Komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua

advertisement
KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR POPULASI
IKAN KAKATUA (FAMILI SCARIDAE)
DI PERAIRAN DANGKAL KARANG CONGKAK,
KEPULAUAN SERIBU
NUGRAH KHALIFA
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
Nugrah Khalifa. C24070057. Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan
Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan
Seribu. Dibimbing oleh Isdradjad Setyobudiandi dan Zairion.
Ikan kakatua merupakan salah satu jenis ikan pemakan alga di karang mati dan
bukan termasuk ikan ekonomis penting melainkan termasuk ikan lain-lain
(majority). Ikan kakatua memiliki nilai ekonomis apabila sudah dijadikan bentuk
olahan ikan asin. Oleh karena itu, data hasil tangkapan ikan kakatua jarang tersedia,
termasuk di Kepulauan Seribu, meskipun penangkapan berlangsung terus menerus.
Untuk itu diperlukan informasi tentang sumberdaya ikan kakatua di perairan Karang
Congkak sebagai salah satu daerah penangkapan di Kepulauan Seribu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap dan yang
dominan tertangkap, struktur populasi dan pola pertumbuhan ikan kakatua yang
dominan tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu.
Jenis data berupa data primer yaitu ikan kakatua ditangkap dengan
menggunakan bubu bambu dan jaring insang dengan mengikuti nelayan, pada bulan
Maret 2011-Mei 2011 dengan periode waktu penangkapan dua kali dalam sebulan.
Identifikasi ikan kakatua menggunakan karakter morfologis. Analisa data yang
digunakan analisa persentase komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap di
habitat karang dan lamun, sebaran frekuensi panjang, dan hubungan panjang bobot.
Komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap sebanyak 7 spesies, yaitu Scarus
psittacus, Scarus ghobban, Scarus rivulatus, Scarus frenatus, Scarus chameleon,
Leptoscarus vaigiensis dan Scarus quoyi. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban
merupakan ikan yang dominan tertangkap. Ikan kakatua banyak ditemukan di
habitat karang daripada di habitat lamun. Total ikan kakatua yang tertangkap
sebanyak 272 ekor, ditemukan di habitat karang sebanyak 215 ekor dan di habitat
lamun 57 ekor.
Ukuran panjang ikan kakatua (famili Scaridae) terbanyak pada selang kelas
123-144 mm. Ukuran ikan sebesar ini diduga menjadi ukuran yang paling sesuai
hidup di sekitar karang dan lamun karena mampu masuk ke celah sempit karang,
lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Ikan kakatua yang dominan
tertangkap yaitu Scarus psittacus dengan ukuran panjang pada selang kelas 123-144
mm, sedangkan Scarus ghobban terbanyak pada selang 145-166 mm.
Hubungan panjang bobot ikan kakatua yang dominan tertangkap yaitu spesies
Scarus psittacus dan Scarus ghobban didapat persamaan masing-masing W =
0,000026 L 2,9252, dan W = 0,000029 L 2,8873 dengan nilai b sebesar 2,9253 dan
2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut
diketahui bahwa ikan kakatua Scarus psittacus dan Scarus ghobban memiliki pola
pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan panjang seimbang dengan
pertambahan bobot.
Implementasi pengelolaannya berupa perlindungan habitat dengan cara
melakukan pemantauan agar nelayan tidak menangkap dengan alat tangkap yang
merusak. Keberadaan ikan kakatua sangat penting, karena interaksi ikan kakatua
dengan karang akan mengendalikan pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup
dengan karang.
KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR POPULASI
IKAN KAKATUA (FAMILI SCARIDAE)
DI PERAIRAN DANGKAL KARANG CONGKAK,
KEPULAUAN SERIBU
NUGRAH KHALIFA
C24070057
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di
Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Nugrah Khalifa
C24070057
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul
: Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili
Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan
Seribu.
Nama Mahasiswa
: Nugrah Khalifa
NIM
: C24070057
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc
NIP. 19580705 198504 1 001
Ir. Zairion, M.Sc
NIP. 19640703 199103 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
NIP. 19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 22 Agustus 2011
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komposisi Jenis dan Struktur
Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang
Congkak, Kepulauan Seribu dengan baik. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan penulis selama tiga bulan pada Maret hingga Mei 2011
dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan,
dukungan, masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan
baik. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap dengan tersusunnya skripsi ini
dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Ir. Zairion, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan, dan arahan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
4. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen penguji tamu dan Ir.
Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen penguji dari program studi yang
telah memberikan masukan dan saran yang berarti untuk penulis.
5. Keluarga tercinta: Ibu, Ayah, dan adik atas doa, pengorbanan, keikhlasan serta
dukungan semangatnya.
6. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar dan seluruh civitas Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis.
7. PKSPL-IPB atas bantuan finansial dalam penelitian ini.
8. Tim penelitian Pulau Seribu (Ari, Ica, Cemay, Mega, dan Sandi), tim larva
(Furry, Rini dan Ipul), tim Selat Bali (Adang, Dede, August dan Nto), Eja,
Omen, Iboth, Zulmi, Alim, Ayu, Endah, Ekie, Adit, Pipit, Nta, seluruh keluarga
besar MSP 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, MSP 39 (Harun), MSP
42, 43, 45 dan 46, ITK 41 (Amal), (Resty dan Vivi), serta Irena atas doa,
bantuan, dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis.
9. Keluarga Pulau Panggang (Pa Lawi, Bu Mae dan putri-putrinya), keluarga
Wisma Rosa atas doa, bantuan, dan kebersamaanya selama penulis menempuh
pendidikan di IPB.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 6 Juli 1989 sebagai
putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugiarto
dan Ibu Dedeh Nurbaeti. Pendidikan formal yang pernah dijalani
oleh penulis berawal dari SDN Kemiri 1 (2001), SMPN 2
Rengasdengklok (2004), dan SMAN 1 Karawang (2007). Pada
tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati tahap Tingkat
Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis diberi kepercayaan menjadi Asisten
Mata Kuliah Sumberdaya Perikanan (2010/2011). Penulis juga aktif mengikuti
kegiatan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Divisi Minat dan
Bakat periode 2009 dan 2010 dan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Music
Agriculture X-pression (MAX) sebagai anggota di bagian music. Penulis pernah
mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa berupa artikel ilmiah serta turut aktif
mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitian di lingkungan
kampus IPB.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi
dengan judul “Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili
Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xiii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................
1.3. Tujuan ...............................................................................................
1.4. Manfaat..............................................................................................
1
2
3
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Kakatua (Famili Scaridae) ..........................................................
2.1.1. Klasifikasi dan deskripsi ...........................................................
2.1.2. Jenis dan distribusi ikan kakatua...............................................
2.1.3. Kebiasaan makan .....................................................................
2.1.4. Musim pemijahan.....................................................................
2.2. Alat Tangkap Ikan Kakatua................................................................
2.3. Pertumbuhan .....................................................................................
2.4. Hubungan Panjang dan Bobot ............................................................
2.5. Ekologi Ikan Karang Secara Umum.. .................................................
2.6. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ......................................
4
4
6
8
10
10
11
13
14
15
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................
3.3. Pengumpulan Data .............................................................................
3.4. Analisis Data .....................................................................................
3.4.1. Komposisi jenis di habitat karang dan lamun ............................
3.4.2. Sebaran frekuensi panjang........................................................
3.4.3. Hubungan panjang bobot..........................................................
16
16
17
18
18
18
19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Jenis Ikan Kakatua ...........................................................
4.1.1. Berdasarkan habitat ..................................................................
4.1.2. Berdasarkan alat tangkap..........................................................
4.2. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua...........................................
4.2.1. Berdasarkan habitat ..................................................................
4.2.2. Berdasarkan alat tangkap..........................................................
4.3. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua yang Dominan Tertangkap.
4.4. Sebaran Frekuensi Panjang Spesies Ikan Kakatua Dominan ...............
4.4.1. Berdasarkan habitat ..................................................................
4.4.2. Berdasarkan alat tangkap..........................................................
4.5. Hubungan Panjang Bobot...................................................................
21
24
26
28
28
30
32
33
33
37
40
4.6. Implementasi Untuk Pengelolaan Ikan Kakatua (Famili Scaridae)......
41
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................
5.2. Saran .......... ........................................................................................
43
43
DAFTAR PUSTAKA.................. ...................................................................
44
LAMPIRAN ...................................................................................................
46
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis-jenis ikan kakatua (Famili Scaridae)....................................................
2. Komposisi jenis ikan kakatua ...........................................................................
xi
7
21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Ikan kakatua (Famili Scaridae) ...............................................................
5
2.
Peta lokasi penelitian ........................................................................... .....
16
3.
Komposisi hasil tangkapan Scaridae ................................................... .....
21
4.
Spesies ikan kakatua yang tertangkap .....................................................
22
5.
Komposisi ikan kakatua yang tertangkap, (a) karang dan (b) lamun ........
24
6.
Komposisi hasil tangkapan ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring ............
26
7.
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) karang dan (b) lamun .........
28
8.
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring.............
30
9.
Sebaran frekuensi panjang, (a) Scarus psittacus dan (b) Scarus ghobban
32
10.
Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) karang dan (b) lamun....
