tugas akhir analisa perhitungan relai arus lebih dan relai gangguan

advertisement
TUGAS AKHIR
ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN
RELAI GANGGUAN PENTANAHAN
PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH
DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Akademis dan Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Teknik Elektro Unversitas Mercu Buana
DISUSUN OLEH :
NAMA
: SUTARTO
NIM
: 0140211-079
PEMINATAN
: TEKNIK TENAGA LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Sutarto
N.I.M
: 0140211-079
Peminatan
: Teknik Tenaga Listrik
Fakultas
: Teknik Elektro
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul:
“ ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI
GANGGUAN PENTANAHAN PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH
DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA “
Adalah benar ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang
sepengetahuan saya belum pernah dipublikasikan oleh orang lain dan bukan
duplikasi karya tulis yang sudah dipakai untuk medapatkan gelar sarjana di
Universitas lain, kecuali pada bagian-bagian sumber informasi dicantumkan
dengan cara referensi yang semestinya. .
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Jakarta, 26 Agustus 2009
Penulis
Sutarto
i
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN
RELAI GANGGUAN PENTANAHAN
PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH
DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA
disusun oleh :
Nama
: SUTARTO
NIM
: 0140211-079
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik
Pembimbing
Koordinator Tugas Akhir /
Ketua Program Studi Teknik Elektro
( Ir. Badaruddin, MT )
( Ir. Yudhi Gunardi, MT )
ii
ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya teknologi dan kompleksitas fungsional
instalasi listrik, maka listrik menjadi kebutuhan pokok. Pemilihan relai pengaman
dalam instalasi merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan
perlindungan dan menjamin kontinuitas ketersedian tenaga listrik.
Relai pengaman berfungsi untuk :
1. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu
dapat beroperasi secara normal.
2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang
tidak terganggu didalam sistem tersebut disamping itu mencegah
meluasnya gangguan.
4. Memperkecil bahaya bagi manusia.
Untuk lebih mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh dalam menentukan
relai pengaman pada panel utama tegangan rendah, disini penulis mencoba
membahas perhitungan dengan cara membandingkan beberapa proyek yang
menggunakan relai pengaman tersebut. Sehingga didapat apa penyebab
gangguannya dan bagaimana cara mengatasi gangguan tersebut.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas
Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) pada jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu
Buana, Jakarta.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima
arahan/bimbingan serta dukungan yang sangat membantu dari berbagai pihak,
baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang tua serta istri tercinta dan para anggota keluarga yang telah
banyak memberikan doa restu serta dukungan baik moral maupun material.
2. Ir. Badaruddin, MT, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
kemudahan petunjuk dan arahan selama penyusunan.
3. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Teknik Elektro, Universitas Mercu
Buana.
4. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro Mercu Buana yang telah banyak
memberikan dukungan.
5. Para karyawan PT. Sinar Inti Electrindo Raya, khususnya departement
engineering.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak
lepas dari kekurangan meskipun penulis telah berusaha dengan maksimal. Oleh
iv
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, kritik dan masukan yang
dapat menyempurnakan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk menambah
kajian ilmu pengetahuan bagi penulis, pembaca dan berguna bagi kemajuan
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan “semoga atas semua
bimbingan, bantuan dan arahannya memperoleh pahala serta rahmat dari ALLAH
SWT ”, Amiin ya Robbal’alamiin.
Jakarta, 26 Agustus 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
ii
ABSTRAK..................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................................
iv
DAFTAR ISI…........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan..................................................
1
1.2 Pokok Permasalahan................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................
2
1.4 Pembatasan Masalah................................................................
2
1.5 Metodologi Penulisan..............................................................
3
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................
4
BAB II. URAIAN UMUM RELAI PENGAMAN
2.1 Sistem Kelistrikan Panel Utama Tegangan Rendah.................. 6
2.2 fungsi dan Persyaratan Relai Pengaman...................................
9
2.3 Relai Arus Lebih.......................................................................
14
2.4 Relai Gangguan Pentanahan.....................................................
15
BAB III. PRINSIP KERJA RELAI ARUS LEBIH DAN GANGGUAN
PENTANAHAN
3.1 Diagram Garis Panel Utama Tegangan Rendah........................ 16
3.2 Pemutus Tenaga Udara.............................................................. 17
3.3 Relai Arus Lebih.......................................................................
17
3.4 Relai Gangguan Pentanahan.....................................................
23
vi
3.5 Prinsip Kerja dan Pengawatan................................................... 25
3.5.1 Prinsip Kerja dan Pengawatan Relai Arus Lebih............
25
3.5.2 Prinsip Kerja dan Pengawatan Relai Gangguan
Pentanahan………….…………………………............
26
3.6 Dasar Penyetelan Relai Arus Lebih.........................................
27
3.7 Penyetelan Relai Gangguan Pentanahan.……........................
34
3.8 Sistem Kerja Relai Relai Arus Lebih & Relai Gangguan
Pentanahan...............................................................................
34
3.9 Cara mengatasi Trouble Shooting (Gangguan) PUTR.............. 35
BAB IV. ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN
GANGGUAN PENTANAHAN
4.1 Data – data Panel Utama Tegangan Rendah.............................
37
4.2 Cara Penyetelan Sakelar DIP Relai Arus Lebih.......................
38
4.3 Cara Penyetelan Sakelar DIP Relai Gangguan Pentanahan......
39
4.4 Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih................................
40
4.4.1 Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu
tertentu............................................................................
40
4.4.2 Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu
terbalik............................................................................
41
4.4.3 Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu
Seketika........................................................................... 43
4.5 Perhitungan Penyetelan Waktu Tunda Relai Arus Lebih.......... 44
4.6 Perhitungan Penyetelan Relai Gangguan Pentanahan…........... 52
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………............................................ 53
5.2 Saran-Saran………………………………..….........................
54
DAFTAR PUSTAKA………………………………..…...........................
55
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Fungsi Sakelar DIP tipe XI1-I……...…................................
38
Tabel 4.2
Fungsi Sakelar DIP tipe XI1-E…...…..................................
39
Tabel 4.3
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik Incoming
PLN…………………………….…...…................................
44
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik Incoming
Genset…………………………….…...…...........................
44
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik
Incoming PLN……………….…...…...................................
45
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik
Incoming Genset…………….…...…....................................
45
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali
Incoming PLN……..………….…...…................................
46
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali
Incoming Genset……………….…...…................................
46
Perhitungan waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu
Incoming PLN………………….…...…................................
47
Tabel 4.10 Perhitungan waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu
Incoming Genset……………….…...…................................
47
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Diagram garis tunggal dari sistem distribusi daya............ 6
Gambar 2.2
Hubungan antara daya aktif, reaktif dan daya nyata........
Gambar 3.1
Diagram garis PUTR........................................................ 16
Gambar 3.2
Pemutus tenaga udara Masterpact tipe NW.....................
Gambar 3.3
Relai arus lebih tipe XI1-I merk SEG............................... 18
Gambar 3.4
Karakteristik relai waktu tertentu....................................
Gambar 3.5
Karakteristik relai waktu terbalik…………..................... 20
Gambar 3.6
Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik.....................
21
Gambar 3.7
Kurva waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik..........
21
Gambar 3.8
Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali........... 22
Gambar 3.9
Kurva waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu..........
22
Gambar 3.10
Karakteristik relai waktu seketika..……….....................
23
Gambar 3.11
Relai gangguan pentanahan tipe XI1-E merk SEG …..... 24
Gambar 3.12
Diagram pengawatan relai arus lebih..…..........………...
25
Gambar 3.13
Posisi kontak pada relai arus lebih……………………...
26
Gambar 3.14
Diagram pengawatan relai gangguan pentanahan……...
27
Gambar 3.15
Posisi kontak pada relai gangguan pentanahan…………
27
Gambar 3.16
Komponen operasional relai pengaman pada pintu panel 35
Gambar 4.1
Data jaringan PUTR………………………..........……...
37
Gambar 4.2
Pemilihan karakteristik pemutusan………..........……...
39
Gambar 4.3
Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik..........……...
48
Gambar 4.4
Kurva waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik..........
49
Gambar 4.5
Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali……... 50
Gambar 4.6
Kurva waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu….....
ix
7
17
19
51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
Banyaknya pembangunan dibidang properti seperti apartemen, mall,
pabrik dan perumahan berpengaruh terhadap kebutuhan akan tenaga listrik untuk
menunjang kegiatan yang dilakukan. Tenaga listrik merupakan sumber tenaga
yang sangat diperlukan dan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi industri.
