ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP

advertisement
ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN
DAMPAKNYA TERHADAP IHSG
Disusun oleh:
Mohamad Ridwan
NIM : 108081000059
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
Mohamad Ridwan
Jl. Waru II No. 30 RT 003/003 Pamulang Barat
Tangerang Selatan 15417
Telp : 0813 1711 8600
Email : [email protected],id
DAFTAR RIWAYAT
DATA DIRI
Tempat / tanggal lahir
: Sumedang / 06-11-1990
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tinggi / berat badan
: 170 cm / 60 kg
Status
: Belum menikah
Telepon
: 0813 1711 8600
Email
: [email protected]
v
PENDIDIKAN FORMAL
2008 – 2013
: Lulus Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (IPK 3,09)
2006 – 2008
: Lulus SMA Negeri 2 Pamulang, berijazah
2003 – 2005
: Lulus SMP Al Badar, berijazah
1996 – 2002
: Lulus SD Negeri II Pamulang, berijazah
KEAHLIAN
Komputer
:
Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
Microsoft Office Power Point, Internet
vi
ABSTRACT
This research aim to know the influence of macroeconomics indicators (rate
of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) to Return LQ 45 and
also its impact to IHSG since 2006 – 2011.
Data used in this research in the form of secondary data collected from
result of Indonesian Bank publicizing in statistic of banking, BPS and the others
of literature study. The method of processing data use Path Analysis method with
SPSS 17.
The result shows that variable of macroeconomics (rate of interest riil,
exchange rate Rp/$, money supply and PDB) having an effect on to Return LQ 45
and all of the variable to lending. And then in second structure, rate of interest
riil, exchange rate Rp/$, money supply, PDB and Retrun LQ 45 having an effect
on significant to lending. After trimming of Second structure, only variable
exchange rate Rp/$ and Money Supply having an effect on significant to IHSG.
Keywords : rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, pdb, return
LQ 45 and IHSG
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh indikator
makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan produk
domestic bruto) terhadap return LQ 45 dampaknya kepada IHSG selama tahun
2006 – 2011.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
dikumpulkan dari hasil publikasi Bank Indonesia pada statistik perbankan, BPS
dan studi literatur lain. Metode pengolahan data menggunakan metode analisis
jalur dengan bantuan alat analisis SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel makroekonomi (suku bunga
riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan PDB) berpengaruh terhadap return LQ 45
dan seluruh variabel tersebut terhadap IHSG. Setelah trimming pada struktur
kedua, hanya variabel suku bunga SBI dan inflasi yang berpengaruh signifikan
terhadap dana pihak ketiga. Kemudian pada struktur kedua, nilai tukar Rp/$ dan
uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Kata Kunci : Suku Bunga Riil, Nilai Tukar Rp/$, Uang Beredar, Produk
Domestik Bruto, Return LQ 45 dan IHSG
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahrahmanirrahim
Alhamdulillahi Robil „Alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT,
karena atas rahmat dan izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam penulis panjatkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad
SAW beserta para sahabatnya.
Pada kesempatan ini perkenanankan penulis untuk mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih dan doโ€Ÿa khususnya
penulis berikan kepada:
1. Kedua orang tua ku Bapak Ajum dan Ibu Euis sangat ku cintai yang tidak
pernah berhenti mengiringi langkahku dengan doโ€Ÿanya yang penuh
keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan serta dukungan baik
material maupun spiritual dalam kebaikan untuk keberhasilan anak-anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si , Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yulianti, SE, M.Si selaku Pudek Administrasi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Herni Ali HT. SE, MM selaku Pudek Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Suhendra, S.ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I dan Bapak Herni Ali
HT. SE, MM selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan
pengarahannya dengan penuh kesabaran yang selalu memberikan arahan dan
nasihat serta waktu dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu dan bantuan yang bermanfaat kepada penulis.
ix
9. Fitri Nur Handayani yang telah memberikan bantuan waktu, kesabaran
maupun semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan kasih sayangnya.
10. Seluruh kawanku yang selalu memberikan canda tawa kejenakaan untuk
memberikan bantuan moral serta semangat tak luput untuk Eris, Ega, Sukri,
Feri, Fahmi, Fandi, Yaser, Hakim salam sukses dan damai untuk kita
semuanya kawan.
11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang bersama-sama berjuang serta
saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak jika
disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen
Perbankan B dan Manajemen B 2008 Terima Kasih atas kebersamaannya
selama ini. Dan khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta
support yang berharga untuk diriku dari sebelum hingga terselesainya skripsi
ini.
Semoga segala amalan yang baik tesebut akan memperoleh balasan rahmat
dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak
menutup kemungkinan bila skripsi ini maih banyak kekurangan. Dengan segenap
kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang
konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita.
Jakarta, Agustus 2013
Mohamad Ridwan
(Penulis)
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ......................................................i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................iii
Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................iv
Daftar Riwayat Hidup .....................................................................................v
Abstract ...............................................................................................................vii
Abstrak ...............................................................................................................viii
Kata Pengantar .................................................................................................ix
Daftar Isi ............................................................................................................xi
Daftar Tabel.......................................................................................................xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................xiv
Daftar Lampiran ...............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..........................................................................1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal ..................................................11
B. Makro Ekonomi .........................................................................................14
1. Suku Bunga Riil .................................................................................14
2. Nilai Tukar..........................................................................................16
3. Produk Domestik Bruto ......................................................................19
xi
4. Uang Beredar ......................................................................................21
C. Indeks Harga saham ...................................................................................22
D. Return Saham.............................................................................................24
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................26
F. Kerangka Pemikiran ..................................................................................31
G. Hipotesis ....................................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................................36
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................36
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................37
D. Metode Analisis .........................................................................................38
E. Analisis Jalur Model Trimming .................................................................43
F. Definisi Operasional Variabel ...................................................................44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..........................................................48
B. Deskriptif Variabel Penelitian ...................................................................51
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................................62
1. Analisis Korelasi ................................................................................62
2. Menguji dan Memaknai Sub Struktur I ..............................................71
3. Menguji dan Memaknai Sub Struktur II .............................................81
4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Trimming Struktur II ............94
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ................................................................................................103
B. Implikasi ....................................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................105
LAMPIRAN .......................................................................................................109
xii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan
Hal
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................................29
4.1
Data Perkembangan IHSG .........................................................................52
4.2
Data Return LQ 45.....................................................................................54
4.3
Data Perkembangan Tingkat SukuBungaRiil ............................................55
4.4
Data Perkembangan Kurs Periode ............................................................57
4.5
Data Perkembangan PDB ..........................................................................59
4.6
Data Perkembangan Uang Beredar ............................................................61
4.7
Koefisien Korelasi .....................................................................................63
4.8
Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel .................................................64
4.9
Koefisien Determinasi Strukutur I .............................................................72
4.10 Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ....................................................72
4.11 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ..............................................................74
4.12 Koefisien Determinasi Stuktur II ..............................................................82
4.13 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ......................................................82
4.14 Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...........................................................85
4.15 Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ............................................95
4.16 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming .....................................96
4.17 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...........................................97
4.18 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Setelah Trimming ...................102
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................................32
4.1
Grafik Perkembangan IHSG ......................................................................53
4.2
Grafik Perkembangan Return LQ 45 .........................................................55
4.3
Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil .......................................56
4.4
Grafik Permbangan Kurs ...........................................................................58
4.5
Grafik Perkembangan PDB .......................................................................60
4.6
Grafik Perkembangan Uang Beredar .........................................................62
4.7
Gambar Paradigma Struktur I ....................................................................71
4.8
Diagram Analisis Jalur Struktur I ..............................................................76
4.9
Gambar Paradigma Struktur II...................................................................81
4.10 Diagram Analisis Jalur Struktur II.............................................................87
4.11 Paradigma Analisis Jalur Trimming Struktur II ........................................94
4.12 Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II .................................98
4.13 Diagram Analisis Jalur Model Setelah Trimming .....................................101
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
Hal
1.
Lampiran Data Perkembangan IHSG Periode 2006-2011.........................109
2.
Lampiran Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 ....................................109
3.
Lampiran Data Perkembangan Suku Bunga Riil Periode 2006 2011........110
4.
Lampiran Data Perkembangan Kurs Periode 2006-2011 ..........................110
5.
Lampiran Data Perkembangan PDB Periode 2006-2011 ..........................111
6.
Lampiran Data Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011............111
7.
Lampiran Koefisien Korelasi .....................................................................112
8.
Lampiran Koefisien Determinasi Strukutur I ............................................112
9.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...................................113
10.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I .............................................113
11.
Lampiran Koefisien Determinasi Stuktur II ..............................................113
12.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ......................................114
13.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...........................................114
14.
Lampiran Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ............................114
15.
Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming .....................115
16.
Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...........................115
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal saat ini semakin pesat dan memiliki daya tarik
para investor untuk menanamkan modalnya, dengan harapan akan
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dimasa yang akan datang. Dalam
memperoleh keuntungan yang besar, seorang investor harus melakukan
analisis keuangan yang tepat berdasarkan perkembangan saat ini.Dalam
menganalisa tingkat keuntungan dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari sisi
mikro ataupun makro suatu negara.
Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang
berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan
dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan
kekuatan yang lebih besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda
kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi
langsung dan investasi tidak langsung.Investasi melalui pasar modal sebagai
bentuk investasi tidak langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia
termasuk di Bursa Efek Jakarta (Mansyur, 2009:1).
Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi
operasi perusahaan sehariโ€hari. Kemampuan investor dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna
dalam pembuatankeputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu,
seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi
makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya.
1
Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar
modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan
PDB (Suci, 2012:1).
Perkembangan harga saham dapat dilihat pada Indeks Saham Harga
Gabungan (IHSG) dimana indeks harga saham yang naik menunjukan
kegairahan sedangkan indeks harga saham yang turun menunjukan adanya
kelesuan pasar.Perubahan IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan
perkembangan perusahaan atau industri suatu negara, bahkan bisa dianggap
sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara.Maksudnya,
IHSG suatu negara yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh
kondisi perekonomian di negara tersebut
yang sedang mengalami
permasalahan.Sebaliknya, indeks harga saham yang mengalami peningkatan
bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara
tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam untuk mengetahui faktorfaktor
yang
berkaitan
dengan
perubahan
harga
saham
tersebut
(Murwaningsari, 2008:1).
Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi
bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga
kondisi di negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan
perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.Berdasarkan hal
tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat perhatian karena
harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar
modal.Indeks harga saham di bursa efek merupakan indikator yang
2
menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh
beberapa perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat
pengembalian di BEI.Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk
mengamati pergerakan harga saham.
Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan
preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Kurs valuta
asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai
kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam
negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs
valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah
satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca
perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit
cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila
neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan
valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai
valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta
asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan
dan perkembangan suatu perekonomian.
Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang
negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan
mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang
tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung
3
perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor
dari suatu investasi akan meningkat.
Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya,
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga hargaโ€harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi
volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan
volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan
meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan
harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli
produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga
sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang
tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.
Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi
perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan
perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan
termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi
menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset
penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan
4
meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat.
Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga
meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.
Dapat dilihat dari grafik tersebut pergerakan IHSG sangat fluktuatif dan
tidak stabil dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini
dapat dilihat pada tahun 2008 pergerakan IHSG anjlok dikarenakan terjadi
krisis yang melanda negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dilanda kredit
macet, tetapi lambat laun IHSG bergerak naik dikarenakan pertumbuhan kian
semakin baik. Ini merupakan penurunan yang cukup signifikan.Kemudian
sepanjang periode bulan Januari-Juli 2009 dan 2010, BEI terus-menerus
berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan
transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukan prestasi yang
sangat menggembirakan.Dan pada tahun 2011 bulan Juli IHSG menguat
tajam pada angka 4.130,8 yang artinya IHSG mencetak rekor dalam sejarah.
(www.yahoofinance.com).
5
Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian
global menuntut setiap perilaku ekonomi untuk berfikir secara kritis dalam
menyikapi hal tersebut. Perekonomian nasional bergantung pada situasi
negara.Pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang
berkepanjangan, nilai kurs rupiah bagai layang-layang putus dan berfluktuasi
dari hari ke hari. Pergantian masa pemerintahan mempengaruhi situasi politik
kenegaraan yang berdampak pada perekonomian nasional yang hingga saat
ini.
Terlihat dari kabinet saat ini yang pembentukannya saja sudah dihadapkan
pada masalah-masalah yang maha besar. Salah satu hikmah yang dapat ditarik
adalah peninjauan kembali seluruh kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan
nilai tukar rupiah selama ini menunjukan kecenderungan terdepresiasi,
walaupun rupiah sangat menguat namun melemah kembali akibat keadaan
yang kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya factor
market confidence yang berangkat dari peningkatan country risk dan
perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculantive motive. Didik J.
Rachbini (2001:72) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu
negara semakin diperparah oleh spekulasi, yang volume transaksinya semakin
besar dari waktu ke waktu. Institusi bergerak di pasar valuta asing, saham dan
pasar uang lainnya semakin kuat perngaruhnya secara relatif terhadap suatu
sistem ekonomi.
Selanjutnya pada bulan Agustus 2005, rupiah mengalami tekanan kembali
sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun bulan-bulan berikutnya
6
relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan antara
lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan
keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku
bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional
akibat pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam serta tingginya
sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya.
