurunan nilai SBIS dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 5% menjadi 2%, dimana nilai laju penurunan SBIS lebih kecil dengan laju penurunan SBIS pada kondisi normal. Untuk laju penurunan GWM yang rendah, dimana nilai laju penurunan GWM lebih kecil dengan laju penurunan GWM pada kondisi normal. Laju penurunan GWM sebesar 12,7% yang merupakan penurunan nilai GWM dalam kondisi normal pada tahun 2005 dari 12,8% menjadi 10%. Untuk lebih jelasnya, tabel dari analisis skenario dengan penurunan SBIS yang tajam dan GWM rendah dapat dilihat pada lampiran 18. b. Analisis Kebijakan Berdasarkan analisis skenario yang telah dilakukan, diperoleh bahwa jumlah uang beredar akan menjadi paling tinggi apabila nilai laju sertifikat bank Indonesia syariah menjadi rendah dan nilai laju giro wajib minimum menjadi rendah, sehingga dari skenario tersebut diperoleh nilai jumlah uang beredar sebesar Rp 6.062 triliun, hal ini membuktikan bahwa nilai jumlah uang beredar mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi normal pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun, sedangkan hasil paling rendah diperoleh pada saat analisis skenario dengan indikasi nilai simulasi jumlah uang beredar pada Desember 2014 sebesar Rp 550 triliun. Dalam kondisi ini sesuai dengan teori yang berlaku secara umum bahwa dengan penurunan laju sertifikat bank Indonesia syariah, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan. Dalam kondisi tersebut, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia, dapat menerapkan kebijakan dengan menjaga kestabilan nilai giro wajib minimum. Pemerintah sebaiknya dapat meyakinkan bankbank untuk lebih pandai mengatur likuiditas agar lebih baik lagi dan mengupayakan dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro. Pemerintah juga sebaiknya mendorong masyarakat untuk membuka simpanan tabungan di bank, dan bank sebaiknya dapat memberikan kemudahan pelayanan transaksi pembayaran bagi pemilik tabungan. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai pemodelan instrumen moneter syariah dengan metode system dynamics, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sesuai dengan uji statistik AVE, AME, dan RMSE pada pemodelan instrumen moneter syariah, maka pemodelan ini dapat disebut valid yang selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kebijakan lebih lanjut. 2. Penelitian ini membuktikan bahwa nilai jumlah uang beredar mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kondisi normal pada Desember 2014 sebesar Rp 4.584 triliun meningkat menjadi Rp 6.062 triliun pada Desember 2014. Nilai ini diperoleh dari analisis skenario pada saat laju sertifikat bank Indonesia syariah rendah dan giro wajib minimum rendah, dan nilai terendah pada Desember 2014 sebesar Rp 550 triliun diperoleh dari analisis skenario pada saat laju sertifikat bank Indonesia syariah tinggi dan giro wajib minimum tinggi. 3. Untuk mendapatkan nilai jumlah uang beredar yang tinggi pada tahun 2014, maka diperlukan kebijakan sertifikat bank Indonesia syariah rendah dan giro wajib minimum rendah, yaitu dengan menerapkan kebijakan dengan menjaga kestabilan nilai giro wajib minimum. B. IMPLIKASI Dari hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat ditulis sebagai berikut, yaitu: 1. Nilai simulasi pada tahun 2014 yang diperoleh pada penelitian ini merupakan peningkatan nilai jumlah uang beredar yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut lagi untuk melakukan pembuktian dari hasil yang diperoleh dengan melakukan analisis sensitivitas pada data yang sensitif terhadap jumlah uang beredar. 2. Bank Indonesia harus menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan melaksanakan kebijakan moneter berkelanjutan, konsisten, transparan, dengan memperhatikan kebijakan sertifikat bank Indonesia syariah dan giro wajib minimum untuk menaikkan jumlah uang beredar yang lebih tinggi, dan tetap mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah dibidang perekonomian. 3. Perlu ditambahkan data peningkatan preferensi masyarakat terhadap jumlah uang beredar agar menggambarkan sistem keuangan berbasis keuangan. 4. Pemodelan ini agar dapat dilanjutkan untuk penelitian pada masa-masa mendatang dengan usulan untuk penelitian lanjutan yaitu untuk memasukkan variabel lain, memasukkan unsur preferensi masyarakat terhadap jumlah uang beredar dan agar menggunakan formula matematika lanjutan. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Anwar Dr. MA, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Islam, LP3M STIE Ahmad Dahlan, Jakarta: 2009. Abdillah, Strategi perusahaan dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia tbk, Jakarta: 2006. Afianto, W. Teten, Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics: Tutorial Powersim Constructor, Program Magister Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung, Bandung: 2006. Al Fanjari, Muhammad Syauki, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, ed. 1, Sinar Grafika, Palu: 2008. Aminullah, Erman, Analisis System Dynamics, UMJ Press, Jakarta: 2001. Ascarya, Peran Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda, Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, Bogor: 2010. Banowo, Emilianshah, dan Budi Hermana, Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jurnal, 2010. Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Gema Insani, Jakarta: 2000. Forrester, Jay. W, Industrial Dynamics: A Mayor Breaktrough of Decision Maker, Tha MIT Press, Cambridge: 1971. h. 148-149. Gulo, Angandrowa, Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan: 2008. Handoko, M. W, dan Izzatul Ummah, Perancangan Model Sistem Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan (Pendekatan System Dynamics): Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta: 2009. Hambali, Khomaidi, Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sebagai Instrumen Kebijakan Moneter, Jakarta: 2004. Hamid, Abdul, Buku Panduan Penulisan Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2009. Hidayat, Mohammad, Pengantar Ekonomi Islam, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Jakarta: 2009. Huda, Nurul, et al. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2008. Hulwati, M. Hum, Ph.D, Ekonomi Islam, Ciputat Press Group, Padang: 2009. Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah, Ayat-ayat AlQur’an yang Berdimensi Ekonomi, Rosda, Garut: 2006. Karim, Adiwarman A. Ir. SE. MBA. MAEP, Ekonomi Makro Islami, ed. 2, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2006. Maharani, Reny, Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Islamic Index (JII), Tesis, PSTTI, Universitas Indonesia, 2005. Maziad, Samar, Monetary Policy and the Central Bank in Jordan, IMF Working Paper, September, 2009. Muhammad, M. Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islami, Salemba Empat, Yogyakarta: 2002. Muhammadi, Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen, UMJ Press, Pusat Studi Kebijakan Dan Dinamika Sistem UNJ, h. 361-371. Jakarta: 2001. Nasution, Mulia, Ekonomi Moneter: Uang dan Bank, Djambatan, Jakarta: 2008. Natsir, M. Dr. SE. Msi, Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:22007:1, Kendari: 2008. Nopirin, Prof. MA. Ph. D, Ekonomi Moneter, Buku I dan II BPFE-UGM, Yogyakarta: 2009. Radzicky, M. J, Introduction to System Dynamics: A Systems Approach, Massachusetts: The MIT Press, 1997. Ridwan, Muhtadi, Prospek Ilmu Ekonomi Islam, Zonaekis, Malang: 2010. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam. Ed. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Pohan, Aulia, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Ed. 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Sakti, Ali, Analisis Teori Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonmi Modern, Paradigma dan Aqsa, 2007. Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta: LPFEUI, 2002. Sterman, John D, Business Dynamics: System Thinking and Modelling for a Complex World, Irwin McGrow-Hill, Boston, 2000. Sukirno, Sadono, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian Baru, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2000. ______________, Makroekonomi Teori Pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2004. Sudarsono, Heri, Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ekonisia, 2002. Suma, H. M. Amin, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Jakarta: 2009. Sutikno, Dampak Kebijakan Moneter terhadap Performance Makro Ekonomi Indonesia (Sebelum dan Pasca Krisis Ekonomi), Docstoc, 2007. Tampubolon, Pamela Romauli, Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing Dikaitkan dengan Penyaluran Kredit Bank, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan 2009 Thantawi, T. Rifqy, Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia, Eksis, 2008. Tolihin, Achmad, Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan Peranannya dalam Pembangunan, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 1, Juni, 2003. www.bi.go.id LAMPIRAN Lampiran 1: Data aktual dan Grafik Instrumen Moneter Syariah PUAS (milyar rupiah) SBIS (milyar rupiah) Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Data Aktual 883 628 487 449 413 538 439 360 507 317 532 2,395 2,156 1,696 1,148 1,171 1,092 1,188 871,5 1,117 1,046 1,190 1,547 2,357 2,663 3,002 3,325 3,166 2,801 2,036 Tahun Jul-07 Agust07 Data Aktual 1,555 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Sumber: Bank Indonesia 983 1,311 1,761 1,644 2,599 3,189 3,717 2,135 2,829 2,110 2,042 1,175 438 413 453 1,063 2,824 4,194 3,734 3,251 3,164 3,391 3,003 1,890 2,483 3,095 3,683 3,165 4,341 Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Data Aktual 4,11 3,75 3,58 4,49 3,75 4,62 4,56 3,92 4,11 4,77 5,17 5,42 5,01 6,47 6,95 4,56 5,05 4,72 5,03 4,74 4,45 5,33 8,54 8,62 8,07 4,53 6,48 6,27 6,26 5,33 Tahun Jul-07 Agust07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 GWM (%) Data Aktual 5,71 5,15 6,61 6,47 6,87 6,80 5,95 6,06 6,32 7,17 7,36 7,41 7,70 7,93 8,60 10,34 9,41 10,50 9,94 8,76 8,37 7,64 7,64 6,95 6,73 7,00 6,48 6,53 6,47 6,65 Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Data Aktual 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 Tahun Jul-07 Agust07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 95 Data Aktual 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 5,10 5,14 5,08 5,10 5,10 5,25 5,20 5,15 5,18 5,21 5,08 5,31 5,10 5,10 5,08 5,14 5,01 6,89 5,10 5,02 5,00 5,06 5,25 5,31 14 12 10 8 6 4 2 0 05 05 -05 -06 i-06 -06 -07 i-07 -07 -08 i-08 -08 -09 i-09 -09 n- ein n n n p p p p p e e e e Ja M Se Ja M Se Ja M Se Ja M Se Ja M Se Data Aktual Data Aktual Data Aktual Grafik: Instrumen Moneter Syariah 96 Lampiran 2: Data Aktual