II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa

advertisement
II.
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam
pembahasan penelitian
2.1
Ruang Vektor
Definisi 3.1.1 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui (๐’ฑ, +) grup komutatif dan (โ„ฑ, โจ, . ) lapangan dengan elemen identitas 1. ๐’ฑ disebut
ruang vektor (vector space) atas โ„ฑ jika ada operasi luar * antara keduanya sehingga untuk setiap
๐‘ฅ ∈ ๐’ฑdan ๐›ผ ∈ โ„ฑ menentukan dengan tunggal ๐›ผ ∗ ๐‘ฅ ∈ ๐’ฑ yang memenuhi sifat – sifat :
(i) ๐›ผ ∗ (๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐›ผ ∗ ๐‘ฅ + ๐›ผ ∗ ๐‘ฆ,
(ii) (๐›ผ โจ ๐›ฝ) ∗ ๐‘ฅ = ๐›ผ ∗ ๐‘ฅ + ๐›ฝ ∗ ๐‘ฅ,
(iii) (๐›ผ. ๐›ฝ) ∗ ๐‘ฅ = ๐›ผ ∗ (๐›ฝ ∗ ๐‘ฅ),
(iv) 1 ∗ ๐‘ฅ = ๐‘ฅ,
untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐’ฑ dan ๐›ผ, ๐›ฝ ∈ โ„ฑ.
2.2
Ruang Vektor Bagian dan Bebas Linear
Definisi 2.2.1 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ ruang vektor atas lapangan โ„ฑ dan ๐’ฒ ⊂ ๐’ฑ. Jika himpunan ๐’ฒ terhadap operasi –
operasi yang sama dengan operasi – operasi di bagian ๐’ฑ juga merupakan ruang vektor atas โ„ฑ,
maka ๐’ฒ disebut ruang vektor bagian (vector sub-space) dari ๐’ฑ.
Teorema 2.2.2 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ ruang vektor atas lapangan โ„ฑ dan ๐’ฒ ≠ ๐œƒ. Himpunan ๐’ฒ merupakan ruang vektor
bagian ๐’ฑ jika dan hanya jika untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐’ฒ dan ๐›ผ, ๐›ฝ ∈ โ„ฑ berlaku ๐›ผ๐‘ฅ + ๐›ฝ๐‘ฆ ∈ ๐’ฒ.
Teorema 2.2.3 (Darmawijaya, 2007)
Jika ๐’ฑ ruang vektor terhadap lapangan โ„ฑ dan ๐’ณ, ๐‘Œ masing – masing ruang vektor bagian ๐’ฑ maka
๐’ณ + ๐‘Œ = {๐‘š + ๐‘› โˆถ
๐‘š ∈ ๐’ณ, ๐‘› ∈ ๐‘Œ},
Juga merupakan ruang vektor bagian ๐’ฑ yang memuat ๐’ณ dan ๐‘Œ sebagai ruang vektor bagiannya.
Teorema 2.2.4 (Darmawijaya, 2007)
Jika ๐’ฑ ruang vektor terhadap lapangan โ„ฑ dan ๐’ณ, ๐‘Œ ⊂ ๐’ฑ masing – masing ruang vektor bagian
dan ๐’ณ ∩ ๐‘Œ = {๐œƒ}, maka untuk setiap ๐‘ฅ ∈ ๐’ณ + ๐‘Œ terdapat dengan tunggal ๐‘š1 ∈ ๐’ณ dan ๐‘›1 ∈ ๐‘Œ
sehingga ๐‘ฅ = ๐‘š1 + ๐‘›1 .
Teorema 2.2.5 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapanngan โ„ฑ. Jika ๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘˜ ∈ ๐’ฑ dan ๐œ†, ๐›ผ๐‘˜ , ๐›ฝ๐‘˜ ∈ โ„ฑ untuk setiap ๐‘˜ =
1,2, … , ๐‘› maka benar bahwa
(i) ∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜ + ∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ฝ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜ = ∑๐‘›๐‘˜=1(๐›ผ๐‘˜ + ๐›ฝ๐‘˜ )๐‘ฅ๐‘˜ ,
(ii) ๐œ†(∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜ ) = ∑๐‘›๐‘˜=1(๐œ†๐›ผ๐‘˜ )๐‘ฅ๐‘˜ ,
(iii) (∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ )๐‘ฅ = ∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ , dan
๐‘š
๐‘›
(iv) (∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ )(∑๐‘š
๐‘—=1 ๐‘ฅ๐‘— ) = ∑๐‘˜=1 ∑๐‘—=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘— .
Teorema 2.2.6 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapangan โ„ฑ. Jika ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ, maka ๐’ฒ = [๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ]
merupakan ruang vektor bagian ๐’ฑ.
Teorema 2.2.7 (Darmawijaya, 2007
Jika ๐’ฑ ruang vektor atas lapangan โ„ฑ dan ๐‘€ ⊂ ๐’ฑ, maka [๐‘€] merupakan ruang vektor bagian ๐’ฑ.
Lebih lanjut, [๐‘€] merupakan ruang vektor terkecil yang memuat M.
Definisi 2.2.8 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapangan โ„ฑ. Vektor – vektor ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ atau
{๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› } ⊂ ๐’ฑ dikatakan bebas linier (liniearly independent) jika ๐›ผ1 , ๐›ผ2 , … , ๐›ผ๐‘› ∈ โ„ฑ dan
๐›ผ1 ๐‘ฅ1 + ๐›ผ2 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐›ผ๐‘› ๐‘ฅ๐‘› = ๐œƒ
berakibat ๐›ผ1 = ๐›ผ2 = โ‹ฏ = ๐›ผ๐‘› = 0.
Teorema 2.2.9 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapangan โ„ฑ. Vektor – vektor ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ tak bebas linier
jika dan hanya jika terdapat ๐‘˜ dengan 1 ≤ ๐‘˜ ≤ ๐‘› sehingga vektor ๐‘ฅ๐‘˜ merupakan kombinasi linier
๐‘› − 1 vektor – vektor lainnya.
Akibat 2..2.10 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapangan โ„ฑ. Vektor – vektor ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ bebas linier jika
dan hanya jika untuk setiap ๐‘˜, 1 ≤ ๐‘˜ ≤ ๐‘›.
Vektor ๐‘ฅ๐‘˜ bukan merupakan kombinasi linier ๐‘› − 1 vektor – vektor lainnya.
Teorema 2.2.11 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ ruang vektor atas lapangan โ„ฑ. Vektor – vektor ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› bebas linier jika dan
hanya jika setiap persamaan
๐‘›
๐‘›
∑ ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜ = ∑ ๐›ฝ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜
๐‘˜=1
๐‘˜=1
berakibat ๐›ผ๐‘˜ = ๐›ฝ๐‘˜ untuk setiap ๐‘˜.
2.3
Basis dan Dimensi
Definisi 2.3.1 (Darmawijaya, 2007)
Ruang vektor ๐’ฑ dikatakan terbangkitkan secara hingga(finitely generated) jika ada vektor –
vektor
๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ
sehinggga
๐’ฑ = [๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ].
Dalam
keadaan
seperti
itu,
{๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› } disebut pembangkit (generator) ruang vektor ๐’ฑ.
Definisi 2.3.2 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ. Himpunan โ„ฌ ⊂ ๐’ฑ dikatakan bebas linier jika setiap himpunan bagian
hingga di dalam B bebas linier.
Definisi 2.3.3 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang vektor ๐’ฑ atas lapangan โ„ฑ. Himpunan โ„ฌ ⊂ ๐’ฑ disebut basis (base)
๐’ฑ jika โ„ฌ bebas linier dan ๐’ฑ = [โ„ฌ].
Teorema 2.3.4 (Darmawijaya, 2007)
Ruang vektor ๐’ฑ terbangkitkan secara hingga jika dan hanya jika ๐’ฑ mempunyai
basis hingga.
Teorema 2.3.5 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ ruang vektor dan โ„ฌ ⊂ ๐’ฑ basis. Banyaknya anggota โ„ฌ disebut dimensi ruang vektor
๐’ฑ,ditulis dim(๐’ฑ). Jika banyaknya anggota โ„ฌ hingga maka dikatakan ๐’ฑ berdimensi hingga dan
jika banyaknya anggota โ„ฌ tak hingga maka dikatakan ๐’ฑ berdimensi tak hingga.
Teorema 2.3.6 (Darmawijaya, 2007)
Jika ruang vektor ๐’ฑ berdimensi ๐‘›, maka setiap (๐‘› + 1) vektor di dalam ๐’ฑ tak bebas linier.