Dalam pendistribusian tenaga listrik harus memenuhi persyaratan
distribusi tenaga listrik diantaranya keselamatan & keamanan sistem tenaga
listrik. Pada panel utama tegangan rendah persyaratan-persyaratan tersebut akan
terpenuhi jika pemilihan relai pengaman yang tepat. Relai pengaman merupakan
salah satu peralatan listrik yang digunakan untuk pengamanan dari gangguangangguan pada sistem tenaga listrik yang tidak dapat dihindari.
Dalam pemilihan relai pengaman harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Dapat diandalkan (reliable).
b. Selektif.
c. Waktu kerja relai cepat
d. Peka (sensitif)
e. Ekonomis dan sederhana
Pada sistem pengaman tenaga listrik seluruh komponen harus diamankan
dan setiap daerah pengaman masing-masing diamankan oleh relai yang sesuai
dengan karakteristik peralatan yang diamankan.
1
2
1.2
Pokok Permasalahan
Dalam sistem tenaga listrik jenis relai pengaman yang sesuai dengan
karakteristiknya sangat menentukan keselamatan & keamanan baik dari
komponen-komponen utama maupun dari manusianya. Dalam pembahasan ini
tujuan dari tugas akhir ini menganalisa jenis-jenis relai pengaman yang digunakan
untuk mengetahui kinerja dan pemilihan relai pengaman yang sesuai dengan
karakteristik dari gangguan-ganguan sistem tenaga listrik, sehingga persyaratanpersyaratan dalam mengatasi gangguan dapat terpenuhi.
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah:
1. Untuk menganalisa data-data mengenai relai arus lebih (OCR) dan relai
gangguan pentanahan (EFR).
2. Untuk mengetahui secara jelas mengenai prinsip kerja relai arus lebih
(OCR) dan relai gangguan pentanahan (EFR).
3. Mengetahui sistem penggunaan baik dari cara pemasangan dan
perhitungan setting dari relai arus lebih (OCR) dan relai gangguan
pentanahan (EFR).
1.4
Pembatasan Masalah
Penting rasanya untuk membatasi permasalahan dalam tugas akhir ini agar
memperjelas materi yang akan dibahas sehingga lebih fokus dan terarah.
Masalah-masalah yang akan diangkat dalan tugas akhir ini adalah analisa
3
perhitungan gangguan-gangguan seperti arus lebih dan gangguan pentanahan pada
panel utama tegangan rendah.
1.5
Metodologi Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini digunakan metode sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Penulis akan mencari literatur yang terkait dengan relai pengaman.
Berdasarkan hal itu penulis akan menentukan spesifikasi teknis yang lebih
rinci.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan mengetahui secara
jelas tentang komponen-komponen yang akan dibahas dalam penulisan
laporan tugas akhir.
3. Analisa dan Evaluasi
Penulis melakukan analisa data dari data-data yang didapat dari studi
lapangan yaitu berupa data komponen peralatan. Sehingga memperoleh
data-data yang akan dibutuhkan untuk menunjang terhadap penulisan
tugas akhir ini. Data-data yang diperoleh setelah dianalisa dapat
dicantumkan pada laporan tugas akhir, dan perlu dilakukan evaluasi, agar
sistem tersebut dapat berjalan lancar.
4. Bimbingan
Bimbingan dilakukan penulis untuk konsultasi langsung mengenai
permasalahan yang bersangkutan dengan laporan tugas akhir dengan
pembimbing.
Baik
dengan
dosen
pembimbing
maupun
dengan
4
pembimbing dilapangan yang telah ditentukan.
1.6
Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bagian dan beberapa sub
bagian dengan sistematika pembahasan yang tersusun sebagaimana yang terdaftar
pada daftar isi. Dengan demikian diharapkan memudahkan bagi para pembaca
sekalian untuk memahami dan mendalami materi yang akan dibahas, khususnya
tentang pemilihan relai pengaman yang sesuai dengan kebutuhan melalui analisa
data.
1. BAB I. PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan dari penulisan laporan tugas akhiryang
berisi mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan
penulisan, pembatasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.
2. BAB II. URAIAN UMUM RELAI PENGAMAN
Bab II merupakan bagian yang berisi mengenai teori dasar relai pengaman,
yaitu fungsi dan syarat relai pengaman, prinsip kerja, langkah dalam
penggunaan relai pengaman serta jenis relai pengaman.
3. BAB III. PRINSIP KERJA RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI
GANGGUAN PENTANAHAN
Bab III merupakan bagian yang berisi mengenai pemasangan relai arus
lebih (OCR) dan relai gangguan pentanahan (EFR). Khususnya
pemasangan relai arus lebih (OCR) dan relai gangguan pentanahan (EFR)
5
pada panel utama tegangan rendah.
4. BAB IV. ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN
RELAI GANGGUAN PENTANAHAN
Bab IV merupakan bab yang berisi mengenai perhitungan-perhitungan
yang dibutuhkan dalam penyetelan relai arus lebih (OCR) dan relai
gangguan pentanahan (EFR) serta analisa data mengenai penggunaan relai
arus lebih (OCR) dan relai gangguan pentanahan (EFR) pada panel utama
tegangan rendah.
5. BAB V. PENUTUP
Bab V ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penulisan laporan
tugas akhir
BAB II
URAIAN UMUM RELAI PENGAMAN
2.1.
Sistem Kelistrikan Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR)
Panel PUTR pada dunia industri biasa disebut panel Induk, terdapat dua
masukan sumber yaitu dari PLN dan dari Genset. Keluaran dari panel PUTR ini
distribusikan ke Panel Distribusi, kemudian distribusikan kembali ke Sub Panel
Distribusi baru di hubungkan ke beban seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
PLN
GENERATOR
G
GENERATOR SET
PANEL
TRANSFORMER
20KV/380V
PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH (PUTR)
+
SAKLAR PERPINDAHAN OTOMATIS & KAPASITOR BANK
PANEL DISTRIBUSI
PANEL DISTRIBUSI
PANEL DISTRIBUSI
SUB
PANEL DISTRIBUSI
SUB
PANEL DISTRIBUSI
SUB
PANEL DISTRIBUSI
BEBAN
BEBAN
BEBAN
Gambar 2.1. Diagram garis-tunggal dari sistem distribusi daya
Dahulu sebuah proses kontrol dilakukan oleh seorang operator, lalu
berkembang dengan menggunakan kontrol relai. Kebutuhan berkembang dari tahun
ke tahun sehingga produk-produk otomatisasi dapat ditemukan. Pada panel PUTR
6
7
ini, untuk mendapatkan sistem otomasi maka di kelompokkan menjadi dua sistem,
yaitu :
a. Saklar Perpindahan Otomatis
Saklar perpindahan otomatis berfungsi untuk memindahkan atau mentransfer
beban dari supplai utama yaitu PLN ke Genset pada saat kondisi PLN padam
dan mengembalikan beban yang diambil alih Genset ke PLN apabila supplai
PLN kembali normal.
b. Kapasitor Bank
Kapasitor bank berfungsi untuk memperbaiki faktor daya dari beban (load),
karena pada umumnya beban-beban yang digunakan adalah beban induktif.
Sebuah sumber Listrik AC mengeluarkan energi listrik dalam bentuk energi aktif
(dinyatakan dalam kW) dan energi reaktif (dinyatakan dalam kVAR).
Penjumlahan secara vector dari kedua daya tersebut akan menghasilkan daya
nyata (dinyatakan dalam kVA). Gambar berikut menunjukkan hubungan antara
ketiga daya tersebut.
S
A)
KV
(
a
yat
N
aya
=D
Q = Daya Reaktif (KVAR)
P = Daya Aktif (KW)
Gambar 2.2. Hubungan antara daya aktif, reaktif dan daya nyata
Faktor daya (cos ø) adalah perbandingan antara daya aktif (kW) dengan
daya nyata (kVA). Rangkaian jaringan dengan factor daya yang jelek sangat
8
merugikan PLN, karena jika faktor daya rendah, maka harus digunakan kabel-kabel
supplai dan aparatur yang lebih besar. Oleh karena itu PLN mengharuskan semua
industri yang menggunakan jasa PLN harus memiliki faktor daya pada jaringan
tidak kurang dari 0,85 induktif.
Suatu jaringan dikatakan mempunyai faktor daya yang baik jika harga
faktor daya mendekati satu. Dari gambar 2.2 dapat kita lihat bahwa untuk
mendapatkan faktor daya (cos ø) mendekati 1, berarti besar sudut ø harus kita buat
mendekati 0º, karena nilai dari cos 0 adalah 1.
