9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Teori 1. Kehamilan a

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian
1) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 9 bulan. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo,
2009;h.213).
Kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur
(cukup bulan), dan bila lebih dari 43 minggu disebut sebagai
kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu
disebut kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya kehamilan,
kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing :
a) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12
minggu)
b) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28
minggu)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
10
c) Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40
minggu(. Janin yang dilahirkan dalam trimester terakhir
telah viable (dapat hidup) (Wiknjosastro,2008,h:213).
b. Proses terjadinya kehamilan
Peristiwa terjadinya kehamilan yaitu:
1) Pembuahan/fertilisasi: bertemunya sel telur / ovum wanita
dengan sel benih/ spermatozoa pria
2) Pembelahan sel dari hasil pembuahan.
3) Nidasi/implantasi tersebut pada dinding saluran reproduksi.
4) Pertumbuhan
dan
perkembangan
zigot-embrio-janin
menjadi bakal individu baru.
Kehamilan
dipengaruhi
berbagai
hormone
seperti
estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin (HCG),
human somatomammotropin, prolaktin dan sebagainya. HCG
adalah hormone aktif khusus yang berperan selama awal
masa
kehamilan,
berfluktuasi
kadarnya
selama
kehamilan.terjadinya perubahan pada anatomi dan fisiologi
organ sistem reproduksi serta sistem organ tubuh lainnya yang
di pengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut
(Sukarni, 2013; h.65)
c. Tanda kehamilan
1) Tanda kemungkinan kehamilan
a) Amenorhea
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
11
mengetahui
hari
pertama
haid
terakhir
dengan
perhituangan rumus neegle, dapat ditentukan perkiraan
persalinan
b) Mual dan muntah
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tersebut
d) Sinkope
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat
dan menimbulkan sinkope atau pingsan
e) Payudara tegang
Pengaruh
estrogen
dan
progesterone
dan
somatomamotrofi menimbulkan deposit lemak, air dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan
tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama
f)
Sering miksi
Desakan Rahim ke depan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sring miksi
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic
usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h) Pigmentasi kulit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
12
Keluarnya melanohore stimulating hormone hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie lividae,
strie nigra, linea alba makin hitam) dan pada sekitar
payudara
i)
Epulis
Hipertrofi gusi dapat terjadi disebut epulis dapat terjadi
bila hamil
j)
Varises atau penampakan pebuluh darah vena
Pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi sekitar genetalia eksterna,
kaki betis, dan payudara.
d. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.
Pada pemeriksaan dalam, di jumpai tanda hegar, tanda
chadwick, tanda pisckacek, kontraksi Braxton hix, dan
teraba ballottement
2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagai
kemungkinan positif palsu
e. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
Denyut jantung janin (DJJ). Di dengar dengan stetoskop
leanec, alat kardiotokografi, alat dopler. Di lihat dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
13
ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen
untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi (Manuaba, 2010;
h.107-109).
f.
Masa dalam kehamilan
1) Kehamilan trimester 1
Pada trimester pertama merupakan penyesuaian terhadap
kenyataan
bahwa
dia
sedang
mengandung.
Beberapa
ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan trimester
pertama diantaranya kelemahan, perubahan nafsu makan dan
kepekaan emosional. Keadaan ini mencerminkan konflik dan
depresi yang dialami yang menjadi pengingat tentang
kehamilannya (Sukarni, 2013; h.71-72).
Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya
berdetak, usus-usus lengkap didalam abdomen, genetalia
eksterna mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan,
anus sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat
menelan,
melakukan
gerakan
pernafasan,
kencing,
menggerakkan anggota badan, mengedipkan mata, dan
mengerutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat
janin
sekitar
15-30
gram
dan
panjang
5-9
cm
(Sujiyatini,2010,h:40).
2) Trimester kedua
Periode kesehatan yang baik karena wanita hamil mulai
merasa nyaman dan bebas dari ketidaknyamanan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
14
normal dialami saat hamil. Pada trimester kedua dibagi
menjadi dua fase yaitu fase praquickening dan Fase pascapraquickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya
kehidupan yang terpisahyang mendorong wanita dalam
menjalankan
tugas
psikologis
utamanya
untuk
mengembangkan identitas sebagai ibu. Bayi mulai bergerak
pada periode ini (Sukarni, 2013; h.74).
Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan
sudah terbiasa dengan kandungan hormon yang tinggi, serta
rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang.
Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan
ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan
dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih
konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya
(Ummi, 2010; h.68).
3) Trimester ketiga
Sering
disebut
periode
penantian
dengan
penuh
kewaspadaan. Pada periode ini ibu menjadi tidak sabar
menanti kehadiran sang bayi. Trimester merupakan waktu
persiapan yang aktif terlihat dalam menantikan kelahiran bayi
dan menjadi orang tua sementara perhatian utama terfokus
pada bayi (Sukarni, 2013; h.74).
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatkan ibu dengan bayinya. Kadang kadang ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
15
merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.
Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan
banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu ibu
juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Pada trimester ini ibu memerlukan ketenangan dan dukungan
dari suami, keluarga dan bidan (Ummi, 2010;h.69).
g. Perubahan fisiologis kehamilan
Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
baik anatomis maupun fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologi
yang terjadi pada masa kehamilan diantaranya:
1.) Uterus
Selama
kehamilan
uterus
akan
beradaptasi
untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,
amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi
peregangan dan penebalan
sel-sel otot, sementara
produksi miosit baru masih terbatas. Pada awal kehamilan
penebalan uterus dipengaruhi oleh hormone estrogen dan
progesterone.Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu
penebalan uterus lebih di pengaruhi oleh desakan dari
hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2009; h.175-176).
2.) Servik uteri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
16
Selama kehamilan, servik akan mengalami perubahan
karena hormone estrogen dan progresteron. Akibat kadar
estrogen meningkat dan adanya hipervaskularisasi serta
meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik
menjadi lunak yang disebut tanda goodell (Kusmyati, 2010
h.55-56).
3.) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kirakira 3 cm yang akan mengecil setelah plasenta terbentuk.
Korpus luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan
progresteron (Kusmiyati, 2010; h.56)
4.) Vagina dan perineum
Selama
kehamilan
peningkatan
vaskularisasi
dan
hiperemia terlihat jelas pada kulit, otot-otot perineum dan
vulva. Dinding vagina mengalami banyak perubahan
sebagai persiapan untuk mengalami peregangan pada
waktu
persalinan
dengan
meningkatnya
ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot
polos (Prawirohardjo, 2009; h.178).
5.) Sistem integument/kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
kemerahann, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai
daerah payudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari
cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
17
Estrogen
dan
progresteron
memiliki
peran
dalam
melanogenesis dan bisa disebut sebagai faktor pendorong
(Prawirohardjo, 2009; h.179).
6.) Payudara/mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone
somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan
tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi
system
saluran
sedangkan
progesterone
menambah sel-sel asinus pada mammae. Rasa penuh,
peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu keenam kehamilan
(Kusmiyati, 2010; h.56-57).
7.) Sirkulasi darah/kardiovaskular
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 sampai minggu ke 8 kehamilan dan mencapai
puncaknya pada minggu ke 32 sampai minggu ke 34
dengan
perubahan
kecil
setelah
minggu
tersebut.
Peningkatan volume plasma berkisar antara 40-45 %
dipengaruhi oleh aksi progresteron dan estrogen pada
ginjal yang didinisiasi oleh jalur renin-angiostensin dan
aldosterone. Penambahan volume darah ini sebagian
besar berupa plasma dan eritrosit.
Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak
20-30%,
tetapi
tidak
sebanding
dengan
peningkatan volume plasma sehingga mengakibatkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
18
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15
g/dl menjadi 12,5 g/dl atau bisa juga mencapai dibawah 11
g/dl. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11
g/dl merupakan hal yang abnormal dan biasanya lebih
berhubungan dengan defisiensi zat besi dari pada dengan
hipovolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan kurang
lebih 1.000 mg atau rata-rata 6 sampai 7 mg/hari
(Prawirohardjo, 2009;h.182-184).
8.) Traktus digestivus/pencernaan
Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena
perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung
ke esophagus bagian bawah. Terjadi penurunan produksi
asam lambung dan sering terjadi nausea serta mual
muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus
digestivus menurun sehinggan motilitas trakrus digestivus
menjadi berkurang (Kusmiyati, 2010; h.59-60).
9.) Traktus urinarius/ perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandun kemih akan
tertekan sehingga sering timbul rasa ingin kencing. Pada
kehamilan normal, fungsi ginjal akan mengalami banyak
perubahan. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Fungsi ginjal berubah karena
adanya homon kehamilan, peningkatan volume darah,
postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan
(Kusmiyati, 2010; h.59).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
19
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
1) Faktor fisik
a) Status kesehatan/penyakit (kusmiyati,2009,h:80).
Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status
kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil :
(1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan.
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyperemesis
gravidarum, preeklamsia/eklamsia, kelainan lamanya
kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau
selaput
janin,
perdarahan
antepartum,
gemelli
(kusmiyati,2009,h:80).
(2) Penyakit
atau
kelainan
yang
tidak
langsung
berhubungan dengan kehamilan. Terdapat hubungan
timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat
serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat
diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang
termasuk dalam kategori ini adalah :
(a) Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises
vulva, kelainan bawaan, edema vulva, hematoma
vulva,
peradangan,
vaginalis,
bartholinitis,
gonorea,
kandidiasis,
kista
trikomonisiasis
amoebiasis,
bartholini,
DM,
kondilomata
akuminata, fistula vagina, kista vagina, kelainan
bawaan uterus, kelainan letak uterus, prolapsus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
20
uteri, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma servik,
karsinoma korpus uteri dan lain-lain.
(b) Penyakit kardiovaskuler misalnya penyakit jantung,
hipertensi, stenosis aorta, mitral isufisiensi, jantung
rematik, endokarditis.
(c) Penyakit darah misal anemia dalam kehamilan,
leukimia,
penyakit
hodgkin,
hemostasis
dan
kelainan pembekuan darah.
(d) Penakit saluran nafas misalnya influensa, bronkitis,
pneumonia,
asam
bronkiale,
TB
paru
(kusmiyati,2009,h:82).
(e) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus,
karies,
gingivitis,
diafragmatikagastritis,
appendiksitis,
pirosis,
ileus,
hernia
valvulusta,
kolitis, megakolon,
hernia,
tumor usus,
hemorroid, dan lain-lain.
(f) Penyakit hepar dan pankreas misalnya hepatitis,
ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar,
penyakit pankreas, dan lain-lain.
(g) Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi
saluran kemih, bakteriuria, sistitis, pielonefritis,
glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal,
gagal ginjal, tbc ginjal, dan lain-lan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
21
(h) Penyakit
endokrin
misalnya
diabetes
dalam
kehamilan, kalainan kelenjar gondok, dan anak
ginjal, kelainan hipofisis dan lain-lain.
(i) Penyakit
saraf
misalnya
korea
grafidarum,
epilepsia, perdarahan intrakranial, tumor otak,
poliomielitis, sklerosis multipleks, miastenia gravis,
otosklerotis, dan lain-lain.
(j) Penyakit menular misalnya IMS ( penyakit akibat
hubungan seksual ), AIDS, kondilomata akuminata,
thypus, kolera, tetanus, erisipeles, difteri, lepra,
TORCH, morbili, campak, parotitis, variola, malaria,
dan lain-lain (Kusmiyati,2009,h:82).
b) Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada
masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh
terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Huungan antara
gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil
sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan,
sosial atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan
gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu
termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar
adalah sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
22
(1) Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam
folat pada maa pre dan perikonsepsi menurunkan
resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida
dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal
maupun beresiko. Asam folat juga berguna untuk
membantu produksi sel darah merah, sintesis DNA
pada janin dan pertumbuhan plasenta.
(2) Energi
Diit pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi
protein saja tetapi pada susunan gizi sembang energi
dan juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurukan
kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan
energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh
kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
(3) Protein
Pembentukkan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh
ibu dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6
bulan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12
gram
protein
sehari
untuk
ibu
hamil.
(Kusmiyati,2009,h:82)
(4) Zat besi (Fe)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi
secara rutin adalah untuk memangun cadangan besi,
sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
23
tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30
mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian
zat besi adalah adanya perubahan volume darah atau
hydraemia (peningkatan sel darah merah 20-30%
sedangkan peningkatan plasma darah 50%). Tablet
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi
karena mengandung tanin atau pitat yang menghambat
penyerapan zat besi.
(5) Kalsium
Untuk pembentukkan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
(6) Pemberian
kelompok
suplemen
beresiko
vitamin
penyakit
D
terutama
seksual
pada
(IMS)
dan
dinegara dengan musim dingin yang panjang.
(7) Pemberian yodium pada daerah dengan endemik
kretinisme.
(8) Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc,
Magnesium, dan minyak ikan selama hamil.
c) Gaya hidup
(1) Kebiasaan minum jamu.
Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang
beresiko bagi wanita hamil karena efek minum jamu
dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti
menimbulkan
kecacatan,
abortus,
BBLR
partus
prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
24
neonatorum, kematian janin dalam kandungan dan
malformasi organ janin.
(2) Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu.
Perlu
dikaji
ada
beberapa
mitos
tertentu
yang
membahayakan kehamilan dan ada yangmendukung
terhadap pemeliharaan kesehatan selama hamil.
(3) Aktivitas seksual
Nasehat atau pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan aktivitas seksual ibu selama hamil sangat
jarang diberikan selama antenatal care. Seringkali
pemberian pendidikan kesehatan mengenai seksual
selama hamil sangat minim diberikan, bahkan kadang
informasi diberikan secara tidak jelas, implisit, dengan
bahasa kias serta menimbulkan salah pengertian
(Kusmiyati,2009,h:83).
(4) Pekerjaan atau aktifitas sehari-hari.
(5) Exercise atau senam hamil
Gunanya untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran
darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal,
dan mempersiapkan pernafasan, aktifitas otot dan
panggul
untuk
menghadapi
proses
persalinan
(Kusmiyati,2009,h;83).
i.
Tanda bahaya kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
25
Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya yang
perlu diwaspadai. Tanda bahaya tersebut meliputi:
1) Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya
terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan
tersebut bisa disebabkan oleh:
a) Implantation bleeding. Perdarahan saat trophoblas melekat
pada endometrium,
biasanya terjadi saat implantasi 8
sampai 12 hari setelah fertilisasi.
b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida
c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili
pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola
terjadi di dekat fetus.
d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi
kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.
e) Cervical lesion. Lesi di cervik
f)
Vaginitis. Infeksi pada vagina
(Sumarni, 2011; h.190)
2) Hipertensi gravidarum
Merupakan keadaan dengan tekanan darah sisitoloik dan
diastolic lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg (Prawirohardjo, 2009; h.535).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
26
3) Perdarahan pada kehamilan lanjut
Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.
Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu
plasenta previa dan abrupsio plasenta (Sumarni, 2011; h.190).
4) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat disertai dengan pandangan kabur merupakan
gejala preeklamsia (Sumarni, 2011; h.192).
5) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut yang bersifat menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti,
kehamilan ekopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung
empedu, uterus yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta
(Sumarni, 2011; h.191).
6) Gerakan janin tidak terasa
Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada bulan ke 5
atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan janin
melemah. Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu istirahat,
makan, minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling
sedikit 3X dalam periode 3 jam (Sumarni, 2011; h.193).
7) Pandangan kabur
Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada ibu
hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa adalah
beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision (Sumarni,
2011; h.192).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
27
8) Bengkak wajah dan jari-jari tangan
Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tandatanda anemia, gagal jantung dan pre eklamsi (Sumarni, 2011;
h.192).
j.
Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan
serius selama kehamilan adalah : (Prawihardjo,2009,h:284).
1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
2) Disuria
3) Menggigil atau demam
4) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
5) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya
k. Komplikasi pada kehamilan.
1) Komplikasi kehamilan muda
a) Hiperemesis gravidarum
b) Keguguran kandungan
c) Kehamilan ektopik
2) Komplikasi kehamilan trimester tiga
a) Persalinan prematuritas
b) Kehamilan ganda
c) Kehamilan dengan perdarahan
d) Perdarahan plasenta previa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
28
e) Perdarahan solusio plasenta
f)
Kehamilan dengan ketuban pecah dini
g) Kehamilan lewat waktu persalinan
h) Kehamilan dengan preeklamsia dan eklamsia
l.
Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan.
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1) Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas
kesehatan
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan
bayiyang dikandungnya
3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya
4) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi
5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi
6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
m. Jadwal kunjungan Asuhan Antenatal
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
29
asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu
dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal
yang lengkap adalah KI,K2,K3 Dan K4. Hal ini berarti minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28
minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36
minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para
ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait
dengan
upaya
penelusuran
memastikan
berbagai
ada
tidaknya
kemungkinan
adanya
kehamilan
dan
penyulit
atau
gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat
mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan
diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik
kehamilan
seperti
yang
telah
diuraikan
sebelumnya.
Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan
menggunakan
berbagai
metode
yang
tersedia
(Prawihardjo,2009,hal:279).
1) Asuhan kehamilan kunjungan awal
Kunjungan awal harus seawal mungkin yang meliputi:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
30
d) Pemeriksaan tambahna lain untuk memperoleh data
(parameter) dasar
e) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu
hamil
2) Asuhan kehamilan kunjungan ulang
Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan
antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai
memasuki masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan
yaitu:
a) Mendeteksi komplikasi-komplikasi
b) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan
c) Pemeriksaan fisik umum (Kusmiyati, 2010; h.136-141).
3) Kebijakan program dalam ANC (ante natal care)
Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil
yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif
dengan
harapan
ANC
dengan
standar
14T
dapat
meningkatkan pelayanan kehamilan dan menurunkan angka
kematian ibu (Sumarni, 2011; h.19).
Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan ANC
diantaranya:
a) Timbang berat badan dan tinggi badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi
adanya resiko apabila pengukuran > 145 cm. Pengukuran
berat badan dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
31
penurunan berat badan. Kenaikan BB normal ibu hamil 6,8
sampai 16 kg (Sumarni, 2011;h.20).
b) Tekanan darah
Pemeriksaan
tekanan
darah
sangat
penting
untuk
mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan
darah normal berkisar sistole/diastole 110/80 sampai
120/80 mmHg (Sumarni, 2009; h.20).
c) Pengukuran TFU
Pengukuran
tinggi
fundus
uteri
dilakukan
untuk
mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan
Hubungan
antara
tinggi
fundus
uteri
dan
tuannya
kehamilan secara Mc Donald (sumarni,2009,h:20-21).
Tinggu fundus uteri
Cm
12 cm
16 cm
20 cm
24 cm
28 cm
32 cm
36 cm
40 cm
Umur kehamilan dalam
Minggu
12
16
20
24
28
32
36
40
d) pemberian tablet tambah darah
Tujuan pemberian tablet Fe yaitu untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
hamil
kebutuhannya
meningkat
seiring
dengan
pertumbuhan janin. Tanpa pemberian zat besi yang cukup
ibu dapat mengalami anemia dan dapat menyebabkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
32
kelahiran premature, mudah sakit, bayi mengalami berat
bdan lahir rendah dan perdarahan pasca persalinan.
Cara pemberiannya yaitu satu tablet per hari sesudah
makan selama masa kehamilan dan nifas. Jika ibu dengan
kadar Hb kurang dari 8 gr% maka dosisnya 1-2 x 100
mg/hari selama dua bulan sampai dengan melahirkan
(Sumarni, 2011; h.21).
e) Pemberian imunisasi tetanus toxoid
Pemberian TT bertujuan untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum (Sumarni, 2011; h.21-22).
f)
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama dan menjelang persalinan yang bertujuan untuk
mendeteksi dini anemia pada ibu hamil (Sumarni, 2011;
h.22).
g) Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil yang mengarah ke pre eklamsi
(Sumarni, 2011; h.23).
h) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya
treponema pallidum atau penyakit menular seksual seperti
sifilis (Sumarni, 2011; h.23).
i)
Pemeriksaan urin reduksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
33
Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya pada ibu
dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit
gula pada keluarga (Sumarni, 2011; h.23).
j)
Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan
payudara yang ditujukan pada ibu hamil. Perawatan
payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan
dimulai pada kehamilan 6 bulan. Senam payudara dan
pijat
tekan
payudara
bertujuan
untuk
merangsang
pembentukan air susu ibu (Sumarni, 2011; h.23-24).
k) Senam ibu hamil
Bermanfaat
untuk
membantu
ibu
hamil
dalam
mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan
setelah persalinan, mencegah sembelit dan membantu
tidur supaya lebih nyenyak (Sumarni, 2011; h.24).
l)
Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di
daerah endemic malaria, ibu hamil pendatang dari daerah
malaria, ibu hamil dengan gejala panas tinggi disertai
menggigil dan hasil darah yang positif (Sumarni, 2011;
h.25).
m) Pemberian kapsul minyak beryodium
Diberikan pada kasus gangguan kekurangan yodium
didaerah endemis (Sukarni, 2011; h.25).
n) Temu wicara/konsling
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
34
Bertujuan
untuk
membantu
ibu
menerima
kehamilannya sebagai upaya preventif terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan dan membantu ibu untuk
menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong
persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik
yang mungkin diperlukan (Sumarni, 2011; h.26).
2. Persalinan
a. pengertian
1) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
(Sukarni, 2013).
2) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai
dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Varney,2008,h:672).
b. Etiologi
Etiologi dari persalinan adalah (Manuaba,2010,h:168).
1) Teori keregangan
2) Teori penurunan progesteron
3) Teori oksitosin internal
4) Teori prostaglandin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
35
5) Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
c. tanda mulainya persalinan
1) terjadinya his persalinan
His persalinan memiliki cirri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan
dan
kekuatannya
makin
besar,
mempunyai
pengaruh terhadap perubahan servik, makin beraktivitas
kekuantannya makin bertambah
2) pengeluaran lendir dengan darah
Dengan adanya his persalinan maka akan terjadi perubahan
pada servik yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.
