BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Sensor Suhu
Berfungsi mengubah besaran fisis suhu menjadi besaran listrik, terdiri dari
beberapa jenis antara lain:
2.1.1. Thermocouple
Pada dunia elektronika, thermocouple adalah sensor suhu yang banyak
digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
tegangan listrik. Thermocouple yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki
jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperature dalam
jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari
1%
Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu rendah -40 °C
sampai 1700 °C dengan perubahan tegangan sebesar 40 µV/°C. Thermocouple
dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya dan dilelehkan bersama.
6
Gambar2.1 Prinsip kerja thermocouple
Prinsip kerja:
Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar
yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermocouple ditemukan oleh
Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck.
Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik
linier suhu terhadap tegangan.
Tabel 2.1 Type-type thermocouple
Rentang ukur
Toleransi
°C
±%
Pt30Rh - Pt6Rh
0 ~ 1600
0,5
R
Pt13Rh - Pt
-50 ~ 1600
0,25
3
S
Pt10Rh - Pt
-50 ~ 1600
0,25
4
K
Chromel - Alumel
-200 ~ 1200
0,75
5
N
Nicrosil - Nisil
-200 ~ 1200
0,75
6
E
Chromel - Constantan
-200 ~ 1000
0,5
7
J
Iron - Constantan
-200 ~ 700
0,75
8
T
Copper - Constantan
-200 ~ 400
0,75
No
Tipe
Bahan
1
B
2
7
2.1.2. Thermistor (Thermal Resistor / Thermal Sensitive Resistor)
Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang
berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil
resistansinya.
Gambar 2.2 Simbol Thermistor
Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt,
tembaga, besi atau nikel.
Bentuk Thermistor:
a. Butiran
Digunakan pada suhu > 700 °C dan memiliki resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ
b. Keping
Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur
panasnya.
c. Batang
Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik,
mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat
sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik
Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu:
a. Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu).
b. Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu).
8
c. Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus).
2.1.3. RTD (Resistan Temperature Detectors)
Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang
sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu , resistansinya semakin
besar. RTD terbuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada papan pembentuk
dari bahan isolator. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai
ketelitian 0,03 °C dibawah suhu 500 °C.
Gambar 2.3 Konstruksi RTD bahan Platinum
2.1.4. IC LM 35
Untuk mendeteksi suhu digunakan sensor suhu LM35 yang dapat
dikalibrasikan langsung, LM35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor
seperti pada gambar 2.1
9
Gambar 2.4 Rangkaian dasar LM 35
IC LM35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk
Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linier berpadanan
dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah besaran fisis suhu
ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV/°C yang berarti
bahwa kenaikan suhu 1 °C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
IC LM35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena
ketelitian sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang.
Rentang ukur sensor mulai dari -55 °C samapai dengan 150 °C, IC LM35
pengunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan.
IC LM35 dapat dialiri arus 60 mA dari supply sehingga panas yang ditimbulkan
sendiri sangat rendah kurang dari 0 °C di dalam suhu ruangan.
LM 35 adalah sensor temperature paling banyak digunakan untuk praktek,
karena selain harganya cukup murah, linieritasnya juga lumayan bagus. LM 35
tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± 0,25 °C pada
temperature ruangan dan ±0,75 °C pada kisaran -55 °C sampai 150 °C. LM35
dimaksudkan untuk beroperasi pada suhu -55 °C sampai 150 °C, sedangkan
LM35C pada -40 °C hingga 110 °C, dan LM35D pada kisaran 0 °C sampai 100
°C. LM35 juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35
umumnya akan naik sebesar 10 mV setiap kenaikan 1 °C ( 300 mV pada 30 °C )
10
Gambar 2.5 Bentuk Fisik LM 35
Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada
saat suhu 100 °C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10 mV/°C x 100 °C) = 1
V. Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3 V
(300 mV). Tegangan ini diolah dengan menggunakan rangkaian pengkodisi sinyal
agar seuai dengan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut:
1.
Di kalibrasi langsung dalam celcius
2.
Memiliki faktor skala linier 10 mV/°C
3.
Memiliki ketetapan 0,5 °C pada suhu 25 °C
4.
Jangkauan maksimal suhu antara -55 °C sampai 150 °C
5.
Jangkauan maksimal tegangan antara -550 mV sampai 1500 mV
6.
Cocok untuk aplikasi jarak jauh.
7.
Harganya cukup murah
8.
Bekerja pada tegangan catu daya 4 Volt samapi 30 Volt
9.
Memiliki arus drain kurang dari 60 µA
11
10. Pemanasan sensdiri yang lambat (Low self-heating)
11. 0,08 °C di udara diam
12. Ketidak linierannya hanya sekitar ±0,25 °C
13. Memiliki impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mA
Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperature yang akurat
yang tegangan keluarannya linier dalam satuan Celcius. Jadi LM35 memiliki
kelebihan dibanding sensor temperature linier dalam satuan kelvin, karena tidak
memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya
untuk mendapat nilai dalam satuan celaius yang tepat. LM35 memiliki impedansi
keluaran rendah, keluaran yang linier, dan sifat ketepatan dalam pengujian
membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sircuit lebih mudah.
Pin V+ dari LM35 dihubungkan catu daya, pin GND dihubungkan ke ground dan
pin Vout yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan
ke Vin(+) atau ADC 0840.
2.2. Catu Daya
Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian yang mengubah
arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya menjadi bagian
penting dalam elektronika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik. Secara
umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu:
transformator step-down, dioda, kondensator dan regulator. Karena tegangan
keluaran dari transformator step-down masih dalam bentuk tegangan AC, sedang
rangkaian elektronika dibutuhkan tegangan DC yang stabil maka perlu
ditambahkan rangkaian penyearah.
12
1. Penyearah setengan gelombang
Gambar 2.6 Rangkaian penyearah setengah gelombang
2. Penyearah gelombang penuh
Gambar 2.7 Rangkaian penyearah gelombang penuh
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil,
namun ada masalah stabilitas tegangan jika tegangan PLN naik/turun, maka
tegangan outputnya juga akan naik atau turun. Seperti rangkaian penyearah diatas,
jika arus semakin besar ternyata tegangan DC keluaran juga ikut turun. Untuk
beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga
diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi
stabil.
Regulator tegangan berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai
keinginan, oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC
regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
13
Gambar 2.8 Susunan kaki IC regulator.
Dengan aplikasi rangkaian sebagai berikut:
Gambar 2.9 Skematik penyearah tegangan gelombang penuh dengan IC
regulator
2.3. Op-Amp (Operational Amplifier)
Op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan
dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang sering
dipakai antara lain adalah inverter, non-inverter, integrator dan differensiator.
Pada op-amp memiliki 2 rangakaian feedback (umpan balik) yaitu feedback
14
negatif dan feedback positif dimana feedback negatif pada op-amp memegang
peranan penting. Secara umum, umpan balik positif akan menghasilkan osilasi
sedangkan umpan balik negatif menghasilkan penguatan yang dapat terukur.
Op-amp (operating Amplifiers) merupakan sejenis IC (integrated Circuit).
Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri dari beberapa
transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau kepada IC (integrated Cicuit) jenis ini
ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukan dan suatu jenis rangkaian umpan
balik, maka IC (integrated Circuit) ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai
operasi matematika, seperti penjumlahan, mengurangi, membagi, mengali,
mengitegrasi, dsb. Oleh karena itu IC (itegrated Circuit) jenis ini dinamakan
penguat operasi atau operational amplifier, disingkat Op-Amp(Operational
Amplifier). Op-Amp banyak disukai karena faktor penguatannya mencapai 99.999
kali.
Terdapat banyak sekali penggunaan dari penguat operational dalam
bebagai jenis sikuit listrik. Di bawah ini dipaparkan beberapa penggunaan umum
dari penguat operational dalam contoh sikuit:

Komparator (Rangakain Pembanding)
Merupakan salah satu aplikasi yang memanfaatkan penguatan terbuka (openloop gain) penguat operational yang sangat besar. Ada jenis penguat
operational khusus yang memang difungsikan semata-mata untuk penggunaan
ini dan agak berbeda dari penguat operational lainnya dan umum disebut juga
dengan komparator. Komparator membandingkan dua tegangan listrik dan
mengubah keluarannay untuk menunjukan tegangan mana yang lebih tinggi
15
Gambar 2.10 Rangkaian pembanding (Komparator)
V out 
 VV
s
s
V 1V 2
............................................................................ ( 2.1 )
V 1V 2
Di mana Vs adalah tegangan catu daya dan penguat operational beroperasi di
antara +Vs dan –Vs

Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)
Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik
dan menguatkan sebuah tegangan. Resistor Rf melewatkan sebagian sinyal
keluaran kembali ke masukan ke masuka. Karena keluaran taksefase sebesar
180°, maka nilai keluaran tersebut secara efektif mengurangi besar masukan.
Ini mengurangi bati keseluruhan dari penguat dan disebut dengan umpan
balik negatif.
Gambar 2.11 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)
V
out

R
V
R
f
in
....................................................................................( 2.2 )
in
Dengan penguatan ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin yaitu
16
A
R
R
f
...............................................................................................( 2.3 )
in

Penguat Tak Pembalik ( Non Inverting Amplifier)
Penguat Non Inverting Amplifier merupakan kebalikan dari penguat invering,
dimana input dimasukkan pada input non inverting sehingga polaritas output
akan sama dengan polaritas input tapi memiliki penguatan yang tergantung
dari besarnya Rfeedback dan Rinput.
Rumus penguatan penguat non-pembalik adalah sebagai berikut:
Gambar 2.12 Penguat Tak Pembalik ( Non Inverting Amplifier)
V
out



 V in  R1 R2  ...........................................................................( 2.4 )


 R1 
Atau dengan kata lain:


V out V in 1 

R  ..............................................................................( 2.5 )
R 
2
1
Dengan demikian, penguat non-pembalik memiliki penguatan minimum
bernilai 1. Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan
17
masukana pada penguat operasional maka impendasi masukan bernilai
Z

in

Penguat Diferensial
Penguat diferensial digunakan untuk mencari selisih dari dua tegangan yang
telah dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan oleh nilai resstansi
yaitu sebesar
R
R
f
untuk
R R
1
2
R
dan
f
 R g penguat jenis ini berbeda
1
dengan differensiator. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
V out 
R  R R  R
R  R R V R V
f
1
g
f
2
g
2
Sedangkan untuk
1
1
........................................................( 2.6 )
1
R R
1
2
dan
R
f
 R g maka penguatan difeerensial
adalah:
V
out

R   ..............................................................................( 2.7 )
V V
R
f
2
1
1
Gambar 2.13 Penguat diferensiator
18

Rangkaian penguat penjumlah (Summing Amplifier)
Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masuka, dengan
persamaan sebagai berikut:
Gambar 2.14 Rangkaian penguat penjumlah (Summing Amplifier)
Penguat penjumlahan menjumlahkan beberapa tegangan masukan, dengan
persamaan sebagai berikut:
V

out


  R f  V 1  V 2  .....  V n  .......................................................( 2.8 )

Rn 
 R1 R21
Penguat Integrator (Integrator Amplifier)
Penguat ini mengitegrasikan tegangan masukan terhadap waktu, dengan
persamaan:
19
Gambar 2.15 Penguat Integrator (Integrator Amplifier)
V
out

1 t
dt  V mula ....................................................................( 2.9 )
RC 0 V in
Dimana t adalah waktu dan
V
mula
adalah tegangan keluaran pada t  0 .
Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewat-tinggi dan
dapat digunakan untuk rangkaian tapis aktif.

Differensiator
Mendiferensiasikan sinyal hasil pembalikan terhadap waktu dengan
persamaan:
Gambar 2.16 Differensiator
V out   RC
d V in
dt
..................................................................................( 2.10 )
dimana V in dan V out adalah fungsi dari waktu.
20
Pada dasarnya diferensiator dapat juga dibangun dari integrator dengan cara
mengganti kapasitor dengan induktor, namun tidak dilakukan karena harga
induktor yang mahal dan bentuknya yang besar. Diferensiator dapat juga
dilihat sebagai tapis pelewat-rendah dan dapat digunakan sebagai tapis aktif.
2.4. Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632
M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan
2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1
baris pixel terahir adalah kursor). HD44780 ini sudah tersedia dalam bentuk
modul M1632 yang dikeluarkan Hitachi, Hyunday dan modul-modul M1632
lainnya.
Gambar 2.17 Modul LCD M1632
HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus
untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses
scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga
mikrokontroler/perangkat
mengatur
yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi
proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat
tersebut hanya mengirimkan data-data yang merupakan karakter yang akan
ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD
saja.
21
2.4.1. Struktur Memori LCD
Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan
untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar
LCD. Setiap jenis memori mempunyai fungsi-fungsi tersendiri.
a.
DDRAM
DDRAM merupakan tempat karakter yang ditampilkan berada. Contohnya,
karakter “A” yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan
kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis pada alamat 10,
karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD.
b.
CGRAM
CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan
bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori
akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.
c.
CGROM
CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan
pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga
pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen,
pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power supply tidak aktif.
2.5. Arduino UNO R3
Arduino adalah pengendali mikro singgle-board yang bersifat open-source,
diturunkan dari wiring-platform. Hardwarenya menggunakan prosesor Atmel
AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrogaman Arduino bersifat power full
dan mudah digunakan. Board ini bisa digunakan untuk membuat robotika,
22
seniman, penggemar yang tertarik untuk membuat obyek interaktif. Arduino bisa
enerima input dari berbagai sensor dan dapat digunakan untuk mengerakkan servo
motor, lampu LED, aktuator dan lainnya. Arduino ini menggunakan bahasa
C/C++ yang disederhanakan. Sedangkan program uploadernya bisa
diunduh
secara bebas. Jadi mudah sekali untuk dipelajari. Sofware Arduino bisa berjalan di
Windows, GNU/Linux, MacOSX.
Gambar 2.18 Arduino UNO R3
Penulis sendiri dalam tugas akhirnya menggunakan Arduino tipe UNO R3 yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Microcontroler Atmega 328

