Perbandingan Biaya Rawat Jalan Tingkat Lanjut Penderita Diabetes

advertisement
Perbandingan Biaya Rawat Jalan Tingkat Lanjut Penderita Diabetes
Melitus di RSUP Fatmawati, RSUD Tarakan, RSUD Pasar Rebo, dan
RSUD Cengkareng (Kasus Peserta PT Jamsostek (Persero)) Tahun 2012
Annisa Fitria, dan Pujiyanto
1.
Departement, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok, 16431, Indonesia
2.
Departement, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok, 16431, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Diabetes melitus adalah penyakit yang perkembangan epideminya sangat cepat dan biaya perawatan diabetes pun
sangat besar karena merupakan penyakit akut. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk melihat biaya rawat jalan
tingkat lanjut diabetes pada peserta JPK PT Jamsostek (Persero) di empat rumah sakit pemerintah di Jakarta yang
diteliti serta melihat perbandingan biaya RJTL diabetes pada keempat rumah sakit tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa biaya RJTL
diabetes per oranproporsi biaya paling besar pada RJTL diabetes di rumah sakit adalah biaya farmasi (40%-60%)
diikuti oleh biaya pemeriksaan diagnostik (24%-36%), dan biaya konsultasi dokter spesialis (10%-12%). Ratarata biaya RJTL diabetes adalah Rp 400,280-Rp 1,141,372 per orang per tahun. Beban biaya RJTL diabetes di
rumah sakit adalah 2.2%-6.2% dari pendapatan per bulan. Beban tersebut dapat dikurangi dengan melakukan
pencegahan diabetes, deteksi dini, serta reduksi komordibitas dan komplikasi dengan meningkatkan layanan
perawatan diabetes. Dalam skala nasional, program pencegahan yang cost-effective harus dimulai untuk
memaksimalkan peningkatan kesehatan.
Kata Kunci: Diabetes melitus, rawat jalan tingkat lanjut, rumah sakit, biaya
Cost Comparison of Diabetes at out-patient care in RSUP Fatmawati, RSUD Tarakan,
RSUD Pasar Rebo, and RSUD Cengkareng (Case: Member of PT Jamsostek (Persero))
in 2012
Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a growing epidemic and the cost of treating diabetes is largely increasing. The
objective of this study was to know cost of diabetes among member of JPK PT Jamasostek (Persero) whom
attends at out-patient care hospitals in Jakarta, and to know cost comparison of diabetes at out-patient hospital.
This study use quantitative research that has descriptive characteristic. From the total diabetes cost components,
the cost for medicine represents the largest share (40%-60%), followed by laboratory cost (24%-36%), and
consultation cost (10%-12%). The annual mean outpatient cost for each person with diabetes was Rp 400,280-Rp
1,141,372. The cost burden of DM at out-patient care hospitals is 2.2%-6.2% from income per month. That
burden could be saved by prevention, earlier detection, and a reduction in diabetes co-morbidities and
complications through improved diabetes care. Large scale and cost-effective prevention programs need to be
initiated to maximize health gains and to reverse the advance of this epidemic.
Key words: Diabetes mellitus, out-patient, hospital, cost
Pendahuluan
Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi epidemiologi dimana penyakit menular
masih menjadi penyebab masalah kesehatan masyarakat yang menonjol. Namun, penyakit
tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, dan kanker pun mengalami peningkatan yang
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
cukup bermakna. Indonesia pun termasuk dalam sepuluh negara di dunia dengan penderita
diabetes terbesar. Saat ini, terdapat 7,6 juta penderita diabetes di Indonesia ( IDF Diabetes
Atlas, 2012). Pada tahun 2030, jumlah tersebut akan meningkat menjadi 11.8 juta dengan
pertumbuhan 6% setiap tahun yang jauh melebihi pertumbuhan penduduk Indonesia setiap
tahun (Novo Nordisk, 2013).
Diabetes merupakan salah satu isu pembangunan dunia karena telah meningkatkan beban
ekonomi. Di negara berpendapatan rendah dan menengah, diabetes mengancam kesehatan dan
kesejahteraan ekonomi. Pada tahun 2010, IDF memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk
menanggulangi diabetes adalah US$376 miliar atau sama dengan 11,6% dari total belanja
kesehatan dunia. Nominal ini diproyeksi akan terus meningkat hingga US$490 miliar.
Amerika Serikat menghabiskan US$198 miliar atau 52,7% dari total pengeluaran diabetes
dunia. India yang memiliki populasi terbesar, menghabiskan US$2,8 miliar atau 1% dari total
global. Di banyak negara berpendapatan rendah dan menengah, penderita diabetes harus
membayar layanan kesehatan secara out of pocket karena layanan kesehatan publik dan
asuransi kesehatan belum memadai. Diagnosis diabetes di negara berpendapatan rendah dan
menengah sering menyeret keluarga dalam kemiskinan (www.idf.org).
Akan tetapi, belanja diabetes per kapita di Indonesia masihlah rendah bahkan jauh tertinggal
dari negara-negara dengan profil kesehatan yang serupa dengan Indonesia. Saat ini,
pengeluaran per kapita untuk diabetes hanyalah 7% dari total pengeluaran kesehatan di
Indonesia (Novo Nordisk, 2013). Padahal, berdasarkan penelitian Roysada (2012), penderita
diabetes dengan status komplikasi akan memanfaatkan layanan kesehatan lebih
banyak.
