5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Suhu Berfungsi mengubah besaran fisis suhu menjadi besaran listrik, terdiri dari beberapa jenis antara lain: 2.1.1. Thermocouple Pada dunia elektronika, thermocouple adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik. Thermocouple yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperature dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1% Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu rendah -40 °C sampai 1700 °C dengan perubahan tegangan sebesar 40 µV/°C. Thermocouple dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya dan dilelehkan bersama. 6 Gambar2.1 Prinsip kerja thermocouple Prinsip kerja: Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermocouple ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck. Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap tegangan. Tabel 2.1 Type-type thermocouple Rentang ukur Toleransi °C ±% Pt30Rh - Pt6Rh 0 ~ 1600 0,5 R Pt13Rh - Pt -50 ~ 1600 0,25 3 S Pt10Rh - Pt -50 ~ 1600 0,25 4 K Chromel - Alumel -200 ~ 1200 0,75 5 N Nicrosil - Nisil -200 ~ 1200 0,75 6 E Chromel - Constantan -200 ~ 1000 0,5 7 J Iron - Constantan -200 ~ 700 0,75 8 T Copper - Constantan -200 ~ 400 0,75 No Tipe Bahan 1 B 2 7 2.1.2. Thermistor (Thermal Resistor / Thermal Sensitive Resistor) Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansinya. Gambar 2.2 Simbol Thermistor Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt, tembaga, besi atau nikel. Bentuk Thermistor: a. Butiran Digunakan pada suhu > 700 °C dan memiliki resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ b. Keping Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya. c. Batang Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu: a. Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu). b. Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu). 8 c. Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus). 2.1.3. RTD (Resistan Temperature Detectors) Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu , resistansinya semakin besar. RTD terbuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada papan pembentuk dari bahan isolator. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian 0,03 °C dibawah suhu 500 °C. Gambar 2.3 Konstruksi RTD bahan Platinum 2.1.4. IC LM 35 Untuk mendeteksi suhu digunakan sensor suhu LM35 yang dapat dikalibrasikan langsung, LM35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor seperti pada gambar 2.1 9 Gambar 2.4 Rangkaian dasar LM 35 IC LM35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linier berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV/°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 °C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV. IC LM35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitian sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Rentang ukur sensor mulai dari -55 °C samapai dengan 150 °C, IC LM35 pengunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan. IC LM35 dapat dialiri arus 60 mA dari supply sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 °C di dalam suhu ruangan. LM 35 adalah sensor temperature paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linieritasnya juga lumayan bagus. LM 35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± 0,25 °C pada temperature ruangan dan ±0,75 °C pada kisaran -55 °C sampai 150 °C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada suhu -55 °C sampai 150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga 110 °C, dan LM35D pada kisaran 0 °C sampai 100 °C. LM35 juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umumnya akan naik sebesar 10 mV setiap kenaikan 1 °C ( 300 mV pada 30 °C ) 10 Gambar 2.5 Bentuk Fisik LM 35 Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat suhu 100 °C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10 mV/°C x 100 °C) = 1 V. Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3 V (300 mV). Tegangan ini diolah dengan menggunakan rangkaian pengkodisi sinyal agar seuai dengan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1. Di kalibrasi langsung dalam celcius 2. Memiliki faktor skala linier 10 mV/°C 3. Memiliki ketetapan 0,5 °C pada suhu 25 °C 4. Jangkauan maksimal suhu antara -55 °C sampai 150 °C 5. Jangkauan maksimal tegangan antara -550 mV sampai 1500 mV 6. Cocok untuk aplikasi jarak jauh. 7. Harganya cukup murah 8. Bekerja pada tegangan catu daya 4 Volt samapi 30 Volt 9. Memiliki arus drain kurang dari 60 µA 11 10. Pemanasan sensdiri yang lambat (Low self-heating) 11. 