KUALITAS LARVA IKAN LELE Clarias sp. YANG

advertisement
KUALITAS LARVA IKAN LELE Clarias sp. YANG
DIPELIHARA DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK
ROSI SULISTIANI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Larva Ikan Lele
Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rosi Sulistiani
NIM C14134001
ABSTRAK
ROSI SULISTIANI. Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan
Teknologi Bioflok. Dibimbing oleh JULIE EKASARI dan MIA SETIAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk
dan larva dengan teknologi bioflok (BFT) terhadap kualitas larva ikan lele. Induk
ikan lele Afrika dipelihara dengan BFT dan kontrol, kemudian larva dari masingmasing induk tersebut dipelihara dengan BFT dan kontrol. Larva berumur dua
hari setelah menetas dengan ukuran panjang 0.55-0.76 cm dipelihara dalam
akuarium bervolume 2 L; dengan kepadatan 100 ekor/L, dan dipelihara selama 14
hari. Selain pengamatan terhadap parameter pertumbuhan, ketahanan larva juga
diuji melalui uji kekuatan dan uji stres salinitas. Uji kekuatan dilakukan dengan
memelihara larva tanpa pemberian pakan selama 3 hari. Uji stres dilakukan
dengan merendam larva ke dalam air bersalinitas 20 g/L selama 20 menit. Hasil
uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan induk dan larva tidak
berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup dan keragaman panjang
larva, namun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak larva.
Selain itu, pemeliharaan induk dan larva dengan BFT menghasilkan larva yang
tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi pada uji kekuatan dan uji stres
dibandingkan larva yang dihasilkan dari induk kontrol dan larva yang dipelihara
dengan sistem kontrol.
Kata kunci: BFT, ikan lele, induk, kualitas, larva
ABSTRACT
ROSI SULISTIANI. Quality of Catfish Clarias sp. Larvae Reared in Biofloc
Technology. Supervised by JULIE EKASARI and MIA SETIAWATI.
This study aimed to determine the effect of biofloc technology application
on broodstock and larva culture on the quality of African catfish Clarias sp.
larvae. Catfish broodstock reared in two different systems, BFT and control, and
the larvae from each broodstock were subsequently housed in these two systems
(BFT and control). Two days post hatched larvae with a range of body length of
0.55-0.76 cm were distributed into 2 L aquaria at a density of 100 ind/L and
maintained for 14 days. Besides growth parameters, larvae strength were assessed
using strength and salinity stress tests. Strength test was conducted by maintaining
the larvae without feeding for 3 days. Salinity stress test was done by soaking the
larvae into 20 g/L salinity water for 20 minutes. The growth test showed that
broodstock and larvae culture system had no significant effect on larval survival
and total length variance, but significantly affected larval growth. Furthermore
maintaining catfish broodstock and larvae in BFT resulted in larvae with higher
survival in strength test and salinity stress test.
Keyword: BFT, broodstock, catfish, larvae, quality
KUALITAS LARVA IKAN LELE Clarias sp. YANG
DIPELIHARA DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK
ROSI SULISTIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul skripsi : Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan
Teknologi Bioflok
Nama
: Rosi Sulistiani
NIM
: C14134001
Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh,
Dr Julie Ekasari, SPi MSc
Pembimbing I
Dr Ir Mia Setiawati, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh,
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “ Kualitas Larva
Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok”. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga Maret 2015 di BAK Perikanan
Diploma dan Laboratorium Nutrisi Ikan-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, di antaranya orang tua beserta
keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan dukungan yang tiada henti.
Dr Julie Ekasari, SPi, MSc selaku Pembimbing I dan Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku
Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik atas segala masukan dan
dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. Bapak
Edi Pramono, Bapak Sunarya, Shella Marlinda, Lukman Hakim, dan Wellya Wichi
yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. Teman-teman satu tim
penelitian, yaitu Gilang Satya Lenggara, Muhammad Alkahfi, dan Ratih Fauziatin
Hazanah yang telah bekerja sama selama berjalannya penelitian ini. Teman-teman
seperjuangan Alih Jenis BDP 2013 atas semangat, motivasi, dan kebersamaan selama
masa perkuliahan. Keluarga besar Perikanan Diploma IPB. Keluarga besar
Departemen Budidaya Perairan IPB, BDP 48, dan BDP 49. Bapak Wasjan dan Mba
Retno beserta keluarga besar Laboratorium Nutrisi Ikan BDP.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan
informasi bagi para pembaca serta seluruh pihak yang membutuhkan. Terima
kasih.