Untuk mendapatkan besar sudut ø mendekati 0 berarti besar sudut daya
reaktif ( Q ) harus dibuat mendekati 0, dimana jika hal ini terpenuhi berarti
besarnya daya aktif akan sama dengan daya nyata (dari gambar 2.2 dapat dilihat
bahwa P = S x cos ø, berarti jika cos ø = 1, maka P = S).
Dengan demikian berarti daya yang dibatasi oleh PLN terhadap pihak
industri sebagai pengguna jasa PLN adalah daya nyata (VA), bukan daya aktif
(Watt). Itu berarti jika suatu jaringan memiliki faktor daya yang jelek, maka
persediaan daya aktifnya akan semakin kecil.
Selain itu pemasangan kapasitor dapat menghindari masalah seperti : trafo
kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya yang tersedia,
turun tegangan, kenaikan arus/suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi-rugi.
Untuk pemasangan kapasitor bank diperlukan komponen berupa kapasitor dengan
jenis yang cocok dengan kondisi jaringan, regulator untuk pengaturan daya
kapasitor secara otomatis, kontaktor untuk saklar kapasitor dan pemutus tenaga
untuk proteksi kapasitor.
9
2.2.
Fungsi Dan Persyaratan Relai Pengaman
Relai Pengaman adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat
merasakan, mengukur adanya gangguan dan menentukan letak gangguan atau mulai
merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga
listrik dan segera otomatis membuka pemutus beban untuk memisahkan peralatan
atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat yang berupa lampu dan
bel.
Relai pengaman yang selanjutnya disebut relai dapat merasakan atau
melihat adanya gangguan pada peralatan yang diamankan dengan mengukur atau
membandingkan kebesaran-kebesaran yang diterimanya, yaitu misalnya arus,
tegangan daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan sebagainya, dengan besaran
yang telah ditentukan, kemudian mengambil keputusan untuk seketika ataupun
dengan perlambatan waktu membuka memutus beban ataupun hanya memberi
tanda tanpa membuka pemutus beban. Pemutus beban dalam hal ini harus
mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat maksimum yang
melewatinya dan juga harus mampu menutup rangkaian. Dalam keadaan hubung
singkat yang kemudian membuka kembali pemutus beban umumnya dipasang pada
generator, trafo daya, saluran transmisi, saluran distribusi dan sebagainya
sedemikian rupa supaya masing-masing bagian sistem dapat dipisahkan sehingga
sistem lainnya tetap dapat beroperasi secara normal.
Pada sistem tegangan menengah dan tegangan rendah ada kalanya sekering
digunakan sebagai relai dan pemutus beban bersamaan. Disamping tugas di atas
relai juga berfungsi menunjukkan lokasi dan macam gangguannya. Dengan data
10
tersebut memudahkan analisa gangguannya. Dalam beberapa hal relai hanya
memberi tanda adanya gangguan atau kerusakan, jika dipandang gangguan atau
kerusakan tersebut tidak segera membahayakan.
Dari uraian diatas maka relai pengaman pada sistem tenaga listrik berfungsi
untuk :
¾ Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat
beroperasi secara normal.
¾ Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
¾ Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak
terganggu didalam sistem tersebut disamping itu mencegah meluasnya
gangguan.
¾ Memperkecil bahaya bagi manusia.
Untuk melaksanakan fungsi di atas maka relai pengaman harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Dapat diandalkan (reliable)
Dalam keadaan normal jika tidak ada gangguan tidak bekerja, mungkin
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tetapi bila pada suatu saat terjadi
gangguan yang mengharuskan relai bekerja, maka sistem dalam hal ini relai
tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi gangguan tersebut.
Kegagalan kerja relai dapat mengakibatkan kerusakan yang berat bagi
alat yang mengalami pemadam meluas. Disamping itu relai tidak boleh
11
salah kerja, sehingga timbul pemadam yang tidak seharusnya ataupun
menyulitkan analisa gangguan yang terjadi.
Dalam hal ini yang harus dapat diandalkan tidak hanya relainya sendiri
tetapi mulai dari trafo arus, trafo tegangan serta rangkaiannya, baterai serta
pemutus bebannya, keandalan relai pengaman ditentukan mulai dari
rancangan, pengerjaan, bahan yang digunakan dan perawatannya. Khusus
pada relainya sendiri untuk relai elektro-magnetis bahan yang digunakan
harus berkualitas baik, hal ini didapat dengan cara pengujiannya dilakukan
secara menyeluruh (semua komponen).
Oleh karena itu setelah operasi untuk mendapatkan keandalan yang
tinggi diperlukan perawatan, dalam hal ini perlu adanya pengujian secara
periodik, untuk menentukan apakah karakteristik relai masih tetap atau
memerlukan penyetelan kembali. Catatan tentang hasil pengujian pada saat
ini perlu dibandingkan dengan hasil pengujian periode yang lalu, hal ini
untuk menentukan karakteristik relai apakah stabil atau tidak sehingga dapat
menentukan keandalan relai. Keandalan relai dikatakan cukup baik bila
mempunyai harga dari 90% s/d 99%.
b. Selektif
Relai bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam
daerah pengamanannya. Letak pemutus beban sedemikian rupa sehingga
setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Maka tugas relai dalam
mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamanannya dan
memberi perintah untuk membuka pemutus beban untuk memisahkan
12
bagian sistem yang terganggu. Dengan demikian bagian sistem lainnya yang
tidak terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal,
sehingga tidak terjadi pemutusan pelayanan atau jika pemutusan /
pemadaman terbatas.
Dengan kata lain pengamanan dinyatakan selektif bila relai dan
pemutus tenaga yang bekerja hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
Salah satu cara untuk mendapatkan pelayanan yang selektif ialah dengan
menggunakan relai yang mempunyai selektifitas mutlak atau selektifitas
relatif dengan pertingkatan waktu kerja pada masing-masing relai. Suatu
pengamanan dapat mempunyai selektifitas misalnya pengamanan dengan
relai differensial. Atau pengamanan mempunyai selektif relatif, misalnya
dengan relai arus lebih atau relai jarak. Dalam hal menggunakan relai arus
lebih atau relai jarak pengamanan akan selektif dengan cara penyetelan yang
baik.
c. Waktu kerja relai cepat
Relai pengaman harus dapat bekerja dengan cepat karena :
¾ Kerusakan peralatan yaitu tembusnya isolasi dapat disebabkan karena
terjadinya tegangan lebih terlalu lama ataupun rusak terbakar karena
dialiri gangguan yang terlalu lama. Dengan demikian relai pengaman
harus bekerja dengan cepat.
¾ Tidak boleh melampaui waktu penyelesaian kritis (critical clearing
time).
13
Untuk sistem yang telah besar kecepatan kerja relai pengaman
diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu.
Gangguan fase tiga lebih berpengaruh pada kemampuan sistem untuk
mempertahankan kestabilan, sehingga waktu penyelesaian gangguan harus
secepatnya diselesaikan dibandingkan dengan bantuan fase satu tanah.
Gangguan hubung singkat yang tetap akan menyebabkan tegangan
jatuh dan mengganggu industri. Namun demikian relai tidak boleh bekerja
terlalu cepat (kurang dari 10 ms). Dalam hal ini arrester di beri kesempatan
kerja lebih dulu. Disamping itu bila dikehendaki waktu kerja relai
diperlambat sehubungan masalah selektifitas, maka relai tersebut harus
dilengkapi alat untuk memperlambat waktu kerja yaitu relai waktu.
Dengan demikian relai pengaman ini harus bekerja secepatnya namun
pengamanan harus lebih selektif. Relai harus cepat bereaksi / bekerja bila
sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal.
d. Peka (sensitif)
Relai dikatakan peka apabila dapat bekerja dengan masukan dari
besaran yang dideteksi kecil. Jadi relai dapat bekerja pada awal kejadian
gangguan atau dengan kata lain gangguan dapat diatasi pada awal kejadian.
Hal ini diberi keuntungan dimana kerusakan peralatan yang diamankan
akibat gangguan menjadi kecil. Namun demikian relai harus stabil artinya :
¾ Relai harus dapat antara arus gangguan atau arus beban maksimum.
¾ Relai tidak dapat boleh bekerja karena adanya arus inrush, yang
besarnya seperti arus gangguan yaitu 3 sampai 5 kali arus maksimum,
14
yaitu pada saat pemasukan trafo daya.
¾ Relai harus dapat membedakan antara adanya gangguan atau ayunan
beban.
e. Ekonomis dan sederhana
Dalam menentukan relai pengaman yang akan digunakan harus ditinjau
tehno-ekonominya. Misalnya untuk sistem distribusi tegangan tengah yang
radial tidak diperlukan relai yang rumit dan sangat cepat bekerjanya, atau
misalnya trafo distribusi yang hanya 1000 kVA menggunakan relai
diferensial.