Akibat 2.3.7 (Darmawijaya, 2007)
Jika {๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› } dan {๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 , … , ๐‘ฆ๐‘š } masing – masing basis untuk ruang vektor ๐’ฑ, maka ๐‘š =
๐‘›.
2.4
Fungsi Linear
Fungsi dari suatu ruang vektor ke ruang vektor lain yang banyak digunakan dan mudah dalam
memahaminya adalah fungsi linear, yaitu fungsi yang bersifat aditif dan homogen.
Definisi 2.4.1 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan dua ruang vektor ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing atas lapangan โ„ฑ yang sama. Fungsi
๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ disebut fungsi linear jika
(i)
๐‘“ fungsi aditif (additive)
๐‘“(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘“(๐‘ฆ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐’ฑ, dan
(ii)
๐‘“ fungsi homogen (homogeneous)
๐‘“(๐›ผ๐‘ฅ) = ๐›ผ๐‘“(๐‘ฅ) untuk setiap ๐›ผ dan vektor ๐‘ฅ ∈ ๐’ฑ.
Teorema 2.4.2 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan dua ruang vektor ๐’ฑ dan ๐’ฒ masing – masing atas lapangan โ„ฑ yang sama (โ„› atau ๐’ž).
Fungsi ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ merupakan fungsi linear jika dan hanya jika untuk sebarang skalar ๐›ผ, ๐›ฝ dan
vektor ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐’ฑ, berlaku
๐‘“(๐›ผ๐‘ฅ + ๐›ฝ๐‘ฆ) = ๐›ผ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐›ฝ๐‘“(๐‘ฆ)
Teorema 2.4.3 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor atas lapangan โ„ฑ yang sama. Jika ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ
merupakan fungsi linear maka
(i)
๐‘“(−๐‘ฅ) = −๐‘“(๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘ฅ ∈ ๐’ฑ.
(ii)
๐‘“(๐‘ฅ − ๐‘ฆ) = ๐‘“(๐‘ฅ) − ๐‘“(๐‘ฆ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐’ฑ.
(iii) ๐‘“(๐œƒ) = ๐œƒฬ…, dengan ๐œƒ ∈ ๐’ฑ dan ๐œƒฬ… ∈ ๐’ฒ masing – masing menyatakan vektor nol.
(iv) ๐‘“(∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜ ) = ∑๐‘›๐‘˜=1 ๐›ผ๐‘˜ ๐‘“(๐‘ฅ๐‘˜ ) untuk setiap skalar ๐›ผ1 , ๐›ผ2 , … , ๐›ผ๐‘› dan vektor – vektor
๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , … , ๐‘ฅ๐‘› ∈ ๐’ฑ.
Teorema 3.4.4 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor. Jika ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ merupakan fungsi linear dan
๐‘”: ๐’ฑ → ๐’ฒ sehingga ๐‘”(๐‘ฅ) = ๐‘“(๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘ฅ ∈ ๐’ฑ, maka ๐‘” linear dan ๐‘” = ๐‘“.
Teorema 2.4.5 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor dan ๐‘† ⊂ ๐’ฑgenerator untuk ๐’ฑ. Jika ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ
merupakan fungsi linear dan ๐‘”: ๐’ฑ → ๐’ฒ sehingga ๐‘”(๐‘ฅ) = ๐‘“(๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘ฅ ∈ ๐‘† , maka fungsi
๐‘” linear dan ๐‘” = ๐‘“; lebih lanjut ๐‘“(๐‘†) merupakan generator ๐‘“(๐’ฑ).
Teorema 2.4.6 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor. Jika ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ merupakan fungsi linear,
maka ๐‘…๐‘“ = ๐‘“(๐’ฑ) merupakan ruang bagian di dalam ๐’ฒ. Himpunan ๐‘…๐‘“ disebut ruang jelajah
(range space) fungsi ๐‘“.
Teorema 2.4.7 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor. Jika ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ merupakan fungsi linear,
maka
๐‘๐‘“ = {๐‘ฅ ∈ ๐’ฑ:
๐‘“(๐‘ฅ) = ๐œƒฬ…}
dan
๐‘† = (๐’ฑ − ๐‘๐‘“) ∪ {๐œƒ}
masing – masing merupakan ruang bagian di dalam ๐’ฑ. Selanjutnya, himpunan ๐‘๐‘“ disebut ruang
nol (null space) fungsi ๐‘“.