Operating voltage 5 volt

Input Voltage (Recomended) 7 – 12 volt

Input voltage (limits) 6 – 20 volt

Digital I/O Pins 14 (of whitch 6 provide PWM output)

Analog Input Pins 6

DC Current per I/O Pin 40 mA

DC Current for 3,3 volt pin 50 mA
23

Flash memori 16 KB (Atmega 168) or 32 KB (Atmega 328) of whitch 2 KB
used by bootloader.

SRAM 1 KB (Atmega168) or 2 KB (Atmega328)

EEPROM 512 bytes (Atmega 168) or 1 KB (Atmega 328)

Clock Speed 16 MHz
Sistem pencatuan sumber tegangan Arduino dapat melalui koneksi USB ke
PC/computer atau dengan menggunakan catu daya eksternal. Sistem pencatuan
tersebut bekerja secara otomatis memilih. Catu daya eksternal dapat berasal dari
AC-DC adapter atau baterai denga batsa ukur tegangan 6 – 20 VDC. Sedikit
informasi dari website Arduino, bahwa board arduino jika dicatu dengan tegangan
dibawah 7 volt, maka pin 5 volt di board arduino akan menghasilkan output
tegangan ke aplikasi rangkaian (jika digunakan) kurang dari 5 volt dan board
mungkin mungkin bekerja kurang stabil, jika dicatu diatas 12 volt, maka regulator
tengangan akan panas dan dapat merusak board . Batas ukur tegangan yang
direkomendasikan adalah 7 – 12 volt.
Setiap 14 pins digital Arduino UNO R3 dapat digunakan sebagai input
atau output digital dengan mengunakan fungsi pinMode(), digitalWrite() dan
digitalRead. Pins digital tersebut bekerja dengan masukan/keluaran tegangan 5
VDC dan mampu menghasilkan dan menerima arus sebesar 40 mA (maksimum),
disamping itu pins digital juga memiliki internal pull-up resistor (defaultnya
terputus) dari 20 – 50 kOhms. Pin-pin digital tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut:
24

Serial: 0 (RX) and 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dengan
mengirimkan (TX) TTL serial data. Pin ini terhubung satu sama lain dengan
pin yang digunakan chip USB-to-Serial TTL FTDI

External Interrupts: 2 and 3. Pin ini dapat diatur untuk membangkitkan
sebuah interrupt denganbatas nilai rendah, rising atau falling edge, dan
perubahan nilai.

PWM: 3, 5, 6, 9, 10, and 11. Menyediakan keluaran 8-bit PWM dengan
menggunakan fungsi analogWrite().

SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini digunakan untuk
mendukung komunikasi SPI.

LED: 13. LED yang sudah terhubung dengan pin digital 13. Ketika pin
bernilai “HIGH” maka LED menyala, sebaliknya jika pin bernilai “LOW”
maka LED padam.
2.6. PEMROGAMAN ARDUINO
Arduino menggunakan pemrogaman dengan bahasa C. Berikut ini adalah
sedikit penjelasan yang ditujukan kepada seseorang yang hanya mempunyai
sedikit pengalaman pemrogaman dan membutuhkan penjelasan singkat mengenai
karakter bahasa C dan software Arduino. Untuk penjelasan yang lebih mendalam,
web http://Arduino.cc adalah sumber yang lengkap.
2.6.1. Struktur
Setiap program Arduino (biasa disebut sketch) mempunyai dua buah fungsi yang
harus ada.

void setup () { }
25
Semua kode didalam kurung kurawal akan dijalankan hanya satu kali ketika
program Arduino dijalankan untuk pertama kalinya.

void loop () { }
Fungsi ini akan dijalankan setelah setup (fungsi void setup) selesai. Setelah
dijalankan satu kali fungsi ini akan dijalankan lagi dan lagi secara terus
menerus sampai catu daya (power supply) dilepaskan.
2.6.2.
Syntax
Berikut ini adalah elemen bahasa C yang dibutuhkan untuk format penulisan.