0,08 °C di udara diam 12. Ketidak linierannya hanya sekitar ±0,25 °C 13. Memiliki impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mA Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperature yang akurat yang tegangan keluarannya linier dalam satuan Celcius. Jadi LM35 memiliki kelebihan dibanding sensor temperature linier dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk mendapat nilai dalam satuan celaius yang tepat. LM35 memiliki impedansi keluaran rendah, keluaran yang linier, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sircuit lebih mudah. Pin V+ dari LM35 dihubungkan catu daya, pin GND dihubungkan ke ground dan pin Vout yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke Vin(+) atau ADC 0840. 2.2. Catu Daya Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian yang mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya menjadi bagian penting dalam elektronika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik. Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu: transformator step-down, dioda, kondensator dan regulator. Karena tegangan keluaran dari transformator step-down masih dalam bentuk tegangan AC, sedang rangkaian elektronika dibutuhkan tegangan DC yang stabil maka perlu ditambahkan rangkaian penyearah. 12 1. Penyearah setengan gelombang Gambar 2.6 Rangkaian penyearah setengah gelombang 2. Penyearah gelombang penuh Gambar 2.7 Rangkaian penyearah gelombang penuh Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas tegangan jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik atau turun. Seperti rangkaian penyearah diatas, jika arus semakin besar ternyata tegangan DC keluaran juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil. Regulator tegangan berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai keinginan, oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan. 13 Gambar 2.8 Susunan kaki IC regulator. Dengan aplikasi rangkaian sebagai berikut: Gambar 2.9 Skematik penyearah tegangan gelombang penuh dengan IC regulator 2.3. Op-Amp (Operational Amplifier) Op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang sering dipakai antara lain adalah inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Pada op-amp memiliki 2 rangakaian feedback (umpan balik) yaitu feedback 14 negatif dan feedback positif dimana feedback negatif pada op-amp memegang peranan penting. Secara umum, umpan balik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpan balik negatif menghasilkan penguatan yang dapat terukur. Op-amp (operating Amplifiers) merupakan sejenis IC (integrated Circuit). Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri dari beberapa transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau kepada IC (integrated Cicuit) jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukan dan suatu jenis rangkaian umpan balik, maka IC (integrated Circuit) ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai operasi matematika, seperti penjumlahan, mengurangi, membagi, mengali, mengitegrasi, dsb. Oleh karena itu IC (itegrated Circuit) jenis ini dinamakan penguat operasi atau operational amplifier, disingkat Op-Amp(Operational Amplifier). Op-Amp banyak disukai karena faktor penguatannya mencapai 99.999 kali. Terdapat banyak sekali penggunaan dari penguat operational dalam bebagai jenis sikuit listrik. Di bawah ini dipaparkan beberapa penggunaan umum dari penguat operational dalam contoh sikuit: Komparator (Rangakain Pembanding) Merupakan salah satu aplikasi yang memanfaatkan penguatan terbuka (openloop gain) penguat operational yang sangat besar. Ada jenis penguat operational khusus yang memang difungsikan semata-mata untuk penggunaan ini dan agak berbeda dari penguat operational lainnya dan umum disebut juga dengan komparator. Komparator membandingkan dua tegangan listrik dan mengubah keluarannay untuk menunjukan tegangan mana yang lebih tinggi 15 Gambar 2.10 Rangkaian pembanding (Komparator) V out VV s s V 1V 2 ............................................................................ ( 2.1 ) V 1V 2 Di mana Vs adalah tegangan catu daya dan penguat operational beroperasi di antara +Vs dan –Vs Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik dan menguatkan sebuah tegangan. Resistor Rf melewatkan sebagian sinyal keluaran kembali ke masukan ke masuka. Karena keluaran taksefase sebesar 180°, maka nilai keluaran tersebut secara efektif mengurangi besar masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan dari penguat dan disebut dengan umpan balik negatif. Gambar 2.11 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) V out R V R f in ....................................................................................( 2.2 ) in Dengan penguatan ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin yaitu 16 A R R f ...............................................................................................( 2.3 ) in Penguat Tak Pembalik ( Non Inverting Amplifier) Penguat Non Inverting Amplifier merupakan kebalikan dari penguat invering, dimana input dimasukkan pada input non inverting sehingga polaritas output akan sama dengan polaritas input tapi memiliki penguatan yang tergantung dari besarnya Rfeedback dan Rinput. Rumus penguatan penguat non-pembalik adalah sebagai berikut: Gambar 2.12 Penguat Tak Pembalik ( Non Inverting Amplifier) V out V in R1 R2 ...........................................................................( 2.4 ) R1 Atau dengan kata lain: V out V in 1 R ..............................................................................( 2.5 ) R 2 1 Dengan demikian, penguat non-pembalik memiliki penguatan minimum bernilai 1. Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan 17 masukana pada penguat operasional maka impendasi masukan bernilai Z in Penguat Diferensial Penguat diferensial digunakan untuk mencari selisih dari dua tegangan yang telah dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan oleh nilai resstansi yaitu sebesar R R f untuk R R 1 2 R dan f R g penguat jenis ini berbeda 1 dengan differensiator. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: V out R R R R R R R V R V f 1 g f 2 g 2 Sedangkan untuk 1 1 ........................................................( 2.6 ) 1 R R 1 2 dan R f R g maka penguatan difeerensial adalah: V out R ..............................................................................( 2.7 ) V V R f 2 1 1 Gambar 2.13 Penguat diferensiator 18 Rangkaian penguat penjumlah (Summing Amplifier) Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masuka, dengan persamaan sebagai berikut: Gambar 2.14 Rangkaian penguat penjumlah (Summing Amplifier) Penguat penjumlahan menjumlahkan beberapa tegangan masukan, dengan persamaan sebagai berikut: V out R f V 1 V 2 ..... V n .......................................................( 2.8 ) Rn R1 R21 Penguat Integrator (Integrator Amplifier) Penguat ini mengitegrasikan tegangan masukan terhadap waktu, dengan persamaan: 19 Gambar 2.15 Penguat Integrator (Integrator Amplifier) V out 1 t dt V mula ....................................................................( 2.9 ) RC 0 V in Dimana t adalah waktu dan V mula adalah tegangan keluaran pada t 0 . Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewat-tinggi dan dapat digunakan untuk rangkaian tapis aktif. Differensiator Mendiferensiasikan sinyal hasil pembalikan terhadap waktu dengan persamaan: Gambar 2.16 Differensiator V out RC d V in dt ..................................................................................( 2.10 ) dimana V in dan V out adalah fungsi dari waktu. 20 Pada dasarnya diferensiator dapat juga dibangun dari integrator dengan cara mengganti kapasitor dengan induktor, namun tidak dilakukan karena harga induktor yang mahal dan bentuknya yang besar. Diferensiator dapat juga dilihat sebagai tapis pelewat-rendah dan dapat digunakan sebagai tapis aktif. 2.4. Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632 M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris pixel terahir adalah kursor). HD44780 ini sudah tersedia dalam bentuk modul M1632 yang dikeluarkan Hitachi, Hyunday dan modul-modul M1632 lainnya. Gambar 2.17 Modul LCD M1632 HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga mikrokontroler/perangkat mengatur yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat tersebut hanya mengirimkan data-data yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja. 21 2.4.1. Struktur Memori LCD Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD. Setiap jenis memori mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. a. DDRAM DDRAM merupakan tempat karakter yang ditampilkan berada. Contohnya, karakter “A” yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis pada alamat 10, karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD. b. CGRAM CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang. c. CGROM CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen, pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power supply tidak aktif. 2.5. Arduino UNO R3 Arduino adalah pengendali mikro singgle-board yang bersifat open-source, diturunkan dari wiring-platform. Hardwarenya menggunakan prosesor Atmel AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrogaman Arduino bersifat power full dan mudah digunakan. Board ini bisa digunakan untuk membuat robotika, 22 seniman, penggemar yang tertarik untuk membuat obyek interaktif. Arduino bisa enerima input dari berbagai sensor dan dapat digunakan untuk mengerakkan servo motor, lampu LED, aktuator dan lainnya. Arduino ini menggunakan bahasa C/C++ yang disederhanakan. Sedangkan program uploadernya bisa diunduh secara bebas. Jadi mudah sekali untuk dipelajari. Sofware Arduino bisa berjalan di Windows, GNU/Linux, MacOSX. Gambar 2.18 Arduino UNO R3 Penulis sendiri dalam tugas akhirnya menggunakan Arduino tipe UNO R3 yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: Microcontroler Atmega 328 Operating voltage 5 volt Input Voltage (Recomended) 7 – 12 volt Input voltage (limits) 6 – 20 volt Digital I/O Pins 14 (of whitch 6 provide PWM output) Analog Input Pins 6 DC Current per I/O Pin 40 mA DC Current for 3,3 volt pin 50 mA 23 Flash memori 16 KB (Atmega 168) or 32 KB (Atmega 328) of whitch 2 KB used by bootloader. SRAM 1 KB (Atmega168) or 2 KB (Atmega328) EEPROM 512 bytes (Atmega 168) or 1 KB (Atmega 328) Clock Speed 16 MHz Sistem pencatuan sumber tegangan Arduino dapat melalui koneksi USB ke PC/computer atau dengan menggunakan catu daya eksternal. Sistem pencatuan tersebut bekerja secara otomatis memilih. Catu daya eksternal dapat berasal dari AC-DC adapter atau baterai denga batsa ukur tegangan 6 – 20 VDC. Sedikit informasi dari website Arduino, bahwa board arduino jika dicatu dengan tegangan dibawah 7 volt, maka pin 5 volt di board arduino akan menghasilkan output tegangan ke aplikasi rangkaian (jika digunakan) kurang dari 5 volt dan board mungkin mungkin bekerja kurang stabil, jika dicatu diatas 12 volt, maka regulator tengangan akan panas dan dapat merusak board . Batas ukur tegangan yang direkomendasikan adalah 7 – 12 volt. Setiap 14 pins digital Arduino UNO R3 dapat digunakan sebagai input atau output digital dengan mengunakan fungsi pinMode(), digitalWrite() dan digitalRead. Pins digital tersebut bekerja dengan masukan/keluaran tegangan 5 VDC dan mampu menghasilkan dan menerima arus sebesar 40 mA (maksimum), disamping itu pins digital juga memiliki internal pull-up resistor (defaultnya terputus) dari 20 – 50 kOhms. Pin-pin digital tersebut memiliki fungsi sebagai berikut: 24 Serial: 0 (RX) and 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dengan mengirimkan (TX) TTL serial data. Pin ini terhubung satu sama lain dengan pin yang digunakan chip USB-to-Serial TTL FTDI External Interrupts: 2 and 3. Pin ini dapat diatur untuk membangkitkan sebuah interrupt denganbatas nilai rendah, rising atau falling edge, dan perubahan nilai. PWM: 3, 5, 6, 9, 10, and 11. Menyediakan keluaran 8-bit PWM dengan menggunakan fungsi analogWrite(). SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini digunakan untuk mendukung komunikasi SPI. LED: 13. LED yang sudah terhubung dengan pin digital 13. Ketika pin bernilai “HIGH” maka LED menyala, sebaliknya jika pin bernilai “LOW” maka LED padam. 2.6. PEMROGAMAN ARDUINO Arduino menggunakan pemrogaman dengan bahasa C. Berikut ini adalah sedikit penjelasan yang ditujukan kepada seseorang yang hanya mempunyai sedikit pengalaman pemrogaman dan membutuhkan penjelasan singkat mengenai karakter bahasa C dan software Arduino. Untuk penjelasan yang lebih mendalam, web http://Arduino.cc adalah sumber yang lengkap. 