GAMBARAN GLUKOSA DARAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER 3 Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh: IFTY WINAHYU PRANUMI NIM. 13DA277021 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 GAMBARAN GLUKOSA DARAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER 3 1 Ifty Winahyu Pranumi2 dr.Dewi Kania Y, Sp.PK3 Atun Farihatun4 INTISARI Glukosa penggunannya merupakan sumber dikendalikan oleh energi insulin. utama Peran bagi tubuh laboratorium yang dalam pemeriksaan glukosa darah yaitu digunakan sebagai tes penyaring maupun konfirmasi dalam membantu diagnosa klinis pada penderita diabetes mellitus. Kadar glukosa darah pada masa kehamilan cenderung meningkat pada usia kehamilan memasuki trimester dua keatas. Hal tersebut dapat terjadi karena selama masa kehamilan, terbentuk hormon hormon kehamilan seperti hPL (Human Placenta Lactogen) yang bersifat sebagai antagonis terhadap insulin, sehingga mengakibatkan menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan glukosa darah pada kehamilan trimester 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sample yang diperiksa 19 orang (63%) mempunyai kadar glukosa darah 87-110 mg/dL dan 11 orang (37%) mempunyai kadar glukosa darah antara 110-124 mg/dL (Nilai Normal Glukosa Sewaktu <110 mg/dL). Simpulan dari penelitian ini adalah 19 orang (63%) memiliki kadar glukosa darah normal dan 11 orang (37%) memiliki kadar glukosa darah tinggi. Kata Kunci : Kadar Glukosa Darah, Kehamilan, Diabetes Mellitus Kepustakaan : 21, 2005-2013 Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing II iv v REPRESENTATION OF BLOOD GLUCOSE ON THE 3rd PREGNANCY PERIOD1 2 Ifty Winahyu Pranumi dr.Dewi Kania Y, Sp.PK3 Atun Farihatun4 ABSTRACT Glucose is one of the main source of energy that used for our body which is controlled by the Insulin. The function of Laboratorium on the Glucose inspection is for screening test diagnose, as well as used for confirmed test to help a maintenance diagnose of Diabetes Mellitus. Amount of blood glucose on the pregnancy period will rise up on the second period upstrairs. Blood glucose will rise up because of on the pregnancy period, compose some pregnancy hormone for example hPL (Human Placenta Lactogen) which is the characteristic of this hormone is antagonist toward insulin. The aim of this research is for getting representation of blood glucose inspection on the 3rd pregnancy period. The research result point out that from 30 samples which is getting an inspection, by means of 19 samples (63%) belonging amount of blood glucose are for 87-110 mg/dL and 11 samples (37%) belonging amount of blood glucose are for 110-124 mg/dL (Value normal of blood glucose at the time that is for <110 mg/dL). The conclusion of this research is there are 19 samples (63%) belonging normal amount of blood glucose and there are 11 samples (37%) belonging high amount of blood glucose. Key Word Literature Note : Blood Glucose, Pregnancy, Diabetess Mellitus : 21, 2005-2013 : 1 tittle, 2 the name of university student, 3 the name of first adviser, 4 the name of second adviser BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glukosa adalah hasil akhir dari proses metabolisme karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi utama pada organisme hidup dan dikendalikan oleh insulin (Dorland, 2011). Salah satu jenis karbohidrat yaitu monosakarida (glukosa) adalah sumber energi terpenting yang digunakan di dalam tubuh (Murray, 2009). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah menurut Catharina (2009) meliputi: asupan makanan, kondisi organ hati, olahraga atau aktivitas, alkohol dan obat-obatan golongan Sulfonylurea, Biguanides, Alpha-Glucosidase Inhibitors, Meglitindes, dan kehamilan. Salah satu penyebab meningkatnya kadar glukosa di dalam darah adalah kehamilan. Karena selama masa kehamilan akan berlangsung proses pertumbuhan dan perkembangan janin yang akan berpengaruh kepada perubahan fisiologis terhadap ibu hamil, seperti yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Mu’minun ayat 12-14: Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu 1 2 Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S. Al-Mu’minum ayat 12-14). Perubahan ini dapat terjadi karena pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis terhadap ibu hamil dimana akan lebih banyak memproduksi hormon-hormon seperti esterogen, progesteron, kortisol, prolaktin, dan plasenta laktogen yang akan berpengaruh kepada resistensi insulin, sehingga mengakibatkan kadar glukosa darah akan naik sedangkan insulin juga tetap tinggi. Keadaan meningkatnya kadar glukosa di dalam darah selama masa kehamilan disebut dengan Diabetes Mellitus Gestasional (IP.Suiroka, 2012). Diabetes mellitus pada kehamilan atau biasa yang disebut dengan diabetes mellitus gestasional adalah keadaan gangguan toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil dan dapat terjadi karena pada masa kehamilan terjadi perubahan perubahan hormon pada ibu hamil yang dapat menyebabkan resistensi insulin. Hal tersebut biasanya dapat diketahui pada usia kandungan empat bulan keatas. Hal tersebut kebanyakan terjadi pada trimester tiga dan akan kembali normal setelah proses persalinan (Tandra, 2008). Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus tetapi memiliki angka gula darah yang cukup tinggi selama masa kehamilan sudah dapat dikatakan bahwa mereka terkena diabetes mellitus gestasional (IP.Suiraoka, 2012). Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat meningkatnya kadar glukosa darah yang tidak terkontrol selama masa kehamilan adalah hipoglikemia pada bayi, mengakibatkan persalinan prematur atau kematian janin didalam kandungan, dan bayi akan lahir besar (Tandra, 2008). 