Rendahnya pengeluaran kesehatan untuk diabetes ini diantaranya disebabkan kemampuan
masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan diabetes atau pun pengobatan masihlah
bergantung pada layanan kesehatan publik dan jaminan asuransi kesehatan. Selain itu, hal
tersebut disebabkan masih banyaknya penderita diabetes yang belum didiagnosa. Berdasarkan
Riskesdas 2007, terdapat 73% penderita diabetes yang belum didiagnosa.
Ketergantungan masyarakat terhadap jaminan asuransi kesehatan dalam mengakses layanan
kesehatan untuk penyakit diabetes tecermin dari pemanfaatan layanan kesehatan diabetes oleh
penderita diabetes yang dijamin oleh asuransi kesehatan. Dalam penelitian Sophia (2012),
diagnosis penyakit terbanyak peserta PT Askes pada layanan rawat inap di RSAL Dr.
Mintohardjo tahun 2011 adalah penyakit diabetes, yaitu sebesar 108 kasus (24,1%). Total
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
biaya yang dihabiskan untuk layanan rawat inap penderita diabetes adalah Rp351.140.000
dengan rata-rata biaya Rp3.251.296.
Dalam penelitian Wahyuliarti (2009), diabetes juga merupakan diagnosis penyakit terbanyak
pada layanan rawat jalan tingkat lanjut di PT Askes (Persero) Cabang Jakarta Timur yaitu
sebesar 26,2%. Total biaya rawat jalannya pun merupakan yang paling besar yaitu
Rp3.929.360.681 dengan rerata biaya kunjungan Rp101.534.
Pada PT Jamsostek (Persero), belum pernah dilakukan penelitian mengenai biaya diabetes
melitus. Akan tetapi, dalam data kesakitan PPK II rawat jalan kantor wilayah III, ditemukan
bahwa diabetes melitus merupakan kasus kedua terbanyak pada layanan rawat jalan tingkat
lanjut.
Tabel 1: Data Kesakitan PPK II Rawat Jalan 10 Penyakit Terbesar Tahun 2011
No.
Jenis Penyakit
Persentase
1.
TB Paru
27,79
2.
Diabetes Mellitus
12,45
3.
Obs Febris/Fever Un-specified
11,06
4.
KP
9,87
5.
Dyspepsia
6,25
6.
Low Back Pain
5,58
7.
ISPA
4,97
8.
Asma
4,65
9.
Epilepsi
4,57
10.
Diarrhoea dan Gastroenteris
4,47
Melalui tabel tersebut, terlihat bahwa diabetes melitus berada pada peringkat kedua data
kesakitan PPK II Rawat Jalan di kantor wilayah III. Keadaan yang demikian semestinya
mendorong peningkatan biaya RJTL untuk penyakit diabetes. Akan tetapi, perhitungan besar
biaya diabetes melitus untuk RJTL belumlah ada. Bermula dari keadaan demikian, penulis
berusaha untuk mengetahui gambaran biaya penyakit diabetes melitus RJTL dari beberapa
rumah sakit rekanan PT Jamsostek (Persero) yang berada dalam wilayah kerja Kantor
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Wilayah III selama tahun 2012 dengan menggunakan laporan bulanan rawat jalan (BM-02)
dari rumah sakit yang dipilih. Rumah sakit yang dipilih merupakan rumah sakit pemerintah.
Tinjauan Teoritis
Diabetes Melitus
Dalam Suyono (2011), dijelaskan bahwa diabetes merupakan suatu keadaan dimana
diadapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaaan kualitas insulinnya tidak baik
(resistensi insulin) meskipun insulin ada dan reseptor insulin juga ada. Namun, karena ada
kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka atau tertutup
sehingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa
tetap berada di luar sel dan glukosa dalam darah pun meningkat.
Secara epidemiologis diabetes sering kali tidak terdeteksi dan diakatakan onset atau mulai
terjadinya diabetes adalah tujuh tahun sebelum diagnosis ditegakan sehingga morbiditas dan
mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa
dengan adanya urbanisasi populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena
terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah secara
epidemiologis diperkirakan adalah: bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya
obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia
(Soegondo, 2011).
Secara umum WHO (2013), IDF (2013), dan ADA (2010) mengklasifikasikan diabetes
menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
•
Diabetes tipe 1 merupakan keadaan kekurangan insulin secara total atau hampir total
dikatakan sebagai diabetes “juvenile onset” atau “insulin dependent” atau “ketosis prone”
karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan
ketoasidosis.
•
Diabetes tipe 2 merupakan keadaan pada individu yang mengalami kekurangan insulin
yang relatif sehingga disebut “maturity onset” atau “non-insulin dependent”. Oleh karena
itu, individu yang terkena diabetes tipe 2 memerlukan suplementasi insulin (insulin
requiring). Pada diabetes tipe 2 tidak akan terjadi kematian karena ketoasidosis walaupun
insulin eksogen dihentikan.
•
Diabetes gestasional adalah keadaan dimana glukosa darah tinggi pada masa kehamilan.