Bogor, Agustus 2015
Rosi Sulistiani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 2
Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2
Persiapan Bioflok ............................................................................................... 2
Pemeliharaan Induk ............................................................................................ 3
Pemeliharaan Larva ............................................................................................ 3
Parameter Uji dan Analisis Data ........................................................................ 4
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm)................................................................. 4
Koefisien keragaman panjang (KP) ................................................................ 4
Analisis proksimat........................................................................................... 5
Analisis data .................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Hasil.................................................................................................................... 5
Pembahasan ........................................................................................................ 8
KESIMPULAN ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 14
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 17
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rata-rata (± simpangan baku) tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele
Clarias sp. setelah uji kekuatan dan uji stres salinitas ........................................ 7
2 Analisis proksimat flok........................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari
induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada
media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 5
2 Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari
induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada
media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 6
3 Keragaman panjang larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media
BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 6
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Halaman
Produksi larva ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000b) ............ 14
Kandungan nutrien pakan larva ikan lele .......................................................... 14
Kriteria kuantitatif larva dan benih ikan lele berdasarkan Badan Standar
Nasional (2000a) ............................................................................................... 14
Perhitungan molase ........................................................................................... 15
Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele ............................ 15
Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele ......................... 16
Analisis statistik keragaman panjang larva ikan lele ......................................... 16
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar
yang berkembang baik sebagai ikan budidaya. Konsumsi ikan rata-rata penduduk
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 32.25 kg/kapita dan terus meningkat hingga
mencapai 35.21 kg/kapita pada tahun 2013 (WPI KKP 2013). Konsumsi ikan lele
pada tahun 2015 ini diperkirakan akan mencapai 1.06 juta ton dan akan menjadi
1.77 juta ton pada tahun 2019 (Jati 2015). Meningkatnya konsumsi ikan lele
tersebut mendorong peningkatan produksi ikan lele. Berdasarkan data dari DJPB
KKP (2014), produksi ikan lele di Indonesia mengalami peningkatan yang dapat
dilihat dari trend peningkatan total produksi ikan lele pada tahun 2011 hingga
tahun 2013 yang mengalami peningkatan dari 337 577 ton menjadi 543 461 ton
atau 61%. Berdasarkan informasi tersebut, maka produksi ikan lele diperkirakan
akan terus meningkat pada masa yang akan datang.
Peningkatan produksi tersebut perlu didukung oleh penyediaan berbagai
komponen input produksi, salah satunya adalah ketersediaan benih dengan
kuantitas yang memadai dan kualitas yang baik. Untuk mendapatkan benih yang
baik, maka kualitas larva dan induk juga perlu diperhatikan. Semakin baik kualitas
larva, semakin baik pula kualitas benihnya. Larva merupakan stadia paling kritis
dalam siklus hidup ikan, hal ini karena umumnya larva rentan mengalami
kematian. Selain itu larva pada ikan lele juga memiliki sifat kanibalisme
(Triwinarso et al. 2014).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas larva
tersebut adalah melalui penerapan teknologi bioflok. Teknologi bioflok (biofloc
technology, BFT) merupakan salah satu teknologi yang saat ini sedang
dikembangkan dalam dunia akuakultur. Teknologi ini diterapkan untuk menjaga
kualitas air tetap baik dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien limbah
(Ekasari 2009). Prinsip dasar teknologi bioflok adalah konversi limbah nitrogen
menjadi biomassa mikroba melalui penambahan sumber karbon organik
(Avnimelech 2005).
Tingkat produksi yang tinggi pada sistem akuakultur memerlukan pakan
berprotein (sumber N) dalam jumlah yang tinggi pula. Pakan tersebut ada yang
dimanfaatkan, ada juga yang tidak termakan. Protein pakan yang dimakan
selanjutnya akan dicerna dan dimetabolisme menghasilkan energi dan nutrien
yang diperlukan oleh ikan serta limbah nitrogen yang dibuang dalam bentuk feses
atau dalam bentuk amonia yang dibuang melalui urin dan insang. Sisa pakan yang
tidak termakan dan feses tersebut selanjutnya mengalami mineralisasi
menghasilkan amonia, sehingga seiring waktu konsentrasi nitrogen terutama
amonia semakin meningkat di dalam air. Karena amonia bersifat toksik, maka
agar tidak membahayakan organisme budidaya, konsentrasi amonia harus dibatasi
(Ekasari 2009).
2
Melalui penerapan teknologi bioflok, nitrogen anorganik dikonversi menjadi
bakteri heterotrof dengan penambahan bahan karbon organik seperti molase
dengan rasio karbon per nitrogen (C/N) tertentu. Dengan demikian amonia dapat
dipertahankan pada konsentrasi yang rendah dan biomassa mikroba yang
terbentuk dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme budidaya sebagai sumber
makanan tambahan. Oleh karena itu limbah nitrogen yang terakumulasi dapat
diminimalkan dan pemanfaatan nutrien pakan dapat ditingkatkan.
Teknologi bioflok telah terbukti mampu memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan udang (Widanarni et al. 2010). Kemudian berdasarkan
hasil penelitian lain, teknologi bioflok juga memberikan hasil positif terhadap
pertumbuhan larva ikan nila (Ekasari et al. 2015). Selain itu, BFT juga mampu
meningkatkan kinerja imunitas serta memperbaiki resistensi juvenil udang
vaname Litopenaeus vannamei terhadap infeksi IMNV (Ekasari et al. 2014) dan
mampu melawan parasit Ichthyophthirius multifiliis pada ikan jenis “South
American catfish” Rhamdia quelen (Poli et al. 2015).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk
dan larva dengan teknologi bioflok terhadap kualitas larva ikan lele.