3 Kejadian Diabetes Mellitus pada kehamilan akan meningkat dengan faktor resiko seperti : peningkatan berat badan pada masa kehamilan >0.5 kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun, riwayat DM dalam keluarga, dan riwayat Diabetes Mellitus Gestasional (Sudoyo, 2009). Di Indonesia prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan pada tahun 2013 mencapai angka 36% pada kehamilan umum, dan mencapai angka 5,1% pada kehamilan dengan riwayat ibu hamil mempunyai diabetes mellitus (Prawirohardjo,2008). Survey awal yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas Rancah menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2015 ibu hamil trimester 3 yang melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sekitar 85% mengalami peningkatan kadar glukosa darah. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran glukosa darah pada kehamilan trimester 3. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di latar belakang, dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran glukosa pada kehamilan trimester 3? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa pada kehamilan trimester 3 sebagai acuan dalam penentuan diabetes mellitus gestasional. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi Institusi Pendidikan 4 Dapat menambah kepustakaan karya tulis ilmiah dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Wanita Hamil Dapat menambah pengetahuan dan sebagai pemantau untuk diabetes mellitus gestasional, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan adanya upaya supaya rutin melakukan cek laboratorium. 3. Bagi Peneliti Menambah daftar referensi pengetahuan seputar jenis jenis diabetes mellitus berikut memperdalam seputar gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan sekaligus ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan glukosa darah. E. Keaslian Penelitian Sejauh ini peneliti masih belum menemukan jenis penelitian yang sama atau hampir mirip dengan judul penelitian yang akan di teliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Glukosa a. Definisi Glukosa Glukosa adalah hasil akhir dari proses metabolisme karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi utama pada organisme hidup dan dikendalikan oleh insulin (Dorland, 2011). Salah satu jenis karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh adalah karbohidrat jenis monosakarida yaitu glukosa (Murray, 2009). Glukosa berperan sebagai energi utama yang banyak digunakan di dalam sel tubuh terutama di otot dan jaringan (Tandra, 2008). b. Metabolisme Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu biomolekul yang berperan sebagai energi utama. Karbohidrat diserap dari saluran pencernaan dalam bentuk monosakarida, terutama dalam bentuk glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kemudian senyawa senyawa tersebut sebagian akan langsung digunakan oleh sel sebagai sumber energi, mengalami perubahan menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis yang berlangsung di sitosol. katabolisme universal, Proses artinya ini merupakan proses ini tidak proses hanya berlangsung di dalam tubuh manusia saja, tetapi juga dapat berlangsung pada hewan, tumbuhan, dan juga semua mikroorganisme. Pada proses glikolisis, satu molekul karbohidrat akan dipecah menjadi dua molekul asam piruvat yang setara dengan energi 8 ATP dalam suasana aerob. Dan jika berlangsung dalam suasana anaerob, asam piruvat akan 5 6 diubah menjadi asam laktat dan energi yang diperoleh menjadi hanya sekitar 2 ATP per molekul glukosa (Sinaga, 2012). Glikolisis berlangsung dalam dua tahap, yaitu pada tahap pertama, satu molekul glukosa (6C) akan diubah menjadi 2 molekul gliseraldehida-3-fosfat (3C) yang membutuhkan energi 2 ATP per molekul glukosa. Dan pada tahap kedua, gliseraldehida-3-fosfat akan diubah menjadi asam piruvat. Pada tahap kedua ini, dihasilkan energi sebesar 5 ATP per molekul gliseraldehida-3-fosfat yang sudah diubah, atau dengan kata lain adalah menghasilkan energi 10 ATP per 2 molekul gliseraldehida-3-fosfat yang berasal dari satu molekul glukosa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahap glikolisis akan menghasilkan energi sebesar 8 ATP per molekul glukosa. Dan kemudian asam piruvat akan diubah menjadi asetil KoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif, dan hingga akhirnya akan masuk kedalam siklus Krebs diubah menjadi CO2 dan banyak energi melalui proses oksidasi (Sinaga, 2012). Siklus kreb asamtrikarboksilat disebut juga dengan atau siklus asam sitrat. siklus Asetil KoA merupakan senyawa yang terbentuk dari hasil dekarboksilasi oksidatif asam piruvat yang digunakan sebagai substrat dalam mekanisme ini. Asetil Koenzim A tidak hanya diperoleh dari hasil dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, melainkan diperoleh juga dari hasil katabolisme lipid dan senyawa lainnya. Asetil Koenzim A memasuki siklus Krebs akan bereaksi dengam asam oksaloasetat membentuk asam sitrat. Dan di akhir dari perjalanan siklus Krebs, asam oksaloasetat akan dibentuk kembali. Dengan demikian, didapatkan hasil 7 akhir dari perjalanan siklus Krebs adalah pembentukan CO2 dari asetil KoA (Sinaga, 2012). Siklus Krebs dan glikolisis merupakan jalur jalur katabolisme atau degradasi karbohidrat. Karena pada kedua proses tersebut, karbohidrat diubah menjadi senyawa lain yang mempunyai molekul yang lebih kecil dan membentuk CO2 dan H2O. Sebaliknya, glikoneogenesis merupakan salah satu bentuk anabolisme dari karbohidrat. Pada proses ini, terjadi pembentukan glukosa dari senyawa senyawa bukan karbohidrat. Proses glikoneogenesis merupakan salah satu proses yang berfungsi untuk mempertahankan kadar gula dalam darah ketika asupan karbohidrat kurang mencukupi. Glikoneogenesis terjadi sebagian besar pada sel hati, dan sebagian kecil berlangsung di korteks ginjal. Asam laktat, asam piruvat, gliserol, asam asam amino glikogenik, merupakan penyusun utama pada proses glikoneogenesis ini. Proses glikoneogenesis merupakan kebalikan dari proses glikolisis. Jika dalam