Teorema 2.4.8 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor.Jika ๐’ฑ berdimensi ๐‘› dan ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ
merupakan fungsi linear, maka dim(๐‘“(๐’ฑ)) ≤ ๐‘›.
Teorema 2.4.9 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor. Jika Jika ๐’ฑ berdimensi ๐‘› dan ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ
merupakan fungsi linear, maka
๐œ•+๐‘ = ๐‘›
2.5 Operator Linear
Definisi 2.5.1 (Amanto, 2008)
Suatu pemetaan ๐‘‡ dengan daerah asal ๐”‡(๐‘‡) dan daerah hasil ℜ(๐‘‡)adalah
suatu operator linear jika memenuhi:
1. ๐”‡(๐‘‡) dan ℜ(๐‘‡) berada pada ruang vektor atas lapangan yang sama;
2. Untuk semua ๐‘ฅ, ๐‘ฆ ∈ ๐”‡(๐‘‡) dan skalar ๐›ผ berlaku ๐‘‡(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐‘‡(๐‘ฅ) + ๐‘‡(๐‘ฆ) dan ๐‘‡(๐›ผ๐‘ฅ) =
๐›ผ๐‘‡(๐‘ฅ).
2.6
Fungsi Linear dan Matriks
Teorema 2.6.1 (Darmawijaya, 2007)
Jika ๐’ฑ merupakan ruang vektor real (kompleks) berdimensi n, maka ๐’ฑ isomorfis dengan
โ„› ๐‘› (๐’ž ๐‘› ), yaitu terdapat fungsi linear dan bijektif dari ๐’ฑ ke โ„› ๐‘› (๐’ž ๐‘› ).
Akibat 2.6.2 (Darmawijaya, 2007)
Jika ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor (atas lapangan yang sama), dim(๐’ฑ) ≤ dim(๐’ฒ),
dan fungsi ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ linear dan injektif, maka ๐’ฑ isomorfis dengan ๐‘…๐‘“ = ๐‘“(๐’ฑ).
Teorema 2.6.3 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ๐’ฑ dan ๐’ฒ, masing – masing ruang vektor (atas lapangan yang sama), dim(๐’ฑ) = ๐‘› dan
dim(๐’ฒ) = ๐‘š. Setiap fungsi linear ๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ menentukan matriks A berukuran ๐‘š × ๐‘› :
๐›ฝ11
๐›ฝ
๐ด = (๐›ฝ๐‘–๐‘˜ ) = ( 21
…
๐›ฝ๐‘š1
๐›ฝ12
๐›ฝ22
…
๐›ฝ๐‘š2
๐›ผ1
… ๐›ฝ1๐‘›
๐›ผ
… ๐›ฝ2๐‘›
2
)(…)
… …
๐›ผ๐‘›
… ๐›ฝ๐‘š๐‘›
sebaliknya juga berlaku.
Definisi 2.6.4 (Darmawijaya, 2007)
Dua ruang vektor ๐’ฑ dan ๐’ฒ dikatakan isomorfik (isomorphic) jika ada fungsi linear bijektif
๐‘“: ๐’ฑ → ๐’ฒ. Dalam hal ini, fungsi ๐‘“ tersebut dinamakan isomorfisma ruang vektor (vector space
isomorphism) antara ๐’ฑ dan ๐’ฒ.
Teorema 2.6.5 (Darmawijaya, 2007)
Jika ๐’ฐ, ๐’ฑ dan ๐’ฒ masing – masing adalah ruang vektor – ruang vektor atas lapangan yang sama,
maka pernyataan – pernyataan di bawah ini benar :
(i) Untuk setiap ๐‘“ ∈ โ„’(๐’ฐ, ๐’ฑ) dan ๐‘” ∈ โ„’(๐’ฑ, ๐’ฒ), maka ๐‘” โˆ˜ ๐‘“ ∈ โ„’(๐’ฐ, ๐’ฒ).
(ii) โ„’(๐’ฐ, ๐’ฑ) merupakan ruang vektor.
(iii) โ„’(๐’ฐ) = โ„’(๐’ฐ, ๐’ฐ) merupakan aljabar assosiatif yang mempunyai elemen satuan.