BAHAN DAN METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan
dan satu kontrol (masing-masing tiga ulangan), yaitu:
Bb
: larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media bioflok
Bk
: larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media kontrol
Kb
: larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media bioflok
Kk (kontrol) : larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media kontrol
Persiapan Bioflok
Suspensi bioflok disiapkan dengan cara menambahkan 25 L inokulan
bioflok, probiotik (Sanolife Pro-W) dengan konsentrasi 200 g/ha, 100 g pakan
tepung sebagai sumber N ke dalam bak pemeliharaan induk dan dibiarkan selama
tujuh hari. Selama masa persiapan bioflok tersebut, sumber N dan molase (sumber
C) ditambahkan setiap hari. Untuk mengetahui komposisi nutrisi, dilakukan juga
analisis proksimat flok. Flok ini didapatkan dengan menyaring 50 L media bioflok
pada akhir masa pemeliharaan dengan menggunakan plankton net. Analisis
proksimat yang dilakukan terdiri atas kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan
serat kasar.
2
3
Pemeliharaan Induk
Induk ikan lele Afrika yang digunakan berasal dari Balai Besar Perikanan
Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan ukuran panjang sekitar
44 cm dan bobot sekitar 600 g. Wadah pemeliharaan induk berupa bak terpal
berukuran 2.5 m x 2 m x 0.8 m. Sebelumnya bak didesinfeksi menggunakan
klorin dengan konsentrasi 100 mg/L. Setelah proses desinfeksi selesai, dilanjutkan
dengan persiapan media bioflok dan pengisian air yang berupa air sumur dan 9
titik aerasi dipasang di setiap bak. Setelah media bioflok sudah siap, induk baru
ditebar ke dalam bak dengan kepadatan 5 ekor/m2 untuk induk betina dan 4
ekor/m2 untuk induk jantan.
Induk ikan lele dipelihara selama 112 hari dan diberi pakan buatan berkadar
protein 36%. Pakan tersebut diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian
pakan 2% per hari dan frekuensi pemberian tiga kali sehari. Pada media bioflok,
molase diberikan setiap satu kali sehari setelah pemberian pakan terakhir.
Pergantian air hanya dilakukan terhadap perlakuan kontrol sebanyak 30%,
sedangkan pada perlakuan bioflok hanya dilakukan proses pengenceran dengan
penambahan air sumur.
Induk ikan lele yang dipelihara dengan teknologi bioflok dan kontrol
masing-masing dipijahkan secara alami dengan rasio jantan dan betina sebesar 1:1
dalam wadah pemijahan berupa bak beton berukuran 3 m x 2.5 m x 1 m.
Sebelumnya bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu, diisi air sumur baru, dan
dilakukan pemasangan kakaban yang menutupi dasar bak. Kakaban ini berfungsi
sebagai substrat untuk menempelnya telur. Kemudian induk ditebar pada waktu
malam hari untuk pemijahan alami. Selanjutnya larva hasil dari masing-masing
pemijahan ini digunakan untuk pemeliharaan larva.
Pemeliharaan Larva
Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 20 cm x 15 cm x 15 cm
sebanyak 12 unit. Larva yang digunakan adalah larva yang sudah berumur dua
hari setelah menetas atau 2 days post hatching (DPH) dengan kisaran panjang
mutlak awal larva 0.55-0.76 cm. Larva ditebar ke dalam setiap akuarium yang
berisi 2 L media pemeliharaan dengan kepadatan 100 ekor/L. Media bioflok pada
pemeliharaan larva diambil dari media pemeliharaan induk. Sedangkan media
kontrol pemeliharaan larva berasal dari stok tandon.
Larva ikan lele dipelihara selama 14 hari (2 DPH – 16 DPH) di dalam
akuarium uji yang diletakkan dalam akuarium besar berisi air dan dilengkapi
dengan pemanas (heater) yang diatur pada temperatur 28 oC dengan satu titik
aerasi di setiap akuarium pemeliharaan. Larva diberi pakan buatan berbentuk
tepung (Feng Li 0) dengan kadar protein 40%, dan mulai diberikan ketika kuning
telur pada larva sudah mulai habis, yaitu pada hari kedua setelah penebaran atau
ketika larva berumur 3 hari. Pakan tersebut diberikan secara restricted dengan
tingkat pemberian pakan 20% bobot biomassa dan frekuensi pemberian tiga kali
sehari.
4
Selama pemeliharaan, dilakukan kegiatan penyifonan endapan kotoran dan
sisa pakan di dasar akuarium serta penambahan air setiap seminggu sekali untuk
mengganti air yang hilang akibat penguapan. Selain itu dilakukan juga
pengukuran suhu dan kadar oksigen terlarut (dissolve oxygen, DO). Suhu
pemeliharaan berkisar 28-30 oC dan DO sekitar 5.0-5.3 mg/L. Selanjutnya
pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor larva ikan
per akuarium pada akhir masa pemeliharaan. Sampel diambil secara acak dan
diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Untuk menguji ketahanan larva terhadap stres, dilakukan uji kekuatan dan
uji stres salinitas. Uji kekuatan ditujukan untuk melihat ketahanan larva pada
kondisi kekurangan pakan. Pemeliharaan larva pada uji ini dilakukan bersamaan
dengan uji pertumbuhan, yaitu dimulai pada larva berumur 2 DPH. Pada uji
kekuatan, larva dipelihara berdasarkan perlakuan masing-masing dalam toples
plastik bervolume 1 L yang masing-masing dilengkapi dengan satu titik aerasi,
dan tidak diberi pakan selama tiga hari. Sisa larva yang bertahan hidup kemudian
dihitung untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup setelah uji kekuatan.