dan Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB) (milyar rupiah) JUB Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Data Aktual 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 Tahun Jul-07 Agust07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Data Aktual 1472957 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1596565 1603750 1594390 1611691 1641733 1703381 1686050 Data Aktual 2500000 1682811 1778139 1812490 1851023 1895839 1874145 1900208 1916752 1912623 1927070 1977533 1963180 2000000 1500000 1000000 500000 0 05 -06 l-06 -07 l-07 -08 l-08 -09 l-09 05 n n n n- Juln Ju Ja Ju Ja Ju Ja Ju Ja Ja Data Aktual Grafik: Jumlah Uang Beredar 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384 Sumber: Bank Indonesia 97 Lampiran 3: Simulasi Model JUB Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Data Aktual 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 Hasil Simulasi 1015874,00 1028793,19 1041876,67 1055126,53 1068544,89 1082133,90 1095895,72 1109832,55 1123946,61 1138240,17 1152715,50 1167374,91 1182220,74 1197255,37 1212481,20 1227900,66 1243516,21 1259330,34 1275345,57 1291564,48 1307989,64 1324623,69 1341469,26 1358529,07 1375805,82 1393302,29 1411021,26 1428965,56 1447138,05 1465541,65 Jun-07 Sumber: Hasil Analisis, 2010. Tahun Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Data Aktual 1472957 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1596565 1603750 1594390 1611691 1641733 1703381 1686050 1682811 1778139 1812490 1851023 1895839 1874145 1900208 1916752 1912623 1927070 1977533 1963180 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384 Hasil Simulasi 1484179,29 1503053,94 1522168,63 1541526,39 1561130,33 1580983,57 1601089,28 1621450,68 1642071,02 1662953,58 1684101,71 1705518,78 1727208,21 1749173,46 1771418,05 1793945,52 1816759,47 1839863,55 1863261,44 1886956,88 1910953,66 1935255,60 1959866,59 1984790,55 2010031,48 2035593,39 2061480,37 2087696,56 2114246,13 2141133,34 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 9 6 7 8 5 07 05 06 08 09 05 07 06 08 09 -0 -0 -0 -0 -0 nnnnnpppppei ei ei ei ei M M M M M Ja Ja Ja Ja Ja Se Se Se Se Se Data Aktual Hasil Simulasi Grafik: Simulasi Model JUB 98 Cons tant_1 C ONSTANTA Rate_1 1.20 0.000 1.10 0.000 0,05 0 ,1 0 0,15 0 ,20 Jan Fe Ma Apr Agu M Ju Jul Se b O Nop e De rn Fe Jan Mar ik Apr Agus Me p st Jun tSe Jul s b O Nop De Jan Fe Mar ik Agu Ap Me p Jun tSe Jul s tb O Nop De Jan rFe Mar ik Agu Ap s p Me JtJSe ts un b O No ul De Jan rFe Mar ik Agus Apr st p Me Jp tJu Se s un O b Nop De JFe Mar k iAgus lan Apr p Me Ju tSe Ju ts O b Nop De Jn Fe Mar k iAgus lan Me Apr p Jun tSe Jul ts O b Nop De Ja Fe M ik Ag Apr Me p Jun tar n Jul Se ts O b Nop De us Jan Fe Ma ik Agu Ap Me p Jun tJu s Se tO b Nop De rJan rFe Mar ik lAgu M Apr s p JtJul Se s O tun b No e De k i st ptps 2 005 20 06 20 07 2002009 8 2010 2 011 20 12 20 13 201 4 GWM Jumlah Uang Beredar 01 Jan 2005 1.015.874,00 01 Feb 2005 1.019.548,13 01 Mar 2005 1.023.235,55 01 Apr 2005 1.026.936,30 01 Mei 2005 1.030.650,44 0,1 0,2 0 ,3 0 ,4 GW M JUB Y PUAS X2 GW M X3 C opy of Rate _2 10 9 8 7 6 4 .0 00.00 0 JUB Y 10 8 6 3 .0 00.00 0 2 .0 00.00 0 4 5 Jan Fe M Agu M Apr Jun Se JO No ar De Ja Agu Fe b e ul Mar Ap M Ju k Se JO iNop p De st Jp Fe Agus n te ul Ma s b Me Apr n k an Jun rSe iO Ju p Nop st De tJan Fe Ag s b Mar Ap Me Ju rk Se ilO Jul p Nop De J Ag tFe s b Ma us tApr Me n k an Jun rSe O iJu Nop p De JFe tM Agus s b us Me Apr tk an Jun rSe JO ilp No ar De tFe Ja Agus s b ul Mar Apr tMe JkSe iO Jul p Nop un De p n tJan Fe Agu b s Mar tApr M k Jun Se iJO p No De Fe Jan Agu tMar s b e ul Ap Me tJu k Se Jul O iNop p De st Jp Fe Agus s tb Ma Me Apr n k an Jun rSe O iJu Nop p De sts btk rilptst 200 2 006 5200 2072009 0820210 011 201 2013 220 14 Time Copy of Copy 3 of Rate _2 C opy 2 of Rate _2 GWM X3 PUAS 1.30 0.000 Time PUAS X2 SBIS 1.40 0.000 Jumlah Uang Bere dar Auxiliary_1 SBIS 1.50 0.000 Beredar Jumlah Uang Lampiran 4: Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah PUAS X2 1 .0 00.00 0 Ja Fe Mar Ag M Apr JSe Jul O n un b Nop e De Jus Fe Mar Ag k ian Me Apr Jun ptSe Jul O s Nop tb De Jus Fe Mar Ag k Ap ian Me Jun ptSe Jul O s Nop tb De Jus Fe rMar Agu k Ap ian Me Jun pSe JtO s Nop tb De ul Ja Fe rMar Agu k Ap iMe Jp st Jul Se tn un O s b Nop De Ja Fe rM k Agus iApr M Jp st Jul Se tar O s n un b Nop e De Ja Fe M k iAgus Me Apr JptSe Jul ar O s n un Nop tb De Fe Jan Mar Ag k iApr Me Ju ptSe Jul O s b Nop tDe Jus Fe Mar n Agu k ian Me Apr Jun pJtSe O s Nop tb De ul JFe Mar Agu k Ap ian Me Js pSe JtO un Nop s tb De ul rk ip st ts 2 005 20 06 20 07 20 08 200201 9 20 0 11 20 12 20 13 201 4 JFe Ma Agus Me Apr an Jun Se Ju O No De Fe Jan Ag b Mar Apr Me JrkSe ilO Jul p Nop un De p tJan Fe s b M Agu us tApr M k Jun Se O iJNop p De ar Fe Jan Agu tMar s b e ul Ap M tk Ju Se JO ip Nop De st JtFe Agus s b e ul Ma Me Apr n k an Jun rSe iO Ju p Nop st De tJan Fe Ag s b Mar Ap Me Ju rk Se ilO Jul p Nop De Fe Jan Ag tMar s b Apr us Me tJn k rSe Jul O iNop p un De JFe tb M Agus s us Me Apr tk an Jun Se iJO p No ar De tFe Ja Agus s b ul Mar Apr tMe JkSe iO Jul p Nop un De Agus p n tJan Fe s b Mar tJ M Apr k Se O Jul iNop De p un ts b etkp i tst 20205 006 200 2 008 72009 202011 1020212 013 201 4 Time GWM X3 01 Jan 2005 4,11 01 Jan 2005 10,00 01 Feb 2005 4,15 01 Feb 2005 01 Mar 2005 4,18 01 Mar 2005 01 Apr 