Pembukaan menyebabkan kapiler pembuluh darah pecah
3) pengeluaran cairan
Sebagian besar ketuban akan pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. (Manuaba, 2010; h.173)
d. Tahapan persalinan
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I
untuk
primigravida
berlangsung
12
jam
sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Pada primigravida, pembukaan
1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam (Sukarni,
2013; h. 214-215)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
36
2) Kala II
Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap sampai
bayi lahir. Secara umum ada beberapa hal yang dapt terjadi
pada persalinan kala dua yaitu:
a) His menjadi lebih kuat dan sering
b) Timbul tenaga untuk meneran
c) Perubahan dalam dasar panggul
d) Lahirnya fetus (Sukarni, 2013; h.218)
(1) Tanda dan gejala pada persalinan kala dua meliputi:
(a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
(b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rectum/vagina
(c) Perineum terlihat menonjol
(d) Vulva vagina, spingter ani membuka
(e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah
(Sukarni, 2013; h.220)
3) Kala III
Kala tiga merupakan kala pelepasan plasenta yang di
tandai dengan beberapa hal diantaranya
a) Adanya his uri
b) Adanya pelepasan plasenta
(1) Uterus berbentuk globular
(2) Perdarahan yang tiba-tiba
(3) Tali pusat bertambah panjang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
37
(4) Fundus uteri naik
c) Terjadi perdarahan patologi apabila lebih dari 500cc
d) Sebab-sebab pelepasan plasenta
(1) Terjadinya pengecilan Rahim yang tiba-tiba akibat
retraksi dan kontraksi otot-otot Rahim
(2) Plasenta lepas dari dasarnya (Sukarni, 2010;
h.233)
4) Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang
paling kritis bagi pasien dan bayinya .pada fase ini tubuh
ibu akan melakukan adaptasi setelah persalinan agar
kondisi tubuhnya stabil, sedangkan bayi melakukan
adaptasi terhadap perubahan lingkungan di luar uterus
(Sulistyawati, 2010; h.177).
Selama 2 jam pasca persalinan :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih
dan pendarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua
kala IV.
Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan
penilaian lebih sering (Nurasiah,2012,h:180)
e. Mekanisme persalinan normal
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala
dan pada presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun ubun kecil
terletak di kiri depan, ± 23% di kanan depan, ± 11% di kanan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
38
belakang, dan ± 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin
disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum. (Prawirohardjo 2010;h.310)
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada
presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk kedalam rongga panggul (Prawirohardjo
2010;h.311)
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil. Kepala yang sedang turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intrauterin disebabkan oleh his yang berulang ulang, kepala
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam
hal mengadakan rotasi ubun ubun kecil akan berputar ke arah
depan, sehingga di dasar panggul ubun ubun kecil di bawah
simfisis, dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan
gerakan
defleksi
untuk
dapat
dilahirkan
(Prawirohardjo 2010;h.312)
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin
tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka
dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengejan, berturut turut tampak dahi, muka dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir terjadi putaran paksi luar (Prawirohardjo
2010;h.313)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
39
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di
dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya. Apabila kepala telah dilahirkan,
bahu akan berada dalam posisi depan belakang, selanjutnya
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu baru diikuti bahu belakang
(Prawirohardjo 2010;h.314)
f.
Prosedur asuhan persalinan normal :
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II (ibu
merasa ada dorongan untuk meneran, tekanan pada rektum
dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan spinger ani
membuka)
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan
esensial
3) Memakai celemek plastik, melepaskan dan menyimpan
perhiasan yang di pakai
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta
mengeringkan
5) Pakai sarung tangan steril (untuk periksa dalam)
6) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (hindari terjadinya
kontaminasi alat)
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kasa/kapas yang
dibasahi air DTT
8) Lakukan
periksa
dalam
untuk
memastikan
pembukaan
lengkap
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
40
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik
10) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus (DJJ
normal 120-160 x/menit)
11) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila
ada rasa ingin meneran)
13) Lakukan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran (bimbing ibu agar dapat meneran secara
benar dan efektif, dukung dan beri semangat, bantu untuk
mengambil posisi yang nyaman, anjurkan untuk istirahat bila
tidak ada kontraksi, berikan minum, menilai DJJ setiap
kontraksi selesai)
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu beluma ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
15) Letakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
41
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Setelah tampak kepala bayi 5-6 cm di vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, tangan lain menahan kepala bayi, anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20) Periksa, kemungkinan ada lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah kedua bahu lahir, tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah,
gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang
kedua mata kaki
25) Penilaian segera bayi baru lahir (apakah bayi menangis kuat,
bernafas tanpa kesulitan, dan bergerak aktif)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
42
26) Sambil menilai bayi, letakkan diatas perut ibu dan selimuti bayi
(jika bayi tidak menagis, nafas megap-megap lanjutkan ke
langkah resusitasi bayi)
27) Keringkan tubuh bayi, tutupi kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat
28) Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus
29) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik
30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
IU secara IM di 1/3 pada atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan)
31) Jepit tali pusat dengan klem kira0kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat kearah distal dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
32) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut.
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril. Lepaskan klem
dalam wadah yang telah di sediakan
33) Lakukan kontak kulit bayi dengan ibunya dengan menaruh
bayi diatas dada ibu untuk merangsang inisiasi menyusui dini
34) Selimuti bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan handuk
atau kain bersih dan kering
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
43
35) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
36) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat
37) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakangatas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi presedur diatas.
38) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan plasenta (jika tali
pusat tidak lahir setelah 15 menit beri dosis ulang oksitosin 10
unit IM, lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh, minta
keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya, segera rujuk jika plasenta tidak
lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir, jika terjadi perdarahan
lakukan manual plasenta)
39) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
44
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada tempat yang telah disediakan (jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DDTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput ketuban kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian
yang tertinggal)
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga 15
detik (fundus teraba keras)
41) Periksa kelengkapan plasenta
42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
44) Biarkan bayi diatas perut ibu
45) Menimbang berat badan dan memberikan obat tetes mata
pada bayi
46) Memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi
47) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
48) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
45
50) Memeriksa nadi dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
51) Memeriksa respirasi dan temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama dua jam pasca persalinan
52) Tempatkan semua peralatan habis pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi
53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah
yang sesuai
54) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
55) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dam makanan
yang diinginkan
56) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
57) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dalam posisi terbalik selama 10 menit
58) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
g. Komplikasi dalam persalinan
Komplikasi yang terjadi pada masa persalinan meliputi
1) Ketuban pecah dini (KPD)
Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tandatanda persalinan. Factor predisposisi yang menimbulkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
46
terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia,
servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm,
dan disproporsi sefalo pelvik.
Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan lebih dari
36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan akselerasi
bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi
persalinan (Sukarni, 2013; h.251-253).
2) Infeksi intrapartum
Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa
terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi
karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali,
keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan
vaginitis.
Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu dengan
memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan
ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam
(Sukarni, 2013; h.248-249).
3) Atonia uteri
Merupakan kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik
setelah persalinan. Uteroplasenta selama kehamilan berkisar
antara 500-800 ml/menit, jika uterus tidak berkontraksi selama
beberapa menit maka akan menyebabkan kehilangan darah
yang banyak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
47
Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan
kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan (Sukarni, 2013; h.243-244).
4) Anemia
Merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi
rendah.
Hal
ini
kesehatankarena
sel
dapat
darah
menyebabkan
merah
yang
masa
lah
mengandung
hemoglobin tidak mampu memehuhi kebutuhan dalam tubuh
(Proverawati, 2011;h.1-2).
Ibu yang menderita anemia tidak mampu mentoleransi
kehilangan darah pada saat persalinan karena itu bisa
beakibat fatal. Anemia juga bisa meningkatkan resiko
penyembuhan luka tidak segera (Prawirohardjo, 2009; h.55).
