Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi

advertisement
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Afektif
PEMBELAJARAN AFEKTIF
A. Pengertian Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan
untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk
mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif
berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian
behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk
memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Namun hingga saat ini dalam praktiknya, proses
pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan pada
pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan melalui
berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran tertentu.
Sementara, pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan
afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan
mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau menjadi
hidden curriculum yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran yang utama
yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotor.
Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif
memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan
seseorang dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski
demikian,
pembelajaran
afektif
justru
lebih
banyak
dilakukan
dan
dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Pembelajaran afektif berbeda
dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat
bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang
harus dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan
evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan
keterampilan.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
1
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Afektif
B. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki oleh seseorang,
sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan
sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.
Nilai, adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang
sifat–sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Nilai
berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan
tidak, pandangan seseorang tentang semua itu, tidak bisa dirubah. Kita
mungkin hanya dapat mengetahui dari prilaku yang bersangkutan oleh karena
itu, nilai pada dasarnya adalah standar perilaku sesorang. Dengan demikian,
pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman perilaku kepada peserta
didik yang diharapkan kepada siswa dapat berperilaku sesuai dengan
pendangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan norma–norma
yang berlaku.
Dougla Graham (Golu 2003) menyatakan 4 faktor merupakan dasar
kepatuhan seseorang terhadap nilai–nilai tertentu:
 Normativist : Kepatuhan yang terdapat pada norma – norma hokum.
 Integralist : Kepatuhan
yang di dasarkan
pada kesadaran
dan
pertimbangan–pertimbangan yang rasional.
 Fenomalist : Kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa–basi.
 Hedonist : Kepatuhan berdasarkan diri sendiri.
Nilai bagi seseorang tidaklah statis akan tetapi selalu berubah, setiap
orang akan selalu menganggap sesuatu itu baik sesuai dengan pandangannya
pada saat itu. Oleh sebab itu, system nilai yang dimiliki seseorang bisa di bina
dan diarakhan. Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalu
pembentukan sikap, yakni kecendrungan seseorang terhadap suatu objek,
misalnya jika seseorang berhadapan dengan sesuatu objek, dia akan
menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Golu
(2005) menyimpulkan tentang nilai tersebut :
 Nilai tidak bisa di ajarkan tetapi di ketahui dari penampilannya.
 Pengembangan dominan efektif pada nilai tidak bisa di pisahkan dari
aspek kognitif dan psikomotorik.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
2
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Afektif
 Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah,
berkembang, sehingga bisa di bina.
 Perkembangan nilai atau moral tidak akan terjadi sekaligus, tetapi melalui
tahap tertentu.
Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu
objek berdasarkan nilai yang di anggap baik atau tidak baik. Dengan demikian,
belajar sikap berarti memperoleh kecendrungan untuk menerima atau menolak
suatu objek penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau
berharga (sikap positif) dan tidak berguna atau berharga (sikap negatif).
C. Proses Pembentukan Sikap
Pola Pembiasaan.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak,
guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses
pembiasaan, misalnya sikap siswa yang setiap kali menerima perilaku yang
tidak menyenangkan dari guru, satu contoh mengejek atau menyinggung
perasaan anak. Maka lama kelamaan akan timbul perasaa benci dari anak
tersebut yang pada akhirnya dia juga akan membenci pada guru dan mata
pelajarannya.
Modeling.
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui proses modeling yaitu
pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses pencontohan. Salah
satu karakteristik anak didik yang sadang berkembang adalah keinginan untuk
malakukan peniruan (imitasi). Hal yang di tiru itu adalah perilaku – perilaku
yang di peragakan atau di demonstrasikan oleh orang yang menjadi
idamannya. Modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang
menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya di milai
dari perasaan kagum.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
3
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Afektif
D. Model Strategi Pembelajaran Sikap
Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada
situasi yang mengandung konflik atau situasi problematis, melalui situasi ini di
harapkan
siswa
dapat
mengambil
keputusan
berdasarkan
nilai
yang
dianggapnya baik.
a. Model Konsiderasi.
Model konsiderasi di kembangkan oleh Mc Paul, seorang humanis, Paul
menganggap
bahwa
pembentukan
moral
tidak
sama
dengan
pengembangan kognitif yang rasional. Menurutnya pembentukan atau
pembelajaran moral siswa adalah pembentukan kepribadian bukan
pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada
strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Tujuannya
adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepribadian terhadap
orang lain.
b. Model Pengembangan Kognitif.
Model ini banyak di ilhami oleh pemeikiran John Dewey dan Jean Piaget
yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses
dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung serta berangsur – angsur
menurut aturan tertentu.
c. Teknik Mengklarifikasikan Nilai.
Teknik volume clarification technic Que atau VCT dapat diartikan sebagai
teknik
pengajaran
untuk
memebantu
siswa dalam
menerima
dan
menentukan suatu nilai yang di aggapnya baik dalam menghadapi suatu
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa. VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang
membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada akhirnya
nilai – nilai tersebut akan mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
4
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Afektif
E. Kesulitan Pembelajaran Afektif
Selain aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk
kecerdasan
peserta
didik
dan
pembentukan
ketrampilan
untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan motorik,
maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah
penting. Pendidikan bukan hanya untuk membentuk kecerdasan dan atau
ketrampilan tertentu, tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar
anak berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian ada beberapa kesulitan dalam pembelajaran afektif, yaitu :

Sulit melakukan kontrol karna banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik
melalui proses pembiasaan maupun modeling bukan hanya di tentukan
oleh faktor guru, akan tetapi juga faktor lain terutama faktor lingkungan.
Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa di evaluasi dengan segera.
Berdeda dengan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya
dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, keberhasilan dari
pembentukan sikap dapat dilihat pada rentang waktu yang cukup
panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai
yang memerlukan proses lama.

Pengaruh kemajuan tekhnologi, berdampak pada pembentukan karakter
anak, tidak bisa di pungkiri program-program TV yang menayangkan
acara produksi luar negri yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda, maka dari itu perlahan tapi pasti budaya asing yang belum
cocok dengan budaya local menerobos dalam setiap ruang kehidupan.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
5
Download