15 15 BAB 2 LANDASAN TEORI Dengan latar

advertisement
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dengan latar belakang permasalahan yang terjadi pada manajemen sumber daya
manusia pada PT. Prima Teknik Mandiri yang meliputi masalah kompetensi,
kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan, maka dalam penelitian
ini menggunakan Grand Theory yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori
manajemen, Middle Theory yang digunakan adalah manajemen sumber daya
manusia (MSDM), dan Applied Theory adalah kompetensi, kepuasan kerja,
komitmen organisasi dan kinerja karyawan.
2. 1. Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang mengkoordinasi kegiatan pekerjaan
sehingga secara efisien dan efektif melalui orang lain. Dalam definisi ini,
mengkoordinasi dan mengawasi pekerjaan orang lain merupakan hal yang dapat
membedakan posisi manajerial dengan non manajerial. Namun, manajer tidak dapat
bertindak sesuai kehendak mereka kapan pun, di mana pun bahkan dengan cara apa
pun. Manajemen harus memastikan bahwa aktivitas pekerjaan terselesaikan secara
efektif dan efisien oleh orang-orang yang bertanggung jawab saat melakukannya atau
setidaknya sesuai dengan harapan manajer (Robbins & Coulter, 2012).
Manajemen secara umum bertanggung jawab dalam masalah penempatan,
pengembangan, pelatihan, penilaian kinerja, pengembangan hubungan harmonis,
pengembangan dan pemeliharaan moral serta kegiatan yang berkaitan lainnya
(Sastradipoera, 2006).
Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
efisien dalam perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
sumber daya organisasi (Daft, 2010).
2. 1. 1 Fungsi Manajemen
Manajemen memiliki beberapa fungsi, di antaranya (Robbins & Coulter,
2012) :
15
16
1. Planning
Fungsi planning untuk menetapkan tujuan-tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan
tersebut,
serta
membuat
rencana-rencana
untuk
mengintegrasikan
dan
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas.
2. Organizing
Fungsi Organizing untuk menentukan pekerjaan yang harus dilakukan, siapa yang
melakukan, dan bagaimana pekerjaan dikelompokkan, kepada siapa pekerjaan
dilaporkan, dan bagaimana keputusan dibuat.
3. Leading
Fungsi leading untuk memotivasi bawahan, menengahkan konflik kelompok,
mempengaruhi individu-individu maupun kelompok, dan memilih komunikasi yang
akan digunakan.
4. Controlling
Fungsi controlling untuk mengawasi aktivitas-aktivitas untuk memastikan segala
sesuatunya terselesaikan sesuai rencana.
2. 2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2. 2. 1 Pengertian Sumber Daya Manusia
SDM merupakan rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi
untuk memastikan penggunaan kemampuan manusia secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan
aspek “manusia” atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk
diantaranya merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian
(Dessler, 2011).
Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai rancangan sistem-sistem
formal dalam organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif
dan efesien guna mencapai tujuan organisasi (Mathis & Jackson, 2009).
2. 2. 2 Fungsi Manajemen SDM
Fungsi manajemen SDM pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu fungsi
manajerial, dimana kegiatan dilakukan dengan menggunakan pikiran (mental) dan
kedua fungsi operatif yaitu kegiatan dilakukan secara fisik. Gambaran tentang fungsi
17
personel sama halnya dengan gambaran perkembangan suatu perushaaan. Fungsi
teknis personel berkaitan dengan pengadaan, pengembangan, pemanfaatan, dan
pemeliharaan pekerjaan. Sedangkan untuk fungsi manajerial berkaitan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian karyawan untuk
melakukan fungsi teknis (Suwanto & Priansa, 2013).
Fungsi Manajerial menurut (Suwanto & Priansa, 2013) meliputi :
a. Perencanaan
Seorang manajer dikatakan berhasil jika mereka mengerti dan mencurahkan
waktunya untuk perencanaan. Proses perencanaan merupakan penentuan suatu
tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan kepegaiwan membutuhkan informasi
lengkap mengenai tujuan, fungsi,dan bagaimana cara melakukannya sebelum
melakukan proses selanjutnya.
b. Pengorganisasian
Setelah proses perencanaan, tindakan selanjutnya adalah proses pengorganisasian
untuk membentuk dan melaksanakan tujuan organisasi. Dalam hal ini dibentuk
struktur organisasi dan menunjukkan hubungan antara satu unit dengan unit lainnya.
Fungsi ini juga diharapkan ada di setiap unit kecil dalam organisasi untuk mengatur
agar pimpinan kepegaiwaian dapat memberi nasihat atau saran untuk perusahaan
secara menyeluruh.
c. Pengarahan
Memberi petunjuk dan mengajak para karyawan agar mereka mau secara sadar
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Pengarahan ini juga
dapat dikatan sebagai penggerakan (actuating), motivasi (motivating), dan pemberian
perintah (commanding). Ini bertujuan agar karyawan merasa bekerja tanpa paksaan
dan dapat bekerjasama dengan rekan lainnya.
d. Pengendalian
Proses pengendalian dapat meliputi melihat, mengamati dan menilai setiap pekerjaan
maupun tindakan karyawan dalam perusahaan. Pengendalian ditujukan untuk
18
membandingkan yang dikerjakan karyawan sesuai dengan hasil atau target yang
direncanakan perusahaan.
