9 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Pengertian Modal dan Strukur Modal
a. Pengertian Modal
Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma
(2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang
ditujukan dalam modal saham. Modal asing merupakan modal yang
berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan.
Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak
perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang tidak bagi (laba
ditahan).
Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan
dana yang tertera di sisi aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yaitu
yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam sebelah mana dana yang
diperoleh
perusahaan
ditanamkan.
Sedangkan
modal
pasif
menunjukkan sumber dana yang tertera di sisi pasiva yang
menggambarkan sumber-sumber dana dari mana diperoleh atau asal
dana diperoleh. Modal pasif terdiri atas utang jangka pendek, utang
jangka panjang, dan modal sendiri.
9
b. Pengertian Struktur Modal
Struktur
modal
adalah
pembelanjaan
permanen
yang
mencerminkan perimbangan antara total utang dengan modal sendiri.
Struktur modal yang optimal seringkali menjadi patokan perusahaan
dalam penggunaan dana dari sumber modal yang tersedia. Apabila
perusahaan akan menambah modal yang diperlukan, biasanya
perusahaan memperoleh modal tersebut dari susunan atau komponen
modal yang telah ada dengan selalu menjaga besarnya biaya modal
rata-rata agar tetap sama dengan biaya modal sebelum adanya
tambahan modal.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal
sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika
dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih
mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan
pendanaan perusahaan yang berasal dari luar yaitu dari utang (debt
financing).
Menurut Brigham dan Houston (2006), kebijakan struktur
modal melibatkan adanya pertukaran antara risiko dan pengembalian
yaitu :
1) Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang
ditanggung oleh para pemegang saham.
10
2) Penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan
terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang
lebih tinggi.
Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga
saham, tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan
cenderung menaikkan harga saham. Oleh karena itu, struktur modal
yang optimal harus mencapai keseimbangan antara risiko dan
pengembalian
sehingga
perusahaan. Dengan
dapat
memaksimalkan
harga
saham
demikian maka struktur modal hanya
merupakan sebagian saja dari struktur financial. Menurut Riyanto
(2001), struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam
artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik
jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal
sendiri.
2.
Teori Struktur Modal
a. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Income approach)
Menurut Durand (1952) dalam Kartika (2009) mengasumsikan
bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan
utang perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal ratarata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat utang yang
digunakan
oleh
perusahaan.
Artinya
apabila
perusahaan
menggunakan utang yang lebih besar, maka pemilik saham akan
11
memeroleh bagian laba yang semakin kecil. Oleh karena itu tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan
meningkat
sebagai
akibat
meningkatnya
risiko
perusahaan.
Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang akan berubah.
b. Pendekatan Tradisional
Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan
struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan
melalui penggunaan financial leverage (utang dibagi modal sendiri).
Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur
modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya
modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham
tertinggi. Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi
perusahaan, baik untuk modal sendiri atau pinjaman setelah
perusahaan merubah struktur modalnya melewati batas tertentu.
Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena adanya risiko
yang berubah.
c.
Teori Modigliani–Miller
Teori pendekatan Modigliani-Miller dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Tanpa Pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori
Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak memengaruhi nilai
perusahaan. Modigliani-Miller mengajukan beberapa asumsi
12
untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2006)
yaitu:
a) Tidak terdapat agency cost.
b) Tidak ada pajak.
c) Investor dapat menggunakan utang dengan tingkat suku
bunga yang sama dengan perusahaan.
d) Investor
mempunyai
informasi
yang
sama
seperti
manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.
e) Tidak ada biaya kebangkrutan.
f)
Earnings
Before
Interest
and
Taxes
(EBIT)
tidak
dipengaruhi oleh penggunaan dari utang.
g) Para investor adalah price-takers.
h) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga
pasar (market value).
Dengan
asumsi-asumsi
tersebut,
Modigliani-Miller
mengajukan dua proposisi yang dikenal sebagai proposisi
Modigliani-Miller tanpa pajak.
Proposisi I: nilai dari perusahaan yang menggunakan utang
sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak menggunakan
utang. Implikasi dari proposisi I ini adalah struktur modal dari
suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dan Weighted Average Cost of
Capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi
13
oleh bagaimana perusahaan memadukan utang dan modal untuk
membiayai perusahaan
Proposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila
perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar.
Risk of the equity bergantung pada risiko dari operasional
perusahaan (business risk) dan tingkat utang perusahaan
(financial risk).
