TUGAS AKHIR-RD 141558 PERANCANGAN - Repository

advertisement
TUGAS AKHIR-RD 141558
PERANCANGAN ANIMASI EPISODE INFEKSI KULIT
DALAM SERIAL EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH
UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN
Oleh:
Rizky Vindi Nuryahya
NRP. 3412100094
Dosen Pembimbing:
Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds.
NIP. 19801012 200604 1002
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
JURUSAN DESAIN PRODUK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
FINAL PROJECT -RD 141558
DESIGNING ANIMATION SKIN INFECTIONS EPISODE
IN EDUCATIONAL SERIES OF IMMUNE SYSTEM
FOR CHILDREN AGES 7-10 YEARS OLD
By:
Rizky Vindi Nuryahya
NRP. 3412100094
Supervisor:
Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds.
NIP. 19801012 200604 1002
STUDY PROGRAM OF VISUAL COMMUNICATION DESIGN
INDUSTRIAL PRODUCT DESIGN DEPARTMENT
FACULTY OF CIVIL AND PLANNING ENGINEERING
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul PERANCANGAN ANIMASI
EPISODE INFEKSI KULIT DALAM SERIAL EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH
UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN, sebagai persyaratan kelengkapan mata kuliah Bidang
Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain Produk Industri.
Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dan berperan penting pada perancangan tugas akhir ini, yaitu:
1. Allah SWT atas rahmat, hidayah, nikmat, kekuatan, dan kesempatan dalam
menuntut ilmu. Rasulullah SAW atas pribadinya yang menjadi teladan dalam
bersikap.
2. Mama dan kakak, serta keluarga di Jombang atas dukungan dan doa yang
senantiasa dipanjatkan.
3. Para dosen yang selama ini membimbing saya dalam menyusun laporan ini,
terutama Pak Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds. selaku dosen pembimbing.
4. Pak Baroto, Pak Didit, dan Bu Tika atas kritik dan sarannya dalam masa sidang.
5. Pak Rahmatsyam Lakoro, S.Sn., M.T. selaku koordinator matakuliah Tugas Akhir.
Serta jajaran dosen dan karyawan Jurusan Desain Produk Industri ITS.
6. Hilman Hawali yang telah memberi dukungan semangat serta banyak membantu
memberikan ide dan masukkan atas penulisan cerita dalam perancangan ini.
Anjani, Fawwazy, Fauzan, Sudiro, Bintang, Akux, dan Cakra yang telah membantu
dalam pembuatan animasi. Hayyu, Samuel, dan Dewi yang telah membantu dalam
pembuatan storyboard. Gina, Rofiqi, Imad, Fakih, Luna, dan Ade yang telah
membantu dalam pengisian suara. Fera yang telah membantu dalam hal penulisan.
7. Ibu/Bapak guru dan adek-adek SDN Blimbing I dan SDN Blimbing II Jombang,
SD Al-Hikmah Surabaya, dan SD Yamasto Surabaya atas bantuannya sebagai
narasumber penelitian perancangan ini.
8. Teman-teman Despro 2012 atas bantuan dan kebersamaannya. Serta teman-teman
lainnya yang turut membantu saya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per
satu.
Demikian laporan Tugas Akhir ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan
laporan ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Surabaya, Januari 2017
Penulis
PERANCANGAN ANIMASI EPISODE INFEKSI KULIT DALAM SERIAL
EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN
Nama Mahasiswa : Rizky Vindi Nuryahya
NRP
: 3412100094
Prodi
: Desain Komunikasi Visual
Jurusan
: Desain Produk Industri FTSP – ITS
Dosen Pembimbing : Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds
ABSTRAK
Anak-anak adalah generasi masa depan dari sebuah bangsa. Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013 menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia yang berada di rentang usia sekolah
dan balita adalah jumlah tertinggi penderita berbagai jenis penyakit menular. Rendahnya
kualitas kesehatan tersebut dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dalam belajar
dan meraih masa depan gemilang. Selain itu wawasan masyarakat khususnya anak-anak
tentang kesehatan dinilai masih kurang. Banyaknya konten-konten negatif yang tersebar
secara bebas di internet maupun di media televisi turut menjadi pengaruh kurangnya
keinginan masyarakat khususnya anak untuk belajar akan materi kesehatan. Maka dari itu,
perlu dilakukan pembentukan karakter peduli kesehatan dengan menggunakan media yang
tepat sejak dini. Media yang dirasa tepat untuk masalah ini adalah media animasi serial
edukasi dengan isi konten materi tentang kesehatan untuk anak usia 7-10 tahun.
Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama, wawancara mendalam
terhadap IDAI untuk studi konten edukasi pada animasi, terhadap anak-anak sebagai studi
pemahaman anak terhadap sistem imunitas tubuh untuk mengidentifikasi permasalahan, dan
memperkuat latar belakang perancangan. Tahap kedua, mengumpulkan data secara kualitatif
berupa focus group discussion yang dilakukan di dua sekolah dasar dan experimental
research dalam bentuk pembuatan alternatif alur cerita dan desain ilustrasi untuk memenuhi
formulasi kebutuhan yang sesuai terhadap permasalahan yang teridentifikasi sebelumnya.
Tahap ketiga, pembuatan prototipe yang diujicobakan pada target audiens usia 7-10 tahun
sebagai evaluasi dari hasil perancangan.
Hasil dari perancangan ini adalah suatu animasi edukasi sistem imunitas tubuh episode :
infeksi kulit dengan konsep fun learning sesuai dengan kebutuhan anak-anak usia 7-10 tahun.
Fun learning, konten berupa cerita petualangan mengenai materi tentang sistem imunitas
tubuh yang disajikan dalam bentuk ilustrasi yang bergerak serta diiringi dengan audionarasi
dan efek suara dimana pada akhir animasi terdapat tips trivia sehingga anak dapat lebih
memahami tentang materi dalam animasi dengan menyenangkan.
Kata kunci : Sistem Imun, Video Animasi, Edukasi Anak, Fun Learning
DESIGNING ANIMATION SKIN INFECTIONS EPISODE IN EDUCATIONAL
SERIES OF IMMUNE SYSTEM FOR CHILDREN AGES 7-10 YEARS OLD
Name
NRP
Subject
Department
Supervisor
: Rizky Vindi Nuryahya
: 3412100094
: Visual Communication Design
: Industrial Product Design FTSP - ITS
: Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds
ABSTRACT
Children are the future generation of the nation. However, based on the results
Riskesdas in 2013 showed that Indonesian children who are in school and toddler age range is
the highest number of people with various types of infectious diseases. This could hamper the
growth process of children in learning and achieve a bright future. Moreover, society insight
especially children of primary school age about health is considered insufficient. The number of
negative content that is distributed freely on the Internet or on television media have contributed
to the effect of the lack of willingness of society, especially children to learn for material health.
Therefore, there should be the establishment of a health care character by using the right media
early on. An appropriate medium for this problem is the animated educational series for
children age 7-10 years old with the content material on the health.
The study was conducted through three stages: the first stage, in-depth interviews
IDAI to study the educational content on the animation, to children as a study of children's
understanding of the immune system to identify problems and strengthen the background
design. The second phase, to collect qualitative data in the form of focus group discussions
conducted in two primary schools and experimental research in the form of creating
alternative storyline and illustration design to meet the needs of an appropriate formulation
of the problems identified earlier. The third stage, the manufacture of the prototype tested
on the target audience aged 7-10 years as an evaluation of the results of the design.
The results of this design is an educational animated episodes of the immune
system: a skin infection with the concept of fun learning according to the needs of children
aged 7-10 years. Fun learning, content in the form of an adventure story about the material
on the immune system which is presented in the form of illustrations that move and
accompanied by audionarasi and sound effects which at the end of the animation are tips
trivia so that children can understand more about the material in the animation with fun.
Keywords : Immune System, Animated Series, Educational for Children, Fun Learning
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
xi
BAB I – PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
5
1.3. Batasan Masalah
6
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Perancangan
7
1.6. Manfaat Perancangan
7
1.6.1
Manfaat Teoritis
7
1.6.2
Manfaat Praktis
7
1.7. Ruang Lingkup
7
1.7.1
Ruang Lingkup Studi
8
1.7.2
Ruang Lingkup Output
8
BAB II – STUDI ACUAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Sistem Imunitas Tubuh
11
11
2.1.1.1 Fungsi Sistem Imun
13
2.1.1.2 Pembagian Sistem Imun
13
2.1.2. Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh
18
2.1.3. Karakteristik Anak
24
2.1.4. Storytelling Untuk Anak
26
2.1.5. Animasi Edukasi
28
2.2. Studi Eksisting
2.2.1. Profil IDAI
28
28
2.2.2. Animasi Eksisting
30
2.2.3. Referensi Desain
46
2.2.3.1. Karakter
46
2.2.3.2. Environment
49
BAB III – METODOLOGI RISET
3.1. Diagram Riset
53
3.2. Teknik Sampling
54
3.2.1. Populasi
54
3.2.2. Sample
54
3.3. Metode Riset
55
3.3.1.
Wawancara
55
3.3.2.
Observasi
61
3.3.2.1. Tujuan Observasi
62
3.3.1.2. Analisa Hasil Observasi
62
3.3.3.
Studi Literatur
63
3.3.3.1. Tujuan Studi Literatur
63
3.3.3.2. Analisa Hasil Studi Literatur
63
3.3.4. Focus Group Discussion
64
3.2.3.1. Tujuan FGD
68
3.2.3.2. Analisa Hasil FGD
68
3.3.5. Eksperimen
69
3.3.5.1. Tujuan Eksperimen
69
3.3.5.2. Analisa Hasil Eksperimen
69
3.4. Logika Berpikir
74
BAB IV – KONSEP DESAIN
4.1. Luaran Perancangan
75
4.2. Konsep Desain
75
4.2.1. Produk
75
4.2.2. Segmentasi
76
4.2.3. Positioning
76
4.2.4. Consumer Needs
77
4.2.5. USP (Unique Selling Points)
77
4.2.6. Strategi Media
77
4.2.7. Sinematografi
78
4.2.8. Suara
79
4.2.8.1.Dialog
79
4.2.8.2.Musik Latar
80
4.3. Kriteria Desain
83
4.3.1. Strategi Konten
83
4.3.2. Strategi Visual
84
4.3.2.1.Gaya Gambar
84
4.3.2.2.Setting Lingkungan
85
4.3.2.3.Pewarnaan
85
4.3.2.4.Penokohan dan Karakter
87
4.3.2.5.Analisa Karakter
87
4.3.3. Strategi Komunikasi
4.3.3.1.Sinopsis dan Alur Cerita
4.4. Proses Desain
97
98
111
4.4.1. Desain Judul
111
4.4.2. Desain Karakter
112
4.4.3. Desain Environment
120
4.4.4. Scene
121
4.5. Konsep Perilisan
122
4.6. Konsep Pengembangan
126
BAB V – IMPLEMENTASI DESAIN
5.1. Karakter
127
5.2. Environment
132
5.3. Proses Produksi
133
5.3.1. Storyboard
133
5.3.2. Scene Preview
140
5.3.3. Teknik Animasi
141
5.3.3.1. Prinsip Animasi Yang Digunakan
141
5.3.3.2. Pengisi Suara
144
5.3.3.3. Sound Effect
148
5.3.3.4. Proses Animasi
150
BAB VI – KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
153
6.2. Saran
155
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Hasil survey The Asian Parent
1
Gambar 1.2
Alasan orang tua mengijinkan memakai gadget
2
Gambar 1.3
Bagan perbandingan media
4
Gambar 2.1
Sistem imunitas tubuh manusia
11
Gambar 2.2
Gambar logo IDAI
28
Gambar 2.3
Tampilan opening animasi How the body works yang menampilkan
judul dan tokoh dalam animasi yaitu Chloe dan Nurb
30
Gambar 2.4
Tampilan animasi “The immune system explained” pada scene
penyerangan makrofaga dan neutrofil terhadap bakteri
Gambar 2.5
Tampilan animasi “How a wound heals itself” pada scene penjelasan
lapisan kulit
43
Gambar 2.6
Referensi sel-sel imun........................................................................47
Gambar 2.7
Bakteri
47
Gambar 2.8
Artis cilik Keisha Alvaro
48
Gambar 2.9
Referensi gambar bumi
50
Gambar 2.10 Referensi gambar peta dan tampak atas
51
Gambar 3.1
Diagram riset perancangan
53
Gambar 3.2
Guru kelas 3A SD Al-Hikmah, Ibu Irul
58
Gambar 3.3
Siswa SDN Blimbing 2, Carissa, Yuyun, & Irzam
59
Gambar 3.4
Peserta FGD : Edwar Julian Nograha (1), Unding Billa
Darmanto (2), Muhammat Irzam A.W. (3), Sherin Dwi Nurmala (4),
Yuyun Meila Saroh (5), Carissa Dwi Ariyanti (6)
66
Gambar 3.5
Suasana FGD ruang perpustakaan di SDN Blimbing 2
66
Gambar 3.6
Suasana FGD di SDN Blimbing 1
67
Gambar 3.7
Protokol cerita awal
70
Gambar 3.8
Perbaikan protokol cerita
70
Gambar 3.9
Protokol cerita final
71
Gambar 3.10 Eksperimen desain karakter
Gambar 3.11 Eksperimen environment taman belakang rumah (1),
37
72
lapisan kulit (2), latar saat terinfeksi (3), latar sebelum terinfeksi (4)73
Gambar 3.11 Bagan logika berpikir
74
Gambar 4.1
Contoh ilustrasi untuk karakter imun (1), dan ilustrasi
environment (2)
84
Gambar 4.2
Contoh gambar environment permukaan dan lapisan kulit
85
Gambar 4.3
Contoh scene setelah color grading & tone color grading
86
Gambar 4.4
Palet warna colourfull
86
Gambar 4.5
Gambar Dendritic Cell
88
Gambar 4.6
Referensi karakter Dendi
89
Gambar 4.7
Makrofaga
90
Gambar 4.8
Referensi karakter Mako
91
Gambar 4.9
Helper T-Cell
92
Gambar 4.10 Referensi karakter Helfi
93
Gambar 4.11 B Cell
94
Gambar 4.12 Referensi karakter Beti
95
Gambar 4.13 Memory Cell
96
Gambar 4.14 Referensi karakter Momo
97
Gambar 4.15 Sketsa desain judul
111
Gambar 4.16 Alternatif desain judul
111
Gambar 4.17 Desain judul terpilih
112
Gambar 4.18 Gambar dendritic cell
112
Gambar 4.19 Gambar sketsa alternatif karakter Dendi
112
Gambar 4.20 Gambar sketsa final karakter Dendi
113
Gambar 4.21 Gambar desain final karakter Dendi
113
Gambar 4.22 Gambar Macrophage
113
Gambar 4.23 Gambar sketsa alternatif karakter Mako
113
Gambar 4.24 Gambar sketsa final karakter Mako
114
Gambar 4.25 Gambar desain final karakter Mako
114
Gambar 4.26 Gambar Helper T-cell
115
Gambar 4.27 Gambar sketsa alternatif karakter Helfi
115
Gambar 4.28 Gambar sketsa karakter Helfi
115
Gambar 4.29 Gambar desain final karakter Helfi
115
Gambar 4.30 Gambar B-cell
116
Gambar 4.31 Gambar sketsa alternatif karakter Beti
116
Gambar 4.32 Gambar sketsa karakter Beti
116
Gambar 4.33 Gambar desain final karakter Beti
116
Gambar 4.34 Gambar Memory cell
117
Gambar 4.35 Gambar sketsa alternatif karakter Momo
117
Gambar 4.36 Gambar sketsa karakter Momo
117
Gambar 4.37 Gambar desain final karakter Momo
117
Gambar 4.38 Gambar Bakteri
118
Gambar 4.39 Gambar sketsa karakter Bakto
118
Gambar 4.40 Gambar desain final karakter Bakto
118
Gambar 4.41 Gambar Keisha Alvaro
119
Gambar 4.42 Gambar sketsa karakter Ardian
119
Gambar 4.43 Gambar desain final karakter Ardian
119
Gambar 4.44 Gambar environment halaman
120
Gambar 4.45 Gambar environment permukaan kulit
120
Gambar 4.46 Gambar environment lapisan kulit
120
Gambar 4.47 Gambar environment markas tim Imuno
121
Gambar 4.48 Gambar sketsa scene prolog
121
Gambar 4.49 Gambar sketsa scene Tips Trivia
122
Gambar 5.1
Karakter utama Momo, Helfi, Dendi, Beti, dan Mako
127
Gambar 5.2
Karakter pendukung Bakto, Ardian, dan Antibodi
127
Gambar 5.3
Tampilan karakter Dendi dalam berbagai perspektif
128
Gambar 5.4
Tampilan karakter Mako dalam berbagai perspektif
128
Gambar 5.5
Tampilan karakter Helfi dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.6
Tampilan karakter Beti dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.7
Tampilan karakter Momo dalam berbagai perspektif
130
Gambar 5.8
Tampilan karakter Bakto dalam berbagai perpektif
130
Gambar 5.9
Tampilan karakter Ardian dalam berbagai perspektif
131
Gambar 5.10 Tampilan karakter Antibodi
131
Gambar 5.11 Ilustrasi halaman
132
Gambar 5.12 Ilustrasi lapisan kulit.
132
Gambar 5.13 Scene preview prolog
140
Gambar 5.14 Scene preview pra perang
140
Gambar 5.15 Scene preview Tips Trivia
140
Gambar 5.16 Pose to pose Momo terbang
141
Gambar 5.17 Scene perang dengan timing slow motion
141
Gambar 5.18 Scene Ardian terjatuh
142
Gambar 5.19 Scene Ardian berjalan
142
Gambar 5.20 Scene Helfi berbicara pada Momo
143
Gambar 5.21 Scene Mako marah
143
Gambar 5.22 Ilustrasi karakter Dendi
144
Gambar 5.23 Rofiqi pengisi suara Dendi
145
Gambar 5.24 Fakih pengisi suara Mako
145
Gambar 5.25 Gina pengisi suara Helfi
146
Gambar 5.26 Luna pengisi suara Beti & Momo
146
Gambar 5.27 Imad pengisi Bakto
147
Gambar 5.28 Ade pengisi suara Ardian
147
Gambar 5.29 Proses pembuatan rigging karakter
151
Gambar 5.30 Proses animasi scene Ardian
151
Gambar 5.31 Proses penambahan musik latar
152
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Rangkuman animasi How the body works
30
Tabel 2.2
Rangkuman animasi The immune system explained 1
37
Tabel 2.3
Rangkuman Animasi How a wound heals itself
43
Tabel 4.1
Daftar musik latar
80
Tabel 4.2
Pola alur cerita setiap episode
110
Tabel 4.3
Rincian biaya perancangan
124
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan sumber daya alam serta
budayanya yang beraneka ragam. Seiring berjalannya waktu bangsa ini akan
membutuhkan generasi-generasi penerus untuk mempertahankan persatuan dan
kesatuan, melanjutkan pembangunan, serta menjaga dan melestarikan sumber daya
alam dan juga budaya. Generasi penerus tersebut adalah anak-anak yang sedang
berkembang saat ini. Agar masa depan bangsa menjadi lebih baik, generasi penerus
harus dibentuk menjadi pribadi unggulan yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,
bahagia, bermoral tinggi dan terpuji. Karena di masa depan mereka merupakan aset
yang akan menentukan kualitas peradaban bangsa Indonesia.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat adalah salah satu faktor yang
membuat anak-anak pada era ini lebih suka untuk memainkan alat-alat teknologi
daripada bermain diluar bersama teman-temannya. Mereka memilih menghabiskan
waktu libur atau waktu luangnya untuk bermain game atau sekedar menonton
televisi. Berdasarkan hasil survey The Asian Parent, membuktikan bahwa 98%
anak-anak di Asia Tenggara sudah menggunakan gadget.
Gambar 1.1. Hasil survey The Asian Parent
Sumber : The Asian Parent, 2014
1
2
Alasan para orang tua mengijinkan anak-anaknya untuk menggunakan gadget
adalah 80% untuk pendidikan. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi
kekhawatiran orang tua untuk mengijinkan anaknya menggunakan gadget, seperti
alasan kesehatan, ketergantungan dan adanya konten-konten negatif yang bisa
mempengaruhi perkembangan psikis anak.
Gambar 1.2. Alasan orang tua mengijinkan memakai gadget
Sumber : The Asian Parent, 2014
Banyaknya konten-konten negatif di internet dan televisi saat ini sudah sangat
transparan, sehingga anak-anak leluasa untuk melihat dan mengaksesnya. Selain itu
program-program yang khusus dirancang untuk anak-anak pun masih dinilai kurang
sesuai atau masih mengandung konten yang tidak seharusnya diberikan untuk anak.
Berdasarkan hasil survey Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada periode MaretApril 2015 menunjukkan untuk program anak-anak, responden menilai kualitas
program acara anak-anak masih kurang kualitasnya, dengan nilai 3,03 dari skala 15 dan minimal angka 4 untuk standar kualitas kelayakan. Selain itu juga hasil
penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan sejak 2008 hingga 2010,
sebanyak 67% dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah
Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24%
3
mengaku melihat pornografi melalui media komik, 22% melihat dari situs internet,
17% dari games , 12% melalui televisi, dan 6% lewat telepon genggam.1
Upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya untuk generasi penerus
bangsa harus dilakukan sejak dini, sistematis, dan berkesinambungan. Tumbuh
kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Namun pada kenyataannya anak-anak
sangat rentan terserang penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) tahun 2013 mengenai penyakit menular,
mayoritas penderita adalah anak-anak dari usia 1 hingga 14 tahun dan yang
bertempat tinggal di pedesaan memiliki presentase lebih tinggi daripada di
perkotaan. Penyakit-penyakit menular tersebut dapat ditularkan melalui berbagai
media yaitu dari udara seperti ISPA dan pneumonia, melalui makanan dan air
seperti diare dan hepatitis, serta melalui vektor seperti malaria. Selain itu indikator
status gizi anak-anak sekolah usia 5-12 tahun yang diukur berdasarkan BB (berat
badan) dan TB (tinggi badan) termasuk kurang. Yaitu sebesar 30,7% terbilang
pendek dan 11,2% terbilang kurus berdasarkan baku antropometri WHO 2007.
Selain itu, fakta membuktikan nasib anak bangsa Indonesia masih sangat buruk dan
mengenaskan. Gambaran ini dapat terlihat dari fakta dimana 5,4 juta anak Indonesia
masih dalam kondisi terlantar, menurut data kementrian sosial.2
Selain berdasarkan data diatas, penulis juga melakukan penelitian melalui
penyebaran kuesioner terhadap 240 anak SD di Surabaya. Kesimpulan yang
didapatkan adalah bahwa anak-anak masih melakukan hal-hal yang beresiko
mengancam kesehatan tubuhnya, seperti tidak cuci tangan sebelum makan. Selain
itu pola makan dan menu makan mereka masih kurang dari empat sehat lima
sempurna, yaitu kurangnya konsumsi sayur dan susu. Mereka juga kerap jajan
sembarangan yang tidak bergizi dan beresiko mengandung zat-zat yang berbahaya
terhadap kesehatan tubuh. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner,
1
Vivanews.com 3 Oktober 2011
Antaranews.com 5 Juli 2011
2
4
sebanyak 122 responden menjawab selalu jajan di sekolah, 114 menjawab kadangkadang, dan hanya 4 responden yang menjawab tidak pernah.
Untuk menjauhkan anak-anak dari konten-konten yang negatif, para pelaku
pemerhati kesehatan sedang melakukan penelitian mengenai media pembelajaran
yang sesuai dengan anak-anak untuk sekolah dasar, salah satunya adalah media
animasi. Dalam wawancara oleh Tri Wahono, dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya
sekaligus seorang peneliti lapangan menyatakan bahwa anak usia emas merupakan
usia yang diharuskan untuk diberi pembelajaran berupa mengajak keterlibatan
mereka dalam mempelajari sesuatu, dalam pembelajaran hal yang harus dilibatkan
adalah emosi anak kecil agar timbul kesadaran secara tak sadar.
Gambar 1.3. Bagan perbandingan media
Sumber : Nuryahya 2015
Animasi serial online sebagai media hiburan yang bersifat masal dan viral,
cepat sekali menyebar dan cepat menjadi populer. Melalui media animasi, mudah
mengembangkan media-media lain sebagai pendukung media utama. Sehingga
dengan konten yang bersifat animasi edukasi ini diharapkan bisa menjadi tayangan
dengan nilai jual yang tinggi untuk diputar di media online seperti YouTube.
5
1.2
Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, ditemukan
beberapa identifikasi masalah yang mendasari penulis untuk mengangkat judul ini
sebagai riset desain, yaitu :
1. Hasil riset menunjukkan bahwa hanya 51% responden atau 122 anak yang
tahu tentang imunisasi dan manfaatnya bagi tubuh. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak akan topik kesehatan
khususnya imunitas tubuh masih kurang.
2. Anak-anak masih kurang dalam berperilaku menjaga dan merawat
kesehatan tubuhnya sendiri. Hal ini ditunjukkan pada hasil kuesioner
bahwa hanya 54% dari total responden atau 130 anak yang selalu mencuci
tangan sebelum makan dan selalu mengkonsumsi sayur dan vitamin.
3. Topik tentang kesehatan kurang diminati oleh anak-anak dikarenakan halhal berikut :
-
Kebanyakan materi kesehatan disajikan dalam bentuk media cetak.
-
Anak-anak tidak suka atau malas membaca terlalu banyak tulisan.
-
Bahasa yang digunakan terlalu baku dan deskriptif.
-
Materi yang disampaikan terlalu kompleks dan berat.
4. Para orang tua saat ini masih cenderung memilihkan bacaan komik umum
atau memilihkan video hiburan dan game, dibandingkan dengan buku
pengetahuan dan video edukasi.
5. Anak-anak cenderung menghabiskan waktu luangnya dengan bermain
dengan gadget seperti smartphone, laptop maupun tablet milik orang tua
ataupun miliknya sendiri untuk bermain game dan menonton video.
6. Banyak video hiburan dan game yang mengandung konten negatif dan
tidak sesuai untuk anak.
7. Perlu adanya sebuah media edukasi yang mampu mengajarkan kepada
anak–anak usia sekolah dasar tentang topik kesehatan, dimana media
tersebut bisa digunakan oleh anak untuk belajar secara mandiri.
6
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, maka
diperlukan adanya batasan masalah yang akan dikerjakan, yaitu :
1. Perancangan ini membahas dan mengerjakan animasi sebagai media
utama edukasi untuk siswa tingkat pendidikan dasar atau anak usia 710 tahun.
2. Konten edukasi yang disajikan adalah :
-
Pentingnya menjaga kesehatan
-
Pengenalan sel-sel imun
-
Fungsi dan tugas masing-masing sel imun
-
Proses sel imun dalam melawan infektan
-
Jenis-jenis infektan yang bisa menyerang tubuh
-
Organ-organ tubuh manusia
-
Faktor-faktor yang bisa menyebabkan tubuh terjangkit penyakit
-
Kiat-kiat menjaga kesehatan tubuh
3. Perancangan ini membahas tentang desain visual pada animasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang sistem kerja imunitas
tubuh.
4. Perancangan fokus pada desain ilustrasi karakter sel imun yang terpilih
dan setting tempat di dalam tubuh manusia.
5. Menggunakan 3 perangkat lunak yaitu Adobe Photoshop dan Adobe
Illustrator untuk membuat ilustrasi yang digunakan sebagai aset
animasi, serta Adobe After Effect untuk pemrograman animasi.
6. Animasi akan menggunakan bahasa Indonesia.
7. Contoh kasus yang akan dibahas dalam perancangan ini, untuk animasi
serial episode 1 membahas tentang sistem kerja imunitas tubuh dalam
menangani infeksi yang terjadi pada kulit.
8. Perancangan tidak mencakup studi proses dan sistem distribusi.
7
1.4
Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah disebutkan maka dapat dirumuskan masalah
yang akan diangkat adalah “Bagaimana merancang animasi serial sebagai media
edukasi sistem imunitas tubuh yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk
anak usia 7-10 tahun?”
1.5
Tujuan Perancangan
Tujuan yang diharapkan dari perancangan animasi serial sebagai media edukasi
sistem imun ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak Indonesia mengenai
sistem kerja imunitas tubuh. Anak akan paham bagaimana proses pertahanan
tubuhnya terhadap penyakit dan mendorong anak untuk lebih peka terhadap
kesehatan tubuhnya sendiri.
1.6
Manfaat Perancangan
Berdasarkan tujuan perancangan yang telah disebutkan, adapula manfaat
yang diperoleh setelahnya, yaitu :
1.6.1 Manfaat Teoritis
-
Hasil perancangan diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi
bagi perkembangan ilmu desain komunikasi visual.
1.6.2
Manfaat Praktis
-
Hasil penelitian dari perancangan animasi serial edukasi tentang sistem
imunitas tubuh dapat menjadi acuan bagi anak-anak Indonesia untuk
lebih mengetahui sistem imunitas tubuh.
1.7
Ruang Lingkup
Untuk memperjelas rana kerja, maka dibuat batasan-batasan masalah dalam
pelaksanaan tugas akhir ini, yaitu :
8
1.7.1
Ruang Lingkup Studi
Dalam perancangan desain ini studi yang harus dilakukan adalah
mengenai proses perancangan animasi yang layak serta orisinil melalui :
1. Studi Literatur
-
Studi tentang komunikasi dan psikologi perkembangan anak
-
Studi tentang animasi dan prosesnya
-
Studi mengenai ilmu imunologi
2. Studi Eksisting
-
Mencakup studi tentang video animasi dengan konten serupa
yang sudah ada
3. Studi Animasi
-
Mempelajari hal-hal penting dalam pembuatan animasi
terutama animasi dua dimensi. Diawali dengan studi ilustrasi
yang sesuai dengan target audiens kemudian dilanjutkan
dengan studi animasi yang meliputi storyboard, efek suara,
efek transisi dan lain sebagainya.
1.7.2
Ruang Lingkup Output
1. Bentuk desain yang akan dihasilkan dari perancangan ini adalah video
animasi serial sistem imunitas tubuh untuk anak tingkat pendidikan
sekolah dasar yang berduasi 7 sampai 10 menit tiap episodenya. Video
animasi yang dihasilkan berupa animasi serial yang menyampaikan
tentang sistem kerja imunitas tubuh menggunakan ilustrasi digital dua
dimensi serta penambahan narasi komunikasi ajakan yang interaktif
dan lebih diminati audiens. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia komunikasi sehari–hari dan sedikit penjelasan istilah ilmiah
agar mudah untuk dipahami anak–anak.
9
2. Penulis memfokuskan pada informasi-informasi mengenai kinerja
sistem imun dalam mempertahankan kesehatan tubuh dari pengaruh
luar, tidak termasuk karena faktor keturunan atau genetik.
3. Media sosial pendukung seperti official account pada Facebook,
Instagram, Pinterest dan YouTube yang berisikan promosi baik dalam
bentuk video teaser, poster dan lainnya.
10
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB II
STUDI ACUAN
2.1 Landasan Teori
Pada bab ini penulis akan menjelaskan landasan-landasan teori yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Landasan teori ini
akan digunakan sebagai bahan acuan dalam merancang media pembelajaran.
Adapun dasar-dasar teori yang digunakan adalah sebagai berikut.
2.1.1
Sistem Imunitas Tubuh
Gambar 2.1. Sistem imunitas tubuh manusia
Sumber : google.images.com
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
11
12
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili
keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap
kegagalan dalam sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun
sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel,
jaringan, dan organ yang terdiri atas :
a.
Pertahanan lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat
oleh tubuh dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit,
air mata, air liur, bulu hidung, keringat, cairan mukosa, rambut.
b.
Pertahanan lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat
dilihat seperti timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel
darah putih/ leukosit, antibodi, dan hormon.1
Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan
masuknya virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki
tubuh melalui kulit, hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun
kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak berada di bawah perintah otak,
tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada tiap bagian dari sistem
imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat dari sistem saraf dan
mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda untuk
melindungi tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia
1
Academia.edu. Definisi Sistem Imun. http://www.academia.edu/7294780/Definisi_Sistem_Imun.
Diakses pada 29 Oktober 2015, jam 14.15.
13
atau lebih kita kenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu
efektor dalam menghalau ‘musuh’ yang terdiri atas zat asing yang akan
memasuki tubuh. Istilah “Imun” berasal dari suatu istilah pada era
Romawi yang berarti suatu keadaan “bebas hutang”. Dengan demikian,
sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin
terjalinnya komunikasi antara manusia dan lingkungan yaitu media
hidupnya secara setara dan tidak saling merugikan.
2.1.1.1 Fungsi Sistem Imun
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai
berikut :