Fungsi Operatif atau Teknis menurut (Suwanto & Priansa, 2013) meliputi
a. Pengadaan (Recruitment)
Fungsi operasional pertama dalam manajemen SDM adalah mendapatkan jumlah dan
jenis karyawan yang sesuai untuk mencapai tujuan organisasi. Ini berkaitan dengan
kebutuhan akan karyawan, penarikan, seleksi dan penempatannya. Hal ini sangat
dibutuhkan untuk menjamin mutu dari karyawan.
b. Pengembangan (Development)
Setelah melakukan penerimaan karyawan maka karyawan perlu dibina dan
dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengembangan
diri dan penyesuaian diri dengan semakin rumitnya pekerjaan yang dilakukan untuk
menghadapi persaingan.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini sangat besar pengaruhnya untuk karyawan. Kompensasi merupakan
pemberian penghargaan atas apa yang telah dikerjakan oleh para karyawan. Biasanya
kompensasi diberikan dalam bentuk uang dan tunjangan-tunjangan lainnya.
d. Pengintegrasian (Integration)
Penyesuaian sikap-sikap, keinginan karyawan dan keinginan perusahaan serta
masayarakat merupakan kesulitan yang sering dihadapi oleh perusahaan. Dalam hal
ini integrasi karyawan diperlukan untuk dapat mengubah kebiasaan, sikap-sikap,
pandangan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. Dengan demikian
dibubuthkan pemahaman perasaan, tingkah laku, dan sikap para karyawan untuk
dipertimbangkan dalam rangka pembuatan keputusan dan kebijakan perusahaan.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Dalam hal ini perusahaan harus mencari cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi yang telah ada. Apa yang sudah dinikmati oleh karyawan dari
perusahaan hendaknya dipertahankan agar karyawan merasa nyaman dalam
19
perusahaan yang mampu mempengaruhi semangat dan perstasi kerja sehingga
karyawan perlu dilakukan sebaik mungkin agar mereka dapat memberikan hasil yang
menguntungkan untuk perusahaan.
f. Pensiun (Separation)
Fungsi terakhir dalam manajemen SDM adalah fungsi separation. Fungsi ini
berhubungan dengan jaminan yang diberikan perusahaan untuk karyawan yang akan
segera pensiun agar karyawan merasa aman. Prusahan perlu mempertimbangkan
kehidupan pegawai setelah tidak mampu bekerja lagi dalam perusahaan.
2. 2. 3 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan dari sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kinerja
organisasi melalui pemanfaatan orang secara efektif. Semua manajer bukan hanya
menjadi spesialis sumber daya manusia yang berbagi tanggung jawab untuk
memastikan bahwa orang-orang mampu dan antusias mereka berada di posisi yang
tepat dan berkerja dengan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjadi sukses
(Schermerhorn, Jr., 2013).
Tiga tugas utama dalam manajemen sumber daya manusia yang digambarkan
sebagai berikut (Schermerhorn, Jr., 2013)
-
Menarik tenaga kerja yang berkualitas termasuk didalamnya perencanaan
sumber daya manusaia, rekrutmen karyawan, dan seleksi karyawan
-
Mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas yang berorientasi pada
karyawan, pelatihan dan pengembangan serta manajemen kinerja
-
Mempertahankan tenaga kerja berkualitas dengan pengembangan karir,
keseimbangan kehidupan kerja, kompensasi dan tunjangan, retensi dan
turnover serta manajemen tenaga kerja.
Pendekatan HRM dalam organisasi harus selalu berusaha untuk memastikan
kesesuaian yang baik antara karyawan dan pekerjaan yang akan dilakukan dan antara
karyawan
serta
budaya
organisasi
secara
menyeluruh.
Kesalahan
dalam
mempekerjakan karyawan dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dan harus
membayar mahal. Person-job fit adalah sejauh mana pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan karakteristik pribadi individu secara konsisten sesuai dengan
pekerjaan mereka.
20
2. 2. 4 Model Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam memahami permasalahan yang ada pada manajemen sumber daya
manusia dan sekaligus untuk dapat menentukan cara pemecahannya perlu diketahui
terlebih dahulu model- model yang digunakan oleh perusahaan kecil karena tidak
bisa langsung menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusahaan besar.
Dalam perkembangan model- model manajemen sumber daya manusia berkembang
sesuai dengan situasi dan kondisi serta tuntutan saat ini.
Untuk menyusun berbagai aktivitas manajemen sumber daya manusia ada 6
(enam) model manajemen sumber daya manusia yaitu (Nada Rezki, 2013) :
1. Model Clerical
Clerical adalah tipe individu yang fleksibel sehingga mampu melakukan berbagai
fungsi yang berbeda dari pekerjaan. Model ini menunjukkan fungsi departemen
sumber daya manusia yang utama adalah memperoleh dan memelihara laporan, data,
catatan-catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Fungsi departemen sumber daya
manusia menangani kertas kerja yang dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan
melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin.
2. Model Hukum
Dalam operasi sumber daya manusia untuk memperoleh kekutannya dari keahlian di
bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang berawal dari hubungan
perburuhan, negosiasi kontrak, pengawasan dan kepatuhan yang merupakan salah
satu fungsi pokok yang disebabkan adanya hubungan yang sering bertentangan
antara manajer dengan karyawan.
3. Model Finansial
Aspek finansial dalam manajemen sumber daya manusia belakangan ini semakin
berkembang karena para manajer semakin sadar akan pengaruh yang besar dari
sumber daya manusia ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung seperti biaya
asuransi kesehatan, pensiun, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya, kebutuhan akan
keahlian dalam mengelola bidang yang semakin kompleks ini merupakan salah satu
penyebab utama mengapa peran para manajer sumber daya manusia perlu untuk
ditingkatkan
21
4. Model Manjerial
Untuk model manajerial ini memiliki dua versi yaitu versi pertama manajer sumber
daya manusia memahami kerangka acuan kerja manajer lini yang berorientasi pada
produktivitas. Versi kedua manajer ini melaksanakan beberpa fungsi sumber daya
manusia. Dalam departemen sumber daya manusia untuk melatih manajer lini dalam
keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi kunci sumber daya manusia
seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan pengembangan. Karyawan pada
umumnya lebih senang berinteraksi dengan manajer mereka sendiri dibanding
dengan pegawai staf, karena beberapa departemen sumber daya manusia dapat
menunjuk manajer lini untuk berperan sebagai pelatih dan fasilitator.
5. Model Humanistik
Humanistik mempunyai arti filosofi dan nilai yang mencerminkan kepercayaan akan
martabat manusia. Pendekatan Humanistik berakar dari pemikiran eksistensialis
manusia sebagai individu (Quinn, 2013). Ide utama dalam model ini adalah
departemen sumber daya manusia dibentuk untuk mengembangkan dan membantu
perkembangan nilai dan potensi sumber daya manusia di dalam organisasi. Spesialis
sumber daya manusia harus memahami setiap individu karyawan dan membantu
karyawan untuk memaksimalkan pengembangan diri dan peningkatan karir. Model
ini menggambarkan tumbuhnya perhatian organisasi terhadap pelatihan dan
pengembangan karyawan mereka.