Brealey, Myers dan Marcus (1999) dalam Aji (2003)
menyimpulkan dari teori Modigliani-Miller tanpa pajak ini yaitu
tidak membedakan antara perusahaan yang menggunakan utang
atau pemegang saham memiliki utang pada saat kondisi tanpa
pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak
bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer
keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
merubah proporsi debt dan equity yang digunakan untuk
membiayai perusahaan.
2) Dengan Pajak
Teori Modigliani-Miller tanpa pajak dianggap tidak
realistis dan kemudian Modigliani-Miller memasukkan faktor
pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah,
yang berarti merupakan aliran kas keluar. Utang dapat
digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga dapat dipakai
14
sebagai pengurang pajak. Dalam teori Modigliani-Miller dengan
pajak ini terdapat dua proposisi yaitu:
Proposisi I: nilai dari perusahaan yang menggunakan utang
sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak menggunakan
utang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga utang.
Implikasi dari proposisi I ini adalah pembiayaan dengan utang
sangat menguntungkan dan Modigliani-Miller menyatakan
bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen
utang.
Proposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan
semakin meningkatnya utang, tetapi penghematan pajak akan
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena
kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari proposisi II ini
adalah
penggunaan
utang
yang
semakin
banyak
akan
meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan utang yang
lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah
(biaya modal utang lebih kecil dibandingkan dengan biaya
modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
Teori Modigliani-Miller tersebut sangat kontroversial.
Implikasi
teori
tersebut
adalah
perusahaan
sebaiknya
menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya,
tidak ada perusahaan yang mempunyai utang sebesar itu, karena
15
semakin tinggi tingkat utang suatu perusahaan, akan semakin
tinggi
juga
kemungkinan
kebangkrutannya.
Inilah
yang
melatarbelakangi teori Modigliani-Miller mengatakan agar
perusahaan menggunakan utang sebanyak-banyaknya, karena
Modigliani-Miller mengabaikan biaya kebangkrutan.
d. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Mecking pada tahun 1976. Pihak manajemen dapat dianggap sebagai
agen dari para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham. Para
pemegang saham ini, dengan harapan bahwa agen akan bertindak
demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan
otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak
manajemen dapat membuat keputusan yang optimal atas nama para
pemegang saham, merupakan hal yang penting agar pihak
manajemen tidak hanya mendapat insentif yang tepat (gaji, bonus,
opsi saham, dan kompensasi), tetapi mereka akan diawasi juga.
Pengawasan dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti
pengikatan agen, audit laporan keuangan, dan secara eksplisit
membatasi keputusan pihak manajemen. Para kreditur mengawasi
perilaku
pihak
manajemen
dan
pemegang
saham
dengan
membebankan perjanjian jaminan dalam kesepakatan pinjaman
antara pihak peminjam dan pemberi pinjaman. Kegiatan pengawasan
tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.
16
Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan
pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen
bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditur dan pemegang saham. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), salah satu pendapat dari teori agensi adalah
siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut pada
akhirnya ditanggung oleh pemegang saham.
e.
Teori Trade Off
Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan pajak, risiko
kebangkrutan dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan
struktur modal yang diambil perusahaan. Teori ini merupakan
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan
utang. Apabila manfaat penggunaan utang lebih besar, tambahan
utang masih diperkenankan dan sebaliknya apabila kerugian akibat
penggunaan utang lebih besar, tambahan utang sudah tidak
diperbolehkan. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik
tertentu. Setelah sampai pada titik tersebut, penggunaan utang justru
akan menurunkan nilai perusahaan.
f.
Teori Informasi Asimetris (Asymmetric Information Theory)
Asymmetric
information
(informasi
asimetris)
menurut
Brigham dan Houston (2006) adalah situasi dimana manajer
memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) daripada yang
17
dimiliki investor. Informasi asimetris ini terjadi karena pihak
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para
pemodal. Dengan demikian, pihak manajemen mungkin berpikir
bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau
hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan
berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat
dijual dengan harga yang lebih mahal dengan yang seharusnya).
Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan
saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini
sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi manajemen).
g. Teori Persinyalan (Signaling Theory)
Signaling theory (teori persinyalan) menurut Brigham dan
Houston (2006) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan
cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur
modal yang normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya, yang artinya menarik investorinvestor baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Adanya
pengumuman penawaran saham biasanya akan dianggap sebagai
suatu sinyal bahwa prospek perusahaan seperti yang dilihat
18
manajemen tidak terlalu cerah. Hal ini selanjutnya menunjukkan
bahwa ketika sebuah perusahaan mengumumkan penawaran saham
baru, biasanya harga sahamnya akan menurun.
h. Teori Pecking Order
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun
1961 sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh
Myers pada tahun 1984. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan
menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan yang berwujud laba ditahan), apabila pendanaan dari luar
(external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu dimulai dengan
penerbitan
obligasi,
kemudian
diikuti
oleh
sekuritas
yang
berkarakteristik opsi, baru akhirnya apabila belum mencukupi saham
baru diterbitkan.