Penangkal “benda asing” yang masuk ke dalam tubuh.

Untuk
keseimbangan
fungsi
tubuh
terutama
menjaga
keseimbangan komponen tubuh yang telah tua.

Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau
ganas, serta menghancurkannya.

Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan
menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau
substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus serta sel
tumor) yang masuk ke dalam tubuh.

Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk
perbaikan jaringan.

Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
2.1.1.2 Pembagian Sistem Imun

Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga disebut
kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau
14
penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi
penghalang bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan
terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan
mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh glandula
sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir
digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam
hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut
hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara
dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan
oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzim yang
disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis
membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel
kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan
tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.

Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Kedua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non
spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke
dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan
melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya
pecah. Sel darah putih jenis neutrofil, acidofil dan monosit keluar
dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia
(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit, sel-sel
darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
15
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan
cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodia-nya dan
membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan
bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan
senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim
lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian
tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke
bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru (alveolar macrophage),
hati (sel-sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel–sel
microgial), jaringan penghubung (histiocyte) dan pada nodus dan
spleen. Acidofil/ Eosinofil berperan dalam menghadapi parasitparasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar
parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul
sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga
berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang
paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem
komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non
spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh selsel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi
virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh
pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh
limfosit.

Pertahanan Spesifik : Imunitas Diperantarai Antibodi
Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B
berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses
yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.
Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka
limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel
16
limfosit B. Semua Limfosit B segera melepaskan antibodi yang
mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan
antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan
histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang
tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun
primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali,
Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit
B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh
antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk
menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini
menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat
daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang
sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan
sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B
yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori
biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali
dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang
menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit B bisa
saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap
antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka
seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.

Pertahanan Spesifik : Imunitas diperantarai Sel
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang
berperan penting adalah limfosit T. Jika suatu saat ada patogen
yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel
yang tidak bersalah (biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna
17
dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah
tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun
akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan
limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan
interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan
antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki
antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika
antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut
Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena
antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel
tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan
lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru
disebut interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan
memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T
Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel
yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa
saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan
sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.

Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi
adalah
protein
berbentuk
Y
dan
disebut
Immunoglobulin (Ig), hanya dibuat oleh limfosit B. Antibodi
berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan
ini akan menentukkan beberapa macam Ig yang ada, yaitu IgM,
IgG, IgA, IgE, dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah
antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul
beberapa hari kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai
saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan limfosit T saat
antigen menyerang.
18
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang
merusak dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan
menjauhkan antigen tersebut dari sel yang ingin dirusak. Proses ini
dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan ini.
Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh
Makrofag. Antibodi mengikatkan diri pada antigen sehingga
permukaannya menjadi lebih mudah menempel pada makrofag.
Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok
protein yang mempunyai kemampuan untuk memecah membran
sel. IgM dan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,
IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh
lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada
permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap
banyak penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu
pertahanan tubuh bayi. IgD merupakan antibodi yang muncul
untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE merupakan
antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar
merespon infeksi dari protozoa dan parasit.
Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan
tetapi menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi
target bagi proses penghancutan oleh mekanisme opsonisasi,
aglutinasi, presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi,
aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis dari
komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu
proses lisis dari protein komplemen pada bakteri atau virus.
2.1.2
Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh
Tidak semua penyakit butuh obat, sebab tubuh punya mekanisme
alami untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Agar tidak terjebak
19
dalam konsumsi obat yang berlebihan dan tidak rasional, kenali penyakitpenyakit yang bisa sembuh sendiri.
Hampir semua jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung
singkat, tidak menahun) merupakan self limiting disease artau penyakit
yang akan sembuh dengan sendirinya. Beberapa di antaranya dipicu oleh
gangguan pada mekanisme alami tubuh manusia, namun sebagain besar
disebabkan oleh virus.
Berbeda dengan infeksi bakteri, infeksi virus tidak bisa diobati
dengan antibiotik. Dikutip dari chestofbooks, Senin (7/1/2011), infeksi
virus akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh akan
membentuk perlawanan untuk membunuh dan menyingkirkan virus-virus
tersebut.2
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang termasuk self
limiting disease dan tidak membutuhkan obat khusus selain untuk
mengatasi gejala yang menyertainya.
1. Cacar air
Penyakit yang lebih sering menyerang anak kecil ini dipicu
oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala cacar air atau chickenpox
antara lain gatal-gatal, bentol kemerahan di sekujur tubuh dan
disertai demam tinggi.
Meski pada anak sehat bisa sembuh dengan sendirinya, cacar
air bisa juga menyebabkan komplikasi yang mematikan. Meskipun
tetap diberi antivirus, pengobatan untuk penyakit ini lebih banyak
ditujukan untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi penyerta.
Misalnya penurun panas untuk mengatasi demam, kalamin untuk
mengurangi gatal dan antiseptik untuk mandi atau membersihkan
tubuh.
2
detikHealth.com
20
2. Flu dan pilek
Common cold atau pilek ditularkan oleh virus influenza, bukan
oleh bakteri seperti yang diduga oleh sebagian orang. Oleh karena
itu, antibiotik tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang
maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta
oleh bakteri.
Pemberian antibiotik sering tidak ada gunanya, karena
pengobatan yang lebih dibutuhkan pada flu dan pilek adalah obatobat simptomatik atau pengurang gejala. Misalnya dekongestan
untuk melegakan tenggorokan, antialergi untuk bersin-bersin dan
pereda batuk jika diperlukan.
Suplemen multivitamin juga penting untuk diberikan dalam
kondisi seperti ini, karena bisa meningkatkan sistem imun atau
kekebalan tubuh. Secara alami, sistem imun yang sehat dengan
sendirinya akan membentuk perlawanan terhadap virus flu.
3. Batuk yang tidak disertai radang
Batuk merupakan mekanisme alami dalam tubuh untuk
menyingkirkan benda asing dari saluran pernapasan. Tanpa harus
diobati, umumnya batuk akan berhenti ketika rangsangan benda
asing itu sudah hilang.
Batuk baru butuh antitusif atau pereda batuk jika sangat
mengganggu aktivitas dan memicu radang karena tidak sembuhsembuh. Jenis batuk produktif yang disertai dahak bahkan tidak
boleh dihentikan, namun perlu diberi ekspektoran atau pengencer
dahak agar pengeluaran lendir-lendir tersebut bisa berlangsung
lebih lancar.
21
4. Diare nonspesifik
Diare dibagi menjadi 2 jenis yakni diare spesifik dan diare
nonspesifik. Diare spesifik disebabkan oleh infeksi bakteri,
sementara diare nonspesifik merupakan mekanisme alami untuk
mengeluarkan benda asing yang dianggap berbahaya oleh saluran
pencernaan.
Diare spesifik ditandai dengan demam dan didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Obat yang perlu diberikan
untuk jenis diare yang satu ini adalah antibiotik, dengan jenis dan
kekuatan yang disesuaikan dengan jenis bakteri dalam hasil
pemeriksaan.
Sementara diare nonspesifik yang terjadi antara lain setelah
makan cabai terlalu banyak, tidak perlu diobati karena akan
sembuh dengan sendirinya. Selama dirasa belum terlalu
mengganggu aktivitas, kondisi ini cukup diatasi dengan oralit
untuk mengantisipasi dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
5. Alergi gatal-gatal
Meski beberapa jenis obat antihistamin atau antialergi bisa
dibeli dengan bebas, bukan berarti obat ini harus digunakan setiap
kali mengalami gatal-gatal karena alergi. Reaksi alergi hanya
terjadi jika ada faktor pemicu, sehingga langkah paling tepat adalah
menghindari hal-hal yang memicunya.
Obat antihistamin sebaiknya hanya dikonsumsi jika faktor
pemicu alergi memang tidak terhindarkan, misalnya cuaca dingin.
Jenis-jenis makanan tertentu jika masih bisa dihindari maka lebih
baik dihindari saja daripada harus minum obat.
22
6. Jerawat bintik putih
Banyak yang menawarkan obat-obatan untuk menghilangkan
jerawat atau Acne vulgaris di wajah. Padahal selama tidak disertai
infeksi, jerawat biasa yang sering memiliki bintik putih di
dalamnya akan hilang jika kebersihan dan kadar minyak di
permukaan kulit selalu terkendali.
Sebagian besar jerawat bisa disebabkan oleh penyumbatan
kelenjar minyak oleh kotoran maupun bekas make-up yang tidak
dibersihkan. Fungsi minyak sendiri adalah menjaga kelembaban
kulit agar tidak kering dan pecah-pecah.
7. Molluscum Contagiosum
Penyakit kulit yang dicirikan dengan benjolan-benjolan
(papulla) bening dan berair ini disebabkan oleh infeksi virus dan
lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Karena ditemukan juga di sekitar alat kelamin dan bisa menular
lewat kontak langsung, penyakit ini sering dikira penyakit menular
seksual.
Meski tidak berbahaya, benjolan-benjolan itu bisa pecah bila
tergores atau digaruk sehingga membuka pintu untuk terjadinya
infeksi pada bekas luka. Namun bagi individu dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik, penyakit kulit ini bisa sembuh sendiri
dalam waktu 6-12 bulan.
8. Chikungunya
Penyakit ini disebabkan oleh jenis virus bernama Alphavirus
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya antara lain
demam tinggi sampai menggigil yang disertai rasa ngilu yang
menusuk hingga ke otot dan tulang sehingga disebut juga flu
tulang.
23
Meski gejalanya sangat parah, virus yang menyebabkan
penyakit ini tidak dibasmi sehingga obat yang diberikan hanya
untuk mengatasi gejala seperti diberi penurun panas untuk
mengatasi demamnya. Untungnya, gejala ini hanya berlangsung
antara 5-10 hari dan akan sembuh dengan sendirinya.
9. Hand, foot and mouth disease (HFMD)
Penyakit tangan, kaki dan mulut disebabkan oleh infeksi
berbagai jenis virus dari keluarga Picornaviridae terutama
Enterovirus 71 (EV-71). Virus ini lebih banyak menyerang bayi
dan anak-anak terutama pada musim panas.
Gejala yang menyertai penyakit ini adalah demam dan ruam
seperti herpes di sekitar tangan, kaki dan mulut. Umumnya gejalagejala tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10
hari dan tidak meninggalkan bekas apapun.
10. Kikuchi-Fujimoto disease
Sesuai namanya, penyakit yang disebabkan oleh virus EpsteinBarr (EBV) ini ditemukan oleh Dr Masahiro Kikuchi dan Y
Fujimoto pada tahun 1972. Gejalanya adalah demam yang disertai
pembengkakan di leher akibat adanya pelebaran pada pembuluh
limpa.
Penyakit langka yang lebih banyak ditemukan di wilayah Asia
ini sering menyerang kaum muda khususnya wanita pada rentang
usia 20-30 tahun. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk
mengatasi demam sementara untuk infeksinya belum ada obatnya,
namun akan sembuh dengan sendirinya.
24
2.1.3
Karakteristik Anak
Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki
kemampuan memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu
meskipun suatu benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau
volumenya adalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi,
menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris
sebelumnya. Anak lebih tertarik pada buku yang isinya mempunyai
gambar dibandingkan dengan buku yang penuh dengan tulisan, dalam hal
ini gambar (visual) lebih menarik daripada kata-kata (verbal). Beberapa
tokoh kartun dalam bentuk cerita akan menumbuhkan minat dan
ketertarikan sang anak disebabkan tokoh-tokoh yang ia kenal. Biasanya
anak akan cenderung meniru tokoh yang diidolakannya. Penggunaan
tokoh-tokoh tersebut dapat mengubah perilaku dan perhatiannya pada
pelajaran yang sedang diberikan.
Tokoh pendidikan prasekolah, Frobel, menyatakan bahwa imajinasi
merupakan dunia anak. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai
dengan imajinasi anak. Misalnya, penggaris yang dipegangnya dianggap
sebagai pesawat terbang. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa akan lebih
mudah untuk menyampaikan suatu informasi kepada anak dengan cara
memberikan gambaran yang sesuai atau serupa dengan imajinasi yang ada
di pikiran mereka tentang hal tersebut. Robert Epstein, Ph.D., seorang
psikolog anak menambahkan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki
kemampuan kreatifitas. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang
mengasah kreatifitas semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki.3
Karakteristik anak pada perancangan animasi ini disebut sebagai
digital native. Ini kelompok-kelompok yang berusia dibawah 12 tahun dan
lahir di saat internet sudah ada. Di sekolah, mereka sudah menggunakan
3
Sigmetris.com. Tahap Kreatifitas: bermain-main dengan Aljabar.
http://sigmetris.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=20. Diakses pada 30 Okt 2015
25
internet. Mereka sudah berhubungan erat dengan internet dan mobile.
Pengaruhnya adalah pembentukan karakter anak. Anak-anak sekarang
telah mengenal facebook, game online dan sebagainya. Anak-anak yang
seperti itu, terutama yang berusia 10-12 tahun, punya kebebasan
mengekspresikan diri dalam belajar. Berikut adalah karakteristik anak
yang lainnya:
1. Suka mengoleksi sesuatu.
Anak-anak adalah kelompok pasar yang senang mengoleksi sesuatu.
Mereka mengoleksi mulai dari gambar sampai mainan.
2. Suka klub/komunitas.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun menyukai komunitas.
Mereka senang berada dikelompok-kelompok dimana mereka bisa
bermain bersama (klub).
3. Menurut pada guru
Guru adalah sosok yang terhormat di mata anak-anak. Mereka lebih
takut kepada guru dibandingkan kepada orangtua.
2. Mudah terpengaruh teman
Sekolah bisa menyita anak sampai sekitar sembilan jam perhari, jadi
pengaruh teman-teman berdampak luar biasa. Anak-anak cenderung
ingin berkelompok dan meniru.
3. Mengikuti gaya orang dewasa
Anak-anak dalam proses pencarian jati diri. Itulah sebabnya mereka
mencari role model lewat orang dewasa. Mereka berkeinginan
mendapatkan barang-barang yang dimiliki orang dewasa. Mereka
menyanyikan lagu-lagu orang dewasa.
Di usia ini anak masuk dalam fase praoperasional atau stadium
pralogika yang ditandai dengan cara berpikir egosentris dan didominasi
khayalan-khayalan. Anak berpikir dari sudut pandangnya sendiri dan tidak
mau diintervensi oleh orang lain. Pemikirannya kerap terkesan ajaib,
26
terutama saat melihat banyak hal yang aneh seperti nonton film Superman
yang bisa terbang, mengangkat pesawat terbang dan mengeluarkan cahaya
dari matanya. Kemudian lewat imajinasinya anak akan mengekspresikan
khayalan-khayalannya, semisal dengan bermain peran menjadi pendekar,
Putri Salju, peri baik hati, dan sebagainya. Perlu stimulasi terus agar
kreativitasnya lewat khayalan-khayalan bisa tersalurkan dengan baik.
2.1.4 Storytelling Untuk Anak
Storytelling atau mendongeng dapat digunakan untuk mendidik
anak. Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan
pengalaman emosional yang mendalam, memuaskan kebutuhan ekspresi
diri, menanamkan pendidikan tanpa harus menggurui, menumbuhkan rasa
humor yang sehat, mempersiapkan apresiasi sastra dan memperluas
cakrawala khayalan anak.
Manfaat mendongeng atau bercerita :
1. Membangun kedekatan sosial emosional antara pendidik
dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
3. Mengembangkan pola berpikir kritis dan imajinasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi personal yang baik
5. Membantu proses motorik halus peniruan perbuatan baik
tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Sarana membangun watak mulia
Hadirnya tokoh-tokoh di dalam cerita yang disajikan mampu
membangkitkan daya
imajinasi anak, selanjutnya dengan daya
imajinasinya anak akan memproses cerita dan kemudian mengidentifikasi
tokoh dalam diri anak. Misalnya si Kelinci yang cerdik, si Singa yang
27
jahat, dan lain-lain. Semua diharapkan dapat merangsang pembentukan
pribadi yang positif khususnya agi anak. Menurut Agus DS salah satu
master of storytelling Indonesia, ada beberapa cara mendongeng untuk
anak, antara lain :
1. Pilihlah cerita yang baik dan sesuai untuk anak. Usahakan
mengangkat cerita yang mengandung pesan moral. Hindari cerita
yang mengandung SARA.
2. Suara dan pengucapan harus jelas, jangan bergumam.
3. Gunakan kosakata atau kalimat yang sederhana, mudah
dimengerti dan dipahami.
4. Jangan sampai menyinggung perasaan audiens dari hal yang
paling kecil sekalipun.
5. Ciptakan/kembangkan perasaan senang/gembira, karena pada
dasarnya mendongeng adalah menghibur.
6. Mulailah mendongeng dengan diawali percakapan ringan,
misalnya seputar kabar, keadaan atau hal-hal yang baru saja
dialami. Bisa juga tentang cita-cita, bahkan mungkin hal yang
paling dekat dengan tempat tinggal audiens.
7. Alangkah baiknya bila seorang pendongeng tidak mengulang
kata-kata seperti ”Mengerti kalian?” atau ”Ngerti Nggak?”
sehinga audiens tidak merasa mendengarkan dongeng tapi
mendengar ceramah atau bimbingan.
Sebelum mendongeng atau bercerita, sebaiknya pahami dulu cerita
apa yang hendak disampaikan, sesuaikan dengan karakter anak usia dini.
Agar dapat bercerita dengan tepat harus mempertimbangkan materi
ceritanya. Menurut pakar pendidikan Prof Dr. Arief Rahman, MPd anak
hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis,
aneh, yang membuat imajinasinya menari-nari. Berikut cara memilih
cerita :
28
1. Sampai usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor,
seperti : Si wortel, Tomat yang hebat, Anak ayam yang manja,
Kambing gunung dan kambing gibas, Anak nakal tersesat di hutan
rimba, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
2. Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh
pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti : Perjalanan
ke planet biru, Robot pintar, Anak yang rakus, dan sebagainya.
3. Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan
fantastis rasional (sage), seperti : Persahabatan si pintar dan si
pikun, Karni juara menyanyi dan sebagainya.
2.1.5 Animasi Edukasi
Animasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang
digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar menjadi
bergerak. Sedangkan edukasi menurut KBBI adalah (perihal) pendidikan;
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Jadi, animasi edukasi adalah
penyampaian pendidikan atau pengajaran yang melalui media animasi.
2.2 Studi Eksisting
2.2.1
Profil Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Gambar 2.2. Gambar logo IDAI
Sumber : idai.or.id
29

Alamat : Jl. Salemba I no. 5, Jakarta Pusat, 10430 Indonesia

Pimpinan

Visi
: DR.Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K)
:
-
Terbentuk
komunitas dokter spesialis
anak
yang
profesional, berkualitas tinggi dengan standar global,
selalu memperhatikan etik profesi kedokteran, dan
mengabdikan
dirinya
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.