34
11.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) karang dan (b) lamun ....
35
12.
Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) bubu dan (b) jaring .......
37
13.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) bubu dan (b) jaring........
38
14.
Hubungan panjang bobot, (a) Scarus psittacus (b) Scarus ghobban ........
40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alat yang digunakan selama penelitian ........................................................
47
2. Dokumentasi kegiatan penangkapan ikan kakatua ........................................
48
3. Data panjang dan bobot ikan kakatua selama penelitian ...............................
49
4. Komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian ....................
57
5. Uji statistik nilai b ikan kakatua yang dominan tertangkap ...........................
58
xixiii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan kakatua termasuk ke dalam famili Scaridae dan merupakan salah satu
jenis ikan herbivor yang utama di ekosistem terumbu karang (Sale 1991). Famili
Scaridae terdiri dari berbagai jenis, karena memiliki jumlah genus yang cukup
banyak yaitu 7 genera dengan genus terbanyak adalah Scarus. Ikan kakatua hidup di
sekitar terumbu karang dan biasanya ditemukan juga pada perairan dangkal dengan
kedalaman sampai 30 meter. Ikan kakatua merupakan ikan pemakan alga di karang
mati. Cara membedakan jenis ikan kakatua yang paling mudah adalah dengan
melihat komposisi warna, karena ikan kakatua memiliki variasi warna yang
beraneka ragam pada tubuhnya (FAO 2001).
Ikan kakatua termasuk ikan majority atau ikan lain-lain dan bukan ekonomis
penting. Ikan kakatua akan memiliki nilai ekonomis apabila sudah diolah menjadi
ikan asin untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Kepulauan Seribu. Ikan kakatua
memiliki nilai ekologis sebagai ikan pemakan alga pada karang mati, karena ikan
kakatua mampu mengendalikan pertumbuhan alga yang bersaing hidup dengan
karang. Walaupun ikan kakatua bukan sebagai tujuan utama penangkapan,
pemanfaatan ikan kakatua sebagai tangkapan sampingan oleh nelayan di perairan
dangkal Karang Congkak secara terus menerus dikhawatirkan dapat mengurangi
populasi ikan kakatua di alam. Berdasarkan FAO (2001) sampai saat ini tidak ada
data produksi ikan kakatua, akan tetapi masih tersedia di pasar ikan, hal ini yang
perlu dikaji untuk mencegah kepunahan ikan kakatua.
Aktivitas penangkapan nelayan terhadap ikan kakatua dapat mempengaruhi
perubahan struktur populasi dari sumberdaya ikan kakatua, antara lain dapat dilihat
dari bentuk ukuran ikan, jumlah hasil tangkapan nelayan dan habitat ikan tersebut.
Hal ini yang mengakibatkan sebagian besar ikan-ikan yang ada di perairan menjadi
berkurang dan dapat punah, jika ikan kakatua punah akan berpengaruh pada
kehidupan terumbu karang, karena ikan kakatua merupakan salah satu ikan karang
yang jumlahnya banyak di terumbu yang dapat membantu kehidupan terumbu
karang dengan cara memakan alga yang menempel pada terumbu karang yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang jika alga
2
tumbuh banyak dan tidak ada yang membersihkan, oleh karena itu ikan kakatua
merupakan salah satu penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu
(Nybakken 1992). Sehingga diperlukan pengelolaan yang didasarkan informasi
biologis untuk mempertahankan kelestarian populasi ikan kakatua, khususnya di
perairan dangkal Karang Congkak. Selain ikan kakatua, sumberdaya ikan yang
sering tertangkap oleh nelayan di perairan dangkal Karang Congkak adalah ikan
kakap, kerapu, lencam, baronang, sotong, udang mantis dan cumi-cumi.
Perairan dangkal Karang Congkak terdiri dari terumbu karang dan lamun.
Terumbu karang merupakan keunikan di antara asosiasi atau komunitas lautan yang
seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif
yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum
Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit
tambahan dari alga berkapur dan organism-organisme lain yang mengeluarkan
kalsium karbonat (Nybakken 1992). Padang lamun di daerah pesisir memiliki fungsi
sebagai produsen primer, pendaur zat hara, stabilisator dasar perairan, perangkap
sedimen, serta penahan erosi. Selain memiliki produktivitas biologis yang tinggi,
kekayaan ikan juga terkonsentrasi pada ekosistem lamun sehingga ekosistem lamun
sangat berperan bagi kehidupan ikan sebagai tempat berlindung, tempat mencari
makan, dan sebagai ruang hidup (Tomascik et al. 1997).
1.2. Rumusan Masalah
Keberadaan ikan kakatua cukup potensial di perairan dangkal Karang
Congkak, karena ikan kakatua setiap hari tertangkap oleh nelayan dengan ukuran
yang masih kecil. Agar mempunyai nilai ekonomis, ikan kakatua tersebut selama ini
dijadikan olahan yakni menjadi ikan asin. Walaupun ikan kakatua bukan merupakan
tangkapan utama, pemanfaatan ikan kakatua secara terus menerus dikhawatirkan
dapat mempengaruhi penyebaran ikan kakatua dan dapat mengalami kepunahan,
apalagi data produksi ikan kakatua hingga saat ini di Kepulauan Seribu pada
umumnya dan perairan Karang Congkak pada khususnya jarang tersedia, sehingga
informasi mengenai ikan kakatua sangat minim. Selain ikan kakatua tangkapan
utama nelayan di perairan Karang Congkak adalah cumi-cumi dan baronang.
3
Oleh karena itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan informasi
terhadap populasi ikan kakatua, jenis apa saja yang tersedia dan yang tertangkap di
perairan dangkal Karang Congkak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
keberadaan ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak apakah sebagai
daerah spawning ground, feeding ground atau nursery ground, serta dapat dilakukan
pengelolaan perikanan yang baik terhadap penyebaran spesies ikan kakatua di
perairan Karang Congkak agar populasinya di alam dapat tetap terpelihara.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap dan ikan kakatua yang
dominan tertangkap.
2. Struktur populasi ikan kakatua dilihat dari struktur ukuran panjang.
3. Mengetahui pola pertumbuhan ikan kakatua yang dominan tertangkap.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan ikan
kakatua dari segi ekonomis dan ekologis di perairan dangkal Karang Congkak,
sehingga berguna bagi pengelolaan sumberdaya ikan kakatua yang berkelanjutan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Kakatua (Famili Scaridae)
2.1.1. Klasifikasi dan deskripsi
Klasifikasi ikan kakatua (Gambar 1) berdasarkan www.fishbase.org:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterigii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Scaridae
Genus
: Scarus dan Leptoscarus
Spesies
: Scarus psittacus (Forsskal, 1775)
Scarus ghobban (Forsskal, 1775)
Scarus frenatus (Lacepede, 1802)
Scarus rivulatus (Valenciennes in Cuvier and Valenciennes, 1840)
Scarus chameleon (Choat and Randall, 1986)
Leptoscarus vaigiensis (Quoy and Gaimard, 1824)
Scarus quoyi (Valenciennes in Cuvier and Valenciennes, 1840)
Nama umum : Rosy-cheek parrotfish
Blue-barred parrotfish
Bridled parrotfish
Surf parrotfish
Chameleon parrotfish
Seagrass parrotfish
Green-blotched parrotfish
Nama lokal
: Mogong iler (Pulau Panggang)
Mogong lape bataan (Pulau Panggang)
Mogong hijau (Pulau Panggang)
Mogong kepala gede (Pulau Panggang)
Mogong lape putih (Pulau Panggang)
Mogong lepu (Pulau Panggang)
Mogong bendera (Pulau Panggang)
5
Gambar 1. Ikan kakatua Scarus frenatus
Sumber : Dokumentasi pribadi
Ikan kakatua merupakan salah satu ikan yang hidupnya berada di sekitar
terumbu karang, dengan memiliki bentuk tubuh memanjang dan lunak, panjang ikan
kakatua dapat mencapai 120 cm. Secara umum bentuk kepala ikan kakatua bulat
pada bagian anterior. Ikan kakatua memiliki gigi yang bersatu membentuk seperti
sepasang lempengan paruh berwarna putih yang berada di setiap rahang. Sirip
punggung ikan kakatua terdiri dari 9 jari-jari lemah mengeras dan 10 jari-jari lemah.
Sirip anal terdiri dari 3 jari-jari lemah mengeras dan 9 jari-jari lemah. Sirip dada
terdiri dari 2 jari-jari tidak bercabang, dan 11 sampai 14 jari-jari bercabang. Sirip
ekor bentuknya bervariasi, dari yang bulat sampai bentuk bulan sabit, dapat berubah
seiring dengan pertumbuhan ikan. Sebagian besar sisik ikan kakatua berbentuk
sikloid atau melingkar, dengan 22 sampai 24 baris pada bagian garis rusuk, sirip
ekor tanpa sisik, pada pipi terdapat 1 sampai 4 baris, 2 sampai 8 garis pada bagian
tengah di sekitar punggung ikan (FAO 2001).