Dana internal lebih disukai daripada dana eksternal karena
dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu mencari
pinjaman lagi dari pihak luar. Apabila dana eksternal diperlukan,
maka dalam bentuk utang daripada modal sendiri karena dua alasan.
Pertama adalah pertimbangan biaya emisi, biaya emisi obligasi lebih
murah dari biaya emisi saham baru hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Alasan
kedua adalah manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan
ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat
19
harga saham turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan
adanya informasi asimetrik antara pihak manajer dengan pihak
pemodal. Sehingga Pecking Order Theory ini bisa menjelaskan
mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang
lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.
3.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Struktur Modal
Tugas manajer keuangan di dalam kegiatan operasinya perlu
berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan
antara besarnya utang dan jumlah modal sendiri. Untuk menentukan
perimbangan antara total utang dengan modal sendiri yang tercermin
dalam struktur modal perusahaan perlu diperhitungkan berbagai faktor
yang memengaruhi struktur modal. Menurut Brigham dan Houston
(2006), perusahaan umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut
ketika membuat keputusan-keputusan struktur modal :
a. Stabilitas penjualan
Sebuah perusahaan dengan penjualannya yang relatif stabil
mungkin akan lebih mudah untuk memperoleh pinjaman yang
mengakibatkan biaya tagihan tetapnya lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan
umum selama ini dapat menggunakan leverage keuangan yang lebih
tinggi daripada perusahaan biasa karena permintaan atas produk atau
jasanya relatif stabil.
20
b. Struktur aktiva
Apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan agunan
kredit, perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak utang.
Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan
merupakan agunan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya
digunakan untuk tujuan tertentu akan sebaliknya atau tidak menjadi
agunan jaminan yang baik.
c.
Leverage operasi
Leverage operasi adalah sejauh mana biaya-biaya tetap
digunakan dalam operasi sebuah perusahaan. Jika hal-hal yang lain
dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih
sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan
leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko
bisnis yang lebih kecil. Interaksi antara leverage operasi dan
leverage keuangan akan memengaruhi penurunan penjualan terhadap
laba operasi dan arus kas bersih secara keseluruhan.
d. Tingkat pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak
mengandalkan diri pada modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya
emisi untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk
penerbitan surat utang. Karena itu perusahaan yang tumbuh dengan
pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada
perusahaan yang tumbuh secara lambat.
21
e.
Profitabilitas
Profitabilitas (profitability) atau kemampulabaan adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegitan bisnis
yang dilakukan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang
yang relatif sedikit.
f.
Pajak
Bunga adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan
perpajakan (deductible expense), dan pengurang pajak adalah hal
yang sangat berharga bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang
tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan
maka semakin besar manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang.
g.
Pengendalian
Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian
manajemen dapat memengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat
ini memiliki lebih dari 50 persen saham tetapi berada dalam posisi di
mana mereka tidak dapat membeli saham lagi, manajemen mungkin
akan memilih utang untuk pendanaan-pendanaan baru. Pertimbangan
pengendalian dapat mengarah pada penggunaan dari utang maupun
ekuitas, karena jenis modal yang paling dapat melindungi
manajemen akan bervariasi dari situasi yang satu ke situasi yang
lainnya.
22
h. Sikap manajemen
Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur
modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi daripada
struktur modal lainnya, manajemen dapat menerapkan pertimbangan
mereka sendiri atas struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen
cenderung lebih konservatif daripada yang lainnya dan akibatnya
menggunakan lebih sedikit utang daripada rata-rata perusahaan di
dalam industri mereka, sedangkan manajemen yang agresif
menggunakan lebih banyak di dalam pencarian mereka akan laba
yang lebih tinggi.
i.
Ukuran perusahaan
Perusahaan besar lebih sering memilih utang jangka panjang,
sedangkan perusahan kecil lebih memilih utang jangka pendek.
Perusahaan yang lebih besar cenderung untuk mengungkapkan lebih
banyak informasi kepada investor luar daripada perusahaan yang
kecil
j.
Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk memperoleh
modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk.
Baik potensi kebutuhan dana di masa depan maupun konsekuensi
dari kekurangan dana akan memengaruhi sasaran struktur modal,
dimana semakin tinggi kemungkinan kebutuhan modal di masa
23
mendatang dan semakin buruk konsekuensi dari kekurangan dana,
maka neraca perusahaan harus semakin kuat.
B. Penelitian yang Relevan
Aji (2003) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
memengaruhi struktur modal (studi pada perusahaan yang terdaftar di BEJ).
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 38 perusahaan. Hasilnya secara
parsial dividen payments, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan, sedangkan untuk operating leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan. Secara simultan operating
leverage,
dividen
payments,
struktur
aktiva,
tingkat
pertumbuhan,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal.
Prabansari
dan
Kusuma
(2005)
meneliti
faktor-faktor
yang
memengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 97 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan struktur
kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan risiko bisnis
berpengaruh negatif dan signifikan.
Widjaja dan Kasenda (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh
kepemilikan
institusional,
aktiva
24
berwujud,
ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan dalam industri barang
konsumsi di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 33
perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional, aktiva berwujud dan ukiran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh
negatif terhadap struktur modal.
Rakhmawati (2008) melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang
memengaruhi struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEJ.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 18 perusahaan otomotif.
Hasilnya ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan
profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aktiva dan pajak tidak
berpengaruh secara signifikan.
Kartika (2009) Melakukan penelitian faktor-faktor yang memengaruhi
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI. Penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 71 perusahaan. Hasilnya risiko bisnis
tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Struktur aktiva berpengaruh
positif dan signifikan, profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan, serta
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal.
25
C. Kerangka Pikir
1.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Perusahaan
Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung
menggunakan proporsi utang yang relatif kecil. Karena dengan rate of
return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan.
Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan lebih banyak mempunyai
dana internal daripada perusahaan yang profitabilitasnya rendah. Apabila
dalam komposisi struktur modal penggunaan modal sendiri lebih besar
daripada penggunaan utang, maka rasio struktur modal akan semakin
kecil. Dengan demikian sesuai dengan teori di atas, maka semakin besar
tingkat profitabilitas maka akan semakin kecil rasio struktur modal,
sehingga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
2.
Pengaruh
Tingkat
Pertumbuhan
terhadap
Struktur
Modal
Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai laju pertumbuhan cepat seringkali
lebih
banyak
mengandalkan
modal
eksternal
dalam
kegiatan
operasionalnya. Perusahaan yang mempunyai laju tingkat pertumbuhan
tinggi
mempunyai
banyak kesempatan investasi
dan seringkali
kesempatan investasi tersebut tidak cukup dibiayai hanya dengan
menggunakan modal sendiri. Jadi perusahaan yang pertumbuhannya
cepat seringkali menggunakan utang lebih banyak dibandingkan
penggunaan modal sendiri. Apabila dalam komposisi struktur modal
penggunaan utang lebih banyak daripada penggunaan modal sendiri,
26
maka rasio struktur modal akan semakin besar. Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka rasio struktur modal menjadi
semakin besar, sehingga tingkat pertumbuhan berpengaruh positif
terhadap struktur modal.
3.
Pengaruh Pajak terhadap Struktur Modal Perusahaan
Alasan utama perusahaan menggunakan utang karena biaya
bunga
dapat
dikurangkan
dalam
perhitungan
pajak,
sehingga
menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Penghematan pajak ini
merupakan keuntungan bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi,
karena semakin tinggi tarif pajak maka akan semakin besar manfaat
penggunaan utang. Apabila dalam komposisi struktur modal penggunaan
utang lebih banyak dibandingkan modal sendiri yang dalam hal ini
menggunakan
utang
lebih
disukai
karena
pajak
yang
tinggi
mengakibatkan rasio struktur modal semakin besar. Dengan demikian
semakin tinggi tarif pajak maka rasio struktur modal akan semakin besar,
sehingga pajak mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
27
D. Paradigma Penelitian
F
Profitabilitas
(X1)
t1
Tingkat
Pertumbuhan
(X2)
t2
t3
Pajak
(X3)
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X1, X2, X3
: Variabel Independen
Y
: Variabel Dependen
t
: Uji Parsial
F
: Uji Simultan
28
Struktur Modal
(Y)
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul,
dimana teori sementara ini masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan
landasan teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, dapat disusun
beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha1 =
Profitabilitas
berpengaruh
negatif
terhadap
struktur
modal
perusahaan.
Ha2 =
Tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal
perusahaan.
Ha3 =
Pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan
Ha4 =
Profitabilitas, Tingkat pertumbuhan dan Pajak secara simultan
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
29
Download