6. Model Ilmu Perilaku
Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri dimana setiap
tindakannya dapat diamati, diukur dan diulangi (Bicard & Bicard, 2012). Model ini
menganggap bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan perilaku organisasi
merupakan dasar dari aktivitas sumber daya manusia. Pada prinsipnya bahwa sebuah
pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapat diterapkan hampir pada semua
permasalahan sumber daya manusia yang didasarkan pada prinsip sains yang
meliputi teknik umpan balik, evaluasi, desain program dan tujuan pelatihan serta
manajemen karir.
22
2. 3 Kompetensi Karyawan
Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja.
Kompetensi setiap orang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan
dalam 2 golongan (Simanjuntak, 2005), yaitu :
a.
Kemampuan dan keterampilan kerja
b.
Motivasi dan etos kerja
Kompetensi
adalah
karakteristik- karakteristik dasar yang dapat
dihubungkan dengan kenaikan kinerja individu atau tim. Sekarang ini banyak
organisasi yang menggunakan beberapa segi analisis kompetensi. 3 (tiga) alasan
utama organisasi menggunakan pendekatan kompetensi adalah (Mathis & Jackson,
2009) :
1. Untuk mengkomunikasikan perilaku yang dihargai di seluruh organisasi.
2. Untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi tersebut.
3. Untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan keunggulan
kompetitif organisasional.
Kompetensi merujuk pada karakteristik yang mendasari perilaku seseorang sebagai
bentuk penggambaran motif, karakteristik pribadi, konsep diri, nilai-nilai,
pengetahuan, keahlian yang dimiliki seseorang agar dapat menghasilkan kinerja
yang baik di perusahaan. Kompetensi dapat menggambarkan mengenai orang seperti
apa dan sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk perusahaan (Palan, PhD., 2007).
2. 3. 1 Karakteristik Kompetensi
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Sudarmanto, 2009) menyatakan bahwa
kompetensi yang dimiliki individu merupakan karakter sikap dan prilaku, atau dapat
dikatakan sebagai kemampuan individual yang relatif stabil dalam menghadapi suatu
situasi di tempat kerja yang terbentuk dari kesatuan antara watak, konsep diri,
motivasi internal, serta kapasitas dari pengetahuan kontekstual. Lima karakteristik
dari kompetensi yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, diantaranya:
1. Motif
23
Motif adalah sesuatu dipikirkan atau dikehendaki seseorang yang menyebabkan
tindakan. Motif dapat menggerakkan, mengarahkan, dan menyeleksi perilaku
terhadap kegiatan atau tujuan tertentu. Selain itu, motif dapat dikatakan sebagai
emosi, hasrat, kebutuhan psikologis, atau dorongan-dorongan lain yang memicu
suatu tindakan.
2.
Watak
Watak merupakan karakteristik fisik dan respon terhadap rangsangan dan tekanan
pada berbagai situasi.
3. Konsep diri
Konsep diri dapat dikatakan suatu sikap, nilai, dan citra dari diri seseorang. Konsep
diri adalah suatu gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan hal
yang mencerminkan identitas dirinya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik
tertentu yang merujuk pada suatu informasi dan hasil pembelajaran.
5. Keterampilan
Keterampilan adalah aspek perilaku yang dapat dipelajari melalui latihan yang
digunakan untuk memenuhi tuntunan pekerjaan tertentu atau kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan.
Dari komponen-komponen tersebut, keterampilan dan pengetahuan memiliki
sifat yang dapat dilihat (visible) dan mudah dikembangkan melalui program
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, sedangkan citra diri, watak, dan
motif memiliki sifat yang tidak terlihat (hidden) dan lebih sulit untuk dikembangkan.
2. 3. 2 Dimensi dan Indikator Kompetensi
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Winanti, 2011), mengklasifikasikan dimensi
kompetensi menjadi tiga, yaitu:
1. Kompetensi Intelektual
24
Kompetensi intelektual dapat diartikan sebagai karakter sikap dan perilaku atau
kemajuan dan kemampuan intelektual individu. Kemampuan intelektual sendiri dapat
berupa
pengetahuan,
keterampilan,
pemahaman
professional,
pemahaman
kontekstual, dan lain-lain. Indikator kompetensi intelektual ini terbagi menjadi
sembilan indikator yaitu:
a. Berprestasi, yaitu keinginan atau semangat seseorang untuk berusaha mencapai
kinerja terbaik dengan menetapkan tujuan yang menantang serta menggunakan
cara yang lebih baik secara terus-menerus untuk mencapai tujuannya tersebut.
b. Kepastian kerja, yaitu keinginan dan kemampuan seseorang untuk meningkatkan
kejelasan kerja dengan cara menetapkan rencana yang sistematik dan mampu
memastikan pencapaian tujuan berdasarkan data dan informasi yang akurat
c. Inisiatif, yaitu keinginan seseorang untuk bertindak melebihi tuntutan seseorang,
atau sifat keinginan untuk mengetahui hal-hal yang baru dengan mengevaluasi,
menyeleksi, dan melaksanakan berbagai metode dan strategi untuk meningkatkan
kinerja.
d. Penguasaan informasi, yaitu kepedulian seseorang untuk meningkatkan kualitas
keputusan dan tindakan berdasarkan informasi yang akurat dan juga berdasarkan
pengalaman serta pengetahuan atas kondisi lingkungan kerja.
e. Berfikir analitik, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami situasi dengan
cara menguraikan permasalahan untuk dapat dijadikan komponen-komponen
yang lebih terinci serta menganalisis masalah secara sistematik atau bertahap
berdasarkan pendekatan logis.
f. Berfikir konseptual, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan
memandang suatu permasalahan sebagai satu kesatuan yang meliputi
kemampuan memahami akar dari suatu permasalahan atau komponen masalah
yang sedang terjadi pada perusahaan.
g. Keahlian praktikal, yaitu kemampuan seseorang dalam menguasai pengetahuan
eksplisit berupa keahlian untuk dapat menyelesaikan pekerjaan serta keinginan
untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri.
h. Kemampuan linguistik, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat menyampaikan
pemikiran atau gagasan secara lisan maupun tulisan untuk kemudian didiskusikan
atau didialogkan sehingga terbentuk kesamaan dalam persepsi.