Ikan kakatua memiliki warna yang bervariasi dan beragam. Ikan kakatua
memiliki tahap berubah warna sesuai dengan jenis kelamin dan pertumbuhannya,
erat sekali kaitannya antara warna ikan dengan perubahan jenis kelamin, karena
sebagian besar ikan kakatua adalah hermafrodit protogini, artinya ketika ikan
kakatua kecil jenis kelaminnya betina, sedangkan ketika ikan kakatua dewasa jenis
kelaminnya berubah menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin terdapat dalam dua
tahap, yaitu: tahap pertama yang disebut tahap inisial, jenis kelamin ikan kakatua
dapat berupa jantan atau betina, sedangkan tahap kedua yang disebut tahap terminal
6
jenis kelamin ikan kakatua selalu jantan. Warna ikan pada tahap awal didominasi
warna coklat dan abu-abu, sedangkan pada tahap terminal warna ikan kakatua
berubah menjadi biru, hijau dan merah muda, keterpaduan warna ini sangat
kompleks. Jadi untuk keperluan identifikasi ikan kakatua biasanya didasarkan pada
pola warna (FAO 2001).
Selama ini, para peneliti mengalami kesulitan bertahun-tahun untuk
mengidentifikasi ikan kakatua dan kebanyakan peneliti bergantung pada morfologi
eksternal yaitu pola warna sebagai kriteria yang paling mendasar untuk identifikasi.
Pendekatan seperti ini menyulitkan mengingat sebagian besar spesies ikan kakatua
memiliki pola warna yang kompleks, yang disebabkan oleh perubahan seksual.
Identifikasi dengan cara mengawetkan spesimen sangat terbatas karena pola-pola
warna biasanya hilang jika di awetkan (Bellwood 1994).
2.1.2. Jenis dan distribusi ikan kakatua
Ikan kakatua ditemukan hidup di sekitar terumbu karang, biasanya paling
banyak dalam daerah perairan dangkal dengan kedalaman 30 meter. Beberapa
spesies ikan kakatua memiliki sebaran perpindahan yang luas, sementara yang lain
ada juga yang bertahan hidup dalam daerah tertentu saja, dan keberadaannya sangat
rentan dengan kepunahan. Ikan kakatua bukan termasuk hasil utama penangkapan,
tetapi masih dapat ditemukan di pasar ikan. Walaupun di beberapa daerah ikan
kakatua dijadikan sebagai ikan konsumsi tetapi tidak ada data yang dilaporkan
kepada FAO tentang tangkapan ikan kakatua. Ikan kakatua biasanya tertangkap
dengan menggunakan bubu, jaring insang, atau dengan tombak. Daging ikan
kakatua sangat lembut, oleh karena itu ikan ini dipasarkan dan dimakan dalam
bentuk segar (FAO 2001).
Ikan kakatua terdiri dari 7 genera dan terdiri dari 44 spesies (Tabel 1). Spesies
ikan kakatua yang menyebar di Samudera Hindia dan juga diduga berasal dari
Indonesia bagian Barat adalah jenis Hiposcarus harid/longiceps; Chlorurus
strongylocephalus/microrhinos; Scarus russelii/schlegeli; Scarus Scaber/dimidiatus/
oviceps; Scarus spinus/viridifucatus. Scarus viridifucatus juga ditemukan di Bali
(FAO 2001).
7
Tabel 1. Jenis-jenis ikan kakatua (Famili Scaridae)
No.
Genus
Spesies
1
Bolbometopon
Bolbometopon muricatum
2
Colotomus
Calotomus carolinus
3
Colotomus
Calotomus spinidens
4
Cetoscarus
Cetoscarus bicolor
5
Chlorurus
Chlorurus blekeri
6
Chlorurus
Chlorurus bowersi
7
Chlorurus
Chlorurus capistratoides
8
Chlorurus
Chlorurus frontalis
9
Chlorurus
Chlorurus japanensis
10
Chlorurus
Chlorurus microrhinos
11
Chlorurus
Chlorurus oedema
12
Chlorurus
Chlorurus sordidus
13
Chlorurus
Chlorurus strongylocephalus
14
Chlorurus
Chlorurus troschelii
15
Hipposcarus
Hiposcarus harid
16
Hipposcarus
Hiposcarus longiceps
17
Leptoscarus
Leptoscarus vaigiensis
18
Scarus
Scarus altipinnis
19
Scarus
Scarus chameleon
20
Scarus
Scarus dimidiatus
21
Scarus
Scarus festivus
22
Scarus
Scarus flavipectoralis
23
Scarus
Scarus forsteni
24
Scarus
Scarus frenatus
25
Scarus
Scarus ghobban
26
Scarus
Scarus globiceps
27
Scarus
Scarus hypcelopterus
28
Scarus
Scarus koputea
29
Scarus
Scarus longipinnis
30
Scarus
Scarus niger
8
No.
Genus
Spesies
31
Scarus
Scarus oviceps
32
Scarus
Scarus prasiognathos
33
Scarus
Scarus psittacus
34
Scarus
Scarus quoyi
35
Scarus
Scarus rivulatus
36
Scarus
Scarus rubroviolaceus
37
Scarus
Scarus russelii
38
Scarus
Scarus scaber
39
Scarus
Scarus schlegeli
40
Scarus
Scarus spinnus
41
Scarus
Scarus tricolor
42
Scarus
Scarus viridifucatus
43
Scarus
Scarus xanthopleura
44
Scarus
Scarus sp 1 and 2
Secara umum ikan kakatua termasuk ikan karang, sebagian besar ikan karang
memiliki tubuh yang kecil, jenis ikan dengan ukuran lebih besar dari 200-300 mm
jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit
karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk
tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton
1992). Ikan kakatua memilik efek positif pada kesehatan terumbu karang (Barclay
2009). Variasi dalam pola dan intensitas warna dipengaruhi oleh sejumlah faktor
ekologi termasuk kedalaman, jenis substrat, kekeruhan dan waktu (Venkataramani &
Jayakumar 2006).
2.1.3. Kebiasaan makan
Ikan kakatua (Scaridae) dapat ditemukan di terumbu karang di seluruh dunia
dan sangat terkait erat dengan terumbu karang. Ikan kakatua sangat mendominasi
dan menjadi bagian yang paling mencolok dari komunitas ikan herbivora. Dengan
demikian, ikan kakatua telah menjadi fokus dari sejumlah studi tentang pentingnya
peranan ikan herbivor pada terumbu karang (Bellwood 1994).
9
Semua spesies ikan kakatua adalah herbivor diurnal. Sebagian besar spesies
menempati karang dan memakan algae epilithik pendek yang menutupi substrat
karang. Pemakan alga dibedakan atas dua kelompok yaitu kelompok excavator dan
scraper. Kelompok excavator memiliki rahang yang kuat sehingga dapat menggali
substrat dan meninggalkan bekas gigitan pada substrat, sedangkan kelompok scraper
tidak memiliki rahang yang kuat dan tidak meninggalkan bekas gigitan pada
substrat. Kelompok excavator terdiri dari genus Chlorurus, Bolbometopon,
Cetoscarus, dan Sparisoma viride, sedangkan kelompok scraper terdiri dari Scarus
dan Hipposcarus (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994).
Selain itu, kelompok scraper juga kadang-kadang memakan permukaan pasir
di sekitar terumbu karang (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994). Beberapa
spesies juga ada yang memakan kotoran karang (Bailey & Robertson 1982 in
Bellwood 1994), dan ada juga beberapa keterangan yang menyatakan ikan kakatua
ditemukan hidup di padang lamun (Nicholsina, Calotomus, Leptoscarus dan
Sparisoma) yang menjadikan lamun sebagai pakan utama, epifit yang terkait,
ganggang dan sejumlah besar material anorganik menjadi makanan mereka,
sehingga ikan kakatua dapat menghapus sejumlah besar bahan anorganik dan
sebagai hasilnya ikan kakatua adalah agen bioeroding yang besar pada terumbu
karang. Yang perlu diperhatikan ikan kakatua dapat menyebabkan erosi primer,
sedimen ulang dan modifikasi habitat dan telah menjadi fokus dari sejumlah studi
terbaru (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994).
Ikan kakatua (Scaridae) yang menjadikan terumbu karang sebagai habitat dan
tempat untuk mencari makan. Menurut Nybakken 1992, interaksi yang terjadi antara
ekosistem terumbu karang dan ikan karang adalah:
1. Pemangsaan, yaitu dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni
karang, seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kepe-kepe (Chaetodontidae)
dan sekelompok omnivor yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan
alga di dalam kerangka karang atau berbagai invertebrate yang hidup dalam
lubang kerangka.
2. Grazing. Dilakukan oleh kelompok ikan-ikan famili Siganidae, Pomacentridae,
Acanthuridae dan Scaridae yang merupakan herbivor grazer pemakan alga
10
sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat
terkendali.
Ikan herbivor adalah konsumen langsung bagi produsen primer. Proses
pemindahan energi dan perpindahan makanan terjadi pada rantai makanan. Melalui
proses fotosintesis, produsen primer mengolah nutrien menjadi protein dan gula
(sumber energi) untuk digunakan dalam metabolisme dan pertumbuhan. Sumber
energi tersebut dibutuhkan oleh herbivor dan karnivor. Terdapat proses-proses
penting yang melibatkan ikan herbivor pada ekosistem terumbu karang, yaitu ikan
herbivor menghubungkan aliran energi (proses trophodynamic) bagi para konsumen
lainnya di dalam ekosistem; ikan herbivor mempengaruhi pola distribusi dan
komposisi tumbuhan di dalam lingkungan terumbu karang; interaksi antar ikan
herbivor, terutama dari jenis yang bersifat teritori, digunakan sebagai dasar
pengembangan model demografi dan tingkah laku ikan karang secara umum.