2.3.
Relai arus lebih
Relai arus lebih berfungsi merasakan adanya arus lebih dan kemudian
memberi perintah kepada pemutus beban untuk membuka. Relai arus lebih ini
umumnya digunakan pada sistem tegangan rendah sampai tegangan tinggi.
Pengamanan dengan menggunakan relai arus lebih mempunyai beberapa
keuntungan yaitu:
¾ Pengamanannya sederhana.
¾ Dapat sebagai pengaman utama dan berfungsi juga sebagai pengaman cadangan.
¾ Harganya relatif murah.
Relai arus lebih pada umumnya digunakan sebagai pengaman:
¾ Jaringan tegangan menengah atau saluran distribusi.
¾ Untuk sistem tenaga listrik yang kecil dan radial.
¾ Untuk sistem tenaga listrik yang besar pengaman arus lebih hanya digunakan
15
sebagai pengaman cadangan, karena untuk mengkoordinasi sulit untuk
mendapatkan selektifitas yang baik.
¾ Pengaman cadangan transformator tenaga dan generator.
¾ Pengaman motor listrik yang kecil.
¾ Pengaman gangguan tanah untuk sistem distribusi ataupun saluran transmisi.
2.4.
Relai Gangguan Pentanahan
Relai pengaman gangguan penghubung singkat fasa ke tanah tergantung
dari besarnya arus gangguan tanah, sedang besarnya arus gangguan tanah sangat
dipengaruhi oleh sistem pertanahannya.
Karena arus gangguan hubung singkat fase satu ke tanah dapat kecil sekali
sampai besar sekali tergantung sistem pentanahannya maka gangguan ini
selanjutnya di sebut gangguan tanah.
Untuk sistem yang diketanahkan langsung arus gangguan tergantung
impedansi urutan positif, negatif dan nol sistem, sehingga arus gangguannya besar.
Karena arus gangguan tanahnya besar maka pengaman gangguan tanah dapat
seperti untuk gangguan antar fasa yang menggunakan 3 buah relai. Tetapi jika akan
memperhitungkan adanya tahanan gangguan yang mungkin arus beban dapat
digunakan sambungan atau setting relai seperti pada sistem yang diketanahkan
dengan tahanan rendah.
BAB III
PRINSIP KERJA RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI
GANGGUAN PENTANAHAN
3.1.
Diagram Garis Panel Utama Tegangan Rendah
Sistem kelistrikan panel utama tegangan rendah di PT. SIER yang dipasok
dari gardu distribusi dengan transformator tegangan menengah 20 kV/400 volt, 3
phasa, 4kawat, tipe kering, 50 Hz. Jaringan distribusi panel utama tegangan rendah
diamankan dari gangguan hubung singkat dengan menggunakan proteksi relai arus
lebih (OCR) dan relai gangguan pentanahan (EFR) dimana sistem pentanahan
netral umumnya melalui tahanan.
Gambar 3.1. Diagram garis PUTR
16
17
3.2.
Pemutus Tenaga Udara
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu
memutus / menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal
ataupun gangguan Dalam hal ini komponen yang digunakan adalah komponen
Masterpact tipe NW merek Merlin Gerin.
Pemutus tenaga udara memiliki ketahanan panas yang tinggi sehingga
memungkinkan cara kerja yang disebut dengan diskriminasi total. Hal ini dapat
menjamin kontinuitas pelayanan sumber daya listrik karena pada saat terjadi
gangguan, pemutus tenaga akan menunda pemutusan, sebelum semua pemutus
tenaga di sisi bawahnya terputus (trip). Sehingga, jika gangguan tersebut hanya
terjadi pada satu titik, maka pemutus tenaga pada daerah itu sajalah yang terputus.
Gambar 3.2. Pemutus Tenaga Udara Masterpact tipe NW
3.3.
Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih adalah relai yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( Iset ). Berikut spesifikasi
komponen relai arus lebih :
18
¾ Arus nominal : 1A atau 5A
¾ Tegangan suplai : 24 V DC atau 230 V AC ±20%
¾ Frekuensi : 50Hz atau 60Hz
¾ Daya : 3.3 W
¾ Temperatur : -25°C...70°C
Gambar 3.3. Relai arus lebih tipe XI1-I merk SEG
a.
Prinsip Kerja
Pada dasarnya relai arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus
yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang
boleh melewatinya disebut dengan setting. Koordinasi pada relai arus lebih untuk
mendapatkan selektifitas terutama di lakukan dengan setting waktu kerja relai,
disamping juga karena ada perbedaan arus pada sisi hilir dan sisi hulunya.
Macam-macam karakteristik relai arus lebih :
¾ Relai arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
19
¾ Relai arus lebih waktu terbalik (inverse time relay)
¾ Relai waktu seketika (Instantaneous relay)
b.
Relai arus lebih waktu tertentu (definite time relay)
Relai ini akan memberikan perintah pada pemutus tenaga pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is),
dan jangka waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai diperpanjang dengan
waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relai, lihat gambar
3.4. dibawah ini.
Gambar 3.4 Karakteristik relai waktu tertentu
c.
Relai arus lebih waktu terbalik (invers time relay)
Relai ini akan memberikan perintah pada pemutus tenaga pada saat terjadi
gangguan bila arus gangguannya melampaui penyetelannya (Is), dan jangka waktu
kerja relai mulai pick up sampai kerja relai waktunya diperpanjang berbanding
terbalik dengan besarnya arus lihat gambar 3.5. Pada jenis ini karakteristik
kecuraman waktu-arus dapat beragam dan berdasarkan standar BS 142 th
dikelompokkan menjadi :
¾ Normal inverse
¾ Very inverse
¾ Long inverse
20
¾ Definite time
Gambar 3.5 Karakteristik relai waktu terbalik
Dengan karakteristik dan persamaan seperti pada gambar 3.5. Untuk relai
dari Amerika ataupun lisensinya, karakteristik relai digambarkan kesemuanya dan
untuk tipe yang berbeda mempunyai kecuraman yang berbeda. Pada relai dengan
karakteristik waktu terbalik, sumbu tegak merupakan waktu dalam detik atau cycle
dan sumbu datar adalah berapa kali besarnya arus gangguan yang lewat relai
terhadap arus penyetelannya (x Iset).
Penyetelan waktu disini ditunjukkan dengan kurva yang digunakan dan
sering disebut Td (Time Dial) atau TMS (Time Multiple Setting). Bentuk
karakteristik relai untuk komponen tipe XI1-1 dari SEG seperti pada gambar 3.6,
gambar 3.7, gambar 3.8, dan gambar 3.9.
21
Gambar 3.6. Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik
Gambar 3.7. Kurva waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik
22
Gambar 3.8. Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali
Gambar 3.9. Kurva waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu
23
d.
Relai arus lebih Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relai ini akan memberikan perintah pada pemutus tenaga pada saat terjadi
gangguan bila besar arus gangguannya melampaui penyetelannya (Im), dan jangka
waktu kerja relai mulai pick up sampai kerja relai sangat singkat tanpa penundaan
waktu (20-60 m/det), Dapat kita lihat pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Karakteristik relai waktu seketika
Relai ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relai
arus lebih dengan karakteristik yang lain.
3.4.
Relai Gangguan Pentanahan (EFR)
Relai gangguan pentanahan adalah relai yang berfungsi sebagai pengaman
dari generator, motor, transfomator, kapasitor bank, dan masukkan radial didalam
sebuah jaringan distribusi. Didalam jaringan yang terhubung parallel, pengaman
gangguan pentanahan sangatlah dibutuhkan untuk menjamin keselamatan manusia
dan alat.
Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban,
ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
a.
Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi.
b.
Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau
bahkan tidak ditanahkan.
24
Dalam hal demikian, relai pegaman hubung singkat (relai fasa) tidak dapat
mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relai sensitive terhadap gangguan
tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relai dipasang tidak pada
kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya.
Dengan demikian relai ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan
komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus
urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali
melalui tanah (melalui kawat netral)
Berikut spesifikasi komponen relai arus lebih:
¾ Arus nominal : 1A atau 5A
¾ Tegangan suplai : 19-390 V DC atau 36-275 V AC
¾ Frekuensi : 50Hz atau 60Hz
¾ Daya : 4 W
¾ Temperatur : -10°C...55°C
Gambar 3.11. Relai gangguan pentanahan tipe XI1-E merk SEG
25
3.5.