2005 4,21 01 Apr 2005 01 Mei 2005 4,25 01 Jun 2005 Time JUB Y 01 Jan 2005 1.015.874,00 9,89 01 Feb 2005 1.028.793,19 9,79 01 Mar 2005 1.041.876,67 9,68 01 Apr 2005 1.055.126,53 01 Mei 2005 9,58 01 Mei 2005 1.068.544,89 4,28 01 Jun 2005 9,48 01 Jun 2005 1.082.133,90 01 Jul 2005 4,32 01 Jul 2005 9,38 01 Jul 2005 1.095.895,72 01 Agust 2005 4,35 01 Agust 2005 9,28 01 Agust 2005 1.109.832,55 01 Sep 2005 4,39 01 Sep 2005 9,18 01 Sep 2005 1.123.946,61 01 Okt 2005 4,43 01 Okt 2005 9,08 01 Okt 2005 1.138.240,17 01 Nop 2005 4,46 01 Nop 2005 8,98 01 Nop 2005 1.152.715,50 01 Des 2005 4,50 01 Des 2005 8,89 01 Des 2005 1.167.374,91 01 Jan 2006 4,53 01 Jan 2006 8,79 01 Jan 2006 1.182.220,74 01 Feb 2006 4,57 01 Feb 2006 8,70 01 Feb 2006 1.197.255,37 01 Mar 2006 4,61 01 Mar 2006 8,61 01 Mar 2006 1.212.481,20 01 Apr 2006 4,65 01 Apr 2006 8,51 01 Apr 2006 1.227.900,66 01 Mei 2006 4,68 01 Mei 2006 8,42 01 Mei 2006 1.243.516,21 01 Jun 2006 4,72 01 Jun 2006 8,33 01 Jun 2006 1.259.330,34 01 Jul 2006 4,76 01 Jul 2006 8,24 01 Jul 2006 1.275.345,57 01 Agust 2006 4,80 01 Agust 2006 8,16 01 Agust 2006 1.291.564,48 01 Sep 2006 4,84 01 Sep 2006 8,07 01 Sep 2006 1.307.989,64 01 Okt 2006 4,88 01 Okt 2006 7,98 01 Okt 2006 1.324.623,69 01 Nop 2006 4,92 01 Nop 2006 7,90 01 Nop 2006 1.341.469,26 01 Des 2006 4,96 01 Des 2006 7,81 01 Des 2006 1.358.529,07 01 Jan 2007 5,00 01 Jan 2007 7,73 01 Jan 2007 1.375.805,82 01 Feb 2007 5,04 01 Feb 2007 7,65 01 Feb 2007 1.393.302,29 01 Mar 2007 5,08 01 Mar 2007 7,57 01 Mar 2007 1.411.021,26 01 Apr 2007 5,12 01 Apr 2007 7,49 01 Apr 2007 1.428.965,56 01 Mei 2007 5,17 01 Mei 2007 7,41 01 Mei 2007 1.447.138,05 01 Jun 2007 5,21 01 Jun 2007 7,33 01 Jun 2007 1.465.541,65 01 Jul 2007 5,25 01 Jul 2007 7,25 01 Jul 2007 1.484.179,29 01 Agust 2007 5,29 01 Agust 2007 7,17 01 Agust 2007 1.503.053,94 01 Sep 2007 5,34 01 Sep 2007 7,10 01 Sep 2007 1.522.168,63 01 Okt 2007 5,38 01 Okt 2007 7,02 01 Okt 2007 1.541.526,39 01 Nop 2007 5,42 01 Nop 2007 6,94 01 Nop 2007 1.561.130,33 01 Des 2007 5,47 01 Des 2007 6,87 01 Des 2007 1.580.983,57 01 Jan 2008 5,51 01 Jan 2008 6,80 01 Jan 2008 1.601.089,28 01 Feb 2008 5,56 01 Feb 2008 6,72 01 Feb 2008 1.621.450,68 01 Mar 2008 5,60 01 Mar 2008 6,65 01 Mar 2008 1.642.071,02 01 Apr 2008 5,65 01 Apr 2008 6,58 01 Apr 2008 1.662.953,58 01 Mei 2008 5,69 01 Mei 2008 6,51 01 Mei 2008 1.684.101,71 01 Jun 2008 5,74 01 Jun 2008 6,44 01 Jun 2008 1.705.518,78 01 Jul 2008 5,79 01 Jul 2008 6,37 01 Jul 2008 1.727.208,21 01 Agust 2008 5,84 01 Agust 2008 6,31 01 Agust 2008 1.749.173,46 01 Sep 2008 5,88 01 Sep 2008 6,24 01 Sep 2008 1.771.418,05 01 Okt 2008 5,93 01 Okt 2008 6,17 01 Okt 2008 1.793.945,52 01 Nop 2008 5,98 01 Nop 2008 6,11 01 Nop 2008 1.816.759,47 01 Des 2008 6,03 01 Des 2008 6,04 01 Des 2008 1.839.863,55 01 Jan 2009 6,08 01 Jan 2009 5,98 01 Jan 2009 1.863.261,44 01 Feb 2009 6,13 01 Feb 2009 5,91 01 Feb 2009 1.886.956,88 01 Mar 2009 6,18 01 Mar 2009 5,85 01 Mar 2009 1.910.953,66 01 Apr 2009 6,23 01 Apr 2009 5,79 01 Apr 2009 1.935.255,60 01 Mei 2009 6,28 01 Mei 2009 5,73 01 Mei 2009 1.959.866,59 01 Jun 2009 6,33 01 Jun 2009 5,66 01 Jun 2009 1.984.790,55 01 Jul 2009 6,38 01 Jul 2009 5,60 01 Jul 2009 2.010.031,48 01 Agust 2009 6,43 01 Agust 2009 5,54 01 Agust 2009 2.035.593,39 01 Sep 2009 6,49 01 Sep 2009 5,49 01 Sep 2009 2.061.480,37 01 Okt 2009 6,54 01 Okt 2009 5,43 01 Okt 2009 2.087.696,56 01 Nop 2009 6,59 01 Nop 2009 5,37 01 Nop 2009 2.114.246,13 01 Des 2009 6,65 01 Des 2009 5,31 01 Des 2009 2.141.133,34 99 Lampiran 5: Validasi AVE pada PUAS Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 4,11 3,75 3,58 4,49 3,75 4,62 4,56 3,92 4,11 4,77 5,17 5,42 5,01 6,47 6,95 4,56 5,05 4,72 5,03 4,74 4,45 5,33 8,54 8,62 8,07 4,53 6,48 6,27 6,26 5,33 5,71 5,15 6,61 6,47 6,87 6,80 5,95 6,06 6,32 7,17 Hasil Simulasi (b) 4,11 4,15 4,18 4,21 4,25 4,28 4,32 4,35 4,39 4,43 4,46 4,50 4,53 4,57 4,61 4,65 4,68 4,72 4,76 4,80 4,84 4,88 4,92 4,96 5,00 5,04 5,08 5,12 5,17 5,21 5,25 5,29 5,34 5,38 5,42 5,47 5,51 5,56 5,60 5,65 (((a-b)/a)^2) (c) 0,000 0,011 0,028 0,004 0,018 0,005 0,003 0,013 0,004 0,005 0,019 0,029 0,009 0,086 0,113 0,000 0,005 0,000 0,003 0,000 0,008 0,007 0,180 0,181 0,145 0,013 0,047 0,034 0,030 0,001 0,006 0,001 0,037 0,028 0,044 0,038 0,005 0,007 0,013 0,045 100 Des-09 7,36 7,41 7,70 7,93 8,60 10,34 9,41 10,50 9,94 8,76 8,37 7,64 7,64 6,95 6,73 7,00 6,48 6,53 6,47 6,65 5,69 5,74 5,79 5,84 5,88 5,93 5,98 6,03 6,08 6,13 6,18 6,23 6,28 6,33 6,38 6,43 6,49 6,54 6,59 6,65 Total 380,17 316,84 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 AVE % AVE 0,051 0,051 0,062 0,070 0,100 0,182 0,133 0,181 0,151 0,090 0,069 0,034 0,032 0,008 0,003 0,007 0,000 0,000 0,000 0,000 2,448 0,041 4,079 Sumber: Data diolah, 2010. 101 Lampiran 6: Validasi AVE pada GWM Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 5,10 5,14 5,08 5,10 Hasil Simulasi (b) 10,00 9,89 9,79 9,68 9,58 9,48 9,38 9,28 9,18 9,08 8,98 8,89 8,79 8,70 8,61 8,51 8,42 8,33 8,24 8,16 8,07 7,98 7,90 7,81 7,73 7,65 7,57 7,49 7,41 7,33 7,25 7,17 7,10 7,02 6,94 6,87 6,80 6,72 6,65 6,58 (((a-b)/a)^2) (c) 0,000 0,000 0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,007 0,008 0,010 0,012 0,027 0,030 0,033 0,036 0,040 0,043 0,047 0,050 0,054 0,058 0,062 0,066 0,128 0,133 0,138 0,143 0,149 0,154 0,159 0,164 0,169 0,174 0,179 0,185 0,111 0,095 0,096 0,084 102 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Total 5,10 5,25 5,20 5,15 5,18 5,21 5,08 5,31 5,10 5,10 5,08 5,14 5,01 6,89 5,10 5,02 5,00 5,06 5,25 5,31 515,80 6,51 6,44 6,37 6,31 6,24 6,17 6,11 6,04 5,98 5,91 5,85 5,79 5,73 5,66 5,60 5,54 5,49 5,43 5,37 5,31 444,86 AVE % AVE 0,077 0,052 0,051 0,050 0,042 0,034 0,041 0,019 0,030 0,025 0,023 0,016 0,020 0,032 0,010 0,011 0,009 0,005 0,001 0,000 3,409 0,057 5,682 Sumber: Data diolah, 2010. 