Kebanyakan ikan herbivor menyenangi turf algae sebagai makanannya. Turf algae
memiliki ukuran kurang dari 2 cm dan tidak mengandung bahan kiimia yang tidak
disukai ikan. Ikan herbivor sangat suka memakan tumbuhan yang kecil ukurannya,
strukturnya yang sederhana dan berkumpul (Sale 1991).
Aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan menentukan distribusi ikan herbivor.
Kelimpahan ikan herbivor menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman air.
Ikan herbivor lebih menyenangi daerah dangkal karena aktifitas fotosintesis di
daerah tersebut sangat cepat, sehingga selalu tersedia makanan baginya untuk
metabolisme dan pertumbuhan (Hakim 2009).
2.1.4. Musim pemijahan
Berdasarkan penelitian sebelumnya ikan Calotomus japonicus (Scaridae) pada
perairan Semenanjung Nagasaki di Barat Laut Kyushu, Jepang, diketahui musim
puncak pemijahan terjadi selama bulan Juli dan Agustus (Kume et al. 2009).
2.2. Alat Tangkap Ikan Kakatua
Teknik penangkapan ikan di Indonesia dibagi atas sepuluh jenis alat tangkap
yaitu trawl, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing,
perangkap, alat pengumpul kerang dan rumput laut, muroami, dan alat tangkap
11
lainnya (Sudirman dan Mallawa 2004). Alat tangkap yang banyak digunakan
nelayan di Karang Congkak, Kepulauan Seribu khususnya dalam penangkapan ikan
kakatua, menggunakan alat tangkap perangkap (bubu dasar) dan jaring.
Bubu dasar (perangkap) adalah alat penangkapan ikan yang dipasang tetap di
dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan
mempersulit keluarnya. Alat tangkap bubu dasar merupakan alat tangkap yang
terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting), dan
anyaman kawat (wire netting). Bentuknya ada yang seperti selinder, setengah
lingkaran, empat persegi panjang, segitiga memanjang, dan sebagainya. Dalam
pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan, selain itu alat tangkap
ini biasanya digunakan pada daerah karang. Umumnya bubu yang digunakan terdiri
dari tiga bagian yaitu badan atau tubuh bubu, lubang tempat mengeluarkan hasil
tangkapan, dan mulut bubu (Sudirman dan Mallawa 2004).
Alat tangkap selain bubu yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan
kakatua di perairan dangkal Karang Congkak adalah jaring lingkar (Surrounding
Gill Net). Alat tangkap jaring lingkar biasanya digunakan untuk menangkap ikan di
daerah lamun, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan
jaring, antara lain untuk menghadang arah lari ikan. Agar gerombolan ikan dapat
dilingkari atau ditangkap dengan sempurna, maka bentuk jaring sewaktu operasi
dapat membentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf V atau U, bengkokbengkok seperti alur gerombolan ikan (Sudirman dan Mallawa 2004).
2.3. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur,
parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu
suhu air, kandungan oksigen terlarut, ammonia, salinitas, dan fotoperiod (panjang
hari) serta makanan (Effendie 2002).
Faktor yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan adalah jumlah dan
ukuran pakan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan pakan yang
12
tersedia, kualitas air terutama suhu, oksigen terlarut, umur, ukuran ikan serta
kematangan gonad (Effendie 2002).
Ikan kakatua merupakan kelompok dominan dalam hal jumlah dan biomassa
dalam perairan dangkal di terumbu karang (Williams & Hatcher 1983, Russ 1984,
Choat & Bellwood 1991 in Choat et al. 1996). Ukuran dewasa spesies Scaridae
bervariasi yakni di antara 110-1000 mm, meskipun mayoritas terletak dalam rentang
200-500 mm. Perkiraan tingkat pertumbuhan dan rentang hidup merupakan langkah
awal yang penting dalam menentukan produktivitas dan tingkat perubahan ikan
karang dominan yang tertangkap di beberapa daerah (Wright 1993 in Choat et al.
1996). Sejumlah penelitian telah melaporkan perkiraan tingkat pertumbuhan pada
famili Scaridae (Russ & St John 1988 in Choat et al. 1996) dipengaruhi oleh
perbedaan habitat (Clifton 1995 in Choat et al. 1996) dan perbedaan jenis kelamin
(Warner & Downs 1977, van Rooij et al. 1995 in Choat et al. 1996).
Ikan Scaridae berdasarkan salah satu penelitian pada spesies Scarus frenatus
dapat mencapai usia maksimum hingga 20 tahun (Hart & Russ 1996 in Choat 1996).
Ikan Scaridae jantan (fase terakhir) memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan
betina. Kelimpahan ikan Scaridae (Scarus psittacus dan Scarus rivulatus) tidak
mengalami tumpang tindih antara fase awal dan fase terakhir. Perubahan jenis
kelamin ikan kakatua dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan, akan tetapi
setelah mengalami perubahan jenis kelamin rentang kehidupannya relatif singkat.
Perubahan jenis kelamin pada fase awal terjadi dalam waktu yang lebih lama dan
juga dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan. Perubahan dari betina ke jantan
terjadi setelah 3-4 tahun pada tiap spesies (Choat et al. 1996).
Penentuan perbedaan jenis kelamin pada ikan Scaridae biasa dinalisis dari
panjang ikan. Biasanya ikan jantan memiliki ukuran yang lebih besar dari betina.
Diasumsikan pertumbuhan pada ikan betina dan jantan memiliki rentang yang
seragam. Ikan jantan dan betina yang sama-sama memiliki umur yang panjang dapat
menunjukkan bahwa beberapa betina akan mempertahankan jenis kelamin sepanjang
hidupnya. Penyebaran ikan kakatua berdasarkan jenis kelamin didorong oleh tingkat
pertumbuhan yang berbeda antara betina dan jantan dengan faktor pentingnya adalah
peningkatan pertumbuhan berjalan seiring dengan pergantian jenis kelamin (Choat et
al. 1996).
13
Pertumbuhan pada ikan famili Scaridae dalam jurnal El-Sayed et al. (2010),
yakni pada tiga spesies ikan kakatua, Hipposcarus harid, Scarus ferrugineus, dan
Chlorurus sordidus, di Pantai Timur Laut Merah, Arab Saudi. Ditemukan hubungan
antara panjang (L) dan bobot (W). Pertumbuhan ikan betina pada tahap awal adalah
yang terendah, diikuti oleh ikan jantan, dan yang terakhir menunjukkan tingkat
pertumbuhan tercepat yaitu ikan jantan pada tahap awal fase terminal. Jadi, pada
transisi dari tahap awal ke fase terminal ikan jantan dikaitkan dengan peningkatan
pertumbuhan.
2.4. Hubungan Panjang dan Bobot
Persamaan hubungan panjang bobot ikan dimanfaatkan untuk bobot ikan
melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap
sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot hampir mengikuti
hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, dengan
kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang
atau sebaliknya. Selain itu, dapat diketahui juga pola pertumbuhan, kemontokan, dan
pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Effendie 2002).
Pengukuran panjang tubuh ikan memberikan bukti langsung terhadap
pertumbuhan. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun
ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan. Panjang tubuh ikan dapat
diukur dengan cara mengamati panjang total, panjang cagak, dan panjang baku.
Panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian
kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Panjang cagak adalah panjang ikan
yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan sirip ekor,
sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan dari
kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya atau pangkal sirip ekor
(Effendie 2002).
Effendie (2002) menyatakan bahwa jika panjang dan berat diplotkan dalam
suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aLb; W=berat, L=panjang, a
dan b adalah suatu konstanta. Nilai b berfluktuasi antara 2,5 dan 4 tetapi kebanyakan
mendekati 3 karena pertumbuhan mewakili peningkatan dalam tiga dimensi,
14
sedangkan pengukuran panjang diambil dari satu dimensi. Nilai b yang merupakan
konstanta adalah nilai pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan.
Hubungan panjang bobot ikan kakatua spesies Scarus ghobban dalam jurnal
Veeramani T et al. 2010 didapatkan persamaan regresi linear log W = -0,7151 +
2,5377 log L (r2 0,9533). Nilai a = -0,7151 dan b = 2,5377, dengan koefisien
korelasi lebih besar 0,9. Artinya ikan Scarus ghobban mempertahankan bentuknya
sepanjang hidupnya, dengan peningkatan panjang lebih cepat daripada bobot.
Nilai b=3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang akan mencirikan ikan
mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah atau pertambahan panjang ikan
seimbang dengan pertambahan beratnya. Nilai b≠3 menggambarkan pertumbuhan
allometrik. Jika b<3 menunjukkan pertambahan panjang ikan lebih cepat dari
pertambahan berat ikan. Jika b>3 menunjukkan pertambahan berat ikan lebih cepat
dari pertambahan panjang ikan (Effendie 2002). Perbedaan nilai b dapat disebabkan
oleh musim, jenis kelamin, area, temperatur, fishing time, fishing vessel dan
ketersediaan makanan (Osman 2004 in Lelono 2007).