Hal ini terjadi satu dalam dua puluh lima kehamilan di dunia dan hal ini berasosiasi
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
dengan komplikasi sebelum dan sesudah persalinan. Diabetes gestasional biasanya
menghilang setelah kehamilan tapi pada perempuan yang mengalaminya memiliki resiko
untuk menderita diabetes tipe 2.
Biaya Pelayanan Kesehatan
Biaya kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam sistem pelayanan kesehatan. Biaya
kesehatan adalah biaya yang digunakan secara spesifik untuk program kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi). Pada dasarnya biaya kesehatan mencakup dua aspek yaitu
aspek kecukupan dan pemanfaatan. Segi kecukupan menjelaskan apakah dana yang tersedia
mencukup atau terjadi kekuranangan dana, bahkan dapat pula terjadi peningkatan biaya yang
mengakibatkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Segi pemanfaatan menjelaskan
mengenai pemanfaatan dana yang digunaan apakah dana yang tersedia sudah digunakan
secara menyeluruh ke masyarakat atau tidak dan bagaimana hasil dari penggunaan dana
tersebut.
Azwar (2010) memberi batasan dalam memahami biaya kesehatan yaitu, besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Ia pun meninjau
definisi biaya kesehatan dari dua sudut, yaitu dari sudut penyedia pelayanan kesehatan dan
pemakai jasa pelayanan.
Besarnya dana yang dihitung sebagai biaya kesehatan tidak sama antara pemakai jasa
pelayanan dan penyedia pelayanan kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia pelayanan
merupakan seluruh biaya investasi (investment cost) serta seluruh biaya operasional
(operational cost) yang harus disediakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan. Bagi pemakai jasa, besarnya dana merujuk pada jumlah uang yang harus
dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Mengidentifikasi Biaya
Pada tahapan ini, peneliti memilih jenis biaya apa yang akan disertakan. Dalam penelitian
biaya akibat penyakit, jenis biaya yang digunakan adalah direct cost, indirect cost, dan
intangible cost.
•
Direct cost atau biaya langsung adalah biaya yang dibelanjakan untuk memperoleh
barang-barang kesehatan dan layanan kesehatan.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
•
Indirect cost atau produktivitas yang hilang adalah penghasilan yang hilang akibat suatu
kondisi kesehatan. Penurunan produktivitas dapat dikarenakan penyakit, kematian,
dampak lain pengobatan, atau waktu yang dihabiskan untuk pengobatan. Jenis biaya ini
juga termasuk penghasilan yang hilang dan produktivitas baik pasien dan keluarga yang
merawatnya. Pada beberapa penyakit, kematian dini dapat mengakibatkan hilangnya
potensi pendapatan.
•
Intangibel cost adalah biaya yang penyakit yang biasanya subtansial. Misal kecacatan
(operasi kanker payudara), keterbatasan fungsi tubuh (paralisis pada polio), rasa sakit
(rheumatoid arthritis). Pendekatan yang digunakan untuk menghitung biaya ini adalah
willingness to pay.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan ditunjang dengan
desain penelitian potong lintang atau cross sectional. Desain penelitian cross sectional atau
potong lintang digunakan karena pengumpulan data untuk variabel dependen atau terikat yaitu
biaya diabetes pada rawat jalan tingkat lanjut dan variabel independen atau bebas yaitu biaya
konsultasi dokter spesialis, biaya tindakan, biaya tes laboratorium, biaya farmasi, biaya lainlain, dan tipe rumah sakit dikumpulkan dalam waktu bersamaan dengan cara telaah data
sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif guna melihat besaran biaya yang
dikeluarkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan bulanan klaim layanan rawat jalan tingkat lanjut
dari rumah sakit rekanan PT Jamsostek (Persero) di wilayah Kantor Wilayah III. Pada
penelitian ini, perspektif dalam melihat biaya yang digunakan adalah perspektif pembayar
jaminan kesehatan yaitu JPK PT Jamsostek (Persero). Penelitian ini menggunakan total
sampling, yaitu seluruh peserta JPK PT Jamsostek yang mempunyai diagnosis diabetes dan
mendapat rujukan rawat jalan tingkat lanjut ke RSUP Fatmawati, RSUD Pasar Rebo, RSUD
Tarakan, dan RSUD Cengkareng. Populasi dibatasi pada peserta yang melakukan kunjungan
rawat jalan tingkat lanjut yang terekam dalam klaim register selama tahun 2012, yaitu
sebanyak 424 peserta.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa register klaim
yang telah terkomputerisasi dalam bentuk Microsoft Excel for Windows. Data ini
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
dikumpulkan langsung dari database JPK PT Jamsostek (Persero) Kantor Wilayah III. Data
sekunder berupa register klaim peserta JPK PT Jamsostek (Persero) periode Januari hingga
Desember 2012 yang didapatkan dari sistem proses klaim yang kemudian dikonversikan
dalam bentuk Microsoft Excel for Windows.
Hasil Penelitian
Jumlah klaim rawat jalan tingkat lanjut penderita diabetes yang telah dibayarkan sebanyak
424 orang dari 2175 klaim layanan rawat jalan tingkat lanjut diabetes yang dilaporkan oleh
keempat rumah sakit.