103 Lampiran 7: Validasi AVE pada JUB Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 1472957 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1596565 1603750 1594390 1611691 Hasil Simulasi (b) 1015874,00 1028793,19 1041876,67 1055126,53 1068544,89 1082133,90 1095895,72 1109832,55 1123946,61 1138240,17 1152715,50 1167374,91 1182220,74 1197255,37 1212481,20 1227900,66 1243516,21 1259330,34 1275345,57 1291564,48 1307989,64 1324623,69 1341469,26 1358529,07 1375805,82 1393302,29 1411021,26 1428965,56 1447138,05 1465541,65 1484179,29 1503053,94 1522168,63 1541526,39 1561130,33 1580983,57 1601089,28 1621450,68 1642071,02 1662953,58 (((a-b)/a)^2) (c) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 104 Des-09 1641733 1703381 1686050 1682811 1778139 1812490 1851023 1895839 1874145 1900208 1916752 1912623 1927070 1977533 1963180 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384 1684101,71 1705518,78 1727208,21 1749173,46 1771418,05 1793945,52 1816759,47 1839863,55 1863261,44 1886956,88 1910953,66 1935255,60 1959866,59 1984790,55 2010031,48 2035593,39 2061480,37 2087696,56 2114246,13 2141133,34 Total 89936090 90624216,95 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 AVE % AVE 0,001 0,000 0,001 0,002 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000 0,021 0,000 0,035 Sumber: Data diolah, 2010. 105 Lampiran 8: Validasi AME pada PUAS Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual Hasil Simulasi |ABS(a-b)| (c/a) (a) (b) (c) (d) 4,11 3,75 3,58 4,49 3,75 4,62 4,56 3,92 4,11 4,77 5,17 5,42 5,01 6,47 6,95 4,56 5,05 4,72 5,03 4,74 4,45 5,33 8,54 8,62 8,07 4,53 6,48 6,27 6,26 5,33 5,71 5,15 6,61 6,47 6,87 6,80 5,95 6,06 6,32 7,17 4,11 4,15 4,18 4,21 4,25 4,28 4,32 4,35 4,39 4,43 4,46 4,50 4,53 4,57 4,61 4,65 4,68 4,72 4,76 4,80 4,84 4,88 4,92 4,96 5,00 5,04 5,08 5,12 5,17 5,21 5,25 5,29 5,34 5,38 5,42 5,47 5,51 5,56 5,60 5,65 0 0,40 0,60 0,27 0,50 0,34 0,24 0,44 0,28 0,34 0,71 0,93 0,47 1,90 2,34 0,09 0,36 0,00 0,27 0,06 0,39 0,45 3,62 3,66 3,07 0,51 1,40 1,15 1,09 0,13 0,46 0,14 1,28 1,09 1,44 1,33 0,44 0,50 0,71 1,52 0,000 0,107 0,166 0,060 0,134 0,073 0,053 0,112 0,067 0,072 0,138 0,171 0,095 0,293 0,337 0,020 0,072 0,000 0,054 0,013 0,088 0,085 0,424 0,425 0,380 0,113 0,216 0,183 0,174 0,024 0,080 0,027 0,193 0,168 0,210 0,195 0,073 0,083 0,113 0,212 106 5,69 5,74 5,79 5,84 5,88 5,93 5,98 6,03 6,08 6,13 6,18 6,23 6,28 6,33 6,38 6,43 6,49 6,54 6,59 6,65 1,66 1,67 1,91 2,09 2,72 4,41 3,43 4,47 3,86 2,63 2,19 1,41 1,36 0,62 0,35 0,57 0,01 0,01 0,12 0,00 0,226 Des-09 7,36 7,41 7,70 7,93 8,60 10,34 9,41 10,50 9,94 8,76 8,37 7,64 7,64 6,95 6,73 7,00 6,48 6,53 6,47 6,65 Total 380,17 316,84 70,42 9,557 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 AME % AME 0,225 0,248 0,264 0,316 0,426 0,365 0,426 0,389 0,301 0,262 0,185 0,178 0,089 0,052 0,081 0,001 0,001 0,019 0,001 0,159 15,929 Sumber: Data diolah, 2010. 107 Lampiran 9: Validasi AME pada GWM Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual Hasil Simulasi |ABS(a-b)| (c/a) (a) (b) (c) (d) 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 5,10 5,14 5,08 5,10 10,00 9,89 9,79 9,68 9,58 9,48 9,38 9,28 9,18 9,08 8,98 8,89 8,79 8,70 8,61 8,51 8,42 8,33 8,24 8,16 8,07 7,98 7,90 7,81 7,73 7,65 7,57 7,49 7,41 7,33 7,25 7,17 7,10 7,02 6,94 6,87 6,80 6,72 6,65 6,58 0 0,11 0,21 0,32 0,42 0,52 0,62 0,72 0,82 0,92 1,02 1,11 1,73 1,82 1,91 2,01 2,10 2,19 2,28 2,36 2,45 2,54 2,62 2,71 4,32 4,40 4,48 4,56 4,64 4,72 4,80 4,88 4,95 5,03 5,11 5,18 1,70 1,58 1,57 1,48 0,000 0,011 0,021 0,032 0,042 0,052 0,062 0,072 0,082 0,092 0,102 0,111 0,164 0,173 0,182 0,191 0,199 0,208 0,216 0,225 0,233 0,241 0,249 0,257 0,358 0,365 0,372 0,379 0,385 0,392 0,398 0,405 0,411 0,417 0,424 0,430 0,333 0,308 0,310 0,291 108 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Total 5,10 5,25 5,20 5,15 5,18 5,21 5,08 5,31 5,10 5,10 5,08 5,14 5,01 6,89 5,10 5,02 5,00 5,06 5,25 5,31 515,80 6,51 6,44 6,37 6,31 6,24 6,17 6,11 6,04 5,98 5,91 5,85 5,79 5,73 5,66 5,60 5,54 5,49 5,43 5,37 5,31 1,41 1,19 1,17 1,16 1,06 0,96 1,03 0,73 0,88 0,81 0,77 0,65 0,72 1,23 0,50 0,52 0,49 0,37 0,12 0,00 0,277 444,86 112,68 12,205 AME % AME 0,227 0,226 0,224 0,204 0,185 0,202 0,138 0,172 0,159 0,152 0,126 0,143 0,178 0,099 0,104 0,097 0,072 0,023 0,000 0,203 20,341 Sumber: Data diolah, 2010. 