Uji stres salinitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan hidup
larva dalam salinitas ekstrim dan dilakukan pada akhir masa pemeliharaan (16
DPH). Larva ikan lele sebanyak 25 ekor dimasukkan ke dalam toples berisi 1 L air
bersalinitas 0 g/L (kontrol) dan 20 g/L. Ikan didiamkan selama 20 menit dan
setelah itu dipindahkan kembali ke dalam air tawar. Data tingkat kelangsungan
hidup ditentukan berdasarkan jumlah ikan yang tetap hidup setelah dimasukkan ke
dalam air tawar.
Parameter Uji dan Analisis Data
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm)
Pertumbuhan panjang dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Effendie
1997):
Pm = Pt – P0
Keterangan:
Pm
: Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt
: Panjang rataan pada pada hari ke–t (cm)
P0
: Panjang rataan pada pada hari ke–0 (cm)
Koefisien keragaman panjang (KP)
Keragaman yang diukur adalah variasi panjang larva. Keragaman ini diukur
dengan menghitung koefisien keragaman panjang (KP) yang merupakan
persentase dari simpangan baku contoh terhadap nilai tengahnya. Perhitungan ini
sesuai dengan rumus menurut Steel dan Torrie (1993) seperti berikut:
𝐒
KP =( ̅) x 100
𝐘
Keterangan:
KP = Koefisien keragaman panjang (%)
S
= Akar ragam contoh (cm)
̅
Y
= Rataan contoh (cm)
4
5
Analisis proksimat
Analisis proksimat bioflok dilakukan berdasarkan metode Takeuchi (1998).
Analisis kadar air dilakukan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 105-110 ºC,
sedangkan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 ºC.
Lalu protein dengan metode Kjeldahl, lemak dengan metode Folch, dan serat
kasar dilakukan dengan metode pelarutan asam-basa kuat serta pemanasan.
Analisis data
Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis statistik dan
deskriptif. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak Microsoft Excel 2007 dan SPPS Statistic 17.0. Analisis ragam dilakukan
dengan menggunakan uji One-Way ANOVA. Asumsi normalitas data dan
homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
Levene, dan semua data menunjukkan sebaran normal dan ragam yang homogen.
Perbedaan nyata antar perlakuan selanjutnya diuji lanjut dengan uji Duncan
berselang kepercayaan 95%. Analisis statistik ANOVA dilakukan pada parameter
tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang, dan keragaman panjang,
sedangkan untuk uji kekuatan dan uji stres dijelaskan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Larva ikan lele yang berukuran panjang awal 0.55-0.76 cm dan dipelihara
selama 14 hari menghasilkan nilai tingkat kelangsungan hidup (TKH) seperti pada
Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa TKH dari semua perlakuan tidak
berbeda nyata (P>0.05). Nilai TKH berkisar 36.33-47.00% dengan nilai tertinggi
pada perlakuan Kb.
Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. yang berasal
dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang
dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas
diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)
6
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang mutlak larva yang
berasal dari induk BFT (perlakuan Bb dan Bk) lebih tinggi daripada larva yang
dihasilkan dari induk kontrol (perlakuan Kb dan Kk). Walaupun demikian
perbedaan nyata hanya terdapat antara perlakuan Bb dan Bk dengan Kb,
sedangkan kontrol (Kk) tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Gambar 2 Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele Clarias sp. yang berasal
dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara
pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)
Gambar 3 menunjukkan bahwa KP dari semua perlakuan tidak berbeda
nyata (P>0.05). Nilai KP berkisar 8.66-9.78% dengan nilai tertinggi pada
perlakuan Kb.
Gambar 3 Keragaman panjang larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media
BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)
6
7
Uji kekuatan dan uji stres menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan
induk (perlakuan Bb dan Bk) menghasilkan larva dengan tingkat kelangsungan
hidup yang lebih tinggi dibandingkan larva hasil pemeliharaan induk kontrol
(perlakuan Kb dan Kk) (Tabel 1). Sementara itu pemeliharaan larva dengan BFT
(perlakuan Bb dan Kb) terlihat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup lebih
tinggi dibandingkan pemeliharaan larva dengan sistem kontrol.
Tabel 1 Rata-rata (± simpangan baku) tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele
Clarias sp. setelah uji kekuatan dan uji stres salinitas
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Uji kekuatan
Uji stres
75.00 ± 5.66
32 ± 16.97
53.75 ± 8.84
22 ± 14.14
37.25 ± 18.03
6 ± 2.83
35.50 ± 18.38
2 ± 2.83
Perlakuan
Bb
Bk
Kb
Kk
Keterangan: Bb (larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media bioflok); Bk (larva
hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media kontrol); Kb (larva hasil dari
induk kontrol dan dipelihara dengan media bioflok); Kk (larva hasil dari induk kontrol
dan dipelihara dengan media kontrol)
Tabel 2 menunjukkan bahwa flok memiliki kadar protein dan lemak
masing-masing sebesar 34.69% dan 4.83%.