PRINSIP KERJA & PENGAWATAN
3.5.1 Prinsip Kerja & Pengawatan Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
Pada prisipnya relai arus lebih adalah relai yang bekerja berdasarkan kontak
magnet dimana kumparan medan magnet akan bekerja apabila adanya tegangan
masuk akibat yang diakibatkan perbedaan arus antar phasa yang terdeteksi oleh
relai arus lebih dengan bantuan tranformator arus.
Relai arus lebih berfungsi memonitor arus pada jaringan antara phasa R, S,
dan T mengamankan jaringan apabila terdapat arus yang berbeda. Apabila arus
sekunder dari CT yang mengalir pada bimetal mengalami perbedaan diatas batas
setting, maka bimetal akan mengaktifkan kontak dan melakukan pemutusan aliran
pada jaringan.
Gambar 3.12. Diagram Pengawatan relai arus lebih
26
Gambar 3.13. Posisi Kontak pada relai arus lebih
3.5.2 Prinsip Kerja & Pengawatan Relai Gangguan Pentanahan (Earth Fault
Relay)
Umumnya relai gangguan pentanahan digunakan untuk memproteksi netral
maupun ground (pentanahan) terhadap Phasa R, S dan T agar tidak terjadi
kebocoran arus pada netral dan ground. Apabila ada kebocoran arus yang mengalir
pada netral atau ground maka relai gangguan pentanahan yang memonitor melalui
bantuan CT akan mengaktifkan kontak dan melakukan pemutusan aliran pada
jaringan.
Penggunaan relai gangguan pentanahan dalam beberapa rangkaian proteksi
antara lain sebagai proteksi gangguan pentanahan pada stator generator, proteksi
sistem pentanahan dan proteksi pentanahan tambahan (titik netral).
27
Gambar 3.14. Diagram Pengawatan relai gangguan pentanahan
Gambar 3.15. Posisi Kontak pada relai gangguan pentanahan
3.6.
Dasar Penyetelan relai arus lebih.
Pada dasarnya relai arus lebih terutama sebagai pengamanan gangguan
hubung singkat, tetapi dalam beberapa hal diusahakan dapat berfungsi sebagai
pengaman beban lebih. Fungsi relai ini disamping sebagai pengaman utama untuk
seksi yang diamankan juga berfungsi sebagai pengaman cadangan seksi berikutnya.
28
Pertimbangan kedua hal di atas merupakan dasar dalam penentuan penyetelan arus
kerjanya.
Adapun pertimbangan penyetelan waktu ialah diusahakan relai secara
keseluruhan bekerja cepat tetapi tetap selektif. Karena arus gangguan antar fase dan
satu fase berbeda maka penyetelannya juga berbeda sehingga pada butir ini akan
diuraikan kriteria penyetelan untuk gangguan antar fase. Untuk gangguan satu fase
ketanah akan dibahas kemudian. Kaidah / kriteria dasar penyetelan relai arus lebih
untuk proteksi gangguan fase ialah sebagai berikut :
a.
Penyetelan Arus Pick Up (kerja)
Pada dasarnya relai arus tidak boleh kerja pada beban maksimum dalam
batas penyetelan arus pick up minimum adalah :
IS min =
Ks
I maks ……..……………………………………….…… (3.1)
Kd
Dimana :
Ismin
: Penyetelan arus kerja minimum
Imaks
: Arus maksimum
Ks
: Faktor keamanan (1,1 – 1,2)
Kd
: Faktor arus kembali (arus kembali, arus kerja) untuk relai
dengan karakteristik waktu tertentu 0,8-0,9 dan untuk relai
dengan karakteristik waktu terbalik (relai jenis induksi) dan
relai statik mendekati 1,0
Umumnya IS diset 1,2 – 1,5 x pengenal trafo arus, kecuali relai arus lebih
yang dikontrol dengan tegangan turun.
29
b.
Penyetelan waktu kerja
¾ Relai paling hilir
Penyetelan waktu kerja untuk relai yang letaknya paling hilir adalah secepat
mungkin. Namun tidak boleh bekerja karena adanya arus transient pada saat
pemasukan pemutus tenaga dimana pada jaringan terdapat beban dan tidak
boleh bekerja kalau terjadi getaran mekanis. Adapun penyetelannya untuk
relai arus lebih dengan waktu tertentu ialah antara 0,2 sampai 0,3 detik,
sedang untuk relai arus lebih dengan waktu terbalik dipilih Td (Time Dial)
atau TMS (Time Multiple Setting) yang terkecil.
¾ Penyetelan waktu kerja relai satu seksi dihulunya.
Penyetelan waktu kerja relai satu seksi dihulunya didasarkan bahwa relai
yang berdekatan harus dapat selektif. Dengan demikian yang paling
menentukan beda waktu kerja relai yang berdekatan. Untuk relai
elektromagnetis beda waktu (Δt) tersebut umumnya diambil 0,4 dt – 0,5 dt.
Δt diambil 0,4 – 0,5 detik didasarkan adanya :
1.
kesalahan relai waktu pada kedua relai waktu yang berurutan 0,2 – 0,3
detik.
2.
Overshoot 0.05 detik.
3.
Waktu pembukaan pemutus tenaga maksimum 0,1 detik.
4.
Faktor keamanan 0,05 detik.
Penyetelan waktu didasarkan pada pembangkitan maksimum dan
kemudian dicek pada pembangkitan minimum apakah semua relai masih
dapat merupakan pengaman cadangan satu seksi dihilirnya.
30
Perhitungan penyetelan waktu tunda relai arus lebih terbalik (normal
invers) adalah:
t=
0,14
⎛ I ⎞
⎜ ⎟
⎝I >⎠
tI >
0.02
-1
…………………………………….…… (3.2)
Perhitungan penyetelan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik
(very invers) adalah:
t=
13,5
⎛ I ⎞
⎜
⎟ -1
⎝I >⎠
tI >
……………………………….…….…… (3.3)
Perhitungan penyetelan waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali
(extremely invers) adalah:
t=
80
2
⎛ I ⎞
⎜
⎟ -1
⎝I >⎠
tI > ………………………………….…….… (3.4)
Perhitungan penyetelan waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu
(definite time) adalah:
⎛ I ⎞
t = 2 x ⎜ ⎟ ………………………………….……………. (3.5)
⎝I >⎠
Dimana:
t
: Waktu
tI>
: Pengali waktu 0,1 - 1
I
: Nilai arus gangguan
I>
: Nilai arus kerja
Bila ternyata untuk pembangkitan minimum tidak dapat sebagai
31
penyetelan cadangan seksi berikutnya perlu ditinjau kembali penyetelan
arusnya. Kalau ternyata penyetelan arusnya tidak dapat diturunkan, karena
akan salah kerja adanya arus beban maksimum maka harus dipilih relai jenis
lain, misalnya arus lebih dengan kontrol tegangan.
Perhitungan rumus arus gangguan yang melewati kumparan relai
adalah:
If = Is min x
CT Ratio
………………………………….…(3.6)
Imaks
Dimana :
If
: Arus gangguan yang melewati kumparan relai
Ismin
: Penyetelan arus kerja minimum
CT Ratio
: Perbandingan trafo arus
Imaks
: Arus maksimum
Perhitungan rumus penyetelan arus adalah:
Iset =
If
x Is ………………………………..………..(3.7)
CT Ratio
Dimana :
c.
Iset
: Arus gangguan
If
: Arus gangguan yang melewati kumparan relai
CT Ratio
: Perbandingan trafo arus
Penyetelan waktu seketika
Berdasarkan studi arus hubung singkat, maka semakin dekat dengan sumber
semakin besar arus gangguan yang terjadi, sedangkan berdasarkan penyetelan relai
arus lebih didapatkan bahwa untuk pengaman seksi semakin dekat dengan sumber
32
waktunya semakin lama. Untuk mempercepat kerja relai ini maka relai arus lebih
dengan karakteristik waktu tertentu ataupun waktu terbalik dikombinasi dengan
waktu seketika.
Karena relai ini tanpa perlambatan waktu, maka koordinasi antara seksi satu
dengan seksi lainnya untuk mendapatkan selektifitas didasarkan tingkat beda arus
(current grading). Adapun jangkauan relai ini karena bekerjanya seketika atau
tanpa perlambatan waktu, supaya selektif terhadap seksi berikutnya pada keadaan
arus gangguan maksimum, yaitu gangguan 3 fasa dan pembangkitan maksimum.
Penyetelan relai ini adalah:
I m = K s × I HS .r ………………………………………………….(3.8)
Dimana :
Im
: Penyetelan arus seketika
IHS.r
: Arus hubung singkat 3 fase pada pembangkitan maksimum pada rel ujung
seksi yang diamankan
Ks
: Faktor keamanan umumnya diambil 1,1 - 1,2
Dari penyetelan tersebut relai ini tidak akan menjangkau ujung seksi yang
diamankan, atau tidak akan tumpang tindih dengan pengamanan seksi berikutnya.