5) Pengaruh anemia pada saat persalian
Dapat menyebkan gangguan his (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar,
kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat
siikuti retensio sisa plasenta dan perdarahan postpartum
karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba, 2012; h.240).
h. Penggunaan partograf
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
48
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala l
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah : (Nurasiah,2012,h:82)
1) mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan
demikian
juga
dapat
mendeteksi
secara
dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantaua kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikan mentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua dicatatkan secara rinci pada status
atau
rekamedik
ibu
bersalin
atau
bayi
baru
lahir
(Nurasiah,2012,h:83)
3. Nifas
1) Pengertian
Masa nifas atau puerperium di mulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Wiknjosastro,2008,h:356)
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulaI setelah
plasenta lahir dan berakhir pada saat alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu sekitar 3bulan (Anggraini, 2010; h.1).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
49
Dari beberapa pengertian masa nifas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa masa nifas atau masa peurperium adalah
masa pemulihan organ organ setelah terjadinya persalinan agar
kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 42 hari atau 6
minggu.
2) Perubahan sistem reproduksi pada masa nifas
Walaupun
istilah
involusi saat ini telah
digunakan
untuk
menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan
saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah secara
spesifikpada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya.
a) Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan bobot 60 gram. Proses involusi uterus yaitu iskemia
miometrium, autolysis dan efek oksitosin.
b) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar
telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir
minggu ke dua hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyumbatan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permulaan
nifas
pembuluh
darah
bekas
plasenta
dasar yan
mengandung
tersumbat oleh
banyak
thrombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut,
tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
50
disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan
dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c) Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta vasia yang
meregang sewaktu kehamilan dari partus setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
d) Perubahan pada serviks
Bentuk
serviks
yang
akan
menganga
seperti
corong
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cncin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
e) Perubahan pada vulva,vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi menonjol.
3) Komplikasi dan penyakit pada masa nifas
a) Infeksi pada masa nifas
Definisi Infeksi pada masa nifas mencakup semua peradangan
yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
51
alat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi dapat
berupa kenaikan s
c atau lebih selama
2 hari pertama (Yulianti ,2010,h:336).
(1) Fisiologi
Umumnya disebabkan bakteri yang dalam keadaan normal
berada dalam usus dan jalan lahir. Selain itu infeksi nifas
dapat
juga
disebabkan
streptoccocus
haemolyticus
antara
lain
aerobicus,
oleh
bakteri
staphilococus
aureus, eschericia coli, dan clostridium welchi. Infeksi
dapat terjadi pula melalui tangan pemeriksa atau penolong
yang tertutup sarung tangan yang membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina kedalam uterus.
(a) Abdominalis yang dapat menyertai kala nifas (
Manuaba,2010,h:419).
(b) Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000
gram dan selanjutnya mengalami kontraksi, sehingga
otot rahim menjadi kecil ke bentuknya semula. Pada
beberapa keadaan, terjadinya proses involusi rahim
tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilannya terhambat. Penyebab involusi uteri
adalah inveksi endometrium, terdapat sisa plasenta
dan selaputnya, terdapat pembekuan darah atau
mioma uteri.
(c) Perdarahan kala nifas sekunder
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
52
Perdarahan kala nifas sekunder yaitu perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan kala nifas adalah terdapatnya sisa plasenta
atau selaput ketuban, infeksi pada endometrium, dan
sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri
bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
(d) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah
vena femoralis. Vena vemoralis yang terinfeksi dan
disertai pembentukkan trombosis dapat menimbulkan
gejala klinis seperti : terjadi pembengkakan pada
tungkai, vena tampak berwarna putih, terasa sangat
nyeri, tampak bendungan pembuluh darah, suhu tubuh
dapat meningkat.
(e) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran
ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang
muncul adalah mamae bengkak, keras dan terasa
panas sampai suhu badan meningkat. Penanganannya
dengan mengosongkan ASI dengan masase atau
pompa.
4) Asuhan kunjungan masa nifas normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
53
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan BBL dan untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
a) Kunjungan perama (6-8 jam pospartum)
Asuhan yang diberikan :
(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
(2) Pemantauan keadaan umum ibu
(3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu
(4) ASI eksklusif
b) Kunjungan kedua (6 hari pospartum)
(1) Memastikan
involusi uterus
berjalan
normal,
uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus dan tidak ada
tanda perdarahan abnormal.
(2) Menilai adanya tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal.
(3) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
(4) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda penyulit.
c) Kunjungan ketiga ( 2 minggu pospartum )
(1) Memastikan
involusi uterus
berjalan
normal,
uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada
tanda perdarahan abnormal.
(2) Menilai adanya tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal.
(3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
54
(4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
(5) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda penyulit.
d) Kunjungan ke empat (6 minggu pospartum)
(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia alami
(2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi,
senam nifas dan tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi.
5) Perubahan psikologi masa nifas
Menurut (Suherni, 2009; h.87-89) adaptasi psikologi masa nifas di
kelompokan menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase
ini, perhatian ibu berfokus pada keadaan dirinya, menceritakan
berulang-ulang pengalaman pada proses persalinan dan
terlihat pasif terhadap lingkungannya.
Agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik maka petugas
kesehatan dapat menggunakan pendekatan yang empatik
untuk mendengarkan dan memberikan perhatian pada ibu dan
menganjurkan
suami
dan
keluarga
untuk
memberikan
dukunganmoril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan
semua hal yang disampaikan ibu
b) Fase taking hold
Merupakan periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini timbul kekhawatiran ibu akan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
55
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat
bayinya. Ibu mempunyai perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan marah. Oleh karena itu
diperlukan dukungan moril untuk menumbuhkan kepercayaan
diri ibu.
c) Fase letting go
Merupakan periode penerimaan tanggung jawab. Berlangsung
pada 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, lebih
percaya diri dalam menjalankan peran barunya dan lebih
mendiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
4. bayi baru lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan lahir 25004000 gram (Pusdiknakes,2008).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan bayi 2500-4000 gram, tanpa cacat bawaan
(Rukiyah dkk, 2013).
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir aterm atau pada usia kehamilan 3742 minggu dan dengan berat badan bayi 2500-4000 gram tanpa
komplikasi apapun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
56
b. Penanganan bayi baru lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
6) Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan
mata dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali
bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi
khusus.
c. Tanda dan gejala
Bayi baru lahir normal memiliki tanda atau keadaan sbb:
1) Denyut jantung dalam menit pertama ±180x/mnt kemudian
turun 140-120x/menit dalam 30 menit kemudian
2) Pernfasan cepat ± 80x/menit disertai dengan nafas cuping
hidung, refraksi suprasternal dan interkostal serta rintihan
yang berlangsung 10-15 menit.
3) Mudah berlangsung, bayi menjadi tegang.
4) Tinja berbentuk mekonium
5) Refleks terdiri dari :
a) Refleks morro yaitu reflek lengan dan tangan terbuka
kemudian diakhiri dengan adduksi lengan bila diberikan
rangsangan yang mengagetkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
57
b) Refleks menggenggam, bila telapak tangan dirangsang
akan memberi reaksi seperti menggenggam
c) Refleks berjalan, bila kaki ditekankan pada bidang yang
datar akan bergerak seperti berjalan
d) Refleks menghisap, bila diberi rangsangan pada ujung
mulut,
maka
kepala
bayi
akan
menoleh
kearah
rangsangan.
d. Konsep adaptasi bayi baru lahir.
Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1) Memulai segera pernafasan dan perubahan dengan pola
sirkulasi. Konsep ini memerlukan hal yang esensial pada
kehidupan ekstrauterin.
2) Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal,
hematologi, metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir
harus berfungsi secara memadai untuk mempertahankan
kehidupan ekstrauterin.
e. Periode transisi bayi baru lahir.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu :
1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam
pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi
dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau
melahirkan.
2) Pada periode pertama reaktifitas ( segera setelah lahir ), akan
terjadi pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan
pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
58
retraksi, serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut
jantung dapat mencapai 180 kali/menit selama beberapa menit
kehidupan.
3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi
tenang, relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini ( dikenal
sebagai fase tidur ) terjadi dalam dua jam setelah kelahiran
dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
4) Periode kedua reaktifitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai
dengan respons berlebihan terdapat stimulus, perubahan
warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis, dan
denyut jantung cepat.
5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,
misalnya tersedak/aspirasi, tercekik, dan batuk.
f.
Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
Periode adaptasi terhadap kehidupan luar Rahim disebut periode
transisi.Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa system tubuh. Beberapa peruahan yang
dialami pada bayi baru lahir diantaranya
1) Perubahan pada system pernafasan
Faktor yang berperan dalam rangsang nafas pertama bayi
yaitu:
a) Hipoksi pada akhir persalinan dan rangsangan usat fisik
lingkungann
luar
Rahim
yang
merangsang
pusat
pernafasan otak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
59
b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang
udara masuk ke paru-paru.
Pernafasan
bayi
mengeluarkan
pertama
cairan
kali
dalam
bertujuan
untuk
paru-paru
dan
mengembangkan alveolus dalam paru-paru untuk pertama
kali (Yunanto, 2010; h.38).
c) Perubahan dalam system peredaran darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk
mengambil O2 dan mengantarkan ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan
luar Rahim harus terjadi perubahan besar yaitu penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus
arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta (Yunanto,
2010; h.379)
d) System pengaturan tubuh
(1) Pengaturan suhu
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha
utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak
coklat.
(2) Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas melalui cara-cara sebagai
berikut:
(a) Evaporasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
60
Terjadinya penguapan ketuban pada permukaan
tubuh bayi
(b) Konduksi
Kontak
langsung
antara
tubuh
bayi
dengan
permukaan yng dingin
(c) Konveksi
Karena terpapar oleh udara yang lebih dingin
(d) Radiasi
Ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu lebih rendah (Yunanto,
2010; h.40).
(3) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. BBL yang tidak dapat mencerna
makanan dalam jumlah yang cukupakan membuat
glukosa dari glikogen, ini terjadi bila bayi mempunyai
persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati
(Yunanto, 2010; h.40-41).
(4) Perubahan system gastrointestinal
Reflek
gumoh
dan
batuk
yang
matang
sudah
terbentukpada saat lahir. Kapasitas lambung pada BBL
masih terbatas, kurang dari 30c dan akan bertambah
secara perlahan sesuai pertumbuhan janin (Yunanto,
2010; h.41).
(5) Perubahan system kekebalan tubuh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
61
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya
(6) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
(7) Fungsi jaringan saluran nafas
(8) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit
(9) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
(Yunanto, 2010; h.41)
e) Adaptasi ginjal
(1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan
kapiler glomerulus.
(2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru
lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi
untuk berespon terhadap stesor.
(3) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam
24 jam.
(4) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat,
noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada
popok karena kristal asam urat.
f)
Adaptasi hati
(1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu
setelah lahir, hati terus membantu pembentkkan darah.
(2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat
esensial untuk pembekuan darah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
62
(3) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat
esensial untuk pembekuan darah.
(4) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi
sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini
bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat
besi.
(5) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel
darah merah.
g) Adaptasi imun
(1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme
penyerang di pintu masuk.
(2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru
lahir.
(3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas selama periode neonatus.
g. Perawatan bayi baru lahir
1) Pertolongan pada saat bayi baru lahir
a) Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi
dengan handuk diatas perut ibu.
b) Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan
darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak
terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi, sebagian besar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
63
bayi akan menangis atau bernafas secara spontan dalm
waktu 30 detik setelah lahir.
c) Perawatan mata
d) Pemeriksaan fisik bayi
e) Identifikasi bayi
2) Perawatan lain-lain
a) Lakukan perawatan tali pusat
b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangkan ke rumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan
hepatitis B.
c) Orang tua diajarkan tentang tanda-tanda bayi sakit dan
mereka diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk
perawatan lebih lanjut.
d) Orang tua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan
perawatan harian untuk bayi baru lahir.
5. Keluarga berencana
a. Pengertian
Keluarga berencana adalah upaya pemusnahan keturunan
dapat dihindarkan dengan memfokuskan pada apa yang menjadi
hak-hak asasi setiap wanita yaitu hak untuk mendapatkan bayi
ketika seorang wanita menginginkannya dan hak untuk menjadi
ibu
yang
sehat
dan
mengasuk
anak
yang
sehat
pula
(Varney,2007,h:414).
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
64
sejahtera untuk menjarangkan dan merencanakan jumlah dan
jarak
kehamilan
dengan
memakai
kontrasepsi
(Anggraini,2011,h:47).
b. Etiologi
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma lakilaki mwncapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau
mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplementasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim. Kontrasepsi dapat
bersifat reversibel (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi
yang reversibel adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan
setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan
atau kemampuan untuk memiliki anak. Metode kontrasepsi
permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode
kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena
melibatkan tindakan operasi. (Selemba Medika ,2011 )
c. Tujuan KB
1) Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dn sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2) Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan,
peningkatan
ketahanan
dan
kesejahteraan
keluarga.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
65
3) Jadi tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa. Mengurangi
angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa;
mempengaruhi
permintaan
masyarakat
akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upayaupaya
menurunkan
angka
kematian
ibu,
anak
serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (Anggraini,
2011, hal:48).
d. Sasaran program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang
meliputi : (Anggraini, 2011, hal 49)
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat
atau cara kontrasepsi (unmeet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki laki menjdi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional,
efektif, dan efisien.
6) Meningkatnya rata rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya jumlah keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
66
8) Meningkatnya jumlah keluarga
prasejahtera dan keluarga
sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9) Meningkatnya
jumlah
institusi
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB Nasional.
e. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal :
1) Dapat dipercaya
2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3) Daya kerja dapat diatur sesuai kebutuhan
4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6) Mudah pelaksanaannya
7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat
8) Dapat
diterima
penggunaanya
oleh
pasangan
yang
bersangkutan
f.
Ruang lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain : keluarga berencana, kesehatan
reproduksi remaja, ketahanan dan pemberdayaan keluarga,
penguatan pelembagaan kecil berkualitas, keserasian kebijakan
kependudukan, pengelolaan SDM aparatur, penyelenggaraan
pimpinan
kenegaraan
pengawasan
dan
dan
kepemerintahan,
akuntabilitas
aparatur
peningkatan
negara
(Anggraini,2011,h:49).
g. Strategi program KB
Strategi progam KB terbagi dalam dua hal yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
67
1) Strategi dasar
a) Meneguhkan kembali program di daerah
b) Menjamin kesinambungan program
c) Strategi operasional
d) Peningkatan kapasitas sistem pelayanan program KB
nasional
e) Peningkatan kualitas dan prioritas program
f)
Penggalangan dan pemantapan komitmen
g) Dukungan regulasi dan kebijakan
h) Pemantauan,evaluasi, dan akuntabiitas pelayanan
h. Tahap pengelolaan program KB
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaanprogram
KB sebagai berikut :
1) Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada
sasaran :
a) Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB
lebih diutamakan pada penggarapan wilayah potensial,
seperti wilayah jawa, bali dengan kondisi jumlah penduduk
dan laju pertumbuhan yang besar.
b) Coverage khalayak
Mengarahkan
kepada
sebanyak-banyaknya.
upaya
Pada
menjadi
tahap
ini
akseptor
KB
pendekatan
pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
68
2) Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap
potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage
wilayah diperluas jangkauan propinsi luar jawa bali. Tahap ini
inkator kuantitatif kesetaraan ber-KB pada kisaran 45-65%
dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode
jangka
panjang,
dengan
memanfaatkan
momentum-
momentum besar.
3) Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi
seluruh indonesia. Sedangkan koverage khalayak diperluas
jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan
program KB dilengkapi dengan takesra dan kukesra.
i.
Dampak KB
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :
1) Penurunan angka kematian ibu dan anak
2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
3) Peningkatan kesejahteraan keluarga
4) Peningkatan derajat kesehatan
5) Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
6) Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
7) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan
lancar.
j.
Jenis-jenis kontrasepsi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
69
1) Metode kontrasepsi alamiah
Metode kontrasepsi alamiah Adalah metode yang tidak
membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi ciri
khas metode perintang) juga tidak memerlukan obat-obatan
(sebagaimana ciri metode hormonal). Keluarga berencana
alamiah kadang disebut juga sebagai pantang berkala adalah
aplikasi
dari
kesadaran
mengenai
kesuburan
dalam
hubungannya dengan aturan yang pasti dimana pasangan
dapat menghindari atau mencapai kehamilan, adapun macam
KB alamiah yaitu:
a) KB kalender (ogino knaus)
Sudah tidak dianjurkan karena angka kegagalannya cukup
tinggi.
b) Metode suhu basal tubuh
c) Metode lendir seviks/metode ovulasi billings
Yaitu dengan mengenali masa subur dengan memantau
lendir serviks.
d) Cegah kehamilan dengan senggama terputus
Merupakan metode KB tradisional yang dilakukan dengan
cara penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk kedalam vagina sehingga kehamilan dapat
dicegah.
e) Metode Amenorre Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
70
Dapat dipakai bila menyusui secara penuh, belum
mendapatkan haid, umur bayi kurang 6 bulan dan hanya
efektif sampai 6 bulan.
f)
Metode barrier
a) Metode barier pria
Kondom adalah suatu kantong karet yang tipis,
berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi
penis yang ereksi sebelum dimasukkan kedalam
vagina sehingga mani tertampung didalamnya dan
tidak masuk vagina.
b) Metode barrier wanita
(1) Dasar :
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam
traktus
genetalia
interna
immobilisasi/mematikan
wanita
spermatozoa
dan
oleh
spermisidnya.
(2) Macam-macam barrier intra-vaginal :
(a) Diafragma (diaphragma)
Merupakan kondom wanita yang berbentuk
seperti kap terbuat dari lateks yang diinsersikan
kedalam vagina sebelum berhubungan seksual
dan menutupi serviks.
(b) Kap serviks (cervical cap)
Merupakan
alat
kontrasepsi
yang
hanya
menutupi serviks saja dibandingkan dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
71
diafragma,
kap
kubahnya,
tetapi
serviks
lebih
diameternya
dalam/tinggi
lebih
kecil,
umumnya lebih kaku dan menutupi serviks
karena hisapan (suction) bukan karena pegas.
(c) Spons (sponge)
Melepaskan spermisid yang terkandung di
dalamnya
dan
menjebak/menangkap
spermatozoa ke dalam spons.
(d) Kondom wanita
Kombinasi antara diafragma dan kondom,
biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori,
dipakai untuk menutupi penis saat ereksi
sebelum dimasukkan ke dalam lubang vagina.
Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di
laboratorium
penularan
sehingga
penyakit
dapat
mencegah
seksual,
termasuk
HIV/AIDS.
2) Kontrasepsi Modern
a) Kontrasepsi suntikan
Adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal.
(1) Jenis alat KB suntik yang sering digunakan di
Indonesia adalah :
(a) Suntikan / 1 bulan : contoh cyclofem
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
72
(b) Suntikan / 3 bulan : contoh depo provera,
depogeston (Harnawati,2008)
(2) Cara kerja
(a) Menekan ovulasi
(b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu
(c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu
(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
(3) Keuntungan kontrasepsi (Anggraini, 2011,h:137)
(a) Resiko terhadap kesehatan kecil
(b) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
(c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
(d) Jangka panjang
(e) Efek samping sangat kecil
(f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(4) Keuntungan nonkontrasepsi
(a) Mengurangi jumlah perdarahan
(b) Mengurangi nyeri saat haid
(c) Mencegah anemia
(d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan
kanker endometrium
(e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista
ovarium
(f) Mencegah kehamilan ektopik
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
73
(g) Melindungi klien dari jenis jenis tertentu penyakir
radang panggul
(h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada
perempuan usia primenopouse.
(5) Kerugian (Martini, 2011, h:137)
(a) Terjadi perubahan pola haid
(b) Ketergantungan
klien
terhadap
pelayanan
kesehatan
(c) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat obatan epilepsi atau obat tuberculosis.
(d) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitis B atau HIV.
(6) Indikasi
(a) Usia reproduksi
(b) Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak
(c) Ingin mendapatkan kontrasepsi yang efektivitasnya
tinggi
(d) Menyusui ASI pascapersalinan
(e) Anemia
(f) Nyeri haid hebat
(g) Haid teratur
(h) Riwayat kehamilan ektopik
(i) Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
(7) Kontraindikasi
(a) Hamil atau diduga hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
74
(b) Perdarahan
pervaginam
yang
belum
jelas
sebabnya
(c) Penyakit hati akut
(d) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan
tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)
(e) Keganasan payudara
b) Kontrasepsi hormonal oral (pil)
Kontrasepsi dengan menggunakan pil KB seringkali
menjadi pilihan bagi ibu ibu rumah tangga. Dibandingkan
dengan kontrasepsi kondom ataupun IUD, pil KB relatif
lebih mudah digunakan dan nyaman. Terdapat dua jenis pil
KB, yaitu yang diminum tiap hari secara teratur, dan jenis
yang digunakan sesudah berhubungan seksual.dari jenis
pil KB tersebut, yang paling efektif adalah pil KB yang
diminum
teratur tiap hari. Hormon yang umumnya
terkandung dalam pil KB adalah hormon estrogen dan
progestin.
Kontra indikasi pemakaian pil tidak boleh diberikan pada
wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh darah,
kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi,
gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui
vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok
(struma), penderita sesak nafas, eksim, dan migraine (
sakit kepala yang berat pada sebelah kepala ).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
75
Efek
samping
pemakaian
pil
dapat
menimbulkan
ketidakteraturan periode menstruasi disertai perdarahan
yang sering dan tidak teratur umum terjadi dan merupakan
alasan yang sering dikemukakan untuk menghentikan
penggunaan pil (Varney,2007,h:477).
c) Kontrasepsi Implant
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon,
dipasang pada lengan atas.
(1) Jenisnya dikenal dua macam implant, yaitu :
(a) Non biodegradable implant
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
(b) Norplant 6 kapsulberisi hormon levonogrestel, daya
kerja 5 tahun.
(c) Norplan -2 (2 batang), berisi hormon levonogrestel,
daya kerja 3 tahun
(d) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2
tahun
(e) Satu batang, berisi hormon 3-keto desogesteri daya
kerja 2,5-4 tahun.