2.5. Ekologi Ikan Karang Secara Umum
Setiap spesies ikan karang memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung
ketersediaan makanan dan beberapa parameter fisika seperti kedalaman, kejernihan
air, arus dan gelombang. Besarnya spesies yang ditemukan di karang mencermikan
habitat tersebut mempunyai kondisi habitat yang mendukung bagi pertumbuhan
ikan. Di perairan karang terdapat banyak habitat yang bisa didiami oleh ikan-ikan
dibandingkan perairan yang lebih dalam karena tidak terdapat barier untuk
berlindung dari arus dan predasi (Allen 1999).
Kedalaman perairan untuk ikan karang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
perairan dangkal (0-4 m), intermedit (5-19 m), dan perairan dalam (≥ 20 m). batas
kedalaman tersebut dapat berbeda tergantung dari jenis habitat itu dan kondisi
perairan laut tersebut. Lingkungan dangkal dicirikan dengan adanya gelombang
yang rendah di area yang terlindungi/tertutup seperti pesisir dan laguna. Sebaliknya
di luar struktur karang dampak dari gelombang permukaan terkadang dapat
mencapai sekitar 10 m. Jenis ikan karang dan terumbu karang yang baik tersedia
pada zona perairan intermedit, karena pada daerah tersebut sinar matahari optimal
15
bagi pertumbuhan terumbu karang, gelombang relatif kecil meskipun arus biasanya
kencang begitu sebaliknya di perairan dalam. Meskipun beberapa spesies ikan
karang mulai berkurang pada perairan dalam tetapi ikan karang yang hidup lebih
menarik (Allen 1999).
2.6. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka
menjamin kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan
lainnya (FAO 1997 in Widodo & Suadi 2006). Pengelolaan sumberdaya perikanan
saat ini menuntut perhatian penuh dikarenakan oleh semakin meningkatnya tekanan
eksploitasi terhadap berbagai stok ikan (Widodo & Suadi 2006).
Secara umum tujuan pengelolaan perikanan dapat dibagi ke dalam empat
kelompok yaitu biologi, ekologi, ekonomi dan sosial, dimana tujuan sosial
mencakup tujuan politik dan budaya. Beberapa contoh yang termasuk dalam setiap
kelompok tujuan tersebut antara lain menjaga spesies target berada pada tingkat
yang diperlukan untuk menjamin produktivitas yang berkelanjutan, meminimalkan
berbagai dampak penangkapan atas lingkungan fisik dan non-target (hasil tangkapan
sampingan), memaksimumkan pendapatan bersih bagi nelayan yang terlibat dalam
perikanan (tujuan ekonomi) dan memaksimumkan kesempatan kerja bagi yang
hidup dari kegiatan perikanan (tujuan sosial) (Widodo & Suadi 2006).
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kelurahan
Pulau Panggang, Kecamatan Pulau Seribu Utara, DKI Jakarta (Gambar 2) pada
kedalaman 0-2 meter. Daerah pengamatan atau pengambilan contoh dilakukan di
daerah sekitar karang dan sekitar lamun.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua dilakukan selama
3 bulan (Maret 2011-Mei 2011). Pengambilan data primer dilakukan berupa
pengukuran panjang dan bobot ikan yang ditangkap di perairan dangkal Karang
Congkak dengan interval waktu pengambilan dua kali dalam sebulan.
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah bubu dasar, jaring
insang, penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan digital dengan
17
ketelitian 0,01 gr, alat bedah 1 set, alat tulis, snorkle, tisu, dan kamera. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kakatua.
Penggunaan alat tangkap bubu dan jaring dilakukan oleh nelayan untuk
mendapatkan ikan kakatua, kedua alat tangkap ini digunakan pada kedalaman yang
berbeda (0-2 m) tergantung dari kebiasaan nelayan menangkap ikan. Alat tangkap
bubu biasanya disimpan di antara karang mati dan di sekitar lamun, dimana kedua
habitat tersebut menjadi tempat tinggal ikan kakatua untuk mencari makan dan
bersembunyi dari predator, dan alat tangkap jaring digunakan disekitar karang dan
lamun, tetapi tidak terlalu dekat dengan karang karena dikhawatirkan akan
tersangkut dengan jaring, setelah tertangkap ikan kakatua diukur panjangnya
menggunakan penggaris dan bobotnya menggunakan timbangan digital, setelah itu
dibedah dengan menggunakan alat bedah untuk melihat gonad ikan kemudian
dicatat. Selain itu, dalam menangkap ikan digunakan alat snorkle yang fungsinya
untuk melihat gerombolan ikan kakatua yang berada di sekitar tempat penangkapan,
sehingga dapat memudahkan dalam menangkapnya, dan juga kamera yang
diperlukan untuk dokumentasi selama penelitian.
3.3. Pengumpulan Data
Ikan kakatua yang diambil merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan
dangkal Karang Congkak. Penangkapan ikan kakatua dilakukan sebanyak 5 kali
dengan interval waktu 2 minggu. Data yang dikumpulkan selama penelitian berupa
data primer, yaitu melakukan penangkapan ikan dengan mengikuti nelayan yang
kesehariannya menangkap ikan di perairan Karang Congkak. Nelayan yang
menangkap ikan kakatua adalah dengan menggunakan alat tangkap bubu dan jaring.
Ikan kakatua yang tertangkap dengan bubu dan jaring kemudian dipisahkan
untuk diukur panjang dan bobotnya. Panjang ikan kakatua yang diukur adalah
panjang total, yaitu panjang ikan dari ujung mulut terdepan sampai dengan ujung
sirip ekornya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris panjang 30 cm
dengan skala terkecil 1 mm, sedangkan berat ikan kakatua yang ditimbang adalah
berat basah total. Berat basah total adalah berat total jaringan tubuh ikan dan air
yang terdapat di dalamnya. Dalam hal ini digunakan timbangan digital yang
mempunyai skala terkecil 1 gram.
18
Metode yang digunakan dalam penelitian komposisi jenis dan struktur populasi
ikan kakatua adalah pengukuran panjang dan bobot ikan kakatua untuk menduga
pertumbuhan populasi dan pola pertumbuhan individu ikan kakatua di perairan
dangkal Karang Congkak.
Selanjutnya digunakan metode pengumpulan data dan informasi lainnya
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan nelayan yang menangkap
ikan di perairan dangkal Karang Congkak. Informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara berupa data unit penangkapan ikan kakatua (pemilik, mesin, kapal,
nelayan atau anak buah kapal dan alat tangkap), kegiatan operasi penangkapan,
daerah penangkapan, dan biaya operasi penangkapan.
Ikan kakatua yang tertangkap difoto untuk keperluan identifikasi. Foto ikan
kakatua kemudian disesuaikan dengan foto ikan kakatua yang ada pada literatur
untuk mengetahui nama latin dan nama umumnya, adapun buku yang digunakan
dalam identifikasi adalah buku yang berjudul A field guide for anglers and divers:
Marine fishes of south east Asia, dengan pengarang Allen 1999. Cara identifikasi
dengan
morfologi
eksternal
merupakan
cara
yang
paling
efektif
untuk
mengidentifikasi ikan kakatua mengingat pola warna yang mudah hilang jika
diawetkan dan struktur tubuh yang mudah membusuk (Bellwood 1994).
3.4. Analisis Data
3.4.1. Komposisi jenis di habitat karang dan lamun
Data yang digunakan dalam menentukan komposisi jenis dari kedua habitat
karang dan lamun adalah data jumlah tangkapan dari tiap spesies ikan kakatua yang
tertangkap di sekitar karang dan lamun, data jumlah tangkapan tersebut dibedakan
berdasarkan spesies ikan kakatua, setelah itu dimasukkan ke dalam diagram pie,
kemudian dapat diketahui perbedaan persentase jumlah tangkapan pada tiap spesies
ikan kakatua yang tertangkap di habitat karang dan lamun, akan terlihat mulai dari
jumlah tangkapan yang paling banyak hingga jumlah tangkapan yang paling sedikit.
3.4.2. Sebaran frekuensi panjang
Data yang digunakan dalam menentukan sebaran frekuensi panjang adalah
distribusi ukuran panjang ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan lamun
19
dengan alat tangkap bubu dan jaring pada kelompok panjang tertentu. Sebaran
frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas,
dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Tahap untuk menganalisis data
frekuensi panjang ikan yaitu:
a. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh data panjang total
ikan kakatua
b. dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang ikan
ditetapkan jumlah kelas sebanyak 10 kelas dengan interval sebesar 22 mm.
c. Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian
limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas
pada limit bawah kelas.
d. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas.
e. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata-ratakan
limit kelas.
f. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan, diplotkan dalam sebuah
grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat
beberapa data, diantaranya jumlah puncak yang menggambarkan jumlah ikan yang
tertangkap (ekor) dan pergeseran distribusi kelas panjang.