25
i. Kemampuan naratif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan pokok-pokok
pikiran dan gagasan dalam suatu pertemuan formal atau informal dengan
menggunakan media cerita atau perumpamaan.
2. Kompetensi Emosional
(Spencer & Spencer, 1993) dalam (Winanti, 2011), kompetensi emosional
merupakan karakter sikap dan perilaku atau juga dapat dikatakan sebagai
keinginan dan kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan
sehingga pola emosi karyawan relatif lebih stabil dalam menghadapi berbagai
permasalahan di tempat kerja.
Indikator kompetensi emosional, yaitu:
a. Sensitifitas atau saling pengertian, yaitu kemampuan dan keinginan untuk
memahami, mendengarkan, dan menanggapi hal-hal yang tidak di katakan orang
lain, melainkan pemahaman atas pemikiran dan perasaan orang lain.
b. Kepedulian akan kepuasan pelanggan, yaitu keinginan untuk membantu dan
melayani pelanggan dengan baik dan benar.
c. Pengendalian diri, yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi pada saat
menghadapi tekanan sehingga tidak melakukan tindakan yang negative dalam
situasi apapun yang terjadi.
d. Percaya diri, yaitu keyakinan seseorang untuk menunjukkan citra diri, keahlian,
dan kemampuan yang positif.
e. Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dan bekerja
secara efektif pada berbagai situasi dan mampu melihat setiap perubahan situasi.
f. Komitmen pada organisasi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengikatkan diri
terhadap visi dan misi organisasi dengan memahami kaitan antara tanggung
jawab pekerjaanya dengan tujuan organisasi.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dapat diartikan sebagai karakter sikap dan perilaku atau
keinginan dan kemampuan untuk membangun hubungan kerja sama dengan
orang lain yang bersifat stabil ketika menghadapi masalah di tempat kerja.
26
Indikator kompetensi sosial, yaitu:
a. Pengaruh dan dampak, yaitu kemampuan meyakinkan dan memengaruhi orang
lain untuk secara efektif dan terbuka dalam berbagi pengetahuan, pemikiran dan
ide-ide secara perorangan atau dalam kelompok agar mau mendukung gagasan
atau idenya.
b. Kesadaran untuk berorganisasi, yaitu kemampuan untuk memahami posisi dan
kekuasaan dengan baik di dalam organisasi maupun dengan pihak-pihak
eksternal perusahaan.
c. Membangun hubungan kerja, yaitu kemampuan untuk dapat membangun dan
memelihara jaringan kerjasama dengan siapapun agar hubungan tetap hangat dan
akrab.
d. Kerja tim, yaitu keinginan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang
lain untuk menjadi bagian yang bermakna dari suatu tim untuk mencapai solusi
yang bermanfaat bagi semua pihak.
e. Kepemimpinan kelompok, yaitu keinginan dan kemampuan untuk berperan
sebagai pemimpin kelompok yang mampu menjadi teladan bagi anggota
kelompok yang dipimpinnya.
2. 4 Kepuasan Kerja
2. 4. 1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan cara karyawan untuk merasa menyatu dengan
pekerjaan mereka dapat diartikan bahwa kepuasan kerja merupakan cara pegawai
merasakan dirinya atau pekerjaannya, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan yang mendukung atau tidak mendukung dalam diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya (Wexley & Yukl, 2005).
Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai penilaian, perasaan atau sikap
seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan
lingkungan kerja dan sebagainya. Sehingga juga dapat dikatakan bahwa kepuasan
kerja merupakan terpenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhan karyawan melalui
kegiatan kerja atau bekerja (Koesmono H., 2005).
Kepuasan kerja sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil
evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut (Robbins & Judge, 2009). Sehubungan
27
dengan itu, kepuasan kerja sebagai perasaan yang menyenangkan sebagai hasil dari
persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang penting (Noe,
Rebello, & Wang , 2006). Selain itu, ada pula yang mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang (Kinicki
& Kreitner, 2008).
Kepuasan kerja mengacu pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi memiliki sikap positif terhadap
pekerjaannya. Seseorang yang tidak puas memiliki sikap negatif (Robbins & Coulter,
2012). Ketika orang berbicara tentang sikap karyawan, mereka biasanya mengacu
pada kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah signifikansi yang luas, karena mempengaruhi sebagian
besar anggota organisasi, karena sebagian besar orang menghabiskan sebagian besar
hidup mereka didalam pekerjaan, pemahaman tentang faktor-faktor yang terlibat
dalam kepuasan kerja sangat penting untuk meningkatkan kebahagiaan pekerja di
tempat kerja (Rashid & Rashid , 2011). Dalam penelitiannya juga menunjukkan
bahwa karyawan yang bahagia adalah karyawan yang merasa puas terhadap
pekerjaannya, namun bahagia yang bersifat sementara itu terjadi karena karyawan
tidak produktif, maka keberhasilan organisasi tergantung pada kepuasan tenaga kerja
mereka.
2. 4. 2 Dimensi dan Indikator Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja kedalam 9 dimensi dan indikator tentang kepuasan kerja,
diantaranya menurut Spector dalam (Yuwono, 2005) :
1. Upah : jumlah dan rasa keadilannya.
2. Promosi : peluang dan rasa keadilan untuk mendapatkan promosi
3. Supervisi : keadilan dan kompetensi penugasan manajerial oleh atasan
4. Benefit : asuransi, liburan dan bentuk fasilitas yang lain
5. Contingent rewards : rasa hormat, diakui dan diberikan apresiasi
6. Operating procedures : kebijakan, prosedur dan aturan
7. Coworkers : rekan kerja yang menyenangkan dan kompeten
8. Nature of work : tugas itu sendiri dapat dinikmati atau tidak
28
9. Communication : berbagai informasi didalam organisasi (vebal maupun
nonverbal)
Menurut Robbins dan Judge (2008), ada lima dimensi yang mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu:
a. Pekerjaan itu sendiri
Tingkat dimana sebuah pekerjaan menyediakan kesenangan tersendiri. Seperti
tugas yang menarik, kesempatan belajar, dan kesempatan untuk mendapatkan
tanggung jawab. Setiap pekerjaan memerlukan keterampilan dan keahlian tertentu
sesuai dengan bidangnya masing-masing yang akan berpengaruh pada kesenangan
atau kepuasan kerja.