Tabel 2 Analisis proksimat flok
Komposisi nutrien
Kadar air
Kadar abu
Protein
Lemak
Serat kasar
BETN
Dalam bobot
basah
90.61
1.84
3.25
0.45
0.77
3.08
Nilai (%)
Dalam bobot
kering
19.65
34.69
4.83
8.22
32.61
Kuhn et al.
(2009)
11.8
40.5
< 0.1
15.3
31.2
8
Pembahasan
Berdasarkan nilai tingkat kelangsungan hidup, pemeliharaan larva selama
empat belas hari dengan BFT tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05).
Nilai TKH yang didapatkan dalam penelitian ini lebih rendah dari standar
produksi larva ikan lele menurut SNI 01-6484.4-2000, yaitu 60% (BSN 2000b,
Lampiran 1). Nilai standar tersebut didapat melalui sistem pemeliharaan dengan
kepadatan 100 ekor/m2 atau setara dengan 1 ekor/10 L (asumsi tinggi air 1 m),
sedangkan kepadatan larva yang digunakan pada penelitian ini sebesar 100 ekor/L.
Selain kepadatan yang tinggi, penyebab lain dari kelangsungan hidup yang rendah
pada penelitian ini diduga karena pakan yang diberikan adalah pakan buatan,
bukan pakan alami seperti yang umum dilakukan pembudidaya. Menurut
Setiawati et al. (2013), pakan yang biasa digunakan pada saat stadia larva hingga
larva menjadi benih adalah Artemia (Artemia salina) dan cacing sutra (Tubifex
sp.). Hal ini dikarenakan sistem pencernaan ikan pada stadia awal masih
sederhana dan belum berdiferensiasi baik secara morfologis maupun fisiologis,
sehingga diperlukan pemberian pakan alami (Suryanti 2002).
Berdasarkan nilai panjang mutlak (Pm), pertumbuhan larva ikan lele yang
berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT (perlakuan Bb dan Bk)
berbeda nyata (P<0.05) jika dibandingkan dengan larva yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan kontrol. Sementara sistem pemeliharaan larva tidak
mempengaruhi parameter ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al.
(2011), yaitu bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk. Oleh
karena itu diduga bioflok berperan dalam pertumbuhan larva yang diturunkan dari
induknya, sehingga pertumbuhan panjang larvanya lebih tinggi dibandingkan
larva dari pemeliharaan induk kontrol.
Berdasarkan nilai keragaman panjang (KP), pemeliharaan dengan BFT tidak
memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05). Hal ini diduga karena kebutuhan
nutrien larva sudah maksimal dari pakan yang diberikan (Lampiran 2), sehingga
kontribusi bioflok dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh. Semua perlakuan
menghasilkan nilai keragaman di bawah 10% atau nilai keseragaman di atas 90%.
Hal ini masih sesuai dengan data SNI 01-6484.2-2000 (BSN 2000a, Lampiran 3),
bahwa larva ikan lele umumnya memiliki nilai keseragaman ukuran panjang
sebesar 90%.
Keragaman panjang (KP) merupakan parameter penting dalam produksi
benih (Bondad-Reantaso 2007). Koefisien keragaman panjang menunjukkan nilai
variasi ukuran panjang pada setiap perlakuan sehingga dapat diketahui
keseragaman populasi setiap perlakuan (Budiardi et al. 2008). Ukuran ikan yang
beragam akan mempengaruhi kesempatan persaingan pakan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hidayatullah et al. (2015), bahwa larva yang berukuran lebih
besar akan lebih menguasai makanan yang tersedia. Selain itu dengan ditunjang
oleh ukuran tubuh yang lebih besar maka kesempatan makannya lebih tinggi dan
akan tumbuh lebih cepat, sedangkan larva yang kecil kesempatan untuk
mendapatkan makanan rendah karena kalah dalam memperebutkan makanan
dengan larva yang berukuran lebih besar. Dengan jumlah larva yang lebih sedikit
akibat mortalitas tinggi, maka ukuran ikan yang tumbuh menjadi lebih seragam
karena persaingan pakan lebih rendah.
8
9
Nilai TKH pada uji kekuatan menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan
larva mengalami peningkatan TKH larva sebesar 4-28% dibandingkan larva yang
dipelihara dengan sistem kontrol, baik larva tersebut berasal dari induk BFT
maupun kontrol. Hal ini didukung oleh pernyataan Rohmana et al. (2014), yaitu
pemeliharaan udang galah tanpa pemberian pakan dan hanya mengintensifkan
bakteri heterotrof melalui pemanfaatan limbah nitrogen dan penambahan sumber
karbon serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen ternyata menghasilkan
kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang hampir sama dengan
pemeliharaan udang tanpa aplikasi bakteri heterotrof yang diberi pakan dengan
kandungan protein 28%. Penelitian sebelumnya oleh Xu dan Pan (2012)
menunjukkan bahwa pada udang yang dipelihara dalam BFT terjadi peningkatan
aktivitas enzim protease dan amilase. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan
Dantas et al. (2014), bahwa terdapat manfaat berupa gizi yang dihasilkan bioflok
di dalam saluran pencernaan enzimatik udang vaname Litopenaeus vannamei
dalam penelitiannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bioflok ini dimakan
oleh larva ikan lele dan menjadi pakan alaminya.