Hal yang perlu diperhatikan pada penyetelan seketika adalah:
¾ Bila jaringan dipasok dari trafo tenaga, penyetelan relai arus lebih seketika
pada sisi tegangan tinggi tidak boleh menjangkau rel sisi tegangan
menengah, sedang bila relai ini di sisi tegangan menengah harus diblok atau
tidak diaktifkan, karena bila disetel tidak mungkin dapat selektif dengan
33
relai arus lebih pada penyulang. Adanya gangguan di rel relai akan bekerja
dengan waktu tunda, bila hal ini dianggap membahayakan bagi
transformatornya perlu diberi relai dengan penyetelan arus seketika tetapi
perlambatan waktu 300-400md.
¾ Bila jaringan dipasok langsung dari generator, maka relai arus lebih seketika
harus diblok, sesuai relai arus lebih pada sisi sekunder transformator.
¾ Bila jaringan dipasok dari generator unit (generator trafo daya menjadi satu
kesatuan), relai arus lebih dari generator bila letaknya sebelum trafo tenaga,
untuk penyetelan relai arus lebih seketikanya tidak boleh sampai pada rel
penyulangnya. Sedangkan bila relai arus lebih ini terletak setelah trafo
tenaga relai arus lebih seketika harus diblok ataupun diberi relai sesuai
dengan transformator.
d.
Data dan tatacara untuk mengkoordinasi relai arus lebih
Untuk mendapatkan setting yang slektif dan baik, gunakan relai arus lebih
dengan karakteristik waktu yang sama. Data yang diperlukan untuk setting relai
ialah :
• Data impedansi seluruh jaringan.
• Diagram kutub tunggal, tipe dan pengenal relai yang digunakan dan
pengenal trafo arusnya.
• Maksimum dan minimum dari pembangkitan, sehingga dapat dihitung
besarnya arus hubung singkat maksimum dan minimum.
• Arus maksimum yang diijinkan mengalir pada peralatan atau jaringan .
• Kurva karakteristik relai.
34
Tatacara koordinasi setting relai adalah:
1. Relai disetting dengan dasar arus hubung singkat maksimum.
2. Kemudian pada setting diatas relai dicek pada arus hubung singkat
minimum apakah relai masih dapat sebagai cadangan untuk seksi hilir
berikutnya.
3. Relai yang lebih hilir mempunyai setting arus sama atau lebih kecil dari
relai yang di hulunya, dengan demikian arus primer yang diperlukan untuk
mengerjakan relai di hilir sama atau lebih kecil dari relai di hulunya.
3.7.
Penyetelan Relai Gangguan Pentanahan
Penyetelan untuk pengamanan gangguan tanah sistem langsung untuk
sistem fasa 3, 4 kawat harus dipertimbangkan adanya arus ketidak seimbangan yang
minimum, penyetelan relai ini ialah:
Iset = Ks.IU.B ……………………………………………….…… (3.9)
Dimana :
Iset
= Penyetelan arus gangguan tanah
IU.B
= Arus tidak seimbang yang mungkin timbul
Ks
= Faktor keamanan diambil 1,2 – 1,5
Pada jaringan ini karena arus gangguan cukup besar maka kriteria
penyetelannya sama dengan relai gangguan antar fasa, tetapi batas minimum dapat
lebih kecil dari arus beban nominal.
3.8.
Sistem Kerja Relai Arus Lebih & Relai Gangguan Pentanahan
Pada rangkaian kontrol ini terdapat juga rangkaian pengaman terhadap arus
35
lebih (OCR) dan gangguan pentanahan (EFR), yang bekerja secara terpisah dari
pengaman pemutus tenaga udara. Relai arus lebih dan relai gangguan pentanahan
akan melakukan penguncian (latching) dengan sendirinya bila terjadi gangguan
pada jaringan yang terdeteksi oleh relai pengaman tersebut.
Pada saat terjadi gangguan, kontak dari relai pengaman akan mengaktifkan
relai dan lampu indikatornya, dimana relai tersebut akan memutuskan aliran arus
yang menuju Uvt sehingga pemutus tenaga akan trip (tidak bekerja) dan lampu
indikatornya menyala yang berfungsi memberitahu operator bahwa telah terjadi
gangguan. Untuk mengaktifkan kembali rangkaian menjadi normal maka harus
menekan push button reset.
Gambar 3.16 Komponen operasional relai pengaman di pintu panel
3.9.
Cara Mengatasi Trouble Shooting (Gangguan) Panel PUTR
¾ Tidak terjadi transisi suplai
Apabila tidak terjadi transisi pada saat PLN padam atau setelah PLN
kembali, perhatikan posisi saklar pemilih 1SS1. Apabila Auto, transisi
terjadi secara otomatis. Apabila Manual PLN, tidak akan terjadi transisi ke
genset sebelum operator memindah ke posisi AUTO. Apabila Manual
Genset, tidak akan terjadi transisi ke PLN sebelum operator memindahkan
ke posisi AUTO.
36
¾ Pemutus tenaga TRIP
Terjadi gangguan pada jalur ke arah beban kemudian periksa jalur tersebut,
atau arus beban melebihi kapasitas pemutus tenaga tersebut kemudian
periksa arus beban tersebut dan diukur dengan Clamp Ampere.
¾ Lampu tanda arus lebih ON
Terjadi gangguan arus lebih pada sistem / jaringan dari pemutus tenaga
utama ke arah beban. Periksa apakah ada yang terhubung singkat pada
bagian dalam panel atau jaringan ke arah beban.
¾ Lampu tanda gangguan pentanahan ON
Terjadi gangguan gangguan pentanahan pada sistem / jaringan dikarenakan
kegagalan pada sistem pentanahan. Periksa jalur tersebut. apakah
pentanahan bocor atau tidak.
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI
GANGGUAN PENTANAHAN
4.1.
Data-data Panel Utama Tegangan Rendah
Data-data panel utama tegangan rendah di PT. SIER pada sisi incoming
PLN dan sisi incoming Genset.
a. Incoming PLN :
Arus Nominal (In) :
1600A
Tegangan
:
380V
CT Ratio
:
5A
Frekuensi
:
50Hz
b. Incoming GENSET :
Arus Nominal (In) :
1200A
Tegangan
:
380V
CT Ratio
:
5A
Frekuensi
:
50Hz
Gambar 4.1. Data jaringan PUTR
37
38
4.2.
Cara Penyetelan Sakelar DIP Relai Arus Lebih
Sakelar DIP terdapat di atas dari komponen tipe XI1-I yang berfungsi
untuk menyetel nilai nominal dan penyetelan dari fungsi-fungsi parameter pada
table di bawah ini.
Table 4.1. Fungsi-fungsi sakelar DIP tipe XI1-I
Sakelar
DIP
1*
2*
3*
4
5
Mati
Waktu
Tertentu
Waktu
Tertentu
Waktu
Tertentu
tidak di
blok
tidak di
blok
Hidup
Fungsi
Terbalik
Sangat
terbalik
Terbalik
Sekali
Penyetelan dari karakreistik pemutusan
di blok
Pemilihan dari I> elemen
di blok
Pemilihan dari I>> elemen
6
50 Hz
60 Hz
Penyetelan frekuensi rata-rata
7*
x1 s (x1)
x10 s (x2)
Pemilihan Pengali waktu untuk tI>
(pengali untuk waktu terbalik pada
indikasi rak)
8*
x1 s
x100 s
Pemilihan Pengali waktu untuk tI>
Catatan : *Hanya satu dari sakelar DIP 1 - 3 atau 7 - 8 harus „Hidup“ pada
saat yang bersamaan.
Karakteristik pemutusan mengharuskan untuk waktu proteksi relai arus lebih
bisa dipilih dengan bantuan sakelar DIP 1-3 dan harus dipastikan hanya satu dari
tiga sakelar DIP tersebut hidup. Untuk pemilihan dari karakteristik pemutusan
haru mengikuti aturan seperti gambar 4.2.
39
Gambar 4.2 Pemilihan karakteristik pemutusan
4.3.
Cara Penyetelan Sakelar DIP Relai Gangguan Pentanahan
Sakelar DIP terdapat di atas dari komponen tipe XI1-E yang berfungsi
untuk menyetel nilai nominal dan penyetelan dari fungsi-fungsi parameter pada
table di bawah ini.