Tabel 2: Distribusi Pasien Diabetes Rawat Jalan Tingkat Lanjut Peserta PT Jamsostek (Persero) berdasarkan
Rumah Sakit dan Jenis Kelamin Tahun 2012
Frekuensi (N)
Persen (%)
RSUP Fatmawati
104
24,5
RSUD Tarakan
47
11,1
RSUD Pasar Rebo
112
26,4
RSUD Cengkareng
161
38,0
Laki-laki
223
52,6%
Perempuan
201
47,4%
Total
424
100,0
Rumah Sakit
Jenis Kelamin
Layanan tingkat lanjut yang sering dimanfaatkan oleh pasien diabetes salah satunya adalah
kunjungan dokter spesialis. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter spesialis berupa
pemeriksaan dan pengobatan.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Biaya Rata-­‐rata Biaya Minimum Biaya Maksimum 800,000 700,000 600,000 Biaya (Rp) 675,000 620,000 580,000 510,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 186,108 65,000 146,923 131,744 146,318 30,000 35,000 40,000 Tarakan Pasar Rebo Cengkareng 0 Fatmawa2 Rumah Sakit Gambar 1 Biaya Dokter Spesialis pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati, RSUD
Tarakan, RSUD Pasar Rebo, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Tindakan medis juga diberikan kepada peserta JPK PT Jamsostek (Persero) yang memiliki
indikasi medis. Tindakan medis yang diberikan pada layanan spesialis adalah tindakan ringan,
curettage, dan ODC dan lain-lain. Pada grafik di bawah ini, digambarkan biaya tindakan
dokter spesialis.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
800,000 757,142 700,000 600,000 Biaya (Rp) 500,000 400,000 300,000 200,000 120,000 79,800 100,000 50,384 0 (40,200-­‐162,000) (70,000-­‐4,1 Juta) (15,000-­‐140,000) (18,000-­‐386,000) Fatmawa2 Tarakan Pasar Rebo Cengkareng Rumah Sakit Gambar 2. Rata-rata Biaya Tindakan Dokter Spesialis pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di
RSUP Fatmawati, RSUD Tarakan, RSUD Pasar Rebo, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu kegiatan yang diperlukan dalam pemantauan
kondisi diabetes melitus. Berikut, gambaran biaya pemeriksaan laboratorium.
Rata-­‐rata Biaya 1,600,000 Biaya Minimum Biaya Maksimum 1,483,000 1,450,004 1,306,000 1,400,000 1,402,200 Biaya (Rp) 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 404,167 431,902 357,351 288,966 46,000 24,000 36,000 22,800 Fatmawa2 Tarakan Pasar Rebo Cengkareng 0 Rumah Sakit Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Gambar 3. Biaya Pemeriksaan Laboratorium pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP
Fatmawati, RSUD Tarakan, RSUD Pasar Rebo, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan
radiologi dengan kontras. Berikut gambaran biaya rata-rata radiologi pada keempat rumah
sakit pemerintah di Jakarta.
169,666 180,000 160,000 140,000 126,166 Biaya (Rp) 120,000 100,000 82,000 91,545 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Fatmawa2 Tarakan Pasar Rebo Cengkareng Rumah Sakit Gambar 4. Biaya Radiologi pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati, RSUD
Tarakan, RSUD Pasar Rebo, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Pemeriksaan elektromedik terdiri dari EKG, CT Scan, endoscopy, dan USG.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
300,000 239,905 250,000 Biaya (Rp) 200,000 150,000 100,000 89,401 70,000 50,000 0 Fatmawa2 Tarakan Cengkareng Rumah Sakit Gambar 5. Rata-rata Biaya Elektromedik pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP
Fatmawati, RSUD Tarakan, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Data biaya farmasi yang dimaksud adalah obat dan alat kesehatan yang dimanfaatkan oleh
pasien. Data ini diambil dari laporan rekapitulasi apotek.
Biaya Rata-­‐rata Biaya Minimum Biaya Maksimum 14,000,000 12,218,400 12,000,000 Biaya (Rp) 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,470,200 4,000,000 2,000,000 0 806,705 1,400 818,996 Tarakan 2,400 Pasar Rebo Rumah Sakit Gambar 6. Biaya Obat pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUD Tarakan, dan RSUD Pasar
Rebo Tahun 2012
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Data biaya emergency diambil dari rekapitulasi laporan bulanan BM02 rumah sakit rekanan
kantor cabang Cilandak, Kalideres, Cawang, dan Gambir. Pada keempat rumah sakit, hanya
RSUD Pasar Rebo yang tidak memiliki klaim emergency selama tahun 2012.
700,000 600,000 581,345 Biiaya (Rp) 500,000 400,000 300,000 200,000 85,000 100,000 128,299 0 Fatmawa2 Tarakan Cengkareng Rumah Sakit Gambar 7. Rata-rata Biaya Emergency pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati,
RSUD Tarakan, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Data yang dapat diolah untuk memperoleh gambaran mengenai biaya lain-lain hanyalah
diperoleh dari RSUP Fatmawati dan RSUD Tarakan.
250,000 Biaya (Rp) 200,000 194,453 150,000 117,333 100,000 50,000 0 Fatmawa2 Tarakan Rumah Sakit Gambar 8. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati,
dan RSUD Tarakan Tahun 2012
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Berikut gambaran total biaya pasien diabetes rawat jalan tingkat lanjut di empat rumah sakit
pemerintah di Jakarta.