Dalam kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, pemerintah
juga ikut menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Langkah ini
diambil untuk memerangi spekulasi valas. Dengan menaikan tingkat suku
bunga diharapkan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik
investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi asset ke
dapam rupiah sehingga rupiah meningkat atau dengan kata lai terapresiasi.
Seseorang investor harus mampu mengantisipasi risiko yang terjadi dengan
mendiversifikasikan
untuk
memperkecil
risiko.
Gruber
(2003:299)
mengemukakan mengenai resiko tersebut: “that the risk of any stock could be
divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market
risk)”.
Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis diikuti oleh pembelian aset
secara besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi
meningkatnya
biaya
pemulihan ekonomi
serta meningkatnya
baiya
rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh Bank Sentral dalam
membiayai perbaikan perekonomian nasional. Kenaikan suku bunga yang
tajam justru merupaka sinyal bahwa perekonomian melambat dan expected
7
return menjadi rendah. Alhasil kenaikan suku bunga yang tajam itu justru
menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga
menekan nilai rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang
menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi
juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Faktor fundamental
ekonomi misalnya, kondisi perekonomian seperti GDP, nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah
seperti kebijakan pajak, dan lain sebainya. Hal tersebut diungkapkan pula
oleh J. Soedrjad Djiwandono (2001:138) “saya ingin membuat catatan disini
bahwa dalam analisis ekonomi makro yang biasa kita sebut fundamental itu
adalah kondisi berbagai indikator makro seperti GDP, laju inflassi, suku
bunga, neraca pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi
oemerintahan dan lain-lainnya.
Dalam penelitian Moh Mansyur (2009) serta Sitinjak dan Kurniasari
(2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI
berpengaruh terhadap IHSG. Namun Murwaningsari (2008) kembali
menunjukan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada
IHSG.Penelitian yang dilakukan oleh Maurin Sitorus (2004) menunjukan
bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan
terdahap kinerja saham pertambangan minyak bumi, dan variabel makro
ekonomi yang berpengaruh besar terhadap kinerja saham pertambangan
minyak dan gas bumi adalah variabel kurs.
8
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makro ekonomi apakah yang
sebenarnya berpengaruh terhadap return market dan dampaknya terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti
mengambil judul “ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP
RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimapengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45.
2. Bagaimana pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG.
3. Bagaimana pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45
dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak
langsung.
C. Tujuan dan Manfaat Peneliitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap
Return LQ 45.
b. Untuk menganalisis pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG.
9
c. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap
Return LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Manfaat Penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
a. Bagi Investor
Bagi invetor yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat
membantu mereka dalam menentukan apakah menjual, membeli
ataukah menahan saham
yang mereka miliki berkenaan
perubahan dari Makro Ekonomi.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang ilmu
Makro Ekonomi dan pasar modal serta berguna dalam
pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana
yang telah dipelajari di dalam perkuliahan dan sebagai
pengetahuan tentang investasi.
c. Bagi pemerintah
Bagi pembuat kebijakan yang berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang stabil dan sebagai fakta empiris yang berguna
untuk petunjuk serta pengingat agar selalu mengkaji efektivitas
setiap kebijakan yang dilaksanakan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal
Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya
memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah
pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit
merupakan pasar nyata. Sedangkan, pasar uang atau money market berkaitan
dengan instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak
nyata.Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual-belikan baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun
perusahaan swasta (Husnan, 2003:3).
Pasar modal adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai
kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Salain itu, pasar modal
juga merupakan lembaga yang berprofesi berkaitan dengan transaksi jula beli
efek. Dengan demikian pasar modal dikenal debagai tempat penjual dan
pembeli dana (Artesa dan Handiman, 2006:215).
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar modal no.8 tahun
1995 pasal 1 adalah kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan, serta lembaga yang profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Ahmad Rodoni (2006:168) produk-produk yang ada dipasar
modal adalah sebagai berikut:
11
1. Reksadana
Reksadana atau disebut mutual fund atau investment fund
merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan
uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan
sebagai modal investasi. Pada prinsipnya investasi pada reksadana
adalah melakukan investasi yang menyebar pada beberapa alat
investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
2. Saham
Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan
terbatas (PT) atau disebut emiten. Saham merupakan tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Wujud saham adalah selember kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga
dapat mengelola capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada
kelebihan harga jual diatas harga beli.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan
saham biasa artinya dosamping memliki karakteristik seperti obligasi
juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi
misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga
obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas
hak pembagian dividen. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian,
12
maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran
dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4. Obligasi
Obilgasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontak antara
pembeli pinjaman dengan yang member pinjaman. Surat obligasi
adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan
obligasi.
5. Obligasi Konversi (Covertible Bond)
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa,
biasanya dengan memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo
dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki
keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa. Pada obligasi
konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.
6. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu harga
yang sudah ditentukan. Biasanya waran juga dijula bersamaan dengan
surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penertbitan
waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang
waran. Namun setelah obligasi, saham disertai waran memasuki pasar
baik itu obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secera
terpisah.
13
7. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru
yang dikeluarkan emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak
terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau
dividen saham, yang otomatis diteruma oleh pemegang saham.
B. Makro Ekonomi
1. Suku Bunga Riil (Real Interest Rate)
Menurut Kasmir (2003:37) bunga bagi bank berdasarkan konsep
konvensioanal dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh
bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga
dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dan harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinajaman).
Menurut pandangan klasik dalam Sadono Sukirno (2007:230)
tingkat bunga ditentungan oleh tabungan yang tersedia dalam masyrakat
dan permintaan dana modal untuk investasi. Kedua faktor tersebut
ditentukan oleh suku bunga. Karena perubahan tabungan dan perubahan
modal akan menimbulkan perubahan pada suku bunga. Namun menurut
pandangan Keynes, suku bunga ditentukan oleh penawan dan permintaan
uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga
selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi,
misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun
14
tergantung pada tingkat suku bunga sehingga ada kemungkinan
pemegang surat berharga akan menderita capital loss dan gain.
Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat
dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest
rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal
adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga
yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhiyungkan inflasi.
Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat
suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi
inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang
didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.
Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204)
menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam
perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan
tetap konstan selama usia pinjaman.
Suku bunga riil dan suku bunga nominal sangat bermanfaat untuk
mempertimbangkan perbedaan antara suku bunga nominal dengan suku
bunga riil. Bunga riil adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia
pinjaman, sedangkan bunga nominal adalah jumlah unit moneter yang
harus dibayar per unit yang dipinjamkan dan merupakan suku bunga
pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga normal sama
dengan suku bunga riil. Dalam situasi inflasi, suku bunga nominal
berbeda dari suku bunga riil dan harus melebihinya. Alasannya adalah
15
bahwa para penabung meminta premi di atas suku bunga riil sebagai
kompensasi bagi ekspetasi kerugian dari bunga yang mereka terima
kembali. Hubungan antara inflasi dengan suku bunga dikenal dengan
hukum Fisher, yang bisa diekspresikan sebagai berikut (Fabozzi,
1999:207-208)
I=r+p
Dimana: i menunjukan suku bunga nominal, r menunjukan suku
bunga riil dan p menunjukan perkiraan perubahan tingkat harga barang
dan jasa selama usia peminjaman. Dalam hal ini menunjukan bahwa
suku bunga nominal mereflesikan suku bunga rill dan harapan inflasi.
Perlu diingat bahwa ekspektasi inflasi dan suku bunga riil tidak dapat
diamati. Jika estimasi inflasi p cukup baik, estimasi r yang dihasilkan
juga cukup baik, tetapi nilai yang sebenarnya dari suku bunga riil tidak
diketahui.
๐‘น๐’†๐’‚๐’๐‘ฐ๐’๐’•๐’†๐’“๐’†๐’”๐’•๐‘น๐’‚๐’•๐’† = ๐’๐ฎ๐ค๐ฎ ๐๐ฎ๐ง๐ ๐š ๐๐จ๐ฆ๐ข๐ง๐š๐ฅ − ๐ˆ๐ง๐Ÿ๐ฅ๐š๐ฌ๐ข
2. Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata
uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006:
175).
Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan
(Mankiw, 2003:123).
16
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan,
karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga
dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman,
2000:40).
Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar
mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif
mata uang dua negara. Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan yen
Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukarkan 1 dolar
untuk menjadi 120 yen di pasar uang.
Sedangkan nilai tukar rill merupakan harga relatif dari nbarangbarang antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita
bias memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barangbarang ke begara lain (Mankiw, 2003:125).
Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga
ε
=
e
× (P/P*)
Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar
negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih
17
mahal. Jika kurs riil rendah, maka barang-barang luar negeri relatif lebih
mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara
dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai
tukar mata uang negera lain apabila di petukarkan dengan mata uang
domestik, atau dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pemerintah
untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang
asing yang bertujuan untuk:
1. Mendorong ekspor dan membatasi impor.
2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.
3. Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi
relatif stabil.
Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara
lain apabila dipetukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,
nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.
Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan
nilai mata uangnya terhadapa mata uang asing yang dilakukan kerena
perekonomiannyasudah mencukupi atau mendekati full employed atau
terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalan jangka pendek
bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy,
2008:45).
18
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat
menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang
berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie,
2006:177).
Gross domestic product is the total market value of all final goods
and services produced in a given year. GDP incclides all goods and
services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied
resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112).
Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang
dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan
jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).
Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu
tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju
maupun di negara-negar berkembang, barang dan jasa diproduksikan
bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh
penduduk negara lain. Selalu di dapati produksi nasional diciptakan oleh
fakor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (Sukirno, 2011:34).
Menurut Tandelilin (2010:342) produk domestik bruto adalah
ukuran produksi barang dan jasa total suatu negera. Pertumbuhan PDB
yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika
19
pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan
meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan
untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan
perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan
semakin meningkat.
Menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung (2005:16-21)
ada tiga cara perhitungan pendapatan nasioanal, yaitu:
1. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi
diperoleh dengan cara membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa
sektor produksi (industrial orogin). Jumlah output masing-masing
sektor merupakan jumalah output seluruh perekonomian. Hanya saja
ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor
perekonomian berasal dari output sektor lain. Dengan kata lain jika
tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double-counting)
atau bahkan multiple counting.
2. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan
diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai total balas jasa atau faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi.
3. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam
suatu perekonomian:
a. Konsumsi rumah tangga,
b. Konsumsi pemerintah,
20
c. Pengeluaran investasi, dan
d. Ekspor neto.
4. Uang Beredar (M2)
Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang
dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas
Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis
perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang
sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang
akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran
akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama (Sukirno,
2011:296).
Teori
kuantitas
uang
biasanya
diterangkan
dengan
menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan
sebagai berikut:
MV = PT
Dimana : M adaalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan,
P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang
diperjualbelikan dalam perekonomian.
Jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang
(V) samadengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T)
dikalikan dengan tingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam
keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh
21
kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang
dihitung dengan harga yang berlaku-ditransaksikan (PT).
Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek
pertumbuhan jumlah uang beredar hanya memengaruhi perkembangan
output riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah
uang beredar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada
gilirannya menyebabkan penurunan tingkat investasi usaha sehingga
perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan
jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh
pada perkembangan output riil, tetapi mendorong kenaikan laju inflasi
dan menurunkan investasi secara proporsional karena kerentanan
perekonomian yang besar.
C. Indeks Harga Saham
Saat ini du Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai
berikut (www.idx.co.id):
1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masingmasing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencakup pergerakan seluruh
harga saham biasa maupun saham preferen yang tercatat di BEI.
3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk kedalam setiap
sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam
9 (Sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi yang diterapkan
oleh BEI.
22
4. Indeks LQ 45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberpa
criteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
ssaham-saham tersebut.
5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan
syariah islam. Dewan Pengurus Syariah terlibat dalam menentukan
criteria saham-saham yang masuk kedalam JII.
6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukan bagi
perusahaan dengan track record yang baik.
7. Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index/DBX), untuk
mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi
persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan yang
berprospek. Disamping itu papan pengembangan diperuntukan bagi
perusahaan yang mengalami resukturisasi atau pemulihan perfoma.
Anoraga dan Pakarti (2008:100-104) mengatakan, secara sederhana yang
disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk
membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga
dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan
harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami
penurunan atau kebalikannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan
suatu waktu tertentu.
23
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga
saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu; waktu dasar dan waktu
berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan
waktu berlaku merupaka waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan
dengan waktu dasar.
Pergerkan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi aktif, ditunjukan
dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang
biasanya menunjukan keadaaan yang diinginkan. Keadaan yang stabil
ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu
ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.
Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):
๐‘ฐ๐‘ฏ๐‘บ๐‘ฎ =
๐œฎ๐‘ฏ๐’•
× ๐Ÿ๐ŸŽ๐ŸŽ
๐œฎ๐‘ฏ๐ŸŽ
Dimana:
Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu
Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar
D. Return Saham
Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan
menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)
24
return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa
return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengna periode sebelumnya
dengan mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:
Ri =
๐‘ท๐’•−๐‘ท๐’•−๐Ÿ
๐‘ท๐’•−๐Ÿ
Dimana:
Ri
: Return saham
Pt
: Harga saham periode tahun
Pt-1
: Harga saham periode tahun sebelumnya
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung
dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Rm =
๐ˆ๐‡๐’๐†๐’•−๐ˆ๐‡๐’๐†๐’•−๐Ÿ
๐ˆ๐‡๐’๐†๐’•−๐Ÿ
Dimana:
Rm
: Return market
IHSGt
: IHSG pada paeriode tahun
IHSGt-1
: IHSG pada periode tahun sebelumnya
Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang
semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki
kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka.
Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi
25
dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi
saham lebih tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh
Widiatmojo (2008:84).
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas kerena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hamper sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang
gunakan berbeda, maka terdapat banyal hal yang tidak sama sehingga dapat
dijadikan sebagai referensi untuk salaing melengkapi. Berikut beberapa
ringkasan penelitian terdahulu:
1. Sitinjak dan Kurniasari (2003)
Mereka minyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dollar terhadap
rupiah) satu satuan maka akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG)
saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada kondisi pasar sedang
bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish indikator pasar saham
dan indikator pasar uang secara bersam-sama berpengaruh positif.
Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk
mempengaruhi pasar saham.
2. Maurin Sitorus (2004)
Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh variabel makro
ekonomi (inflasi, suku bunga SBI, kurs dan jumlah uang beredar). Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa variabel makro ekonomi berpengaruh
26
secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas
bumi. Dan variabel makro ekonomi yang paling berpengaruh sangat
besar adalah variabel kurs.
3. Tendi, Trimarto dan Rosi (2005)
Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda
mereka menyimpulkan bahwa nilai tukar dollar AS merupakan salah
satu indikator perkembangan IHSG dengan diketahui bahwa hubungan
antara nilai tukar rupiah per dollar AS dengan IHSG di Bursa Efek
Indonesia kuat yaitu sebesar 64,9%. Dengan nilai negatif, artinya jika
nilai tukar rupiah per dollar AS naik maka IHSG akan menurun sebesar
64,9%.
4. Murwaningsih (2008)
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Etty
Murwaningsih pada periode 1992 samapi 2006 tentang pengaruh
volume perdagangan saham, deposito dan kurs terhadap IHSG beserta
prediksi IHSG dengan model Garch dan Arima. Menunjukan bahwa
tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap IHSG dan kurs tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.
5. Moh Mansyur (2009)
Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansyur yang
meneliti sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga
SBI dan kurs dollar AS terhadap IHSG di BEI dengan menggunakan
analisis jalur memberikan hasil yang menyatakan bahwa pergerakan
27
IHSG sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS sebesar 51,55%
dengan arah pengaruh negatif, artinya apabila rupiah terdepresiasi
terhadap dollar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu
juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dollar AS, maka
IHSG akan mengalami penguatan.
6. Pananda Pasaribu dkk (2009)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro
ekonomi Terhadap IHSG” dengan menggunakan regresi linear
berganda dengan metode estimasi ordinary least square (OLS)
menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh
terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi,
SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran
modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan
IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG.
Ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah
yang sama dengan. Kondisi ini yang memungkinkan Indonesia terkena
dampak krisis global walaupun kondisi ekonomi Indonesia relatif baik.
7. Zied Ftiti (2009)
Makalah ini mengusulkan sebuah metodologi baru untuk memeriksa
kinerja ekonomi suatu kebijakan moneter dan khususnya untuk
menargetkan kebijakan inflasi. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tingkat inflasi , suku bunga dan pertumbuhan
28
PDB. Dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan
lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk
menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam
kasus negara-negara industri .
8. Rangan Gupta dan Mampho P. Modise (2011)
Penelitian ini dilakukan agar dapat memprediksi saham-saham di
Afrika dengan variabel makro ekonomi mengunnakan metode analisis
regresi. Variabel yang mempunyai nilai signifikan untuk memprediksi
saham-saham di Afrika antara lain adalah pertumbuhan minyak bumi,
jumlah uang beredar, suku bunga dan inflasi. Laju inflasi menunjukkan
prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga
juga menjelaskan prilaku saham-saham di Afrika.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian
terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1
Table 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun
Variabel
Model
Hasil
penelitian
penelitian
1. Sitinjak dan
2003 - SBI
Non Liniear Kurs
Kurniasari
- IHK
Combination berpengaruh
- Kurs
negatif dan
- Pasar
SBI
Saham
berpengaruh
positif
terhadap pasar
saham
2
Maurin Sitorus 2005 - Inflasi
Regresi
Kurs memiliki
- SBI
pengaruh yang
- Kurs
sangat besar
- Jumalah
terhadap return
Uang
saham
Beredar
29
2005
- Retun
Saham
- Kurs
Regresi
- SBI
- Inflasi
- IHSG
- Volume
Garch dan
Perdagangan Arima
saham
- Suku
Bunga
Deposito
- Kurs
- IHSG
3.
Tendi
Haruman dkk.
4.
Etty
2008
Murwaningsari
5.
Moh. Mansyur
2009
- SBI
- Kurs
- IHSG
6.
Pananda
Pasaribu dkk
2009
- Inflasi
- SBI
- Uang
Beredar
- Kurs
- PDB
- Transaksi
Berjalan
- Cadangan
Devisa
- Net Buying
Asing
- Indeks
Hangseng
- Indeks
Dow Jones
- Minyak
Dunia
- Fed Rate
7.
Zied Ftiti
2009
- Inflasi
- PDB
30
Kurs memiliki
pengaruh
terhadap IHSG
Suku bunga
deposito
berpengaruh
negatif
terhadap IHSG
dan kurs tidak
memiliki
pengaruh
terhadap IHSG
Path
Kurs memiliki
Analysis
pengaruh
terhadap IHSG
dan SBI tidak
memiliki
pengaruh
terhadap IHSG
Regresi OLS Indikator
ekonomi
domestik
seperti: Inflasi,
SBI , dan kurs .
Sedangkan
faktor asing
dan informasi
mengenai
aliran modal
mempunyai
pengaruh atas
pergerakan
IHSG. Indeks
regional yang
diproksi oleh
Indeks Hang
Seng
mempunyai
pengaruh atas
pergerakan
IHSG.
Path
Penelitian ini
dilakukan di
- Suku
Bunga
8.
Rangan Gupta
dan Mampho
P. Modise
2011
- Inflasi
- Suku
Bunga
- Uang
Beredar
- Minyak
Dunia
Regresi
Prancis, dapat
disimpulkan
bahwa
penargetan
inflasi
menghasilkan
lingkungan
moneter yang
stabil, hasil ini
memungkinkan
untuk
menyimpulkan
bahwa
kebijakan
penargetan
inflasi yang
relevan dalam
kasus negaranegara industri
.
Laju inflasi
menunjukkan
prediksi sangat
kuat untuk 6
bulan kedepan,
dan untuk nilai
suka bunga
juga
menjelaskan
prilaku sahamsaham di
Afrika.
F. Kerangka pemikiran
Pada kerangka pemikiran ini menunjukan bahwa adanya hubungan
langsung antara Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar terhadap
Return LQ 45 dan IHSG. Serta adanya hubungan korelasi antara Suku Bunga
Riil dengan Kurs, Nilai Kurs dengan PDB, PDB dengan Uang Beredar, Suku
Bunga Riil dengan PDB, Nilai Kurs dengan Uang Beredar Suku Bunga Riil
dengan Uang Beredar. Sedangkan Return LQ 45 berhubungan langsung
31
dengan IHSG. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar kerangka pemikiran
dibawah berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Suku
Bunga Riil
Niai Kurs
Return LQ 45
PDB
Uang
Beredar
G. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Strukutur I
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1
-
Secara Simultan (Uji F)
a. Ho : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4= 0, Indikator
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return
LQ 45.
32
IHSG
b. Ha : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4
0, Indikator
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen Return LQ 45.
-
Secara Parsial (Uji t)
a. Ho :
= 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan Return LQ 45.
Ha
:
0,
Indikator
Suku
Bunga
Rill
terdapat
pengaruhdengan Return LQ 45.
b. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45.
Ha :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45.
c. Ho :
= 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
Return LQ 45.
Ha :
0, Indikator PDB terdapat pengaruhdengan Return
LQ 45.
d. Ho :
= 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
dengan Return LQ 45.
Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruhdengan
Return LQ 45.
2. Hipotesis Stuktur II
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 + ε 2
33
-
Secara Simultan (Uji F)
a. Ho :ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 = 0,
Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta
ReturnLQ 45tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen IHSG.
b. Ha : ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1
0,
Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta
Return LQ 45 berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen IHSG.
-
Secara Parsial (Uji t)
a. Ho :
= 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat
pengaruh dengan IHSG.
Ha :
0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat pengaruh
dengan IHSG.
b. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG.
Ha :
c. Ho :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan IHSG.
= 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG.
Ha :
d. Ho :
0, Indikator PDB terdapat pengaruh dengan IHSG.
= 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh
dengan IHSG.
34
Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh
dengan IHSG.
e. Ho :
= 0, Indikator Return LQ 45 tidak terdapat pengaruh
dengan IHSG.
Ha :
0, Indikator Return LQ 45 terdapat pengaruh
dengan IHSG.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis yang diajukan mengenai Tingkat
Suku Bunga Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar sebagai variabel
independen dan Return LQ 45 serta Return Market IHSG sebagai variabel
dependen. Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Obyek yang diteliti adalah Retun LQ 45 dan IHSG.
2. Periode yang diteliti dari Januari 2006 – Desember 2011.
3. Variabel dependen meliputi Return LQ 45 dan IHSG.
4. Variabel independen yaitu makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga
Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
maupun subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2005:55).
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah variabel makro
ekonomi yang meliputi Suku Bunga Riil, Kurs rupiah/US$, PDB dan
Uang beredar (M2) berpangaruh terhadap Return LQ 45 dan dampaknya
terhadap Return Market IHSG. Maka yang akan menjadi populasi dalam
36
penelitian ini adalah harga seluruh saham yang tergabung dalam IHSG
yang terdaftar dari 1 Januari 2006 samapi dengan 31 Desember 2011.
2. Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tingkat Keuntungan dari indeks LQ 45 periode Januari 2006 –
Desember 2011.
b. Indeks Harga Saham Gabungan periode Januari 2006 – Desember
2011.
c. Makro ekonomi yang meliputi: suku bunga riil, kurs, PDB, dan uang
beredar periode Januari 2006 – Desember 2011.
C. Metode Pungumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Reseach
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan)
dengan penulisan skripsi ini, seperti Bank Indonesia dan pusat
referensi pasar modal Bursa Efek Indonesia.
2. Library Reseach
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang
diperoleh dengan membaca literature, buku, artikel, jurnal dan lainnya
37
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
3. Internet Reseach
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau kita
pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up
to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu dengan internet
sehingga
data
yang
diperoleh
up
to
date
seperti
di
www.yahoofinance.com.
D. Metode Analisis (Path Analysis)
Analisis jalur atau path analysis merupakan bagian analsis yang digunakan
untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel dimana variablevariabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono,
2006:147)
Menurut Riduwan dan Engkos (2008:2) Path analysis digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antar variabel untuk mengetahui pengaruh
langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen).
Path analtsis merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda,
atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menafsirkan
kausalitas antar variabel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori.
Apa yang dapat dilakukan analisis jalur adalah menentukan pola hubungan
38
antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalaitas imajener (Ghazali,
2003:160).
Supranto
dalam
bukunya
“Analisis
Multivariat
(2004:234-235)”
menuliskan beberapa asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini yang diuraikan
beberapa asumsi dalam analisis jalur yang perlu diperhatikan:
1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau
yang paling baik skala rasio.
2. Seperti model liniear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada
hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative).
3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita
ketahui, data yang berasala dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan
mengandung banyak kesalahan dari berbagi sumber maka perlu
dilakukan pengujian validitas dan reablitias (validity dan reability).
Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
SPSS for windows version 17. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path
analysis) untuk menganalisa pola hubungan antar variabel dnegan tujuan
untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada diagram
jalur tanda panah berujung ganda menunjukan hubungan korelassional dan
tanda panah yang berujung satu menunjukan pengaruh langsung dari variabel
eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y).
39
Teknik analisis jalur (path analysis) akan digunakan dalam pengujian
besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram
jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 (Suku Bunga Riil), X2 (Nilai
Kurs), X3 (PDB), dan X4(Uang Beredar) terhadap Y1 (Return LQ 45) dan Y2
(IHSG). Kerangka hubungan kausal antara jalur (X1terhadap Y1, X1 terhadap
Y2, X2 terhadap Y1, X2 terhadap Y2, X3 terhadap Y1, X3 terhadap Y2, X4
terhadap Y1, X4 terhadap Y2, X1 dan X2 terhadap Y1, X1 dan X2 terhadap Y2,
X2 dan X3 terhadap Y1, X2 dan X3 terhadap Y2, X3 dan X4 terhadap Y1, X3 dan
X4 terhadap Y2, X1 dan X3 terhadap Y1, X1 dan X3 terhadap Y2, X2 dan X4
terhadap Y1, X2 dan X4 terhadap Y2, X1 dan X4 terhadap Y1, X1 dan X4
terhadap Y2) dan hubungan korelasional antara jalur (X1 dengan X2, X2
dengan X3, X3 dengan X4,X1 dengan X3, X2 dengan X4, X1 dengan X4, Y1
dengan Y2). Dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:
40
Gambar 3.1
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs
ρx1y2
r12
r14
ρx1y1
ρy1ε
Kurs
r13
ε1
ε2
ρy2ε
ρx2y2
r23
ρx2y1
Return
IHSG
LQ 45
ρx3y1
PDB
r24
ρx3y2
r34
ρx4y1
ρx4y2
Uang
Beredar
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 + ε1
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2
Dimana:
X1 = Tingkat Suku Bunga Riil
X2 = Nilai Tukar (Kurs)
X3 = Produk Domestik Bruto (PDB)
41
X4 = Uang Beredar (M2)
Y1 = Return LQ 45
Y2 = IHSG
ε
= Eror
Pada bagian selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yaitu yang pertama
dengan cara melihat hubungan simultan dan kedua melihat hubungan secara
parsial.