Table 4.2. Fungsi-fungsi sakelar DIP tipe XI1-E
Sakelar
DIP
Mati
Hidup
Fungsi
1
2
Tidak berfungsi
3
4
5
tidak di
blok
di blok
Pemilihan dari IE>> elemen
6
50 Hz
60 Hz
Penyetelan frekuensi rata-rata
7*
x1 s
x10 s
Pemilihan Pengali waktu untuk tIE>
8*
x1 s
x100 s
Pemilihan Pengali waktu untuk tIE>
Catatan : *Hanya satu dari sakelar DIP 7 - 8 harus „Hidup“ pada saat yang
bersamaan.
40
4.4.
Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih
4.4.1. Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu Tertentu
a. Untuk incoming PLN :
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-I dari SEG,
Sehingga diset waktu tercepat yaitu di ambil Td = 0,1. Dimana : Imaks =
1600A dengan perbandingan CT sebesar 5A, Ks = 1,1 dan Kd = 0,8.
Penyetelan arus pada sisi incoming PLN dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.1).
Is min (PLN) =
Ks
1,1
x Imaks =
x 1600A = 2200A
Kd
0,8
Sehingga arus gangguan yang melewati kumparan relai dapat dihtiung
dengan menggunakan persamaan (3.6) adalah.
If (PLN) = 2200 x
5
= 6,875A
1600
Sehingga penyetelan arus untuk sisi incoming PLN dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.7) adalah.
Is(PLN) =
If (PLN)
6,875
x Is =
x Is = 1,375 x Is
CT Ratio
5
Dari grafik relai arus lebih tipe XI1-I pada gambar 3.9 untuk arus
gangguan 1,375 x Is dan Td = 0,1 didapat t =2 det
b. Untuk incoming GENSET :
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-I dari SEG,
Sehingga diset waktu tercepat yaitu di ambil Td = 0,1. Dimana : Imaks =
1200A dengan perbandingan CT sebesar 5A, Ks = 1,1 dan Kd = 0,8.
41
Penyetelan arus pada sisi incoming Genset dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.1).
Is (GEN) =
Ks
1,1
x Imaks =
x 1200A = 1650A
Kd
0,8
Sehingga arus gangguan yang melewati kumparan relai dapat dihtiung
dengan menggunakan persamaan (3.6) adalah.
If (GEN) = 1650 x
5
= 6,875A
1200
Sehingga penyetelan arus untuk sisi incoming Genset dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (3.7) adalah.
Is(GEN) =
If (GEN)
6,875
x Is =
x Is = 1,375 x Is
CT Ratio
5
Dari grafik relai arus lebih tipe XI1-I pada gambar 3.9 untuk arus
gangguan 1,375 x Is dan Td = 0,1 didapat t = 2 det
4.4.2. Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu Terbalik
a. Untuk incoming PLN :
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-I dari SEG,
Sehingga diset waktu tercepat yaitu di ambil Td = 0,1. Dimana : Imaks =
1600A dengan perbandingan CT sebesar 5A, Ks = 1,1 dan Kd = 1.
Penyetelan arus pada sisi incoming PLN dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.1).
Is min (PLN) =
1,1
Ks
x Imaks =
x 1600A = 1760A
Kd
1
42
Sehingga arus gangguan yang melewati kumparan relai dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (3.6) adalah.
If (PLN) = Is min (PLN) x
CT Ratio
5
= 1760 x
= 5,5A
Imaks
1600
Sehingga penyetelan arus untuk sisi incoming PLN dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.7) adalah.
Is(PLN) =
If (PLN)
5,5
x Is =
x Is = 1,1 x Is
CT Ratio
5
Dari grafik relai arus lebih tipe XI1-I pada gambar 3.6 untuk arus
gangguan 1,1 x Is dan Td = 0,1 didapat t = 7 det
c. Untuk incoming GENSET :
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-I dari SEG,
Sehingga diset waktu tercepat yaitu di ambil Td = 0,1. Dimana : Imaks =
1200A dengan perbandingan CT sebesar 5A, Ks = 1,1 dan Kd = 1.
Penyetelan arus pada sisi incoming genset dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3.1).
Is (GEN) =
Ks
1,1
x Imaks =
x 1200A = 1320A
Kd
1
Sehingga arus gangguan yang melewati kumparan relai dapat dihtiung
dengan menggunakan persamaan (3.6) adalah.
If (GEN) = 1320 x
5
= 5,5A
1200
Sehingga penyetelan arus untuk sisi incoming Genset dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (3.7) adalah.
43
Is(GEN) =
If (GEN)
5,5
x Is
x Is = 1,1 x Is
CT Ratio
5
Dari grafik relai arus lebih tipe XI1-I pada gambar 3.6 untuk arus
gangguan 1,1 x Is dan Td = 0,1 didapat t = 7 det
4.4.3. Perhitungan Penyetelan Relai Arus Lebih Waktu Seketika
Penyetelan arus seketika pada sisi incoming PLN dimana: Ks = 1,2,
Is(PLN) = 2200A dan Imaks = 1600A dengan perbandingan CT sebesar
5A, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.8).
Im (PLN) = Ks x IHS = 1,2 x 2200 x
5
= 8,25A
1600
Penyetelan arus seketika pada sisi incoming Genset dimana: Ks = 1,2,
Is(PLN) = 1650A dan Imaks = 1200A dengan perbandingan CT sebesar
5A, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.8).
Im (GEN) = Ks x IHS = 1,2 x 1650 x
5
= 8,25A
1200
44
4.5.
Perhitungan Penyetelan Waktu Tunda Relai Arus Lebih
a.
Penyetelan waktu tunda relai arus lebih terbalik (normal invers) tipe XI1-I
dari SEG dengan menggunakan persamaan (3.3) dimana I> = 1600A
(Incoming PLN) dan 1200A (Incoming Genset) dan tI> = 0.1 s/d 1
adalah: t =
0,14
⎛ I ⎞
⎜
⎟
⎝I >⎠
tI > =
0.02
-1
0,14
⎛ 2000 ⎞
⎜
⎟
⎝ 1600 ⎠
x 0,1 = 3.13 s
0.02
-1
Untuk perhitungan waktu tunda selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.3 &
table 4.4. sedangkan grafik dari hasil perhitungan waktu tunda tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.3.
Tabel 4.3. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik Incoming PLN
I/Is
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
I
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
0.4
t (NI = Normal Invers)
0.5
0.6
0.7
0.1
0.2
0.3
0.8
0.9
1
3.13
1.72
1.24
1.00
6.26
3.44
2.49
2.01
9.39 12.52 15.65 18.78 21.91 25.04 28.17 31.30
5.16 6.88 8.60 10.32 12.04 13.76 15.47 17.19
3.73 4.98 6.22 7.46 8.71 9.95 11.19 12.44
3.01 4.01 5.01 6.02 7.02 8.02 9.03 10.03
Tabel 4.4. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik Incoming GENSET
I/Is
I
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
600
900
1200
1500
1800
2100
2400
t (NI = Normal Invers)
0.4
0.5
0.6
0.7
0.1
0.2
0.3
0.8
0.9
1
3.13
1.72
1.24
1.00
6.26
3.44
2.49
2.01
9.39 12.52 15.65 18.78 21.91 25.04 28.17 31.30
5.16 6.88 8.60 10.32 12.04 13.76 15.47 17.19
3.73 4.98 6.22 7.46 8.71 9.95 11.19 12.44
3.01 4.01 5.01 6.02 7.02 8.02 9.03 10.03
45
b.
Penyetelan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik (very invers) tipe
XI1-I dari SEG dengan menggunakan persamaan (3.4) dimana I> = 1600A
(Incoming PLN) dan 1200A (Incoming Genset) dan tI> = 0.1 s/d 1
adalah:
t=
13,5
⎛ I ⎞
⎜
⎟ -1
⎝I >⎠
tI > =
13,5
⎛ 2000 ⎞
⎜
⎟ -1
⎝ 1600 ⎠
x 0,1 = 5,4 s
Untuk perhitungan waktu tunda selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.5 &
table 4.6. sedangkan grafik dari hasil perhitungan waktu tunda tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.4.
Tabel 4.5. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik Incoming PLN
I/Is
I
0.1
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
0.2
0.3
0.4
t (VI = Very Invers)
0.5
0.6
0.7
0.8
5,40 10,80 16,20 21,60 27,00 32,40 37,80 43,20
2,70 5,40 8,10 10,80 13,50 16,20 18,90 21,60
1,80 3,60 5,40 7,20 9,00 10,80 12,60 14,40
1,35 2,70 4,05 5,40 6,75 8,10 9,45 10,80
0.9
1
48,60
24,30
16,20
12,15
54,00
27,00
18,00
13,50
Tabel 4.6. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik Incoming
GENSET
I/Is
I
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
600
900
1200
1500
1800
2100
2400
0.1
0.2
0.3
t (VI = Very Invers)
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
5,40 10,80 16,20 21,60 27,00 32,40 37,80 43,20
2,70 5,40 8,10 10,80 13,50 16,20 18,90 21,60
1,80 3,60 5,40 7,20 9,00 10,80 12,60 14,40
1,35 2,70 4,05 5,40 6,75 8,10 9,45 10,80
0.9
1
48,60
24,30
16,20
12,15
54,00
27,00
18,00
13,50
46
c.