2.7
Ruang Bernorma
Definisi 2.7.1 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan ruang linier ๐’ฆ. Fungsi ๐“ ∈ ๐’ฆ โ†ฆ โ€–๐“โ€– ∈ โ„›, yang mempunyai sifat-sifat:
(N1) โ€–๐“โ€– ≥ 0, untuk setiap ๐“ ∈ ๐’ฆ
โ€–๐“โ€– = 0, jika dan hanya jika ๐“ = ๐œƒ, (๐œƒ vektor nol)
(N2) โ€–๐›ผ๐“โ€– = |๐›ผ|. โ€–๐“โ€–, untuk setiap skalar ๐›ผ dan ๐“ ∈ ๐’ฆ
(N3) โ€–๐“ + ๐“Žโ€– ≤ โ€–๐“โ€– + โ€–๐“Žโ€–, untuk setiap ๐“, ๐“Ž ∈ ๐’ฆ,
Disebut norma (norm) pada ๐’ฆ dan bilangan nonnegatif โ€–๐“โ€– disebut norma vektor ๐“. Ruang
linear ๐’ฆ yang dilengkapi dengan suatu norma โ€–. โ€– disebut ruang bernorma (norma space) dan
dituliskan singkat dengan (๐’ฆ, โ€–. โ€–) atau ๐’ฆ saja asalkan normanya telah diketahui.
2.8
Ruang Banach
Definisi 2.8.1 (Darmawijaya, 2007)
Ruang Banach (Banach Space) adalah ruang bernorma yang lengkap (sebagai ruang metrik yang
lengkap)
2.9
Ruang Hilbert
Definisi 2.9.1 (Darmawijaya, 2007)
Ruang Hilbert (Hilbert Space) adalah ruang pre-Hilbert yang lengkap
Definisi 2.9.2 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹ ruang linier
(i) Fungsi โ„‹ × โ„‹ → โˆ dengan rumus
(๐“, ๐“Ž) ∈ โ„‹ × โ„‹ → ⟨๐“, ๐“Ž⟩ ∈ โˆ
yang memenuhi sifat-sifat
⟨๐“Ž, ๐“⟩,
(I1) ⟨๐“, ๐“Ž⟩ = ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…
(I2) ⟨๐›ผ๐“, ๐“Ž⟩ = ๐›ผ⟨๐“, ๐“Ž⟩,
(I3) ⟨๐“, ๐“Ž, ๐“⟩ = ⟨๐“, ๐“⟩ + ⟨๐“Ž, ๐“⟩
Untuk setiap ๐“, ๐“Ž, ๐“ ∈ โ„‹ dan skalar ๐›ผ, dan
(I4) ⟨๐“, ๐“⟩ > 0 jika dan hanya jika ๐“ ≠ ๐œƒ,
disebut inner-product atau dot product, atau scalar product pada โ„‹.
(ii) Ruang linier โ„‹ yang dilengkapi dengan suatu inner-product disebut ruang pre-Hilbert
(pre-Hilbert space) atau ruang inner-product (inner-product space)
Di bawah ini akan diberikan contoh - contoh Ruang Hilbert :
1.
Ruang linier ๐’ž ๐‘› dan โ„› ๐‘› masing-masing merupakan ruang pre-Hilbert terhadap innerproduct :
n
⟨๐“ฬƒ, ๐“Žฬƒ⟩ = ∑ ๐“k ๐“Žฬ…k
k=1
untuk setiap ๐“ฬƒ = (๐“1 , ๐“2 , … , ๐“๐‘› ), ๐“Žฬƒ = (๐“Ž1 , ๐“Ž2 , … , ๐“Ž๐‘› ) ∈ โˆ๐‘› (โ„› ๐‘› ).
ฬƒ , ๐”‚ ∈ โ„› ๐‘› maka
Catatan: Jika ๐”
n
n
⟨๐“ฬƒ, ๐“Žฬƒ⟩ = ∑ ๐“k ๐“Žฬ…k = ∑ xk ๐“Žk
k=1
k=1
ฬ… ๐’Œ = ๐”‚๐’Œ (komponen-komponen anggota โ„› ๐‘› merupakan bilangan real).
Karena ๐”‚
2.
Contoh yang lebih umum dari pada contoh 1 adalah ruang linier โ„“2 . โ„“2 merupakan ruang
pre-Hilbert terhadap inner-product:
n
⟨๐“ฬƒ, ๐“Žฬƒ⟩ = ∑ ๐“k ๐“Žฬ…k
k=1
Untuk setiap ๐“ฬƒ = {๐“๐‘˜ }, ๐“Žฬƒ = {๐“Ž๐‘˜ } ∈ โ„“2 .