Misi
:
-
Menjadi mitra yang handal dan konsisten dalam
menunjang upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kesejahteraan anak Indonesia.
-
Menjadi
pelopor
dalam
pengembangan
pelayanan
kesehatan anak.
-
Meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan
anak di seluruh wilayah Indonesia.
-
Menyempurnakan sistim pendidikan dokter spesialis anak
Indonesia.
-
Mewujudkan terlaksananya pendidikan pengembangan
profesi anggota secara berkesinambungan.
-
Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian ilmu
dasar, klinis dan lapangan yang berkaitan dengan
kesehatan anak.
-
Membina profesionalisme, memberikan perlindungan
hukum, dan meningkatkan kesejahteraan anggota.
30
2.2.2
Animasi Eksisting
1. How The Body Works
Gambar 2.3. Tampilan opening animasi How the body works yang menampilkan judul dan
tokoh dalam animasi yaitu Chloe dan Nurb.
Sumber : kidshealth.org
Tabel 2.1. Rangkuman animasi How the body works
Produksi
: KidsHealth
Format
: Animasi serial, 7 menit 25 detik, teknik 2 dimensi
Aspek Naratif
Tema
: How your immune system works
Karakter tokoh
: 1. Chloe
Seorang anak perempuan berambut biru yang
khas dan selalu memakai kaos berwarna jingga
serta kacamata dengan warna senada. Tingkah
lakunya periang dan suka mencari tahu.
2. Nurb
Sebuah karakter imajinasi berjenis kelamin
laki-laki yang memiliki kulit berwarna ungu
dan selalu memakai baju warna biru. Tingkah
lakunya kocak, usil, periang, dan memiliki
pengetahuan yang luas tentang kesehatan.
31
Kebanyakan karakter ini menjadi sosok
narator dari cerita animasi.
Sinopsis cerita
: (Babak Permulaan)
Nurb yang sedang santai mengirup bunga di
taman Bodylandia. Lalu datanglah Chloe dengan
penampilan yang mengerikan sehingga membuat
Nurb kaget karena mengiranya sebagai zombie.
Menyadari bahwa itu bukan zombie melainkan
Chloe yang sedang sakit, Nurb berniat untuk
mengobati Chloe.
Nampak Chloe terbaring di tempat tidur, lalu
muncul Nurb yang berperan sebagai dokter yang
akan mengobati Chloe. Nurb memberikan analisa
penyakit dan himbauan untuk memakan sup ayam
yang telah disiapkan dan beristirahat yang
banyak. Untuk membantu Chloe agar lekas tidur,
Nurb membacakan cerita dongeng tentang
pertarungan sistem imun.
(Babak Pertengahan)
Di dalam dongeng diceritakan Chloe adalah
seorang ratu/putri dari sebuah kerajaan yang
memiliki kastil berbentuk seperti badan Chloe.
Kemudian
datanglah
sekawanan
musuh
menyerang yang terdiri macam-macam dari
Virus, Bakteri, Jamur, dan Parasit yang ingin
mengambil alih kastil tersebut.
Chloe mengumpulkan anggota konsulat
kerajaan untuk menyusun rencana pertahanan.
32
Anggota konsulat tersebut terdiri dari alat suntik
vaksin yang memberi nasehat untuk melakukan
vaksin atau imunisasi, telapak tangan yang
memberi nasehat untuk sering mencuci tangan,
apel yang memberi saran untuk makan-makanan
yang bernutrisi, sepasang kaki yang menyarankan
untuk
rutin
berolahraga,
snoozer
yang
menyarankan untuk beristirahat cukup setiap hari,
dan stetoskop yang memberi nasehat untuk
melakukan cek kesehatan.
Tiba-tiba datang karakter liver masuk ke
dalam ruang konsul dan memberitahukan bahwa
kastil telah diserang oleh musuh. Mendengar hal
itu Chloe memohon untuk datangnya seorang
pahlawan.
Seketika
datanglah
Nurb
yang
memakai maju zirah dan membawa pedang kecil
berperan sebagai pahlawan yang dinantikan oleh
Chloe.
Nurb memanggil pasukan imun yang terdiri
dari sel darah putih dan fagosit. Setelah
memerintahkan pasukan imun untuk menyerang,
Nurb
menjelaskan
letak
lokasi
terjadinya
pertarungan sel imun dan sel infektor melalui
sebuah gambar ilustrasi tubuh Chloe.
Untuk membantu penyerangan tim imun
menang, Nurb meminta bantuan pada karakter
kakek penyihir Nurb yang memberi obat
antibiotik ke tubuh kastil.
33
(Babak Penutup)
Pada kehidupan nyata Chloe mulai merasa
lelah dan mengantuk, Nurb menjelaskan bahwa
itu adalah efek dari pertarungan sistem imun yang
membuat tubuh menjadi kelelahan. Dan langkah
yang terbaik adalah dengan istirahat yang cukup
melalui tidur. Seketika itu Chloe langsung tertidur
pulas. Nurb pun menyelesaikan dongengnya yang
berakhir
pada
kemenangan
pasukan
imun
mempertahankan kastil dari serangan.
Plot cerita
:
Nurb yang membantu Chloe agar sembuh
dari penyakitnya dengan membacakan cerita
dongeng, dimana di dalam dongeng tersebut
mereka juga menjadi salah satu karakternya.
Dongeng itu menceritakan tentang pertarungan
sistem imun tubuh manusia yang diibaratkan
sebagai sebuah kastil kerajaan yang diserang oleh
musuh, dan sel-sel imun merupakan pasukan yang
melindungi kerajaan tersebut.
Plot cerita menggunakan pola linier-maju.
Nilai edukasi
: Sistem imun melindungi tubuh dari ancaman
penyakit.
Mise-en-Scene
Setting
: Taman, kamar, kastil kerajaan, ruang di dalam
kastil
Kostum
: 1. Pada babak permulaan Chloe menggunakan
baju khas mereka yaitu kaos dan kacamata
berwarna jingga yang dipakai sebagai bando,
34
serta rok berwarna biru dongker. Sedangkan
Nurb memakai baju terusan berwarna biru.
2. Pada scene kedua Nurb memakai jas seragam
dokter
berwarna
putih
lengkap
dengan
stetoskop.
3. Pada babak pertengahan yaitu di dalam
dongeng, Chloe memakai baju rok terusan
berwarna biru dan mahkota emas. Sedangkan
Nurb tetap memakai baju khas terusan
berwarna biru dengan tambahan atribut helm
besi khas baju zirah dan membawa pedang.
Visual
: Menggunakan kualitas 2D yang standar, tetapi
gerakan dan suasana yang ditampilkan sudah
cukup bagus dan luwes. Visual digambarkan
dengan warna-warna cerah yang mayoritas adalah
warna ungu, coklat, dan hijau.
Pencahayaan/Tone : Pada episode ini hanya menggunakan satu jenis
pencahayaan yaitu cahaya pada siang hari.
Akting pemain
: 1. Chloe terkulai lemah dan patuh akan instruksi
dari Nurb yang berperan sebagai dokter.
Sedangkan pada dongeng, Chloe menjadi ratu
yang bijaksana dan pemberani.
2. Nurb terlihat peduli pada keadaan Chloe yang
sedang sakit. Sedangkan pada dongeng dia
menjadi sosok komandan perang yang berani
namun sedikit iseng dan kocak.
Sinematografi
Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah HDTV (23 fps
film
dengan resolusi 1280x720 pixel).
35
Framing
: 1. Pengambilan
angle
kamera
banyak
menggunakan sudut pandang normal.
2. Pergerakan kamera menggunakan still.
3. Komposisi gambar menggunakan komposisi
simetris, dimana obyek terletak di tengah
frame, dan juga proporsi ruang kanan dan kiri
frame seimbang
Editing
: Transisi antar scene hanya menggunakan cut-to
Suara
Dialog
: Dialog menggunakan bahasa Inggris.
Musik
: 1. Suara latar digunakan ketika Nurb mencium
bau bunga dan saat scene perang di kastil
kerjaan.
2. Suara efek yang digunakan adalah suara
sehari-hari seperti suara suara membuka buku,
suara menguap, suara hentakan kaki, dan lainlain.
Kelebihan dan Kekurangan
Keunikan
: Setting
latar dan karakter imajinasi
yang
merupakan ilustrasi atau penggambaran kreatif
dari sesuatu yang ada di kehidupan nyata.
Kelebihan
: Cerita yang ditampilkan animasi ini mudah
dicerna oleh anak karena materi imun disajikan
dalam bentuk cerita dongeng dengan berbagai
kiasan. Misalnya kastil kerajaan yang dikiaskan
sebagai tubuh dan musuh yang menyerang adalah
patogen yang dapat menginfeksi.
36
Kekurangan
: Materi akan sistem masih kurang mendalam, yang
disajikan pada animasi ini hanyalah sebagian kecil
dari sistem kerja imunitas tubuh yang sebenarnya.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “How The
Body Works” pada perancangan ini :

Animasi diawali dengan tampilan judul nama animasi serta judul
episode yang ditampilkan

Animasi pembuka diiringi dengan musik backsound

Terdapat animasi prolog yang menjelaskan sebab terjadinya
sebuah penyakit atau prolog mengapa diperlukan sebuah
penjelasan tentang materi konten animasi

Menggunakan karakter manusia dan karakter imajinatif

Ilustrasi pada animasi menggunakan gaya gambar kartun 2
dimensi

Setting animasi di tempat dengan ilustrasi imajinatif yang
mengacu pada tubuh manusia yang sesungguhnya

Penyampaian materi menggunakan alur cerita petualangan

Penggambaran sel-sel tubuh dan infektor mengacu pada bentuk
aslinya yang kemudian diilustrasikan menjadi karakter yang
humanoid atau menyerupai manusia

Terdapat tips-tips untuk menjaga kesehatan

Animasi diakhiri dengan after credit yang menampilkan logo
studio animasi dan logo stakeholder yang memproduksi animasi
ini
37
2. The Immune System Explained I – Bacteria Infection
Gambar 2.4. Tampilan animasi “The immune system explained” pada scene penyerangan
makrofaga dan neutrofil terhadap bakteri
Sumber : kurzgesagt
Tabel 2.2. Rangkuman animasi The immune system explained 1
Produksi
: Kurzgesagt
Format
: Animasi serial, 6 menit 48 detik, teknik 2 dimensi
Aspek Naratif
Tema
: Bacteria infection
Karakter tokoh
: Pada animasi ini tidak terdapat karakter, karena
merupakan sebuah animasi naratif.
Sinopsis cerita
: (Babak Permulaan)
Di awal animasi dijelaskan bahwa setiap saat
tubuh kita diserang oleh berbagai kuman yang
mengancam kesehatan tubuh kita. Beruntung kita
memiliki sistem imun yang mampu mencegah hal
itu.
Selanjutnya
dijelaskan
12
kemampuan
utama dari sel imun dan 21 jenis sel-sel imun yang
memiliki beberapa kemampuan yang berbeda-
38
beda. Untuk mempermudah memahami, setiap
kemampuan diberi warna yang berbeda, lalu tiap
sel digambarkan menjadi sebuah bentuk lingkaran
dengan beberapa warna sesuai kemampuannya.
(Babak Pertengahan)
Suatu hari kulit kita yang berperan sebagai
pertahanan terluar tubuh terluka oleh sebuah paku
berkarat yang menyebabkan masuknya bakteri ke
dalam lapisan kulit. Seketika bakteri tersebut
berkembang biak dengan membelah diri dan
mulai menginfeksi sel-sel tubuh yang berada di
sekitarnya.
Menyadari adanya infeksi, makrofaga maju
menyerang bakteri dengan cara menelan lalu
membunuh bakteri tersebut. Makrofaga dapat
menimbulkan pendarahan untuk mempermudah
penyerangan dan meminta bantuan pada sel lain.
Neutrofil yang sedang berjada di aliran darah
menerima pesan meminta bantuan dari Makrofaga
pun segera menuju ke tempat penyerangan.
Kemampuan
Neutrofil
adalah
dengan
mengeluarkan racun yang dapat membunuh
bakteri, namun racun itu juga dapat menyebabkan
sel tubuh di sekitarnya mati.
Jika Makrofaga dan Neutrofil tidak mampu
mengalahkan musuh, sel Dendritik akan datang
membantu. Dendritik akan mulai mengumpulkan
sample dari bakteri yang kemudian akan dibawa
39
ke kelenjar getah bening terdekat. Sample bakteri
yang
dibawa
Dendritik
digunakan
untuk
mengaktifkan T-cell untuk menjadi Helper T-cell
yang
sesuai
dengan
karakteristik
bakteri
penyerang.
Helper T-cell mulai menggandakan diri,
sebagian dari mereka pergi ke medan perang,
sebagian tetap berada di kelenjar getah bening dan
menjadi Memori cell, dan sebagian lagi pergi ke
pusat kelenjar getah bening untuk mengaktifkan
B-cell.
B cell yang telah aktif akan segera
menggandakan diri dan mulai memproduksi
senjata yang ampuh untuk melawan infeksi yaitu
Antibodi.
Antibodi
yang
dihasilkan
akan
menyebar menuju ke medan perang dan mulai
menyerang bakteri.
Helper T-cell juga berfungsi untuk memberi
kekuatan pada sel-sel imun lain yang kelelahan
dalam medan perang agar tidak mati dahulu
sebelum perang berakhir dan bakteri dapat
dikalahkan.
(Babak Penutup)
Setelah bakteri berhasil dikalahkan, sel-sel
imun yang telah bekerja keras dalam pertempuran
akan mulai bunuh diri agar tidak membuangbuang sumber tenaga.
40
Beberapa sel imun akan tetap hidup seperti
Memori helper T-cell dan Memori B-cell yang
berjaga-jaga apabila musuh tersebut datang
kembali maka mereka sudah tahu cara untuk
mengalahkannya.
Plot cerita
: Kulit yang tertusuk sebuah paku berkarat yang
menyebabkan terjadinya infeksi oleh bakteri.
Untuk
melindungi
tubuh,
sel-sel
imun
bekerjasama membunuh bakteri tersebut dengan
kemampuannya masing-masing.
Plot cerita menggunakan pola linier-maju.
Nilai edukasi
: Macam sel imun beserta fungsi dan kemampuan
yang saling bekerjasama mengalahkan bakteri
infektor.
Mise-en-Scene
Setting
: Lapisan kulit, aliran darah, dan kelenjar getah
bening.
Kostum
: -
Visual
: Meskipun hanya menggunakan teknik ilustrasi 2
dimensi dengan gaya vektor yang sangat
sederhana, namun mampu menyajikan animasi
yang menarik dan mampu menjelaskan materi
dengan baik. Visual yang digunakan digambarkan
sederhana dengan bentuk-bentuk standar dan
warna-warna cerah.
Pencahayaan/Tone : Pencahayaan ada dua macam yaitu saat setting
luar tubuh dan setting latar di dalam tubuh.
Akting pemain
Sinematografi
: -
41
Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah HDTV (25 fps
film
Framing
dengan resolusi 1280x720 pixel).
: 1. Pengambilan
angle
kamera
kebanyakan
menggunakan angle sebagai sel imun.
2. Pergerakan kamera menggunakan still, dan
tracking
3. Komposisi gambar menggunakan komposisi
simetris, dimana obyek terletak di tengah
frame.
Editing
: Transisi antar scene menggunakan cut-to
Suara
Dialog
: Aspek komunikasi menggunakan gaya narasi
yang berbahasa Inggris dengan aksen Amerika.
Musik
: 1. Animasi berlangsung selalu diiringi dengan
musik.
2. Suara efek yang digunakan adalah suara
seperti saat paku berhasil melukai kulit, saat
sel-sel menggandakan diri, dan lain-lain.
Kelebihan dan Kekurangan
Keunikan
: Meskipun adanya karakter tertentu dan hanya
menggunakan ilustrasi yang sangat sederhana
namun dapat menyampaikan materi dengan
sangat baik.
Kelebihan
: Materi yang ditampilkan dapat disampaikan
dengan
baik
meskipun
hanya
dengan
menggunakan animasi yang sangat sederhana.
Selain itu penggambaran sel-sel imun sesuai
warna fungsi sangat bermanfaat untuk memahami
kemampuan tiap sel.
42
Kekurangan
: Teknik naratif yang digunakan cukup detail
sehingga animasi ini hanya sesuai untuk kalangan
usia remaja hingga dewasa saja, namun untuk
kalangan usia anak-anak animasi ini dirasa kurang
sesuai karena materi yang dibawakan terlalu
banyak dan berat.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “The
Immune System Explained I – Bacteria Infection” pada perancangan ini :

Terdapat animasi prolog yang menjelaskan sebab terjadinya
sebuah penyakit, pada animasi ini adalah karena kulit tertusuk
paku.

Animasi menceritakan proses kerja sistem imunitas tubuh secara
detail ketika masuknya sebuah patogen, yaitu menjelaskan peran,
kemampuan dan fungsi tiap sel-sel imun serta proses bagaimana
tiap sel imun tersebut dapat bekerjasama satu dengan yang lain.

Menggunakan ilustrasi dengan gaya vektor yang minimalis.

Pemberian warna yang berbeda tiap sel imun yang berdasarkan
fungsinya masing-masing yang mempermudah audiens untuk
mengenali sel tersebut.

Terdapat musik latar yang selalu mengiringi animasi, dan juga
beberapa musik efek pada scene tertentu yang mendukung
pembawaan pada keadaan tertentu.
43
3. How a wound heals itself - Sarthak Sinha
Gambar 2.5. Tampilan animasi “How a wound heals itself” pada scene penjelasan lapisanlapisan kulit beserta pembuluh dasar yang ada di dalamnya.
Sumber : TED-Ed
Tabel 2.3. Rangkuman Animasi How a wound heals itself
Produksi
: TED-Ed
Format
: Animasi 2 dimensi, durasi 4 menit
Aspek Naratif
Tema
: How a wound heals itself
Karakter tokoh
: Tokoh dalam cerita ini tidak berperan langsung,
melainkan menggunakan narasi.
Sinopsis cerita
:
(Babak Permulaan)
Awal cerita menjelaskan bahwa organ terluas
dalam tubuh bukanlah hati maupun otak,
melainkan kulit. Setiap area dalam kulit memiliki
fungsi
memiliki
yang
berbeda,
fungsi
yang
namun
sama
kebanyakan
yaitu
untuk
berkeringat, merasakan panas, merasakan dingin
dan menumbuhkan rambut. Tetapi ketika kulit
terbuka karena terluka, maka penampilan area
44
yang terluka akan berbeda dengan area kulit
sekitar yang sehat, sekaligus area tersebut
kehilangan fungsi kulit yang seharusnya untuk
sementara.
(Babak Pertengahan)
Bagian ini menjelaskan struktur kulit. Bagian
paling atas disebut epidermis dan memberikan
perlindungan. Lapisan ini dapat dengan mudah
memperbaiki diri jika terkelupas.
Plot cerita
: Proses penyembuhan luka di kulit.
Nilai edukasi
: Menjelaskan proses penyembuhan kulit yang
terluka.
Mise-en-Scene
Setting
: Didalam lapisan dermis kulit.
Kostum
: -
Visual
: Menggunakan ilustrasi 2 dimensi dengan teknik
freehand menggunakan dry brushed.
Pencahayaan/Tone : Tonalitas warna yang digunakan lebih ke warna
dingin, walaupun ada warna merah, namun warna
merah
tersebut
diturunkan
kontrasnya
menyesuaikan warna ungu dan biru yang menjadi
titik perhatian (karakter).
Akting pemain
: -
Sinematografi
Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah standar TED-Ed
film
23 fps dan resolusi 640x360 pixel
45
Framing
: 1. Pengambilan cenderung sebagai camera
obyektif (mata penonton).
2. Pergerakan kamera cenderung statis dan
beberapa scene menggunakan teknik zooming.
3. Kebanyakan komposisi gambar menggunakan
komposisi simetris, dimana obyek terletak di
tengah frame.
Editing
: Cut to cut mendominasi untuk permainan transisi.
Suara
Dialog
: Tidak ada dialog, hanya berupa narasi.
Musik
: Musik background tanpa SFX.
Kelebihan dan Kekurangan
Keunikan
: Lebih cenderung ke infografis yang menggunakan
animasi 2D. Video ini merupakan video naratif
dan rinci.
Kelebihan
: Fokus pada satu topik yaitu penyembuhan luka.
Kekurangan
: Visual yang ditampilkan dalam video ini porsinya
sangat sedikit, sehingga banyak ruang kosong
yang terbuang.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “How a
wound heals itself” pada perancangan ini :

Terdapat animasi prolog yang menjelaskan lapisan-lapisan kulit
tempat terjadinya infeksi

Gaya ilustrasi lapisan-lapisan kulit

Materi tentang proses penyembuhan sel-sel kulit setelah
terjadinya infeksi, yaitu proses menutupnya luka di lapisan kulit
46

Materi tentang peran serta sistem imun pada penyembuhan luka
di kulit, seperti peran sel makrofaga yang melawan bakteri dan
mencegah agar tidak menginfeksi sel-sel tubuh lebih jauh
2.2.3. Referensi Desain
2.2.3.1.Karakter
Desain untuk karakter pada animasi ini mengambil acuan dari
bentuk aslinya serta dari referensi beberapa foto karakter dari film
maupun animasi yang populer dan diminati oleh anak-anak.
2.2.3.1.1. Sel Imun
Pada animasi episode pertama ini terdapat lima karakter
utama sel imun yang terdiri dari Dendi, Mako, Helfi, Beti, dan
Momo. Karena di kasus nyata, kelima sel inilah yang paling
berperan dalam menjaga tubuh dari serangan infektor.
Kedepannya pada perancangan animasi ini akan ditambahkan
sel-sel imun lainnya yang juga berperan sesuai penyakit yang
diangkat dalam tiap episode animasi.
Keseluruhan sel imun memiliki kemampuan masingmasing, ada beberapa kemampuan yang sama namun setiap sel
pasti memiliki satu kemampuan khas yang tidak dimiliki sel
lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk mengambil
acuan karakter-karakter superhero sebagai referensi pembuatan
konsep desain karakter pada perancangan animasi ini. Karakter
superhero yang digunakan sebagai acuan adalah karakter
superhero yang bekerja secara kelompok sesuai dengan sistem
kerja dari sel imun sendiri.
47
Gambar 2.6. Referensi sel-sel imun
Sumber : google.images.com
2.2.3.1.2. Bakteri
Gambar 2.7. Bakteri
Sumber : google.images.com
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar
dan studi literatur untuk bakteri, berikut adalah ciri khas
fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter
antagonis pada animasi :
48

Berwarna hijau kebiruan.

Bentuk fisik silinder dengan sulur pendek.

Ukuran cukup besar.

Masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluransaluran maupun luka di permukaan kulit.

Sebuah parasit yang menginfeksi sel-sel tubuh dan
lingkungan sekitarnya, kemudian jika tidak
dikalahkan
oleh
sel
imun
maka
mampu
menyebabkan tubuh manusia terjangkit berbagai
macam penyakit menular seperti flu dan batuk.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Bakteri, maka
penulis menyimpulkan bahwa Bakteri merupakan sosok
karakter antagonis yang terlihat menyeramkan dan
memiliki sifat yang jahat. Maka penulis menjadikan
karakter-karakter monster musuh dari superhero untuk
menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Bakto.
2.2.3.1.3. Ardian
Gambar 2.8. Artis cilik Keisha Alvaro
Sumber : gstatic.com
49
Penulis menggunakan role model untuk perancangan
karakter anak, yaitu artis cilik bernama Keisha Alvaro
yang berumur 12 tahun dan sesuai dengan usia target
audiens. berikut adalah ciri khas fisik harus terdapat pada
karakter Ardian :

Rambut berjambul.

Tinggi badan kurang lebih 130cm, berat badan
ideal.

Warna kulit kuning langsat.