3.4.3. Hubungan panjang bobot
Hubungan panjang bobot digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan
allometrik (Hile 1936 in Effendie 2002). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan:
W=aLb
Keterangan:
W = berat total ikan (gr)
L = panjang total ikan (mm)
a dan b = konstanta hasil regresi
Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan:
Log W = Log a + b Log L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linier
sederhana dengan Log W sebagai ’y’ dan Log L sebagai ’x’. Untuk menentukan
bahwa nilai b=3 atau b ≠ 3 (b>3, pertambahan berat lebih cepat dari pada
20
pertambahan panjang) atau (b<3, pertambahan panjang lebih cepat dari pada
pertambahan berat) dilakukan uji-t (Walpole 1992), dengan rumus:
thitung =
 3
Sb
Hipotesa:
H0: b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik
H1: b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik
Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang
kepercayaan 95%. Jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0), dan sebaliknya
jika thitung < ttabel maka terima hipotesis nol (H0).
4. HASIL PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Jenis Ikan Kakatua
Ikan karang memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung dari ketersediaan
makanan dan beberapa parameter fisika seperti kedalaman, kejernihan air, arus dan
gelombang (Allen 1999). Berikut disajikan komposisi jenis ikan kakatua (Scaridae)
di perairan dangkal Karang Congkak pada Tabel 2 dan Gambar 3.
Tabel 2. Komposisi jenis ikan kakatua
Jumlah tangkapan
pada sampling ke(ekor)
I II III IV V
7 40 25 37 35
23 16 6 14 4
2 9 3 4 6
1 8 0 8 2
0 2 1 5 3
0 3 2 2 1
0 1 0 1 1
Spesies
Scarus psittacus
Scarus ghobban
Scarus rivulatus
Scarus frenatus
Scarus chameleon
Leptoscarus vaigiensis
Scarus quoyi
jumlah
∑
144
63
24
19
11
8
3
272
Ikan kakatua yang tertangkap selama sampling 1 hingga sampling ke 5
sebanyak 272 ekor dengan didominasi oleh spesies Scarus psittacus dengan 144
ekor dan Scarus ghobban dengan 63 ekor.
Scarus Leptoscarus
chameleon vaigiensis
4%
3%
Scarus
Scarus
rivulatus
frenatus
9%
7%
Scarus
ghobban
23%
Scarus quoyi
1%
Scarus
psittacus
53%
Gambar 3. Komposisi hasil tangkapan Scaridae
22
Berdasarkan data hasil tangkapan ikan kakatua (Scaridae) didapatkan 7 spesies
ikan kakatua dengan persentase terbanyak adalah spesies Scarus psittacus sebanyak
53% dan persentase terendah adalah spesies Scarus quoyi sebanyak 1%. Sebaran
habitat spesies dari famili Scaridae di perairan dangkal Karang Congkak termasuk
beranekaragam karena terdapat 7 spesies ikan famili Scaridae dari dua genus
berbeda. Hal ini sesuai dengan FAO (2001) bahwa ikan Scaridae tersebar secara
merata di perairan dangkal sekitar karang dan lamun serta mampu menetap lama di
habitat tersebut. Dari ketujuh jenis yang tertangkap dapat dicirikan dari perbedaan
warna sisik ikan yang sangat mencolok, perbedaan bentuk mulut dan bentuk ekor.
Ikan kakatua merupakan salah satu ikan karang yang memiliki pola warna yang
sangat indah, oleh karena itu ikan kakatua dapat dijadikan ikan hias dalam akuarium
laut, sehingga mampu memberikan keindahan bagi yang melihatnya.
Pada gambar 4 disajikan ikan kakatua yang tertangkap selama penelitian
berjumlah 7 ekor spesies:
Mogong iler
Scarus psittacus
Palenose parrotfish
Mogong lape bataan
Scarus ghobban
Blue-barred parrotfish
Mogong hijau
Scarus rivulatus
Surf parrotfish
Mogong kepala besar
Scarus frenatus
Six-banded parrotfish
Gambar 4. Spesies ikan kakatua yang tertangkap
23
Mogong lepu
Leptoscarus vaigiensis
Blue-spotted parrotfish
Mogong lape putih
Scarus chameleon
Chameleon parrotfish
Mogong bendera
Scarus quoyi
Quoyi’s parrotfish
Gambar 4. (Lanjutan)
Perbedaan ketujuh spesies ikan kakatua yang paling mencolok adalah dari
mofologi eksternal yaitu pada pola warna. Scarus psittacus memiliki dominan warna
hijau muda bercampur abu-abu, Scarus ghobban memiliki dominan warna hijau
muda bercampur kuning dan biru, pada tubuhnya terdapat semacam garis dengan
warna putih dan di sekitar pipinya terdapat garis warna biru, Scarus rivulatus
memiliki warna yang hijau bercampur coklat pada tubuhnya, sirip dorsal dan sirip
pektoral memiliki warna hijau, kuning dan biru membentuk garis, dan di sekitar pipi
dekat mulut terdapat garis hijau dan kuning, Scarus frenatus didominasi oleh warna
merah bercampur hitam, pada tubuhnya terdapat semacam garis dengan warna putih
keabu-abuan, Scarus chameleon didominasi warna putih bercampur kuning,
Leptoscarus vaigiensis didominasi warna hijau tua bercampur coklat, dan Scarus
quoyi memiliki warna merah, coklat, hijuan dan orange pada tubuhnya, sirip dorsal,
pectoral, ventral dan anal memiliki warna hijau, biru, dan orange yang membentuk
garis, di sekitar pipi dekat mulut terdapat pola warna hijau dan ungu. Scarus
rivulatus dan Scarus quoyi memiliki lebih banyak variasi warna dibandingkan
spesies yang lain. Pola warna seperti ini akan berubah seiring dengan perubahan
jenis kelamin ikan.
24
4.1.1. Berdasarkan habitat
Ikan kakatua merupakan salah satu jenis ikan yang banyak ditemukan di
sekitar karang dan lamun, sehingga dapat diketahui perbandingan komposisi hasil
tangkapan dari habitat karang dan lamun pada Gambar 5.
Scarus
chameleo
Scarus
n
frenatus 5%
7%
Scarus
rivulatus
9%
Scarus
ghobban
22%
Scarus Leptoscar
quoyi
us
1%
vaigiensis
4%
Scarus
frenatus
Scarus
5%
rivulatus
7%
(a)
Scarus
chameleo
n
2%
Scarus
quoyi
2%
Lepto
scaru
s
vaigie
nsis
0%
(b)
Scarus
psittacus
52%
Scarus
ghobban
27%
Scarus
psittacus
57%
Gambar 5. Komposisi ikan kakatua yang tertangkap, (a) karang dan (b) lamun
Populasi ikan kakatua yang hidup di perairan dangkal Karang Congkak sangat
berlimpah, karena di perairan tersebut tersedia dua ekosistem yang dapat menunjang
kehidupan ikan-ikan tersebut, sehingga dapat dijadikan tempat mencari makan
(feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) atau daerah pemijahan (spawning
ground).
Berdasarkan Gambar 5 diketahui persentase spesies ikan kakatua (Scaridae)
pada habitat karang dan lamun. Spesies ikan kakatua yang mendominasi di habitat
karang adalah Scarus psittacus dengan persentase sebesar 52 %, kemudian berurut
di bawahnya adalah Scarus ghobban sebesar 22 %, Scarus rivulatus sebesar 9 %,
Scarus frenatus sebesar 7 %, Scarus chameleon sebesar 5 %, Leptoscarus vaigiensis
sebesar 4 % dan terakhir Scarus quoyi sebesar 1 %. Selanjutnya spesies ikan kakatua
yang mendominasi di sekitar lamun adalah Scarus psittacus dengan persentase
sebesar 57 %, kemudian berurut di bawahnya Scarus ghobban sebesar 27 %, Scarus
rivulatus 7 %, Scarus frenatus 5 %, Scarus chameleon dan Scarus quoyi masingmasing sama sebesar 2 %, dan terakhir adalah Leptoscarus vaigiensis sebesar 0 %.
Ikan kakatua yang dominan tertangkap pada daerah sekitar karang dan lamun
adalah spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Hal ini menunjukkan bahwa
25
spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban masih tersebar banyak di alam dengan
memanfaatkan kedua ekosistem karang dan lamun yang ada, sehingga ikan tersebut
dapat tertangkap.
Secara umum ikan kakatua (Scaridae) banyak tersedia di sekitar terumbu
karang dan lamun. Ikan kakatua merupakan pemakan alga pada karang mati atau
bebatuan, biasanya hidup di dekat pantai dan perairan yang jernih. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa perairan dangkal Karang Congkak merupakan perairan yang
masih jernih dan belum tercemar sehingga mempunyai berbagai jenis spesies ikan
dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Ikan-ikan yang mendiami
perairan dangkal Karang Congkak akan terbantu dengan adanya habitat karang dan
lamun yang masih bagus, dapat dijadikan tempat untuk berlindung dari arus,
gelombang serta predasi.