1. Hipotesis Secara Simultan
Untuk melihat ada pengaruh X1, X2, X3, dan X4 secara gabungan
atau simultan terhadap Y1 dan dampaknya Y2 dapat dilihat dari hasil
summary SPSS khususnya angka R square dengan menghitung
koefisen determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = R2× 100%
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA.
Untuk mengetahui hubungan variabel indepanden secara bersamasama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05
maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
variabel depanden atau dengan kata lain tidak signifikan. Sebaliknya
jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
42
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata
lain variabel indepanden secara bersamaan berpengaruh terhadap
variabel depanden (signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2008:117).
2. Hipotesis Secara Parsial
Untuk melihat hubungan variabel X1, X2, X3, dan X4 secara indivu
atau parsial terhadap Y1 dan dampaknya Y2digunakan Uji t,
sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta
atau Standardized Coefficient.
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh msaingmasing variabel indepanden secara individual terhadap variabel
dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
Coefficients.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen
maka digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih
besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel indepanden
terhadap dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan Jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari
variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi signifikan)
(Riduwan dan Engkos, 2007:118).
E. Analisis Jalur Model Trimming
Dalam buku (Riduwan dan Engkos, 2008: 127-128), Model trimming
adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur
43
analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang
koefisiennya jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969:58; Al-Rasyad & Sitepu,
1994:12; Kusnaedi, 2005:12). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien
jalur yang di uji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak
signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih dari variabel yang tidak
signifika, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah
dihipotesiskan. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang
koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya
tidak signifikan.
F. Definisi Operasional Variabel
Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga Riil
Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat
dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest
rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga
nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni
tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan
inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang
mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian
yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli
masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.
44
Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204)
menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku
dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan
akan tetap konstan selama usia pinjaman.
๐‘น๐’†๐’‚๐’๐‘ฐ๐’๐’•๐’†๐’“๐’†๐’”๐’•๐‘น๐’‚๐’•๐’† = ๐’๐ฎ๐ค๐ฎ ๐๐ฎ๐ง๐ ๐š ๐๐จ๐ฆ๐ข๐ง๐š๐ฅ − ๐ˆ๐ง๐Ÿ๐ฅ๐š๐ฌ๐ข
2. Nilai Kurs
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata
uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006:
175).
Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang
disepakati
penduduk
kedua
negara
untuk
saling
melakukan
perdagangan (Mankiw, 2003:123).
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan,
karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan hargaharga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama
(Krugman, 2000:40).
Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar
mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar
nominal dan nilai tukar riil.
Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga
ε
=
45
e
× (P/P*)
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat
menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang
berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie,
2006:177).
Gross domestic product is the total market value of all final goods
and services produced in a given year. GDP incclides all goods and
services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied
resources employed within the country (Mc Connel & Brue, :
2005:112).
Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang
dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang
dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).
4. Uang Beredar (M2)
Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan
uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori
Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya
menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan
perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan
penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan
penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang
46
sama (Sukirno, 2011:296). Teori kuantitas uang biasanya diterangkan
dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
MV = PT
Dimana : M adalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P
adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang
diperjual belikan dalam perekonomian.
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan
bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di
Indonesia sebenarnya telah di mulai sejak pemerintahan Hindia Belanda
mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang
diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effect enhandel. Dengan
mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock
Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber
pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besarbesaran di Indonesia. Efek yang diperjual belikan merupakan saham dan
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, serta efekefek belanda lainnya.
Dengan perkembangan Bursa Efek di Bataavia, pada tanggal 11
Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan
pembukaan bursa efek di Semerang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya
terhenti akibat terjadi perang dunia kedua.
Sejak tahun 1965 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali
pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada
awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui
48
pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahan yang
go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang
terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian
dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun
1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu
mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh
karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar
modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket
Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988.Salah
satu paket tersebut yang terpenting adalah dinaikannya pajak penghasilan
dan bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebear 15% final.
Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak
sangat positif terhadap pasar modal. Karena pendapatan masyarakat
pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari
alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT
Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT.
Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta
memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading
System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan
sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi
49
perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi
dapat dilakukan WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut
sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.
Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdangan jarak
jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar,
efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang
dimiliki oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di
pasar perdana, sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya
dapat diperjualbelikan di bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut
diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan wak tu 4-6 minggu dari
saat IPO (Intial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut
diperdangangkan di bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdangangkan
di Pasar Sekunder. Pada 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek
Surabaya ke dalam Bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni
Bursa Efek Indoensia (BEI) secara resmi beroperasi.
2. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar di LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten yang terpilih yang memiliki
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang diterus di review setiap
6 bulan. Saham-saham pada Indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan
harus melewati seleksi utama sebagai berikut:
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
50
b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir).
c. Tercatat di BEI minimum 3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,
frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular.
Perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 adalah perusahaan yang
memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup
besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan
yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Public. Di dalam indeks
LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor
yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
Perusahaan yang sering masuk pada indeks LQ 45 adalah
perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah PT. Telkom dan PT.
Indosat. Kedua perusahaan tersebut merupakan contoh dari perusahaan
yang cukup besar dan akan menjadi primadona pada pasar saham.
Karena berdasarkan riset pasar di Indonesia pada tahun 2006 perusahaan
yang akan menjadi primadona adalah pada sektor telekomunikasi, sektor
pertambangan dan sektor energi.
B. Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat 6 (enam) variabel yang akan dianalisis,
dimana ke enam variabel yang dimaksud dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu variabel dependen meliputi IHSG dan Return LQ 45, sedangkan
51
variabel independen yang digunakan meliputi Tingkat Suku Bunga Riil, Nilai
Tukar Rupiah/US$ (Kurs), PDB dan Uang Beredar.
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang diperoleh dari
seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu.
Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukan perubahan situasi
pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi
yang aktif ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami
kenaikan, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham
yang mengalami penurunan.IHSG mencakup pergerakan seluruh saham
biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan IHSG di Bursa
Efek Indonesia untuk periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.1
Data Perkembangan IHSG
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2011
IHSG (Satu-satuan Point)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
1045.44 1805.52 2627.25 1332.67
FEB
1073.83 1740.97 2721.94 1285.48
MAR
1080.17 1830.92 2447.3 1434.07
APR
1029.61 1999.17 2304.52 1722.77
MEI
1088.17 2084.32 2444.35 1916.83
JUN
1122.38 2139.28 2349.1 2026.78
JUL
1182.3 2348.67 2304.51 2323.24
AGU
1050.09 2194.34 2165.94 2341.54
SEP
1079.28 2359.21 1832.51 2467.59
OKT
1066.22 2643.49 1256.7 2367.7
NOV
1096.64 2688.33 1241.54 2415.84
DES
1162.64 2745.83 1355.41 2534.36
Sumber :www.yahoofinance.com
52
2010
2610.8
2549.03
2777.3
2971.25
2796.96
2913.68
3069.28
3081.88
3501.3
3635.32
3531.21
3703.51
2011
3409.17
3470.35
3678.67
3819.62
3836.97
3888.57
4130.8
3841.73
3549.03
3790.85
3715.08
3821.99
Tabel 4.1 menunjukan fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan
pada periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian IHSG
terendah terjadi pada bulan Febuari 2006 yaitu sebesar 1045,44Pada
tahun 2006IHSG cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat
IHSG tertinggi terjadi pada Juli 2011 sebesar 4.130,8. Berikut adalah
grafik perkembangan IHSG :
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan IHSG
Periode 2006-2011
Sumber: yahoofinance.com
2. Return LQ 45
Return merupakan suatu pendapatan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari selisih antara harga saham periode tertentu dan harga
saham periode sebelumnya dan dibagi dengan periode tahun sebelumnya.
Pada tabel 4.2 menunjukan adanya kenaikan serta penurunan
Return LQ 45 periode 2006-2011.
53
Tabel 4.2
Data Return LQ 45
Periode 2006-2011
RETURN (Data Diolah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
0.677
0.149
0.211
-0.512
FEB
0.762
-0.106 0.672
-0.55
MAR
-0.124 -1
0.108
-0.577
APR
1.629
0.054
0.295
-0.417
MEI
-0.399 0.082
0.187
-0.32
JUN
-0.487 -0.028 0.169
-0.238
JUL
1.837
0.03
0.121
-0.206
AGU
-0.364 0.562
-0.006 -0.022
SEP
-1.192 0.04
-0.029 -0.007
OKT
0.64
0.002
-0.354 0.424
NOV
0.048
0.212
-0.588 0.743
DES
0.672
0.321
-0.606 1.045
Sumber : Data Diolah
2010
0.746
0.965
1.05
0.844
0.67
0.463
0.395
0.278
0.311
0.36
0.478
0.354
2011
0.315
0.198
0.252
0.208
0.197
0.192
0.252
0.266
0.151
-0.117
-0.031
0.019
Tabel 4.2 menunjukan fluktuasi Return LQ 45 pada periode Januari
2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian Return LQ 45 terendah
terjadi pada bulan Maret 2007 yaitu sebesar -1 atau -0,01% Pada tahun
2007 Return LQ 45 cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat
Return tertinggi terjadi pada Juli 2006 sebesar 1,837 atau 0,0183%.
Berikut adalah grafik perkembangan Return LQ 45:
54
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan Return LQ 45
Periode 2006-2011
Sumber: Dunia Investasi
3. Suku Bunga Riil
Tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku
bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi
inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang
didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.
Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan Tingkat Suku
Bunga Riil periode 2006-2011 dapat dilihat pada table 4.3.
Tabel 4.3
Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil
Periode 2006-2011
BULAN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
SUKU BUNGA RIIL (Data Diolah)
2006
2007
2008
2009
2010
0.004
-0.042
0.027
0.032
0.028
0.02
-0.027
0.042
-0.003 0.027
0.012
-0.025
0.027
-0.002 0.031
0.068
-0.027
0.025
0.002
0.026
-0.069
0.027
0.027
0.012
0.023
55
2011
-0.005
-0.001
0.001
0.006
0.008
JUN
-0.069
JUL
-0.07
AGU
-0.068
SEP
-0.051
OKT
-0.047
NOV
-0.057
DES
-0.043
Sumber : Data Diolah
0.027
0.022
0.032
0.021
0.025
0.021
0.032
0.027
0.027
-0.022
-0.032
-0.021
-0.025
-0.021
0.033
0.04
0.037
0.037
0.039
0.041
0.037
0.014
0.021
0.031
0.028
0.012
0.013
0.016
0.012
0.021
0.02
0.021
0.021
0.018
0.022
Tabel 4.3 menunjukan fluktuasi Suku Bunga pada periode Januari
2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian Suku Bunga terendah
terjadi pada bulan Febuari 2011 yaitu sebesar -0,001 atau -0,01%. Pada
tahun 2011 Suku Bunga cenderung berfluktuasi dari bulan ke bulan.
Tingkat Suku Bunga tertinggi terjadi pada April 2006 yaitu sebesar 0,068
atau 6,8%. Berikut adalah grafik perkembangan Suku Bunga
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil
Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
56
4. Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs)
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan
peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan,
karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga
dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
ditabel 4.4 perkembangan kurs periode 2006-2011.
Tabel 4.4
Data Perkembangan Kurs
Periode 2006-2011
KURS (IDR/USD)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
9352
8995
9417
11005
FEB
9212
9125
9269
11759
MAR
9296
9176
9153
12083
APR
9532
9156
9245
11678
MEI
9576
9128
9278
10708
JUN
9576
8823
9357
10314
JUL
9809
9064
9261
10306
AGU
9845
9285
9126
9939
SEP
10502
9435
9209
10171
OKT
10352
9147
9603
9673
NOV
10201
9123
10854
9658
DES
10080
9406
12285
9532
Sumber : Data Bank Indonesia
2010
9377
9442
9360
9120
9075
9256
9139
8983
9079
8966
8966
9077
2011
9021
9087
8856
8742
8594
8583
8606
8523
8582
8970
8937
9230
Tabel 4.4 menunjukan fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
pada periode Januari 2006 – Desember 2011.Pada masa penelitian nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar terendah terjadi pada bulan Agustus 2011
sebesar 8.523. Nilai tukar Rupiah cenderung berfluktuasi naik dan turun
dari tahun 2006 – 2011. Nilai nukar Rupiah terhadap Dollar tertinggi
57
terjadi pada Desember 2008 yaitu sebesar 12.285. Berikut adalah grafik
perkembangan nilai tukar :
Gambar 4.4
Grafik Permbangan Kurs
Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
5. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat
menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang
berlimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
ditabel 4.5 perkembangan PDB periode 2006-2011.