Karakter yang aktif dan suka bermain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Keisha
Alvaro,
maka
penulis
menyimpulkan
bahwa
dia
merupakan sosok karakter anak-anak yang aktif dan suka
bermain. Maka penulis menjadikan karakter anak laki-laki
yang suka bermain diluar ruangan lebih tepatnya bermain
sepakbola lengkap dengan kostum kesebelasan timnas
Indonesia sebagai pendukung dan petunjuk bahwa
karakter ini adalah berada di Indonesia. Kriteria tersebut
akan digunakan untuk menjadi referensi desain ilustrasi
untuk karakter Ardian.
2.2.3.2.Environment
Kisah animasi Petualangan Imuno ini menggunakan dua jenis latar
lokasi, yaitu di dunia nyata tempat karakter anak Ardian dan di dunia
imajinatif di dalam tubuh Ardian tempat karakter sel-sel imun hidup
dan bertempur melawan infektor yang masuk ke dalam tubuh Ardian.
50
2.2.3.2.1. Dunia Nyata
Pada dunia nyata yaitu tempat karakter anak Ardian berada,
menggunakan dua latar yaitu tampilan bumi tampak dari luar
angkasa yang kemudian di zoom-in pada bagian pembuka,
serta halaman belakang rumah Ardian tempat karakter Ardian
bermain sepakbola yang kemudian menjadi prolog dari
animasi ini.
Gambar 2.9. Referensi gambar bumi
Sumber : pixabay.com & pinimg.com
Berdasarkan referensi untuk ilustrasi bumi, hal-hal yang
harus terdapat pada ilustrasi adalah :
1. Ilustrasi globe lengkap dengan peta yang bentuknya
telah disederhanakan.
2. Terdapat benda-benda luar angkasa yang berada di
sekeliling bumi, yaitu planet-planet lain, bintangbintang, satelit, meteor dan awan.
3. Benda-benda angkasa seperti meteor, satelit, dan awan
yang bergerak nantinya akan dimanfaatkan sebagai
objek yang menyambungkan pergantian tampilan tiap
peta.
51
Gambar 2.10. Referensi gambar peta dan tampak atas
Sumber : google.images.com
Berdasarkan referensi untuk ilustrasi peta dan halaman
yang tampak dari atas, hal-hal yang harus terdapat pada
ilustrasi adalah :
1. Ilustrasi peta lengkap dengan nama daerah-daerah
yang terdapat pada peta lokasi.
2. Ilustrasi halaman tampak atas menggunakan sudut
pandang bird’s eye.
2.2.3.2.2. Dunia Sel
Pada dunia sel yaitu tempat karakter-karakter sel imun dan
infektor berada, menggunakan lima latar tempat yaitu :
1. Permukaan kulit
Setting permukaan kulit digunakan pada saat karakter
Bakto mulai mendatangi tempat kulit yang terluka dan
merupakan jalan masuknya Bakto ke dalam tubuh.
2. Lapisan-lapisan kulit
Setting lapisan kulit digunakan pada saat Bakto mulai
masuk ke dalam tubuh melalui lapisan-lapisan kulit.
52
3. Dasar lapisan kulit
Setting ini digunakan selama adegan pra perang hingga
pasca perang yaitu pemulihan sel-sel yang sebelumnya
terinfeksi oleh Bakto.
4. Markas tim Imuno
Setting lokasi ini digunakan pada saat Tim Imuno
mendeteksi adanya infeksi pertama kali. Tempat ini
adalah markas Tim Imuno, yang berarti tempat
berkumpulnya Tim Imuno ketika tidak sedang bertugas.
5. Di dalam pesawat tim Imuno
Setting di dalam pesawat Tim Imuno digunakan pada
scene setelah berangkat dari markas Tim Imuno lalu
menuju ke tempat terjadinya infeksi mengendarai
pesawat tersebut.
BAB III
METODOLOGI RISET
Pada Perancangan Animasi Serial Edukasi Sistem Imunitas Tubuh untuk Anak
Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar ini, penulis melakukan pendekatan secara kualitatif
dan action research. Pendekatan tersebut terbagi menjadi dua tahap penelitian, yaitu
tahap kualitatif yang terdiri dari observasi, studi literatur, dan focus group discussion.
Kemudian tahap kedua adalah experimental research atau action research dengan metode
brainstorming, morphological matrix, dll.
3.1 Diagram Riset
Animasi Serial Edukasi
Sistem Imunitas Tubuh
Status kesehatan anak-anak
Indonesia masih buruk, dan
rendahnya minat untuk
mempelajari materi tentang
kesehatan
WAWANCARA
OBSERVASI
IDAI
Animasi Edukasi
Kesehatan
GURU
ANAK
Banyaknya konten negatif
yang dilihat oleh anakanak dibawah umur
STUDI
LITERATUR
Teori dan literatur
tentang animasi
How Your Immune
System Works
The Immune System
Explained
Buku tentang
imunitas tubuh
manusia
FGD
SDN Blimbing 1
SDN Blimbing 2
Sumber data yang
berasal dari
internet
How a wound
heals itself
What causes
antibiotic
resistance
How do vaccines
work
Gambar 3.1 Diagram riset perancangan
53
Meningkatkan keinginan
anak Indonesia untuk
memahami hidup lebih
sehat
EKSPERIMEN
Art
Story
Teknis
Karakter
Protokol
Photoshop
Setting
tempat
Storyboard
Illustrator
After Effect
54
3.2 Teknik Sampling
3.2.1
Populasi
Perancangan animasi edukasi sistem imunitas tubuh ini memilih anakanak dengan tingkat pendidikan sekolah dasar sebagai target audiens
umumnya kisaran usia 7-12 tahun.
a. Segmentasi Geografis
Target audiens perancangan animasi ini adalah seluruh anak
usia 7-12 tahun secara nasional baik yang tinggal di perkotaan dan
pedesaan. Dengan asumsi mereka telah mendapatkan pendidikan
formal di sekolah dan daerah mereka telah mendapat coverage
sinyal internet.
b. Segmentasi Demografis
Anak usia 7-12 tahun yang termasuk dalam usia pendidikan
dasar dan memiliki ketertarikan dengan animasi. Dengan jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan. Usia tersebut dipilih karena
usia 7 tahun anak sudah bisa diberikan pemahaman mengenai
logika, nilai, dan hukum sebab akibat.
c. Segmentasi Psikografis
Anak yang aktif, selalu ingin tahu, peduli atau perhatian
dengan kesehatan tubuh, menyukai dan penikmat media hiburan
seperti game, animasi, televisi, internet dan sejenisnya.
3.2.2
Sample
a. Jumlah sampel responden : 14 orang
Jenis kelamin
: Laki – laki dan perempuan
Usia
: 7 - 12 tahun
Pendidikan
: SD kelas 1 – kelas 6
55
Sekolah
: - SDN Blimbing 1, Kesamben, Jombang
- SDN Blimbing 2, Kesamben, Jombang
b. Teknik Sampling
Teknik sampling dilakukan dengan melakukan wawancara
observasi terhadap 14 responden yang terdiri dari siswa SD kelas 1
sampai kelas 6, dengan mengambil sample 6 responden dari SDN
Blimbing 2, dan 8 responden dari SDN Blimbing 1 Kabupaten
Jombang. Dimana terdiri dari 2 atau 3 responden pada masing –
masing tingkatan kelas.
3.3 Metode Riset
3.3.1
Wawancara
a. Wawancara Dengan Stakeholder
Wawancara dengan lembaga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
yang menjadi stakeholder utama dari perancangan ini. Wawancara
dilakukan melalui media surat digital yang dikirimkan ke badan
komite IDAI yang berada di kantor pusat yaitu di Gedung IDAI, Jl.
Salemba I no. 5 Jakarta Pusat. Wawancara dilakukan untuk mendapat
informasi tentang program-program kerja IDAI serta kriteria animasi
yang diingankan oleh pihak stakeholder, baik dari segi konten
kesehatan serta dari segi desain.
Berikut adalah protokol wawancara yang dilakukan kepada pihak
komite IDAI pada tanggal 16 November 2016 melalui surat digital/email :
1. Apakah IDAI memiliki program-program kerja khusus yang
melibatkan adanya media-media komunikasi seperti buku, film,
video, dan sebagainya? (Jika iya, mohon penjelasan singkat dari
program-program kerja tersebut)
56
2. Untuk menunjang program-program IDAI, apakah pihak IDAI
sudah pernah mengeluarkan beberapa jenis media sosialisasi
atau sejenisnya? (mohon sertakan link media tersebut, untuk
kemudian digunakan sebagai data eksisting)
*jika distribusi media tidak online, mohon penjelasan jenis
media tersebut dan cara distribusinya.
3. Apakah ada perencanaan jangka panjang tentang sosialiasi
kesehatan anak? (mohon penjelasan singkat)
4.
Apakah ada kriteria khusus
yang berkaitan dengan
menciptakan/mempertahankan citra/image IDAI terhadap
khalayak dalam pembuatan setiap media komunikasi? (contoh
kasus: penggunaan warna, cara bekomunikasi, label, bentukan
grafis, dll)
5. Apakah pihak IDAI bersedia menyediakan narasumber jika
kedepannya film animasi ini perlu dilanjutkan diluar tugas
kuliah
dan
membutuhkan
seorang
narasumber
untuk
penggalian data lebih dalam mengenai konten cerita?
6. Apakah ada permintaan khusus dari IDAI dalam kaitannya
penyelesaian projek film animasi ini?
Berikut adalah hasil wawancara dengan pihak komite IDAI
melalui media surat digital :
1. IDAI memiliki Program Nasional Bagi Anak Indonesia
(PNBAI) dengan visi yaitu anak Indonesia yang sehat, tumbuh
dan berkembang, cerdas ceria berakhlak mulia, terlindungi,
dan aktif berpartisipasi. Dimana untuk melaksanakan program
tersebut IDAI membutuhkan media sebagai alat bantu edukasi
untuk masyarakat khususnya anak-anak.
2. IDAI telah memiliki media online yaitu website dan channel
YouTube. Di website resmi IDAI terdapat artikel-artikel
57
mengenai kesehatan anak, seperti tips untuk orang tua dalam
menangani penyakit tertentu yang diderita oleh anaknya, dan
lainnya. Sedangkan dalam channel YouTube milik IDAI
terdapat video-video pengenalan dan penjelasan dari beberapa
dokter narasumber dari IDAI. Namun belum ada satu media
yang ditujukan khusus untuk target audiens anak.
3. Pihak IDAI tidak memiliki kriteria khusus untuk desain
animasi, hanya saja perlu ditambahkan logo IDAI serta dalam
komunikasi tidak menggunakan bahasa yang kasar dan
mengandung unsur SARA. Selain itu konten dalam animasi
harus sudah dikonfirmasi atas kebenarannya dahulu oleh pihak
IDAI sehingga tidak akan terjadi penyebaran informasi yang
salah.
4. IDAI berharap agar animasi ini dapat menjadi acuan animasi
edukasi kesehatan untuk anak Indonesia. Selain itu diharapkan
animasi ini mampu menjadi media hiburan untuk anak yang
mendidik namun tetap bersifat menghibur dan tanpa adanya
konten negatif di dalamnya.
b. Wawancara Dengan Guru
Wawancara dengan salah seorang guru kelas dari sekolah yang
telah menggunakan teknologi media digital sebagai alat bantu dalam
pembelajaran di kelas. Wawancara dilakukan untuk mendapat
informasi tentang metode apa saja yang telah dilakukan oleh beliau
dalam menyampaikan materi. Serta harapan akan pengadaan media
pembelajaran yang dapat membantu memudahkan anak-anak untuk
memahami materi.
58
Gambar 3.2. Guru kelas 3A SD Al-Hikmah, Ibu Irul
Tanggal
: 10 November 2015
Waktu
: 14.30-15.00 WIB
Tempat
: SD Al-Hikmah, Surabaya
Interviewer
: Rizky Vindi Nuryahya
Interviewee
: Bu Irul (Guru Kelas 3A)
Alat Pendukung
: Alat perekam dan buku catatan
Berikut adalah hasil wawancara dengan guru kelas 3A SD AlHikmah yang dilakukan pada tanggal 10 November 2015 pada pukul
14.30 sampai 15.00 WIB :

Di setiap jeda antar pelajaran anak-anak ditayangkan video
atau musik relaksasi agar mereka bisa fresh kembali.

Video yang diputar merupakan video edukasi yang
berhubungan dengan materi yang telah mereka pelajari
maupun video hiburan seperti film kartun.

Video tersebut diputar di layar proyektor yang ada di setiap
kelas. Durasi video yang diputar rata-rata 10 menit.

Setiap kelas telah dilengkapi fasilitas audio visual, yaitu
layar proyektor dan sound system.

Murid-murid paling suka jika diputarkan kartun.
59

Murid dapat memilih video apa yang akan diputarkan oleh
guru, selain itu mereka juga diperbolehkan untuk
memberikan rekomendasi video yang ingin ditayangkan.

Sangat sulit untuk membuat anak memahami apa yang guru
ajarkan jika guru hanya menggunakan media suara saja,
harus dengan disertai media gambar atau video penunjang.

Anak-anak suka dengan buku pelajaran yang memiliki
gambar berwarna.

Guru harus menyiapkan beberapa gambar atau video
sebagai antisipasi jika murid sulit memahami suatu
pelajaran.
c. Wawancara Dengan Siswa
Wawancara dilakukan dengan beberapa siswa masing-masing
perwakilan tingkatan kelas, yaitu kelas 1 sampai kelas 3 SD.
Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi tentang kebiasaan
mereka diwaktu luang, kriteria film kartun atau animasi seperti apa
yang menjadi favorit, serta gaya desain seperti apa yang diminati oleh
responden.
Gambar 3.3. Siswa SDN Blimbing 2, Carissa, Yuyun, & Irzam
60
Tanggal
: 25 Januari 2016
Waktu
: 10.05-10.20 WIB
Tempat
: SDN Blimbing 2, Kabupaten Jombang
Interviewer
: Rizky Vindi Nuryahya
Interviewee
: Carissa Dwi A, umur 7 tahun, kelas 1
Yuyun Meila Saroh, umur 7 tahun, kelas 2
Muhammat Irzam A.W, umur 8 tahun,
kelas 3
Alat Pendukung
: Alat perekam dan buku catatan
Berikut adalah hasil wawancara dengan beberapa siswa SDN
Blimbing 2 Kesamben Jombang yang dilakukan pada tanggal 25
Januari 2016 pada pukul 10.05 sampai 10.20 WIB :

Narasumber menghabiskan waktu luang dengan bermain
bersama teman sebaya, baik di rumahnya sendiri maupun di
rumah teman tersebut.

Permainan yang mereka lakukan adalah permainan anak kecil
seperti bermain boneka, petak umpet, masak-memasak, dan
lainnya.

Selain bermain dengan teman, kegiatan yang narasumber
lakukan adalah bermain gadget dan menonton televisi.

Acara televisi yang mereka tonton adalah film kartun dan
kerap pula ikut menonton sinetron dan FTV ketika orang tua
mereka menontonnya di televisi.

Pada saat menggunakan gadget, narasumber biasanya bermain
game mobile. Selain bermain game, mereka bermain dengan
fitur-fitur yang terdapat dalam gadget tersebut, misalnya
61
aplikasi kamera selfie dan edit foto yang terdapat dalam gadget
tersebut.

Film kartun yang mereka minati mayoritas adalah film dengan
animasi 2 dimensi. Mereka lebih memilih cerita yang lucu
daripada gambar yang menggunakan teknologi canggih seperti
3 dimensi.

Narasumber menyukai suatu karakter berdasarkan sifat dan
tampilan fisik dari karakter tersebut. Tampilan fisik terutama
warna dari karakter juga menentukan apakah karakter tersebut
diminati oleh narasumber. Misalnya narasumber Carissa yang
menyukai warna ungu, hal ini mempengaruhi Carissa untuk
lebih menyukai karakter Dora yang memiliki warna ungu
daripada karakter lain.

Karakter-karakter imajinatif seperti Spongebob lebih diminati
dan berkesan bagi narasumber. Karena bentuk fisiknya yang
unik serta warna yang cerah dan menarik yang membuat
karakter tersebut mudah untuk diingat dan dikenali oleh
narasumber.
3.3.2
Observasi
Observasi dilakukan dengan memperhatikan film animasi edukasi
yang sudah ada dan mengambil tema edukasi kesehatan untuk anak,
dimana animasi-animasi tersebut memiliki gaya animasi yang berbeda.
Kemudian memahami reaksi audiens terhadap tiap animasi untuk
mengetahui jenis animasi mana yang paling menarik dan mudah dipahami
audiens.
62
3.3.2.1 Tujuan Observasi
Tujuan dilakukannya observasi ini adalah :
1. Mengetahui gaya animasi yang disukai anak-anak
2. Mengetahui alur cerita yang sesuai untuk anak
3. Sebagai acuan pembuatan karakter animasi
4. Mengetahui gaya desain yang digemari anak-anak yang meliputi
komposisi warna, gaya gambar, dll
5. Mengetahui gaya bahasa yang sesuai untuk anak
6. Mengetahui standar durasi animasi
3.3.2.2 Analisa Hasil Observasi
1. Semua animasi edukasi menggunakan gaya gambar dua dimensi
dan menggunakan teknik pembuatan vektor.
2. Gaya gambar yang digunakan adalah gaya kartun dan minimalis.
3. Hampir semua animasi menggunakan teknik penceritaan dengan
menggunakan moderator.
4. Sudut pandang penceritaan kebanyakan menggunakan sudut
pandang ketiga, yaitu adanya seorang ahli yang menjadi
moderator. Namun sebenarnya anak kurang suka akan teknik
penceritaan seperti ini.
5. Alur penceritaan yang paling disukai anak-anak adalah alur
petualangan dengan adanya adegan perang dengan monster atau
pihak lawan yang jahat.
6. Animasi rata-rata berdurasi 3 – 8 menit.
7. Karakter animasi yang lebih disukai anak adalah karakter imajinasi
yang memiliki kekuatan super.
8. Komposisi warna yang digunakan dalam animasi adalah warnawarna cerah.
9. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sehari-hari yang
santai, selain itu adanya beberapa penjelasan nama-nama ilmiah.
63
3.3.3 Studi Literatur
Studi literatur merupakan riset data sekunder dari berbagai tinjauan
pustaka yang diperoleh baik dari internet maupun dari literatur cetak
seperti buku atau majalah. Merupakan rujukan untuk menentukan konsepkonsep perancangan, dari konsep desain, konsep media, hingga konsep
visual atau kriteria desain yang akan digunakan. Berbagai literatur tersebut
yaitu :
1. Teori dan literatur tentang animasi dan edukasi.
2. Buku tentang imunitas tubuh yang berjudul “Imunologi Dasar” edisi
ke-10 oleh Kanen Garna Baratawidjaja dan Iris Rengganis tahun 2013.
Teori dalam buku ini dipakai sebagai landasan dalam penentuan isi
konten serta strategi penentuan media.
3. Sumber data yang berasal dari internet, pencarian informasi yang
terkait pengembangan animasi edukasi dan pencarian beberapa
referensi visual dan referensi istilah.
3.3.3.1 Tujuan Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh landasan teori-teori
yang akan digunakan sebagai bahan acuan dalam merancang media
pembelajaran yang berupa animasi serial edukasi ini.
3.3.3.2 Analisa Hasil Studi Literatur
a. Sumber Internet

Hasil data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa angka jumlah
pasien penyakit menular maupun tidak menular menunjukkan
mayoritas adalah anak usia sekolah dan balita.

Hasil survey PJAS menunjukan bahwa mayoritas orang tua
masih kurang peduli dengan apa yang dikonsumsi oleh anak
64
dengan mengijinkan mereka jajan di sekolah dan tidak
membawa bekal makanan.

UNICEF menyatakan bahwa status gizi anak di Indonesia
masih sangat rendah bakhan mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya.

Anak-anak di jaman sekarang sudah mahir mengoperasikan
alat-alat teknologi seperti telepon seluler. Hal ini dikarenakan
98% orang tua mengijinkan anaknya untuk bermain gadget.

Anak sudah jarang untuk bermain di luar rumah, mayoritas
mereka hanya bermain game di gadget atau menonton televisi
di waktu luang.

Hasil survey KPI pada tahun 2015 menyatakan bahwa
tayangan televisi untuk anak yang tayang saat ini tidak
memenuhi syarat kualitas yang ditentukan.
b. Sumber Literatur

Sistem imunitas tubuh memiliki 21 jenis sel dan 2 jenis protein.

Sel imun memiliki 12 fungsi yang berbeda.

Untuk membuat sebuah animasi untuk anak, perlu dipikirkan
tentang
konten
dan
bahasa
yang
digunakan,
harus
menggunakan bahasa yang halus dan tidak terdapat kegiatan
kekerasan atau pelecehan seksual.