109 Lampiran 10: Validasi AME pada JUB Tahun Data Aktual (a) Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 1472957 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1596565 1603750 1594390 1611691 Hasil Simulasi |ABS(a-b)| (c/a) (b) (c) (d) 1015874,00 1028793,19 1041876,67 1055126,53 1068544,89 1082133,90 1095895,72 1109832,55 1123946,61 1138240,17 1152715,50 1167374,91 1182220,74 1197255,37 1212481,20 1227900,66 1243516,21 1259330,34 1275345,57 1291564,48 1307989,64 1324623,69 1341469,26 1358529,07 1375805,82 1393302,29 1411021,26 1428965,56 1447138,05 1465541,65 1484179,29 1503053,94 1522168,63 1541526,39 1561130,33 1580983,57 1601089,28 1621450,68 1642071,02 1662953,58 0 16649,18553 21183,66566 10873,52971 22352,89357 8387,900033 7519,719138 6041,451474 26504,38622 27500,83121 15551,50389 35840,0927 8613,256655 3391,374981 17414,2031 29887,65911 6012,205367 5573,335512 27109,57491 21186,48104 16593,6439 1034,313574 2914,264908 23543,93058 11898,82423 26482,28827 35074,25554 45388,55558 54041,05391 13567,65249 11222,29018 15512,9432 9412,625654 11381,38994 4930,327287 62219,43177 4524,28312 17700,68262 47681,01821 51262,58275 0,000 0,016 0,021 0,010 0,021 0,008 0,007 0,005 0,023 0,024 0,013 0,030 0,007 0,003 0,015 0,025 0,005 0,004 0,022 0,017 0,013 0,001 0,002 0,017 0,009 0,019 0,025 0,033 0,039 0,009 0,008 0,010 0,006 0,007 0,003 0,038 0,003 0,011 0,030 0,032 110 1684101,71 1705518,78 1727208,21 1749173,46 1771418,05 1793945,52 1816759,47 1839863,55 1863261,44 1886956,88 1910953,66 1935255,60 1959866,59 1984790,55 2010031,48 2035593,39 2061480,37 2087696,56 2114246,13 2141133,34 42368,71093 2137,779882 41158,20967 66362,46385 6720,94998 18544,47961 34263,52767 55975,45103 10883,56024 13251,11893 5798,343215 22632,5989 32796,58815 7257,554612 46851,47835 40299,39002 43449,37157 66179,55681 52040,13216 250,662744 0,026 Des-09 1641733 1703381 1686050 1682811 1778139 1812490 1851023 1895839 1874145 1900208 1916752 1912623 1927070 1977533 1963180 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384 Total 89936090 90624216,95 1393201,536 0,917 AME 0,015 % AME 1,528 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 0,001 0,024 0,039 0,004 0,010 0,019 0,030 0,006 0,007 0,003 0,012 0,017 0,004 0,024 0,020 0,022 0,033 0,025 0,000 Sumber: Data diolah, 2010. 111 Lampiran 11: Validasi RMSE pada PUAS Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 4,11 3,75 3,58 4,49 3,75 4,62 4,56 3,92 4,11 4,77 5,17 5,42 5,01 6,47 6,95 4,56 5,05 4,72 5,03 4,74 4,45 5,33 8,54 8,62 8,07 4,53 6,48 6,27 6,26 5,33 5,71 5,15 6,61 6,47 6,87 6,80 5,95 6,06 6,32 7,17 Hasil Simulasi (b) 4,11 4,15 4,18 4,21 4,25 4,28 4,32 4,35 4,39 4,43 4,46 4,50 4,53 4,57 4,61 4,65 4,68 4,72 4,76 4,80 4,84 4,88 4,92 4,96 5,00 5,04 5,08 5,12 5,17 5,21 5,25 5,29 5,34 5,38 5,42 5,47 5,51 5,56 5,60 5,65 ((a-b)/a)^2 (c) 0,000 0,011 0,028 0,004 0,018 0,005 0,003 0,013 0,004 0,005 0,019 0,029 0,009 0,086 0,113 0,000 0,005 0,000 0,003 0,000 0,008 0,007 0,180 0,181 0,145 0,013 0,047 0,034 0,030 0,001 0,006 0,001 0,037 0,028 0,044 0,038 0,005 0,007 0,013 0,045 112 Des-09 7,36 7,41 7,70 7,93 8,60 10,34 9,41 10,50 9,94 8,76 8,37 7,64 7,64 6,95 6,73 7,00 6,48 6,53 6,47 6,65 5,69 5,74 5,79 5,84 5,88 5,93 5,98 6,03 6,08 6,13 6,18 6,23 6,28 6,33 6,38 6,43 6,49 6,54 6,59 6,65 Total 380,17 316,84 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Total (c)/60 RMSE RMSE % 0,051 0,051 0,062 0,070 0,100 0,182 0,133 0,181 0,151 0,090 0,069 0,034 0,032 0,008 0,003 0,007 0,000 0,000 0,000 0,000 2,448 0,041 0,202 20,197 Sumber: Data diolah, 2010. 113 Lampiran 12: Validasi RMSE pada GWM Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 10,52 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 5,10 5,14 5,08 5,10 Hasil Simulasi (b) 10,00 9,89 9,79 9,68 9,58 9,48 9,38 9,28 9,18 9,08 8,98 8,89 8,79 8,70 8,61 8,51 8,42 8,33 8,24 8,16 8,07 7,98 7,90 7,81 7,73 7,65 7,57 7,49 7,41 7,33 7,25 7,17 7,10 7,02 6,94 6,87 6,80 6,72 6,65 6,58 ((a-b)/a)^2 (c) 0,000 0,000 0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,007 0,008 0,010 0,012 0,027 0,030 0,033 0,036 0,040 0,043 0,047 0,050 0,054 0,058 0,062 0,066 0,128 0,133 0,138 0,143 0,149 0,154 0,159 0,164 0,169 0,174 0,179 0,185 0,111 0,095 0,096 0,084 114 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Total 5,10 5,25 5,20 5,15 5,18 5,21 5,08 5,31 5,10 5,10 5,08 5,14 5,01 6,89 5,10 5,02 5,00 5,06 5,25 5,31 515,80 6,51 6,44 6,37 6,31 6,24 6,17 6,11 6,04 5,98 5,91 5,85 5,79 5,73 5,66 5,60 5,54 5,49 5,43 5,37 5,31 444,86 Total (c)/60 RMSE RMSE % 0,077 0,052 0,051 0,050 0,042 0,034 0,041 0,019 0,030 0,025 0,023 0,016 0,020 0,032 0,010 0,011 0,009 0,005 0,001 0,000 3,409 0,057 0,238 23,838 Sumber: Data diolah, 2010. 115 Lampiran 13: Validasi RMSE pada JUB Tahun Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Mei-05 Jun-05 Jul-05 Agust-05 Sep-05 Okt-05 Nop-05 Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Data Aktual (a) 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267 1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 1472957 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1596565 1603750 1594390 1611691 Hasil Simulasi (b) 1015874,00 1028793,19 1041876,67 1055126,53 1068544,89 1082133,90 1095895,72 1109832,55 1123946,61 1138240,17 1152715,50 1167374,91 1182220,74 1197255,37 1212481,20 1227900,66 1243516,21 1259330,34 1275345,57 1291564,48 1307989,64 1324623,69 1341469,26 1358529,07 1375805,82 1393302,29 1411021,26 1428965,56 1447138,05 1465541,65 1484179,29 1503053,94 1522168,63 1541526,39 1561130,33 1580983,57 1601089,28 1621450,68 1642071,02 1662953,58 ((a-b)/a)^2 (c) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 116 Des-09 1641733 1703381 1686050 1682811 1778139 1812490 1851023 1895839 1874145 1900208 1916752 1912623 1927070 1977533 1963180 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384 1684101,71 1705518,78 1727208,21 1749173,46 1771418,05 1793945,52 1816759,47 1839863,55 1863261,44 1886956,88 1910953,66 1935255,60 1959866,59 1984790,55 2010031,48 2035593,39 2061480,37 2087696,56 2114246,13 2141133,34 Total 89936090 90624216,95 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Total (c)/60 RMSE RMSE % 0,001 0,000 0,001 0,002 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000 0,021 0,000 0,019 1,873 Sumber: Data diolah, 2010. 