BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu menjadi tokoh sekaligus obyek kajian polemik1 yang senantiasa membuat para pemikir tidak pernah usai memikirkannya. Sebagai bagian kecil dari alam semesta, manusia adalah misteri alam raya yang kompleks dan metafora kerumitan, karena meski terpilah namun saling terkait.2 Manusia dalam kehidupannya harus menghadapi faktisitas dan realitas yang tidak bisa diterima langsung begitu saja, sehingga membuatnya berfikir dan bertanya tentang keraguan yang timbul. J.P. Sartre, Filosof Eksistensialisme Prancis, berpendapat bahwa kesadaran manusia terletak pada ketika dia mampu bertanya tentang suatu kebenaran. Dalam bertanya yang sesungguhnya, manusia mampu mempertanyakan tentang Tuhan, alam, hukum, keadilan, kebahagiaan, dirinya sendiri bahkan segala-galanya. Pertanyaan tersebut tidak pernah berhenti dipertanyakan. Berbeda dengan hewan yang tidak memperhatikan akhir dan asal-usul dirinya mengenai tujuan hidup dan hakikat dari kenyataan.3 Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, mampu berbicara dan mengeluarkan pendapatnya dengan didasarkan akal pikirannya 1 Kajian polemikmaksudnya adalah pengkajian tentang sesuatu yang masih tejadi perdebatan mengenaisuatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa. Lihat: Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 885. 2 Nuril Hidayati, “Kebertuhanan Manusia dalam Filsafat Eksistensialisme Atheis F. Nietzsche dan J.P. Sartre”,(Skripsi, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003), 1. 3 Ibid.,2. 1 2 (the animal that reason). Menurutnya, manusia adalah binatang yang mampu berpolitik. Keseluruhan penjabaran di atas jika diringkas akan membentuk sebuah rangkaian kalimat, yaitu: “Obsesi manusia untuk mendapatkan kebenaran membuatnya gelisah. Ketidakmengertian membuatnya khawatir, memberontak dan melawan, ingin mengetahui hakikat dirinya, serta untuk apa dan siapa dia hidup.” Secara kronologis, hal tersebut akan mendorong dirinya untuk mengetahui “Sesuatu” diluar kekuasan manusia atau yang Transenden yaitu Tuhan Sang Pemilik kekuatan (takdir) tersebut. Memahami dan mengetahui tentang Tuhan atau yang transenden menjadi obsesi manusia dari zaman dulu hingga sekarang. Obsesi itu lahir tidak hanya dari tokohtokoh pemilik otoritas, seperti dalam agama. Tetapi, semua manusia mempunyai keinginan untuk mengetahui siapa yang menciptakan alam semesta danseisinya, kemudian mengaturnya, yang menciptakan diri manusia tersebut, dan seluruh kejadian yang tidak mampu akal pikiran menalarnya. Kegelisahan tentang realitas yang tampak dan tidak tampak telah memicu manusia untuk berpikir sangat serius dan mendalam tentang penciptanya atau “The Power” dari segala sesuatu yang ada.4 Tidak sedikit umat beragama yang masih menyembah berhala baik yang berupa patung maupun benda-benda mati yang mempunyai kekuatan sebagai simbolTuhan,atau para Atheis yang tanpa sadar menjadikan dirinya sebagai Tuhan. Beberapa tahun terakhir ini, baik di dunia maya maupun dunia nyata telah dibuat gempar dengan beberapa tulisan Agus Mustofa. Karya-karyanya yang „berbau‟ kontroversial itu, diantaranya, Ibrahim Pernah Atheis, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, 4 Masykur Arif, “Kritik Atas Atheisme (Kajian Filsafat Ketuhanan Franz MagnisSuseno)”,(Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010), 1. 3 Tidak Ada Azab Kubur?, Poligami Yuuk?!, dan karya-karyanya yang lain oleh sebagian orang dianggap menyesatkan. Banyak yang beranggapan bahwa pemikirannya dapat memberikan pengaruh negatif yang tidak sederhana terhadap pola pikir dan tindakan umat Islam. Argumen mereka yang kontra terhadap pemikiran-pemikiran Agus Mustofa tersebut adalah mengenai persoalan penguasaan keilmuan dalam Tafsir Al-Qur‟an. Ahmad Qusyairi Ismail danMoh. Achyat Ahmad, penulis Buku Menelaah Pemikiran Agus Mustofa (Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern), mengatakan: Agus Mustofa berani menulis demikian karena beliau menciptakan sendiri pemahaman dalam menafsiri Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an(Tafsirul Qur‟an bil Qur‟an). Seharusnya beliau harus memenuhi prasyarat sebelum menggunakan metode tersebut, seperti harus menguasi Ulumul Qur‟an, Ilmu Balaghah, dan Ilmu Hadits. Ternyata tidak, penafsiran Al-Qur‟an yang digunakannya jauh dari ketentuan-ketentuan yang