3.
๐‚[๐š, ๐›] merupakan ruang pre-Hilbert terhadap inner-product:
๐‘
⟨๐‘“, ๐‘”⟩ = (๐‘…) ∫ ๐‘“(๐‘ฅ)๐‘”ฬ… (๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ
๐‘Ž
untuk setiap ๐‘“, ๐‘” ∈ C[a, b]. C[a, b] dapat dianggap sebagai koleksi semua fungsi kontinu
bernilai bilangan kompleks. Jadi, ๐‘” ∈ C[a, b] jika dan hanya jika ๐‘” = ๐‘”1 + ๐‘–๐‘”2 dengan ๐‘”1
dan ๐‘”2 masing-masing fungsi kontinu pada [a, b] bernilai bilangan real. Mudah dipahami
bahwa jika ๐‘” = ๐‘”1 + ๐‘–๐‘”2 ∈ C[a, b] maka ๐‘”ฬ… = ๐‘”1 − ๐‘–๐‘”2 ∈ C[a, b]
2.10 Basis Orthonormal
Definisi 2.10.1 (Darmawijaya, 2007)
(i)
Basis ortogonal (ortogonal basis) di dalam ruang pre-Hilbert adalah basis yang setiap dua
vektornya saling tegak lurus.
(ii)
Basis ortonormal (orthonormal basis) di dalam suatu ruang pre-Hilbert adalah basis
ortogonal dan setiap anggotanya merupakan vektor satuan (normanya sama dengan 1).
Teorema 2.10.2 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui ruang Hilbert โ„‹ mempunyai basis orthonormal {๐‘ฅ๐‘› }. Diperoleh pernyataan ๐‘ฅ ∈ โ„‹
jika dan hanya jika ada {๐›ผ๐‘› } ∈ โ„“2 sehingga
∞
๐‘ฅ = ∑ ๐›ผ๐‘˜ ๐‘ฅ๐‘˜
๐‘˜=1
2.11
Operator pada Ruang Hilbert
Teorema 2.11.1 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹ dan ๐’ฆ masing – masing ruang Hilbert. Untuk setiap ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (๐’ฆ, โ„‹) terdapat ๐‘‡ ∗ ∈
โ„’๐‘ (๐’ฆ, โ„‹) tunggal sehingga untuk setiap ๐‘ฅ ∈ โ„‹ dan ๐‘ฆ ∈ ๐’ฆ berakibat
⟨๐‘‡๐‘ฅ, ๐‘ฆ⟩ = ⟨๐‘ฅ, ๐‘‡ ∗ ๐‘ฆ⟩
Definisi 2.11.2 (Darmawijaya, 2007)
Diberikan dua rang Hilbert โ„‹dan ๐’ฆ. Menurut Teorema 5.1.1, untuk setiap operator ๐‘‡ ∈
โ„’๐‘ (๐’ฆ, โ„‹) terdapat ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (๐’ฆ, โ„‹) sehingga
⟨๐‘‡๐‘ฅ, ๐‘ฆ⟩ = ⟨๐‘ฅ, ๐‘‡ ∗ ๐‘ฆ⟩
Untuk setiap ๐‘ฅ ∈ โ„‹ dan ๐‘ฆ ∈ ๐’ฆ. Operator ๐‘‡ ∗ disebut operator adjoint atau operator
pendamping terhadap operator T.
Teorema 2.11.3 (Darmawijaya, 2007)
Ini adalah sifat – sifat operator pedamping. Diberikan dua ruang Hilbert โ„‹dan ๐’ฆ. Jika ๐‘‡, ๐’ฎ ∈
โ„’๐‘ (โ„‹, ๐’ฆ) dan ๐›ผ sebarang skalar maka
(i) (๐‘‡ + ๐’ฎ)∗ = ๐‘‡ ∗ + ๐‘† ∗
(ii) (๐›ผ๐‘‡)∗ = ๐›ผฬ…๐‘‡ ∗
(iii) ๐‘‡ ∗∗ = (๐‘‡ ∗ )∗ = ๐‘‡
(iv) โ€–๐‘‡๐‘‡ ∗ โ€– = โ€–๐‘‡ ∗ ๐‘‡โ€– = โ€–๐‘‡โ€–2 = โ€–๐‘‡ ∗ โ€–2
(v) ๐‘‡๐‘‡ ∗ = ๐‘‚ โŸบ ๐‘‡ = ๐‘‚ (O operator nol).