Penyetelan waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik (extremely invers)
tipe XI1-I dari SEG dengan menggunakan persamaan (3.5) dimana I> =
1600A (Incoming PLN) dan 1200A (Incoming Genset) dan tI> = 0.1 s/d 1
adalah:
t=
80
2
⎛ I ⎞
⎜
⎟ -1
⎝I >⎠
tI > =
80
2
⎛ 2000 ⎞
⎜
⎟ -1
⎝ 1600 ⎠
x 0,1 = 14.22 s
Untuk perhitungan waktu tunda selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.3 &
table 4.4. sedangkan grafik dari hasil perhitungan waktu tunda tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.5.
Tabel 4.7. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali Incoming PLN
I/Is
I
0.1
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
0.2
0.3
t (EI = Extremely Invers)
0.4
0.5
0.6
0.7
800
1200
1600
2000 14,22 28,44 42,67 56,89
2400 6,40 12,80 19,20 25,60
2800 3,88 7,76 11,64 15,52
3200 2,67 5,33 8,00 10,67
71,11
32,00
19,39
13,33
85,33
38,40
23,27
16,00
0.8
0.9
1
99,56 113,78 128,00 142,22
44,80 51,20 57,60 64,00
27,15 31,03 34,91 38,79
18,67 21,33 24,00 26,67
Tabel 4.8. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali Incoming
GENSET
I/Is
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
I
t (EI = Extremely Invers)
0.4
0.5
0.6
0.7
0.1
0.2
0.3
600
900
1200
1500 14,22 28,44 42,67 56,89
1800 6,40 12,80 19,20 25,60
2100 3,88 7,76 11,64 15,52
2400 2,67 5,33 8,00 10,67
71,11
32,00
19,39
13,33
85,33
38,40
23,27
16,00
0.8
0.9
1
99,56 113,78 128,00 142,22
44,80 51,20 57,60 64,00
27,15 31,03 34,91 38,79
18,67 21,33 24,00 26,67
47
d.
Penyetelan waktu tunda relai arus lebih waktu tertentu (definite time) tipe
XI1-I dari SEG dengan menggunakan persamaan (3.5) dimana I> = 1600A
(Incoming PLN) dan 1200A (Incoming Genset) dan tI> = 0.1 s/d 1
adalah:
⎛ I ⎞
⎛ 2000 ⎞
t =2x⎜
⎟=2x⎜
⎟ = 2.5 s
⎝I >⎠
⎝ 1600 ⎠
Untuk perhitungan waktu tunda selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.9 &
table 4.10. sedangkan grafik dari hasil perhitungan waktu tunda tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.6.
Tabel 4.9. Perhitungan relai arus lebih waktu tertentu Incoming PLN
I/IN
I
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
0.1
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.2
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.3
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.4
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
t (Definite Time)
0.5
0.6
0.7
1,00 1,00 1,00
1,50 1,50 1,50
2,00 2,00 2,00
2,50 2,50 2,50
3,00 3,00 3,00
3,50 3,50 3,50
4,00 4,00 4,00
0.8
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.9
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
1
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Tabel 4.10 Perhitungan relai arus lebih waktu tertentu Incoming GENSET
I/IN
0.5
0.75
1
1.25
1.5
1.75
2
I
600
900
1200
1500
1800
2100
2400
0.1
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.2
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.3
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.4
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
t (Definite Time)
0.5
0.6
1,00 1,00
1,50 1,50
2,00 2,00
2,50 2,50
3,00 3,00
3,50 3,50
4,00 4,00
0.7
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.8
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0.9
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
1
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
48
Gambar 4.3. Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik
49
Gambar 4.4. Kurva waktu tunda relai arus lebih sangat terbalik
50
Gambar 4.5. Kurva waktu tunda relai arus lebih terbalik sekali
51
Gambar 4.6. Kurva relai arus lebih waktu tertentu
52
4.6.
Perhitungan penyetelan relai gangguan pentanahan
Penyetelan relai gangguan pentanahan tipe XI1-E dari SEG adalah:
Iset = Ks x Iu.b
Dimana,
Iset
: Penyetelan arus gangguan tanah
Ks
: Faktor keamanan di ambil 1,2 – 1,5
Iu.b
: Arus tidak seimbang yang mungkin timbul
a. Untuk incoming PLN
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-E dari SEG,
faktor pengali yang di ambil sebesar 0.05.
Iset (PLN) = Ks x Iu.b = 1,2 x (0,05 x 1600) = 96A
Sehingga arus gangguan pentanahan didapat 96A dengan menggunakan
waktu tunda mulai dari 0 – 1 detik
b. Untuk incoming GENSET :
Komponen relai arus lebih yang digunakan adalah tipe XI1-E dari SEG,
faktor pengali yang di ambil sebesar 0.05.
Iset (PLN) = Ks x Iu.b = 1,2 x (0,05 x 1200) = 72A
Sehingga arus gangguan pentanahan didapat 72A dengan menggunakan
waktu tunda mulai dari 0 – 1 detik
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Perhitungan penyetelan relai arus lebih di panel utama tegangan rendah
pada sisi incoming PLN dan sisi incoming genset adalah sama arus
gangguannya yaitu:
a. Relai arus lebih waktu tertentu arus gangguannya sebesar 1,375 x Is dan
Td = 0,1 didapat t = 2 det.
b. Relai arus lebih waktu terbalik arus gangguannya sebesar 1,1 x Is dan
Td = 0,1 didapat t = 7 det.
c. Relai arus lebih waktu seketika arus momennya sebesar 8,25A.
2. Perhitungan waktu tunda relai arus lebih di panel utama tegangan rendah
pada sisi incoming PLN dan sisi incoming genset dengan pengali waktu =
0.1 s/d 1 adalah waktu tundanya sama yaitu:
a. Relai arus lebih waktu terbalik, mulai dari 1 s/d 31,3 det.
b. Relai arus lebih waktu sangat terbalik, mulai dari 1,35 s/d 54 det.
c. Relai arus lebih waktu terbalik sekali, mulai dari 2,67 s/d 142,22 det.
d. Relai arus lebih waktu tertentu, mulai dari 1 s/d 4 det.
3. Perhitungan penyetelan relai gangguan pentanahan dengan faktor pengali
terendah sebesar 0,05 didapat pada sisi incoming PLN adalah sebesar 96A
dan sisi incoming genset sebesar 72A, sedangkan perhitungan waktu tunda
dapat diatur mulai dari 0-1detik.
53
5.2.
Saran – saran
1. Dalam hal ini penulis menyarankan agar pemasangan sistem pengaman
diharapkan sesuai dan mengacu dengan standar listrik yang ada.
2. Perlunya melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan kelayakan
sistem pengaman, jika sudah ada yang tidak layak maka perlu disegerakan
adanya rehabilitasi.
3. Perlunya pemeliharaan secara rutin guna mempertahankan kinerja sistem
dari peralatan-peralatan yang digunakan oleh teknisi.
4. Perlunya training – traning peralatan listrik terhadap teknisi untuk lebih
menambah wawasan dalam pengoperasian.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadi Saadat, Power system analysis, WCB McGraw Hill, 1999.
2. IEEE Power Engineering Society, Aplication and coordination of
recloser, sectionalizer and fuse, New york, 1980.
3. Komari Ir., Pembumian titik netral, PT PLN (Persero), Udiklat Teknologi
Kelistrikan.
4. Pribadi Kadarisman Ir., Pengaman Arus lebih, Udiklat Teknologi
Kelistrikan.
5. SPLN 52 – 3 : 1983, Pola pengaman sistem
6. Soemarto Soedirman Ir., Pembumian dan proteksi sistem distribusi,
Udiklat Teknologi Kelistrikan.
7. Sunil S. Rao, Switchgear and protection, Khanna Publishers, Delhi, 1978.
8. Harten, Van. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bina Cipta:
Bandung.
9. Panitia PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Yayasan PUIL:Jakarta.
10. Seip, Gunter G. 1987. Electrical Installation Handbook Volume 1. Siemens:
England.
55
Download