b. Gaji atau upah
Keadilan penerimaan gaji yang sesuai dengan beban pekerjaan dan harapan
karyawan. Faktor gaji atau upah secara umum diakui sebagai faktor yang paling
signifikan terhadap kepuasan kerja.
c. Atasan atau supervisor
Berhubungan dengan bagaimana cara pimpinan memberikan perintah atau
petunjuk dalam pelaksanaan pekerjaan dan berdampak pada menyenangkan atau
tidak menyenangkan bagi karyawan yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
kerja karyawan.
d. Rekan kerja
Berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial yang
melakukan hubungan sosial atau bersosialisasi dengan sesama anggota organisasi.
Rekan kerja memberikan suasana kerja yang nyaman, dukungan moral, dan bantuan
dalam pekerjaan yang dapat membuat pekerjaan jadi lebih menyenangkan sehingga
akan berdampak pada tingkat kepuasan kerja karyawan.
e. Promosi
Promosi dapat diartikan sebagai kesempatan pengembangan diri karyawan,
memperluas pengalaman kerja dan adanya kesempatan untuk naik jabatan atau
29
promosi lainnya. Dengan adanya promosi karyawan akan mendapatkan peningkatan
karir yang lebih baik juga kesempatan untuk lebih maju dan berkembang sehingga
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja pada karyawan.
Kepuasan kerja dipengaruhi dimensi spesifik dari pekerjaan yaitu gaji,
pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja (Nelson &
Quick, 2008).
a. Gaji merupakan sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa
diangap sebagai hal yang pantas dibandingkan dengan orang lain di dalam
organisasi. Karyawan memandang gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen
memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan.
b. Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada atau tidaknya
kesempatan memperoleh peningkatan karier selama bekerja. Kesempatan inilah yang
memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja.
c. Supervise merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan
dukungan prilaku kepada bawahan yang mengalami permasalahan dalam pekerjaan.
d. Rekan Kerja merupakan tingkat dimana rekan kerja yang pandai dan mendukung
secara social merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai
dan atasannya dan dengan pegawai lainnya baik yang sama maupun yang berbeda
jenis pekerjaan.
Empat variabel yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu
(Robbins & Judge, 2009):
1. Pekerjaan menantang secara mental.
2. Penghargaan yang memadai.
3. Kondisi kerja yang mendukung.
4. Kolega yang mendukung.
Pekerjaan yang menantang secara mental - pekerja cenderung memiliki
pekerjaan dengan memberikan kesempatan mereka menggunakan keahlian dan
kemampuan serta menawarkan variasi tugas, kebebasan, dan umpan balik tentang
bagaimana pekerjaan yang mereka lakukan. Pekerjaan yang kurang menantang
cenderung membosankan, sementara pekerjaan yang terlalu menantang cenderung
30
membuat frustasi dan rasa gagal. Di bawah kondisi moderat-menantang, sebagian
besar pekerja akan mengalami kepuasan.
1. Reward yang memadai – kecenderungan pekerja dalam menginginkan sistem
penghasilan dan kebijakan promosi yang diyakini adil, tidak mendua, dan sejalan
dengan harapannya. Saat pekerja menganggap bahwa penghasilan yang diterima
setimpal dengan tuntunan pekerjaan, tingkat keahlian, dan sama berlakunya bagi
pekerja lain, maka kepuasan akan muncul.
2. Kondisi kerja yang mendukung – perhatian pekerja pada lingkungan kerja, baik
kenyamanan ataupun fasilitas yang memungkinkan mereka melakukan pekerjaan
secara baik.
3. Kolega yang mendukung – pekerja selain bekerja, juga mencari kehidupan sosial.
Tidak mengejutkan bahwa dukungan rekan kerja mampu meningkatkan kepuasan
kerja dari seorang pekerja. Perilaku atasan juga sangat mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang. Studi membuktikan bahwa kepuasan kerja meningkat ketika supervisor
dianggap bersahabat dan mau memahami, serta melontarkan pujian untuk kinerja
yang bagus, mendengarkan pendapat pekerja, dan menunjukkan minat personal
terhadap mereka.
2. 4. 3 Model Kepuasan Kerja
5 (lima) model kepuasan kerja yang menonjol akan menggolongkan
penyebabnya. Penyebabnya adalah (Kinicki & Kreitner, 2008):
1. Need Fulfillment. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh
karakteristik dari sebuah pekerjaan yang memungkinkan seorang individu
untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Discrepancies. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari
harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara
apaa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti
upah dan kesempatan promosi yang baik dari apa yang pada kenyataannya
diterimanya.
3. Value attaiment gagasan yang melandasi pencapaian nilai merupakan
kepuasan berasal dari nilai persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan
untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu.
31
4.
Equity, dalam model ini, kepuasan adalah suatu fungsi dari bagaimana
seorang individu diperlakukan “ secara adil” di tempat kerja kepuasan berasal
dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama dengan inputnya
perbandingan yang mendukung output input lain yang significan.
5. Depositional Genetic Component secara khusus model ini didasarkan pada
keyakinan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian fungsi dari sifat pribadi
maupun faktor genetik, oleh karenanya model ini menunjukkan bahwa
perbedaan individu yang stabil adalah sama pentingnya dalam menjelaskan
kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja.
2. 4. 4 Cara Peningkatan Kepuasan Kerja
Pedoman khusus untuk mengimplementasikan faktor motivasi yang mungkin
membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kepuasan kerja pada diri
karyawan (Rashid & Rashid , 2011) :
1. Sifat dari pekerjaan orang yaitu memahami tiap-tiap pekerjaan dari masingmasing karyawan, dan merancang serta membuat pekerjaan menjadi lebih baik
dan menantang.