Teknologi bioflok pada pemeliharaan induk (perlakuan Bb dan Bk)
menghasilkan peningkatan TKH larva pada uji kekuatan sebesar 34-50%
dibandingkan larva hasil induk kontrol (perlakuan Kb dan Kk). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa bioflok dapat berkontribusi
sebagai sumber nutrien bagi induk. Berdasarkan pernyataan tersebut, diduga
bioflok juga berperan dalam peningkatan ketahanan larva sehingga tingkat
kelangsungan hidupnya lebih tinggi dibandingkan larva dari pemeliharaan induk
kontrol walaupun tidak diberi pakan selama tiga hari dalam penelitian ini.
Sama halnya dengan hasil uji kekuatan, nilai TKH pada uji stres juga
menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan larva dapat menghasilkan
peningkatan TKH larva sebesar 31-66% dibandingkan larva yang dipelihara
dengan sistem kontrol, baik larva tersebut berasal dari induk BFT maupun kontrol.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ekasari et al. (2015) yang menunjukkan
bahwa larva ikan nila dari pemeliharaan BFT memberikan tingkat kelangsungan
hidup yang lebih tinggi pada uji stres salinitas 35 g/L dibandingkan larva
pemeliharaan kontrol. Selain itu menurut Linan-Cabello et al. (2002) dan Burford
et al. (2004), kontribusi enzim pencernaan serta nutrien penting seperti senyawasenyawa bioaktif, vitamin, enzim, fitosterol, dan fotopigmen diduga mampu
berperan dalam penyempurnaan organ tubuh termasuk yang berperan dalam
sistem osmoregulasi pada larva. Oleh karena itu larva ikan lele yang dipelihara
dengan sistem bioflok diduga lebih tahan terhadap perubahan salinitas.
Kekuatan larva dalam menghadapi stres sangat diperlukan terutama pada
kegiatan pembenihan ikan lele. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, seringkali
dilakukan proses sortir yang bertujuan untuk memisahkan ikan dalam ukuran yang
berbeda, sehingga menghasilkan beberapa ukuran tertentu. Namun demikian
proses sortir ini dapat menyebabkan stres pada ikan yang pada akhirnya dapat
mengganggu pertumbuhan, bahkan menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu
peningkatan kekuatan larva ikan lele yang dipelihara dengan BFT terhadap stres
diduga dapat membantu larva dalam menghadapi stres akibat penanganan seperti
halnya proses sortir.
10
Berdasarkan analisis proksimat flok dalam bobot kering, didapatkan flok
memiliki protein 34.69%, lemak 4.83%, dan kadar abu 19.65%. Hasil ini sudah
mendekati nilai proksimat flok dari penelitian sebelumnya oleh Kuhn et al. (2009)
yaitu kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai 40.5%, lemak
< 0.1%, dan kadar abu dapat mencapai 11.8%. Kebutuhan protein untuk larva ikan
berkisar 40-60% sedangkan kebutuhan lemak berkisar 3-10% (Herawati dan Agus
2014), sehingga dapat dikatakan protein dan lemak flok dari penelitian ini cukup
berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan larva tersebut namun hanya sebagai
pakan tambahan.
Kebutuhan protein dan lemak sangat dibutuhkan oleh larva khususnya pada
stadia awal, hal ini karena protein sangat berfungsi untuk memperbaiki dan
mempertahankan jaringan sel-selnya (Herawati dan Agus 2014). Protein berkaitan
erat dengan ketersediaan energi dalam pakan, karena protein merupakan sumber
energi bagi ikan dan merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk
pertumbuhan (Anggraeni dan Nurlita 2013). Lalu menurut Zheng et al. (2010),
lemak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva
catfish Pelteobagrus vachelli. Hal ini dikarenakan lemak berfungsi untuk
supporting pertumbuhan dalam membantu proses metabolisme dalam tubuh larva
ikan (Herawati et al. 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan
larva berukuran panjang awal 0.55-0.76 cm selama 14 hari dari induk ikan lele
dengan teknologi bioflok tidak mempengaruhi pertumbuhan, namun dapat
meningkatkan kualitas melalui daya tahan larva ikan lele terhadap kondisi
kekurangan makanan dan perubahan lingkungan.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni NM, Nurlita A. 2013. Pengaruh pemberian pakan alami dan pakan
buatan terhadap pertumbuhan ikan betutu Oxyeleotris marmorata pada skala
laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2 (1): 2337-3520.
Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture
systems. Aquaculture. 176: 227–235.
Avnimelech Y. 2005. Tilapia harvest microbial flocs in active suspension research
pond. Global Aquaculture Advocate: 57-58.