semestinya dipenuhi oleh seorang penafsir. Sehingga wajar jika pada penafsiran yang beliau dapat terdapat kelemahan. Agus Mustofa memang seringkali memperkuat argumennya dengan dalil-dalil yang sudah ada padaAl-Qur‟an. Semuanya diramu dengan apik sehingga pembaca merasa yakin bahwa argumen yang beliau layangkan adalah benar. Namun dari sini penulis menyoroti bahwa Agus Mustofa telah mengenyampingkan hadits, tidak ada sama sekali keterangan dari hadits. Sehingga penulis berpendapat bahwa beliau bisa dikategorikan sebagai orang yang anti hadits (Munkirus Sunnah).5 Selain itu, dalam bukunya,Menelaah Pemikiran Agus Mustofa (Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern), Ahmad Qusyairi Ismail danMoh. Achyat Ahmad juga mengatakan: Pemilihan judul yang kontroversial dan tabu untuk diperbincangkan berani beliau angkat, seperti Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Tak Ada Adzab Kubur?,Mengubah Takdir, Memahami Al-Qur‟an Dengan Metode Puzzle. Memang judul-judul tersebut merupakan rangkaian kata yang pas untuk menarik minat seseorang supaya terus membaca. Namun ternyata bukan hanya itu, judul-judul tersebut merupakan representasi dari gambaran isi 5 A. Qusyairi Ismail dkk, Menelaa Pemikiran Agus Mustofa (Koreksi Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern) (Pasuruan: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri, 2009), 14. 4 buku. Agus Mustofa benar-benar berpendapat bahwa Akhirat Tidak Kekal, Tidak Ada Adzab Kubur, dan seterusnya. Pola pikir seperti demikianlah yang menjadikan penulis mempunyai greget untuk menelaah penyimpangan pemikiran Agus Mustofa.6 Seringkali dalam kehidupan sehari-hari didengar „jangan menilai buku dari kulitnya‟ atau dalam bahasa Inggris dikatakan „don‟t judge the book by it‟s cover. Seharusnya menilai sesuatu tidak hanya dari sisi luarnya saja, melainkan isinya juga harus diteliti.Di sisi yang lain, manusia merupakan makhluk yang visual yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang peka terhadap apa yang dilihatnya. Penilaian yang dilakukan melalui penelitian visual ini karena untuk menghindari keputusan yang salah. Oleh karena itu, maka ungkapan „jangan menilai buku dari kulitnya‟ hanya mampu menjadi nasihat saja, tidak lebih dari itu. Begitu juga ketika membaca judul buku seperti Ibrahim Pernah Atheis, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Tidak Ada Azab Kubur?, Poligami Yuuk?!, khalayak akan membuat berbagai interpretasi atau pun tanggapan awal melalui pemahaman yang diperoleh dari hasil pembacaan atau pengalaman hidup yang bersifat pribadi dan sebagainya. Sebenarnya isi buku tersebut tidak demikian, hanya judulnya saja yang dibuat menarik agar pembaca tertarik untuk terus membaca buku-buku karya Agus Mustofa ini. Namun sebenarnya isinya bukanlah representasi dari judul buku tersebut.Misalnya dalam Ibrahim Pernah Atheis, Agus Mustofa ingin mengritisi balik buku-buku para tokoh Atheis secara saintifik. Kemudian dia ingin mengajak pembaca untuk beragama berdasarkan akal sehat mereka, karena sesungguhnya agama itu adalah „akal sehat‟. Artinya, umat Islam tidak menjadikan agama Islam sebatas agama warisan, namun 6 Ibid.,16. 5 menjadikan Islam sebagai Agama yang benar-benar diyakini dan dipahami kebenarannya. Dari sekian banyak karya yang berusaha menganalisis argumen Atheisme, tidak ada yang memperkuat analisisnya dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. Dari sini penulis merasa penting untuk mengangkat ayat-ayat Al-Qur‟an dalam menganalisis argumen Atheisme tersebut. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti pemikiran Agus Mustofa dengan judul: “PANDANGAN AGUS MUSTOFA TENTANG FAKTOR-FAKTOR ATHEISME (Analisis Terhadap Buku Ibrahim Pernah Atheis)”. B. Fokus Kajian Berdasarkan konteks di atas, maka dapat ditarik beberapa pokok rumusan masalah sebagai langkah memfokuskan penelitian ini. Rumusan masalah penting agar penelitian ini tidak melebar kemana-mana dan tidak keluar dari maksud dan tujuan penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimanapandangan Agus Mustofa tentang faktor-faktor Atheisme? 2. Bagaimana analisis Agus Mustofa terhadap pemikiran-pemikiran Atheisme dalam Buku Ibrahim Pernah Atheis? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan pandangan Agus Mustofa tentang faktor-faktor Atheisme. 