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim
yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,
dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif.
(1) Profil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
76
(a) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun: CuT-380A)
(b) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
(c) Pemasangan
dan
pencabutan
memerlukan
pelatihan
(d) Dapat
dipakai
oleh
semua
perempuan
usia
reproduksi
(e) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar
pada infeksi menular seksual (IMS)
(2) Jenis
(a) AKDR CuT-380A
Kecil,
kerangka
dari
plastik
yang
fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di
Indonesia dan terdapat di mana-mana.
(b) AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA
T (schering)
(3) AKDR dapat dipasang pada :
(a) Bersama dengan menstruasi
(b) Segera setelah bersih menstruasi
(c) Pada masa akhir puerperium
(d) Tiga bulan pascapersalinan
(e) Barsamaan dengan seksio sesarea
(f) Bersamaan dengan abortus dan kuretage
(g) Hari kedua-ketiga pascapersalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
77
(4) Keuntungan
(a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
(b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
(c) Metode jangka panjang
(d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat
ingat
(e) Tidak mempengaruhi ubungan seksual
(f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
(g) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
(h) Membantu mencegah kehamilan ektopik
(5) Kerugian
(a) Perubahan siklus haid
(b) Haid lebih bnayak dan lama
(c) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
(d) Sat haid lebih sakit
(6) Kompliasi lain:
(a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5
hari setelah pemasangan
(b) Perdarahan
berat
pada
waktu
haid
atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
(c) Parforasi dinding uterus
(d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
e) Metode Kontrasepsi mantap
(1) Metode kontrasepsi mantap operatif pada pria
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
78
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi
vasa
deferensia
sehingga
alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum)
tidak terjadi.
(a) Profil
i.
Sangat efektif dan permanen.
ii.
Tidak ada efek samping jangka panjang.
iii.
Tindak bedah yang aman dan sederhana.
iv.
Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan.
(b) Konseling dan informed consent mutlak diperlukan
Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan
fertilitas
dimana
fungsi
reproduksi
merupakan
ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya
serta
melemahkan
ketahanan
dan
kualitas keluarga.
(2) Metode
kontrasepsi
mantap
operatif
pada
wanita
sukarela
untuk
(Handayani, 2010)
Tubektomi
adalah
prosedur
bedah
menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan
secara permanen.
(a) Profil
i.
Sangat efektif dan permanen.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
79
ii.
Tindak
pembedahan
yang
aman
dan
sederhana.
iii.
Tidak ada efek samping.
iv.
Konseling
dan
informed
consent
mutlak
diperlukan.
(b) Jenis
i.
Minilaparotomi
ii.
Laparoskopi
(c) Mekanisme kerja
Dengan mengokulasi tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin). Sehingga sperma
tidak dspst bertemu dengan ovum.
(d) Indikasi
i.
Usia >26 tahun
ii.
Paritas >2
iii.
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang
sesuai dengan kehendaknya.
iv.
Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko
kesehatan yang serius.
v.
Pascapersalinan.
vi.
Pascakeguguran.
vii.
Paham dan secara sukarela setuju dengan
prosedur ini.
(e) Kontraindikasi
i.
Hamil ( sudah terdeteksi atau dicurigai hamil )
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
80
ii.
Perdarahan
vaginal
yang
belum
jelas
sebabnya.
iii.
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut ( hingga
masalah itu disembuhkan atau dikontrol).
iv.
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
v.
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk
fertilitas di masa depan.
vi.
Belum memberikan persetujuan tertulis.
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1.
Teori manajemen kebidanan varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. (Estiwadani, dkk, 2008, h:124).
Langkah-langkah manajemen kebidanan varney :
Langkah l : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk
memperoleh
data
dilakukan
dengan
cara
anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar sehingga dalam tahap ini
harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif dan hasil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
81
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
sebenarnya dan valid. (Estiwadani,dkk,2008,h:134)
Langkah II
: Interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat diidentifikasikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 135).
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman. Bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi
(Estiwadani,dkk, 2008;h. 135)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
82
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam kondisi
tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan. Bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa atau
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan
tindakan
segera
yang harus
dirumuskan
untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (Estiwadani,dkk, 2008;h. 136-137).
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh
langkah-langkah
sebelumnya.
Rencana
asuhan
yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
83
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural
atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh
kedua belah pihak yaituoleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut (Estiwadani,dkk, 2008;h. 137-138).
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan
aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelimadilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam
situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
Kaji
ulang
apakah
semua
rencana
asuhan
telah
dilaksanakan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 138).
Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat
dianggap
efektif
jika
memang
benar
efektif
dalam
pelaksanaannya (Estiwadani,dkk, 2008;h. 139).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
84
2. Catatan perkembangan menggunakan pendekatan SOAP
Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan pada saat
menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain
apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses brfikir
sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk SOAP :
a. Subyektif (S)
Data subyektif berisi tentang menggambarkan pendokumentasiannya
hanya pengumpulan data klien melalui anamnesa tanda gejala
subyektif yang diperoleh dan hasil bertanya pada pasien, suami dan
keluarga
(identitas
umum, keluhan, riwayat haid, kehamilan,
persalinan, KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, penyakit
keturunan, riwayat psikososial, dan pola hidup).
b. Obyektif (O)
Menggambarkan tentang pendokumentasian hasil analisa dan
pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain
yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
Tanda gejala obyektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan. Cara
pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
c. Assesment (A)
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif
maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena
keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik
subyektif maupun obyektif, dan sering juga digunakan secara
terpisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
85
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1) Diagnosa atau Masalah
a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenai
kondisi klien. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.
b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kesehatan tetapi tidak dalam diagnosa potensial.
d. Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan evaluasi
berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaan, implementasi
dan evaluasi dimasukkan dalam Planning
1) Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkahlangkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi
untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi
(Estiwadani,dkk, 2008;h. 131).
2) Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan menghilangkan dan mengurangi
masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena
itu, klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dalam proses ini.
Apabila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah
atau disesuaikan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
86
3) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan
rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwadani,dkk,
2008;h. 132).
5. LANDASAN HUKUM DAN KEWENANGAN BIDAN
Bidan memiliki kewenangan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil,
dalam pemberian asuhan secara komperehensif yang tercantum dalam
kepmenkes (1464/MENKES/PER/X/2010 pada pasal 9 dan pasal 10)
serta tercantum dalam standar pelayanan dan standar kompetensi bidan
sesuai dengan kasus yang di ambil.
Pada pasal 9 bidan mempunyai kewenangan untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu, pelayanan kesehatan pada anak serta
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pada pasal 10 ayat 1 bidan mempunyai kewenangan sebagainama
dimaksud dalam pasal 9 pada poin pelayanan kesehatan ibu diberikan
pada pra hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
Pasal 10 ayat 2 menjelaskan kewenangan bidan sebagaimana dimaksud
dalam ayat
1 yaitu memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan
normal, pelayanan persalinan normal, pelayaan nifas normal, pelayanan
ibu menyusui dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Pada pasal 10 ayat 3 menjelaskan dalam memberikan pelayanan
sebagaiman pada ayat 2 bidan berwenang untuk melakukan episiotomy,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
87
penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawatdaruratan,
dilanjut dengan perujkan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian
vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui
dini dan promosi air susu ibu eksklusif, pemberian uterotonika pada
manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan konseling,
bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keteranagan
kematian dan pemberian surat keterangan cuti bersama.
(Kepmenkes 1464/MENKES/PER/X/2010)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sattia Vinanti, Kebidanan DIII UMP, 2014
Download