Bondad-Reantaso M. 2007. Assessment of Freshwater Fish Seed Resources for
Sustainable Aquaculture. Roma (IT): Food and Agriculture Organization of
the United Nation.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2000a. Benih Ikan Lele dumbo Clarias gariepinus
x C.fuscus Kelas Benih Sebar: SNI 01-6484.2-2000. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2000b. Produksi Benih Ikan Lele dumbo Clarias
gariepinus x C.fuscus Kelas Benih Sebar: SNI 01-6484.4-2000. Jakarta
(ID): BSN.
Budiardi T, Irawan DY, Wahjuningrum D. 2008. Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup lobster capit merah Cherax quadricarinatus dipelihara pada sistem
resirkulasi dengan kepadatan yang berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7
(2): 109-114.
Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution of
the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of the
post-larval shrimp Penaeus esculentus (Haswell) in high-density rearing
systems. Aquaculture Research. 35: 508-515.
Dantas JrEM, Valle BCS, Brito CMS, Calazans NKF ,Peixoto SRM, Soares RB.
2014. Partial replacement of fishmeal with biofloc meal in the diet of
postlarvae of the Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture
Nutrition.
[DJPB KKP] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan
Perikanan. 2014. Data statistik tahunan produksi perikanan budidaya
Indonesia [internet]. http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/207/dataproduksi-perikanan-indonesia-direktorat-jenderal-perikanan-budidaya/?
category_id=35. [Diunduh pada 2015-08-01].
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ekasari J. 2009. Teknologi bioflok: Teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya
sistem intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (2): 117-126.
Ekasari J, Azhar MH, Surawidjaja EH, Nuryati S, De Schryver P, Bossier P. 2014.
Immune response and disease resistance of shrimp fed bioflocs grown on
different carbon sources. Fish & Shellfish Immunology. (41): 332-339.
Ekasari J, Rivandi DR, Firdausi AP, Surawidjaja EH, Zairin JrM, Bossier P, De
Schryver P. 2015. Biofloc technology positively affects Nile tilapia
Oreochromis niloticus larvae performance. Aquaculture. 441: 72–77.
Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011. Floc contribution on
spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture
Research. 19: 891-901.
12
Herawati VE, Sarjito, Hutabarat J, Prayitno B. 2012. Effect of using guillard and
walne technical culture media on growth and fatty acid profiles of
microalgae Skeletonema sp. in mass culture. Journal of Coastal
Development 16 (1): 50-56.
Herawati VE, Agus M. 2014. Analisis pertumbuhan dan kelulushidupan larva lele
Clarias gariepinus yang diberi pakan Daphnia sp. hasil kultur massal
menggunakan pupuk organik difermentasi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. 26 (1): 1-11.
Hidayatullah S, Muslim, Taqwa FH. 2015. Pendederan larva ikan gabus Channa
striata di kolam terpal dengan padat tebar berbeda. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 20 (1): 61-70.
Jati YW. 2015. Konsumsi ikan nasional diprediksi melonjak 61,4% pada 2019
[internet]. http://industri.bisnis.com/read/20150414/99/422931/konsumsiikan-nasional-diprediksi-melonjak-614-pada-2019. [Diunduh pada 2015-0812].
Kuhn DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, Flick GJ. 2009. Microbial
flocs generated in bioreactors is a superior replacement ingredient for
fishmeal or soybean meal in shrimp feed. Aquaculture. 296:51–57.
Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of
caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition. 8: 299-309.
Matahari
Sakti.
2015.
Feng
Li
standard
[internet].
http://www.mataharisakti.com/products/feng-li-standard. [Diunduh pada
2015-03-11].
Poli MA, Schveitzer R, de Oliveira Nuner AP. 2015. The use of biofloc
technology in a South American catfish Rhamdia quelen hatchery: Effect of
suspended solids in the performance of larvae. Aquacultural Engineering.
66: 17-21.
Rohmana D, Surawidjaja EH, Sukenda, Ekasari J. 2014. Water quality and
production performance of catfish–prawn co-culture with organic carbon
source addition. Aquaculture International. 23: 267-276.
Setiawati M, Putri D, Jusadi D. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva
ikan patin Pangasionodon sp. diberi Artemia yang diperkaya dengan
vitamin C. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12 (2): 137–144.
Suryanti Y. 2002. Perkembangan aktivitas enzim pencernaan dan hubungannya
dengan kemampuan pemanfaatan pakan buatan pada larva/benih ikan baung
Mystus nemurus C.V. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika:
Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama. Terjemahan.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrients. In:
Fish nutrition and mariculture. Japan: Japan International Cooperation
Agency (JICA).
Triwinarso WH, Basuki F, Yuniarti T. 2014. Pengaruh pemberian rekombinan
hormon pertumbuhan (rGH) melalui metode perendaman dengan lama
waktu yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan lele
varietas sangkuriang. Journal of Aquaculture Management and Technology.
4 (3): 265-272.
12
13
Widanarni, Yuniasari D, Sukenda, Ekasari J. 2010. Nursery culture performance
of Litopenaeus vannamei with probiotics addition and different c/n ratio
under laboratory condition. HAYATI Journal of Biosciences. 17 (3): 115119.
[WPI KKP] Warta Pasar Ikan Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013.
Konsumsi ikan dan penyediaan ikan untuk konsumsi [internet].
http://www.wpi.kkp.go.id/index.php/berita/136-konsumsi-ikan-danpenyediaan-ikan. [Diunduh pada 2015-08-01].
Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive
enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in
zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Aquaculture.
356-357: 147-152.
Zheng K, Zhu X, Han D, Yang Y, Lei W, Xie S . 2010. Effects of dietary lipid
levels on growth, survival and lipid metabolism during early ontogeny
of Pelteobagrus vachelli larvae. Aquaculture. 299: 121-127.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Produksi larva ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000b)
Kriteria
Umur
Padat tebar
Ukuran
FR pakan
Sintasan
Satuan
Hari
Ekor/m2
Cm
%
%
Nilai
20
100
0.75 – 1.00
20
60
Lampiran 2 Kandungan nutrien pakan larva ikan lele
Komposisi nutrien
Kadar abu
Protein
Lemak
Serat kasar
Nilai (%)
15
40
6
3
Sumber: Matahari Sakti 2015
Lampiran 3 Kriteria kuantitatif larva dan benih ikan lele berdasarkan Badan
Standar Nasional (2000a)
Kriteria
Umur
Panjang total
Bobot minimal
Keseragaman ukuran
Keseragaman warna
14
Satuan
Hari
Cm
Gram
%
%
Nilai
3
0.75 – 1.00
0.05
> 90
100
15
Lampiran 4 Perhitungan molase
 Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999).
 % Nitrogen pakan
= 16%
 % Nitrogen ekskresi lele = 75%
 % C pakan
= 40%
 Asumsi : Σ pakan/hari = A
 Σ Nitrogen= Σ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen ekskresi
= A x (40 x16) x 75
= 0.048A

C
N
= 15
C
= 15
0.048 A
C = 0.048 A x 15
C = 0.72 A
∴ Perbandingan molase yang diberikan terhadap pakan adalah 0.72 : 1
Lampiran 5 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele
One-Way ANOVA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
275.729
367.500
3
8
Total
643.229
11
91.910
45.938
Homogeneous Subsets
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan
Kk
Bb
Kb
Bk
Sig.
N
1
3
3
3
3
36.3333
39.8333
47.0000
47.6667
.091
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
F
2.001
Sig.
.193
16
Lampiran 6 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele
One-Way ANOVA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
.013
.007
3
8
Total
.020
11
.004
.001
F
Sig.
4.674
.036
Homogeneous Subsets
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan
N
1
2
Kb
3
.35433
Kk
Bk
3
3
.39400
Bb
3
.39400
.42533
.43933
Sig.
.147
.116
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 7 Analisis statistik keragaman panjang larva ikan lele
One-Way ANOVA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
2.073
13.979
3
8
Total
16.052
11
.691
1.747
Homogeneous Subsets
Duncana
Subset for alpha = 0.05
perlakuan
Kk
Bk
Bb
Kb
Sig.
N
1
3
3
3
3
8.6600
8.9933
9.3433
9.7800
.357
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
16
F
Sig.
.396
.760
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Cirebon pada tanggal 19
Februari 1991 dari ayah bernama Edi Haryadi dan ibu
bernama Siti Fatchiatun. Penulis merupakan anak ketiga
dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis di SMA
Negeri 1 Cirebon pada tahun 2006 dan lulus pada tahun
2009. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di
tingkat perguruan tinggi, di Program Diploma III Institut
Pertanian Bogor pada program keahlian Teknologi Produksi
dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama melaksanakan pendidikan di Program Diploma, penulis pernah
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa
Diploma IPB 2009-2010, pengurus 2010-2011 dan anggota Ikatan Kekeluargaan
Cirebon IPB, anggota pengaju PKM (Program Kreativitas Mahasiswa)
Kewirausahaan (2011), penerima beasiswa Program Satu Siklus D3 Pertanian
Jawa Barat, serta berperan aktif dalam kepanitiaan kegiatan intra program
keahlian.
Pada tahun 2012 penulis lulus dari jenjang Diploma III dengan
menyelesaikan tugas akhir berjudul “Budidaya Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum) di Ben’s Fish Farm dan Kelompok Tani Mina Berkah Kabupaten
Bogor, Jawa Barat”. Setelah lulus, penulis menjadi asisten praktikum beberapa
matakuliah seperti Teknik Budidaya Perikanan, Dasar-dasar Akuakultur, Teknik
Pengolahan Produk Perikanan Budidaya, Teknik Produksi Pakan Alami, serta
Teknik Pembuatan dan Pemberian Pakan di Program Diploma IPB selama satu
tahun.
Tahun 2013 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya dalam Program
Sarjana Alih Jenis di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama melaksanakan pendidikan di strata satu,
penulis ikut aktif dalam divisi Public Relation HIMAKUA (Himpunan
Mahasiswa Akuakultur) periode 2013-2014, divisi Kesekretariatan panitia
kegiatan AQUAFEST (Aquaculture Festival) 2014, dan asisten praktikum mata
kuliah Nutrisi Ikan 2015. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studinya di strata
satu, penulis melakukan penelitian yang termasuk ke dalam bagian Laboratorium
Nutrisi Ikan dan menyelesaikan skripsinya dengan judul “Kualitas Larva Ikan
Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok”.
Download