Biaya Rata-­‐rata Biaya Minimum Biaya Maksimum 14,000,000 12,608,400 12,000,000 Biaya (Rp 10,000,000 8,000,000 7,053,200 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 3,034,000 575,354 46,000 Fatmawa2 1,136,182 30,000 Tarakan 1,141,372 35,000 Pasar Rebo 1,913,950 400,280 22,800 Cingkareng Rumah Sakit Gambar 9. Biaya Total pada Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati, RSUD Tarakan,
RSUD Pasar Rebo, dan RSUD Cengkareng Tahun 2012
Pada penelitian ini, penulis juga turut menggambarkan komposisi biaya rawat jalan tingkat
lanjut pasien diabetes peserta PT Jamsostek (Persero) di keempat rumah sakit.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
1.61% 0.32% 3.30% 17.5% 0.2% 11.8% 7.9% 3.0% 0.26% 0.95% 9.90% 10.6% 24.8% 20.8% 48.3% 34.5% 2.8% 1.2% RSUD Tarakan
RSUP Fatmawati
0.13% 0.35% 0.51% 0.32% 0.04% 3.88% 1.56% 2.39% 1.30% 11.95% 24.97% 24.32% 1.75% 62.78% RSUD Pasar Rebo
64.12% RSUD Cingkareng
Gambar 10. Distribusi Biaya RJTL Pasien Diabetes Peserta PT Jamsostek (Persero) di Rumah Sakit Renakanan PT Jamsostek
(Persero)
Pembahasan
Melalui gambar 1, terlihat bahwa variasi biaya kunjungan spesialis tidak terlalu berbeda antar
keempat rumah sakit. Rata-rata biaya kunjungan spesialis di keempat rumah sakit tersebut
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
berada di antara Rp140.000 per orang per tahun hingga Rp190.000 per orang per tahun. Biaya
tersebut dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pasien diabetes dan tarif kunjungan spesialis
yang disepakati oleh rumah sakit dan JPK PT Jamsostek (Persero) sebagai penjamin biaya
kesehatan pesertanya. Berdasarkan proporsi terhadap total biaya rawat jalan tingkat lanjut
pasien diabetes, biaya konsultasi spesialis di keempat rumah sakit adalah 10%-25%. Proporsi
terbesar berasal dari RSUD Cingkarareng, yaitu 24,97% dari total seluruh biaya rawat jalan
tingkat lanjut. Hasil ini sama dengan yang ditemukan oleh GIZ pada klaim rawat jalan tingkat
lanjut pada peserta GAKIN di rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2010, yaitu 13,84%.
Sementara itu, dalam penelitian biaya perawatan diabetes pada klinik rawat jalan di Karachi,
Pakistan, ditemukan bahwa proporsi biaya konsultasi adalah sekitar 12% dari total seluruh
biaya (Khowaja, dkk, 2007).
Tindakan spesialis yang dimaksuda adalah tindakan ringan, curettage, dan one day care
(ODC) dalam rangka perawatan kesehatan pasien diabetes demi mencegah morbiditas yang
lebih parah juga menghindari mortalitas. Berdasarkan gambar 6.2, rata-rata biaya tindakan
spesialis pada keempat rumah sakit sangatlah bervariasi antar rumah sakit. Hal ini dipengaruhi
oleh seberapa besar atau kecilnya tindakan yang diterima oleh pasien diabetes tersebut.
Sementara itu, proporsi biaya tindakan spesialis memiliki nilai 0,5% hingga 10%. RSUD
Tarakan memiliki proporsi biaya tindakan spesialis paling besar di antara keempatnya yaitu
9,9%.
Rata-rata biaya pemeriksaan laboratorium antar keempat rumah sakit berada pada kisaran
Rp280.000 per orang per tahun hingga Rp432.000 per orang per tahun. Rata-rata biaya
pemeriksaan laboratorium yang paling besar berasal dari RSUD Pasar Rebo, yaitu Rp431.902
per orang per tahun. Biaya pemeriksaan laboratorium terbesar pun berasal dari RSUD Pasar
Rebo, yaitu Rp1.483.000 per orang per tahun. Besarnya bisaya pemeriksaan laboratorium
tersebut dikarenakan pemanfaatan layanan pemeriksaan laboratorium oleh pasien diabetes di
RSUD Pasar Rebo lebih banyak di antara keempat rumah sakit tersebut.
Rata-rata biaya radiologi terbesar berasal dari RSUD Tarakan, yaitu Rp169.666 per orang per
tahun. Pemeriksaan radiologi ini dilakukan pada penderita diabetes yang mengalami
komplikasi ulkus diabetik. Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya
osteomielitis, osteolisis, fraktur dan dislokasi, gas gangren, dan deformitas kaki.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Biaya elektromedik yang dapat digambarkan hanyalah dari RSUP Fatmawati, RSUD Tarakan,
dan RSUD Cengkareng. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, pasien diabetes peserta
PT Jamsostek (Persero) tidak menggunakan layanan elektromedik selama tahun 2012. Ratarata biaya elektromedik pada RSUD Tarakan dan RSUD Cengkareng berkisar Rp70.000 per
orang per tahun hingga Rp90.000 per orang per tahun. Hal ini jauh berbeda dengan rata-rata
biaya elektromedik di RSUP Fatmawati yang mencapai 2-3 kali lipat di RSUD Cengkareng
dan RSUD Tarakan, yaitu Rp239.905 per orang per tahun. Berdasarkan data pemanfaatan
layanan elektromedik, pemanfaatan layanan elektromedik yang paling besar berasal dari
RSUD Cengkareng yaitu 34 kunjungan selama tahun 2012 sedangkan RSUD Pasar Rebo
hanyalah 2 kunjungan dan RSUP Fatmawati sebanyak 27 kali.