Untuk membuat sebuah animasi perlu dibuat storyboard
terlebih dahulu
3.3.4 Focus Group Discussion
FGD dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di SDN Blimbing 1 dan
SDN Blimbing 2 Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Peserta dari
FGD merupakan siswa dan siswi dari sekolah tersebut yang dipilih
65
berdasarkan siswa terpandai, siswa teraktif, siswa yang menyukai animasi,
serta dibagi berdasarkan tiap tingkatan kelas masing-masing 2 atau 3 anak.
3.3.4.1.SDN Blimbing 2
FGD dilaksanakan pada pukul 09.40 hingga pukul 10.00 pada
tanggal 25 Januari 2016, di perpustakaan SDN Blimbing 2 Kesamben
Jombang. Bertindak sebagai moderator yaitu Bapak Amirul Rizki
selaku guru kelas 3. Peserta FGD terdiri dari 6 orang siswa sekolah
dasar, yang masing-masing 2 orang mewakili tingkatan kelas, antara
lain :
1. Unding Billa Darmanto, umur 7 tahun, kelas 1
2. Carissa Dwi Ariyanti, umur 7 tahun, kelas 1
3. Edwar Julian Nograha, umur 8 tahun, kelas 2
4. Yuyun Meila Saroh, umur 7 tahun, kelas 2
5. Muhammat Irzam Abdillah Widodo, umur 8 tahun, kelas 3
6. Sherin Dwi Nurmala Anggraini, umur 9 tahun, kelas 3
FGD diawali dengan cara menanyakan kebiasaan mereka di waktu
luang dan kartun animasi apakah yang mereka sukai. Kemudian
dilanjutkan dengan pemutaran beberapa video animasi yang populer
dan tayang di televisi Indonesia dengan beragam gaya visual untuk
dibanding-bandingkan dan diamati oleh peserta FGD. Setelah itu sesi
FGD diakhiri dengan sesi wawancara kepada seorang perwakilan tiap
kelas, dimana tujuan wawancara tersebut adalah untuk memperoleh
informasi tentang animasi manakah yang paling disukai, alasan
menyukainya, dan karakter di animasi mana yang paling digemari.
66
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Gambar 3.4. Peserta FGD : Edwar Julian Nograha (1), Unding Billa
Darmanto (2), Muhammat Irzam A.W. (3), Sherin Dwi Nurmala (4), Yuyun
Meila Saroh (5), Carissa Dwi Ariyanti (6)
Gambar 3.5. Suasana FGD ruang perpustakaan di SDN Blimbing 2
3.3.4.2.SDN Blimbing 1
FGD dilaksanakan pada tanggal 25 September 2016 pada pukul
09.35-10.15 WIB bertempat di SDN Blimbing 1 Kesamben, Jombang.
Ika Mulyanti, yaitu guru kelas 4 SDN Blimbing 1 yang bertindak
sebagai moderator. Peserta FGD terdiri dari 8 orang anak sekolah
dasar, yang mewakili tingkatan kelas dan umur, antara lain :
1. Betty Miftachul Jannah, 9 tahun, kelas 3, SDN Blimbing 1
2. Safira Khoirul Oktavianti, 10 tahun, kelas 4, SDN Blimbing 2
67
3. Feno Maulana Pratama, 8 tahun, kelas 2, SDN Blimbing 1
4. Taufik Nur, 7 tahun, kelas 1, SDN Blimbing 1
5. Iqbal Tauhid, 7 tahun, kelas 1, SDN Blimbing 2
6. Niken Cahyani Banowati, 8 tahun, kelas 2, SDN Blimbing 2
7. Ratu Malika Sabila, 11 tahun, kelas 5, SDN Blimbing 1
8. Melani Rahmawati, 12 tahun, kelas 6, SDN Blimbing 2
FGD diawali dengan cara menanyakan kebiasaan mereka di waktu
luang dan kartun animasi apakah yang mereka sukai. Kemudian
dilanjutkan dengan pemutaran beberapa video animasi edukasi yang
bertema kesehatan dengan beragam gaya visual untuk dibandingbandingkan dan diamati oleh peserta FGD. Setelah itu sesi FGD
diakhiri dengan pembagian form singkat yang berisi pertanyaan
tentang animasi manakah yang paling disukai, alasan menyukainya,
dan karakter di animasi mana yang paling digemari. Penulis juga
menambahkan pilihan alternatif gaya gambar dan alternatif judul
animasi yang dapat dipilih oleh peserta FGD, dimana hal itu akan
menjadi pertimbangan penulis untuk perancangan selanjutnya.
Sehingga akan didapatkan kesimpulan tentang kriteria desain yang
benar-benar mereka sukai dan cocok untuk usia ataupun tingkatan
kelasnya masing-masing secara kualitatif.
Gambar 3.6 Suasana FGD di SDN Blimbing 1
68
3.3.4.1 Tujuan FGD
FGD dilakukan untuk menggali informasi serta observasi
terhadap ketertarikan pada target audiens terhadap bagaimana visual
yang menarik dan sesuai dengan karakteristik mereka. FGD dilakukan
dengan cara memutarkan berbagai film animasi dengan beragam gaya
visual yang berbeda untuk dibanding-bandingkan dan diamati oleh
sample responden FGD. Sehingga akan didapatkan kesimpulan
tentang kriteria desain yang bagaimana yang benar-benar mereka sukai
dan cocok untuk usia ataupun tingkatan kelasnya masing-masing
secara kualitatif. Hasil analisa data FGD mengacu pada konsep strategi
visual atau kriteria desain, hasil lengkap analisis dimasukkan dalam
bab analisis data kriteria desain.
3.3.4.2 Analisa Hasil FGD
Hasil Focus Group Discussion yang dilakukan kepada sample
responden yang masing-masing mewakili tingkatan umur dan kelas
menghasilkan kesimpulan tentang kriteris desain sebagai berikut :
a. Responden mengisi waktu luangnya dengan menonton televisi,
bermain dengan teman, dan bermain game di smartphone.
b. Acara yang ditonton di televisi adalah film kartun, dan alasan
mereka menyukainya adalah karena ceritanya lucu.
c. Responden lebih menyukai animasi dengan ilustrasi 2 dimensi
daripada animasi 3 dimensi.
d. Karakter yang mereka gemari pada film kartun adalah karakter
yang memiliki bentuk fisik dan sikap yang lucu, serta warna
yang menarik/cerah..
e. Responden bisa menganalisa watak dan kemampuan karakter
dengan melihat ilustrasi karakter tersebut.
69
f. Responden lebih mudah mengerti animasi yang menggunakan
bahasa Indonesia daripada yang berbahasa Inggris, meskipun
mereka cukup memahami beberapa kata dasar dalam bahasa
Inggris.
g. Animasi dari Peekaboo dan Kidshealth lebih dipahami daripada
animasi lainnya.
h. Responden tidak terlalu menyukai cerita yang deskriptif,
mereka lebih menyukai cerita yang memiliki alur seperti
petualangan.
3.3.5
Eksperimen
Eksperimen merupakan proses brainstorming konsep, yang terdiri
dari eksperimen alur penceritaan yang di dalamnya terdapat protokol
cerita dan storyboard. Selain itu terdapat eksperimen desain karakter serta
desain environment atau latar tempat yang digunakan dalam perancangan
animasi.
3.3.5.1 Tujuan Eksperimen
Bertujuan untuk menentukan alur cerita dan gaya gambar yang
sesuai untuk animasi edukasi imunitas tubuh.
3.3.5.2 Analisa Hasil Eksperimen
1. Alur cerita
Eksperimen diawali dengan membuat beberapa protokol
alur cerita proses perlawanan sistem imun tubuh ketika
terjadinya infeksi.
70
Penjelasan macam
imun
Penjelasan bakteri
Kemampuan tiap
sel
Kulit terluka
Makrofaga
menyerang
Bakteri menginfeksi
Bakteri berlipat
ganda
Bakteri masuk kulit
Makrofaga
memakan bakteri
Makrofaga
meminta bantuan
neutrofil
Neutrofil
mengeluarkan
racun
Dendritik
membantu
Helper T-Cell
mengaktifkan B-Cell
Meminta bantuan
pada Helper T-Cell
Pergi ke markas
imuno
Dendritik
menentukan
strategi
B-Cell memproduksi
antibodi
Antibodi berlipat
ganda
Antibodi
menyerang bakteri
Bakteri kalah
Memori Cell
menyimpan data
bakteri
Sel-sel yang tersisa
bunuh diri
Gambar 3.7. Protokol cerita awal.
Infeksi terdeteksi
Helfi memberi
signal
Tim imun
berkumpul
Imun pergi ke
tempat infeksi
Mako melawan
bakteri
Dendi membuat
strategi
Helfi
mengidentifikasi
bakteri
Di kulit yang
terinfeksi
Kewalahan butuh
bantuan
Dendi meminta
bantuan Beti
Beti memproduksi
antibodi
Antibodi
menyerang
bakteri
Momo
menyimpan data
bakteri
Bakteri mati
Tim imun
menyerang
bakteri
Gambar 3.8. Perbaikan protokol cerita.
71
Kulit terluka
Bakteri masuk ke
dalam lapisan kulit
Bakteri menjangkit
sel-sel tubuh
Infeksi terdeteksi
Bakteri baru!
Dendi
mengidentifikasi
bakteri
Tim imun menuju
titik infeksi
Helfi memberi
signal bahaya
Dendi membuat
strategi
penyerangan
Mako menyerang
bakteri
Mako
mengeluarkan
tameng andalan
Bakteri
menggandakan diri
Beti mengeluarkan
antibodi
Beti membantu
Dendi membantu
Mako kewalahan
Antibodi
menyerang bakteri
Bakteri bersatu
menjadi raksasa
Dendi
mengeluarkan
senjata pamungkas
Imun menyerang
bersama
Tim imun kembali
ke markas
Imun memperbaiki
sel-sel rusak
Momo menyimpan
data bakteri
Bakteri kalah
Gambar 3.9. Protokol cerita final.
72
2. Desain karakter
Eksperimen dilakukan dengan membuat sketsa beberapa
karakter sel-sel untuk animasi sistem imun tubuh yang
didasarkan pada data riset bentuk sel dan referensi karakter
yang telah dijabarkan sebelumnya.
Gambar 3.10. Sketsa desain karakter.
73
3. Environtment
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 3.11. Eksperimen environment taman belakang rumah (1), lapisan
kulit (2), latar saat terinfeksi (3), latar sebelum terinfeksi (4)
74
3.4. Logika Berpikir
Gambar 3.12. Bagan logika berpikir
BAB IV
KONSEP DESAIN
4.1. Luaran Perancangan
Luaran perancangan dari riset ini adalah sebuah animasi serial edukasi bertema
sistem imunitas tubuh dengan gaya visual 2 dimensi yang mengadaptasi dari proses
kerja sistem imunitas tubuh ketika terserang penyakit. Animasi ini akan dibuat
dalam format serial dengan 10 episode tiap season. Perancangan ini meliputi
konsep desain animasi, mulai dari storyteling, environment, dan karakter.
4.2. Konsep Desain
4.2.1. Produk
Produk yang dihasilkan nantinya adalah animasi pendek serial yang
ditayangkan di website dan channel YouTube resmi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) sebagai media edukasi kesehatan. Animasi serial ini
mengangkat tema sistem imunitas tubuh, karena sistem imun adalah yang
selalu berperan dalam menjaga kesehatan tubuh manusia dan menangani
setiap infektor atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Penulis
mengerjakan serial pertama yaitu tentang infeksi bakteri di kulit. Episode
berikutnya membahas tentang infeksi virus, jamur, dan kasus penyakitpenyakit ringan yang kerap diderita oleh anak-anak.
Animasi Petualangan Imuno ini merupakan animasi serial yang
membahas topik tentang sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit
khususnya penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
perlu bantuan pengobatan. Alasan mengapa mengangkat penyakit ringan
adalah karena pesan yang ingin disampaikan pada animasi ini yaitu untuk
mengedukasi anak-anak akan peran penting sistem imunitas tubuh dalam
menjaga kesehatan, sehingga perlu adanya batasan mengenai informasi
75
76
yang dijabarkan. Yaitu hanya mengenai pengenalan tentang sistem imun
tidak mencakup tentang penanganan pada penyakit tertentu.
Beberapa seri yang akan ditayangkan tidak terbatas untuk tema
penyakit saja, namun nantinya akan dibagi menjadi beberapa season untuk
temanya. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
Season 1 – tema penyakit ringan (10 episode) :
1. Tentang penyakit infeksi kulit
2. Tentang penyakit flu & pilek
3. Tentang penyakit alergi gatal-gatal
4. Tentang penyakit diare nonspesifik
5. Tentang penyakit cacar air
6. Tentang penyakit batuk tanpa radang
7. Tentang penyakit jerawat bintik putih
8. Tentang penyakit chikungunya
9. Tentang penyakit HFMD
10. Tentang penyakit molluscum contagiosum
4.2.2. Segmentasi

Anak-anak usia 7-12 tahun

Tingkat pendidikan sekolah dasar

Senang melihat animasi/film kartun

Aktif dan senang bermain

Memiliki akses internet atau gadget pemutar video
4.2.3. Positioning
Animasi ini memposisikan diri sebagai media edukasi anak sekaligus
animasi sebagai media hiburan yang menyenangkan untuk meningkatkan
pengetahuan anak terhadap tubuhnya yang rawan terjangkit penyakit.
77
4.2.4. Consumer needs
Anak-anak kelas 1-6 SD sebagai target audiens utama animasi ini
membutuhkan cerita/narasi dengan alur yang mudah dipahami dan tidak
terlalu banyak penyampaian materi secara kontekstual.
4.2.5. USP (Unique Selling Points)
Fun learning – Anak-anak tingkat pendidikan sekolah dasar sebagai
target utama audiens animasi ini membutuhkan cerita/narasi dengan alur
yang mudah dipahami dan tidak terlalu banyak penyampaian materi secara
kontekstual. Jadi animasi ini mengemas materi kesehatan secara
menyenangkan dengan petualangan sel-sel imun yang seru. Jika diperlukan
penjelasan mengenai terjadinya suatu infeksi, akan dijelaskan secara mudah
disisipkan diantara petualangan Tim Imuno.
Imajinatif – Sel-sel imun yang diilustrasikan menjadi karakterkarakter kartun imajinatif yang disukai anak diharapkan akan menambah
minat anak untuk menyaksikan animasi ini serta ilustrasi yang ringan akan
lebih mudah dipahami oleh anak.
Tips trivia – Adanya tips-tips menjaga kesehatan seperti cara
mengobati kulit yang terluka agar tidak terjadi infeksi. Tips berada pada
bagian akhir animasi setiap episodenya. Tips tersebut akan disajikan oleh
karakter imun itu sendiri yang bertindak sebagai narator.
4.2.6. Strategi Media
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, perancangan ini menggunakan
media animasi serial edukasi bertema sistem imunitas tubuh dengan gaya
visual dua dimensi yang mengadaptasi dari proses kerja sistem imunitas
tubuh ketika terserang penyakit. Animasi ini akan dibuat dalam format serial
dengan 10 episode tiap season. Teknis perancangan animasi ini membahas
aspek sebagai berikut :
78
1.
Durasi
Animasi yang berdurasi kurang lebih 7-10 menit ini akan diunggah
pada Youtube channel IDAI setiap satu minggu sekali tepatnya pada
hari minggu pukul 09.00 WIB dimana pada waktu ini anak-anak sedang
luang dan orang tua tidak sedang bekerja, sehingga bisa optimal
menemani anak menonton animasi ini. Durasi untuk satu season adalah
selama 10 minggu, yaitu sesuai dengan jumlah episode dalam season
tersebut. Selain itu akan diputar pada hari kesehatan anak nasional dan
acara IDAI lainnya yang dilaksanakan sesuai jadwal dari IDAI.
2.
Episode
Jumlah total episode animasi ini adalah 10 episode dalam tiap
season. Topik tentang sistem kerja imunitas tubuh pada bagian-bagian
tubuh yang akan dibahas selanjutnya adalah pada bagian mulut, hidung,
mata, dan seterusnya. Menyesuaikan dengan keperluan materi yang
ada, setiap bagian tubuh dan jenis infektor akan dibagi dalam beberapa
episode.
3.
Implementasi media
Animasi ‘Petualangan Imuno’ ini akan dibuat dalam berbagai jenis
kualitas video resolusi untuk menyesuaikan dengan media yang
digunakan untuk menyaksikan animasi tersebut.
4.2.7. Sinematografi
1. Aspek kamera / film
Aspek kamera dan film yang digunakan adalah HDTV, 1080x1920
pixel, 25 fps, DVD / TV serial.
79
2. Framing
-
Pengambilan shot kamera menggunakan closeup dan long shot
untuk menggambarkan suasana. Selain itu penggunaan variasi
angle lain juga diperlukan agar anak tidak merasa bosan, tidak
hanya menggunakan normal, high, low angle saja namun juga
menggunakan frog angle.
-
Pergerakan kamera banyak menggunakan still (diam), dan
tracking (mengikuti objek).
-
Komposisi gambar menggunakan komposisi simetris (objek
berada di tengah-tengah frame) sehingga gambar mudah
dipahami oleh penonton.
3. Editing
Transisi menggunakan cut-to dan dissolve untuk perpindahan antar
scene. Lalu transisi zoom in & zoom out untuk penunjukan luasan
lokasi. Pada perancangan animasi ini tidak dilakukan proses editing
color grading, animasi menggunakan warnaasli dari ilustrasi
berdasarkan palet warna yang telah ditentukan pada kriteria desain
yang diperoleh dari hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis.
4.2.8. Suara
4.2.8.1.Dialog
Dialog tiap karakter diisi dengan hasil rekaman suara dubbing oleh
pengisi suara. Susunan bahasa yang digunakan dalam animasi ini tidak
baku. Dialog menggunakan gaya bahasa Indonesia sehari-hari yang
ringan dan tidak menggunakan gaya bahasa EYD, hal ini bertujuan
agar dialog pada animasi lebih mudah dipahami oleh audiens, yaitu
anak-anak usia 7-12 tahun. Pemilihan penggunaan bahasa yang tidak
EYD berdasarkan hasil riset observasi terhadap target audiens dan riset
studi eksisting, dimana anak-anak lebih suka dengan penggunaan
80
bahasa ringan seperti yang mereka gunakan untuk berkomunikasi
sehari-hari, selain itu materi edukasi dalam animasi tetap dapat
disampaikan dengan baik meskipun menggunakan bahasa yang
sederhana. Dengan menggunakan bahasa yang ringan sesuai dari hasil
studi literatur tentang bercerita untuk anak, dimaksudkan agar anakanak sebagai audien bisa mudah memahami materi yang diberikan.
Pada beberapa scene dalam animasi menggunakan ilustrasi tanda
baca seperti tanda seru (!) dan tanda tanya (?) yang diadaptasi dari
strategi komunikasi pada media komik/media cetak. Penggunaan
tanda baca tersebut berfungsi untuk menambah efek dramatis dan
memudahkan audiens memahami emosi yang dialami oleh karakter
selain dari ekspresi karakter tersebut.
4.2.8.2.Musik latar
Musik latar yang digunakan dalam animasi ini adalah aransemen
musik yang diproduksi oleh Jason Shaw yang diunggah secara gratis
tanpa lisensi di website audionautix.com, dimana mayoritas lagu yang
digunakan tersebut ber-genre pop dan tanpa lirik. Musik ini digunakan
untuk menambah kesan-kesan yang terdapat di tiap scene. Disertai
dengan beberapa sound effect agar lebih menghidupkan adeganadegan yang terdapat dalam film animasi. Berikut adalah daftar musik
latar yang digunakan dalam animasi ini :
Tabel 4.1. Daftar musik latar.
No
1
Nama scene
Judul lagu
Opening
 Happy Ukulele Loop
00.00 – 00.20
Lagu latar dengan suasana bright,
happy, uplifting serta tempo cepat ini
digunakan
pada
scene
animasi
81
pembuka yaitu pada saat munculnya
judul dan animasi bumi.
2
Prolog
 Happy Ukulele
00.21 – 00. 45
Lagu latar yang tidak berbeda jauh
dengan lagu pada scene opening,
namun dengan tempo yang lebih lambat
ini digunakan pada scene prolog yaitu
saat karakter Ardian bermain sepakbola
untuk menambah kesan ceria pada
animasi.
3
Munculnya Bakto
 Harsh Alien Machine
00.46 – 01.15
Lagu latar dengan suasana misterius
dan tempo yang lambat ini digunakan
pada scene munculnya karakter Bakto
lalu masuk ke dalam lapisan kulit
untuk menambah kesan menakutkan
pada adegan.
4
Tim Imuno bersiap
 Fight Scene
02.46 – 03.05
Lagu latar dengan suasana driving,
aggressive, dark dan tempo yang cepat
ini digunakan pada scene adegan Tim
Imuno bersiap-siap untuk segera pergi
melawan
bakteri
infektor
untuk
menambah kesan seru dan naiknya
adrenalin pada adegan.
5
Tim Imuno mengintai
 Destination Unknown
03.21 – 03.35
Latar lagu dengan tempo medium ini
digunakan pada scene saat Tim Imuno
sedang
menginvestigasi
tempat
82
terjadinya infeksi untuk menambah
kesan misterius dan berbahaya pada
adegan.
6
Bakto
menggandakan  Enemy Ships
diri
Latar lagu dengan tempo lambat ini
04.55 – 05.10
digunakan pada scene adegan Bakto
menggandakan diri, untuk menambah
kesan dramatis pada adegan tersebut.
7
Perang
 Sports Action
05.21 – 05.55
Latar lagu dengan tempo cepat dan
uplifting ini digunakan pada scene
perang antara Tim Imuno dan Bakto
untuk menambah kesan menegangkan
dan menaikkan adrenalin.
8
Bakto menjadi raksasa
 High Tension
05.56 – 06.10
Latar lagu dengan tempo medium ini
digunakan pada scene Bakto yang
menjadi raksasa untuk menambah
ketegangan dan kesan menakutkan
pada adegan.
9
Bantuan datang
 Intro Action
06.21 – 06.40
Latar lagu bertempo cepat dan bouncy
ini digunakan pada scene saat bantuan
robot
Antiseptik
datang,
untuk
menambah kesan menegangkan pada
adegan.
10
Tips Trivia
 I Saw Three Ships
07.30 – 09.00
Latar lagu dengan tempo medium dan
kesan menyenangkan ini digunakan
83
pada
scene
menambah
Tips
kesan
Trivia,
untuk
ringan
dan
menyenangkan babak tersebut.
4.3. Kriteria Desain
Sebelum merancang sebuah desain, terlebih dulu perlu dilakukan riset literatur
dan studi eksisting. Terdapat saran-saran dari narasumber ahli dari bidang
kesehatan dan animasi. Menurut Gatot Prakoso selaku ketua ANIMA (Asosiasi
Film Animasi Indonesia), kriteria animasi yang baik adalah sebagai berikut :

Animasi harus mudah dicerna anak-anak dan kalau ada unsur
humornya, jangan terlalu ditonjolkan secara kasar. Buat anak-anak
Indonesia, humornya harus lebih soft.

Animasi harus ada unsur edukasi, tidak hanya menghibur.

Tidak menampilkan kekerasan verbal dan fisik, seks, mistik, dan
kontroversi nilai moral.

Animasi perlu dimasuki muatan lokal.
Dari kriteria animasi yang baik diatas, penulis menyusun kriteria untuk animasi
edukasi sistem imun ini. Kriteria-kriteria tersebut baik dari segi konten, visual, dan
juga komunikasi. Selain dari kriteria tersebut, penulis juga melakukan studi
observasi untuk mendapatkan data sebagai pertimbangan pembuatan kriteria
desain. Berikut adalah kriteria tersebut :
4.3.1. Strategi Konten

Setelah melakukan analisa terhadap hasil observasi dan media
animasi eksisting, didapatkan kesimpulan bahwa target segmen
membutuhkan penjelasan yang informatif dan menghibur, yaitu
media yang mampu menyampaikan materi tentang imunitas yang
disampaikan dengan cerita dan gambar ilustrasi yang menarik
84

Konten tentang sistem imunitas tubuh yang dimasukkan dilengkapi
dengan penjelasan singkat akan bagian tubuh yang menjadi tempat
infeksi

Konten tentang penyakit akan menjelaskan tentang gejala yang
diderita serta penanganan terhadap penyakit tersebut

Pada bagian akhir animasi disertakan tips-tips untuk menjaga tubuh
agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang telah dikalahkan
4.3.2. Strategi Visual
Setelah menemukan problematika, menganalisa, serta mengidentifikasi
karakteristik target audiens, diperoleh konsep visual dalam perancangan
animasi serial ini yakni edukatif dan fun. Edukatif disini berarti
mengandung nilai-nilai yang akan disampaikan berdasarkan konten yang
dibahas. Sedangkan yang dimaksud dengan fun adalah desain visual yang
mengandung unsur-unsur menyenangkan, sehingga terpilihlah gaya gambar
kartun yang menggunakan teknik vektor, karakter desain yang humanoid
dan penggunaan warna-warna yang playfull.
4.3.2.1.Gaya Gambar
Gaya gambar yang akan digunakan berdasarkan dari hasil analisa
observasi dan studi eksisting adalah gaya gambar kartun dengan teknik
vektor. Bentuk yang digunakan merupakan bentukan sederhana yang
didapat dari bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, persegi, dan elips
serta tidak menggunakan sudut-sudut yang tajam, namun masih memiliki
bentuk ciri khas dari objek aslinya.
(1)
(2)
Gambar 4.1 Contoh ilustrasi karakter imun (1), dan ilustrasi environment (2)
85
4.3.2.2.Setting Lingkungan
Untuk animasi episode pertama yang mengangkat tentang sistem
imunitas tubuh dalam menangani infeksi kulit oleh bakteri, setting lokasi
yang dipilih adalah di lapisan kulit. Menggunakan daya imajinasi untuk
menggambarkan seperti di negeri imajinasi dengan tidak melupakan
unsur-unsur yang menandakan bahwa tempat itu adalah di kulit, seperti
adanya sungai aliran keringat dan pohon rambut. Selain tampilan lebih
menarik, dengan ilustrasi tersebut juga dapat merangsang anak untuk
berimajinasi tentang apa yang ada di dalam kulit mereka.
Sebagai perbandingan environment untuk episode selanjutnya,
penulis ingin menunjukan ancaman penyakit yang berbeda di bagian
tubuh yang berbeda sesuai dengan jenis penyakitnya. Misalnya ancaman
penyakit diare, maka sebagian besar setting tempat akan berada di usus.
Gambar 4.2. Contoh gambar environment permukaan dan lapisan kulit
4.3.2.3.Pewarnaan
Warna yang dipilih adalah warna-warna yang cerah dan terang
yaitu seperti warna kuning, merah muda, biru muda, dan lain sebagainya
sesuai dengan hasil studi literatur dan studi eksisting. Warna yang cerah
dan ceria ini bisa menciptakan mood yang menyenangkan bagi anak.
Anak-anak usia 7-10 tahun tidak mau disamakan dengan bayi dan murid
86
taman kanak-kanak. Mereka mulai menyukai palet warna yang lebih luas
daripada warna-warna primer.1
4.3.2.3.1. Pewarnaan Grading Video Animasi
Perbedaan tone warna pada tiap perangkat elektronik yang berbeda
merk dan kualitas menjadi dasar perlu adanya strategi untuk menjaga
kualitas tampilan video animasi. Berikut adalah standar color grading
yang telah ditentukan :
Gambar 4.3. Contoh scene setelah color grading & tone color grading
Target audien yang disasar adalah laki-laki dan perempuan, palet
warna yang digunakan tidak cenderung mengarah pada salah satu gender.
Gambar 4.4. Palet warna colourfull.
Sumber : colourlovers.com
1
Effective Use of Color and Graphics in Application for Children, Part II : Kids 7 to 14 Years of Age ::
Uxmatters
87
4.3.2.4.Penokohan dan Karakter
Karakter yang digunakan adalah karakter yang bergaya kartun dan
humanoid. Gaya gambar kartun paling disukai oleh anak-anak dan
terkesan lebih menyenangkan. Sedangkan humanoid dipilih karena
kemiripan dari struktur tubuh dan ekspresi yang menyerupai manusia yag
bertujuan
agar
anak
merasa
lebih
familiar
dan
mudah
mengimajinasikannya sebagai makhluk hidup seperti mereka yang
memiliki dua tangan, dua kaki dan dapat berekspresi sedih maupun
gembira.
Karakter utama dalam animasi ini adalah lima sel imun yang terdiri
dari Dendi, Mago, Helfi, Beti, dan Momo. Karena di kehidupan nyata,
kelima sel inilah yang paling berperan dalam menjaga tubuh akan
serangan infektor yang dapat membuat mereka jatuh sakit.
4.3.2.5.Analisa Karakter
Setelah
menemukan
problematika,
menganalisa,
serta
mengidentifikasi karakteristik target audiens, maka penulis dapat
menentukan konsep desain. Desain visual karakter animasi ini diperoleh
dari studi visual setiap karakternya. Mulai dari bentuknya, ciri-ciri
khusus dan kostum yang mepresentasikan setiap karakternya.
Segmentasi animasi ini ditujukan untuk anak-anak usia 7-12 tahun maka
desain visualnya dipilih yang sederhana dengan gaya gambar kartun.
Sehingga desain visual karakternya pun mengalami peyederhanaan
bentuk namun tidak menghilangkan ciri khusus dari karakter tersebut.
Desain visual karakter sel imun mengalami perubahan dan
penyederhanaan dari bentuk aslinya. Selain itu, desain visual karakter
pada animasi ini mengacu pada gaya gambar Super Deformed Character.
Maka dari itu, penyederhanaan bentuk tersebut dibagi menjadi 2 bentuk
88
dasar yaitu kepala dan badan dengan rasio 1:2 atau 1:3 rasio. Bentukan
dasar inilah yang nantinya akan didesain sesuai dengan karakter aslinya.
4.3.2.5.1. Dendi (Dendritic Cell)
Gambar 4.5. Gambar Dendritic Cell
Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan
studi literatur untuk dendritic cell, berikut adalah ciri khas fisik
dan kemampuan harus terdapat pada karakter Dendi :

Berwarna ungu.

Memiliki tepian bersulur-sulur.

Ukuran sedang, tidak terlalu besar dan juga tidak
terlalu kecil jika dibandingkan dengan sel imun lain.

Merupakan sel pengatur strategi dan pengambil
keputusan dalam pertarungan dengan infektor.

Sel yang merespon macrophage ketika kewalahan pada
penyerangan pertama dengan infektor.

Yang memberikan perintah atau aba-aba pada sel imun
lain untuk menyerang.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari dendritic cell, maka
penulis menyimpulkan bahwa dendritic cell merupakan sosok
pemimpin dalam tim sel imun. Maka penulis menjadikan
89
karakter-karakter superhero pemimpin untuk menjadi referensi
desain ilustrasi untuk karakter Dendi.
Gambar 4.6. Referensi karakter Dendi
Jenis sel
: Dendritik sel
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kepribadian
: Pengatur strategi, pemimpin, pemberani
Yang disukai
: berpetualang, main teka-teki
Yang tak disukai
: diganggu saat tidur, rencananya gagal,
temannya sedih
Ciri fisik
: berwarna ungu, bersulur-sulur
Fungsi
: pemimpin, mengaktifkan sel lain, pengatur
strategi, pengambil keputusan
90
4.3.2.5.2. Mako (Macrophage)
Gambar 4.7. Makrofaga
Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan
studi literatur untuk macrophage, berikut adalah ciri khas fisik
dan kemampuan harus terdapat pada karakter Mako :

Berwarna kuning kombinasi jingga.

Memiliki tepian yang bergelombang.

Merupakan sel imun dengan ukuran terbesar.

Sebagai sel penyerang pertama dalam tiap pertempuran
melawan infektor.

Memiliki kemampuan memakan infektor lalu kemudian
membunuhnya dengan enzim.

Sel yang meminta bantuan pada dendritic cell ketika
kewalahan pada penyerangan dengan infektor.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari macrophage, maka
penulis menyimpulkan bahwa macrophage merupakan sosok
dengan fisik terkuat dalam tim sel imun. Maka penulis
menjadikan karakter-karakter superhero dengan ciri fisik terkuat
atau terbesar untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk
karakter Mako.
91
Gambar 4.8. Referensi karakter Mako.
Jenis sel
: Makrofaga
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kepribadian
: Pemberani, kuat, mudah marah, percaya
diri tinggi
Yang disukai
: olahraga, pamer kekuatan, jail
Yang tak disukai
: olahraganya diganggu, perisainya rusak
Ciri fisik
:
berwarna
kuning,
bergelombang,
kombinasi warna kuning dan jingga
Fungsi
: anggota terkuat, menyerang pertama,
komunikasi,
membunuh
virus
dengan
memakannya, menyebabkan pendarahan,
mengaktifkan sel lain
92
4.3.2.5.3. Helfi (Helper T-Cell)
Gambar 4.9. Helper T-Cell
Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan
studi literatur untuk Helper T-cell, berikut adalah ciri khas fisik
dan kemampuan harus terdapat pada karakter Helfi :
 Berwarna hijau.
 Memiliki bentuk dasar bulat, permukaan tepian halus.
 Ukuran sedang seperti dendritic cell.
 Merupakan sel yang bertugas menghubungkan antar sel
imun atau bisa disebut sel pembawa informasi.
 Sel yang juga memiliki kemampuan untuk mengaktifkan
dan menyembuhkan sel lain yg kelelahan atau terkena
infeksi.
 Merupakan karakter tangan kanan dendritic cell dalam
hal penyampaian komando kepada sel imun lain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Helper T-cell, maka
penulis menyimpulkan bahwa Helper T-cell merupakan sosok
karakter yang tidak terlalu menonjol dalam hal fisik namun
memiliki kelebihan di bidang intelektual dan sebagai pusat
pembawa informasi. Maka penulis menjadikan karakter-karakter
superhero yang memiliki kekuatan di bidang intelektual peka
93
membantu sesama untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk
karakter Helfi.
Gambar 4.10. Referensi karakter Helfi.
Jenis sel
: Helper T Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: bergerak cepat, suka menolong, baik,
sensitif
Yang disukai
: pemandangan yang indah, sayur
Yang tak disukai
: sesuatu yang kotor
Ciri fisik
: berwarna hijau, bulat
Fungsi
: mengaktifkan sel lain, komunikasi dengan
sel imun lain, sebagai pengidentifikasi
musuh, mengawasi layar pendeteksi musuh
di markas imuno, memanggil bantuan dari
luar tubuh, mengaktifkan pesawat imuno,
memulihkan sel-sel tubuh yang terinfeksi
musuh, memandu tim ke lokasi terjadinya
infeksi.
94
4.3.2.5.4. Beti (B-Cell)
Gambar 4.11. B Cell
Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan
studi literatur untuk B-cell, berikut adalah ciri khas fisik dan
kemampuan harus terdapat pada karakter Beti :

Berwarna merah.

Memiliki bentuk dasar bulat, permukaan tepian halus.

Ukuran lebih besar dari dendritic cell namun tidak
lebih besar dari macrophage.

Merupakan sel yang memproduksi antibodi sebagai
senjata melawan infektor.

Selain memproduksi antibodi, kemampuan lainnya
adalah mampu mengaktifkan sel imun lain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari B-cell, maka penulis
menyimpulkan bahwa B-cell merupakan sosok karakter yang
tidak terlalu menonjol dan bertindak paling akhir dalam
penyerangan namun sebenarnya memiliki senjata ampuh untuk
melawan musuh. Maka penulis menjadikan karakter-karakter
superhero yang memiliki kekuatan di bidang supranatural yang
95
mampu memproduksi senjata dengan kekuatan sendiri untuk
menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter B-cell.
Gambar 4.12. Referensi karakter Beti.
Jenis sel
: B Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: suka kawatir, peduli, seniman
Yang disukai
: makan, melukis
Yang tak disukai
: dianggap gendut
Ciri fisik
: berwarna merah, bulat
Fungsi
:
menghasilkan
antibodi,
dengan sel imun lain,
komunikasi
96
4.3.2.5.5. Momo (Memory Cell)
Gambar 4.13. Memory Cell
Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan
studi literatur untuk Memory Cell, berikut adalah ciri khas fisik
dan kemampuan harus terdapat pada karakter Momo :

Berwarna biru.

Bentuk fisik bulat dengan permukaan halus.

Merupakan sel imun dengan ukuran terkecil.

Tidak memiliki kemampuan untuk menyerang musuh.

Merupakan sel yang berfungsi sebagai penyimpan
informasi musuh yang telah dikalahkan, yang kemudian
informasi tersebut digunakan untuk menghadapi musuh
tersebut jika dikemudian hari menyerang lagi.

Selain menyimpan informasi musuh, memory cell juga
memiliki kemampuan sebagai penyampai informasi dan
mengaktifkan sel lain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Memory cell, maka
penulis menyimpulkan bahwa Memory cell merupakan sosok
karakter yang terlihat lemah dan tampak tidak memiliki
kemampuan bertarung. Maka penulis menjadikan karakter
97
peliharaan atau pendukung superhero untuk menjadi referensi
desain ilustrasi untuk karakter Momo.
Gambar 4.14. Referensi karakter Momo.
Jenis sel
: Memori Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: pasif, teliti
Yang disukai
: ketenangan, membaca buku
Yang tak disukai
: keramaian
Ciri fisik
: berwarna biru, mungil
Fungsi
: menyimpan data bakteri yang telah
dikalahkan, komunikasi dengan sel imun
lain,
mengaktifkan
memulihkan sel-sel
tanda
tubuh
bahaya,
yang telah
terinfeksi
4.3.3. Strategi Komunikasi
Pesan utama yang akan disajikan dalam animasi Petualangan Imuno ini
adalah pengenalan kepada anak-anak tentang adanya sistem imunitas atau
sistem kekebalan dalam tubuh manusia. Dengan harapan setelah
menyaksikan animasi ini maka anak-anak akan dapat menyebutkan nama-
98
nama dan fungsi tiap sistem imun serta mampu menceritakan kembali
proses pertahanan tubuh yang dilakukan oleh sistem imun ketika terjadi
infeksi. Poin terpenting dalam animasi ini adalah untuk mengedukasi anakanak saja dan tidak sampai ke tahap peningkatan awareness serta langkahlangkah penanganan pada penyakit tertentu terutama penyakit yang
membutuhkan penanganan dokter.
Audien dari animasi edukasi sistem imunitas tubuh ini adalah siswasiswi SD kelas 1-6, oleh karena itu gaya bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia dengan gaya yang sederhana dan biasa digunakan seharihari oleh mereka. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak sebagai audien bisa
mudah memahami materi yang diberikan. Selain itu animasi ini tidak
mengandung hal-hal yang menggambarkan unsur kekerasan dan pelecehan
seksual. Sebagai contoh, untuk adegan Mako memakan Bakto akan
diilustrasikan menjadi Mako yang mengurung Bakto ke dalam perisai
miliknya. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak yang menyaksikan
animasi ini tidak meniru kemudian mencontoh hal-hal negatif seperti
kekerasan, baik fisik maupun verbal. Namun lebih mengajak anak untuk
bermain sambil belajar dengan cara yang menyenangkan. Dengan begitu
diharapkan dengan menonton animasi ini maka bisa memberikan dampak
yang positif bagi anak yaitu menambah wawasan akan sistem imun.
Animasi serial ini terdiri dari 10 episode dalam satu season. Diawali
dengan animasi infeksi kulit sebagai episode pertama, karena infeksi kulit
adalah penyakit yang paling umum dan paling sering dialami anak yang
disebabkan oleh pergerakannya yang sangat aktif. Dilanjutkan dengan
penyakit-penyakit menular ringan yang sering dialami oleh anak, seperti flu,
diare, batuk, dan lainnya.
4.3.3.1.Sinopsis dan Alur Cerita

Pembagian Babak
Animasi ini dibagi menjadi 5 babak, yaitu :
99
1. Opening
Setiap episode diawali dengan scene adegan karakter anak yang
melakukan kegiatan sehari-hari yang kemudian menyebabkan
terjadinya infeksi atau penyakit. Misalnya pada episode pertama,
karakter anak sedang bermain bola kemudian terjatuh yang
mengakibatkan lututnya terluka dan menjadi jalan masuknya bakteri
ke dalam tubuh.
2. Pra perang
Setelah bakteri berhasil masuk dan menginvasi tubuh, tim Imuno
akan segera mendeteksi adanya infeksi. Mereka akan segera menuju
ke tempat terjadinya infeksi dan mengidentifikasi bakteri tersebut.
3. Fase perang
Tim Imuno bekerjasama untuk melawan bakteri sesuai dengan
kemampuan dan fungsi masing-masing. Mereka melakukannya
dibawah aba-aba sang pemimpin yaitu Dendi.
4. Pasca perang
Menceritakan proses pemulihan sel-sel tubuh setelah terjadinya
perang. Sel-sel imun membantu sel-sel yang terjangkit agar pulih
kembali. Selain itu Momo menyimpan sample dari infektor untuk
disimpan dan mempersiapkan apabila bakteri tersebut menyerang
tubuh lagi.
5. Ending
Di bagian terakhir ini disisipkan pesan dan tips untuk menjaga
kesehatan dan mencegah atau mengatasi infeksi yang terjadi.
Informasi tersebut ditujukan kepada anak-anak agar dapat
mempraktekkan secara langsung apabila mereka mengalami hal
serupa. Selain itu agar anak-anak mencari tahu lebih jauh tentang
sistem kekebalan tubuh dan aktif bertanya pada orang tua atau bapak
ibu guru.
100

Narasi Cerita
Pada hari minggu yang cerah Ardian bersiap untuk bermain
bola di halaman belakang rumahnya. Ia sudah memakai seragam
kesebelasan sepakbola Indonesia kebanggaan dan dipadukan dengan
sepatu barunya. Sesampainya di halaman belakang rumah, sambil
memegang bola di tangan kiri ia menghirup napas panjang
menikmati udara yang segar dan suasana yang tenang. Ardian
melemparkan bolanya keatas, menyundulnya beberapa kali,
mengontrol bola dengan dada, lalu mengontrol bola dengan paha
sebagai pemanasan. Setelah itu ia mulai berlari menggiring bola
menuju ke gawang kecil di sudut halaman itu. Namun disaat dia
menggiring bola Ardian tersandung sebuah batu, ia terjatuh dan
terbanting ke tanah. Dia mengerang kesakitan sambil memeluk
kakinya. Lutut kirinya mengalami luka gores yang cukup lebar dan
sedikit pendarahan.
Tanpa sepengetahuan Ardian, di permukaan kulitnya ada
bahaya yang mengancam. Bakteri jahat sedang mengincar luka itu
untuk digunakan sebagai jalan masuk ke dalam tubuh Ardian. Ia
mulai masuk melewati lapisan-lapisan kulit hingga mencapai lapisan
kulit terdalam. Sesampainya di lapisan terdalam, bakteri jahat itu
mulai menginfeksi sel-sel di sekelilingnya. Sel-sel tubuh yang sehat
itupun terinfeksi, menyebabkan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Sementara itu di markas tim Imuno, tanda bahaya berbunyi
yang menandakan bahwa tubuh sedang terinfeksi oleh virus/bakteri.
Helfi yang berada di meja kendali melihat pesan peringatan yang
muncul di layar monitor. Dia mencari tahu dimana letak infeksi
tersebut terjadi.
101
Helfi : “Ah ada infeksi di lapisan kulit.”
Momo : “Mooo!” (panik ketakutan)
Helfi : “Momo, cepat bunyikan alarm dan beritahukan yang lain
bahwa kita sedang diserang.”
Alarm pun berbunyi nyaring di setiap penjuru markas Imuno.
Beti yang sedang makan pun terkaget dan menjatuhkan
makanannya. Mako yang sedang berlatih di ruang olahraga pun
menghentikan latihannya. Dendi yang sedang membaca di
ruangannya seketika berhenti membaca.
Dendi : “Hmm... Ada apa ini.”
Helfi : “Bahaya! Bahaya! Kita sedang diserang! Seluruh Imuno
segera bersiap-siap dan berkumpul di ruang utama secepatnya.”
Tanpa pikir panjang Beti, Mako, dan Dendi pun bersiap-siap
mengenakan seragamnya dan bergegas menuju ke ruang kendali
utama untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mereka keluar dari
ruangan masing-masing dan menuju ke tempat itu.
Pintu lift ruang kendali terbuka, Dendi, Mako, dan Beti
keluar dari dalam lift dan berjalan mendekat ke Helfi yang duduk di
kursi monitor.
Mako : “Ada apa ini, siapa yang mengganggu latihanku?!”
Dendi : “Helfi apa yang terjadi?”
Helfi : “Tubuh sedang diserang, ada musuh yang masuk melalui
luka di kulit dan menginfeksi sel-sel di sekitarnya.”
Beti
: “APA?! Ini buruk! Kita harus melakukan sesuatu!”
102
Dendi : “Tenang semuanya, kita pasti bisa mengalahkannya jika
kita bekerjasama.”
“Mako, simpan kekuatanmu untuk menghajar musuh itu.”
“Beti, siapkan serangan terbaikmu.”
“Momo, siapkan memori penyimpan datamu.”
“Helfi nyalakan pesawat dan bawa kita ke tempat infeksi.”
“Semuanya, bersiap di kursi masing-masing.”
Semuanya bersiap-siap duduk di kursinya masing-masing,
menyalakan tombol monitor di depan kursi dan memasang sabuk
pengaman. Helfi memberi aba-aba pada Dendi bahwa pesawat sudah
siap. Dendi menarik tuas kendali pesawat. Mesin pesawat menyala
dan pesawat mulai terbang meninggalkan permukaan landasan.
Dendi : “GO GO IMUNO!!!”
Pesawat pun mulai melesat secepat kilat meninggalkan area
markas dan menuju ke lapisan kulit tempat terjadinya infeksi.
Sesampainya di tempat infeksi sesuai yang terdapat di radar,
pesawat mulai berhenti dan mendarat. Pintu pesawat terbuka, tim
Imuno mulai keluar dari dalam pesawat satu persatu. Helfi
memantau mesin penunjuk lokasi musuh di tangannya dan memandu
tim untuk bergerak mendekat. Mereka berhenti saat mulai bisa
melihat musuh yang dimaksud, mengintai di balik semak-semak
untuk bersiap-siap menyerang.
Helfi : “Itu adalah sebuah bakteri. Momo apa kamu mengenali
musuh itu?”
Momo : “Moomo...” (menggelengkan kepala)
103
Dendi : “Oke ini musuh yang belum pernah kita hadapi. Kita
butuh strategi baru untuk mengalahkannya.”
“Mako, kamu menyerang pertama. Beti, Helfi, tunggu abaaba dariku. Momo, simpan memori bakteri itu sebanyakbanyaknya.”
Mako, Beti, Helfi : “Siap!”
Dendi : “Baiklah ayo kita kalahkan bakteri itu!”
Dendi dan kawan-kawan pun segera menghampiri bakteri
itu yang sedang sibuk menjangkit sel-sel tubuh yang ada di
sekitarnya hingga tak menyadari kedatangan mereka.
Dendi : “Hei bakteri jahat, hentikan!”
“Jangan ganggu mereka dan segera pergi dari sini!”
Bakto : “Apa? Ha ha ha ha ha ha...”
“Tidak mau! Aku akan merusak sel-sel ini dan membuat
tubuh ini sakit.”
“Memangnya
kalian
siapa?
Berani-beraninya
menggangguku.”
Dendi : “Kami adalah tim Imuno, dan kami tidak akan
membiarkanmu membuat tubuh ini sakit.”
“Mako, serang bakteri itu.”
Mako : “Yeah saatnya beraksi. He he he...”
Mako pun segera maju untuk menghadapi bakteri itu. Dia
mengeluarkan tameng andalannya dan menyegel bakteri itu di
dalamnya. Bakteri yang telah masuk dan terkepung di dalam tameng
Mako, mulai panik karena tameng itu semakin lama semakin
104
mengecil. Tubuh bakteri itu mulai merasakan terdesak oleh tameng
Mako, jika ia tak melakukan sesuatu maka tamatlah riwayatnya.
Bakto : “AAARRGGHHH...”
Mako : “Rasakan! Sudah kapok hah?!”
Dalam kondisi terdesak, bakteri mengeluarkan kekuatannya
untuk menggandakan diri agar bisa keluar dari tameng itu. Dua, tiga,
empat... jumlah bakteri semakin lama semakin banyak hingga
tameng
Mako
tak
mampu
lagi
bertahan
dan
meledak.
DUAARRR...!!! Bakteri-bakteri itupun keluar berhamburan dan
menyerang tim Imuno.
Mako : “TIDAK??!! Perisaiku hancur.”
Bakto : “Ha ha ha ha... Segitu aja kekuatan kalian?”
Dendi : “Gawat! Bakteri itu banyak sekali.”
“Beti, serang mereka dengan senjata andalanmu!”
“Mako, Helfi, ikuti aku!”
Mako, Helfi
: “Oke!”
Dendi, Mako, dan Helfi pun mengeluarkan senjata laser
mereka dan mulai menembaki bakteri-bakteri jahat itu. Sementara
Beti bersiap untuk mengeluarkan kekuatan andalannya. Ia memencet
tombol di dadanya, seketika tiga benda di helm nya hidup. Ketiga
benda itu adalah Antibodi.
Beti
: “Anak-anakku bangunlah!”
“Habisi bakteri-bakteri itu!”
Antibodi : “Mraaa...”
105
Antibodi-antibodi itupun segera menggandakan diri dengan
cepat. Kini jumlah mereka telah lebih banyak dari bakteri-bakteri itu.
Setelah
selesai
menggandakan
diri,
mereka
bersama-sama
menyerang musuh. Kini tim Imuno dan pasukan bakteri mengalami
pertempuran yang sengit. Satu persatu bakteri pun mati dan
menghilang. Melihat keadaan dirinya akan kalah, bakteri pun
mengeluarkan jurus terakhirnya untuk bersatu. Bakteri-bakteri itu
berkumpul menjadi satu menjadi bentuk bakteri dengan ukuran
raksasa.
Bakto : “Ha ha ha ha... Dengan begini kalian tidak akan bisa
mengalahkanku. Ha ha ha ha ha...”
Melihat bakteri yang telah berubah menjadi ukuran raksasa
membuat tim Imuno panik. Mereka mencoba menyerangnya
bersama-sama, antibodi kembali menggandakan dirinya dan
menyerang secara serempak., namun semua usaha mereka sia-sia,
bakteri itu seakan-akan tidak mempan dengan semua serangan
mereka.
Helfi : “Dendi apa yang harus kita lakukan?”
Dendi : “Kita lawan dengan senjata pamungkas.”
“Helfi, saatnya kau keluarkan senjata turbo antiseptik!”
Helfi : “Oke!”
Mendengar perintah Dendi, Helfi mengutak atik alatnya untuk
mengeluarkan senjata itu. Sesaat kemudian keluarlah sebuah senjata
pistol yang besar dari dalam pesawat dan mendarat di tengah-tengah
mereka.
Dendi : “Teman-teman, ayo bersiap di posisi kalian.”
106
Tim Imuno pun bersiap di posisinya masing-masing dan
memegang kendali senjata itu. Mereka tinggal menunggu aba-aba
dari Dendi untuk menembakkan senjata.
Dendi : “GO GO IMUNO!!!”
Senjata itupun menembakkan amunisinya tepat ke arah
bakteri raksasa. Bakteri itupun mengerang kesakitan.
Bakto : “AAARRRGGGHHH... TIDAAAAKKK...”
Bakteri lama kelamaan mengecil hingga menjadi sebuah pin
kecil. Tim Imuno pun bersuka cita akan kemenangan mereka. Momo
mendekati pin bakteri itu dan menyimpan datanya di dalam memori
miliknya.
Imuno : “BERHASIL!!!”
Momo : “Mooomooo...”
Setelah pertarungan yang sengit itu berakhir, tim Imuno
pun mulai membersihkan area itu. Mako dan Dendi mengembalikan
barang-barang yang berceceran kembali ke tempatnya. Helfi dan
Momo membantu memulihkan sel-sel yang terinfeksi. Para antibodi
pun mulai menghilang satu persatu hingga hanya tinggal tiga orang
dan merekapun kembali ke helm Beti.
Beti
: “Tidurlah anak-anakku...”
Mako : “Hei lihat itu!”
Mako menunjuk ke arah atas, ke luka yang menganga. Luka
itupun mulai menutup sedikit demi sedikit hingga menutup
seutuhnya.
Dendi : “Baguslah, dengan begini bakteri tidak akan masuk lagi.”
107
“Kerja bagus teman-teman.”
“Mari kita kembali ke markas.”
Tim Imuno telah bersiap di kursinya masing-masing di dalam
pesawat bersiap untuk kembali ke markas mereka.
Imuno : “GO GO IMUNO!!!”
Pesawat pun melesat dengan cepat meninggalkan tempat itu
dan menuju ke markas tim Imuno.

Tips Trivia
Nampak di dalam sebuah ruangan Helfi sedang berdiri
menghadap ke kamera dan mulai menyapa penonton.
Helfi : “Hai semuanya...”
“Kali ini Helfi mau ngasih tips nih gimana mengobati kulit
yang terluka.”
Helfi mulai menyalakan layar monitor yang besar menggunakan
alat kontrolnya dan mulai menjelaskan langkah-langkah mengobati
luka. Pada layar monitor nampak video seorang anak yaitu Ardian
yang sedang kesakitan dengan luka yang ada di lututnya.
Helfi : “Pertama-tama bersihkan luka dari kotoran yang
menempel pada luka dengan menggunakan air bersih atau kain
bersih yang telah disterilkan dengan cairan alkohol sebelumnya.”
“Ingat! Jangan sampai tangan kita yang kotor menyentuh
permukaan luka. Karena jika tangan kotor kita menyentuh luka,
bisa menyebabkan infeksi lho.”
108
“Setelah membersihkan luka, obati luka dengan obat atau
salep antiseptik agar luka cepat sembuh dan mengering.”
“Dan langkah yang terakhir adalah tutup luka dengan kasa
atau plester agar terlindung dari bakteri dan benturan.”
Tiba-tiba antibodi-antibodi masuk ruangan dan melewati Helfi,
hal itu membuat konsentrasi Helfi teralih. Di belakang antibodi
larilah Beti yang mengejar mereka sambil membawa piring
makanan.
Beti
: “Hei anak-anak tunggu! Habiskan dulu makananmu...”
Setelah antibodi dan Beti berlalu, kini Dendi yang masuk
mencari kacamatanya.
Dendi : “Helfi, apa kamu melihat dimana kacamataku?”
Helfi : “Ng... Tidak Dendi, aku tidak melihatnya.”
Dendi : “Waduh dimana ya...?”
Dendi pun berlalu. Ketika Helfi hendak melanjutkan tips nya,
tiba-tiba kini Mako yang masuk ke dalam ruangan dan ikutan
menyapa penonton.
Mako : “Oh. Hai kawan!”
“Helfi, kenapa kamu gak bilang kalo ada mereka.”
Helfi : “Ng... Hehehe...”
Mako pun mulai unjuk gigi memamerkan otot-otonya sambil
bergaya. Para antibodi dan Momo masuk lagi sambil membawa
kacamata Dendi. Di belakang mereka Beti dan Dendi pun mengejar.
Melihat kondisi yang makin tidak kondusif, Helfi pun mulai
menutup sesi tips dan berpamitan.
109
Helfi : “Aduh... Ramai sekali...”
“Baiklah teman-teman, sampai disini tips hari ini. Sampai
jumpa di episode selanjutnya ya. Dadah...”
Dendi, Beti, Momo, dan antibodi pun masuk satu persatu ke
dalam ruangan lagi dan ikut berpamitan ke penonton.
Imuno : “Dadah... Sampai jumpa episode selanjutnya...”
-- SELESAI –
110
Berikut adalah tabel yang berisi bembagian pola alur cerita pada tiap
episode animasi Petualangan Imuno :
Tabel 4.2 Pola alur cerita setiap episode
Opening
3 menit
5 menit
2 menit
Ending
(15 detik)
Pra infeksi
Saat perang
Pasca perang
(2 menit)
 Dendi
memperingatkan
patogen untuk
menyerah,
namun patogen
tidak mau
 Tim Imuno
mencoba
menghentikan
patogen dengan
menyerang
berurutan sesuai
dengan aba-aba
Dendi.
 Patogen
mengeluarkan
kemampuan
rahasianya
 Tim Imuno
mengeluarkan
senjata
pamungkas
 Patogen berhasil
dikalahkan
 Patogen
berhasil
dikalahkan,
lalu berubah
menjadi
sebuah pin
yang akan
disimpan
Momo
dalam
memorinya
 Tim Imuno
memulihkan
sel-sel yang
terinfeksi
 Luka/jalan
masuk
patogen
mulai
menutup
 Tim Imuno
kembali ke
markas
semula
 Adanya
Tips Trivia
yang berisi
anjurananjuran
pengobatan
jika kasus
penyakit
seperti
dalam
animasi
terjadi.
Animasi
dibawakan
karakter
oleh
karakter
Imuno
yaitu Helfi
 Credit
scene
 Judul
 Karakter
animasi
Ardian
yang diiringi
sedang
lagu
melakukan
pembuka
aktifitas
sehari-hari,
 Animasi
kemudian
bumi
terinfeksi oleh
berputar
patogen
sebagai
animasi
 Patogen
pembuka
masuk ke
dalam tubuh
Ardian dan
menginfeksi
sel-sel tubuh
 Tim Imuno
dikejutkan
dengan
adanya
peringatan
bahaya
infeksi
 Tim Imuno
menuju ke
titik adanya
infeksi
mengendarai
pesawat
111
4.4. Proses Desain
4.4.1. Desain Judul
Berikut adalah proses desain judul animasi Petualangan Imuno yang
diawali dengan sketsa kasar, pembuatan alternatif-alternatif desain, hingga
desain terpilih.
Gambar 4.15. Sketsa desain judul.
Gambar 4.16. Alternatif pewarnaan desain judul
112
Gambar 4.17. Desain judul terpilih
4.4.2. Desain Karakter
1. Dendi
Berikut adalah karakter Dendi yang terpilih, data singkat, dan step
by step dari bentukan asli, sketsa, hingga pewarnaannya.
Gambar 4.18. Gambar dendritic cell
Gambar 4.19. Gambar sketsa alternatif karakter Dendi
113
Gambar 4.20. Gambar sketsa final karakter Dendi
Gambar 4.21. Gambar desain final karakter Dendi
2. Mako
Gambar 4.22. Gambar Macrophage
Gambar 4.23. Gambar sketsa alternatif karakter Mako
114
Gambar 4.24. Gambar sketsa final karakter Mako
Gambar 4.25. Gambar desain final karakter Mako
115
3. Helfi
Gambar 4.26. Gambar Helper T-cell
Gambar 4.27. Gambar sketsa alternatif karakter Helfi
Gambar 4.28. Gambar sketsa karakter Helfi
Gambar 4.29. Gambar desain final karakter Helfi
116
4. Beti
Gambar 4.30. Gambar B-cell
Gambar 4.31. Gambar sketsa alternatif karakter Beti
Gambar 4.32. Gambar sketsa final karakter Beti
Gambar 4.33. Gambar desain final karakter Beti
117
5. Momo
Gambar 4.34. Gambar Memory cell
Gambar 4.35. Gambar sketsa alternatif karakter Momo
Gambar 4.36. Gambar sketsa final karakter Momo
Gambar 4.37. Gambar desain final karakter Momo
118
6. Bakto
Gambar 4.38. Gambar Bakteri
Gambar 4.39. Gambar sketsa karakter Bakto
Gambar 4.40. Gambar desain final karakter Bakto
119
7. Ardian
Gambar 4.41. Gambar Keisha Alvaro
Gambar 4.42. Gambar sketsa karakter Ardian
Gambar 4.43. Gambar desain final karakter Ardian
120
4.4.3. Desain Environment
Environment dan setting tempat dari animasi Petualangan Imuno ini
menggunakan dua jenis latar lokasi, yaitu di dunia nyata tempat karakter
anak Ardian dan di dunia imajinatif di dalam tubuh Ardian tempat karakter
sel-sel imun hidup dan bertempur melawan infektor yang masuk ke dalam
tubuh Ardian.
Gambar 4.44. Gambar environment halaman
Gambar 4.45. Gambar environment permukaan kulit
Gambar 4.46. Gambar environment lapisan kulit
121
Gambar 4.47. Gambar environment markas tim Imuno
4.4.4. Scene
Proses desain scene dan sinematografi dalam animasi ini dimulai
dengan pembuatan storyboard dari cerita yang ada. Pada storyboard telah
ditentukan camera set-up, gerak kamera, serta pengambilan sudut gambar.
Gambar 4.48. Gambar sketsa scene prolog
122
Ada pula scene “Tips Trivia” pada bagian akhir animasi setelah scene
perang selesai. Pada scene ini anak diberi edukasi tentang bagaimana cara
merawat atau mengobati diri mereka sendiri saat terjangkit suatu penyakit
sesuai dengan materi pada episode tersebut.
Gambar 4.49. Gambar sketsa scene Tips Trivia
4.5. Konsep Perilisan
Animasi ini akan dirilis dan di website resmi IDAI yaitu https://idai.or.id/ dan
di channel IDAI di website sharing video yang sering dikunjungi yaitu
https://youtube.com/. Keputusan ini diambil karena animasi pertama yang penulis
buat ini adalah hasil kerjasama dengan pihak IDAI. Petualangan Imuno menjadi
salah satu langkah pertama dari penulis untuk mencari kolega dan eksistensi dalam
lingkungan animator. Karena animasi ini akan dipasarkan, maka membutuhkan
rating system yang menyesuaikan konten dengan umur target sasaran. Animasi ini
memiliki unsur fantasi dan tidak adanya unsur kekerasan. Jika membutuhkan
sebuah sistem rating, maka animasi Petualangan Imuno akan tepat memiliki rating
123
sesuai yang berlaku pada Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia, yaitu SU (Semua
Umur) dan A (Anak-anak 3-12 tahun)2. Rating tersebut telah disesuaikan dengan
target audiens yaitu anak-anak usia 7-12 tahun.
Setelah masuk ke pasaran, animasi Petualangan Imuno memiliki serangkaian
konsep perilisan pula. Konsep perilisan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aspek dari animasi
Pembaruan dilakukan untuk menanggapi permintaan dari konsumen
animasi dan menambah serta memperbaiki konten yang ada di dalam
animasi. Penambahan konten dalam animasi bisa berupa penambahan
karakter dan penambahan setting tempat.
2. Promosi

Website resmi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) menjadi portal
perilisan animasi ini, pengenalan anggota studio animasi
Petualangan Imuno, visi dan misi tim bersama IDAI, serta
bagaimana menghubungi pihak studio animasi Petualangan Imuno
untuk keperluan bisnis dan komersil.

Video dapat berupa teaser atau trailer dari animasi Petualangan
Imuno.

Blog dapat berisi mengenai proses pembuatan animasi Petualangan
Imuno, misalnya ide atau inspirasi yang mengawali munculnya
konsep animasi, artwork yang sedang dikerjakan, sketsa konsep,
live-stream mengenai perkembangan pengerjaan animasi, dan
lainnya. Selain proses, dapat pula diisi dengan tutorial, review dan
rekomendasi animasi lain atau software yang berkaitan dengan
pembuatan animasi.
2
Kode Rating Film dan Artinya. Diakses pada http://sinemapedia.com/kode-rating-film-dan-artinya-1521; pada tanggal 5 Desember 2016.
124

Screenshots & GIF merupakan cuplikan berupa gambar dari
animasi atau proses pembuatan animasi Petualangan Imuno.

Press kit merupakan seperangkat media yang berisi item-item yang
siap pakai untuk keperluan publikasi, disediakan untuk penulis atau
jurnalis yang hendak mengulas animasi Petualangan Imuno dalam
artikel atau advertorial.

Media sosial merupakan salah satu media yang sangat efektif untuk
menginformasikan dan mempromosikan animasi. Media sosial
yang digunakan berupa laman Facebook, Twitter, YouTube, dan
Instagram. Karena media sosial tersebut paling sering digunakan
target audiens maupun orang tua audiens dari animasi Petualangan
Imuno.

Cross promotion dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
pengembang animasi lain, misalnya rekomendasi dan kurasi
animasi lain pada website dan blog, serta menjadikan karakter
animasi sebagai cameo atas seizin pengembang tersebut.
3. Pricing
Harga didapatkan dari biaya pembuatan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.3. Rincian biaya perancangan.
No.
Kebutuhan
Jumlah
1
Pembayaran 2
Harga
Harga
Frekuensi
Harga
satuan
total
pengeluaran
akhir
1.500.000 3.000.000 6
18.000.000
2.500.000 5.000.000 6
30.000.000
artist
2
Pembayaran 2
animator
125
3
Pembayaran 1
listrik
1.000.000 1.000.000 6
6.000.000
2.500.000 2.500.000 1
2.500.000
dan
air
4
Biaya lain- 1
lain
Jumlah total :
56.500.000
4. Distribusi
Distribusi utama menggunakan media online yaitu YouTube dan
website. Pada YouTube, menggunakan channel milik IDAI kemudian
untuk website menggunakan resmi milik IDAI dan website resmi milik
lembaga cabang IDAI dan lembaga-lembaga kesehatan yang lain.
Cara yang kedua adalah dengan melalui sekolah-sekolah. Dimana
pihak sekolah dapat menggunakan sebagai media bantu pembelajaran dan
juga sebagai media relaksasi siswa yang mengedukasi setelah selesainya
materi pelajaran.
5. Kerjasama dengan investor
Kerjasama ini dapat dalam bentuk peletakan iklan di dalam animasi
dapat dilakukan oleh investor yang tertarik. Proses peletakan iklan akan
dibedakan menjadi dua model yaitu investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang. Investasi jangka pendek jika logo atau ilustrasi produk
muncul pada satu episode saja, yaitu pada bagian babak Tips Trivia.
Sedangkan investasi jangka panjang yaitu investor mendapat satu scene
iklan sendiri selama 10 detik setelah Tips Trivia, dimana pada scene
tersebut juga menggunakan karakter Tim Imuno sebagai pengiklan.
126
4.6. Konsep Pengembangan
Perancangan ini akan dikembangkan ke dalam beberapa media, hal ini bertujuan
untuk kepentingan promosi agar animasi yang telah dibuat lebih dikenal banyak
orang, serta bertujuan untuk kepentingan bisnis untuk meraup keuntungan.
Berikut adalah konsep pengembangan yang akan dilakukan :
1. Media lain
Animasi ini akan dikembangkan dalam berbagai barang yang digemari
oleh anak-anak SD, yaitu buku cerita bergambar, boardgame, boneka,
gantungan kunci, kaos, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan
dikembangkan ke dalam bentuk aplikasi mobile game.
2. Target audience lain
Perancangan ini akan dikembangkan untuk target segmen yang berbeda
namun dengan tema atau topik yang sama yaitu animasi edukasi tentang
sistem imunitas tubuh. Berikut adalah target segmen :

Untuk siswa SMP

Untuk SMA & dewasa
3. Tema yang berbeda
Dimasa depan film animasi ini akan dikembangkan ke berbagai macam
tema, hal ini bertujuan agar konten yang disuguhkan tidak monoton hanya
tentang penyakit saja. Berikut adalah beberapa tema yang akan
dikembangkan :

Tema tentang alergi

Tema fungsi organ tubuh

Tema tentang pembentukan sel imun
BAB V
IMPLEMENTASI DESAIN
5.1. Karakter
Pengembangan dari sketsa dan desain karakter terpilih sebelumnya, yaitu
karakter utama Tim Imuno serta karakter pendukung yaitu Ardian, Bakto, dan
Antibodi. Eksekusi karakter animasi ini menggunakan teknik vektor tanpa garis
tepi dengan shading sederhana untuk memudahkan pergerakan karakter dan
animasi dengan bone.
Gambar 5.1. Karakter utama Momo, Helfi, Dendi, Beti, dan Mako
Gambar 5.2. Karakter pendukung Bakto, Ardian, dan Antibodi
127
128
Karakter pendukung seperti Bakto akan berbeda di setiap episode
disesuaikan dengan karakter infektor yang sesuai dengan jenis kasus penyakit
yang diangkat dalam animasi. Sedangkan karakter Ardian dan Antibodi akan
selalu ada di tiap episode. Berikut adalah implementasi desain karakter :
Gambar 5.3. Tampilan karakter Dendi dalam berbagai perspektif
Gambar 5.4. Tampilan karakter Mako dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.5. Tampilan karakter Helfi dalam berbagai perspektif
Gambar 5.6. Tampilan karakter Beti dalam berbagai perspektif
130
Gambar 5.7. Tampilan karakter Momo dalam berbagai perspektif
Gambar 5.8. Tampilan karakter Bakto dalam berbagai perpektif
131
Gambar 5.9. Tampilan karakter Ardian dalam berbagai perspektif
Gambar 5.10. Tampilan karakter Antibodi
132
5.2. Environment
Konsep environment/lingkungan yang digunakan dalam animasi ini
berdasarkan setting di halaman rumah Ardian dan dalam lapisan kulit. Sebagian
besar cerita bersetting di dalam tubuh Ardian tepatnya di dalam lapisan kulit,
sehingga palet warna yang digunakan adalah warna yang cerah yang dekat
dengan warna lapisan kulit yaitu merah dan coklat muda. Teknik eksekusi
ilustrasi yang digunakan untuk background adalah teknik vektor yang
dikombinasikan dengan teknik digital imaging.
Gambar 5.11. Ilustrasi halaman
Gambar 5.12. Ilustrasi lapisan kulit.
133
5.3. Proses Produksi
5.3.1. Storyboard
Narasi cerita dikembangkan menjadi sebuah storyboard yang
berisi floor-plan yang mengatur mulai dari camera set-up, gerak kamera,
pengambilan sudut gambar hingga dialog, efek suara, dan perkiraan waktu
setiap scene.
134
135
136
137
138
139
140
5.3.2. Scene Preview
Alur cerita pada animasi ini dibagi menjadi tiga yaitu situasi pra
perang, ketika terjadi perang, dan pasca perang. Sesuai dengan konsep
utama animasi ini yaitu petualangan Tim Imuno dalam menangani
berbagai macam ancaman penyakit dan infeksi, maka di setiap episode
berisi panduan atau tips bagi anak-anak untuk bertindak jika mereka
mengalami penyakit yang serupa.
Gambar 5.13. Scene preview prolog
Gambar 5.14. Scene preview pra perang
Gambar 5.15. Scene preview Tips Trivia
141
5.3.3. Teknik Animasi
Animasi ini menggunakan software Adobe After Effect, dan
pergerakan tiap karakter digerakkan dengan menggunakan teknik rigging.
Efek suara, lagu pengiring, dan dialog ditambahkan di tahap editing.
5.3.3.1.Prinsip Animasi Yang Digunakan
1. Pose dan Gerakan Antara (Pose To Pose)
Gambar 5.16. Pose to pose Momo terbang
Pose adalah gerakan paling gerakan paling awal dan akhir dari
tiap gerakan yang ada. Inbetween adalah gerakan antara suatu pose
ke pose lainnya seperti pada ada gambar Momo terbang diatas.
2. Pengaturan Waktu (Timing)
Gambar 5.17. Scene perang dengan timing slow motion
Dengan mengatur durasi gerakan, suatu karakter bisa terlihat
berbeda dengan karakter lainnya. Walaupun posenya sama, tetapi
142
dengan durasi gerak yang berbeda maka ekspresi gerakan yang
dihasilkan juga berbeda. Misalnya gerak lambat (jarak antar key
pose cukup jauh), bergerak biasa, atau bergerak cepat (jarak antar
key pose lebih dekat) seperti pada scene pertarungan Dendi, Mako,
dan Helfi melawan Bakto diatas.
3. Akselerasi Gerak (Ease In and Out)
Gambar 5.18. Scene Ardian terjatuh
Setiap benda diam cenderung tetap diam dan setiap benda
bergerak akan tetap bergerak kecuali mengalami percepatan atau
akselerasi (hukum kelembaman Newton). Dari suatu pose yang
diam ke sebuah gerakan akan terjasi percepatan dan dari gerakan
sebuah pose akan terjadi perlambatan. Misalnya pada scene
karakter Ardian terjatuh karena tersandung sebuah batu.
4. Gerakan Melengkung (Arcs)
Gambar 5.19. Scene Ardian berjalan
143
Adalah gerakan yang sifatnya alami, misal gerakan sendi
tangan yang terbatas. Gerakan di sini disesuaikan dengan keadaan
asli dari suatu tokoh kartun yang diadaptasi dari keadaan nyata.
Misalnya pada scene karakter Ardian berjalan membawa bola pada
adegan prolog.
5. Penempatan di Bidang Gambar (Staging)
Gambar 5.20. Scene Helfi berbicara pada Momo
Adalah gerak keseluruhan dalam sebuah adegan yang harus
tampak jelas dan detail untuk mendukung suasana atau mood yang
ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. Dalam hal
ini sebuah kartun akan digambarkan menjadi sebuah shot yang
mencakup angel, framing, dan scane leght. Seperti pada scene
6. Daya Tarik Karakter (Appeal)
Gambar 5.21. Scene Mako marah
144
Appeal adalah prinsip bahwa suatu karakter memiliki nilai
personality tersendiri. Misalnya karakter Mako yang selalu
percaya diri dan temperamental dengan karakter Beti yang mudah
gelisah.
7. Solid Drawing
Gambar 5.22. Ilustrasi karakter Dendi
Solid drawing adalah gerakan animasi dengan memandang
animasi sekalipun dua dimensi memiliki unsur tiga dimensi.
Seperti yang nampak pada gambar diatas, ilustrasi karakter Dendi
dengan berbagai sudut pengambilan gambar.
5.3.3.2. Pengisi Suara
Pengisianan suara untuk dialog pada animasi Petualangan Imuno
menggunakan teknik dubbing dengan pengisi suara yang sesuai
dengan kriteria. Yaitu yang memiliki karakter suara sesuai dengan
kepribadian setiap karakter yang dibawakan. Berikut adalah daftar
pengisi suara tiap karakter dalam animasi :
145
1. Karakter Dendi
Gambar 5.23. Rofiqi pengisi suara Dendi
Nama
: Muhammad Rofiqi (21 tahun)
Pengisi suara
: Dendi
Karakter suara : cukup berat, berwibawa
2. Karakter Mako
Gambar 5.24. Fakih pengisi suara Mako
Nama
: Fakih Wasi (20 tahun)
Pengisi suara
: Mako
Karakter suara : suara bass, percaya diri
146
3. Karakter Helfi
Gambar 5.25. Gina pengisi suara Helfi
Nama
: Gina Rahmi Maulida Marzuki (22 tahun)
Pengisi suara
: Helfi
Karakter suara : suara yang ringan, lembut
4. Karakter Beti & Momo
Gambar 5.26. Luna pengisi suara Beti & Momo
Nama
: Aisyah Luna Maydinar Sutisna (21 tahun)
Pengisi suara
: Beti & Momo
Karakter suara : suara yang imut dan lembut untuk karakter
Momo, dan suara tinggi serta keibuan untuk
karakter Beti
147
5. Karakter Bakto
Gambar 5.27. Imad pengisi Bakto
Nama
: Imad Aqil (21 tahun)
Pengisi suara
: Bakto
Karakter suara : suara sangat berat yang berasal dari
modifikasi manual oleh talent
6. Karakter Ardian
Gambar 5.28. Ade pengisi suara Ardian
Nama
: Ade Nobi Miranto (21 tahun)
Pengisi suara
: Ardian
Karakter suara : suara seperti anak-anak yang ringan dan
ceria
148
5.3.3.3. Sound Effect
Perancangan animasi Petualangan Imuno menambahkan musik
latar dan suara efek pada suasana tiap adegan pada animasi. Hal ini
dilakukan karena penyampaian dengan menggunakan ilustrasi dan
dialog saja kurang cukup untuk dapat menyampaikan emosi dan
suasana adegan sesuai dengan narasi cerita.
Tabel 5.1. Daftar musik latar.
No
1
Nama scene
Judul lagu
Opening
 Happy Ukulele Loop
00.00 – 00.20
Lagu latar dengan suasana bright,
happy, uplifting serta tempo cepat ini
digunakan
pada
scene
animasi
pembuka yaitu pada saat munculnya
judul dan animasi bumi.
2
Prolog
 Happy Ukulele
00.21 – 00. 45
Lagu latar yang tidak berbeda jauh
dengan lagu pada scene opening,
namun dengan tempo yang lebih lambat
ini digunakan pada scene prolog yaitu
saat karakter Ardian bermain sepakbola
untuk menambah kesan ceria pada
animasi.
3
Munculnya Bakto
 Harsh Alien Machine
00.46 – 01.15
Lagu latar dengan suasana misterius
dan tempo yang lambat ini digunakan
pada scene munculnya karakter Bakto
lalu masuk ke dalam lapisan kulit
149
untuk menambah kesan menakutkan
pada adegan.
4
Tim Imuno bersiap
 Fight Scene
02.46 – 03.05
Lagu latar dengan suasana driving,
aggressive, dark dan tempo yang cepat
ini digunakan pada scene adegan Tim
Imuno bersiap-siap untuk segera pergi
melawan
bakteri
infektor
untuk
menambah kesan seru dan naiknya
adrenalin pada adegan.
5
Tim Imuno mengintai
 Destination Unknown
03.21 – 03.35
Latar lagu dengan tempo medium ini
digunakan pada scene saat Tim Imuno
sedang
menginvestigasi
tempat
terjadinya infeksi untuk menambah
kesan misterius dan berbahaya pada
adegan.
6
Bakto
menggandakan  Enemy Ships
diri
Latar lagu dengan tempo lambat ini
04.55 – 05.10
digunakan pada scene adegan Bakto
menggandakan diri, untuk menambah
kesan dramatis pada adegan tersebut.
7
Perang
 Sports Action
05.21 – 05.55
Latar lagu dengan tempo cepat dan
uplifting ini digunakan pada scene
perang antara Tim Imuno dan Bakto
untuk menambah kesan menegangkan
dan menaikkan adrenalin.
8
Bakto menjadi raksasa
 High Tension
150
05.56 – 06.10
Latar lagu dengan tempo medium ini
digunakan pada scene Bakto yang
menjadi raksasa untuk menambah
ketegangan dan kesan menakutkan
pada adegan.
9
Bantuan datang
 Intro Action
06.21 – 06.40
Latar lagu bertempo cepat dan bouncy
ini digunakan pada scene saat bantuan
robot
Antiseptik
datang,
untuk
menambah kesan menegangkan pada
adegan.
10
Tips Trivia
 I Saw Three Ships
07.30 – 09.00
Latar lagu dengan tempo medium dan
kesan menyenangkan ini digunakan
pada
scene
menambah
Tips
kesan
Trivia,
ringan
untuk
dan
menyenangkan babak tersebut.
Musik latar diperoleh penulis melalui sebuah website penyedia
musik latar bebas lisensi yaitu Audionautix. Musik yang diunduh
tersebut kemudian ditambahkan ke dalam animasi menggunakan
software Adobe After Effect, dengan sedikit manipulasi yaitu pada
durasi dan tempo musik.
5.3.3.4.Proses Animasi
Proses pembuatan animasi dilakukan pada software Adobe After
Effect CC 2015. Berikut adalah beberapa tampilan pembuatan proses
animasi :
151
Gambar 5.29. Proses pembuatan rigging karakter
Gambar 5.30. Proses animasi scene Ardian
152
Gambar 5.31. Proses penambahan musik latar
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan perancangan animasi episode “infeksi kulit”
dalam serial edukasi sistem imunitas tubuh untuk anak usia 7-10 tahun adalah
pengetahuan anak-anak mengenai sistem imunitas tubuh masih perlu ditingkatkan,
khususnya pada anak usia 7-10 tahun. Pada usia tersebut, anak-anak seharusnya sudah
dikenalkan dengan reality testing, yaitu pengenalan yang dilakukan dengan pembahasan
yang lebih realistis, seperti fungsi utama sistem imun bagi kesehatan tubuh, bagaimana
sistem imun dapat melindungi tubuh dari berbagai serangan infeksi, bagaimana mereka
harus tanggap terhadap keadaan kesehatan yang mereka alami, mulai dari mendeteksi
adanya penyakit hingga langkah-langkah pertolongan pertama yang bisa mereka
lakukan saat mengalami suatu penyakit.
Orang tua memiliki peranan penting dalam memberikan pengetahuan dasar
tentang materi kesehatan kepada anak-anaknya, tetapi orang tua belum menyadari
bahwa pengetahuan anak akan kesehatan seharusnya diberikan sejak dini agar mereka
dapat lebih tanggap dan peka terhadap keadaan kesehatan mereka. Orang tua juga dapat
memanfaatkan media alternatif untuk membantunya dalam mengenalkan materi
kesehatan, baik itu cetak maupun elektronik. Akan tetapi, beberapa media alternatif
yang mengenalkan materi kesehatan hanya mengenalkan secara umum, yaitu terbatas
pada informasi mengenai jenis penyakit, gejala-gejalanya, dan belum sampai pada
pengenalan sistem imunitas tubuh yang dapat membantu anak berimajinasi mengenai
peran sistem imun dalam kesehatan tubuhnya. Selain itu, keterjangkauan anak dalam
media juga menjadi masalah penting dalam perancangan ini sehingga dapat diakses
dengan mudah oleh anak-anak sebagai target audiens.
Animasi edukasi, ‘Petualangan Imuno’ dapat dijadikan salah satu media
alternatif untuk mengenalkan sistem kerja imunitas tubuh yang dikemas dalam bentuk
cerita petualangan yang mengandung motivasi untuk sehat, dan fungsi sel-sel imun
sehingga anak-anak dapat berimajinasi mengenai kemampuan tubuh mereka yang dapat
melindungi dan menyembuhkan diri dari berbagai jenis penyakit.
153
154
Animasi edukasi, ‘Petualangan Imuno’ dirancang berdasarkan kebutuhan anak
usia 7-10 tahun dengan melakukan uji coba pengguna dengan menggunakan media
laptop ASUS dengan layar 14 inch dan RAM 4 GB. Adapun hasil yang diperoleh dari
uji coba ini adalah:

