1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam rangka pembiayaan dan pengembangan usahanya. Pasar modal juga merupakan wadah bagi pemodal ( investor ) dalam menanam modalnya melalui pembelian surat berharga (saham/obligasi) baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan investor menginvestasikan dananya kepada suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi (return) tanpa mengabaikan resiko yang akan di hadapinya. Return tersebut yaitu baik berupa pendapatan dividen ( dividen yield ) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya ( capital gain ) menjadi indikator untuk meningkatkan wealth dari para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Dividen merupakan salah satu bentuk, peningkatan wealth pemegang saham (Suharli,2004), Investor akan sangat senang apabila mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka. 1 2 Dividen merupakan proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham perusahaan . Kebijakan dividen ( dividen policy ) adalah keputusan apakah laba yang di peroleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang (Sartono, 2010). Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi investasi yang menguntungkan perusahaan. Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut Dividend Payout Ratio ( Andriyani, 2008 ). Kebijakan deviden bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan untuk dibayarkan pada pemegang saham sebagai deviden atau digunakan dalam perusahaan sebagai retained earning (Riyanto, 1998 dalam Amalia, 2011). Semakin tinggi Dividen Payout Ratio maka investor / pemegang saham akan semakin diuntungkan tetapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan dividen ini merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah 3 menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividen, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan harus optimal dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhinya. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, disamping membuat kebijakan deviden, perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan investasi sebaik-baiknya. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity, sehingga akan mempengaruhi besarnya deviden yang dibagikan, dan apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhinya dari eksternal khususnya dari hutang. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tembahan investasi akan membagikan deviden yang lebih besar. Untuk itulah, manajer harus dapat menentukan kebijakan deviden yang memberikan keuntungan kepada investor. Di sisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR) pada intinya merupakan persentase dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham yang merupakan perbandingan antara Dividend per share (DPS) dengan Earning per share (EPS). Laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan dapat diperlakukan dengan dua alternatif. Alternatif pertama, 4 seluruh laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal pemegang saham sebagai dividen. Alternatif kedua, sebagian laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal sebagai dividen dan sebagian lagi tidak dibagikan melainkan sebagai laba ditahan untuk menambah modal perusahaan (Brigham, 2001 dalam Amalia, 2011). Brigham (2001) juga mengatakan bahwa manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio yang stabil. Mengingat akan arti penting laba, baik bagi perusahaan maupun bagi pihak investor, dimana perusahaan berkepentingan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Bringham dan Gapenski (1996) dalam Yuningsih (2002), perusahaan berkepentingan untuk mendonasi ekspansi dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sementara di lain pihak dalam hal ini investor, mereka mengharapkan adanya pembagian keuntungan atas laba yang diperoleh (deviden). Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investor memperoleh apa yang diinginkan,sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebijakan deviden, khususnya faktor - faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan deviden antara lain profitabilitas perusahaan, rasio likuiditas 5 perusahaan, leverage perusahaan dan ukuran perusahaan. Rasio keuangan mengenai profitabilitas dapat berupa Return On Assets yang merupakan perbandingan hasil ( return ) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Assets ( ROA ) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak ( Sartono, 2010 ). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahbana (2006) dan Sugiarto (2006) menunjukkan bahwa profitabilitas yang diukur melalui Return On Assets ( ROA ) secara signifikan berpengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio Rasio likuiditas dari suatu perusahaan juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Dividen merupakan cash outflow, maka semakin kuatnya posisi likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen ( Riyanto, 2000 dalam Wicaksana, 2012 ). Salah satu ukuran dari rasio likuiditas adalah Current Ratio. Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan ( margin of safety ) sebuah perusahaan. Penghitungan Current Ratio dilakukan dengan cara membandingkan antara 6 total aktiva lancar ( Current Assets ) dengan total hutang lancar ( Current Liabilities ). Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Salah satu leverage ratio adalah Debt Equity Ratio. Debt Equity Ratio merupakan rasio dari total hutang dengan modal sendiri. Marlina dan Clara, (2009) mengungkapkan peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk deviden yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian deviden. Dalam keputusan pembagian dividen juga perlu dipertimbangkan masalah ukuran perusahaan (firmsize). Perusahaan yang besar biasanya mempunyai akses yang lebih baik ke pasar modal dan lebih mudah untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah serta lebih sedikitnya kendala dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Selain itu perusahaan besar lebih mungkin untuk mampu membayar dividen lebih tinggi ke pemegang saham, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif. Dalam perkembangan industri manufaktur sektor consumer goods yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu periode 2010 sampai 2011, terjadi ketidaksesuaian antara teori dengan bukti empiris yang ada. Adapun tentang dinamika pergerakan dividend payout ratio 7 (DPR) di beberapa perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga 2011 ditampilkan pada tabel 1.1. berikut ini: Tabel 1.1 Dividend Payout Ratio ( DPR ) ( Perusahaan Consumer Goods di BEI Periode 2010 – 2011 ) No Nama Perusahaan 1 PT. Delta Djakarta Tbk. 2 3 PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. PT. Gudang Garam Tbk. 4 PT. HM Sampoerna Tbk. 5 2010 120.48 DPR (%) 2011 Selisih 116.10 (4.38) 30.30 40.84 29.18 38.81 (1.12) (2.03) 111.94 68.05 (43.89) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 39.55 30.62 (8.93) 6 PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk. 20.00 20.00 - 7 8 9 PT. Kalbe Farma Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Mustika Ratu Tbk. 55.27 0.10 20.00 62.66 0.10 54.10 7.39 34.10 10 PT. Mandom Indonesia Tbk. 52.01 53.03 1.02 11 PT. Tempo Scan Pacific Tbk. 92.05 57.66 (34.39) 12 PT. Unilever Indonesia Tbk. 100.02 100.00 (0.02) Sumber : www.idx.co.id, data diolah Pada tabel 1.1 diatas terlihat beberapa perusahaan menunjukkan nilai yang fluktuatif dalam melakukan pembagian deviden. PT. Delta Djakarta, Tbk. mengalami penurunan sebesar 4,38%. PT. Darya Varia Laboratoria, Tbk. juga mengalami penurunan sebesar 1,12%. PT. Kalbe Farma, Tbk. mengalami peningkatan sebesar 7,39%. PT. HM Sampoerna, Tbk. dan PT. Tempo Scan Pasific, Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 8 masing – masing 43,89% dan 34,39%. PT. Mustika Ratu, Tbk. mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 34,10%. PT. Gudang Garam, Tbk. mengalami penurunan sebesar 2,03%. PT. Indofood Sukses Makmur mengalami penurunan sebesar 8,93%. PT. Mandom Indonesia Tbk. mengalami peningkatan sebesar 1,02%. PT. Unilever Indonesia Tbk. mengalami penurunan sebesar 0,02%. PT. Kimia Farma, Tbk dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk tidak mengalami perubahan. Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividend payout ratio telah banyak dilakukan, namun menunjukkan beberapa hasil yang berbeda untuk masing – masing variabel yang mempengaruhi DPR sehingga dapat menimbulkan adanya research gap. Hasil penelitian mengenai pengaruh perubahan profitabilitas terhadap dividend payout ratio (DPR) menunjukkan hasil yang berbedabeda. Penelitian yang dilakukan Arilaha (2009), Marlina dan Danica (2009), dan Bram Hardianto dan Herlina (2010) menunjukkan hasil yang positif dan signifikan antara profitabilitas dan DPR. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap DPR. Penelitian mengenai likuiditas dengan current ratio sebagai rasionya dilakukan Arilaha (2009) dan Handayani (2010) menunjukan hasil bahwa ada pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap DPR. Hasil ini 9 berbeda dengan penelitian Nasrul (2004) yang mengatakan bahwa current ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Penelitian yang dilakukan Handayani ( 2010 ) dan Kadir ( 2010 ) mengatakan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Marlina dan Danica ( 2009 ) yang mengatakan debt to equity ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR. Hasil penelitian mengenai pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio (DPR) yang dilakukan Puspita (2009) dan Handayani (2010) menunjukkan bahwa firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Hasil ini berbeda dengan penelitian Damayanti dan Achyani (2006) yang menunjukkan firm size memiliki pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap DPR. Dari fenomena dan research gap yang diungkapkan diatas maka peneliti tertarik untuk mencoba melakukan penelitian kembali tentang pengaruh profitabilitas, likuiditas, debt to equity ratio dan firm size terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang konsisten membagikan dividen pada periode tahun 2009 – 2011. Berdasarkan uraian tentang latar belakang penelitian ini, penulis tertarik untuk mengajukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP 10 KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009 – 2011” B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh profitabilitas berupa Return On Assets terhadap Dividen Payout Ratio ? 2. Bagaimana pengaruh likuiditas berupa Current Ratio terhadap Dividen Payout Ratio ? 3. Bagaimana pengaruh Debt Equity Ratio terhadap Dividen Payout Ratio ? 4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap Dividen Payout Ratio ? 5. Bagaimana pengaruh ukuran profitabilitas, likuiditas, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan secara bersama – sama terhadap Dividen Payout Ratio ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh profitabilitas, likuiditas, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur sektor consumer goods di Bursa Efek Indonesia. 11 2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari profitabilitas, likuiditas, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pertimbangan dan mengevaluasi kinerja perusahaan guna memperoleh kepastian tingkat pengembalian dalam investasi yang dilakukan. 2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan atau peningkatan kinerja perusahaan. 3. Bagi penelitian selanjutnya, dengan penelitian ini kiranya dapat menambah khasanah dan wacana yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.