// (komentar satu baris)
Terkadang diperlukan untuk memberi catatan pada diri sendiri apa arti dari
kode-kode yang dituliskan . Cukup menuliskan dua buah garing miring dan
apapun yang diketik dibelakangnya akan diabaikan oleh program.

/* */ (komentar bnyak baris)
Jika mempunyai banyak catatan , maka hal itu dapat dituliskan pada beberapa
baris sebagai
komentar . Semua hal yang terletak di antara dua simbol
tersebut akan diabaikan oleh program.

{ } (kurung kurawal)
Digunakan untuk mendefinisikan kapan blok program mulai dan berakhir
(digunakan juga pada fungsi dan pengulangan).

; (titik koma)
Setiap baris kode harus diakhiri dengan tanda titik koma (jika ada titik koma
yang hilang maka program tidak akan bisa dijalankan).
26
2.6.3. Variabel
Sebuah program secara garis besar dapat didefinisikan sebagai instruksi untuk
memindahkan angka dan karakter dengan cara yang cerdas.

int (integer)
Digunakan untuk menyimpan angka dalam 2 byte (16 bit). Tidak mempunyai
angka desimal dan menyimpan nilai dari -32,768 dan 32,768.

long (long)
Digunakan ketika integer tidak mencakup lagi. Memakai 4 byte (32 bit) dari
memori
(RAM) dan
mempunyai
rentang dari -2,147,483,648 dan
2,147,483,648.

boolean (boolean)
Variabel sedehana yang digunakan untuk menyimpan nilai TRUE (benar) dan
FALSE (salah). Sangat berguna karena hanya menggunakan 1 bit dari RAM.

float (float)
Digunakan untuk angka desimal (foating point). Memakai 4 byte (32 bit) dari
RAM dan mempunyai rentang dari -3.4028235E+38 dan 3.4028235E+38

char (character)
Menyimpan 1 karakter menggunakan kode ASCII (misalnya ‘A’ = 65).
Hanya memakai 1 byte (8 bit) dari RAM.
2.6.4. Operator Matematika
Operator yang digunakakn untuk memanipulasi angka (bekerja seperti matematika
yang sederhana).
27

= Membuat sesuatu menjadi sama dengan nilai yang lain (misalnya: x = 10 *
2, x sekarang sama dengan 20).

% Menghasilkan sisa dari hasil pembagian suatu angka dengan angka yang
lain (misalnya: 12 % 10, ini akan menghasilkan angka 2).

+ Penjumlahan

- Pengurangan

* Perkalian

/ Pembagian
2.6.5. Operator Pembanding
Digunakan untuk membandingkan nilai logika.

== Sama dengan (misalnya: 12 == 10 adalah FALSE (salah) atau 12 == 12
adalah TRUE (benar)).

!= Tidak sama dengan (misalnya: 12 != 10 adalah TRUE (benar) atau 12 !=
12 adalah FALSE(salah))

< Lebih kecil dari (misalnya: 12 < 10 adalah FALSE (salah) atau 12 < 12
adalah FALSE (salah) atau 12 < 14 adalah TRUE (benar)).

> Lebih besar dari (misalnya: 12 > 10 adalah TRUE (benar) atau 12 > 12
adalah FALSE (salah) atau 12 > 14 adalah FALSE (salah)).
2.6.6. Struktur Pengaturan
Program sangat tergantung pada pengaturan apa yang akan dijalankan berikutnya,
berikut ini adalah elemen dasar pengaturan.
28
1.
if..else, dengan format seperti berikut ini:
if (kondisi) { }
else if (kondisi) { }
else { }
Dengan struktur seperti diatas program akan menjalankan kode yang ada di
dalam kurung kurawal jika kondisinya TRUE, dan jika tidak FALSE maka
akan diperiksa apakah kondisi pada else if dan jika kondisinya FALSE maka
kode pada else akan dijalankan.
2.
for, dengan format seperti berikut ini:
for (int i = 0 ; i <#pengulangan; i++) { }
Digunakan bila ingin melakukan pengulangan kode di dalam kurung kurawal
beberapa kali, ganti #pengulangan dengan jumlah pengulangan yang
diinginkan. Melakukan perhitungan ke atas dengan i++ atau kebawah dengan
i--.
3.
while, dengan format seperti berikut ini:
while (kondisi) {
// pernyataan
}
While akan melakukan perulangan secara kontinyu dan tidak terbatas sampai
ekspresi tersebut menemukan kembali parenthesisnya, 0 menjadi false.
Biasanya digunakan untuk mngetes sebuah sensor karena perulangan ini tidak
akan berakhir sampai adanya kondisi eksternal yang menutupnya.
Download