Keberadaan ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak sangat
potensial, karena kedalaman perairan sangat berpengaruh dengan jumlah populasi
ikan yang ada, semakin dalam suatu perairan semakin berkurang keanekaragaman
hayatinya. Ikan kakatua merupakan ikan herbivor yaitu memakan alga yang
menempel pada karang, alga tersebut dapat tumbuh jika mendapatkan sinar matahari
yang cukup karena akan terjadi aktivitas fotosintesis yang sangat cepat. Oleh karena
itu, ikan kakatua yang termasuk ikan herbivor akan menyukai daerah sekitar
terumbu karang yang berada pada perairan dangkal (Hakim 2009). Selain itu,
keberadaan ikan kakatua di sekitar lamun juga banyak, yang menjadikan lamun
sebagai makanan utama, ganggang dan sejumlah material anorganik juga menjadi
makanan ikan kakatua (Bellwood 1994).
Jumlah populasi ikan kakatua yang tersebar di perairan dangkal Karang
Congkak banyak terdapat di sekitar karang dan lamun, hal ini menunjukkan bahwa
pernyataan beberapa literatur yang menyebutkan ikan kakatua banyak terdapat di
karang dan lamun benar, karena ikan kakatua menjadikan karang dan lamun sebagai
habitatnya, dimana tersedia banyak makanan bagi ikan kakatua dan juga sebagai
tempat berlindung dari predasi. Interaksi antara ikan herbivor mempunyai peranan
yang penting terhadap penyaluran aliran energi yang dibutuhkan untuk metabolisme
dan pertumbuhan konsumen lain dalam ekosistem, salah satunya pada ikan karnivor,
sehingga akan berlangsung secara terus menerus dalam rantai makanan (Sale 1991).
26
4.1.2. Berdasarkan alat tangkap
Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua (Scaridae) di
perairan dangkal Karang Congkak menggunakan dua alat tangkap yakni bubu dan
jaring. Berikut disajikan persentase jenis spesies Scaridae yang tertangkap dengan
alat tangkap bubu dan jaring pada Gambar 6.
Scarus
chameleo
n
Scarus
4%
frenatus
7%
Scarus
rivulatus
10%
Scarus
ghobban
28%
Leptoscar
us
vaigiensis
4%
Scarus
quoyi
0%
Scarus
Scarus chameleo
n
frenatus
5%
7%
Leptoscar Scarus
us
quoyi
vaigiensis 2%
1%
Scarus
rivulatus
7%
Scarus
psittacus
47%
(a)
Scarus
ghobban
16%
(b)
Scarus
psittacus
62%
Gambar 6. Komposisi hasil tangkapan ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring
Spesies Scarus psittacus yang tertangkap di perairan dangkal karang Congkak
memiliki persentase tertinggi pada kedua alat tangkap yang digunakan yaitu bubu
dan jaring. Scarus psittacus yang tertangkap oleh bubu sebesar 47 %, sedangkan
yang tertangkap oleh jaring sebesar 62 % dari total keseluruhan jumlah ikan
Scaridae yang tertangkap pada masing-masing alat tangkap. Hal ini menunjukkan
bahwa populasi ikan Scarus psittacus sangat berlimpah di alam karena paling
dominan tertangkap dari seluruh jenis ikan Scaridae yang lain.
Spesies Scarus ghobban memiliki persentase tertinggi kedua dari keseluruhan
spesies Scaridae yang tertangkap. Scarus ghobban yang tertangkap oleh bubu 28 %,
sedangkan yang tertangkap oleh jaring sebesar 16 %. Kedua spesies ini merupakan
spesies dominan yang tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak
Spesies Scarus rivulatus memiliki persentase tertinggi ketiga dengan jumlah
yang tertangkap oleh bubu sebesar 10 % dan yang tertangkap oleh jaring sebesar 7
%. Kemudian ikan Scarus frenatus memiliki jumlah persentase yang sama pada alat
27
tangkap bubu dan jaring yakni sebesar 7 %. Selanjutnya ikan Scarus chameleon
memiliki persentase sebesar 4 % yang tertangkap dengan bubu dan 5 % yang
tertangkap dengan jaring. Ikan Leptoscarus vaigiensis yang tertangkap dengan bubu
sebesar 4 % dan jaring sebesar 1 %. Kemudian ikan Scarus quoyi yang memperoleh
tangkapan paling sedikit dari keseluruhan yang tertangkap. Ikan Scarus quoyi yang
tertangkap dengan bubu sebesar 0 % dan yang tertangkap dengan jaring sebesar 2 %.
Secara keseluruhan ikan kakatua Scaridae mempunyai komposisi hasil
tangkapan yang berbeda-beda tiap spesies berdasarkan alat tangkap. Hal ini
disebabkan penyebaran ikan tiap spesies berbeda dan jumlahnya juga berbeda,
karena semua ikan Scaridae yang tertangkap berada pada perairan dangkal, sehingga
perlu mengetahui alat tangkap yang tepat untuk menangkapnya, selain itu perlu
diperhatikan mengenai pengaturan penangkapan, perairan dangkal Karang Congkak
banyak terdapat karang yang telah rusak dan telah di tumbuhi algae dalam hal ini
merupakan makanan ikan kakatua tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari
perumbuhan algae yang semakin meningkat dan menyebabkan karang tersebut tidak
dapat tumbuh kembali dengan baik, maka hindari penangkapan ikan kakatua di
sekitar karang yang telah rusak tersebut agar ikan kakatua dapat terus hidup dan
tidak ada yeng tertangkap, sehingga dapat memakan algae yang menempel pada
karang dan pertumbuhan karang dapat dikendalikan.
Jika dilihat alat tangkap bubu dan jaring yang digunakan keduanya merupakan
alat tangkap yang non selektif. Keduanya digunakan dalam waktu yang berbeda.
Bubu dapat digunakan oleh nelayan dalam berbagai macam kondisi alam, baik itu
sedang angin atau lagi teduh, karena cara kerjanya yang hanya menyimpan di sekitar
karang dan lamun kemudian di tinggal, sedangkan alat tangkap jaring hanya bisa
digunakan ketika cuaca sedang tenang tidak ada angin kencang, karena
pengoperasiannya yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Akan tetapi jika dilihat
dari kondisi habitat di perairan dangkal Karang Congkak yang terdapat karang, alat
tangkap bubu lebih tepat digunakan dan dapat menangkap ikan kakatua dengan
mudah, dibandingkan dengan alat tangkap jaring yang kemungkinan bisa tersangkut
di karang, itu sangat menyulitkan nelayan dan membutuhkan waktu lama.
Berdasarkan pandangan konservasi yang tentunya melindungi sumberdaya alam
yang ada, alat tangkap bubu dirasa lebih tepat digunakan daripada jaring, karena alat
28
tangkap bubu tidak merusak habitat ikan di laut, berbeda dengan jaring yang dapat
merusak karang jika tersangkut dan adanya campur tangan manusia, yang tidak
menutup kemungkinan akan merusak karang dengan cara menginjaknya pada saat
membenahi jaring yang tersangkut.
4.2. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua
4.2.1. Berdasarkan habitat
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang hidup di perairan dangkal
Karang Congkak beraneka ragam, dalam penelitian ini akan disajikan hasil
tangkapan total ikan kakatua yang berasal dari sekitar karang dan sekitar lamun
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
61
27
20
(a)
55
26
14
2
4
2
3
Selang kelas (mm)
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
seperti pada Gambar 7.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
24
14
11
5
3
1
Selang kelas (mm)
Gambar 7. Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) karang dan (b) lamun
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang berada di perairan dangkal
Karang Congkak dilihat dari dua habitat yaitu karang dan lamun. Ekosistem karang
dan lamun sangat mempengaruhi kehidupan ikan-ikan yang ada, biasanya terdapat
banyak makanan serta menjadi pelindung bagi predator. Perairan Karang Congkak
dihuni oleh banyak spesies ikan dengan sebaran ukuran yang tidak terlalu besar
dikarenakan perairannya relatif dangkal.
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat ikan kakatua menyebar di sekitar karang
dan lamun dimulai dari selang 79-100 mm sampai selang 277-298 mm. Ikan kakatua
yang tersebar di sekitar karang terlihat lebih banyak dan lebih merata pada berbagai
ukuran. Ikan kakatua di sekitar karang memiliki frekuensi terbesar pada selang 123-
29
144 mm yaitu sebanyak 61 ekor. Ikan kakatua yang berada pada perairan sekitar
karang tersebar secara merata dengan jumlah yang relatif banyak hanya dari selang
79-100 mm sampai 189-210 mm, kemudian pada selang 211-232 mm sampai 277298 mm frekuensi ikan kakatua tidak mencapai 5 ekor pada tiap selang.
Ikan kakatua yang tersebar di sekitar lamun memiliki jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan kakatua yang tersebar di sekitar karang dan tidak tersebar
merata pada tiap ukuran. Ikan kakatua di sekitar lamun memiliki frekuensi terbesar
pada selang 123-144 mm yaitu sebanyak 24 ekor. Sama seperti selang ukuran ikan
kakatua yang tersebar di sekitar karang juga memperoleh frekuensi terbanyak pada
selang 123-144 mm. Akan tetapi pada selang 79-100 mm, 233-254 mm, 255-276
mm dan terakhir 277-298 mm tidak ditemukan sama sekali ikan kakatua di sekitar
lamun, hal ini dikarenakan jumlah ikan kakatua yang tertangkap lebih banyak di
sekitar karang dibandingkan di sekitar lamun.