2. Rasa prestasi dilakukan dengan meningkatkan prestasi melalui tugas organisasi
dan kegiatan yang diambil dari pertimbangan karyawan, dengan menetapkan
tujuan yang lebih tinggi.
3. Tanggung jawab seperti memberikan tanggung jawab positif kepada karyawan
agar membuat mereka merasa diakui dan membawa kepuasan intern yang
mengarah ke peningkatan efisiensi organisasi.
4. Pengembangan pribadi dan pertumbuhan dengan cara memberikan kesempatan
untuk kemajuan karyawan dalam akademisi termasuk memberikan kesempatan
untuk promosi dan pembangunan dalam organisasi atau bidang pekerjaan.
5. Pengakuan untuk pekerjaan yang baik yaitu dengan lebih dari sekedar membuat
gaji yang baik yang merupakan kesempatan untuk memotivasi karyawan, agar
menghasilkan kinerja dan kepuasan kerja yang tinggi.
6. Umpan balik dengan memberikan peningkatan, berupa pengembangan karir yang
berkontribusi langsung terhadap kepuasan kerja dan berbagai macam
penghargaan atas pekerjaan, serta kenaikan gaji.
32
2. 5 Komitmen Organisasi
2. 5. 1 Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah tingkat di mana karyawan terikat dalam suatu
organisasi atau sejauh mana seorang karyawan mengidentifikasi perusahaannya dan
bersedia untuk melakukan upaya atas nama perusahaannya. Karyawan yang
mempunyai komitmen organisasi yang tinggi akan bersedia membantu organisasi
agar dapat melalui masa-masa sulit yang dialami perusahaan. Sedangkan karyawan
dengan komitmen organisasi rendah akan berusaha untuk meninggalkan kesempatan
untuk pekerjaan yang lebih baik dan memiliki niat untuk meninggalkan perusahaan
serta memiliki keterlibatan kerja yang rendah (Noe, Hollenbeck, Gerhart, & Wright,
2011).
Komitmen organisasi juga dapat diartikan sebagai berikut yaitu, suatu
keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu dan tujuan serta
berkeinginan mempertahankan keanggotaan dalam organisasi (Robbins & Coulter,
2012)
Komitmen organisasi merupakan perasaan tanggung jawab yang dimiliki
karyawan terhadap visi dan misi organisasi. Komitmen organisasi juga didefinisikan
sebagai ikatan emosional antara karyawan dengan organisasi, dan merupakan
pengaruh dari perlakuan yang dilakukan karyawan bagi organisasi (Qureshi,
Mehwish, Khansa, & Nosheen, 2011).
Komitmen kerja dianggap sebagai istilah lain dari komitmen organisasional.
Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan
untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi
dan menetap dalam perusahaan (Sopiah, 2008).
Berdasarkan beberapa pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
komitmen kerja organisasi atau komitmen organisasional merupakan suatu sikap
karyawan dimana karyawan memiliki keinginan untuk mengikatkan diri mereka
dengan organisasi atau perusahaan, karyawan yakin dan merasa nyaman dengan
organisasi dimana tempat mereka bekerja. Karyawan yang memiliki komitmen
organisasi yang tinggi maka biasanya akan menetap lama di dalam organisasi itu
karena merasa terikat dan menjadi bagian dari organisasi.
33
Komitmen organisasi juga dapat dikatakan sebagai tingkatan dimana
seseorang memposisikan dirinya pada organisasi dan kemauan untuk melanjutkan
usaha mereka demi pencapaian kepentingan organisasinya. Seorang pekerja yang
memiliki komitmen yang rendah pada organisasi seringkali hanya menunggu
kesempatan untuk keluar dari pekerjaan mereka.
2. 5. 2 Proses Komitmen Organisasi
Tiga langkah untuk membangun komitmen menurut (O'Reilly & Chatman,
1986), yaitu:
1. Penyesuaian (Compliance)
Pada tahap ini, focus jatuh pada kepatuhan karyawan dalam menerima pengaruh
orang lain terutama yang bermanfaat bagi karyawan melalui remunirasi atau
promosi. Dalam tahap ini, sikap dan perilaku diadopsi bukan karena keyakinan
bersama melainkan untuk mendapatkan reward. Selain itu, karyawan dalam tahap ini
juga melakukan penyesuaian dengan organisasi.
2. Identifikasi (Identification)
Dalam tahapan ini, karyawan bertahan dalam organisasi karena apa yang mereka
terima. Karyawan merasa bangga menjadi bagian dari suatu organisasi, mereka
memandang peran yang dimilikinya sebagai bagian dari identitas diri mereka dan
perusahaan.
3. Internalisasi (Internalization)
Pada tahap ketiga, ketika karyawan menemukan nilai organisasi untuk menjadi
reward intrinsik dan sesuai dengan nilai pribadi mereka maka karyawan akan
mengikatkan diri mereka ke dalam perusahaan.
Ketika organisasi melakukan proses komitmen organisasi, terdapat indikatorindikator atau dimensi-dimensi yang harus diperhatikan oleh organisasi agar proses
penciptaan komitmen organisasional dapat berjalan.
2. 5. 3 Dimensi dan Indikator Komitmen Organisasi
Untuk mengukur tingkat komitmen pegawai terhadap organisasi terdapat tiga
komponen dasar dalam komitmen organisasi (Robbins & Judge, 2008), diantaranya :
34
1. Affective Organizational Commitment (AOC)
Affective organizational commitment atau komitmen afektif adalah bagian komitmen
organisasi yang lebih menekankan pada sejauh mana pegawai mengenal dan
melibatkan diri dalam pencapaian tujuan organisasi. Komitmen afefktif merupakan
tingkat dimana individu terkait secara psikologis terhadap organisasi melalui
perasaan loyal, kasih sayang dan memiliki perasaan cinta terhadap organisasi.
Komitmen ini juga berhubungan dengan dedikasi anggota organisasi dalam
melangsungkan kehidupan berorganisasi dan menghasilkan orang yang mau
berkorban serta berinvestasi pada organisasi.