58
Tabel 4.5
Data Perkembangan PDB
Periode 2006-2011
PDB (Miliar Rupiah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
FEB
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
MAR
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
APR
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
MEI
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
JUN
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
JUL
448597.7 343597
453219.7 480922
AGU
448597.7 343597
444172
480922
SEP
448597.7 343597
444172
480922
OKT
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
NOV
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
DES
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
Sumber : Data Bank Indonesia
2010
559279.2
559279.2
559279.2
574539
574539
574539
594069
594069
594069
585950.8
585950.8
585950.8
2011
595227.4
595227.4
595227.4
611625.2
611625.2
611625.2
632429.8
632429.8
632429.8
623959.6
623959.6
623959.6
Tabel 4.5 menunjukan fluktuasi Produk Domestik Bruto pada
periode Januari 2006 – Desember 2011. Pada masa penelitian PDB
terendah terjadi pada bulan Januari – Maret 2007 yaitu sebesar
306291,1. PDB cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2006
– 2011.PDB tertinggi terjadi pada Oktober – Desember 2011 yaitu
sebesar 623.959,6. Berikut adalah grafik perkembangan PDB :
59
Gambar 4.5
Grafik Perkembangan PDB
Periode 2006-2011
Sumber: BPS
6. Uang Beredar
Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme
transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang
dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas
Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis
perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang
sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang
akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran
akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, dapat dilihat
ditabel 4.6 perkembangan Uang Beredar periode 2006-2011.
60
Tabel 4.6
Data Perkembangan Uang Beredar
Periode 2006-2011
UANG BEREDAR (Miliar Rupiah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
2010
JAN
1017491 1367957 1596565 1874145 2073860
FEB
1014376 1369243 1603750 1900208 2066481
MAR
1022703 1379237 1594390 1916752 2112083
APR
1046656 1385715 1611691 1912623 2116024
MEI
1049516 1396067 1641733 1927070 2143234
JUN
1076526 1454577 1703381 1977532 2231144
JUL
1092206 1474769 1686050 1960950 2217589
AGU
1119102 1493050 1682811 1995294 2236459
SEP
1154053 1516884 1778139 2018510 2274955
OKT
1168842 1533846 1812490 2021517 2308175
NOV
1169085 1559570 1851023 2061206 2346801
DES
1202762 1649662 1895839 2141384 2469390
Sumber : Data Bank Indonesia
2011
2436679
2420191
2451357
2434286
2475286
2522784
2564556
2621346
2643331
2677205
2729538
2877220
Tabel 4.6 menunjukan fluktuasi Uang Beredar pada periode
Januari 2006 – Desember 2011.Pada masa penelitian Uang Beredar
terendah terjadi pada bulan Maret 2006 yaitu sebesar1.022.703.Uang
Beredar cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2006 – 2011.
Uang Beredar tertinggi terjadi pada Desember 2011 yaitu sebesar
2.877.220. Berikut adalah grafik perkembangan Uang Beredar :
61
Gambar 4.6
Grafik Perkembangan Uang Beredar
Periode 2006-2011
Sumber: Bank Indonesia
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Korelasi
Untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh variabel – variabel
penelitian, yaitu variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar,
Return LQ 45 dan IHSG terlebih dahulu dihitung matriks korelasi antar
variabel – variabel tersebut. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi
dengan menggunakan software SPSS 17 sebagai berikut :
62
Tabel 4.7
Koefisien Korelasi
Correlations
RATE
RATE
Pearson Correlation
KURS
1
KURS
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
PDB
.000
72
72
72
72
72
72
-.221
1
-.274
*
-.232
.020
.050
.001
.000
72
72
72
.202
-.274
*
1
Sig. (2-tailed)
.089
.020
72
72
**
-.232
.000
.050
.000
72
72
72
N
RETURN
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
IHSG
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.428
.324
**
-.397
**
.810
**
-.397
**
.244
*
.485
**
.005
Pearson Correlation
.324
**
.000
72
Sig. (2-tailed)
**
.089
.062
.428
IHSG
.062
72
Pearson Correlation
RETURN
.202
72
N
M2
M2
-.221
Sig. (2-tailed)
N
PDB
-.603
.685
**
**
.000
.039
.000
72
72
72
72
**
1
.038
.810
.244
.859
**
.751
.000
72
72
72
*
.038
1
.203
.005
.001
.039
.751
72
72
72
72
72
72
**
.203
1
.485
**
-.603
**
.685
**
.859
.086
.000
.000
.000
.000
.086
72
72
72
72
72
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel koefisien korelasi tersebut, diketahui nilai
korelasi antar variabel.Angka koefisien korelasi ada yang bertanda positif
(+) ada juga yang bertanda negatif (-). Bertanda positif artinya
menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat
searah, artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh peningkatan
63
72
variabel lain. Bertanda negatif artinya menunjukkan bahwa hubungan
antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan, artinya peningkatan
satu variabel akan diikuti oleh penurunan variabel lain (Jonathan
Sarwono:2007). Untuk penentuan keeratan hubungan digunakan kriteria
sebagai berikut (Riduwan dan Engkos, 2007:62):
0,80 – 1,000
= Sangat Kuat
0,60 – 0,799
= Kuat
0,40 – 0,599
= Cukup Kuat
0,20 – 0,399
= Rendah
0,00 – 0,199
= Sangat Rendah
Tabel 4.8
Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel
Koefisien
Hubungan
Kategori Probabilitas Kesimpulan
Korelasi
Suku Bunga
Tidak
-0,221
Rendah
0,062
dengan Kurs
berpengaruh
Suku Bunga
Tidak
0.202
Rendah
0,089
dengan PDB
berpengaruh
Suku Bunga
Cukup
dengan Uang
0,428
0,000
Berpengaruh
Kuat
Beredar
Suku Bunga
0,324
Rendah
0,005
Berpengaruh
dengan Return
Suku Bunga
Cukup
0,485
0,000
Berpengaruh
dengan IHSG
Kuat
Kurs dengan
-0,274
Rendah
0,020
Berpengaruh
PDB
Kurs dengan
-0,232
Rendah
0,050
Uang Beredar
Berpengaruh
Kurs dengan
-0,397
Rendah
0,001
Berpengaruh
Return
64
Kurs dengan
-0,603
IHSG
PDB dengan
0,810
Uang Beredar
PDB dengan
0,244
Return
PDB dengan
0,685
IHSG
Uang Beredar
0,038
dengan Return
Uang Beredar
0,859
dengan IHSG
Return dengan
0,203
IHSG
(Sumber : Data Diolah)
a.
Kuat
0,000
Berpengaruh
Sangat
Kuat
0,000
Berpengaruh
Rendah
0,039
Berpengaruh
Kuat
0,000
Berpengaruh
0,751
Tidak
berpengaruh
0,000
Berpengaruh
0,086
Tidak
berpengaruh
Sangat
Rendah
Sangat
Kuat
Rendah
Korelasi Suku Bunga Riil dengan Kurs
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Suku Bunga Riil dengan Kurs sebesar -0,221.Korelasi sebesar -0,221
mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil
dengan Kurs yang rendah dan tidak berpengaruh. Hubungan variabel
Suku Bunga Riil dengan Kurs bersifat berlawanan, artinya jika nilai
Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari Kurs akan
mengalami penurunan, dan sebaliknya.
b. Korelasi Suku Bunga Riil dengan PDB
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Suku Bunga Riil dengan PDB sebesar 0,202.Korelasi sebesar 0,202
mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil
dengan PDB yang rendah dan berpengaruh. Hubungan variabel Suku
Bunga Riil dengan PDB bersifat searah, artinya jika nilai Suku
65
Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari PDB akan
mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
c.
Korelasi Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar sebesar 0,428.Korelasi
sebesar 0,428 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku
Bunga Riil dengan Uang Beredar
yang cukup kuat dan
berpenaruh.Hubungan variabel Suku Bunga Riil dengan Uang
Beredar bersifat searah, artinya jika nilai Suku Bunga Riil
mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami
kenaikan, dan sebaliknya.
d. Korelasi Suku Bunga Riil dengan Return LQ 45
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Suku Bunga Riil dengan Return LQ 45 sebesar 0,324. Korelasi
sebesar 0,324 mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku
Bunga Riil dengan Return yang rendah dan berpngaruh. Hubungan
variabel Suku Bunga Riil dengan Return bersifat searah, artinya jika
nilai Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari Retrurn
akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
e.
Korelasi Suku Bunga Riil dengan IHSG
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Suku Bunga Riil dengan IHSG sebesar 0,485.Korelasi sebesar 0,485
mempunyai maksud hubungan antara variabel Suku Bunga Riil
66
dengan IHSG yang cukup kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel
Suku Bunga Riil dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai
Suku Bunga Riil mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG akan
mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
f.
Korelasi Kurs dengan PDB
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Kurs
dengan
PDB
sebesar
-0,274.Korelasi
sebesar
-0,274
mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan PDB
yang rendah dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan PDB
bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan
maka nilai dari PDB akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
g.
Korelasi Kurs dengan Uang Beredar
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Kurs dengan Uang Beredar sebesar -0,232.Korelasi sebesar -0,232
mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan Uang
Beredar yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel Kurs
dengan Uang Beredar bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs
mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami
penurunan, dan sebaliknya.
h. Korelasi Kurs dengan Return LQ 45
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Kurs dengan Return LQ 45 sebesar -0,397. Korelasi sebesar 0,397mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan
67
Return yang rendah dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs
dengan Return bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs
mengalami kenaikan maka nilai dari Returnakan mengalami
penurunan, dan sebaliknya.
i.
Korelasi Kurs dengan IHSG
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Kurs dengan IHSG sebesar -0,603.Korelasi sebesar -0,603
mempunyai maksud hubungan antara variabel Kurs dengan IHSG
yang kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel Kurs dengan IHSG
bersifat berlawanan, artinya jika nilai Kurs mengalami kenaikan
maka nilai dari IHSG akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
j.
Korelasi PDB dengan Uang Beredar
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
PDB dengan Uang Beredar sebesar 0,810 Korelasi sebesar 0,810
mempunyai maksud hubungan antara variabel PDB dengan Uang
Beredar yang sangat kuat dan berpngaruh. Hubungan variabel PDB
dengan Uang Beredar bersifat searah, artinya jika nilai PDB
mengalami kenaikan maka nilai dari Uang Beredar akan mengalami
kenaikan, dan sebaliknya.
k. Korelasi PDB dengan Return LQ 45
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
PDB dengan Return LQ 45 sebesar 0,244 Korelasi sebesar 0,244
mempunyai maksud hubungan antara variabel PDB dengan Return
68
yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel PDB dengan
Return bersifat searah, artinya jika nilai PDB mengalami kenaikan
maka nilai dari Return akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
l.
Korelasi PDB dengan IHSG
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
PDB dengan IHSG sebesar 0,685 Korelasi sebesar 0,685 mempunyai
maksud hubungan antara variabel PDB dengan IHSG yang kuat dan
berpengaruh. Hubungan variabel PDB dengan IHSG bersifat searah,
artinya jika nilai PDB mengalami kenaikan maka nilai dari IHSG
akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
m. Korelasi Uang Beredar dengan Return LQ 45
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Uang Beredar dengan Return LQ 45 sebesar 0,038 Korelasi sebesar
0,038 mempunyai maksud hubungan antara variabel Uang Beredar
dengan Return yang sangat rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan
variabel Uang Beredar dengan Return bersifat searah, artinya jika
nilai Uang Beredar mengalami kenaikan maka nilai dari Return akan
mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
n. Korelasi Uang Beredar dengan IHSG
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Uang Beredar dengan IHSG sebesar 0,859 Korelasi sebesar 0,859
mempunyai maksud hubungan antara variabel Uang Beredar dengan
IHSG yang sangat kuat dan berpengaruh. Hubungan variabel Uang
69
Beredar dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai Uang
Beredar mengalami kenaikan maka nilai dari IHSGakan mengalami
kenaikan, dan sebaliknya.
o.
Korelasi Return LQ 45 dengan IHSG
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel
Return LQ 45 dengan IHSG sebesar 0,203 Korelasi sebesar 0,203
mempunyai maksud hubungan antara variabel Return dengan IHSG
yang rendah dan tidak berpngaruh. Hubungan variabel Return
dengan IHSG bersifat searah, artinya jika nilai Return mengalami
kenaikan maka nilai dari IHSG akan mengalami kenaikan, dan
sebaliknya.
70
2. Menguji dan Memaknai Sub-Struktur I
Gambar 4.7
Gambar Paradigma Struktur I
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Suku Bunga
Riil
ε1
ρX1Y1
r12
Kurs
r13
r14
ρY1ε
ρX2Y1
Return
r23
LQ 45
ρX3Y1
PDB
r24
ρX4Y1
r34
Uang
Beredar
Persamaan Struktur I
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 +ρy1X4 X4 + ε1
Return = 0,468 Rate - 0,282 Kurs + 0,749 PDB – 0,835 M2+ 0,585ε 1
1. Uji F
Untuk melihat pengaruh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan
Uang Beredar terhadap Return LQ 45 secara gabungan atau
71
bersama-sama, ditunjukkan pada tabel summary, khususnya angka R
square dibawah ini :
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi Strukutur I
Model Summary
Model
R
1
.644
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.415
.380
.408985
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
Sumber: Data Diolah
Besarnya angka R square adalah 0,415. Dalam penelitian ini LQ
45 dapat dijelasakan oleh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan
Uang Beredar secara gabungan adalah sebesar 41,5% sedangkan
sisanya sebesar 58,5% (100% - 41,5%) dijelaskan oleh faktor lain
atau variabel – variabel lain diluar model ini.