Proporsi biaya laboratorium terhadap seluruh total biaya perawatan diabetes di rawat jalan
tingkat lanjut menempati posisi pertama hingga ketiga terbesar sedangkan proporsi biaya
radiologi dan elektromedik kurang dari 5% total biaya. Di RSUP Fatmawati, proporsi biaya
pemeriksaan laboratorium merupakan proporsi terbesar yaitu 34,5% sedangkan radiologi dan
elektromedik hanya 1,2% dan 2,8%. Sementara itu, di RSUD Tarakan, proporsi biaya untuk
pemeriksaan laboratorium merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya farmasi, yaitu 24,8%
dari total biaya perawatan diabetes peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUD Tarakan
sedangkan proporsi biaya radiologi dan elektromediknya tidak mencapai 1% dari total biaya.
Proporsi biaya pemeriksaan laboratorium tersebut hampir sama dengan proporsi biaya
pemeriksaan laboratorium di RSUD Pasar Rebo, yaitu 24,32 % sedangkan proporsi biaya
radiologi hanyalah 0,32% dari total biaya perawatan diabetes. Pada RSUD Cengkareng,
proporsi biaya pemeriksaan laboratorium merupakan proporsi biaya terbesar pada layanan
rawat jalan tingkat lanjut diabetes, yaitu 64,12% dari total biaya. Proporsi ini merupakan
proporsi pemeriksaan laboratorium yang paling besar di antara keempat rumah sakit.
Sementara itu, proporsi biaya untuk pemeriksaan radiologi dan elektromedik tidak mencapai
4% atau hanya 1,56% dan 3,88% dari total biaya.
Proporsi biaya pemeriksaan diagnostik tersebut hampir serupa dengan proporsi biaya
pemeriksaan diagnostik yang ditemukan dalam penelitian GIZ (2012), yaitu 23,12%. Hal ini
pun sama dengan yang ditemukan di Itali pada perawatan diabetes rawat jalan tingkat lanjut
(Garratini, 2001). Pada penelitian tersebut, proporsi biaya untuk pemeriksaan diagnostik
adalah 27% hingga 42% baik diabetes tipe I maupun diabetes tipe II. Sementara itu, proporsi
biaya pemeriksaan diagnostik yang ditemukan dalam penelitian biaya perawatan diabetes
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
pada rawat jalan di Karachi, Pakistan (Khowaja, 2007) adalah 32% dari total biaya rawat jalan
diabetes.
Pada biaya farmasi, nilai yang akan diperbandingkan adalah nilai dari RSUD Tarakan dan
RSUD Pasar Rebo sebab pada kedua rumah sakit ini tersedia data farmasi pasien diabetes
peserta PT Jamsostek (Persero). Biaya farmasi di RSUD Tarakan dan RSUD Pasar Rebo
hampir sama yaitu pada kisaran Rp800.000 – Rp820.000 per orang per tahun.
Sementara itu, proporsi biaya farmasi di RSUD Tarakan adalah 48,3% dan di RSUD Pasar
Rebo adalah 62,78%. Hal ini berarti kurang lebih setengah total biaya perawatan diabetes
pada rawat jalan tingkat lanjut digunakan untuk biaya farmasi.
Pada penelitian GIZ (2012) pada klaim rawat jalan tingkat lanjut pada keluaga miskin di
rumah sakit di DKI Jakarta, ditemukan proporsi biaya obat sebesar 47,44%. Besarnya biaya
farmasi pada perawatan diabetes melitus juga ditemukan pada penelitian lainnya. Seperti di
Karachi, Pakistan, proporsi biaya farmasi memiliki proporsi terbesar, yaitu 48%. Biaya
farmasi yang mendominasi total biaya rawat jalan tingkat lanjut diabetes ini dapat bila tidak
dikendalikan akan terus bertambah besar di masa yang akan datang. Padahal, Indonesia
merupakah negara ketujuh terbanyak yang memiliki penderita diabetes dunia. Tentu hal
tersebut akan menjadi beban biaya kesehatan nantinya. Pengendaliannya adalah dengan
melakukan pemantauan dini terhadap penderita diabetes sehingga risiko komorbiditas dan
komplikasi diabetes yang mendorong penggunaan obat-obatan dapat dihindari.
Rata-rata biaya emergency antar rumah sakit amat berbeda. Dari ketiga rumah sakit yang
memiliki kunjungan emergency oleh pasien diabetes, RSUP Fatmawati memiliki proporsi
biaya yang paling besar, yaitu Rp581.345 per orang per tahun. Pemanfaat layanan emergency
umumnya dikarenakan dibutuhkannya layanan kegawatdaruratan pada kondisi hipoglikemik,
hiperglikemik, dan ketoasidosis. Hal ini seperti yang ditemukan di Inggris, dari 221 kasus
gawat darurat yang dilaporkan selama 12 bulan, 37% karena hipoglikemik sedangkan
selebihnya karena hiperglikemik (Brackenridge, dkk, 2006).