proses glikolisis senyawa karbohidrat diubah menjadi glikoneogenesis asam adalah piruvat, asam maka piruvat dalam diubah proses menjadi karbohidrat (Sinaga, 2012). Tidak semua karbohidrat jenis monosakrida yang diserap dari saluran pencernaan dapat langsung digunakan oleh sel sebagai sumber energi, sebagian besar lainnya akan terlebih dahulu dibawa ke hati untuk diubah menjadi glikogen melalui proses yang disebut dengan glikogenesis. Proses glikogenesis selain berlangsung didalam sel hati, juga berlangsung di sel otot. Namun, proses glikogenesis didalam sel hati berlangsung lebih cepat sekitar 4-6% daripada di otot hanya sekitar 0,7-1%, namun karena otot mempunyai massa yang lebih besar apabila dibandingkan dengan sel hati, 8 sehingga penyimpanan glikogen di otot jauh lebih baik daripada penyimpanan di hati. Glikogen otot merupakan sumber energi siap pakai untuk keperluan sel sel otot sendiri, dan glikogen hati merupakan cadangan energi dan memegang peran utama dalam memelihara keseimbangan glukosa darah di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam tidak ada asupan makanan yang masuk kedalam tubuh, cadangan glikogen akan dipakai secara keseluruhan sehingga kadarnya pun akan menurun drastis. Glikogen yang terbentuk dari proses glikogenesis akan segera diuraikan kembali menjadi glukosa melalui proses yang disebut dengan glikogenolisis untuk menstabilkan kadar glukosa dalam darah dan menyediakan sumber energi bagi sel sel di dalam tubuh (Sinaga, 2012). Semua sel di dalam tubuh dengan tiada hentinya mendapatkan glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa di dalam darah yang konstan yaitu sekitar 80—100 mg/dl walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja. Proses ini disebut dengan homeostatis glukosa. Kadar glukosa darah yang rendah (hipoglikemia) dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui proses glikogenolisis dan melalui pembentukan glukosa dari senyawa non karbohidrat seperti laktat dan asam amino melalui proses glukoneogenesis sebagai bahan bakar alternatif apabila pasokan glukosa tidak memenuhi (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). Kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat dicegah oleh perubahan glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi trigliserol di hati. Dengan demikian, jalur penggunaan glukosa sebagai bahan bakar 9 tidak dapat dianggap terpisah sama sekali dari jalur yang melibatkan metabolisme asam amino dan asam lemak (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan makan terutama dilakukan melaui kerja hormon hormon homeostatis metabolik seperti insulin dan glukagon. Namun kortisol,epinefirin,nor epinefirin, juga berperan dalam penyesuaian pasokan dan kebutuhan antar jaringan sebagai respon terhadap perubahan dalam status fisiologis (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). c. Jenis-jenis Karbohidrat Senyawa senyawa karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan jumlah monomernya karbohidrat dapat dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu monosakarida, disakarida, dan oligosakarida (Sinaga, 2012). Monosakarida adalah senyawa karbohidrat yang sudah tidak dapat dipecah lagi menjadi bentuk karbohidrat yang lebih sederhana. Berdasarkan jumlah atom C yang terdapat didalam tiap molekulnya, monosakarida dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: 1) Triosa, yaitu jenis monosakarida yang terdiri dari tiga atom C dalam tiap molekulnya. Contohnya adalah gliseraldehida dan dihidroksi aseton. 2) Tetrosa, yaitu jenis monosakarida yang terdiri dari empat atom C dalam tiap molekulnya. Contohnya adalah eritrosa, treosa, dan eritrulosa. 3) Pentosa, yaitu jenis monosakarida yang terdiri dari lima atom C tiap molekul. Contohnya adalah ribosa, arabinosa, xilosa, ribulosa, dan xilulosa. 10 4) Heksosa, yaitu jenis monosakarida yang terdiri dari enam karbon C dalam tiap molekulnya. Contohnya adalah glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, sarbosa. Secara teoritis, jumlah atom C dalam monosakarida tiap molekulnya berada dalam jumlah yang tak terbatas. Tetapi, untuk karbohidrat yang terdapat secara alamiah pada umumnya memiliki jumlah atom C tiap molekulnya antara 3-6 atom (Sinaga, 2012). Oligo memiliki arti beberapa. Sakarida memilki arti gula atau senyawa karbohidrat. Jadi dapat diartikan bahwa oligosakarida adalah senyawa senyawa karbohidrat yang ketika dipecah atau diuraikan akan terbentuk menjadi beberapa dibedakan molekul monosakarida. berdasarkan Oligosakarida banyaknya dapat monosakarida penyusunnya. Contoh dari oligosakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa (Sinaga, 2012). Sukrosa adalah jenis gula yang sering kita gunakan sebagai pemanis dalam kehidupan sehari hari, seperti dalam pembuatan teh manis, sirup, kue, dan lain lain. Sukrosa paling banyak terkandung dalam tebu. Sukrosa adalah disakarida yang tersusun atas satu glukosa dan satu fruktosa (Sinaga, 2012). Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun dari banyak monosakarida. Contohnya adalah amilum atau pati, glikogen, selulosa, inulin, dan dekstran. Pati merupakan sumber energi cadangan utama dalam tubuh tumbuh tumbuhan, dan glikogen merupakan jenis karbohidrat polisakarida yang berperan sebagai cadangan utama energi dalam tubuh hewan dan manusia (Sinaga, 2012). d. Glukosa Darah 11 Glukosa darah adalah konsentrasi gula didalam darah atau serum. Konsentrasi glukosa darah normal seseorang yang tidak makan dalam waktu 3 atau 4 jam adalah sekitar 90 mg/dl. Namun, pada keadaan setelah makan pun apabila seseorang tersebut normal, kadar glukosa darah tidak akan melebihi nilai 140 mg/dl kecuali orang tersebut menderita Diabetes Mellitus. Glukosa yang dialirkan ke seluruh tubuh merupakan bentuk sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh. Dan kadar glukosa didalam tubuh sebagian besar dipengaruhi oleh hormon insulin dan glukagon (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). Pengaturan besarnya konsentrasi glukosa darah pada orang normal sangat sempit, pada orang yang sedang berpuasa kadar glukosa darah hanya akan berada diantara rentan 80 dan 90 mg/dl darah yang diukur pada waktu sebelum makan pagi. Namun, konsentrasi ini akan meningkat menjadi 120-140 mg/dl selama jam pertama atau lebih setelah makan, namun terdapat satu sistem yang dapat mengatur kadar glukosa darah yang dengan cepat mengambalikan ke keadaan normal, biasanya terjadi pada waktu 2 jam setelah absorbsi kelaparan, karbohidrat yang adanya fungsi terakhir. Dan pada glukoneogenesis dari waktu hati menyebabkan tersedianya kadar glukosa yang dibutuhkan untuk dapat menjaga ketetapan kadar glukosa darah sewaktu puasa (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). e. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah Hormon adalah perantara kimiawi tubuh yang dibuat oleh kelenjar endokrin. Kelenjar ini tidak memiliki saluran tetapi mengeluarkan hormon secara langsung kedalam aliran darah, sehingga dapat mencapai setiap sel didalam tubuh. Setiap hormon bekerja secara khusus untuk salah satu organ 12 atau jaringan saja (Parker, 2007). Berikut ini adalah hormon yang dapat mempengaruhi kadar glukosa didalam darah: 1) Insulin Merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Yang memiliki fungsi membantu dalam transport glukosa kedalam beberapa membran sel, menghambat glukoneogenesis, dan merangsang sintesis protein. Dan memiliki efek terhadap glukosa yaitu berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah. 2) Somastosain Merupakan hormon yang dibentuk oleh sel D pankreas, dan memiliki fungsi dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah. 3) Glukagon Adalah sel yang dibentuk dari sel alfa pankreas yang memilik fungsi untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar dalam tubuh, sehingga apabila tubuh kekurangan glukosa yang merupakan bahan bakar utama dala tubuh, hormon ini akan merangsang pelepasan glukosa menjadi glikogen hati. Dan efek dalam kadar glukosa dalam darah adalah untuk meningkatkan kadar glukosa. 4) Epinefirin Adalah hormon yang disekresikan didalam medula adrenal dan memiliki fungsi untuk meningkatkan adara glukosa darah. 5) Kortisol Adalah hormon yang dibentuk di sel korteks adrenal yang berperan dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah. 6) ACTH ( Adrenal Cortricortopic Hormone) 13 Merupakan hormon yang dibentuk di sel hipofisis anterior yang memiliki fungsi dalam peningkatan kadar glukosa didalam darah. 7) Hormon Pertumbuhan Adalah hormon yang juga diproduksi di sel hipofisis anterior yang memiliki efek metabolik melawan kerja insulin. Dan memili efek untuk meningkatkan kadar glukosa didalam darah. 8) Tiroksin Adalah hormon yang dibentuk di jaringan tiroid. Dan memiliki peran untuk meningkatkan kadr glukosa didalam darah. f. Jenis pemeriksaan glukosa darah 1) Glukosa Darah Sewaktu Merupakan uji kadar glukosa yang dapat dilakukan sewaktu waktu, tanpa pasien harus melakukan puasa karbohidrat terlebih dahulu atau mempertimbangkan asupan makanan terakhir. Tes glukosa sewaktu ini dapat digunakan sebagai tes skrining untuk Diabetes Mellitus. Nilai normal untuk glukosa sewaktu adalah <110 mg/dl (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). 2) Glukosa Puasa Merupakan tes glukosa yang pasien harus melakukan puasa karbohidrat selama kurang lebih 10-12 jam sebelum melakukan uji ini. Kadar glukosa ini dapat menunjukan keadaan keseimbangan glukosa secara keseluruhan atau homeostatis glukosa. Dan pemeriksaan rutin sebaiknya lebih menggunakan glukosa puasa. Kadar glukosa puasa normal adalah sekitar 70-110 mg/dl (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). 3) Glukosa 2 Jam Post Pandrial 14 Glukosa pemeriksaan 2 jam glukosa post dimana pandrial sample adalah jenis darah untuk pemeriksaan diambil 2 jam setelah makan atau pemberian glukosa. Tes glukosa 2 jam post pandrial ini bisa dilakukan untuk menguji respon metabolik terhadap pemberian karbohidrat 2 jam setelah makan. Nilai normal untuk kadar glukosa 2 jam post pandrial adalah 140mg/dl. Jika kadar glukosa ini 140mg/dl setelah makan, maka berarti nilai tersebut adalah nilai sesudah kenaikan awal yang berarti bahwa pasien tersebut memiliki mekanisme pembuangan glukosa yang normal. Namun, apabila kadar glukosa 2 jam post pandrial masih saja tetap tinggi, itu berarti terdapat gangguan metabolisme pembuangan glukosa (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). 4) Tes toleransi glukosa oral Tes toleransi glukosa keraguan dalam ditemukan Pemeriksaan dilakukan ini hasil dengan dilakukan apabila glukosa darah. cara memberikan karbohidrat kepada pasien. Namun sebelum memberikan karbohidrat kepada pasien, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti status gizi harus dalam keadaan normal, tidak sedang mengkonsumsi salisilat, diuretik, anti kejang steroid, atau kontrasepsi oral, tidak merokok, dan tidak boleh mengkonsumsi apapun selian air selama 12 jam (Dawn b. Marks,Phd, dkk, 2005). g. Pemeriksaan Glukosa Darah Dalam menentukan kadar glukosa dalam darah, dapat dilakukan beberapa cara. Antara lain: 1) Cara Manual (kimiawi) 15 Penetapan kadar glukosa dengan cara manual adalah merupakan metode yang sederhana yang memanfaatkan sifat mereduksi glukosa non spesifik yang akan bereaksi dengan indikator yang akan berubah warna apabila tereduksi. Karena di dalam darah juga terdapat komponen yang dapat mereduksi seperti urea yang akan memberikan peningkatan yang bermakna pada keadan uremia, sehingga kadar glukosa akan menjadi lebih tinggi sekitar 5-15 mg/dl apabila dibandingkan dengan pengukuran kadar glukosa dengan metode enzimatik yang lebih spesifik (Departemen Kesehatan RI, 2005). Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005 mengatakan bahwa pengukuran glukosa dengan menggunakan metode atau cara manual sudah jarang dipakai karena tingkat spesifitas nya yang kurang tinggi. Selain itu, kelemahan dari metode atau cara manual adalah memerlukan waktu yang panjang untuk pemeriksaan dengan pemanasan, sehingga lebih banyak kemungkinan terjadinya kesalahan apabila dibandingkan dengan menggunakan metode enzimatik. Prinsip pemeriksaan glukosa dengan menggunaan cara manual adalah proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin dan asam asetat glasial dalam kondisi panas, dan akan menimbulkan warna hijau yang kemudian akan diukur dengan menggunakan fotometri (Departemen Kesehatan, 2005). 2) Automated Chemistry Anlyzer Automated Chemistry Anlyzer adalah suatu instrumen Laboratorium yang digunakan untuk mengukur 16 kadar kadar spesimen didalam tubuh secara cepat dan otomatis (Atyna, 2013). Automated Chemistry Anlyzer memiliki prinsip yaitu pengukuran berdasarkan intensitas cahaya yang dilewatkan melalui kuvet dengan panjang glombang tertentu yang akan menimbulkan reaksi dengan membentuk warna tertentu. Sebagian cahaya ada yang diteruskan dan ada juga yang dilewatkan. Hasil pengukuran akan muncul di layar detektor dan sebanding dengan nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan melalui kuvet dan akan selalu sebanding dengan konsentrasi suatu zat didalam sample (Atyna, 2013). Pengukuran kadar glukosa dengan menggunakan metode enzimatik ini jauh lebih baik karena memiliki tingkat spesifitas yang tinggi. Karena hanya glukosa yang akan terukur. Ada dua jenis metoe enzimatik yang digunakan, yaitu: glucose oksidase dan metode heksokinase (Departemen Kesehatan RI, 2005). a) Metode Glucose Oksidase Metode jenis ini adalah jenis metode untuk penetapan kadar digunakan di glukosa laboratorium yang paling Indonesia. banyak Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal tercatat bahwa hampir 85% dari bidang Kimia Klinik melakukan pengukuran glukosa dengan menggunakan metode ini (Departemen Kesehatan RI, 2005). Metode Glucose Oksidase memiliki prinsip yaitu enzim glukosa oksidase akan mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukoronat dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen yang terbentuk akan bereaksi dengan phenol 4-amino 17 phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan kemudian akan diukur dengan fotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk akan sebanding dengan kadar glukosa darah yang terdapat didalam sample (Riyani, 2009). Asam urat, merupakan pemeriksaan zat asam zat dengan askorbat, yang dan akan bilirubin mempengaruhi menggunakan metode ini. Dimana zat zat tersebut akan menyebabkan kadar glukosa menjadi lebih rendah karena zat zat tersebut berkompetisi dengan kromogen untuk dapat beraksi dengan hidrogen peroksida (Riyani, 2009). b) Metode Glucose Heksokinase Jenis metode glukosa heksokinase merupakan jenis metode yang dianjurkan oleh WHO dan IFCC untuk penetapan kadar glukosa. Data menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005 menyebutkan bahwa baru sekitar 10% laboratorium di Indonesia yang menggunkaan metode glukosa heksokinase untuk menetapkan kadar glukosa (Departemen Kesehatan, 2005). Prinsip dari pemeriksaan glukosa dengan menggunakan metode glukosa heksokinase adalah heksokinase akan mengkatalisis reaksi fosforilase glukosa dengan ATP membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa-6-fosfat dehydrogenase akan mengkatalisis oksidasi glukosa6-fosfat dengan nicotinamide adenine dinocleotido phospat (NADP) (Departemen Kesehatan RI, 2005). 18 Metode glukosa heksokinase relatif lebih mahal apabila dibandingkan dengan metode lainnya, karena penggunaan dua macam enzim yang memang lebih spesifik (Departemen Kesehatan RI, 2005). 3) Glukometer Glukometer adalah salah satu bentuk kemajuan dalam bidang teknologi yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dengan cepat dan dapat dibawa kemana mana (Nesco multicheck, 2009). Prinsip dari pemeriksaan dengan menggunakan glukometer adalah glukosa dalam darah dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase (yang terdapat didalam strip) menjadi glukagon. Proses pemecahan glukosa menjadi glukagon dapat menimbulkan elektron yang kemudian akan dibaca oleh sensor yang terdapat pada alat. Semakin banyak glukosa yang dioksidasi menjadi glukagon maka semakin banyak elektron yang dihasilkan, sehingga nilai yang muncul pun akan semakin tinggi (Nesco multicheck, 2009). Glukometer terdiri dari beberapa bagian, yaitu: a) Display screen (layar) yang berfungsi untuk melihat hasil pemeriksaan glukosa darah. b) Push button yang berfungsi untuk mematikan alat. c) Test strip holder merupakan tempat yang berfungsi untuk meletakkan strip glukosa. d) Code card port merupakan tempat memasukkan kode card e) Batterai compartman adalah tempat baterai f) Strip glukosa h. Faktor- faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah 19 Secara umum, faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kejadian DM dapat dibagi menjadi dua faktor utama, yaitu faktor genetik atau keturunan, dan faktor metabolik. Namun, faktor keturunan seperti jenis kelamin, dan usia adalah merupakan faktor yang tidak dapat dipengaruhi. Tetapi faktor metabolik seperti kadar glukosa di dalam darah dapat diupayakan untuk menjadi normal kadarnya didalam tubuh (Tandra, 2008). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah menurut Tandra (2008) antara lain: 1) Makanan Menurut makanan Tandra yang (2008) mengandung mengatakan bahwa karbohidrat akan meningkatkan kadar glukosa darah. Satu sampai dua jam setelah makan, glukosa darah akan mencapai kadar paling tinggi. Faktor dari berapa banyak makanan yang kita konsumsi dan waktu makan menentukan kadar gula darah seseorang. Makan teratur setiap hari, dan juga memperhatikan jenis, jumlah, serta jadwalnya akan membantu dalam memperikirakan kapan dan bagaimana glukosa akan menjadi naik atau turun. Jenis makanan yang dikonsumsi juga akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Makanan terdiri dari karbohidrat, lemak, dan juga protein. Ketiganya dapat mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Tetapi, karbohidrat merupakan yang paling kuat dalam meningkatkan kadar glukosa darah. 