117 Lampiran 14: Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal Time JUB Time 01 Des 2009 2.141.384,00 JUB 01 Sep 2011 2.795.101,22 T ime JUB 01 Jun 2013 3.648.379,69 01 Jan 2010 2.168.723,73 01 Okt 2011 2.830.787,01 01 Jul 2013 3.694.959,30 01 Feb 2010 2.196.412,50 01 Nop 2011 2.866.928,40 01 Agust 2013 3.742.133,59 01 Mar 2010 2.224.454,78 01 Des 2011 2.903.531,20 01 Sep 2013 3.789.910,16 01 Apr 2010 2.252.855,08 01 Jan 2012 2.940.601,32 01 Okt 2013 3.838.296,69 01 Mei 2010 2.281.617,97 01 Feb 2012 2.978.144,71 01 Nop 2013 3.887.300,97 01 Jun 2010 2.310.748,08 01 Mar 2012 3.016.167,42 01 Des 2013 3.936.930,89 01 Jul 2010 2.340.250,09 01 Apr 2012 3.054.675,57 01 Jan 2014 3.987.194,44 01 Agust 2010 2.370.128,76 01 Mei 2012 3.093.675,35 01 Feb 2014 4.038.099,69 01 Sep 2010 2.400.388,89 01 Jun 2012 3.133.173,05 01 Mar 2014 4.089.654,86 01 Okt 2010 2.431.035,36 01 Jul 2012 3.173.175,01 01 Apr 2014 4.141.868,22 01 Nop 2010 2.462.073,09 01 Agust 2012 3.213.687,68 01 Mei 2014 4.194.748,20 01 Des 2010 2.493.507,09 01 Sep 2012 3.254.717,58 01 Jun 2014 4.248.303,29 01 Jan 2011 2.525.342,40 01 Okt 2012 3.296.271,30 01 Jul 2014 4.302.542,11 01 Feb 2011 2.557.584,16 01 Nop 2012 3.338.355,54 01 Agust 2014 4.357.473,40 01 Mar 2011 2.590.237,55 01 Des 2012 3.380.977,07 01 Sep 2014 4.413.106,00 01 Apr 2011 2.623.307,83 01 Jan 2013 3.424.142,76 01 Okt 2014 4.469.448,86 01 Mei 2011 2.656.800,32 01 Feb 2013 3.467.859,53 01 Nop 2014 4.526.511,04 01 Jun 2011 2.690.720,41 01 Mar 2013 3.512.134,45 01 Des 2014 4.584.301,73 01 Jul 2011 2.725.073,56 01 Apr 2013 3.556.974,61 2.759.865,30 01 Mei 2013 3.602.387,26 4.500.000 4.000.000 JUB 01 Agust 2011 3.500.000 3.000.000 2.500.000 Ja Feb Ma n Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo De kt Ja Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan tFeb pMa Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Sep i Ok No Des Jan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se i Okt Nop Des p 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik: Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal 118 Lampiran 15: Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah Time JUB Time 01 Des 2009 2.141.384,00 JUB 01 Sep 2011 2.261.395,35 Time JUB 01 Jun 2013 2.388.132,48 01 Jan 2010 2.146.951,66 01 Okt 2011 2.267.275,03 01 Jul 2013 2.394.341,67 01 Feb 2010 2.152.533,79 01 Nop 2011 2.273.170,00 01 Agust 2013 2.400.567,02 01 Mar 2010 2.158.130,43 01 Des 2011 2.279.080,30 01 Sep 2013 2.406.808,54 01 Apr 2010 2.163.741,63 01 Jan 2012 2.285.005,96 01 Okt 2013 2.413.066,30 01 Mei 2010 2.169.367,42 01 Feb 2012 2.290.947,03 01 Nop 2013 2.419.340,32 01 Jun 2010 2.175.007,83 01 Mar 2012 2.296.903,55 01 Des 2013 2.425.630,66 01 Jul 2010 2.180.662,91 01 Apr 2012 2.302.875,56 01 Jan 2014 2.431.937,35 01 Agust 2010 2.186.332,69 01 Mei 2012 2.308.863,09 01 Feb 2014 2.438.260,44 01 Sep 2010 2.192.017,21 01 Jun 2012 2.314.866,19 01 Mar 2014 2.444.599,97 01 Okt 2010 2.197.716,51 01 Jul 2012 2.320.884,89 01 Apr 2014 2.450.955,99 01 Nop 2010 2.203.430,63 01 Agust 2012 2.326.919,25 01 Mei 2014 2.457.328,52 01 Des 2010 2.209.159,61 01 Sep 2012 2.332.969,29 01 Jun 2014 2.463.717,63 01 Jan 2011 2.214.903,48 01 Okt 2012 2.339.035,07 01 Jul 2014 2.470.123,35 01 Feb 2011 2.220.662,28 01 Nop 2012 2.345.116,61 01 Agust 2014 2.476.545,72 01 Mar 2011 2.226.436,06 01 Des 2012 2.351.213,97 01 Sep 2014 2.482.984,79 01 Apr 2011 2.232.224,85 01 Jan 2013 2.357.327,18 01 Okt 2014 2.489.440,60 01 Mei 2011 2.238.028,69 01 Feb 2013 2.363.456,29 01 Nop 2014 2.495.913,20 01 Jun 2011 2.243.847,62 01 Mar 2013 2.369.601,33 01 Des 2014 2.502.402,62 01 Jul 2011 2.249.681,68 01 Apr 2013 2.375.762,34 2.255.530,91 01 Mei 2013 2.381.939,38 01 Agust 2011 2.500.000 JUB 2.400.000 2.300.000 2.200.000 Ja Feb Ma n Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo De kt Ja Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan tFeb pMa Apr Mei Jun Agust rJul Sep Ok No Des Jan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Sep i Ok No Des Jan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se i Okt Nop Des p 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik: Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah 119 Lampiran 16: Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi Time JUB Time 01 Des 2009 2.141.384,00 JUB 01 Sep 2011 1.832.129,49 Time JUB 01 Jun 2013 1.567.536,31 01 Jan 2010 2.125.538,23 01 Okt 2011 1.818.572,10 01 Jul 2013 1.555.936,83 01 Feb 2010 2.109.809,70 01 Nop 2011 1.805.115,03 01 Agust 2013 1.544.423,18 01 Mar 2010 2.094.197,57 01 Des 2011 1.791.757,54 01 Sep 2013 1.532.994,73 01 Apr 2010 2.078.700,96 01 Jan 2012 1.778.498,88 01 Okt 2013 1.521.650,84 01 Mei 2010 2.063.319,02 01 Feb 2012 1.765.338,34 01 Nop 2013 1.510.390,89 01 Jun 2010 2.048.050,90 01 Mar 2012 1.752.275,18 01 Des 2013 1.499.214,27 01 Jul 2010 2.032.895,76 01 Apr 2012 1.739.308,69 01 Jan 2014 1.488.120,35 01 Agust 2010 2.017.852,76 01 Mei 2012 1.726.438,14 01 Feb 2014 1.477.108,52 01 Sep 2010 2.002.921,08 