6 2. Untuk mendeskripsikan analisis Agus Mustofa terhadap pemikiran-pemikiran Atheisme dalam Buku Ibrahim Pernah Atheis. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi kalangan akademisi: Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah sehingga dapat memperkaya khazanah pemikiran Islam. 2. Bagi kalangan praktisi: Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para tokoh Atheis. 3. Pengetahuan bagi seluruh masyarakat luas termasuk pelajar dan mahasiswa mengenai konsep beragama sesuai dengan akal sehat. E. Definisi Istilah Atheisme menurut pandangan Agus Mustofa adalah pada dasarnya setiap orang pasti bertuhan meskipun seseorang yang mengaku sebagai Atheis. Seseorang yang mengaku sebagai Atheis secara tidak langsung telah menuhankan dirinya sendiri sehingga tidak percaya pada keyakinan agama-agama lain. Adapun definisi istilah dari penelitian yangberjudul: “PANDANGAN AGUS MUSTOFA TENTANG ATHEISME (Anslisis Terhadap Buku Ibrahim Pernah Atheis)”, adalah bahwa Agus Mustofa berusaha menganalisis pemikiran-pemikiran Atheisme kemudian memperkuat analisisnya dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. 7 F. Metodologi Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif7-analitik8, yaitu menguraikan dan menjelaskan terhadap masalah yang akan diteliti.9 2. Pengumpulan Data Untuk mencari dan mengumpulkan beberapa data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research).10 Yaitu pengumpulan data yang bersumber dari bahan kepustakaan. Pengumpulan data-data tersebut dari buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang lain. Yakni naskah-naskah yang tertulis dari pemikiran Agus Mustofa dalam Ibrahim Pernah Atheis dan Beragama Dengan Akal Sehatyang merupakan sumber primer(primary sources) karena dijadikan pijakan dalam melakukan penelitian. Sumber sekunder (secondary sources)sebagai pendukung yaitu karya-karya intelektual yang terkait dengan wacana Atheisme serta literatur pendukung lainnya yang dapat menunjang analisis kajian ini. 3. Metode Analisis Data Metode analisis data ini dimaksudkan guna memperoleh pengetahuan yang baru dari beberapa obyek yang diteliti. Dalam menganalisis data-data yang telah terkumpul, 7 Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Lihat: M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah(Bandung: Pustaka Setia,2005),89. 8 Analitik adalah uraian atau bersifat penguraian. Lihat: Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 29. 10 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), 30. 8 penulis menggunakan metode yang bersifat content analysis, yakni dengan menganalisis makna yang terkandung dalam keseluruhan gagasan Agus Mustofa. Dalam analisis ini, penulis menganalisis isi terhadap pemikiran Agus Mustofa tentang Atheisme Barat. Metode ini hanya menggambarkan pemikiran Agus Mustofa sebagaimana adanya agar mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai pemikiran Agus Mustofa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi ini terbagi dalam lima bab, di mana setiap bab mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara umum gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, berisi: Konteks Penelitian, Fokus Kajian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, dan Metodologi Penelitian. Bab II: Kajian Kepustakaan, berisi: Penelitian Terdahulu, Kajian Teori yang berisi tentang definisi Atheisme dan perkembangan Atheisme di Dunia Barat. Bab III: Agus Mustofa dan Faktor-faktor Atheisme. Di sini dibahas biografi Agus Mustofa yang meliputi; perjalanan hidup Agus Mustofa, Spiritualitas Agus Mustofa, karya-karya ilmiah Agus Mustofa dan faktor-faktor Atheisme yang meliputi; faktor-faktor penyebab seseorang menjadi Atheis, kesalahan-kesalahan argumen Atheis, dan solusi untuk menghindarkn diri dari Atheisme. 9 Bab IV:Analisis Agus Mustofa terhadap pemikiran-pemikiran Atheisme dalam Buku Ibrahim Pernah Atheis. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai: AnalisisAgus Mustofa terhadap konsep „agama adalah racun kehidupan‟, Analisis Agus Mustofa terhadap konsep „orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah‟, analisis Agus Mustofa terhadap konsep „Tuhan hanya ilusi bahkan delusi‟ dan analisis Agus Mustofa terhadap konsep „Tuhan sudah mati‟. Bab V: Penutup. Bab ini merupakan bagian akhir skripsi yang meliputi: Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.