2) Olahraga dan Aktivitas Semua gerak badan dan olahraga akan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Olahraga dapat 20 mengurangi resistensi insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan mempercepat pengangkutan glukosa masuk ke dalam sel untuk memenuhi kebutuhan energi. Semakin sering berolahraga, maka semakin banyak juga glukosa yang dipakai. Olahraga dapat menurunkan glukosa darah dalam beberapa jam, namun terkadang bisa lebih lama. Gerak badan selama satu jam sesudah makan akan lebih baik daripada gerak badan saat perut masih kosong atau sedang puasa. 3) Penyakit yang sedang dialami Penyakit yang sedang dialami seperti flu, infeksi virus, dan infeksi bakteri, merupakan bentuk stress fisik yang dapat mengeluarkan hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Hormon tersebut adalah kortisol. 4) Obat-obatan Kadar glukosa darah juga sangat tergantung pada insulin yang disuntikkan atau obat diabetes yang dikonsumsi. Berapa banyak dan berapa lama waktu konsumsi mempengaruhi kadar glukosa yang menurun. Contoh obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah adalah golongan Sulfonylurea seperti (Diabense, Daonil, Glurenom, Glimepirid) yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah, golongan Biguanides seperti (Diabex, Glucophage) yang berfungsi untuk menghambat proses pembentukan glukosa yang berlebih di dalam hati, golongan Alpha-Glucosidase Inhibitor seperti (Glucobay) yang berfungsi untuk menghambat proses pemecehan karbohidrat menjadi glukosa, kemudian golongan Meglitinides seperti (Starlix, 21 Novonorm) yang berfungsi untuk membantu proses pelepasan insulin dari pankreas menjadi cepat dan singkat, dan ada juga golongan Thiazolidinediones seperti (Actos, Deculin, Avandia) yang berfungsi untuk merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. 5) Alkohol Alkohol dapat menghambat hati dalam proses melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Namun, pada kasus yang sangat jarang, alkohol dapat meningkatkan kadar glukosa darah karena mengandung kalori yang tinggi. 6) Hati Makanan di dalam hati ditimbun dalam bentuk glikogen. Bila kadar glukosa dalam darah menurun, hati akan memecah glikogen menjadi glukosa (proses glikogenolisis) dan kemudian dilepaskan ke aliran darah. Hati juga bias membentuk glukosa dari bahan selain karbohidrat, seperti protein atau lemak yang disebut dengan proses gluconeogenesis. Proses penyimpanan dan pengeluaran glukosa oleh hati yang berjalan terus menerus akan mengatur glukosa darah supaya stabil. 7) Kehamilan Kehamilan merupakan sala satu faktor yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Karena selama masa kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis pada ibu hamil yaitu akan memproduksi hormon hormone tertentu seperti plasenta laktogen, esterogen, progesterone, kortisol, dan prolaktin yang akan menyebbkan resistensi 22 insulin. Yaitu kadar glukosa darah tinggi sedangkan kadar insulin juga tetap tinggi (Helen Varney dkk, 2006). 2. Kehamilan a. Definisi kehamilan Periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir, hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal terjadinya antepartum. Teori tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Al Quran surat Al-Mukmin ayat 67 : ....... Artinya : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, .....” (Q.S. Al-Mukmin ayat 67). Periode kehamilan dibagi kedalam tiga trimester yang masing-masing terdiri dari tiga belas minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa proses waktu kehamilan adalah sekitar kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 1 bulan, atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir datang, sehingga hal itu membuat proses kehamilan berlangsung selama kurang lebih 266 hari, atau 38 minggu (Helen Varney dkk, 2006). b. Fisiologi kehamilan Selama masa kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi yang mencolok. Perubahan perubahan ini banyak dimulai setelah proses pembuahan dan berlanjut sampai masa kehamilan. Hal tersebut sesuai dengan 23 hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang berbunyi: Artinya : “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya..” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perubahaan yang terjadi dianggap sebagai respon rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta. Namun, semua perubahan yang terjadi akan kembali normal setelah proses melahirkan (Cunningham,et al, 2009). Selama kehamilan, hampir semua sistem organ mengalami perubahan anatomis dan fungsional yang dapat menimbulkan arti yang bermakna. Perubahan perubahan tersebut terjadi pada saluran reproduksi, kulit, payudara, perubahan metabolik, perubahan hematologis, sistem kardiovaskular, saluran pernapasan, sistem kemih, saluran pencernaan, sistem endokrin, dan sistem lain. Pada wanita hamil, terjadi peningkatan yang pesat dan intens terhadap perubahan metabolik, yang merupakan sebagai bentuk respon dari janin dan plasenta yang tumbuh pesat. Dan pada trimester ketiga, laju metabolik ibu meningkat 10-20 persen dibandingkan dengan keadaan tak hamil. Dan hal ini akan semakin meningkat apabila ibu hamil mengalami kehamilan kembar (Helen Varney dkk, 2006). 