Berdasarkan proporsi biaya emergency pada ketiga rumah sakit, proporsi biaya emergency
yang paling besar berasal dari RSUP Fatmawati, yaitu 17,5% dari total biaya rawat jalan
pasien diabetes peserta PT Jamsostek (Persero) di RSUP Fatmawati. Sementara itu, proporsi
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
biaya emergency di RSUD Tarakan dan RSUD Cengkareng tidak sampai 3%, yaitu 0,32% dan
2,39% berturut-turut.
Biaya lain-lain merupakan biaya-biaya yang tidak termasuk dalam pengelompokan biaya ,
seperti biaya asuhan keperawatan. Rerata biaya lain-lain yang paling besar berasal dari RSUD
Tarakan sebesar Rp117.333 per orang per tahun sedangkan rerata biaya lain-lain di RSUP
Fatmawati adalah 1,6 kali lebih besar dibandingkan dengan RSUD Tarakan, atau sama dengan
Rp194.453 per orang per tahun. Rerata biaya tersebut dipengaruhi oleh tingkat kunjungan dan
tarif yang bervariasi pada layanan-layanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh pasien diabetes
pada masing-masing rumah sakit.
Rata-rata total biaya rawat jalan tingkat lanjut diabetes paling besar berasal dari RSUD Pasar
Rebo, yaitu Rp1.141.372 per orang per tahun, atau sama dengan Rp95.114 per orang per
bulan. Sementara itu, rata-rata total biaya paling kecil di antara keempat rumah sakit berasal
dari RSUD Cengkareng, yaitu Rp400.280 per orang per tahun, atau sama dengan Rp33.357
per orang per bulan. Nilai maksimum total biaya rawat jalan tingkat lanjut diabetes di RSUD
Cengkareng sebesar Rp1.913.950 per orang per tahun, atau sama dengan Rp159.495 per orang
per bulan.
Mengingat banyaknya penderita diabetes di Indonesia yang belum terdiagnosa, dapat
dipastikan bahwa biaya diabetes akan menjadi lebih besar lagi. Hal tersebut tentunya akan
membebani rumah tangga dengan penderita diabetes karena sebagian pendapatannya
diperuntukan pada perawatan diabetes. Beban biaya tersebut dapat dikurangi dengan
melakukan pencegahan diabetes, deteksi dini terhadap penderita diabetes, mereduksi
komordibitas dan komplikasi diabetes melalui pemantauan kondisi diabetes secara teratur.
Pada skala nasional, perlu dibuat sebuah program pencegahan yang cost-effective untuk
memaksimalkan peningkatan kesehatan dan risiko beban biaya kesehatan yang besar.
Deteksi dini diabetes melitus tidak cukup dengan mengandalkan peran pemerintah melalui
posbindunya sebab posbindu saat ini hanya dapat menjangkau lansia saja sedangkan
masyarakat usia produktif tidak dapat berpartisipasi dalam posbindu karena tidak dapat absen
dari pekerjaanya. Oleh karena itu, peran perusahaan atau pemberi kerja sangatlah dibutuhkan
dalam melakukan deteksi diabetes melitus pada tenaga kerjanya melalui pemeriksaan
kesehatan berkala yang telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Transmigrasi No. Per-02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Perusahaan atau pemberi kerja dapat memanfaatkan
program tambahan JPK PT Jamsostek yaitu pemeriksaan kesehatan berkala sehingga deteksi
dini diabetes melitus pun dapat dilakukan di antara tenaga kerja.
Dalam jangka panjang, pemberi jaminan pelayanan kesehatan seperti JPK PT Jamsostek perlu
mengadakan suatu program dalam rangka pengendalian biaya diabetes melitus seperti halnya
yang dilakukan oleh PT Askes (Persero) dengan Prolanis-nya. Prolanis adalah program
pengelolaan penyakit kronis yang salah satu penyakit yang dikelolanya adalah diabetes
melitus. Program ini Program ini dirancang dengan melibatkan sistem terintegrasi antara
peserta, Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK- dokter keluarga, laboratorium, apotek, rumah
sakit), dan PT Askes (Persero). Peserta yang terdaftar sebagai pasien Askes Prolanis akan
mendapatkan Dokter Keluarga Prolanis yang dipilih serta buku pemantauan status kesehatan,
selanjutnya dokter keluarga ini akan memberikan pelayanan komprehensif dan berperan
sebagai konsultan bagi peserta dengan memberikan bimbingan, edukasi, dan peningkatan
kemampuan peserta untuk melakukan pemeliharaan atas kesehatan pribadinya secara mandiri.
Dokter tersebut akan memantau kondisi dan status kesehatan peserta Prolanis secara rutin
serta bisa memberikan resep obat kronis pada level RJTP. Dalam penelitian Iskandar (2012)
mengenai efektivitas prolanis dalam rangka pengendalian status kesehatan pada penderita
diabetes melitus tipe 2 di Kabupaten Sukoharjo, ditemukan bahwa prolanis saangat efektif
dalam pengendalian status kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes
melitus tipe 2.