01 Jun 2012 1.713.662,83 01 Mar 2014 1.466.178,17 01 Okt 2010 1.988.099,88 01 Jul 2012 1.700.982,06 01 Apr 2014 1.455.328,71 01 Nop 2010 1.973.388,36 01 Agust 2012 1.688.395,11 01 Mei 2014 1.444.559,53 01 Des 2010 1.958.785,70 01 Sep 2012 1.675.901,31 01 Jun 2014 1.433.870,04 01 Jan 2011 1.944.291,09 01 Okt 2012 1.663.499,96 01 Jul 2014 1.423.259,64 01 Feb 2011 1.929.903,74 01 Nop 2012 1.651.190,37 01 Agust 2014 1.412.727,76 01 Mar 2011 1.915.622,85 01 Des 2012 1.638.971,87 01 Sep 2014 1.402.273,82 01 Apr 2011 1.901.447,63 01 Jan 2013 1.626.843,79 01 Okt 2014 1.391.897,23 01 Mei 2011 1.887.377,31 01 Feb 2013 1.614.805,45 01 Nop 2014 1.381.597,42 01 Jun 2011 1.873.411,10 01 Mar 2013 1.602.856,19 01 Des 2014 1.371.373,83 01 Jul 2011 1.859.548,24 01 Apr 2013 1.590.995,34 1.845.787,95 01 Mei 2013 1.579.222,27 01 Agust 2011 JUB 2.000.000 1.800.000 1.600.000 1.400.000 Ja Feb Ma n Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo De kt Ja Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFeb pMa Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Sep i ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop Des kt p 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik: Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi 120 Lampiran 17: Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi Time JUB Time 01 Des 2009 2.141.384,00 JUB 01 Sep 2011 1.330.753,20 Time JUB 01 Jun 2013 826.987,50 01 Jan 2010 2.093.421,28 01 Okt 2011 1.300.946,77 01 Jul 2013 808.464,36 01 Feb 2010 2.046.532,81 01 Nop 2011 1.271.807,94 01 Agust 2013 790.356,10 01 Mar 2010 2.000.694,53 01 Des 2011 1.243.321,75 01 Sep 2013 772.653,43 01 Apr 2010 1.955.882,93 01 Jan 2012 1.215.473,60 01 Okt 2013 755.347,26 01 Mei 2010 1.912.075,00 01 Feb 2012 1.188.249,18 01 Nop 2013 738.428,72 01 Jun 2010 1.869.248,27 01 Mar 2012 1.161.634,53 01 Des 2013 721.889,12 01 Jul 2010 1.827.380,75 01 Apr 2012 1.135.615,99 01 Jan 2014 705.719,97 01 Agust 2010 1.786.450,98 01 Mei 2012 1.110.180,21 01 Feb 2014 689.912,98 01 Sep 2010 1.746.437,94 01 Jun 2012 1.085.314,14 01 Mar 2014 674.460,04 01 Okt 2010 1.707.321,09 01 Jul 2012 1.061.005,02 01 Apr 2014 659.353,21 01 Nop 2010 1.669.080,38 01 Agust 2012 1.037.240,37 01 Mei 2014 644.584,75 01 Des 2010 1.631.696,17 01 Sep 2012 1.014.008,00 01 Jun 2014 630.147,07 01 Jan 2011 1.595.149,29 01 Okt 2012 991.295,98 01 Jul 2014 616.032,76 01 Feb 2011 1.559.420,97 01 Nop 2012 969.092,67 01 Agust 2014 602.234,59 01 Mar 2011 1.524.492,88 01 Des 2012 947.386,66 01 Sep 2014 588.745,48 01 Apr 2011 1.490.347,11 01 Jan 2013 926.166,83 01 Okt 2014 575.558,49 01 Mei 2011 1.456.966,13 01 Feb 2013 905.422,27 01 Nop 2014 562.666,87 01 Jun 2011 1.424.332,80 01 Mar 2013 885.142,35 01 Des 2014 550.063,99 01 Jul 2011 1.392.430,39 01 Apr 2013 865.316,66 1.361.242,53 01 Mei 2013 845.935,02 01 Agust 2011 JUB 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 Ja Feb Ma n Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo De kt Ja Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFeb pMa Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Sep i ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop Des kt p 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik: Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi 121 Lampiran 18: Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah Time JUB Time 01 Des 2009 2.141.384,00 JUB 01 Sep 2011 3.082.355,06 Time JUB 01 Jun 2013 4.436.799,87 01 Jan 2010 2.178.850,04 01 Okt 2011 3.136.284,18 01 Jul 2013 4.514.426,01 01 Feb 2010 2.216.971,59 01 Nop 2011 3.191.156,84 01 Agust 2013 4.593.410,26 01 Mar 2010 2.255.760,11 01 Des 2011 3.246.989,54 01 Sep 2013 4.673.776,40 01 Apr 2010 2.295.227,27 01 Jan 2012 3.303.799,07 01 Okt 2013 4.755.548,60 01 Mei 2010 2.335.384,93 01 Feb 2012 3.361.602,53 01 Nop 2013 4.838.751,46 01 Jun 2010 2.376.245,20 01 Mar 2012 3.420.417,31 01 Des 2013 4.923.410,01 01 Jul 2010 2.417.820,35 01 Apr 2012 3.480.261,09 01 Jan 2014 5.009.549,72 01 Agust 2010 2.460.122,89 01 Mei 2012 3.541.151,89 01 Feb 2014 5.097.196,49 01 Sep 2010 2.503.165,55 01 Jun 2012 3.603.108,02 01 Mar 2014 5.186.376,71 01 Okt 2010 2.546.961,28 01 Jul 2012 3.666.148,12 01 Apr 2014 5.277.117,19 01 Nop 2010 2.591.523,25 01 Agust 2012 3.730.291,15 01 Mei 2014 5.369.445,23 01 Des 2010 2.636.864,87 01 Sep 2012 3.795.556,41 01 Jun 2014 5.463.388,61 01 Jan 2011 2.682.999,78 01 Okt 2012 3.861.963,53 01 Jul 2014 5.558.975,59 01 Feb 2011 2.729.941,86 01 Nop 2012 3.929.532,50 01 Agust 2014 5.656.234,92 01 Mar 2011 2.777.705,23 01 Des 2012 3.998.283,63 01 Sep 2014 5.755.195,87 01 Apr 2011 2.826.304,26 01 Jan 2013 4.068.237,62 01 Okt 2014 5.855.888,20 01 Mei 2011 2.875.753,57 01 Feb 2013 4.139.415,50 01 Nop 2014 5.958.342,20 01 Jun 2011 2.926.068,04 01 Mar 2013 4.211.838,68 01 Des 2014 6.062.588,70 01 Jul 2011 2.977.262,79 01 Apr 2013 4.285.528,97 3.029.353,25 01 Mei 2013 4.360.508,51 01 Agust 2011 6.000.000 JUB 5.000.000 4.000.000 3.000.000 Ja Feb Ma n Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo De kt Ja Feb pMa sn Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFeb pMa Apr Mei Jun Agust rJul Sep ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Sep i ONo Des kJan tFe pMar Apr Me bJun Agust Jul Se i ONop Des kt p 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik: Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah 122