Kesiapan Dan Tanggung Jawab Rumah Makan Dalam Memasuki

advertisement
Kesiapan Dan Tanggung Jawab Rumah Makan
Dalam Memasuki Green Business
di Salatiga dan Yogyakarta
Yosefine Christin Wijaya
Paskah Ika Nugroho
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
Nowadays, Indonesian government is aiming that Indonesian economical
system applies Green Economical Management. There are a lot of tourists who often
visit and stay in Salatiga and Yogyakarta. Thus, there are a large number of restaurants
provided in both cities. The questions that arise from this fact are whether the
restaurants in both cities are ready for applying the green business or not and whether
their responsibility has been done well or not. The data collection in this study is based
on the questionnaires results of the environmental orientation of the restaurants both
internally and externally, organizational management and measuring their strategy of
executing the responsibility in preserving the natural environment. The assessment is
done based on the respondents’ judgment. The sampling technique in this study
employs the purposive sampling technique for 30 respondents who have the authority
in the decision making of things related to natural environment. The result of this study
is that the restaurants are ready to be in the green business era and they have done
their responsibility in a good way.
Keywords: Green Business, Green Economical Management, Environmental
Management
1
PENDAHULUAN
Usaha Kecil Menengah pada saat ini mempunyai pengaruh yang cukup besar
bagi perkembangan perekonomian Indonesia, karena dengan adanya UKM Indonesia
dapat membuka berbagai macam lapangan pekerjaan dan pengangguran di Indonesia
bisa berkurang, tetapi dengan maraknya Usaha Kecil Menengah Di Indonesia akan
memakan banyak tempat yang akan digunakan untuk lahan usahanya dan akan banyak
berpengaruh pada lingkungan sekitar.
Salah satu jenis Usaha Kecil Menengah adalah Rumah Makan. Rumah Makan
ini bergerak di bidang jasa yaitu dengan memperdagangkan berbagai makanan yang
siap dikonsumsi oleh masyarakat sekitar, sehingga mereka tidak perlu repot-repot
masak.Salatiga dan Yogyakarta merupakan kota yang sama- sama memiliki keunikan
yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung bahkan menetap di kedua kota ini.
Menurut Fandi (http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-amannyaman-dan-rapi-itulah-salatiga-604242.html) Salatiga dikenal dengan kota taman sari
masyarakat lokalnya yang santun ramah sehingga menjadikan kota ini aman dan
nyaman bagi orang- orang yang berkunjung ke Salatiga menetap sekalipun di kota ini
akan melihat miniatur layaknya daerah sendiri sedangkan dengan kota Yogyakarta
disebut Culture City karena melihat berbagai tradisi Jawa yang melekat di kota ini dan
masyarakatnya, seperti batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional
atau gamelan, istana kraton bahkan makanan khas yang disebut Gudeg
(http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html). Sehingga kedua kota ini
mengalami pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan. Winarta dan
Kunto, 2013 menganggap dengan meningkatnya mobilitas penduduk menyebabkan
2
tuntutan kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan semakin meningkat. Dengan
adanya Rumah Makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta ini akan memberikan manfaat
bagi masyarakat sekitar. Namun Rumah Makan ini juga mempunyai pengaruh negatif
yaitu kurang memperhatikannya limbahnya. Limbah dari Rumah Makan ini cukup
banyak,bisa sisa makanan yang tidak habis dimakan oleh konsumen bahkan sampah
yang berasal dari sayuran yang tidak bisa termasak yang nantinya akan berdampak bagi
lingkungan sekitar.
Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas
seiring dengan berkembangnya bisnis usaha. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup
(alam) telah menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis di berbagai sektor.
Dewasa ini dunia perekonomian mulai merambat ke arah ramah lingkungan seperti
yang dikenal dengan ekonomi hijau (green economy) pada umumnya dan akuntansi
lingkungan atau akuntansi hijau (green accounting) pada khususnya (Sumual,2014).
Menurut Lako (2012) Pemerintah Indonesia segera merekonstruksi tatakelola
ekonomi yang selama ini cenderung serakah dan tidak ramah lingkungan menuju
Tatakelola Ekonomi Hijau (TEH). Tujuannya untuk memberikan arahan strategis,
taktis, dan operasional kepada semua level organisasi pemerintah untuk menerapkan
Tatakelola Ekonomi Hijau dalam desain kebijakan, strategi, pelaksanaan, dan
pengendalian pembangunan ekonomi. Tatakelola Ekonomi Hijau juga berperan
memberikan arahan strategis, taktis, dan operasional kepada stakeholder dalam
mendesain kebijakan, strategi dan pengambilan keputusan. Para pelaku bisnis
diharapkan dapat melakukan reformasi dan tranformasi korporasi mereka menjadi
korporasi hijau (green corporation). Selain itu fungsi dan proses manajemen korporasi
3
akan direformasi kearah manajement hijau (green management) atau tatakelola
korporasi hijau (green corporate government). Pelaporan keuangan juga mesti
direformasi kearah yang ramah lingkungan. Sebagai bagian integral dari subsistem tata
kelola keuangan, sistem dan tata kelola akuntansi juga perlu direformasi menuju ke
Akuntansi Hijau (green accounting).
Green accounting adalah suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang
menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi
keuangan untuk menghasilkan laporan laba atau rugi suatu entitas korporasi.
Melainkan, juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people), dan lingkungan
(planet).
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini ingin mengetahui mengenai
kesiapan dan tanggung jawab UKM dalam memasuki green accounting. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kesiapan warung makan di Kota
Salatiga dalam memasuki green accounting dan untuk mengetahui tanggung jawab
Rumah Makan di Kota Salatiga dan Yogyakarta dalam memasuki green accounting.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Rumah Makan di Kota
Salatiga dan Yogyakarta mengenai pentingnya tindakan terhadap lingkungan untuk
mendukung berlangsungnya usaha dalam memasuki green accounting. Bagi peneliti
dan para akademisi diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai green
accounting serta mengetahui kesiapan dan tanggung jawab Rumah Makan dalam
memasuki green accounting.