2. Continuance Organizational Commitment (COC)
Continuance Organizational Commitment atau komitmen kontinyu atau rasional
merupakan bagian komitmen organisasi dimana karyawan akan bertahan atau
meninggalkan organisasi karena melihat adanya pertimbangan rasional mengenai
keuntungan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Komitmen kontinyu merupakan
perasaan cinta pada organisasi karena pegawai menghargai besarnya biaya yang
dikorbankan seandainya meninggalkan organisasi.
3. Normative Organizational Commitment (NOC)
Normative Organizational Commitment atau komitmen normatif adalah satu
bagian dari komitmen organisasi dimana karyawan bertahan dalam organisasi karena
adanya ikatan emosional terhadap organisasi. Komitmen normatif merupakan
refleksi dari perasaan wajib pegawai untuk tetap bertahan di organisasi.
Anggota organisasi yang mempunyai tingkat loyalitas dan kesetiaan tinggi
terhadap organisasi akan mempunyai keinginan yang tinggi terhadap organisasi agar
organisasi menjadi sukses. Makin kuat pengenalan dan keterlibatan pekerja dengan
organisasi akan mempunyai komitmen yang tinggi. Seseorang yang tidak puas akan
pekerjaannya atau yang kurang berkomitmen pada organisasi akan terlihat berusaha
untuk menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran atau pengunduran diri.
Keterlibatan pegawai terhadap organisasi didorong oleh rasa puas pegawai
terhadap organisasi. Penilaian seorang pegawai terhadap puas atau tidak puas akan
pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan
35
yang berbeda satu sama lainnya. Pegawai yang merasa puas dengan pekerjaannya
cenderung bertahan dalam organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat
mempengaruhi pemikiran pegawai untuk keluar.
Persepsi pegawai terhadap alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan
menciptakan tingkat keluar masuk pegawai karena individu memilih keluar dari
organisasi dengan harapan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain (Robbins &
Judge, 2008). Pegawai dengan kepuasan kerja yang tinggi akan merasa senang dan
bahagia dalam melakukan pekerjaannya dan hal tersebut akan menciptakan
komitmen pegawai terhadap organisasi.
Sumber daya manusia dalam organisasi atau perlu memiliki komitmen
terhadap organisasi yang kuat. Sejauh mana keterlibatan kerja karyawan dalam
organisasi dapat diukur dari seberapa besar komitmen organisasi yang dimiliki
karyawan. Terdapat tiga indikator dalam mengukur komitmen organisasi pegawai
sebagai berikut (Kaswan, 2012):
a. Rasa memiliki (a sense of belonging)
b. Rasa bergairah terhadap pekerjaannya
c. Kepemilikan terhadap organisasi (ownership)
Menurut (Sopiah, 2008) untuk mengukur komitmen karyawan terhadap
organisasi dapat dijabarkan dalam tiga aspek komitmen :
a.Penerimaan terhadap tujuan organisasi
b.Keinginan untuk bekerja keras
c.Hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi
Pada dasarnya komitmen organisasi mempunyai makna menjalankan
kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang dapat membatasi kekebasan dari
karyawan untuk dapat melakukan sesuatu pekerjaan. Indikator-indikator komitmen
organisasi yang dapat dilihat pada pegawai (Mangkuprawira, 2011) adalah :
a. Komitmen pegawai untuk membantu mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.
36
b. Berkomitmen untuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan organisasi.
c. Memiliki komitmen dalam mengembangkan mutu sumber daya pegawai yang
bersangkutan dan mutu produk yang dihasilkan.
d. Berkomitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara efektif dan
efeisien.
e. Mempunyai komitmen untuk berdedikasi pada organisasi baik secara kritis
maupun rasional
2. 5. 4 Pendekatan untuk Meningkatkan Komitmen Organisasi
Pendekatan yang dapat dilakukan organisasi untuk dapat mengembangkan
komitmen organaisasi dalam diri karyawan dapat dilakukan sebagai berikut
(Greenberg & Baron, 2009) :
a. Membuat pekerjaan lebih menarik dan memberi tanggung jawab pada
karyawan
Seorang karyawan merasa memiliki komitmen pada organisasi adalah disaat dimana
organisasi memberi kesempatan pada karyawan tersebut untuk dapat melakukan
kontrol sendiri atas cara mereka bekerja, didengarkan semua masukanya, dan
karyawan diberikan kesempatan terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan
didalam organisasi.
b. Menyelaraskan kepentingan perusahaan dengan karyawan
Setiap organisasi selalu melakukan sebuah pengambilan keputusan, maka organisasi
harus memikirkan dampak yang akan terjadi dari pengambilan keputusan tersebut
bagi seluruh elemen dalam organisasi baik untuk organisasi itu sendiri maupun untuk
para karyawan didalam organisasi tersebut. Karyawan cenderung memiliki komitmen
yang tinggi terhadap organisasi jika organisasi selalu memikirkan dan mengikut
sertakan karyawan dalam setiap pengambilan keputusan dan tidak hanya memikirkan
keuntungan finansial semata bagi organisasi tersebut. Banyak organisasi saat ini
menerapkan sistem profit-sharing plans, yaitu rencana insentif dimana karyawan
menerim bonus secara proposional dengan profitabilitas yang diterima oleh
perusahaan. Sistem ini dinilai cukup efektif dalam meningkatkan komitmen
organisasi bagi karyawan karena sistem ini membuat karyawan lebih merasa terpacu
37
untuk bekerja lebih baik karena akan menerima bonus lebih juga profit perusahaan
meningkat dan akan menerima tambahan bonus sesuai dengan performance atau
kontribusinya untuk meningkatkan profit perushaan.
c. Merekrut karyawan baru yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi
Merekrut karyawan baru merupakan hal yang sangat penting, karena dapat membuka
kesempatan untuk menemukan orang-orang baru yang sesuai dengan nilai yang
dimiliki organisasi, tetapi juga dinamika dari proses rekrutment itu sendiri. Merekrut
karyawan baru untuk menjadi bagian dari organisasi adalah sebuah investasi, karena
dengan merekrut karyawan baru diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan
dan akan mempunyai komitmen terhadap organisasi. Dengan kata lain, perusahaan
yang berusaha mencari karyawan baru, berarti mereka peduli untuk bekerja keras dan
mencari seseorang yang mempunyai komitmen yang tinggi untuk organisasi.
d. Selalu mendengarkan karyawan
Hal yang paling efektif untuk meningkatkan komitmen adalah dengan cara selalu
mendengarkan karyawan dalam segala hal. Banyak organisasi yang mengabaikan apa
yang karyawan sampaikan dan keluhkan tentang organisasi, padahal karyawan
merupakan orang yang paling tahu bagaimana kondisi organisasi yang sebenarnya,
dan karyawan dapat memberikan masukan dan saran untuk masalah yang tidak
diketahui oleh para atasan. Saran dan masukan yang diberikan oleh karyawan adalah
hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh organisasi karena hal tersebut
dapat menjadi masukan dan saran yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan
memecahkan masalah yang ada di dalam organisasi.