24 c. Metabolisme karbohidrat saat kehamilan Kehamilan normal ditandai dengan hipoglikemia puasa, hiperglikemia pasca makan, dan hiperinsulinemia ringan. Peningkatan kadar insulin plasma pada kehamilan normal berkaitan dengan respons khas terhadap kebutuhan glukosa. Respon ini konsisten dengan keadaan resistensi insulin yang dipicu oleh kehamilan, yang bertujuan untuk memastikan kebutuhan glukosa janin akan terpenuhi (Cunningham,et al, 2009). Mekanisme-mekanisme yang berperan dalam resistensi insulin belum sepenuhnya dapat dipahami. Progesteron dan esterogen pun memiliki peran serta dalam menyebabkan resistensi insulin. Kadar laktogen plasenta dalam plasma meningkat berbanding lurus dengan gestasi. Efek dari peningkatan hormon ini, mirip dengan hormon pertumbuhan yang dapat menyebabkan peningkatan lipolisis yang disertai dengan pembebasan asam lemak. Dengan demikian, peningkatan asam lemak dalam darah juga merupakan faktor pendukung terjadinya resistensi insulin (Cunningham,et al, 2009). Wanita hamil pada umumnya akan berubah secara drastis untuk kadar glukosa nya. Hal ini ditandai dengan hiperglikemia pasca makan yang kemudian akan berubah secara menetap menjadi keadaan hipoglikemia pada puasa dan penurunan asam amino. Perubahan yang terjadi dari glukosa menjadi lemak merupakan sebagai bentuk dari accelerated starvation (percepatan kepalaran). Sehingga, dapat disimpulkan melakukan puasa bahwa jika seorang berkepanjangan akan wanita hamil mengakibatkan perubahan-perubahan tersebut yang lebih mencolok dan 25 mempercepat timbulnya ketonemia (Dawn b. Marks, Phd, dkk, 2005). 3. Diabetes Mellitus a. Pengertian diabetes mellitus Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar gula di dalam darah merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan masalah serius pada sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2012). Secara umum, klasifikasi diabetes mellitus dibagi menjadi Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabates Mellitus Gestasional (kehamilan), dan Diabetes Mellitus tipe lain (IP.Suiraoka, 2012). Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM Belum Bukan DM DM Pasti DM Kadar glukosa plasma <110 110-199 ≥ 200 darah vena sewaktu Darah <90 90-199 ≥ 200 (mg/dl) Kapiler Kadar glukosa Plasma <110 110-125 ≥ 126 darah puasa Vena (mg/dl) Darah <90 90-109 ≥ 110 Kapiler Sumber : Ilmu penyakit dalam edisi IV Jilid III b. Klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes Assosiation World Helath Organization mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan penyebabnya, yaitu: 1) Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung Insulin/DMTI) 26 Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDMM), dengan jumlah penderita sekitar 5-10% dari seluruh penderta DM dan pada umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia dibawah 25 tahun). Dm tipe 1 mempunyai ciri khas yaitu terjadinya kerusakan pada sel β pankreas yang disebabkan oleh proses autoimmune, akibatnya terjadi defisiensi insulin absolut dan pasiennya akan mutlak memerlukan insulin dari luar untuk dapat tetap mempertahankan kadar glukosa dalam kondisi normal. Kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus sebisa mungkin harus mendekati nilai 80-120 mg/dl. Jika kadar glukosa >200mg/dl akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan akan diikuti dengan sering buang air kecil sehingga mengakibatkan dehidrasi (IP.Suiroka, 2012). 2) Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung Insulin/DMTTI) Diabetes Mellitus Tipe 2 biasa juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Adult Onset Diabetes. Jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 ini merupakan jumlah terbesar, karena hampir mencapai angka 90-95% dari keseluruhan kasus DM. Untuk jenis DM tipe 2 ini biasa terjadi pada usia dewasa, yaitu usia pertengahan kehidupan, dan kejadiannya lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada wanita (IP.Suiroka,2012). Pada DM tipe ini terjadi keadan yang disebut dengan resistensi insulin. Jumlah reseptor pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah insulin tidak berkurang. Sehingga mengakibatkan glukosa tidak dapat 27 masuk ke sel-sel di dalam tubuh walaupun insulin tersedia. Faktor penyebab terjadinya resistensi insulin dapat terjadi karena beberapa hal, namun hal yang paling berpengaruh dalam kejadian ini adalah obesitas sentral (obesitas dengan penumpukan lemak di daerah perut). Karena, pada keadaan obesitas sentral terjadi pengeluaran hormon-hormon yang dapat menyebabkan rusaknya sistem toleransi glukosa. Sebanyak 90% pasien DM tipe 2 ditemukan mengalami obesitas sentral atau Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan. 3) Diabetes Mellitus Gestasional/Kehamilan Diabetes mellitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa yang diketahui pertama kali saat hamil, dan biasanya diketahui pada kehamilan usia kandungan trimester 3 (Wasis, 2008). Wanita hamil yang belum pernah mengidap atau terkena diabetes mellitus, namun memiliki kadar glukosa yang tinggi selama dikatakan bahwa masa kehamilan sudah dapat ia menderita diabetes mellitus gestasional (IP.Suiroka, 2012). Diabetes mellitus tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat hamil. Diabetes mellitus gestasional pada umumnya menunjukan sehingga adanya jarang gangguan membutuhkan yang relatif pertolongan Karena, kebanyakan wanita dengan DMG ringan dokter. memiliki homeostatis glukosa relatif normal selama paruh pertama waktu kehamilan. Dan tetapi bisa juga mengalami defisiensi insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar 28 glukosa biasanya akan kembali normal setelah proses melahirkan (IP.Suiroka, 2012). Namun, (Tandra, 2008) mengatakan bahwa pada kehamilan yang sudah lebih dari 3 bulan, apabila terjadi kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan persalinan prematur atau kematian janin di dalam kandungan. Selain itu, diabetes yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan large baby atau bayi lahir besar, paru-paru bayi tidak sempurna sewaktu lahir, atau dapat terjadi hipoglikemia pada waktu persalinan. Selain keadaan hipoglikemia pada saat persalinan juga mengatakan tentang