4
Kajian Pustaka
Dengan semakin memprihatinkannya berbagai masalah pencemaran dan
kerusakan lingkungan di tingkat global dan lokal, khususnya perubahan iklim.
Kementrian Lingkungan Hidup mengupayakan untuk mengembangkan konsep
ekonomi hijau sebagai konsep ekonomi untuk suatu dunia nyata, dunia kerja,
kebutuhan manusia, material yang ada pada Bumi ini, dan bagaimana hal- hal tersebut
dapat menjadi suatu jalinan keterkaitan yang harmonis (Djajadiningrat et al., 2014).
Ekonomi hijau merupakan suatu konsep ekonomi yang dapat menghasilkan
keadilan sosial dan perbaikan kehidupan manusia yang lebih baik, secara signifikan
dapat mengurangi risiko- risiko lingkungan dan kelangkaan sumber daya ekologis.
Gerakan ekonomi hijau adalah munculnya gerakan global untuk mendorong tatakelola
bisnis yang ramah lingkungan ( green business governance) karena selama ini perilaku
bisnis dinilai mengeksploitasi alam semesta dan menyengsarakan masyarakat. Untuk
mewujudkan tatakelola bisnis tersebut maka perusahaan atau korporasi mesti
dihijaukan. Untuk menjadi korporasi hijau maka sistem dan proses bisnis, sumber daya
manusia serta visi, misi, tujuan serta strategi perusahaan mesti dihijaukan terlebih
dahulu. Begitu pula fungsi-fungsi dan proses manajemen perusahaan juga mesti
dihijaukan (greening the management). Karena upaya-upaya untuk menjadi korporasi
hijau (green company) secara langsung akan berdampak pada keuangan dan akuntansi
perusahaan maka fungsi-fungsi keuangan dan akuntansi juga mesti dihijaukan (green
finance dan green accounting) (Lako, 2012)
Green accounting adalah suatu paradigma baru dalam bidang akuntansi yang
menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya tertuju pada transaksi
5
keuangan untuk menghasilkan laporan laba atau rugi suatu entitas korporasi.
Melainkan, juga pada transaksi- transaksi atau peristiwa sosial (people),
dan
lingkungan (planet). Fokus dari proses akuntansi hijau pada transaksi- transaksi atau
peristiwa keuangan, sosial, lingkungan sehingga pelaporannya berisi informasi
keuangan, sosial, lingkungan.Tujuan pelaporan tersebut agar para pemangku
kepentingan dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen dan
perusahaan dalam pengelolaan bisnis yang ramah lingkungan dan agar para
stakeholder mengetahui dan menilai kinerja dan nilai korporasi serta resiko dan
prospek suatu korporasi sebelum mengambil keputusan (Lako, 2012).
Keputusan yang diambil berdasarkan informasi akuntansi yang lengkap dan
akurat dapat membantu keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan atau
sasaran program pemerintah, yakni profit yang tinggi atau pelayanan masyarakat yang
memuaskan dengan memberikan nilai tambah atau menekan berbagai biaya, terutama
biaya sosial yang biasa dilupakan dalam akuntansi konversional (Auliyah, 2009).
Tantangan untuk beralih pada green acconting tidak mudah, karena akuntansi masih
cenderung konservatif dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan lingkungan
ekonomi dan bisnis yang cepat. Hal ini dikarenakan akuntansi cenderung hanya
memfokuskan pada kebutuhan informasi dari stakeholder, sementara masyarakat dan
lingkungan dianggap bukan stakeholder dominan karena tidak berkontribusi nyata
bagi penciptaan kinerja dan nilai perusahaan. Akuntansi juga hanya memproses dan
melaporkan informasi yang material dan bisa terukur nilainya. Informasi sosial dan
lingkungan dianggap tidak material dan sulit diukur nilainya sehingga sulit dilaporkan
6
dalam laporan akuntansi. Reformasi akuntansi perlu dilakukan terhadap kerangka
konseptual akuntansi kearah green accounting (Lako, 2012).
Kesiapan dan Tanggung Jawab Memasuki Green Business
Tanggung jawab perusahaan merupakan kewajiban dan tanggungjawab untuk
mengendalikan dan menanggulangi pencemaran yang diakibatkan industrinya. Setiap
limbah hasil industri merupakan kewajiban industri untuk mengelola sehingga tidak
mencemari lingkungan. Beberapa mitos untuk menjadi green diantaranya biaya yang
lebih tinggi, sulit mengukur pengembalian, dan you have to big to be green (Salustri,
2015).
Tanggungjawab lingkungan sosial perusahaan timbul sebagai respon atau tindakan
proaktif yang dilakukan oleh perusahaan terhadap harapan masyarakat atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan (Musyarofah, 2013).
Dorongan yang diambil dapat meliputi:
a. Dorongan internal: efisiensi sumber daya dan fokus produktifitas, termasuk
motivasi pegawai pegawai, peningkatan kepastian hukum serta kemajuan pada
organisasi dan dokumentasi internal, kemungkinan untuk mendeteksi dan
meminimalisasi resiko- resiko lingkungan dan tanggung jawab serta
mengurangi dampak lingkungan yang spesifik.
b. Dorongan eksternal: aksi- aksi untuk meningkatkan keramahan lingkungan
untuk meningkatkan visibilitas ramah lingkungan dari perusahaan, terutama
untuk pelanggan, saluran distribusi dan media diantara para pemangku
kepentingan lainnya. Perbedaan dengan model yang berdasar pada sumber
7
adalah kepentingan yang ditempatkan pada lingkungan akuntabilitas oleh
pemangku kepentingan, yang telah menggerakkan komunikasi lingkungan dari
sebuah sistem sukarela dan tidak teratur ke sebuah sistem dimana tidak hanya
terdapat ekspektasi aksi- akasi tapi juga melaporkan dalam sebuah cara yang
memastikan kredibilitas dan transparasi (Bonilla-Priego et al.,2011).