Visual
-
Berhasil menampilkan ilustrasi karakter yang menurut anak-anak sudah
bagus dengan pewarnaan yang menarik dan menggemaskan
-
Perlu adanya perbaikan untuk beberapa ilustrasi latar pada animasi
-
Berdasarkan mayoritas pilihan anak-anak, Mako si makrofaga menjadi
karakter terfavorit di dalam animasi
-
Tingkat keterbacaan anak terhadap huruf pada animasi sudah baik
-
Berhasil menampilkan karakter sel imun menjadi ilustrasi karakter kartun
yang diminati anak

Konten
-
Setelah menyaksikan animasi tersebut, anak-anak mengaku bahwa
mereka merasa terhibur dan bertambah pengetahuannya mengenai sistem
imunitas tubuh
-
Anak-anak mulai menghafal para karakter satu persatu setelah dua kali
menonton animasi
-
Dari awal menonton animasi, anak-anak sudah dapat membedakan mana
karakter protagonis dan karakter antagonis
-
Rata-rata anak mulai memahami tugas masing-masing anggota tim
Imuno setelah menonton animasi 2-3 kali
-
Anak-anak memahami inti dari cerita animasi serta fungsi utama dari
sistem imun
-
Mereka menyarankan untuk menambah judul atau seri baru tentang
penyakit lainnya agar mereka bisa mengetahui lebih banyak tentang
sistem imunitas tubuh
-
Berhasil menyampaikan materi tentang sistem imunitas tubuh kepada
target segmen perancangan yaitu anak-anak
-
Berhasil merancang sebuah media edukasi dengan sistem fun learning
155
6.2. Saran
Perancangan animasi episode “infeksi kulit” dalam serial edukasi sistem imunitas
tubuh untuk anak usia 7-10 tahun ini masih banyak yang perlu diperbaiki, baik itu dari
segi konten dan desain dalam animasi. Adapun saran dari segi konten adalah
perancangan ini diharapkan dapat menambah seri materi tentang kesehatan lainnya
sehingga animasi ini dapat terus diperbarui dan secara berkesinambungan dapat
memberikan pengetahuan dan menumbuhkan imajinasi anak dalam mengenal sistem
kerja imunitas tubuh secara menarik. Sedangkan saran dari segi desain adalah penulis
mengharapkan adanya desain animasi yang lebih menarik agar anak lebih antusias
dalam menyaksikannya. Selain itu, penulis merencanakan adanya kolaborasi dengan
programmer untuk membuat suatu desain media yang dapat membuat media ini
memiliki keterkaitan atau hubungan dengan media lainnya, seperti halnya kaos
tipografi, kartu permainan, atau buku cetak mengenai sistem imunitas tubuh yang dapat
di-scan dengan menggunakan metode augmented reality sehingga terhubung dengan
animasi ‘Petualangan Imuno’ atau sebuah minigame yang mengenalkan anak tentang
sistem imunitas tubuh.
156
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2010. Imunologi Dasar, Edisi ke-10. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Dhimas, Andreas. 2013. Cara Mudah Merancang Storyboard untuk Animasi
Keren. Yogyakarta: TAKA Publisher.
Internet
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Diperoleh 18
September, 2016, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf
Setiyo, Hardi. Definisi Sistem Imun. Diperoleh 28 Oktober 2016, dari
https://www.academia.edu/7294780/Definisi_Sistem_Imun
Lab Imunologi. (2012, 5 Desember). Sejarah Imunologi. Diperoleh 30 Agustus
2016 dari http://labimunologi.blogspot.co.id/2012/12/normal-0-false-falsefalse-en-us-x-none.html
Sabila, Nadia. (2016, 29 Maret). Kode Rating Film dan Artinya. Diperoleh 30
Agustus 2016 dari http://sinemapedia.com/kode-rating-film-dan-artinya-152-1
Muktiarti, Dina dan Zakiudin Munasir. Alergi Anak. Diperoleh 2 September 2016
dari http://www.alergianak.com/
Pramudiarja, AN Uyung. (2011, 7 Februari). Penyakit yang Bisa Disembuhkan
Sendiri oleh Tubuh. Diperoleh 2 September 2016 dari
http://health.detik.com/read/2011/02/07/141759/1561656/763/penyakit-yangbisa-disembuhkan-sendiri-oleh-tubuh
Puskesmas “Idola” Mejayan. (2013, 16 September). Macam-Macam Luka dan
Penanganannya. Diperoleh 3 September 2016 dari http://mejayanpuskesmas.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-luka-danpenanganannya.html
157
158
Sykes, Yohan Rush. (2012, 2 Januari). Jenis-Jenis Luka. Diperoleh 3 September
2016 dari http://blogkputih.blogspot.co.id/2012/01/jenis-jenis-luka-lukarusaknya-jaringan.html
Niesrina, Kamaratih. (2016, 7 Juni). Cara Mengobati Luka Lecet Akibat Jatuh.
Diperoleh 3 September 2016 dari
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengobati-luka-lecet-akibatjatuh
Nafarin, Michael. (2014, 25 Maret). Penyembuhan Luka. Diperoleh 5 September
2016 dari http://rumahsakitumumonline.blogspot.co.id/2014/03/penyembuhanluka.html
193
NARASI ALERGI
Pada suatu hari libur Ardian ingin berkunjung ke rumah Bima temannya sebangku
di kelas. Mereka berencana untuk menonton film kartun dan bermain game di televisi
baru milik Bima. Ardian pergi ke rumah Bima berjalan kaki karena jarak rumah mereka
tidaklah jauh, hanya berjarak dua gang saja. Tak lupa ia membawakan kue buatan
ibunya sebagai oleh-oleh untuk Bima dan keluarganya.
Sesampainya di depan rumah Bima, Ardian menekan tombol bel yang ditempel di
pagar. Tak lama kemudian muncullah Bima dari dalam rumahnya dan membukakan
pintu untuk Ardian.
Bima
: “Yey! Akhirnya kamu datang juga.”
Ardian : “Cepet bukain pintunya. Aku bawakan oleh-oleh nih.”
Bima
: “Asiiik...”
Mereka pun masuk ke dalam rumah, di dalam rumah ibu dan ayah Bima
menyambut kedatangan Ardian dengan hangat. Tak hanya ibu dan ayahnya saja, Puci
kucing milik Bima pun ikut menyambut Ardian dengan mengeong dan menggeliat
manja di kaki Ardian. Melihat tingkah lucu Puci, Ardian pun menggendong dan
mengelusnya dengan manja. Ardian yang tidak punya hewan peliharaan di rumahnya
itupun cepat akrab dengan Puci. Saat Ardian mengelus Puci, bakteri yang berada ada di
bulu-bulu Puci pun beterbangan dan menyebar di udara. Beberapa bakteri itu masuk ke
dalam lubang hidung Ardian dan menyusuri saluran pernapasan hingga ke paru-paru.
Sementara itu di markas Imuno, Helfi yang sedang tidak enak badan namun tetap
memaksa untuk bekerja. Meskipun kondisinya sedang tidak fit, Helfi tidak mau
meninggalkan tugasnya sebagai pemantau keadaan tubuh dari serangan infektor.
Helfi
: “Hatchiiiing...”
Beti
: “Helfi kamu kenapa? Sepertinya kamu sakit.”
194
“Istirahatlah, biar aku yang menggantikan tugasmu.”
Helfi
: “Gapapa Beti, aku baik-baik saja, masih bisa bertugas.”
“Kamu kembalilah ke ruanganmu dan beristirahat.”
Beti
: “Hhhmmm... Baiklah kalau begitu.”
“Momo, jaga Helfi baik-baik ya.”
“Kalau ada apa-apa panggil saja aku.”
Momo : “Mo!”
Beti pun kembali ke ruangannya sementara Helfi dan Momo tetap bertugas di
ruang kontrol markas Imuno.
Masuknya bakteri ke dalam tubuh Ardian membuat mesin pendekteksi di markas
Imuno bereaksi. Helfi pun dengan segera memeriksa pemberitahuan akan masuknya
benda asing ke dalam tubuh Ardian tersebut. Pandangan Helfi sedikit kabur melihat
layar monitor mesin pendeteksi itu.
Helfi
: “Momo, ada infeksi.”
“Cepat nyalakan alarm dan beritahukan yang lain bahwa kita sedang
diserang.”
Momo : “Mo!”
Momo pun membunyikan alarm bahaya dan dengan segera tim Imuno berkumpul
di ruang utama.
Dendi
: “Ada apa Helfi?”
“Sepertinya kamu sakit.”
“Jangan paksakan dirimu, istirahatlah dulu.”
Beti
: “Benar Helfi, istirahatlah...”
195
Helfi
: “Aku baik-baik saja teman-teman. Tenang saja.”
“Saat ini tubuh sedang diserang, kita harus melawan infektor ini sebelum
berhasil membuat tubuh ini sakit.”
Dendi
: “Apa yang menyerang tubuh, Helfi?”
Helfi
: “Sebuah bakteri, ia masuk melalui lubang hidung dan masuk ke dalam
paru-paru.”
Dendi
: “Baiklah, ayo kita kalahkan bakteri itu.”
“Semuanya, bersiap di kursi masing-masing!”
Mako
: “Yeah... Saatnya beraksi. He he he...”
Tim Imuno segera bersiap di kursi di pesawat mereka masing-masing. Setelah
mesin pesawat dinyalakan dan Helfi memberi aba-aba untuk Dendi bahwa pesawat telah
siap, pesawat pun melaju ke arah terjadinya infeksi.
Dendi
: “Go Go Imuno!!!”
Sesampainya di tempat tujuan, Helfi pun memandu tim ke lokasi bakteri itu
berada. Mereka selalu memantau bakteri itu dari kejauhan dahulu untuk membuat
rencana dan berdiskusi sebelum melakukan penyerangan.
Mako
: “Helfi, apa kamu yakin?”
“Kelihatannya ia tak berbahaya. Ia tak menginfeksi sel-sel di sekitarnya.”
Helfi
: “Aku yakin bakteri itu berbahaya. Hattchiiiih...”
Dendi
: “Hhhmmm... Kalau begitu mari kita serang bakteri itu.”
“Mako, kamu menyerang pertama, kemudian Beti.”
“Momo, siapkan memorimu.”
“Dan Helfi, setelah ini selesai kamu harus istirahat di markas.”
196
H M B : “Siap!”
Tim Imuno menghampiri bakteri itu dan berusaha menghentikannya.
Dendi
: “Hei bakteri, hentikan!”
Namun bakteri itu tak mengatakan apa-apa, ia hanya melihat tim Imuno dengan
wajahnya yang terlihat bingung.
Dendi
: “Hhhmmm...? Mako serang bakteri itu!”
Mako
: “Serahkan padaku.”
Mako pun mulai menyerang bakteri itu sesuai dengan instruksi dari Dendi. Ia
mengeluarkan perisai andalannya dan mengarahkannya ke bakteri itu. Namun perisai itu
meleset, pergerakan bakteri itu terlalu cepat. Merasa bahwa dirinya dalam bahaya,
bakteri itupun mengeluarkan kemampuan bertahannya.
Tim Imuno berusaha menyerangnya bersama-sama dengan senjata mereka, namun
serangan mereka selalu meleset karena pergerakan bakteri yang terlalu cepat. Sehingga
serangan-serangan mereka pun mengenai sel-sel tubuh yang ada di sekitar tempat itu.
Sementara itu, serangan-serangan tim Imuno itu berdampak bagi tubuh Ardian. Ia
mulai bersin-bersin dan gatal-gatal terus-menerus.
Bima
: “Ardian, kamu sakit?”
Ardian : “Entahlah Bima, aku tadi baik-baik saja kok. Uhuk uhuk...”
Ibu Bima : “Hhhmmm... Sepertinya kamu terkena alergi Ardian.”
“Mungkin kamu alergi dengan Puci.”
Ardian : “Apaa???”
Di dalam Ardian, pertempuran itu belum selesai. Situasi tersebut membuat Dendi
meminta bantuan dari luar. Dendi menyalakan kacamatanya dan mulai memanggil
197
bantuan. Tak lama kemudian datanglah bantuan dari luar, sebuah obat alergi datang
menolong tim Imuno.
Robot itu menganalisa bakteri sesaat, lalu menghampirinya. Namun yang terjadi
adalah robot tersebut tidak menyerang bakteri itu, melainkan berusaha untuk
menenangkan bakteri itu.
Robot
: “Tenanglah kawan, kamu aman bersamaku.”
Bakteri itu pun menjadi tenang dan kembali ke bentuk asalnya. Ia terlihat
ketakutan saat melihat tim Imuno, sambil bersembunyi di belakang robot itu.
Dendi
: “Apa yang kamu lakukan?”
Robot
: “Tidak apa-apa teman-teman, ia tidak berbahaya.”
“Ia adalah bakteri dari kucing, dan tidak berbahaya bagi tubuh.”
Beti
: “Apaaa??? Kok bisa?”
Robot
: “Iya, sepertinya kalian salah mengidentifikasinya sebagai musuh.”
Dendi
: “Helfi, benarkah itu?”
Helfi
:
“Maafkan
aku
teman-teman,
sepertinya
aku
memang
salah
mengidentifikasinya.”
“Ini karena penglihatanku sedikit kabur, jadi tidak melihat dengan jelas”
“Kalian benar, harusnya aku istirahat dan tidak bertugas hari ini.”
Dendi
: “Tidak apa-apa Helfi, yang penting masalah ini sudah selesai.”
Beti
: “Benar, yang penting kita semua baik-baik saja, bakteri itu pun tak
terluka.”
Mako
: “Yeah. Kita juga mendapat teman baru sekarang. Hehehe...”
198
Tim Imuno pun meminta maaf kepada bakteri itu, dan mereka menjadi teman.
Momo menghampiri bakteri itu, berkenalan dan scanning bakteri itu. Agar apabila
bakteri itu masuk ke tubuh lagi, mereka tidak akan salah menganggapnya sebagai
musuh.
Setelah itu, tim Imuno bergegas ke pesawatnya untuk segera kembali ke markas
meninggalkan bakteri dan robot itu. Di markas, Beti dan Momo menggantikan tugas
Helfi sementara ia beristirahat. Mereka memantau di ruang utama hingga keadaan Helfi
sehat dan siap untuk bertugas kembali.
---------- END ----------
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
NARASI FLU & PILEK
Siang itu Ardian pulang dari sekolahnya dengan berjalan kaki menyusuri trotoar.
Cuacanya sangat cerah namun agak sedikit terik, membuat Ardian mempercepat
langkahnya agar segera sampai ke rumahnya. Di tengah perjalanan pulang Ardian
bertemu dengan Tiwi, teman sekelasnya yang pada hari itu tidak masuk sekolah. Tiwi
berjalan bergandengan dengan ibunya. Keadaan Tiwi tidak seperti biasanya, dia terlihat
lemas dan pucat dengan memakai sweater yang tebal.
Ardian : “Hai Tiwi! Apa kabar? Kenapa kamu tidak masuk sekolah?”
Tiwi
: “Uhuk... uhuk... Aku sakit Ardian, jadi tidak masuk sekolah hari ini.”
Ardian : “Astaga... Memangnya kamu sakit apa?”
Tiwi
: “Aku sakit flu dan pilek, barusan aku dari berobat ke dokter.”
Kemudian tiba-tiba Tiwi bersin sambil terbatuk-batuk. Saat itu Tiwi tidak menutup
mulutnya sehingga virus influenza yang telah menyerang tubuh Tiwi tersebar di udara.
Virus itu melayang-layang hingga terhirup dan masuk ke dalam hidung Ardian. Tiwi terus
menerus batuk hingga akhirnya ibunya mengajak untuk segera pulang.
Ibu Tiwi : “Maaf Ardian, sepertinya Tiwi harus segera istirahat sebelum sakitnya
semakin parah.”
Ardian : “Oh iya, tidak apa-apa Tante.”
“Semoga kamu cepat sembuh ya Tiwi.”
Tiwi
: “Iya, terima kasih ya... Dah...”
Ardian pun melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
Sore harinya, Ardian bersiap untuk bermain sepakbola dengan teman-temannya.
Sementara itu virus influenza yang telah masuk ke dalam lubang hidungnya, terus masuk
melalui saluran pernapasan hingga ke dalam paru-paru Ardian. Sesampainya di paruparu, virus itu mulai menggandakan dirinya dan menginfeksi sel-sel yang ada disana.
Sel-sel tubuh Ardian pun mulai terjangkit, hal ini membuat Ardian merasa tidak
sehat. Ia merasa pusing dan meriang di sekujur tubuhnya. Sesekali Ardian juga bersin dan
merasa hidungnya mampet. Melihat keadaan Ardian yang kurang sehat, ibu Ardian pun
merasa khawatir. Ibunya melarang untuk pergi bermain dan menyuruhnya untuk segera
istirahat dan membuatkan sup sambil mengompres kepala Ardian agar demamnya segera
turun.
Ardian : “Bu apakah aku harus ke dokter?”
Ibu Ardian : “Kamu makan sup ini dan istirahat dulu ya.”
“Semoga setelah kamu istirahat, kamu sudah sembuh.”
“Kalau besok pagi belum sembuh, ibu antar kamu ke dokter.”
Sementara itu tanda bahaya pun berbunyi di markas Imuno. Helfi yang mengetahui
hal itu segera memerintahkan Momo untuk segera menyalakan alarm untuk
memperingatkan dan memberitahu tim Imuno untuk segera berkumpul.
Helfi
: “Perhatian seluruh tim Imuno. Segera berkumpul di ruang utama. Kita
sedang diserang!”
Beberapa saat kemudian seluruh tim Imuno pun telah berkumpul di ruang utama.
Dendi
: “Helfi, apa yang terjadi?”
Helfi
: “Tubuh sedang diserang. Dan sepertinya keadaan sudah gawat.”
Beti
: “Apa maksudmu Helfi?”
Helfi
: “Tubuh Ardian sudah sakit. Virus yang menyerang ini sangat kuat dan
agresif menyerang sel-sel tubuh.”
Mako
: “Wah tantangan baru nih. He he he...”
Dendi
: “Kalau begitu kita harus segera pergi ke tempat infeksi. Mencegah agar
virus itu tidak menginfeksi lebih parah lagi.”
“Semuanya, ayo kita bersiap di kursi kita masing-masing!”
Tim Imuno pun bersiap di kursi masing-masing. Helfi menyiapkan mesin pesawat,
lalu memberi aba-aba untuk Dendi saat pesawat sudah siap. Dendi mulai untuk
memberangkatkan pesawat.
Dendi
: “GO GO IMUNO!!!”
Pesawat pun melesat dengan cepat ke tempat terjadinya infeksi. Sesampainya di
tempat itu, tim Imuno turun satu persatu dan mulai mencari lokasi virus itu. Helfi melacak
lokasi menggunakan alat pendeteksinya. Selang beberapa waktu akhirnya tim Imuno
menemukan lokasi virus-virus itu.
Tim Imuno sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Virus-virus itu berjumlah
banyak sekali dan menginfeksi sel-sel tubuh dan lingkungannya yang luas. Melihat
keadaan sudah parah, Dendi pun membuat suatu strategi baru.
Dendi
: “Kita butuh strategi baru. Jumlah mereka terlalu banyak untuk kita
kalahkan.”
“Sepertinya kali ini kita harus menggunakan strategi X”
Momo : “Moomooo...???”
Helfi
: “Oh apa kamu belum tahu apa itu strategi X Momo?”
Momo : “Mo.” (mengangguk)
Helfi
: “Strategi X adalah strategi yang kita gunakan saat tubuh sudah terlanjur
sakit karena infeksi dari musuh.”
“Kita akan menggandakan diri menjadi banyak sampai jumlah kita
seimbang dengan musuh agar kita bisa menang dari mereka.”
Beti
: “Tapi strategi itu ada efek sampingnya kan?”
Helfi
: “Benar Beti. Untuk melakukan strategi ini, tubuh akan membutuhkan
energi yang sangat banyak.”
“Ardian haruslah banyak istirahat hingga kita berhasil mengalahkan virus
itu dan mengembalikan tubuh Ardian menjadi sehat kembali.”
Momo : “Mooo...” (mengangguk paham)
Mako
: “Ah tak apa. Inilah kesempatan kita menunjukkan kekuatan kita tanpa
bantuan dari luar. Benar kan Dendi?”
Dendi
: “Benar Mako. Ini kesempatan kita.”
“Momo, kamu berlindunglah di tempat yang aman hingga pertempuran
selesai.”
Momo : “Mo!”
Dendi
: “Kita pasti bisa menyelamatkan Ardian dengan kemampuan kita sendiri.”
“Ayo kita kalahkan virus itu!”
H B M : “Siap!”
Tim Imuno pun menghadap ke pasukan virus yang sedang menginfeksi sel-sel
tubuh Ardian.
Dendi
: “Heh virus! Hentikan!”
“Hadapi kami dan jauhi sel-sel itu!”
Virus
: “Ha...???”
“Siapa kalian? Beraninya menantang kami.”
“Kalian cuma berlima, dan kami berjumlah ratusan! Ha ha ha...!!!”
Mako
: “Jangan sombong. Kau akan menyesal telah meremehkan kami!”
Virus
: “Huahahahahaha...”
Dendi
: “Helfi, lakukan strategi X sekarang.”
Helfi
: “Baik!”
Setelah diberi aba-aba oleh Dendi, Helfi pun segera mengaktifkan strategi X
menggunakan remote nya. Seketika tubuh Ardian menjadi lemas dan mengantuk. Ardian
pun tertidur pulas setelah memakan sup hangat buatan ibunya.
Tubuh Ardian yang sedang tidur memberikan tim Imuno untuk mengeluarkan
kekuatan mereka untuk menggandakan diri. Dendi, Helfi, Mako, dan Beti segera
menggandakan diri menjadi banyak sekali, sebanyak virus yang akan mereka hadapi.
Sementara Momo berlindung di tempat yang aman sesuai perintah dari Dendi.
Terjadilah pertempuran yang sangat sengit antara tim Imuno dan pasukan virus itu.
Dendi bersama pasukannya mengeluarkan pistol laser dan menembaki virus-virus. Helfi
dan pasukannya pun melakukan demikian dengan pistol laser miliknya. Sedangkan Mako
dan pasukannya mengurung virus-virus di dalam perisainya dan membunuhnya. Dan beti
beserta pasukan mengaktifkan senjata antibodi mereka dan menyerang virus-virus yang
mereka hadapi.
Pertempuran yang sengit itupun selesai. Tim Imuno sekali lagi berhasil melindungi
tubuh Ardian. Virus terakhir pun akhirnya berhasil dikalahkan dan berubah menjadi pin
kristal. Momo pun keluar dari persembunyiannya dan menyimpan pin kristal itu sebagai
data apabila virus itu menyerang tubuh lagi di masa yang akan datang.
Dendi
: “Kerja yang bagus teman-teman.”
“Mari kita pulihkan sel-sel tubuh ini dan segera kembali ke markas.”
Tim Imuno pun memulihkan sel-sel tubuh yang telah terinfeksi. Setelah semua selsel telah pulih, sel-sel imun pun mulai menghilangkan diri hingga tinggal Tim Imuno saja
yang tersisa agar energi Ardian terisi kembali.
Setelah keadaan sudah membaik, Ardian pun bangun dari tidurnya dan mendapati
bahwa hari sudah pagi. Ia telah tertidur sangat pulas sekali. Namun tubuhnya kini sudah
membaik, pusing dan meriangnya sudah hilang. Ia pun melompat kegirangan dan bersiapsiap mandi untuk berangkat ke sekolah.
Dendi
: “Ardian sudah sehat kembali.”
“Saatnya kita kembali ke markas.”
Tim Imuno pun bersiap di kursi masing-masing di pesawat. Mesin pesawat
dinyalakan dan siap untuk berangkat
Tim Imuno : “GO GO IMUNO!!!”
---------- END ----------
BIOGRAFI PENULIS
Rizky Vindi Nuryahya atau lebih akrab
dipanggil Vindi, lahir di Jombang pada tanggal 14
Maret 1993. Anak kedua dari dua bersaudara, dari
pasangan Mokhamad Yasin S.Pd, MM dan Sulinah
S.Pd. Penulis telah menempuh pendidikan
formalnya di TK PGRI Blimbing, SDN Wuluh 1
Kesamben, SMP Negeri 2 Kota Mojokerto, dan
SMK Telkom Sandhy Putra Malang. Pada tahun
2012 penulis telah diterima di Jurusan Desain
Produk Industri FTSP ITS melalui jalur SNMPTN
tulis dengan NRP 3412 100 094. Semasa
perkuliahannya, penulis menemukan bidang minat
pada dunia branding. Penulis telah berhasil
merancang berbagai jenis desain branding baik
sebagai tugas perkuliahan maupun project pribadi.
Perancangan Animasi Episode Infeksi Kulit Dalam Serial Edukasi Sistem Imunitas
Tubuh Untuk Anak Usia 7-10 Tahun adalah judul tugas akhir yang diambil oleh penulis
karena menurut penulis anak-anak perlu mendapatkan edukasi tentang sistem imunitas
tubuh agar mereka lebih peka dan peduli terhadap tubuhnya yang rawan terjangkit
berbagai penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah penyakit infeksi kulit.
Untuk kemudahan dalam mengirimkan kritik dan saran mengenai judul perancangan
yang diambil oleh penulis, maka penulis dapat dihubungi melalui alamat di bawah ini :
Email
: [email protected]
Instagram : vindiyahya
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Download