Tabel 4.10
Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
7.953
4
1.988
Residual
11.207
67
.167
Total
19.160
71
F
11.887
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
b. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Data Diolah
Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur I diatas ditampilkan
uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel
72
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh
terhadap Return LQ 45.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro
ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang
Beredar tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi
tingkat keuntungan yang dilihat dalam bentuk Return LQ 45 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh
lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05 maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen)
berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen).
Hasil penelitian tersebut tidak terlalu mengejutkan, Tandellin
(2007:211) mengungkapkan bahwa lingkungan ekonomi makro
adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan seharihari. Kemampuan investor dalam eramalkan dan memahami kondisi
ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna untuk
pengambilan keputusan investasi yang menguntungkan.
.Hasil penelitian sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Samsul (2006:200) bahwa faktor makro merupakan faktor yang
berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Prospek perusahaan sangat tergantung dari peluang keuntungan
yang dimiliki perusahaan. Karena prospek perusahaan sangat
73
tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, maka analisis
penilaian
saham
mempertimbangkan
yang
dilakukan
variabel
makro
oleh
yang
investor
harus
mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pasar modal
mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro. Karena
nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta
tingkat retur yang disyaratkan atas investasi tersebut. Fluktuasi yang
terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi pada
variabel makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi
investor terhadap faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang
disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.
2. Uji t
Tabel 4.11
Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model
B
1
Std. Error
(Constant)
1.626
.714
RATE
7.771
1.819
KURS
.000
PDB
M2
Beta
t
Sig.
2.277
.026
.468
4.273
.000
.000
-.282
-2.852
.006
3.885E-6
.000
.749
4.427
.000
-8.705E-7
.000
-.835
-4.632
.000
a. Dependent Variable: RETURN
Sumber: Data Diolah
74
Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
ρy1X1 = 0,468
ρy1X2 = -0,282
ρy1X3 = 0,749
ρy1X4 = -0,835
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
Y1 = ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 +ρy1X4 X4 + ε1
Return = 0,468Rate - 0,282 Kurs + 0,749 PDB – 0,835 M2+
0,585ε 1
Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini :
75
Gambar 4.8
Diagram Analisis Jalur Struktur I
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2007:5)
Suku Bunga
Riil
ε1
-0,212
Kurs
0,202
0,428
0,468
0,585
-0,282
Return
-0,274
LQ 45
0,749
PDB
-0,232
0,810
-0,835
Uang
Beredar
a) Pengaruh Suku Bunga Riil terhadap Return LQ 45
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil
berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan dalam
bentuk Return LQ 45. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar 0,468. Hal ini menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil
memiliki pengaruh yang positif terhadap Return LQ 45
karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000.
76
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
Suku Bunga Riil yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
menaikan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat
dari koefisien regresi sebesar 0,468 yang berarti setiap
kenaikan Suku Bunga Riil sebesar 1% akan menaikan Return
LQ 45 sebesar 0,468%.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Eduardus Tandelilin dalam bukunya yang berjudul Analisis
Investasi (2001:214) yang menyatakan bahwa indikator
makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, pdb dan
nilai tukar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan, dalam hal ini ditujukan kepada
perusahaan di LQ 45.
b) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Return LQ 45
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs)
berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan dalam
bentuk Return LQ 45. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,006, sedangkan koefisien regresinya
sebesar -0,282. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki
pengaruh yang negatif terhadap Return LQ 45 karena nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,006. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai
Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
77
menurunkan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat
dari koefisien regresi sebesar -0,282 yang berarti setiap
kenaikan Kurs sebesar satu-satuan akan menurunkan Return
LQ 45 sebesar -0,282 kali.
Hasil Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Adiningsih dkk (1998:155), nilai tukar rupiah
adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Sitinjak dan
Kurniasari (2003:11) Kurs inilah sebagai indikator yang
mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun uang karena
investor cenderung berhati-hati untuk melakukan investasi.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri
Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3)
bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing
khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap
kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal.
c) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Return LQ
45
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik
Bruto berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan dalam
bentuk Return LQ 45.Dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar 0,749. Hal ini menunjukkan bahwa PDB memiliki
78
pengaruh yang positif terhadap Return LQ 45 karena nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi PDB
yang diterapkan oleh pemerintah menaikan jumlah Return
LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi
sebesar 0,749 yang berarti setiap kenaikan PDB sebesar satusatuan akan menaikan Return LQ 45 sebesar 0,749 kali.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Eduardus Tandelilin dalam bukunya yang berjudul Analisis
Investasi (2001:214) yang menyatakan bahwa indikator
makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, pdb dan
nilai tukar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan, dalam hal ini ditujukan kepada
perusahaan di LQ 45.
d) Pengaruh Uang Beredar terhadap Return LQ 45
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar
berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan dalam
bentuk Return LQ 45.Dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar -0,835. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar
memiliki pengaruh yang negatif terhadap Return LQ 45
karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
79
Uang Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
menurunkan jumlah Return LQ 45. Hal tersebut dapat dilihat
dari koefisien regresi sebesar -0,835 yang berarti setiap
kenaikan Uang Beredar sebesar satu-satuan akan menurunkan
Return LQ 45 sebesar -0,835 kali.
Teori kuantitas menyatakan bahwa “jika pertumbuhan
uang naik sebesar satu persen maka akan menyebabkan
kenaikan inflasi satu persen” (Mankiw, 2003:87).Dari
penjelasan tersebut menerangkan bahwa jumlah uang beredar
berkaitan dengan inflasi. Dalam penelitian ini uang beredar
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return LQ 45
karena ada kemungkinan bahwa dengan terjadinya inflasi
maka
kecenderungan
masyarakat
untuk
berinvestasi
menurun. Karena masyarakat lebih memilih untuk memenuhi
kebutuhan primernya dari pada berinvestasi.
80
3. Menguji dan Memaknai Sub-Stuktur II
Gambar 4.9
Gambar Paradigma Struktur II
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs
ρx1y2
r12
ρy1ε
Kurs
r13
r14
ρx1y1
r23
ε1
ε2
ρy2ε
ρx2y2
ρx2y1
Return
IHSG
LQ 45
ρx3y1
PDB
ρx3y2
r24
r34
ρx4y1
ρx4y2
Uang
Beredar
Persamaan Struktur II
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y2 Y1 + ε 2
IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 +
0,017 Return + 0,08ε1
81
I.
Uji F
Untuk melihat pengaruh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB
dan Uang Beredar serta Return LQ 45 terhdap IHSG secara
gabungan atau bersama – sama, ditunjukkan pada tabel summary,
khususnya angka R square dibawah ini :
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi Stuktur II
Model Summary
Model
R
1
.959
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.920
.913
271.654265
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
Sumber: Data Diolah
Besarnya angka R square adalah 0,920. Dalam penelitian ini
IHSG dapat dijelasakan oleh variabel Suku Bunga Riil, Kurs, PDB
dan Uang Beredar serta Return LQ 45 secara gabungan adalah
sebesar 92% sedangkan sisanya sebesar 8% (100% - 92%) dijelaskan
oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini.
Tabel 4.13
Analisis Varian (ANOVA) Struktur II
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
5.570E7
5
1.114E7
4870538.613
66
73796.040
6.057E7
71
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
82
F
150.945
Sig.
.000
a
Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur II diatas ditampilkan
uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel
Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar Serta Return LQ 45
berpengaruh terhadap IHSG.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro
ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang
Beredar serta Return LQ 45 tersebut secara bersama – sama terbukti
mempengaruhi tingkat besarnya nominal yang dilihat dalam bentuk
IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05 maka Ha
diterima dan Ho ditolak, artinya secara bersama – sama variabel
bebas (eksogen) berpengaruh terhadap variabel terikat (endogen).
Indah Yuliana (2012:11) menyatakan bahwa adanya pengaruh
secara bersama-sama variabel makro ekonomi (jumlah uang yang
beredar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Variabel tingkat
suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks harga saham
Gabungan (IHSG). Hal ini berarti jika tingkat suku bunga SBI naik
maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat tingkat suku bunga SBI
naik
maka
akan
menyebabkan
investor
untuk
cenderung
mengivestasikan dananya di bank, dari pada menginvestasikan
dananya di pasar modal. Pada saat tingkat inflasi mengalami
perubahan maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap IHSG.
83
Hasil
penelitian
Suramaya
Suci
Kewal
(2012:9)
juga
mengemukakan bahwa hasil tersebut sama seperti dengan penelitian
yg dilakukannya Untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara simultan diperoleh nilai F sebesar
5,231 dengan p = 0,001. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,001 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah, pertumbuhan
PDB secara simultan terhadap IHSG di BEI.
Hasil penelitian tersebut tidak terlalu mengejutkan, karena sesuai
teori yang dikemukakan Tandelilin (2007:211) "Lingkungan
ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi
perusahaan sehari-hari.Kemampuan investor dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat
berguna dalam pembuatan investasi yang menguntungkan".Dengan
demikian variabel makro ekonomi sangat berpengaruh terhadap
kinerja jual beli saham di pasar modal terutama IHSG, karena IHSG
merupakan kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil penelitian juga menguatkan temuan penelitian sebelumnya,
yakni sebagaimana temuan Rosalita (2006) bahwa "perubahan nilai
tingkat bunga SBI, kurs Dollar AS, dan tingkat inflasi berpengaruh
terhadap IHSG"; temuan Awaluddin (2006) juga mengungkap
bahwa "variabel kurs tengah USD, suku bunga SBI dan inflasi
84
berpengaruh secara serentak terhadap LQ 45"; demikian juga temuan
Rahmawati (2004) menunjukkan hal yang sama bahwa " inflasi dan
suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap LQ 45". Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Samsul (2006:200) bahwa "faktor makro merupakan faktor yang
berada diluar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung
maupun tidak langsung".
II.
Uji t
Tabel 4.14
Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
4740.216
492.451
RATE
1510.843
1362.654
KURS
-.492
PDB
M2
RETURN
Coefficients
Beta
t
Sig.
9.626
.000
.051
1.109
.272
.045
-.425
-10.856
.000
-.001
.001
-.129
-1.790
.078
.002
.000
.842
10.882
.000
30.867
81.147
.017
.380
.705
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
85
Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
ρy2X1 = 0,051
ρy2X2 = -0,425
ρy2X3 = -0,129
ρy2X4 = 0,842
ρy2y1= 0,017
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2X2Y1 + ρy2X3 X3+ ρy2X3 X4 + ρy2y1Y1 +ε 1
IHSG = 0,051Rate - 0,425 Kurs – 0,129 PDB + 0,428 M2 +
0,017 Return + 0,08ε1
Besarnya koefisien jalur diperlihatkan pada diagram analisis jalur.
Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada gambar
4.10 dibawah ini :
86
Gambar 4.10
Diagram Analisis Jalur Struktur II
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)
Kurs
ε1
0,0 51
-0,221
0,468
Kurs
0,202
0,428
0,585
-0,274
ε2
0,08
-0,425
-0,282
0,017
Return
IHSG
LQ 45
0,749
PDB
-0,232
-0,129
0,810
-0,835
0,842
Uang
Beredar
a) Pengaruh Suku Bunga Riil terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil
tidak berpengaruh terhadap tingkat nominal dalam bentuk
IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,272, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,051.
Hal ini menunjukkan bahwa Suku Bunga Riil tidak memiliki
pengaruh terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih
87
besar
dari
0,05
yaitu
0,272.
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi Suku Bunga Riil
yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan menaikan jumlah
nominal dari IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien
regresi sebesar 0,051 yang berarti setiap kenaikan Suku
Bunga Riil sebesar 1% akan menaikan IHSG sebesar 0,051.
Menurut Suci (2012:10) indikator suku bunga tidak
berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan karena tipe
investor di Indonesia merupakan investor yang senang
melakukan
transaksi
saham
dalam
jangka
pendek
(trader/spekulan), sehingga investor cenderung melakukan
aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital
gainyang cukup tinggi di pasar modal dibandingkan
berinvestasi
di
SBI
(Manullang,
2008).
Selain
itu,
perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen
yang cukup tinggi bagi pemegang sahamnya juga menjadi
salah satu stimulus bagi investor untuk berinvestasi di saham
dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Zuldi Amin (2012:15) yang
menyatakan tingkat suku bunga berpangaruh positif dan
signifikan Indeks Harga Saham Gabungan.
88
b) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs)
berpengaruh negatif terhadap tingkat besarnya nominal dalam
bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar -0,425. Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki
pengaruh
yang
negatif
terhadap
IHSG
karena
nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Nilai
Tukar (Kurs) yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
menurunkan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari
koefisien regresi sebesar -0,425 yang berarti setiap kenaikan
Kurs sebesar satu-satuan akan menurunkan IHSG sebesar
0,425 kali.
Hasil Penelitian diperkuat juga oleh Suramaya Suci Kewal
(2012:12) yg mengemukakan bahwa Pengaruh variabel kurs
rupiah terhadap IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara
kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya
semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi)
maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil
yang diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana
89
menguatnya kurs rupiah terhadap USD adalah sinyal positif
bagi perekonomian sebuah negara.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri
Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3)
bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing
khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap
kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal.
c) Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik
Bruto tidak berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal
dalam bentuk IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,078, sedangkan koefisien regresinya
sebesar -0,129. Hal ini menunjukkan bahwa PDB tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
IHSG
karena
nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,078. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi PDB
yang diterapkan oleh Pemerintah menurunkan jumlah IHSG.
Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,129
yang berarti setiap kenaikan PDB sebesar satu-satuan akan
menurunkan IHSG sebesar 0,129 kali.
Hasil penelitian serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suci (2012:11) bahwa PDB tidak mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG. Peningkatan
90
PDB
dalam
suatu
negara
mengindikasikan
adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut.
Adanya
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
akan
mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi terhadap
barang dan jasa sehingga memperluas perkembangan
investasi di sektor riil. Adanya perkembangan investasi di
sektor riil tidak diikuti adanya peningkatan investasi pada
pasar modal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDB
belum tentu meningkatkan pendapatan perkapita setiap
individu sehingga pola investasi di pasar modal tidak
terpengaruh oleh adanya peningkatan PDB.
d) Pengaruh Uang Beredar terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar
berpengaruh positif terhadap tingkat besarnya nominal dalam
bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar
memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG karena nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Uang
Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari
91
koefisien regresi sebesar 0,842 yang berarti setiap kenaikan
Uang Beredar sebesar satu-satuan akan menaikan IHSG
sebesar 0,842 kali.
Hasil penelitian ini sama seperti Indah Yuliana (2012:12)
yang menyebutkan Uang Beredar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap IHSG. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa indikator makro ekonomi, yaitu jumlah uang yang
beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bambang Sukono (2012:11) Jumlah uang
yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG, kondisi
ini terjadi karena jika jumlah uang yang beredar meningkat,
maka tingkat bunga akan menurun dan harga saham akan
meningkat, kenaikan harga saham ini juga akan berdampak
pada kenaikan IHSG. Hasil ini sesuai dengan pendapat
Mohamad Samsul (2006), yang menyatakan jumlah uang
yang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Penelitian lain juga mengungkapkan hal yang sama dalam
judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sbi, Kurs,
Jumlah Uang Beredar, Dan Indeks Dow Jones Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek
Indonesia (Bei)” Data pergerakan jumlah uang beredar dalam
92
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar
mengalami
pertumbuhan
yang
wajar
sehingga
akan
memberikan dampak positif bagi ekonomi dan pasar ekuitas.
Pertumbuhan jumlah uang beredar secara wajar ini tidak
terlepas dari kebijakan moneter ekspansif pemerintah dimana
pemerintah hanya akan menambah jumlah uang beredar yang
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi (Kristiyawati,
2012:12).
e) Pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return LQ 45 tidak
berpengaruh terhadap tingkat besarnya nominal dalam bentuk
IHSG. Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,705, sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,017.
Hal ini menunjukkan bahwa Return tidak memiliki pengaruh
terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih besar dari
0,05 yaitu 0,705. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi Return akan menaikan jumlah IHSG. Hal
tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,105
yang berarti setiap kenaikan Return LQ 45 sebesar satusatuan akan menaikan IHSG sebesar 0,105 kali.
93
Hasil Penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Bayu Radtya (2010:93) bahwa Return LQ 45
tidak berpengaruh terhadap IHSG.
4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II
Berdasarkan output pada Struktur II masih terdapat variabel
eksogen yang tidak signifikan terhadap variabel endogen, maka itu perlu
dilakukan analisis jalur model trimmming. Analisis jalur model trimming
adalah model yang digunakan untuk memperbaiki struktur analisis jalur
dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisien
jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969; Al-Rasyid dan Sitepu, 1994:12;
Kusnendi,2005:12 dalam Riduwan dan Engkos, 2008:127).
Analisis Jalur Model Trimming Struktur II
ε2
Suku Bunga
Riil
ρy2x1
ρy2ε
IHSG
Uang
Beredar
ρy2x2
Gambar 4.11
Paradigma Penelitian Analisis Jalur Model Trimming Struktur II
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:136)
Persamaan Struktur II setelah Trimming
Y2 = ρy2X1 X1 + ρy2X2 X2 + ε1
94
Hipotesis penelitian baru yang dapat dibentukdari gambar
diagram jalur diatas sebagai berikut :
I.
Uji F
Uji F dilakukan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan
beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu, merumuskan
hipotesis alternatif (Ha) dan juga menyertai dengan hipotesis nol
(H0), seperti dibawah ini:
a. Ho :
= 0, Indikator Kurs dan Uang Beredar tidak
i
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen
IHSG.
b. Ha :
0, Indikator Kurs dan Uang Beredar berpengaruh
i
secara parsial terhadap variabel dependen IHSG.
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi Struktur II Trimming
Model Summary
Model
1
R
.954
R Square
a
.910
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.907
281.121831
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
Sumber: Data Diolah
Besarnya angka R square adalah 0,91. Dalam penelitian ini IHSG
dapat dijelasakan oleh variabel Kurs dan Uang Beredar secara
gabungan adalah sebesar 91% sedangkan sisanya sebesar 9% (100%
- 91%) dijelaskan oleh faktor lain atau variabel – variabel lain diluar
model ini.
95
Tabel 4.16
Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
5.511E7
2
2.756E7
5453034.368
69
79029.484
6.057E7
71
F
348.688
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
Pada tabel analisis varian (ANOVA) struktur II diatas ditampilkan
uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel
Kurs dan Uang Beredar berpengaruh terhadap IHSG.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator makro
ekonomi yang terdiri dari Suku Bunga Riil, Kurs dan Uang Beredar
tersebut secara bersama – sama terbukti mempengaruhi tingkat
besarnya nominal yang dilihat dalam bentuk IHSG dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih
kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,
artinya secara bersama – sama variabel bebas (eksogen) berpengaruh
terhadap variabel terikat (endogen).
II.
Uji t
Untuk mengisi signifikan hubungan yang ditemukan itu berlaku
untuk semua populasi maka perlu diisi dengan tingkat signifikan
sebesar 5% dengan rumus signifikan product moment. Sedangkan
hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut :
96
a. Ho :
= 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan
IHSG.
Ha :
0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan
IHSG.
b. Ho :
= 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat
pengaruh dengan IHSG.
Ha :
0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh
dengan IHSG.
Tabel 4.17
Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
KURS
M2
Std. Error
4496.962
457.078
-.495
.043
.001
.000
Coefficients
Beta
t
Sig.
9.838
.000
-.427
-11.501
.000
.760
20.458
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data Diolah
Koefisien – koefisien jalur yang diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan adalah sebagai berikut :
ρy2X2 = -0,427
ρy2X3= 0,760
Jadi, persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
Y1 = ρy2X1 X1 + ρy2X2 X2 +ρy2X3X3+ε1
IHSG = - 0,427 Kurs + 0,760 M2+ 0,09ε1
97
Harga koefisien jalur keseluruhan variabel dapat dilihat pada
gambar 4.6 dibawah ini :
Gambar 4.12
Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan Engkos, 2008:136)
ε2
Kurs
-0,427
0,09
IHSG
Uang
Beredar
0,760
a) Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (Kurs)
berpengaruh negatif terhadap tingkat besarnya nominal dalam
bentuk IHSG.Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0,425.
Hal ini menunjukkan bahwa Kurs memiliki pengaruh yang
negatif terhadap IHSG karena nilai signifikansinya lebih kecil
dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil penelitian ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi Nilai Tukar (Kurs) yang diterapkan
oleh Bank Indonesia akan menurunkan jumlah IHSG. Hal
tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0,425
98
yang berarti setiap kenaikan Kurs sebesar satu-satuanakan
menurunkan IHSG sebesar 0,425 kali.
Hasil Penelitian diperkuat juga oleh Suramaya Suci Kewal
(2012:12) yg mengemukakan bahwa Pengaruh variabel kurs
rupiah terhadap IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara
kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya
semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi)
maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hasil
yang diperoleh ini konsisten dengan teori, di mana
menguatnya kurs rupiah terhadap USD adalah sinyal positif
bagi perekonomian sebuah negara.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian menurut Sri
Adiningsih (1998:160-161) dalam Moh.Mansur (2009:3)
bahwa, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing
khususnya dollar US memiliki pengaruh negatif terhadap
kondisi ekonomi secara keseluruhan termasuk pasar modal.
b) Pengaruh Uang Beredar terhadap IHSG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Uang Beredar
berpengaruh positif terhadap tingkat besarnya nominal dalam
bentuk
IHSG.
Dari
hasil
penelitian
diperoleh
nilai
signifikansi sebesar 0,000, sedangkan koefisien regresinya
sebesar 0,842. Hal ini menunjukkan bahwa Uang Beredar
99
memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG karena nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Uang
Bereadar yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan
menaikan jumlah IHSG. Hal tersebut dapat dilihat dari
koefisien regresi sebesar 0,842 yang berarti setiap kenaikan
Uang Beredar sebesar satu-satuanakan menaikan IHSG
sebesar 0,842 kali.
Hasil penelitian ini sama seperti Indah Yuliana (2012:12)
yang menyebutkan Uang Beredar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap IHSG. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa indikator makro ekonomi, yaitu jumlah uang yang
beredar berpengaruh dominan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Berdasarkan hasil dsri koefisien jalur pada sub-struktur II setelah
dilakukan trimming, maka dapat digambarkan analisis jalur secara
keseluruhan yang menggambarkan hubungan kausal empiris antar
variabel X1, X2, X3, X4dan Y1 Terhadap Y2Sebagai berikut:
100
Gambar 4.13
Diagram Analisis Jalur Model Setelah Trimming
(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan Engkos, 2008:136)
Suku
Bunga Riil
ε1
0,468
0,585
Kurs
ε2
0,09
-0,427
-0,282
Return
LQ 45
0,749
IHSG
PDB
-0,835
0,760
Uang
Beredar
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I dan Struktur II setelah Trimming
Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Suku Bunga
Riil (X1), Nilai Tukar (Kurs) (X2), PDB (X3), Uang Beredar (X4) dan
Retrun LQ 45 (Y1) Terhadap IHSG (Y2).
101
Tabel 4.18
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Suku Bunga Riil (X1), Nilai
Tukar (Kurs) (X2), PDB (X3), Uang Beredar (X4) dan Retrun LQ 45 (Y1)
Terhadap IHSG (Y2) Setelah Trimming
Pengaruh Kausal
Koefisien
Jalur
Langsung
Tidak
Langsung
melalui Y1
Total
X1
0,468
0,468
-
0,468
X2
-0,282
-0,282
-0,427
-0,709
X3
0,748
0,748
-
0,748
X4
-0,835
-0,835
0,760
0,0075
Y1
-
-
-
-
Variabel
Sumber: Data Diolah
Dapat dilihat variabel yang berpengaruh langsung yaitu variabel suku
bunga riil, kurs, PDB dan uang beredar, sedangkan variabel yang
berpengaruh tidak langsung setelah di trimming hanya variabel kurs dan
uang beredar.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil uji regresi struktur I, ditemukan bahwa variabel
Suku Bunga Riil berpengaruh positif terhadap Return LQ 45. Nilai
Tukar (Kurs) memiliki pengaruh negatif terhadap Return LQ 45.
PDB memiliki pengaruh positif. Sementara itu variabel Uang
Beredar tidak memiliki pengaruh terhadap penyaluran Return LQ 45.
2.
Berdasarkan hasil uji regresi struktur II, ditemukan bahwa variabel
Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap penyaluran IHSG.
Uang Beredar memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran IHSG.
Sementara itu Suku Bunga Riil, PDB dan Return LQ 45 tidak
berpengaruh terhadap IHSG. Setelah dilakukan trimming, hanya
variabel Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Serta Uang Beredar berpengaruh positif terhadap IHSG.
3. Dapat dilihat variabel yang berpengaruh langsung yaitu variabel suku
bunga riil, kurs, PDB dan uang beredar, sedangkan variabel yang
berpengaruh tidak langsung setelah di trimming hanya variabel kurs
dan uang beredar.
103
B. Implikasi
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi program studi manajemen khususnya, perguruan
tinggi pada umumnya, serta untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang sangat
berarti bagi investor dan menjadi sumbangan pemikiran duniaekonomi
dalam menetapkan kebijakan operasianalnya. Informasi yang diperoleh
dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai bahan
pertimbangan analisa sebelum mengambil keputusan.
3. Bagi Penelitian
Sebagai tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian
dan pengembangan wawasan keilmuan dalam bidang manajemen
ekonomi, serta dapat sebagai masukan bagi pemerintah
Indonesia
selaku
otoritas
moneter
dalam
mengendalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
104
dan
menjalankan
Bank
dan
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri dkk.“Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar
Modal Indonesia”.Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta. 1998.
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”. Cetakan Ketiga,
Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini.“Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik”.
Jakarta: PT Grasindo, 2001.
Arthesa, Ade dan Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”.
Penerbit PT Indeks, Kelompok Gramedia, 2006.
Awaluddin, Asep. “Pengaruh Nilai Tukar Dollar (kurs)Amerika, Tingkat Suku
Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Harga Saham Indeks LQ
45”.UNIBRAW. Malang.2006.
Bodie, Kane, Marcus, “Invesment”. Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Boediono, “Ekonomi Makro”. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Elton, Edwin,J and Martin J. Gruber, Modern Portofolio Theory and Investment
Analysis, 6th edition, John Willey and Sons Inc: 2003.
Fabozzi,
E.J. and Francis, J.C. “Capital Markets and
andInstrument”.Upper Saddle River New Jersey. 1999.