Hasil Penelitian Sebelumnya
Jurnal peneliti terdahulu dengan judul” Kesiapan Industri Perhotelan Dalam
Memasuki Akuntansi Hijau” dilakukan oleh Sumual (2014). Peneliti tersebut
menemukan bahwa ,industri perhotelan telah siap memasuki perlakuan akuntansi hijau,
walaupun pengelolaan lingkungan tersebut dilakukan tidak berdasarkan oleh inisiatif
dari pihak manajemen tersebut melaikan terdapat berbagai faktor yang mendorong
diantaranya menaati regulasi dan juga hanya untuk mengikuti tuntutan pasar. Namun
dengan adanya faktor-faktor yang mendorong tersebut membuat industri perhotelan
dapat melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan cukup baik.
Metode Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Rumah Makan yang berada di Kota Salatiga dan
Yogyakarta. Kota Salatiga adalah sebuah kota kecil yang dikenal dengan kota taman
sari masyarakat lokalnya yang santun ramah sehingga menjadikan kota ini aman dan
nyaman bagi orang- orang yang berkunjung ke Salatiga menetap seklipun di kota ini.
Iklim yang sejuk, hijau, pemandangan yang indah bisa dinikmati bersama keluarga dan
8
teman- teman.
harganyacukup
Selain itu Salatiga terdapat beberapa makanan khas yang
terjangkau
namun
rasanya
sangat
nikmat.
(http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-danrapi-itulah-salatiga-604242.html). Sedangkan kota Yogyakarta adalah kota yang paling
unik karena kita dapat melihat berbagai tradisi Jawa yang melekat di kota ini dan
masyarakatnya, seperti batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional
atau gamelan, bahkan makanan khas yang disebut Gudeg. Sehingga kota ini disebut
Culture City. Di kota ini tersedia juga terdapat beberapa tempat yang dapat menarik
perhatian
masyarakat.
(http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html)
Populasi ini diambil di kedua kota tersebut karena kedua kota ini sama- sama memiliki
keunikan yang dapat menarik masyarakat untuk berkunjung bahkan menetap di kedua
kota ini. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja yang mempunyai kedudukan
sebagai manajemen Rumah Makan atau yang mempunyai wewenang dalam
mengambil keputusan
Rumah Makan di kota Salatiga. Metode sampling yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono,2012). Karakteristik dari sampel pada penelitian ini
adalah orang yang bekerja pada manajemen rumah makan dan mempunyai wewenang
dalam pengambilan keputusan. Teknik sampling ini bertujuan untuk melihat kesiapan
dan tanggung jawab manajemen Rumah Makan dalam memasuki akuntansi lingkungan
hijau.
Jenis dan Sumber Data
9
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data yang
diperoleh dengan membagikan kuisoner yang mengandung pertanyaan seputar
pemahaman tentang kesiapan dalam memasuki green accounting, serta tanggung
jawab yang dilakukan dalam memasuki green accounting pada usahanya. Kuisoner ini
dibagikan kepada UKM Rumah Makan di Kota Salatiga dalam bentuk terbuka dan
positif. Bentuk skala pada kuisoner ini adalah skala likert’s. Skala likert’s digunakan
untuk mengukur sikap,pendapat, dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono 2012). Kuisoner tersebut dibagikan kepada UKM Rumah
Makan di Kota Salatiga dan wawancara kepada orang yang mempunyai wewenang
dalam Rumah Makan agar mendapatkan informasi lebih lanjut.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Indikator kuisoner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al,2011 di Uni Eropa
yang diteliti juga oleh Sumual,2014 pada industri perhotelan. Dalam penelitian
Bonilla-Priego et al,2011 tersebut terdapat tiga indikator yaitu;
1. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan internal
2. Indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi lingkungan ekternal
3. Indikator yang mengukur strategi dan manajemen organisasi. indikator
untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi. Dalam penelitian
Sumual (2014) pada indikator yang ketiga akan disertakan juga pertanyaan
terpisah menegnai proses manajemen lingkungan.
10
4. Indikator yang digunakan untuk mengukur strategi rumah makan sebagai
tanggung jawab atas lingkungan hidup.
Metode analisis yang dilakukan adalah:
1. Langkah awal menentukan indikator variabel-variabel pertanyaan yang
bersumber dari Bonilla-Priego et al,2011 dan Sumual,2014.
2. Indikator variabel-variabel pertanyaan yang sudah ditentukan disajikan
kedalam kuisoner yang akan diisi oleh pihak manajemen Rumah Makan
atau pihak yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan.
3. Tiap indikator variabel-variabel pertanyaan dijadikan sebagai tolak ukur
dalam menyusun pertanyan dan pernyataan. Jawaban setiap item
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa:
a. Sangat tidak Setuju
b. Tidak Setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat tidak Setuju
4. Skala pengukuran untuk untuk indikator orientasi internal, orientasi
eksternal, strategi dan manajemen organisasi, dan strategi rumah makan
sebagai tanggungjawab atas lingkungan hidup diberi angka 1 sampai 5 yang
menunjukkan tingkatan masing-masing indikator. Deskripsi skala adalah
sebagai berikut. Nilai “1” diberikan jika responden menjawab “sangat tidak
11
setuju”, nilai “2” diberikan jika responden menjawab “tidak setuju”, nilai
“3” diberikan jika responden menjawab “netral”, nilai “4” diberikan jika
responden menjawab “setuju”, nilai “5” jika responden menjawab “sangat
setuju”.
5. Hasil skoring tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi
6. Dari hasil temuan tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui kesiapan
dan tanggung jawab rumah makan dalam memasuki green accounting.
7. Dalam mendapatkan informasi yang lebih detail dapat dilakukan
wawancara.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Salatiga dan Yogyakarta adalah daerah pengambilan sampel dalam penelitian
ini. Yogyakarta dikenal sebagai kota yang tidak pernah sepi. Segala bentuk hiburan
telah disajikan seperti kesenian daerah, pertunjukan- pertunjukan, objek wisata.
Sedangkan di Salatiga lebih menujukan kota yang sangat nyaman, sejuk, bebas dari
hiruk pikuknya kota metropolitan. Hal ini menyebabkan kedua kota ini menjadi tempat
sasaran masyarakat untuk bertempat tinggal.
Deskriptif Rumah Makan dan Responden
Sebanyak 30 responden telah melakukan pengisian kuesoner yang terdiri dari
15 responden di Kota Salatiga dan 15 responden di Kota Yogyakarta. Dengan
pembagian kuesoner yang seimbang di kedua kota ini bertujuan untuk mempermudah
12
peneliti dalam menilai kesiapan dan tanggung jawab rumah makan tanpa adanya
ketimpangan. Sebanyak 20 responden yang bersedia untuk diwawancara.
TABEL 1
SAMPLE PENELITIAN
JUMLAH
(ORANG)
DESKRIPTIF
PRIA
WANITA
TOTAL
20-29
UMUR
(TAHUN)
30-39
40-49
≥ 50
TOTAL
Sumber: hasil olahan data November, 2014
JENIS
KELAMIN
28
2
30
5
17
8
0
30
PROSENTASE
93,33%
6,67%
100%
16,67%
56,67%
26,67%
0%
100%
Data kuesoner diambil sama besarnya yaitu Yogyakarta 50% dan Salatiga
50%. Dari 30 responden, apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, prosentase yang
paling tinggi adalah pria, yaitu 93,33% dibandingkan yang berjenis kelamin wanita
hanya sebesar 6,67%. Apabila dilihat dari umur responden yang berumur antara 20-29
tahun mempunyai prosentase sebesar 16,67%, umur 30-39 tahun mempunyai
prosentase 56,67% (prosentase tertinggi), umur 40-49 tahun 26,67%. Sedangkan yang
berumur lebih dari 50 tahun 0%.
Orientasi Lingkungan Internal
13
Secara umum rumah makan telah melakukan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundangan yang telah ada. Namun dengan adanya
perubahan ekonomi menjadi ekonomi hijau yang lebih menekankan pada masalah
pengelolaan lingkungan. Dengan adanya perubahan ini apakah rumah makan masih
melakukan pengelolaan lingkungan hanya berdasarkan dengan peraturan perundangan
yang berlaku atau terdapat faktor- faktor lain.
TABEL 2
ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP RUMAH MAKAN
SECARA INTERNAL
No
PERNYATAAN
1 Tujuan lingkungan
hidup dalam
perusahaan
didefinisikan dengan
mempertimbangkan
kepatuhan hukum
2 Tujuan lingkungan
hidup dalam
perusahaan
didefinisikan dengan
mempertimbangkan
aspek lingkungan yang
signifikan
3 Motivasi utama
penerapan sistem
pengelolaan
lingkungan hidup
adalah untuk
penghematan biaya
STS
TS
N
S
SS
6.70%
10%
3.30%
50%
30%
6.70%
0%
10%
50%
33.30%
6.70%
10%
13.30% 46.70%
23.30%
Sumber: hasil olahan data November, 2014
Orientasi pengelolaan lingkungan hidup rumah makan secara internal di lakukan
bukan hanya untuk mematuhi hukum mengenai lingkungan hidup yang ada dan
14
menghindari adanya sanksi yang ditetapkan, namun dilakukan juga karena adanya
kesadaran rumah makan akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup disekitar
rumah makan, agar masyarakat disekitar rumah makan merasa tetap nyaman tanpa
merasa terganggu dengan adanya rumah makan tersebut. (prosentase sama tingginya
yaitu 50%). Prosentase yang hampir sama besarnya dengan pengelolaan lingkungan
hidup mempertimbangkan kepatuhan hukum dan aspek lingkungan yang signifikan
yaitu Pengelolaan lingkungan hidup ini juga terkait erat dengan penghematan biaya
dengan prosentase 46,7%. Berdasarkan hasil wawancara, manajemen rumah makan
mengatakan bahwa dari ketiga pernyataan tersebut terdapat kaitan yang sangat erat satu
sama lain. Hal ini dikarenakan manajemen melakukan adanya pengelolaan lingkungan
hidup berdasarkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku namun mereka juga
mengingat bahwa adanya pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dipaksakan dan
hanya mematuhi adanya hukum yang sudah ditetapkan tetapi semua itu juga harus
berdasarkan dengan kesadaran diri sendiri untuk melakukan adanya pengelolaan
lingkungan hidup sebagai bentuk peduli kita kepada lingkungan bukan hanya peduli
untuk mencari keuntungan yang banyak. Dengan adanya pengelolaan lingkungan
hidup yang diterapkan juga dapat membantu rumah makan dalam menghemat
pengeluaran biaya misalnya melakukan pendauran ulang untuk bahan- bahan yang
dapat diolah kembali.
Orientasi Lingkungan Eksternal
15
Pengelolaan lingkungan hidup bukan saja dilakukan oleh manajemen rumah
makan berdasarkan faktor internal saja, melainakan faktor-faktor eksternal juga
dipertimbangkan karena faktor- faktor eksternal tidak kalah pentingnya dengan faktorfaktor internal. Hal ini terjadi karena rumah makan tidak berhubungan dengan pihakpihak dari dalam saja, seperti pemilik, manajer, karyawan namun juga harus
berhubungan dengan pihak-pihak dari luar juga seperti para pemegang saham, pemberi
pinjaman, maupun masyarakat. Dengan adanya pihak ketiga dapat memeberikan
manfaat bagi rumah makan dalam bentuk masukanatau penilaian demi majunya usaha
rumah makan tersebut.
TABEL 3
ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP RUMAH MAKAN
SECARA EKSTERNAL
No
1
2
3
4
5
PERNYATAAN
Motivasi utama untuk dalam
menerapkan sistem manajemen
lingkungan hidup adalah untuk
menanggapi tekanan pasar/pelanggan
Motivasi utama dalam menerapkan
sistem manajemen lingkungan hidup
adalah untuk mendapatkan keuntungan
pasar yang kompetitif
Secara teratur
mensponsori/berkolaborasi dengan
organisasi-organisasi yang bergerak di
bidang konservasi lingkungan hidup
Menggunakan kebijakan dan tindakan
lingkungan hidup sebagai suatu strategi
komersial (label kualitas lingkungan
dan sertifikasi)
Pemasok mempunyai akses kepada
kebijakan lingkungan hidup perusahaan
STS
3.30%
6.67%
0%
3.30%
0%
16
TS
N
S
SS
30% 13.30% 36.70% 16.70%
13.30%
40%
10%
3.30% 43.30% 46.60%
6.67%
10%
30%
40%
30% 16.70%
16.67% 36.60% 43.30%
3.30%
6
Tujuan lingkungan hidup yang diatur
dengan mempertimbangkan pendapat
dari pemangku kepentingan (klien,
pemasok, dll)
3.30% 16.67% 26.67%
Sumber: hasil olahan data Novermber,2014
40% 13.30%
Prosentase tertinggi sebesar 46,60% manajemen rumah makan setuju dengan
secara teratur mensponsori/ berkolaborasi dengan organisasi- organisasi yang bergerak
dibidang konservasi lingkungan hidup. Melihat semakin banyaknya rumah makan yang
dibuka maka semakin banyak pula persaingan yang terjadi. Mereka sama- sama
membuat rencana agar rumah makannya tetap menjadi yang paling unggul.
Berdasarkan hasil wawancara manajemen rumah makan mengatakan rumah makan
sering bekerja sama dengan pihak luar/ pihak ketiga dengan mensponsori seminarseminar yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan juga sering melakukan
bersih-bersih lingkungan bersama warga dan para staff dan biasanya rutin dilakukan
sebulan sekali. Hal itu merupakan salah satu bentuk kepedulian rumah makan kepada
lingkungan dan juga untuk membangun jalinan baik dengan pihak ketiga. Disisi lain
sebesar 43,3% menyetujui bahwa pemasok harus mempunyai akses kepada kebijakan
lingkungan hidup perusahaan karena menurut manajemen rumah makan pemasok juga
mempunyai pengaruh dalam menyediakan bahan makanan. Penyediaan bahan
makanan tentu harus mengikuti standar perusahaan yang ditetapkan.
Selain mensponsori/ berkolaborasi dengan organisasi yang bergerak dibidang
lingkungan hidup manajemen rumah makan dan pemasok harus mempunyai akses
kepada kebijakan lingkungan hidup, mereka juga menyetujui bahwa motivasi utama
manajemen rumah makan adalah menerapkan sistem manajemen lingkungan hidup
17
untuk mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif yang berhubungan dengan
pertimbangan pendapat pemangku kepentingn (klien, pemasok, dll) dengan prosentase
yang sama besarnya (40%). Pihak manajemen rumah makan berfikir walaupun tujuan
lingkungan hidup harus dilandasi dengan kesadaran diri sendiri untuk melakukan
namun tidak terlepas juga untuk mempertimbangkan pendapat dari pemangku
kepentingan karena dengan adanya pendapat dari mereka dapat membantu manajemen
rumah makan dalam memajukan kelanjutan usahanya.
Indikator yang juga dianggap penting bagi manajemen rumah makan dengan
menerapkan sistem manajemen lingkungan hidup untuk menanggapi tekanan
pasar/pelanggan yang ditunjukan dengan prosentase sebesar 36,70%. Dengan melihat
banyak orang yang tertarik dengan hal- hal yang unik maka rumah makan membuat
strategi yang digunakan untuk menarik pelanggan. Berdasarkan wawancara pihak
manajemen rumah makan mengatakan motivasi utama rumah makan adalah mencari
apa yang dapat membuat masyarakat tertarik untuk datang. Mereka melakukan
berbagai cara yaitu mendesain rumah makan dengan seunik mungkin dengan nuansa
sawah, nuansa taman dengan hiasan tanaman-tanaman yang indah, pepohonan yang
rindang dan juga peyajian makanan yang menarik dengan menggunakan piring rotan
yang beralaskan daun pisang, tempat nasi yang berasal dari rotan yang beralasan daun
pisang. Hal ini dapat membantu manajemen untuk menghemat biaya yang dikeluarkan
karena tidak takut untuk pecah, menghemat penggunaan sabun untuk mencuci piring.
Namun prosentase sebesar 40% manajemen rumah makan menganggap
menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai salah satu strategi
18
komersial (untuk mendapatkan label kualitas lingkungan dan sertifikasi) kurang begitu
dipedulikan dalam rumah makan. Sesuai dengan wawancara manajemen rumah makan
menganggap bahwa kebijakan dan tindakan lingkungan harus didasarkan pada
kesadaran dari diri kita sendiri bukan semata-mata hanya ingin memperoleh
penghargaan. Dengan adanya penghargaan pihak manajemen juga tidak yakin dapat
menarik daya beli masyarakat.
Strategi dan Manajemen Organisasi
Indikator ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manajemen rumah
makan melakukan strategi dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga untuk
mengetahui apakah terdapat manajemen/ divisi khusus yang menangani masalah
pengelolaan lingkungan hidup.
Ditunjukan oleh tabel 4 yang mengungkapkan
pengukuran mengenai “ Proses Manajemen Lingkungan Hidup”
19
TABEL 4
PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP
No
PERNYATAAN
1 Apakah ada orang yang
bertanggung jawab
untuk pengelolaan
lingkungan hidup?
2 Berapa banyak tingkat
manajemen yang ada?
Apakah ada manajemen
untuk lingkungan
hidup?
3 Apakah manajemen
lingkungan hidup
merupakan bagian
dalam manajemen
Rumah Makan?
4 Apakah pada Rumah
Makan terdapat
pengurus khusus
lingkungan hidup?
5 Siapa yang
memutuskan tujuan
pengelolaan lingkungan
hidup?
6
Jawab
1
0 Total JAWABAN
1 apabila ya
0 apabila tidak
23
7
30
76,67%
*6
*0
*0
0,21%
26
4
30
86,67%
1
29
30
3,33%
29
1
30
96,67%
10
20
30
33,33%
4- jumlah tingkat manajemen
max. 3 point
min.0 point
1 apabila ya
0 apabila tidak
1 apabila ya
0 apabila tidak
1 jika dilakukan oleh
manajemen hotel
0 apabila dilakukan oleh
manajemen lingkungan hidup
Hal apa yang
1 apabila tujuan pengelolaan
diputuskan pertama
lingkungan hidup
kali? Pengelolaan
0 apabila anggran
lingkungan hidup atau
anggaran?
Sumber: hasil olahan data Novermber,2014
20
Kebanyakan manajemen rumah makan hanya mempunyai 1 manajemen yang
bertanggug jawab dalam segala yang terjadi dalam rumah makan termasuk pengelolaan
lingkungan hidup. Menurrut mereka dengan 1 manajer saja sudah cukup untuk
menghandel semua pekerjaan, sehingga pengambilan keputusan hanya berdasarkan
kepada manajemen rumah makan tersebut dengan ditunjukan oleh ketiga pernyataan
yang saling berhubungan dengan prosentase terbesar 96,67%. Dengan melihat hampir
sebagian besar responden tidak memiliki manajemen khusus untuk pengelolaan
lingkungan hidup, hal ini dapat dilihat juga
rumah makan yang mempunyai
manajemen khusus atas pengelolaan lingkungan hidup hanya 3,33%.
Dengan melihat rumah makan yang hanya mempunyai manajemen hanya 1,
maka hampir sebagian manajemen rumah makan dalam mengambil keputusan yang
akan dibuat pertama kali adalah anggaran. Oleh sebab itulah manajemen rumah makan
tidak
memiliki
manajemen
khusus
rumah
makan
karena
mereka
harus
mempertimbangkan biaya yang akan mereka keluarkan untuk meminimalkan
pengeluaran- pengeluaran yang mereka anggap tidak penting. Mereka merasa dengan
adanya manajemen yang khusus terhadap pengelolaan lingkungan hidup berarti
manajemen rumah makan akan merekrut orang dan akan menambah pengeluaran
dengan menggaji. Berdasarkan wawancara manajemen rumah makan menyatakan
bahawa rumah makan untuk memajukan bisnisnya mereka harus menerapkan efektif
dan efisien. Efektif dalam melakukan segala bentuk pekerjaan dan efisien dalam
pengeluaran.
21
Mereka menganggap ketika dapat meminimalisasi biaya yang dikeluarkan akan
semakin baik untuk bisnis/ usahanya. Oleh karena itu untuk mengefisiensi pengeluaran
yang ada mereka menggunakan hanya 1 manajemen karena mereka merasa dengan 1
manajemen saja dapat menghandle semua pekerjaan termasuk pengelolaan akan
lingkungan hidup mengapa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menggaji orang
hanya untuk menghandle secara khusus masalah pengelolaan lingkungan hidup.
TABEL 5
MENGUKUR STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI
No
PERNYATAAN
STS
TS
N
S
SS
1 Kami melakukan proses
manajemen lingkungan hidup
0%
0% 26.67%
50% 23.30%
2 Kami melakukan pelatihan
staff untuk lingkungan hidup
merupakan prioritas
0% 13.34% 36.67% 36.67% 13.33%
3 Semua karyawan mengerti
akan tujuan lingkungan hidup
0% 3.34% 23.33%
50% 23.33%
4 Semua karyawan mengerti
dan juga mempunyai akses
terhadap kebijakan
lingkungan hidup
0% 6.67%
40% 36.67% 16.67%
5 Kami menyediakan saluran
untuk karyawan untuk
menyampaikan saran untuk
pengelolaan lingkungan
hidup
0% 6.67% 33.34%
40%
20%
6 Kami memiliki sistem
kontrol yang memungkinkan
untuk mendapatkan semua
informasi lingkungan hidup
yang diperlukan
3.34%
10%
30%
40% 16.67%
7 Kami mampu
memperkirakan biaya dan
investasi yang dilakukan
10%
10%
40%
20%
20%
22
dalam pengelolaan
lingkungan hidup
Sumber: hasil olahan data Novermber,2014
Berdasarkan tabel di atas, sebagian dari responden (sebesar 50%)
melakukan proses manajemen lingkungan hidup dan sebanyak 50% responden setuju
semua karyawan harus mengerti dahulu akan tujuan lingkungan hidup karena apabila
karyawan tidak mengerti, mereka tidak akan mempunyai daya tarik untuk melakukan
adanya pengelolaan lingkungan hidup dan mereka tidak mengetahui mengapa mereka
harus melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup. Setelah karyawan mengetahui
mereka dapat menyalurkan saran yang diberikan kepada manajemen rumah makan
untuk membantu dalam
pengelolaan lingkungan hidup selain para pegawai
menyalurkan saran 40% responden menyetujui bahwa manajemen rumah makan
sebaiknya juga memiliki sistem kontrol yang memungkinkan dengan mudah
mendapatkan informasi tentang lingkungan hidup yang berhubungan dengan kebijakan
lingkungan hidup. Ini menyebabkan sebanyak 36.67% responden setuju untuk
membuat para karyawan mengerti dan juga mempunyai akses kedalam kebijakan
lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada manajemen dan beberapa
pegawai, mereka mengatakan para manajer selalu memberikan pengertian mengenai
tujuan lingkungan hidup kepada karyawan melalui sharing antara manajer dan
karyawan di waktu yang senggang/ waktu rumah makan sepi pengunjung. Namun
manajemen rumah makan dengan lapang dada menerima pendapat/ saran dari para
23
pegawai karena menurut manajemen kemajuan rumah makan bukan hanya berdasarkan
dari pemilik atau manajemen, tetapi pendapat dari para pegawai juga penting dan
sangat dibutuhkan tetapi pendapat tersebut harus dipertimbangkan dengan prosedur/
kebijakan yang sudah ada.
Dengan pernyataan dari wawancara tersebut para manajemen rumah makan
tidak begitu menganggap penting untuk melakukan pelatihan staff untuk lingkungan
hidup adalah suatu prioritas, ditunjukan dengan prosentase sebanyak 36.67%. hal ini
dapat dilihat berdasarkan wawancara manajemen rumah makan lebih suka memberikan
pengertian langsung dengan cara sharing daripada melakukan pelatihan. Disamping
banyak mengeluarkan biaya untuk pelatihan,karena setelah pelatihan kebanyakan para
pegawai tidak menerapkan/ melakukan dengan baik.
Manajemen rumah makaan sebanyak 40% menyatakan kurang mampu
memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Berdasarkan hasil wawancara mereka mengungkapkan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup sedikit susah untuk memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan
karena pengelolaan lingkungan hidup tidak menentu. Dalam memperkirakan biaya
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan
sebelumnya, namun kenyataannya sangat berbeda.
24
pada pengeluaran tahun- tahun
TABEL 6
DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR STRATEGI RUMAH MAKAN
SEBAGAI UPAYA TANGGUNG JAWAB ATAS LINGKUNGAN HIDUP
NO
1
PERNYATAAN
Kami melakukan kegiatan
penanaman pohon
2
3
Kami mengajak penduduk sekitar
untuk bersih-bersih lingkungan
Kami mengimplementasikan 3R
STS
TS
0%
10%
3.33%
3.33%
6.67%
6.67%
N
S
SS
16.67% 26.67% 46.67%
26.67% 33.33%
16.67% 43.34%
30%
30%
Kami telah memisahkan sampah
organik dan non organik
3.33%
10%
30%
26.67%
30%
Kami mengolah kembali sampah
5
organik dan non organik
6.67% 26.67% 43.33%
10%
13.33%
Kami bekerjasama dengan pihak
luar dalam hal pengelolahan
6
lingkungan hidup
6.67% 13.33% 26.67% 36.67% 16.67%
Sumber: hasil olahan data Novermber,2014
4
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 46,67% responden menyatakan sangat setuju
untuk melakukan kegiatan penanaman pohon. Melihat keadaan bumi yang semakin
25
memburuk, hutan-hutan yang semain gundul, daerah perkotaan yang sangat padat
dengan perumahan sehingga menyebabkan pepohonan hampir tidak ada , kendaraan
yang semakin banyak yang menyebabkan polusi udara. Sehingga manajemen rumah
makan lebih setuju untuk mencanangkan adanya penanaman pohon bersama di daerahdaerah sekitar rumah makan bersama dengan semua staff. Selain melakukan
penanaman pohon mereka juga setuju untuk menerapkan adanya 3R ( Reduce,
Reuse,Recycle) di dalam rumah makan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengurangi penggunaan bahan- bahan yang dapat merusak lingkungan misalnya
menggunakan piring yang terbuat dari rotan dan dilapisi oleh daun pisang dapat
mengurangi adanya sabun pencuci piring , pemakaian kembali barang- barang yang
masih bisa terpakai misalnya menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk
menulis, mendaur ulang barang sehingga dapat bermanfaat kembali misalnya
menggunakan botol-botol plastik bekas sebagai pot tanaman. Tidak terluput dengan
kedua pernyataan diatas yang menunjukan adanya tanggung jawab rumah makan akan
lingkungan hidup.
Rumah makan juga setuju untuk melakukan kerjasama dengan pihak luar dalam
hal pengelolahan lingkungan hidup sehingga mereka mengajak penduduk sekitar untuk
bersih-bersih lingkungan. Seperti yang sudah diterangkan pada indikator mengenai
pengelolaan lingkungan hidup secara eksternal manajemen rumah makan telah
melakukan kerjasama dengan para warga untuk membersihkan lingkungan sekitar.
Namun dalam hal pemisahkan sampah organik dan non organik sebanyak 30% sangat
setuju karena mereka tahu dan dapat memisahkan sampah organik dan non organik dan
26
30% menganggap biasa saja karena mereka belum begitu paham cara memisahkan
sampah organik dan non organik. Oleh
karena itu sebagian besar (43.33%)
menganggap mengolah kembali sampah organik dan non organik tidak begitu penting
sehingga tidak mereka lakukan. Menurut wawancara pihak manajemen mengatakan
bahwa mereka kurang begitu mengerti cara memisahkan sampah- sampah yang
berkategori organik dan non organik. Sehingga kita juga tidak dapat mengolah sampah.
PENUTUP
Kesimpulan
dari analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa rumah makan di
Salatiga dan Yogyakarta telah siap memasuki green accounting serta terdapat
berbagai tanggung jawab yang akan dilakukan oleh rumah makan seperti melakukan
kegiatan penanaman pohon, bekerja sama dengan pihak luar dalam pengelolaan
lingkungan hidup serta mengajak penduduk sekitar untuk bersih- bersih lingkungan,
dan mengimplementasikan Reduce, Reuse,Recycle. Walaupun pengelolaan
lingkungan hidup rumah makan Salatiga dan Yogyakarta yang dilakukan tidak
semuanya berdasarkan kesadaran rumah makan itu sendiri sebagai bentuk peduli
mereka terhadap lingkungan hidup . Namun ada beberapa faktor yang mendorong
rumah makan melakukan adanya pengelolaan lingkungan hidup diantaranya
mempertimbangkan kepatuhan hukum ,mempertimbangkan pendapat dari pemangku
27
kepentingan (klien, pemasok, dll), menanggapi tekanan pasar serta untuk menghemat
biaya yang di keluarkan. Dengan adanya faktor- faktor tersebut, menyebabkan rumah
makan di Salatiga dan Yogyakarta melakukan tanggung jawab atas pengelolaan
lingkungan hidup yang cukup baik, sehingga rumah makan tersebut dapat dikatakan
siap dalam memasuki green accounting.
Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah sulit ditemuinya
manajemen rumah makan dan seringnya yang dijumpai oleh peneliti hanya karyawan
yang tidak mau memberikan kuesoner kepada pihak manajemen. Sedikitnya artikelartikel mengenai green accounting juga merupakan suatu kendala atas
keberlangsungan penelitian ini.
Saran
Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat meneliti mengenai penyebab
pengelolaan lingkungan hidup rumah makan yang disebabkan dari faktor internal dan
eksternal sama besarnya. Apa yang seharusnya dilakukan oleh rumah makan agar
terciptanya kesadaran yang penuh dari pihak internal dalam melakukan pengelolaan
lingkungan hidup yang sangat bermanfaat bagi kelanjutan usaha.
Daftar Pustaka
Auliyah, R. 2009. Akuntansi Lingkungan dalam Wacana Good Governance. Jurnal
Informasi Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi
28
Bonilla-Priego, M.J., N.J. Jose., dan F. Xavier. 2011. Environmental Management
Decision- Making In Certified Hotels, Journal of Sustainable Tourism 19 (3).
Djajadiningrat, S.T., Y. Hendriani., dan M. Famiola, 2014. Green Ekonomi. Bandung:
Rekayasa Sains.
Dwiningtyastuti, I. 2009. Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Di PT
Sari Husada Unit 1 Yogyakarta. Universitas Sebelas Maret.
Lako, A. 2012. Akuntansi Hijau. Kontan, edisi 10-22 Juni.
Salustri, J. 2015. The Facts & Myths of Green. Journal of Property Management 80
(4): 56-57.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sumual, L. A. 2014. Kesiapan Industri Perhotelan Dalam Memasuki Akuntansi Hijau.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Winanta, R. C., dan Y.S. Kunto, 2013. Pengaruh Kualitas Layanan Rumah Makan
Bromo Asri Terhadap Kepuasan. Jurnal Manajemen Pemasaran 1 (1).
http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapiitulah-salatiga-604242.html
http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html
http://regional.kompasiana.com/2013/11/01/kota-yang-anyar-aman-nyaman-dan-rapiitulah-salatiga-604242.html
http://artikel.co/2195/yogyakarta-dan-keunikannya.html
29
LAMPIRAN
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Anda dimohon untuk memberikan penilaian mengenai kesiapan dan tanggungjawab
memasuki green accounting.
2. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda secara objektif
dengan member tanda (√) pada salah satu kriteria untuk setiap pernyataan yang
menurut Anda paling tepat.
3. Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar- salah melainkan
menunjukkan kesesuaian penilaian Anda terhadap isi setiap pernyataan.
4. Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
STS
= apabila Anda merasa Sangat Tidak Setuju
TS
= apabila Anda merasa Tidak Setuju
N
= apabila Anda merasa Netral
S
= apabila Anda merasa Setuju
SS
= apabila Anda merasa Sangat Setuju
5. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pertanyaan yang dilewatkan.
6. Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademis saja. Identitas dari Anda akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti.
I. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI INTERNAL
LINGKUNGAN
N
PERNYATAAN
T
S
o
STS S N S S
1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan
didefinisikan dengan mempertimbangkan kepatuhan
hukum
2
Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan
didefinisikan dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan yang signifikan
3
Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan
lingkungan hidup adalah untuk penghematan biaya
30
II. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR ORIENTASI EKSTERNAL
LINGKUNGAN
No
PERNYATAAN
T
S
STS S N S S
1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem
manajemen lingkungan hidup adalah untuk
menanggapi tekanan pasar/pelanggan
2
Motivasi utama dalam menerapkan sistem
manajemen lingkungan hidup adalah untuk
mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif
3
Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan
organisasi-organisasi yang bergerak di bidang
konservasi lingkungan hidup
4
Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan
hidup sebagai suatu strategi komersial (label kualitas
lingkungan dan sertifikasi)
5
Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan
lingkungan hidup perusahaan
6
Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan
mempertimbangkan pendapat dari pemangku
kepentingan (klien, pemasok, dll)
III. PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP
No
PERNYATAAN
1 Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk pengelolaan
lingkungan hidup?
2
Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah ada
manajemen untuk lingkungan hidup?
3
Apakah manajemen lingkungan hidup merupakan bagian dalam
manajemen Rumah Makan?
4
Apakah pada Rumah Makan terdapat pengurus khusus lingkungan
hidup?
5
Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan hidup?
6
Hal apa yang diputuskan pertama kali? Pengelolaan lingkungan
hidup atau anggaran?
31
Jawab
IV. ITEM UNTUK MENGUKUR STRATEGI DAN MANAJEMEN
ORGANISASI
N
PERNYATAAN
T
S
o
STS S N S S
1 Kami melakukan proses manajemen lingkungan
hidup
2 Kami melakukan pelatihan staff untuk lingkungan
hidup merupakan prioritas
3
Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan
hidup
4
Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai
akses terhadap kebijakan lingkungan hidup
5
Kami menyediakan saluran untuk karyawan untuk
menyampaikan saran untuk pengelolaan lingkungan
hidup
6
Kami memiliki sistem kontrol yang memungkinkan
untuk mendapatkan semua informasi lingkungan
hidup yang diperlukan
7
Kami mampu memperkirakan biaya dan investasi
yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup
V. DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR STRATEGI RUMAH MAKAN
SEBAGAI UPAYA TANGGUNG JAWAB ATAS LINGKUNGAN HIDUP
NO
PERNYATAAN
1 Kami melakukan kegiatan penanaman pohon
Kami mengajak penduduk sekitar untuk bersih2 bersih lingkungan
Kami mengimplementasikan Reuse, Reduce,
3 Recycle
Kami telah memisahkan sampah organik dan non
4 organik
Kami mengolah kembali sampah organik dan non
5 organik
Kami bekerjasama dengan pihak luar dalam hal
6 pengelolahan lingkungan hidup
32
STS
TS
N
S
SS
NAMA:
USIA:
JENIS KELAMIN:
NAMA RUMAH MAKAN:
ALAMAT:
(boleh tidak diisi)
33
Download