2.6.1. Struktur Setiap program Arduino (biasa disebut sketch) mempunyai dua buah fungsi yang harus ada. void setup () { } 25 Semua kode didalam kurung kurawal akan dijalankan hanya satu kali ketika program Arduino dijalankan untuk pertama kalinya. void loop () { } Fungsi ini akan dijalankan setelah setup (fungsi void setup) selesai. Setelah dijalankan satu kali fungsi ini akan dijalankan lagi dan lagi secara terus menerus sampai catu daya (power supply) dilepaskan. 2.6.2. Syntax Berikut ini adalah elemen bahasa C yang dibutuhkan untuk format penulisan. // (komentar satu baris) Terkadang diperlukan untuk memberi catatan pada diri sendiri apa arti dari kode-kode yang dituliskan . Cukup menuliskan dua buah garing miring dan apapun yang diketik dibelakangnya akan diabaikan oleh program. /* */ (komentar bnyak baris) Jika mempunyai banyak catatan , maka hal itu dapat dituliskan pada beberapa baris sebagai komentar . Semua hal yang terletak di antara dua simbol tersebut akan diabaikan oleh program. { } (kurung kurawal) Digunakan untuk mendefinisikan kapan blok program mulai dan berakhir (digunakan juga pada fungsi dan pengulangan). ; (titik koma) Setiap baris kode harus diakhiri dengan tanda titik koma (jika ada titik koma yang hilang maka program tidak akan bisa dijalankan). 26 2.6.3. Variabel Sebuah program secara garis besar dapat didefinisikan sebagai instruksi untuk memindahkan angka dan karakter dengan cara yang cerdas. int (integer) Digunakan untuk menyimpan angka dalam 2 byte (16 bit). Tidak mempunyai angka desimal dan menyimpan nilai dari -32,768 dan 32,768. long (long) Digunakan ketika integer tidak mencakup lagi. Memakai 4 byte (32 bit) dari memori (RAM) dan mempunyai rentang dari -2,147,483,648 dan 2,147,483,648. boolean (boolean) Variabel sedehana yang digunakan untuk menyimpan nilai TRUE (benar) dan FALSE (salah). Sangat berguna karena hanya menggunakan 1 bit dari RAM. float (float) Digunakan untuk angka desimal (foating point). Memakai 4 byte (32 bit) dari RAM dan mempunyai rentang dari -3.4028235E+38 dan 3.4028235E+38 char (character) Menyimpan 1 karakter menggunakan kode ASCII (misalnya ‘A’ = 65). Hanya memakai 1 byte (8 bit) dari RAM. 2.6.4. Operator Matematika Operator yang digunakakn untuk memanipulasi angka (bekerja seperti matematika yang sederhana). 27 = Membuat sesuatu menjadi sama dengan nilai yang lain (misalnya: x = 10 * 2, x sekarang sama dengan 20). % Menghasilkan sisa dari hasil pembagian suatu angka dengan angka yang lain (misalnya: 12 % 10, ini akan menghasilkan angka 2). + Penjumlahan - Pengurangan * Perkalian / Pembagian 2.6.5. Operator Pembanding Digunakan untuk membandingkan nilai logika. == Sama dengan (misalnya: 12 == 10 adalah FALSE (salah) atau 12 == 12 adalah TRUE (benar)). != Tidak sama dengan (misalnya: 12 != 10 adalah TRUE (benar) atau 12 != 12 adalah FALSE(salah)) < Lebih kecil dari (misalnya: 12 < 10 adalah FALSE (salah) atau 12 < 12 adalah FALSE (salah) atau 12 < 14 adalah TRUE (benar)). > Lebih besar dari (misalnya: 12 > 10 adalah TRUE (benar) atau 12 > 12 adalah FALSE (salah) atau 12 > 14 adalah FALSE (salah)). 2.6.6. Struktur Pengaturan Program sangat tergantung pada pengaturan apa yang akan dijalankan berikutnya, berikut ini adalah elemen dasar pengaturan. 28 1. if..else, dengan format seperti berikut ini: if (kondisi) { } else if (kondisi) { } else { } Dengan struktur seperti diatas program akan menjalankan kode yang ada di dalam kurung kurawal jika kondisinya TRUE, dan jika tidak FALSE maka akan diperiksa apakah kondisi pada else if dan jika kondisinya FALSE maka kode pada else akan dijalankan. 2. for, dengan format seperti berikut ini: for (int i = 0 ; i <#pengulangan; i++) { } Digunakan bila ingin melakukan pengulangan kode di dalam kurung kurawal beberapa kali, ganti #pengulangan dengan jumlah pengulangan yang diinginkan. Melakukan perhitungan ke atas dengan i++ atau kebawah dengan i--. 3. while, dengan format seperti berikut ini: while (kondisi) { // pernyataan } While akan melakukan perulangan secara kontinyu dan tidak terbatas sampai ekspresi tersebut menemukan kembali parenthesisnya, 0 menjadi false. Biasanya digunakan untuk mngetes sebuah sensor karena perulangan ini tidak akan berakhir sampai adanya kondisi eksternal yang menutupnya.