komplikasi yang dapat dialami oleh bayi ketika ibu mengalami diabetes mellitus gestasional adalah: a) Respiratory Distress Syndrome ( RDS) Keadaan dimana akan kesusahan dalam bernapas karena paru-paru belum terbentuk secara sempurna. Dapat terjadi apabila bayi lahir secara premature. Namun, kontrol kadar glukosa darah dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi ini. b) Hipokalsemia Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat terjadi karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium. c) Magnesium yang rendah 29 Kadar magnesium yang rendah dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur. d) Polisitemia Keadaan dimana terjadi peningkatan sel darah merah, namun sebab nya masih belum jelas. e) Hiperbilirubinemia Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga menyebabkan bayi menjadi kuning. f) Lazy Left Colon Bayi mengalami susah buang air besar, sehingga memberi kesan terjadi penyumbatan (Tandra, 2008). 4) Diabetes Mellitus Tipe Lain. Penyakit DM tipe lain dapat berupa DM yang spesifik yang disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kelainan genetik yang spesifik (kerusakan genetik sel beta pankreas, infeksi, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah). Menurut WHO (1999) yang dikutip oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) (2008) mengatakan bahwa kejadian DMG pada kehamilan akan meningkat dengan faktor resiko seperti : a) Peningkatan berat badan pada masa kehamilan sekitar >0.5 kg/minggu b) Usia lebih dari 25 tahun saat hamil c) Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga d) Riwayat Diabetes Mellitus Gestasional e) Riwayat pernah melahirkan bayi dengan berat >4kg c. Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional Pada Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana jumlah / fungsi insulin menjadi tidak optimal. 30 Terjadi perubahan kinetika insulin atau resistensi terhadap efek insulin. Sehingga mengakibatkan jumlah sumber energi dalam plasma ibu semakin meningkat dalam artian bahwa kadar glukosa menjadi tinggi, namun kadar insulin pun tetap tinggi (Wasis, 2008). Dalam kehamilan terjadi endokrin dan karbohidrat makanan bagi kebutuhan perubahan yang janin metabolisme menunjang pemasokan dan persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat tetap berdifusi melalui plasenta kepada janin, sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai kadar glukosa darah sang ibu. Kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin, dan juga beberapa hormon lain seperti esterogen, steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga mengakibatkan proses reabsorpsi makanan menjadi lambat sehingga dapat menimbulkan efek hiperglikemia yang relatif lama dan secara otomatis hal tersebut memberikan efek terhadap meningkatnya kebutuhan insulin. Kebutuhan insulin akan meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal menjelang proses persalinan. Hal ini disebut dengan tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologi, telah terjadi perubahan menjadi resistensi insulin, yaitu ketika dilakukan penambahan insulin eksogen sehingga mengakibatkan tidak mudah mengalami hipoglikemi. Tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, akan tetap mengalami hipoinsulin yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau diabetes kehamilan. 31 B. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah Makanan yang mengandung karbohidrat Faktor resiko terjadinya diabetes gestasinal Ibu hamil trimester 3 Obat (Glimepirid, metformin, dll) Penyakit (flu, infeksi bakteri) Alkohol Kehamilan (hormon) Berat badan meningkat > 0,5 kg/ minggu Pernah melahirkan bayi dengan berat > 4 kg Kadar glukosa darah Usia > 25 tahun Riwayat DMG Riwayat DM 32 Tinggi Rendah Normal Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan: Kadar Glukosa Darah dalam tubuh dipengaruhi oleh Makanan, Obat, Alkohol, Penyakit, namun dalam penelitian kali ini memfokuskan pada faktor kehamilan (hormon). DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Cordoba (2012) Bandung: PT. Cordoba Internasioal Indonesia. Atyna, Iva. (2013) Instrumen Laboratorium Klinik. Bandung: ITB Dorland, W.A. Newman. (2011) Kamus Kedokteran. (Albertus Agung Mahode et al,Penerjemah). Jakarta: EGC Gandasoebrata,R. (2007) Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke-10 Jakarta: Dian Rakyat Tandra, Hans. (2008) Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Notoatmodjo, Soekidjo. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Murray, Robert K., Granner, Daryl K & Rodwell, Victor W. (2009) Biokomia Harper (Harper’s Illutrated Biochemistry) Edisi 27. Jakarta: EGC Catharina. (2009) Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia Suiraoka,IP. (2012) Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 5th.ed. Jakarta: Internal Publishing: 2009 Ayu Rachmaningtyas. (2013). Jumlah Penderita Diabetes Mellitus di Indonesia masuk 7 Dunia. http://nasional.sindonews.com. Selasa, 10 November 2015- 20.09 wib Sinaga, Ernawati. (2012) Biokimia Dasar. Jakarta Barat: PT.ISFI Penerbitan Parker, Steve. (2007) Ensiklopedia Tubuh Manusia. (Dr. Winardini, Penerjemah). Jakarta: Erlangga Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 3rd.ed. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:2008 46 47 Departemen Kesehatan RI. (2005) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Diabetes Mellitus. Jakarta: DepKes RI Riyani, Ani. (2009) Penuntun Praktikum Kimia Klinik II. Tersedia dalam: Judulktipoltekkestanjungkarang.blogspot.com.2012/08/perbedaanhasilPemeriksaan-kadar-glukosa-metodegod-pap-dan-cara-strip.html (Diakses 10 November 2015) Varney, H., M.Kriebs, J., L.Gegor, C. 2006. Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC Cunningham,et, al. (2009). Obstetri William Edisi 23 Volume 1. Jakarta: EGC Dawn,B.Marks. (2005) Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC