BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia tentunya memiliki ketertarikan tersendiri dalam melakukan perilaku seksual. Karena pada hakikatnya, manusia memiliki seks sebagai kebutuhan dasar mereka yang harus dipenuhi (Alwisol, 2009). Perilaku seksual yang dilakukan, tentunya didorong oleh hasrat seksual individu terhadap pasangannya. Seperti yang dikatakan Sarwono (2008) bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual tidak hanya dapat dilakukan secara berpasangan saja, namun dapat dilakukan secara individu atau sendirian (Crooks & Baur, 1999). Dari penuturan beberapa subyek, mereka mengaku melakukan perilaku seksualnya yang pertama kali adalah masturbasi. Menurut Dodson (dalam Crooks & Baur, 1999), melalui masturbasi, manusia akan mengetahui cara menemukan sisi erotik pada dirinya; belajar merespon secara seksual; belajar untuk mencintai diri sendiri; dan membangun harga dirinya. Dalam melakukan masturbasi, biasanya individu menggunakan fantasi erotis (Crooks & Baur, 1999). Fantasi erotis ini membantu individu untuk meningkatkan gairah ataupun untuk merangsang dirinya, sehingga dapat mencapai kepuasan seksualnya. Terkait dengan perilaku seksual tersebut, terdapat beberapa orientasi seksual yang ada di dalamnya. Menurut Crooks & Baur (1999), jenis orientasi seksual antara lain heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Heteroseksual memiliki ketertarikan dengan jenis kelamin yang berbeda. Sedangkan pada homoseksual, memiliki ketertarikan pada jenis kelamin yang sama. Pada pasangan sesama pria biasa disebut gay dan pada pasangan sesama perempuan disebut lesbian. Yang terakhir adalah biseksual. Pada individu yang memiliki orientasi seksual biseksual, individu ini memiliki ketertarikan kepada lawan jenis dan sesama jenisnya. Menurut MacDonald (dalam Crooks & Baur, 1999), biseksual adalah orang yang bisa menikmati dan terlibat dalam aktivitas seksual dengan anggota dari kedua jenis kelamin, atau mengakui ada keinginan untuk melakukannya. Seperti yang dijelaskan pada skala orientasi seksual yang dibuat oleh Alfred Kinsey, dari skala 0-6, biseksual umumnya menempati skala 1-5, yang artinya biseksual tidak memiliki ketertarikan yang eksklusif kepada satu jenis kelamin saja. Beberapa orang dengan orientasi biseksual akan memiliki dua hubungan seksual, satu dengan seorang wanita dan satu dengan seorang pria. Namun hal itu tidak biasa terjadi, karena secara umum orang dengan orientasi biseksual memiliki hubungan dengan satu orang saja, dan ketika hubungan itu berakhir, mereka akan mencari pasangan dari jenis kelamin yang sama ataupun berbeda. Karena menurut Dr Fred Klein (dalam pleasuresofloving.com), emosional keintiman menjadi indikasi yang penting dalam biseksualitas. Orientasi seksual ini sudah dapat diputuskan oleh manusia semenjak ia memasuki tahap dewasa awal. Menurut Arnett & Furstenberg et al. (dalam Papalia dkk., 2009), dimulainya masa dewasa (emerging adulthood) adalah suatu masa ketika seseorang tidak lagi remaja, tetapi belum sepenuhnya dewasa. Peralihan dari masa remaja ke masa dewasa awal telah menjadi periode kehidupan yang berbeda. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal (young) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (2003), orang dewasa awal termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial pada dewasa awal ditandai dengan perkembangan hubungan yang intim. Kebutuhan untuk membentuk hubungan yang kuat, stabil, dekat, dan penuh perhatian merupakan motivator penting dari tingkah laku manusia. Ekspresi dari keintiman pada dewasa awal adalah persahabatan, cinta, dan seksualitas (Papalia, dkk., 2009). Kebanyakan dewasa awal melakukan hubungan seks karena memiliki tujuan untuk membuat keturunan. Selain itu ada pula yang memiliki tujuan sebagai hiburan dan sebagai ungkapan rasa kasih sayang. Namun pada dewasa awal ini, baik pria maupun wanita tidak banyak terlihat dalam berganti-ganti pasangan. Karena mereka sudah mulai menyadari akan banyaknya penyakit seksual seperti AIDS. Sehingga mereka lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Feinleib, dkk (dalam Papalia, dkk., 2009), kebanyakan dewasa awal memiliki sedikit jumlah pasangan, memilih dengan lebih ketat, menggunakan kondom, atau tidak melakukan hubungan seksual. Dengan beberapa penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa orang yang memiliki orientasi biseksual dapat menikmati hubungan seksual dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya. Sehingga akan memunculkan pertanyaan, seperti apa gambaran perilaku seksual yang dia lakukan dengan lawan jenis ataupun sesama jenisnya? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian mengenai “Gambaran perilaku seksual pada biseksual usia dewasa awal”. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kulitatif, karena pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena, serta untuk dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai mahluk yang subyektif, maka pendekatan kualitatif merupakan metode yang paling sesuai digunakan (Poerwandari, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka muncul suatu rumusan masalah yang akan menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan. Rumusan masalah yang terbentuk adalah “Bagaimana Gambaran Perilaku Seksual Pada Biseksual Usia Dewasa Awal?” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku seksual pada individu usia dewasa awal yang memiliki orientasi biseksual. 1.4 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang dihasilkan pada penelitian ini, yaitu : 1.4.1 Secara Teoritis Penelitian ini merupakan sebuah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Klinis. 1.4.2 Secara Praktis Penulis berharap penelitian yang telah dilakukan ini dapat menjadi referensi pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya yang masih memiliki kaitan dengan penelitian ini.