Terdapat cara lain untuk meningkatkan komitmen organisasi (organizational
commitment) menurut (Kreitner & Kinicki, 2008), yaitu :
a. Komitmen afektif dapat ditingkatkan dengan perekrutan karyawan yang
mempunyai nilai-nilai pribadinya sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.
Lingkungan kerja yang positif dan menyenangkan dikatakan dapat
meningkatkan hasrat atau keinginan karyawan untuk tetap bekerja bagi
perusahaan.
b. Komitmen
Continuance dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian
kompensasi dan benefit kepada karyawan melalui program-program yang
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
38
c. Komitmen normatif dapat ditingkatkan dengan cara memastikan bahwa pihak
manajemen tidak melanggar kontrak psikologisnya dan akan berusaha untuk
meningkatkan tingkat kepercayaan karyawan disemua lini perusahaan.
2. 6 Kinerja Karyawan
Kinerja adalah sebagai dari kemampuan maupun motivasi yang digunakan
untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan tingkat kemampuan tertentu (Rivai
& Sagala, 2011).
Kinerja pada dasarnya adalah mengenai apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh karyawan, kinerja karyawan yang umumnya diukur dari beberapa
elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil,
kehadiran dan kemampuan berkerja sama (Mathis & Jackson, 2009).
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai karyawan dalam melaksanakan
tugas – tugas yang dibebankan kepada karyawan yang didasarkan atas kecakapan
pengalaman, kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2010).
2. 6. 1 Metode-Metode Penilaian Kinerja
Metode penilaian kinerja dapat meliputi (Suwanto & Priansa, 2013)
a. Rating Scale : Metode dengan menggunakan skala angka dari rendah sampai
dengan tinggi
b. Checklist : Metode dimana penilai harus memilih pertanyaan-pertanyaan yang
paling sesuai untuk mendeskripsikan kinerja individu
c. Paired Comparison Method : Metode dimana semua pekerja dinilai secara
bersama-sama dengan teman-teman kerjanya yang lain untuk kriteria-kriteria
tertentu.
d. Alternation Ranking Method :Penilaian kinerja dengan menggunakan metode
mengurutkan semua pekerja dari yang memiliki kinerja paling bagus sampai dengan
yang paling buruk.
e. Critical Incident Method : Metode yang akan melakukan review atas perilaku yang
tidak biasa dan buruk yang dilakukan oleh karyawan.
39
f. Narative Forms : Metode yang memungkinkan penilai memberi penilaian dalam
bentuk naratif atau dalam bentuk esai.
g. Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS) : metode yang menggabungkan
penilaian naratif dengan penilian kuantitatif rating scale.
h. Management by Objectives (MBO) : MBO standard dan kriteria penilaian
ditentukan oleh pekerja bersama-sama dengan atasannya untuk dilakukan evaluasi
secara bersama.
i. 360 degree : Metode penialain dari semua pihak atau dikatan secara 360 derajat
meliputi atasan, bawahan, reakan kerja, diri sendiri, pelanggan dan semua pihak yang
terlibat dalam proses kerja individu.
2. 6. 2 Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan
Beberapa dimensi standar kinerja yang terdiri dari (Mangkunegara, 2005):
1. Aspek Kuantitatif, meliputi:
-
Proses kerja dan kondisi kerja.
-
Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan.
-
Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.
-
Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja.
2. Aspek Kualitatif, meliputi:
-
Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan.
-
Tingkat kemampuan dalam bekerja.
-
Kemampuan menganalisis data atau informasi, kemampuan atau kegagalan
menggunakan mesin atau peralatan.
-
Kemampuan mengevaluasi (keluhan konsumen).
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator,
yaitu (Robbins & Judge, Organizational Behavior, 2008)
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan karyawan.
40
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil
dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan
mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan
terhadap kantor.
Indikator kinerja karyawan, yaitu (Rivai & Sagala, 2011) :
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan dalam menggunakan pengetahuan,
metode, teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta
pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke bidang
operasional perusahaan secara menyeluruh. Pada intinya setiap individu atau
karyawan pada setiap perusahaan harus memahami tugas, fungsi serta
tanggungjawabnya sebagai seorang karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemapuan untuk bekerja sama
dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain.
41
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen
yaitu kompetensi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang berdiri sendiri. Sedangkan
untuk variabel dependen atau variabel terikat dalam penilitian ini adalah kinerja
karyawan. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh beberapa
variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri.
Kompetensi
(X1)
H1
Kepuasan Kerja
Kinerja Karyawan
H2
(X2)
(Y)
H3
Komitmen Organisasi
(X3)
H4
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis, 2015
2.9 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka dapat dibuat hipotesis :
H-1
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Prima Teknik Mandiri.
42
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap kinerja karyawan
pada PT. Prima Teknik Mandiri.
H-2
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan pada PT. Prima Teknik Mandiri.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terdahap kinerja
karyawan pada PT. Prima Teknik Mandiri.
H-3
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara komitmen organisasi terhadap
kinerja karyawan pada Pt. Prima Teknik Mandiri.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara komitmen organisasi terhadp kinerja
karyawan pada PT. Prima Teknik Mandiri.
H-4
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi, kepuasan kerja dan
komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Prima Teknik
Mandiri.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi, kepuasan kerja dan
komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Prima Teknik Mandiri.
Download