Teorema 2.11.4 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹, ๐’ฆ dan ๐’ณ masing – masing ruang Hilbert. Jika ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (โ„‹, ๐’ฆ) dan ๐’ฎ ∈ โ„’๐‘ (๐’ฆ, ๐’ณ)
maka (๐’ฎ๐‘‡)∗ ∈ โ„’๐‘ (๐’ณ, โ„‹) dan
(๐’ฎ๐‘‡)∗ = ๐‘‡ ∗ ๐’ฎ ∗
Teorema 2.11.5 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐’ฆ masing – masing ruang Hilbert. ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (โ„‹, ๐’ฆ), ๐’œ ⊂ โ„‹ dan โ„ฌ ⊂ ๐’ฆ. Jika
๐’ฏ(๐’œ) ⊂ โ„ฌ, maka ๐‘‡ ∗ (โ„ฌ ⊥ ) ⊂ ๐’œ⊥ .
Teorema 2.11.6 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui M dan N berturut-turut merupakan ruang bagian yang tertutup di dalam ruang Hilbert
โ„‹ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐’ฆ. Untuk setiap ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (โ„‹, ๐’ฆ) diperoleh ๐‘‡(๐‘€) ⊂ ๐‘ jika dan hanya jika ๐‘‡ ∗ (๐‘ ⊥ ) ⊂ ๐‘€⊥ .
Teorema 2.11.7 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐’ฆ masing – masing ruang Hilbert. Jika ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (โ„‹, ๐’ฆ) maka
(i)
{๐“: ๐“ ∈ โ„‹ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘‡๐“ = ๐œƒฬ…} = {๐‘‡ ∗ (๐’ฆ)}⊥
(ii)
∗ (๐’ฆ)
ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…
{๐“: ๐“ ∈ โ„‹ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘‡๐“ = ๐œƒฬ…}⊥ = ๐‘‡
(iii) {๐“Ž: ๐“Ž ∈ ๐’ฆ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘‡ ∗ ๐“Ž = ๐œƒ} = {๐‘‡(โ„‹)}⊥
(iv) {๐“Ž: ๐“Ž ∈ ๐’ฆ ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘‡ ∗ ๐“Ž = ๐œƒ}⊥ = ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…
๐‘‡(โ„‹)
Definisi 2.11.8 (Darmawijaya, 2007)
Diketahui โ„‹ suatu ruang Hilbert ๐‘‡ ∈ โ„’๐‘ (โ„‹) disebut :
1.
Operator isometrik (isometric operator) jika ๐‘‡ ∗ ๐‘‡ = ๐ผ ;
2.
Operator uniter (unitary operator) jika ๐‘‡ ∗ ๐‘‡ = ๐‘‡๐‘‡ ∗ = ๐ผ;
3.
Operator mandiri (self adjoint operator) jika ๐‘‡ ∗ = ๐‘‡ ;
4.
Operator proyeksi (projection operator) jika๐‘‡ ∗ = ๐‘‡ dan ๐‘‡๐‘‡ = ๐‘‡ ;
5.
Operator normal (normal operator) jika ๐‘‡ ∗ ๐‘‡ = ๐‘‡๐‘‡ ∗ .