Institution
Fabozzi, Frank J., Modigliani, Franco., Ferry, Michael G.. “Foundation
ofFinancial Market and Institutions”.2nd edition.Prentice Hall. New
Jersey. 1999.
Ghazali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
Gruber, Martin J. et al, “Modern Portofolion Theory and Invesment”. United State
of American, John Wiley & Sons, inc, 2003.
Gupta, Jyoti P, Alain Chevalier and Fran Sayekt, “Exchange Rate and Stock Price
in Emergering Market: The Case of The Jakarta Stock Exchange”.
Working Paper Series. EFMA 2000.
Hamdy, Hady, “Manajemen Keuangan Internasional”. Jakarta, 2008.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. 2007.
105
Haruman, Tendi, dkk “Pengaruh Faktor Fundamental Indikator Makro Ekonomi
dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham LQ 45
BEJ”. Jurnal Majalah Usahawan, No. 11, TH XXXIV November 2005.
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi kedua, Penerbit PBFE.
Yogyakarta, 2000.
Kasmir, “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Kasmir.“Manajemen Perbankan”. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.2003.
Suci, Kewal Suramaya, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Ekonomi. Vol 8,
No.1.2012.
Krugman, Paul R dan Obsstfeld, Maurince, “Ekonomi Internasional (Teori dan
Kebijakan)”. Edisi 5, PT Indeks, Jakarta, 2005.
Mankiw, N. Gregory, “Prinsiple of Economics” 2nd edition, terjemahan Haris
Munandar. Penerbit Erlangga, 2003.
Mansyur, Moh, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Kurs Dollar AS Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa efek Jakarta”. Jurnal Universitas
Padjadjaran, 2009.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta, 2004.
Murwaningsari, Etty, “Pengaruh Volume Perdagangan Saham, Deposito dan
Kurs Terhadap IHSG Berserta Prediksi IHSG”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, 2009.
Pasaribu, Pananda, Wilson R.L Tobing, dan Haymans Manurung, “Pengaruh
Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG”. Jurnal 2009.
Purnama, Dewi. “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat
Suku Bunga Kredit, Kredit Non Lancar, dan dana Pihk Ketiga terhadap
penyaluran Kredit pada Bank-Bank Umum di Provinsi Bali”. Fakulatas
Ekonomi Universitas Udayana. Denpasar.2011.
106
Rachma, Rosalita. “Relevansi Nilai Laba Dan Nilai Buku: Peranpengungkapan
Corporate Social Responsibility Dan Dewan Komisaris Independen”.
2006.
Raharja, Pratama dan Manurung , Mandala, “Teori Ekonomi Makro”. Edisi kedua,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Riduwan dan Adun, Rusyana “Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi
Statistik Penelitian” Edisi Pertama, Alfabeta, Bandung, 2011.
Riduwan dan Engkos, “Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”. Edisi
Kedua. Alfabeta. Bandung, 2008.
Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. CSES Press, Jakarta,
2006.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”. Edisi satu,
Yogyakarta, 2007.
Sitinjak, Elizabeth Lucky Mareta dan Widuri Kurniasari, “Indikator-Indikator
Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari
Pasar Saham Bullish dan Bearish”. Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen, Vol. 3 No. 3, 2003.
Sitorus, Maurin, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kinerja Saham
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Sebagai Emiten di Bursa Efek
Jakarta ”. 2004
Soedradjad Djiwandono. “Kredit Macet Masih Didominasi Bank Pemerintah”,
Republika Online. 2001.
Suad,
Husnan. “Manajemen Keuangan Teori dan
Keempat.Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2003.
Penerapan”,
Edisi
Sugiyono, “Statistik Untuk Penelitian”. Alfabeta, Bandung. 2005.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grafindo Persada.Jakarta, 2007.
Supranto, J. “Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi”. Jakarta: Rieka Cipta.
2004.
Tandelilin, Eduardus, “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”. Edisi
Pertama, Kanisius, 2010.
107
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com
Zuldi, Muhammad Amin, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sbi, Nilai Kurs
Dollar (Usd/Idr), Dan Indeks Dow Jones (Djia) Terhadap Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Bei) (Periode
2008-2011)”. 2012
108
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Perkembangan IHSG Periode2006-2011
IHSG (Satu-satuan Point)
BULAN 2006
2007
2008
JAN
1045.44 1805.52 2627.25
FEB
1073.83 1740.97 2721.94
MAR
1080.17 1830.92 2447.3
APR
1029.61 1999.17 2304.52
MEI
1088.17 2084.32 2444.35
JUN
1122.38 2139.28 2349.1
JUL
1182.3 2348.67 2304.51
AGU
1050.09 2194.34 2165.94
SEP
1079.28 2359.21 1832.51
OKT
1066.22 2643.49 1256.7
NOV
1096.64 2688.33 1241.54
DES
1162.64 2745.83 1355.41
Sumber :www.yahoofinance.com
2009
1332.67
1285.48
1434.07
1722.77
1916.83
2026.78
2323.24
2341.54
2467.59
2367.7
2415.84
2534.36
2010
2610.8
2549.03
2777.3
2971.25
2796.96
2913.68
3069.28
3081.88
3501.3
3635.32
3531.21
3703.51
2011
3409.17
3470.35
3678.67
3819.62
3836.97
3888.57
4130.8
3841.73
3549.03
3790.85
3715.08
3821.99
Lampiran 2. Data Return LQ 45 Periode 2006-2011
BULAN 2006
JAN
0.677
FEB
0.762
MAR
-0.124
APR
1.629
MEI
-0.399
JUN
-0.487
JUL
1.837
AGU
-0.364
SEP
-1.192
OKT
0.64
NOV
0.048
DES
0.672
Sumber : Data Diolah
RETURN (Data Diolah)
2007
2008
2009
0.149
0.211
-0.512
-0.106 0.672
-0.55
-1
0.108
-0.577
0.054
0.295
-0.417
0.082
0.187
-0.32
-0.028 0.169
-0.238
0.03
0.121
-0.206
0.562
-0.006 -0.022
0.04
-0.029 -0.007
0.002
-0.354 0.424
0.212
-0.588 0.743
0.321
-0.606 1.045
109
2010
0.746
0.965
1.05
0.844
0.67
0.463
0.395
0.278
0.311
0.36
0.478
0.354
2011
0.315
0.198
0.252
0.208
0.197
0.192
0.252
0.266
0.151
-0.117
-0.031
0.019
Lampiran 3.Data PerkembanganSukuBungaRiilPeriode 2006 2011
SUKU BUNGA RIIL (Data Diolah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
2010
JAN
0.004
-0.042
0.027
0.032
0.028
FEB
0.02
-0.027
0.042
-0.003 0.027
MAR
0.012
-0.025
0.027
-0.002 0.031
APR
0.068
-0.027
0.025
0.002
0.026
MEI
-0.069
0.027
0.027
0.012
0.023
JUN
-0.069
0.027
0.027
0.033
0.014
JUL
-0.07
0.022
0.027
0.04
0.021
AGU
-0.068
0.032
-0.022
0.037
0.031
SEP
-0.051
0.021
-0.032
0.037
0.028
OKT
-0.047
0.025
-0.021
0.039
0.012
NOV
-0.057
0.021
-0.025
0.041
0.013
DES
-0.043
0.032
-0.021
0.037
0.016
Sumber : Data Diolah
2011
-0.005
-0.001
0.001
0.006
0.008
0.012
0.021
0.02
0.021
0.021
0.018
0.022
Lampiran 4.Data PerkembanganKursPeriode 2006-2011
KURS (IDR/USD)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
9352
8995
9417
11005
FEB
9212
9125
9269
11759
MAR
9296
9176
9153
12083
APR
9532
9156
9245
11678
MEI
9576
9128
9278
10708
JUN
9576
8823
9357
10314
JUL
9809
9064
9261
10306
AGU
9845
9285
9126
9939
SEP
10502
9435
9209
10171
OKT
10352
9147
9603
9673
NOV
10201
9123
10854
9658
DES
10080
9406
12285
9532
Sumber : Data Bank Indonesia
110
2010
9377
9442
9360
9120
9075
9256
9139
8983
9079
8966
8966
9077
2011
9021
9087
8856
8742
8594
8583
8606
8523
8582
8970
8937
9230
Lampiran 5.Data Perkembangan PDBPeriode 2006-2011
PDB (Miliar Rupiah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
JAN
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
FEB
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
MAR
426612.1 306291.1 372526.5 424578.2
APR
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
MEI
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
JUN
436121.3 321954.6 409818.8 458221.6
JUL
448597.7 343597
453219.7 480922
AGU
448597.7 343597
444172
480922
SEP
448597.7 343597
444172
480922
OKT
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
NOV
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
DES
439484.1 344954.3 424762.4 509302.7
Sumber : Data Bank Indonesia
2010
559279.2
559279.2
559279.2
574539
574539
574539
594069
594069
594069
585950.8
585950.8
585950.8
2011
595227.4
595227.4
595227.4
611625.2
611625.2
611625.2
632429.8
632429.8
632429.8
623959.6
623959.6
623959.6
Lampiran 6.Data PerkembanganUangBeredarPeriode 2006-2011
UANG BEREDAR (Miliar Rupiah)
BULAN 2006
2007
2008
2009
2010
JAN
1017491 1367957 1596565 1874145 2073860
FEB
1014376 1369243 1603750 1900208 2066481
MAR
1022703 1379237 1594390 1916752 2112083
APR
1046656 1385715 1611691 1912623 2116024
MEI
1049516 1396067 1641733 1927070 2143234
JUN
1076526 1454577 1703381 1977532 2231144
JUL
1092206 1474769 1686050 1960950 2217589
AGU
1119102 1493050 1682811 1995294 2236459
SEP
1154053 1516884 1778139 2018510 2274955
OKT
1168842 1533846 1812490 2021517 2308175
NOV
1169085 1559570 1851023 2061206 2346801
DES
1202762 1649662 1895839 2141384 2469390
Sumber : Data Bank Indonesia
111
2011
2436679
2420191
2451357
2434286
2475286
2522784
2564556
2621346
2643331
2677205
2729538
2877220
Lampiran 7.KoefisienKorelasi
Correlations
RATE
RATE
Pearson Correlation
KURS
1
KURS
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
PDB
M2
.000
72
72
72
72
72
72
-.221
1
-.274
*
-.232
.020
.050
.001
.000
72
72
72
.202
-.274
*
1
Sig. (2-tailed)
.089
.020
72
72
**
-.232
.000
.050
.000
72
72
72
.428
Sig. (2-tailed)
N
RETURN
Pearson Correlation
.324
Sig. (2-tailed)
N
IHSG
Pearson Correlation
N
-.397
72
72
72
**
1
.038
.244
**
.000
72
72
72
*
.038
1
.203
.001
.039
.751
72
72
72
72
72
72
**
.203
1
**
-.603
**
.685
**
.859
.086
.000
.000
.000
.000
.086
72
72
72
72
72
R Square
a
.859
.751
Model Summary
.644
**
72
Lampiran 8.KoefisienDeterminasiStrukutur I
1
.685
.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
R
*
**
.039
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Model
.244
-.603
.000
.810
**
**
**
.005
.485
Sig. (2-tailed)
**
.810
-.397
.485
**
.005
Pearson Correlation
.324
**
.000
72
Pearson Correlation
**
.089
72
.428
IHSG
.062
72
N
RETURN
.202
.062
N
M2
-.221
Sig. (2-tailed)
N
PDB
.415
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.380
.408985
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
112
72
Lampiran 9.Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
F
7.953
4
1.988
Residual
11.207
67
.167
Total
19.160
71
Sig.
11.887
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB
b. Dependent Variable: RETURN
Lampiran 10.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur I
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model
B
1
Std. Error
Beta
(Constant)
1.626
.714
RATE
7.771
1.819
KURS
.000
Sig.
2.277
.026
.468
4.273
.000
.000
-.282
-2.852
.006
3.885E-6
.000
.749
4.427
.000
-8.705E-7
.000
-.835
-4.632
.000
PDB
M2
t
a. Dependent Variable: RETURN
Lampiran 11.KoefisienDeterminasiStuktur II
Model Summary
Model
1
R
.959
R Square
a
.920
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.913
271.654265
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
113
Lampiran 12.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
df
Mean Square
F
5.570E7
5
1.114E7
4870538.613
66
73796.040
6.057E7
71
Total
Sig.
150.945
.000
a
a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB
b. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 13.HasilUjiParsial (t-test) Struktur II
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
4740.216
492.451
RATE
1510.843
1362.654
KURS
-.492
PDB
Sig.
9.626
.000
.051
1.109
.272
.045
-.425
-10.856
.000
-.001
.001
-.129
-1.790
.078
.002
.000
.842
10.882
.000
30.867
81.147
.017
.380
.705
M2
RETURN
t
a. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 14.KoefisienDeterminasiStruktur II Trimming
Model Summary
Model
1
R
.954
R Square
a
.910
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
114
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.907
281.121831
Lampiran 15.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
df
Mean Square
5.511E7
2
2.756E7
5453034.368
69
79029.484
6.057E7
71
Total
F
Sig.
348.688
.000
a
a. Predictors: (Constant), M2, KURS
b. Dependent Variable: IHSG
Lampiran 16.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur II Trimming
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
KURS
M2
Std. Error
4496.962
457.078
-.495
.043
.001
.000
a. Dependent Variable: IHSG
115
Coefficients
Beta
t
Sig.
9.838
.000
-.427
-11.501
.000
.760
20.458
.000
Download