Kesimpulan
Biaya rawat jalan tingkat lanjut diabetes antar rumah sakit yang diteliti bervariasi. Proporsi
terbesar biaya RJTL diabetes pada rumah sakit di Jakarta yang penulis teliti adalah biaya
farmasi, yaitu 40%-60% dari total biaya. Proporsi terbesar kedua adalah biaya laboratorium,
yaitu 24%-36% dari total biaya RJTL diabetes di rumah sakit. Proporsi terbesar ketiga adalah
biaya konsultasi, yaitu 10%-12% dari total biaya RJTL diabetes di rumah sakit. Sedangkan
proporsi biaya tindakan, biaya emergency, biaya lain-lain, biaya radiologi, dan biaya
elektromedik umunya kecil, yaitu 0,2%-10% dari total biaya.
Pengendalian biaya konsultasi spesialis dengan mengedepankan peran dokter umum pada
layanan primer yaitu dalam melakukan kontrol kondisi glikemik pasien diabetes. Biaya
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
farmasi dapat ditekan melalui pemantauan dini terhadap penderita diabetes sehingga risiko
komorbiditas dan komplikasi diabetes yang mendorong penggunaan obat-obatan yang lebih
banyak dapat dihindari. Pemantauan dini tersebut melalui Posbindu, dan Pemeriksaan
Kesehatan Berkala oleh Perusahaan. Biaya emergency dapat dikurangi dengan melakukan
pengolalaan diabetes yang baik melalui perencanaan diet diabetes, latihan jasmani, serta
kontrol rutin terhadap kondisi glikemik dalam darah baik melalui pemeriksaan laboratorium.
Bagi penyelenggara jaminan pelayanan kesehatan, dibutuhkan program tertentu untuk
mengendalikan biaya diabetes melitus seperti PT Askes (Persero) dengan Prolanis-nya. Pada
skala nasional, perlu dibuat sebuah program pencegahan yang cost-effective
untuk
memaksimalkan peningkatan kesehatan dan risiko beban biaya kesehatan yang besar.
Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya yang serupa agar bisa membandingkan hasilnya
guna melihat trend
biaya RJTL diabetes di rumah sakit. Pada penelitian selanjutnya,
sebaiknya keterbatasan pada penelitian ini dapat dihilangkan, yaitu karakteristik pasien seperti
umur, dan jenis kelamin selain itu variabel seperti status klinis (tipe diabetes, dan tipe
komplikasi), serta biaya transportasi, biaya akomodasi, dan kunjungan (utilisasi) dapat diteliti.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan kajian beerdasarkan data rekam medis jika
dimungkinkan. Perlu juga dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pasien diabetes memanfaatkan layanan kesehatan.
Daftar Referensi
About
Diabetes.
2013.
International
Diabetes
Federation.
15
Mei
2013.
<http://www.idf.org/about-diabetes>
American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. 2010. 15
Mei 2013.
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara, 2010.
Bahia, Luciana., Araujo, Denizar Vianna., Schaan, Beatriz D., dkk. The Cost of Type 2
Diabetes Mellitus Outpatient Care in the Brazilian Public Health System. Value in Health
14 (2011) : 137-140.
Boedisantoso R, A. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu (Ed.ke-2). Ed. Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, dan Imam Subekti.
Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo FK UI, 2011.
163-174.
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
Chatterjee, Susmita., Riewpaiboon, Arthorn., Piyauthakit, Piyanuch., Riewpaiboon, Wachara.,
dkk. Cost of Diabetes and Its Complication in Thailand: a Complete Picture of Economic
Burden. Health and Social Care in the Community. 19:3 (2011): 289-298.
Garattini, Livio., Tediosi, Fabrizio., Chiaffarino, Francesca., dkk. The Outpatient Cost of
Diabetes Care in Italian Diabetes Centers. Value in Health 4:3 (2001): 251-257.
International
Diabetes
Federation.
Types
Diabetes.
2013.
15
Mei
2013.
<http://www.idf.org/types-diabetes>
Khowaja, Liaquat A., Khuwaja, Ali K., dan Cosgrove, Peter. Cost of Diabetes Care in OutPatient Clinics of Karachi, Pakistan. BMC Health Service Research 2007, 7:189. 8 Mei
2013. < http://www.biomedcentral.com/1472-6963/7/189>
Lampiran Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional 2012.
Presentasi Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan dan JPK Kantor Wilayah III, 2012
Khowaja, Liaquat A., Khuwaja, Ali K., dan Cosgrove, Peter. Cost of Diabetes Care in OutPatient Clinics of Karachi, Pakistan. BMC Health Service Research 2007, 7:189. 8 Mei
2013. < http://www.biomedcentral.com/1472-6963/7/189>
Lampiran Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional 2012.
Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Suyono, Slamet. “Patofisiologi Diabetes Melitus.” Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu (Ed.ke-2). Ed. Sidartawan Soegondo, Pradana Soewondo, dan Imam Subekti.
Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo FK UI, 2011.
11-18.
Waspadji,
Sarwono.
“Diabetes
Melitus,
Penyulit
Kronik
dan
Pencegahannya.”
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (Ed.ke-2). Ed. Sidartawan Soegondo, Pradana
Soewondo, dan Imam Subekti. Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo FK UI, 2011. 175-185.
World Health Organization. Diabetes Mellitus. 2013. <http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/
Perbandingan biaya…, Annisa Fitria, FKM UI, 2013
15 Mei 2013. 
Download