2.11 Ruang ukuran
Jika โ„ฆ adalah himpunan tak kosong, koleksi semua himpunannya disebut himpunan kuasa (
power set) dan biasa dituliskan dengan P(โ„ฆ) atau 2โ„ฆ
Definisi 2.12.1 ( Darmawijaya, 2007)
(a). Jika โ„ฆ≠ θ, koleksi semua ๐’œ ⊂ 2 โ„ฆ disebut aljabar-σ himpunan pada โ„ฆ jika memenuhi sifat:
1. θ∈ ๐’œ
2. A∈ ๐’œ โŸน Ac ∈ ๐’œ
3. {An }⊂ ๐’œ โŸน โ‹ƒ∞
๐‘›=1 ๐ด๐‘› ∈ ๐’œ
(b). jika ๐’œ aljabar-σ himpunan pada โ„ฆ , maka setiap anggota ๐’œ disebut himpunan terukur dan
(โ„ฆ, ๐’œ) pasangan berurut โ„ฆ dengan ๐’œ disebut ruang ukuran
(c). jika (โ„ฆ, ๐’œ) ruang terukur , fungsi μ : ๐’œ →๐‘…ฬ… disebut ukuran pada (โ„ฆ, ๐’œ ) jika μ memenuhi
sifat- sifat berikut:
1. μ(A) ≥ 0 untuk setiap A∈ ๐’œ
2. μ(Ø) = 0
∞
3. μ(โ‹ƒ∞
๐‘›=1 ๐ด๐‘› )= ∑๐‘›=1 ๐œ‡(๐ด๐‘› ) untuk setiap barisan {An }⊂ ๐’œ yang saling asing
(d). Ruang terukur (โ„ฆ, ๐’œ) yang dilengkapi dengan suatu ukuran μ padanya disebut ruang
ukuran dan ditulis dengan (โ„ฆ, ๐’œ,μ)
Definisi 2.12.2 ( Darmawijaya, 2007)
Diberikan โ„ฆ≠Ø, fungsi μ* : 2โ„ฆ → ๐‘…ฬ… disebut ukuran luar pada โ„ฆ jika fungsi tersebut mempunyai
sifat :
(a). μ*(A) ≥ 0 untuk setiap A ∈ 2โ„ฆ dan μ*(Ø) = 0
(b). μ*(A)≤ μ*(B) unuk setiap A,B ∈ 2โ„ฆ dengan A ⊆ ๐ต
∞
โ„ฆ
∗
(c). μ*(โ‹ƒ∞
๐‘›=1 ๐ด๐‘› ) ≤ ∑๐‘›=1 ๐œ‡ (๐ด๐‘› ) Untuk setiap { An} ⊂ 2
Definisi 2.12.3 ( Darmawijaya, 2007)
Jika μ* ukuran luar pada himpunan โ„ฆ≠Ø, maka E ⊂ โ„ฆ dikatakan terukur – μ* jika
μ*(A)= μ*(A∩ ๐ธ) + ๐œ‡ ∗ (๐ด ∩ ๐ธ ๐‘ )
untuk setiap A ⊂ โ„ฆ
Definisi 2.12.4 (Darmawijaya , 2007)
Jika (โ„ฆ, ๐’œ) ruang ukuran dan E ∈ ๐’œ, maka fungsi f : โ„ฆ →๐‘…ฬ… dikatakan terukur pada E jika salah
satu pernyataan (i),(ii),(iii) atau (iv) terpenuhi:
(i). {x:x ∈ & f(x) < α} ∈ ๐’œ E
(ii). {x:x ∈ & f(x) ≥ α} ∈ ๐’œ E
(iii). {x:x ∈ & f(x) > α} ∈ ๐’œ E
(iv). {x:x ∈ & f(x) ≤ α} ∈ ๐’œ E
Untuk setiap α ∈ R
2.12. Integral Lebesgue
Pada tahun 1902 Lebesgue, seorang matematikawan Perancis mencermati
adanya fungsi yang tidak terintegral Riemann yaitu fungsi yang nilainya 0 dan 1.
Selanjutnya Lebesgue menyusun teori ukuran yang terkenal dengan ukuran
Lebesgue. Lebesgue menyusun teori integral baru yang merupakan perluasan dari
integral Riemann karena jika fungsi f terintegral Riemann pada [a, b] maka fungsi
f juga terintegral Lebesgue pada [a, b].
Definisi 3.13.1 (Darmawijaya. 2007)
Diketahui (Ω, ๐’œ, μ) ruang ukuran lengkap dan hingga − σ. jika ๐‘“: Ω → R
(berbentuk kanonik):
๐‘›
๐œ‘ = ∑ ๐›ผ๐‘˜ ๐œ’๐ธ๐‘˜
๐‘˜=1
dan ๐ธ ะ„๐’œ, bilangan
๐‘›
∫๐ธ ๐œ‘ ๐‘‘๐œ‡ = ∑ ๐›ผ๐‘˜ ๐œ‡ (๐ธ ∩ ๐ธ๐‘˜ )
๐‘˜=1
disebut nilai integral – ๐œ‡ / integral Lebesgue umum fungsi sederhana μ pada E.
Jika bilangan
|∫๐ธ ๐œ‘ ๐‘‘๐œ‡ | < ∞
Maka fungsi sederhana ๐œ‘ dikatakan terintegral – μ pada
Download