Perairan dangkal Karang Congkak dihuni oleh ikan kakatua yang berukuran
relatif kecil, dapat diduga perairan dangkal Karang Congkak hanya dijadikan
sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah asuhan (nursery
ground) khususnya bagi ikan kakatua. Secara umum ikan kakatua memiliki tubuh
yang kecil, jenis ikan dengan ukuran lebih besar dari 200-300 mm jarang ditemui.
Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit karang, lubang,
cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya
cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton 1992).
Jumlah dan biomassa ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan
lamun pada dasarnya bergantung dari ketersediaan makanan, ikan kakatua yang
dewasa bervariasi yakni di antara 110-1000 mm, meskipun mayoritas terletak dalam
rentang 200-500 mm (Wright 1993 in Choat et al. 1996). Berdasarkan hasil
tangkapan di habitat karang dan lamun ikan kakatua yang tertangkap termasuk ke
dalam ikan kakatua dewasa karena paling banyak tertangkap pada selang ukuran 100
mm ke atas. Selain itu, ikan kakatua dengan ukuran yang kurang dari 200 mm
merupakan ikan kakatua betina, karena ikan kakatua jantan memiliki ukuran yang
lebih besar daripada ikan kakatua betina (FAO 2001).
Perubahan jenis kelamin ikan kakatua yang disertai dengan perubahan ukuran
ikan kakatua menjadi lebih besar dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan.
30
Ikan kakatua yang merupakan ikan herbivor dapat memakan alga pada karang mati,
kotoran karang, memakan permukaan pasir dan ada juga yang menyebutkan ikan
kakatua menjadikan lamun sebagai pakan utama. Sehingga jumlah ikan kakatua di
sekitar karang dan lamun akan berlimpah. Terkait dengan lamanya ikan kakatua
bertambah besar berarti berubah juga jenis kelaminnya dapat terjadi setelah ikan
kakatua hidup selama 3-4 tahun (Choat et al. 1996).
4.2.2. Berdasarkan alat tangkap
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang tertangkap dengan menggunakan
bubu dan jaring di perairan dangkal Karang Congkak dalam penelitian kali ini
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
58
37
24
25
11
2
Selang kelas (mm)
3
2
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
disajikan pada Gambar 8.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
27 29
27
10
6
6
1
1
3
Selang kelas (mm)
Gambar 8. Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring
Penangkapan ikan di perairan harus memperhatikan berbagai macam jenis alat
tangkap yang sesuai untuk menangkap ikan. Ikan kakatua di perairan dangkal
Karang Congkak ditangkap dengan menggunakan bubu dan jaring, sehingga dapat
dibandingkan sebaran ukuran ikan kakatua yang tertangkap dengan jaring dan yang
tertangkap dengan bubu.
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat sebaran ukuran ikan kakatua yang
tertangkap dengan bubu dan jaring di perairan dangkal Karang Congkak dimulai dari
selang 79-100 mm hingga 277-298 mm. Ikan kakatua yang tertangkap dengan bubu
memiliki frekuensi tertinggi pada selang 123-144 mm sebanyak 58 ekor. Akan tetapi
pada selang terkecil 79-100 mm dan yang terbesar 277-298 mm ikan kakatua tidak
31
ada yang tertangkap sama sekali. Hal ini dikarenakan bubu merupakan alat tangkap
pasif sehingga ikan-ikan dengan ukuran tertentu saja yang tertangkap sesuai dari
mulut bubu.
Ikan kakatua yang tertangkap dengan menggunakan jaring memiliki frekuensi
terbesar pada selang 145-166 mm sebesar 29 ekor, pada selang 79-100 mm dan 123144 mm ikan kakatua yang tertangkap memiliki jumlah yang sama yaitu 27 ekor.
Selang tersebut tidak beda nyata dan cenderung lebih merata dalam menangkap ikan
kakatua berdasarkan ukuran. Dapat dilihat alat tangkap jaring mampu menangkap
ikan kakatua dengan selang terkecil dan selang yang terbesar, hal ini berbeda dengan
alat tangkap bubu yang tidak mampu menangkap ikan kakatua pada selang tersebut.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa alat tangkap jaring
ternyata lebih baik untuk menangkap ikan kakatua dibandingkan dengan alat
tangkap bubu, karena dengan alat tangkap jaring didapatkan variasi ukuran dari yang
terkecil hingga yang terbesar. Akan tetapi, alat tangkap jaring juga memiliki
kelemahan yaitu tidak bisa dipakai dalam berbagai kondisi harus melihat cuaca dan
keadaan alam, karena apabila kondisi alam sedang tidak baik, nelayan tidak akan
melaut dan menggunakan jaring untuk menangkap ikan, berbeda dengan alat
tangkap bubu yang dapat ditinggal selama beberapa hari di laut, dengan kata lain
tidak memerlukan usaha yang lebih untuk menangkap ikan.
Penggunaan alat tangkap ikan kakatua jika dilihat dari segi konservasi yang
berarti memperhatikan kesejahteraan sumberdaya ikan beserta habitatnya yakni
harus menggunakan alat tangkap yang tidak merusak, dalam hal ini penggunaan alat
tangkap bubu lebih baik karena dalam operasi penangkapannya dilakukan dengan
pelan-pelan tidak buru-buru yang dapat berakibat pada rusaknya karang oleh injakan
kaki nelayan seperti pengoperasian alat tangkap jaring.
Sebaran ukuran ikan kakatua yang terdapat pada perairan dangkal Karang
Congkak memiliki ukuran yang berbeda-beda, yakni berkisar dari selang 79-100
mm hingga selang 277-298 mm, secara keseluruhan ikan kakatua yang tertangkap di
sekitar karang dan lamun serta yang tertangkap dengan alat tangkap bubu dan jaring
memiliki frekuensi terbanyak pada selang 123-144 mm. Berdasarkan data tersebut
pada perairan ini banyak dihuni ikan-ikan yang relatif kecil, karena dilihat dari
sebaran ukuran ikan kakatua yang tertangkap di perairan dangkal lebih banyak pada
32
ukuran kecil. Perairan dangkal (0-2 meter) Karang Congkak diduga menjadi daerah
feeding ground atau tempat mencari makan, dan nursery ground atau daerah asuhan,
hal ini sesuai dengan pernyataan FAO tahun 2001 bahwa ikan Scaridae termasuk
ikan pemakan alga yang berasal dari terumbu karang yang terdapat di perairan
tersebut. Selain itu, ikan kakatua mempunyai penyebaran yang tidak luas,
kebanyakan mendiami perairan dangkal, ikan kakatua akan mendiami tempat
tersebut lebih lama dan populasi sekarang sudah terancam dengan kepunahan (FAO
2001).
4.3. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua yang Dominan Tertangkap
Ikan kakatua yang dominan tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak
adalah spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Kedua spesies ini selalu
tertangkap lebih banyak dibandingkan spesies Scaridae yang lain. Sebaran frekuensi
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
56
28
17
30
10
3
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
Scarus psittacus dan Scarus ghobban disajikan pada Gambar 9.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
17
6
Selang kelas (mm)
4
24
8
2
1
1
Selang kelas (mm)
Gambar 9. Sebaran frekuensi panjang, (a) Scarus psittacus dan (b) Scarus ghobban
Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua (Scaridae) di
perairan dangkal Karang Congkak menemukan 7 spesies ikan kakatua dengan
jumlah tangkapan yang berbeda satu sama lain. Dari ketujuh spesies yang ditemukan
terdapat 2 spesies yang selalu didapatkan dengan jumlah yang lebih banyak dari 5
spesies lain yaitu Scarus psittacus dan Scarus ghobban.
Berdasarkan sebaran frekuensi panjang pada Gambar 9 dapat dilihat selang
ukuran dari dua spesies dominan tersebut. Scarus psittacus memiliki frekuensi
33
terbanyak pada selang 123-144 mm dengan jumlah 56 ekor, sedangkan Scarus
ghobban memiliki frekuensi terbanyak pada selang 145-166 mm dengan jumlah 24
ekor. Selang tersebut menggambarkan bahwa kedua spesies dominan yang
tertangkap di perairan Karang Congkak tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan
keberadaan 2 spesies tersebut di perairan dangkal diduga hanya untuk mencari
makan (feeding ground) dan sebagai daerah asuhan (nursery ground).
Informasi dari nelayan yang sering menangkap ikan di perairan dangkal
Karang Congkak juga menyebutkan bahwa kedua spesies yang tertangkap dengan
alat pada saat penelitian merupakan spesies yang biasa nelayan dapatkan dalam
jumlah terbanyak dibandingkan dengan spesies kakatua yang lain. Hal ini
menunjukkan kedua spesies ikan kakatua yang dominan tertangkap tersebut masih
tersedia dalam jumlah banyak di perairan dangkal Karang Congkak.
Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang tertangkap pada saat penelitian jika
dilihat dari pengamatan visual kedua ikan tersebut berenang bergerombol dengan
sesama spesies, sehingga jika dilakukan penangkapan dengan alat tangkap bubu dan
jaring ikan yang bergerombol tersebut akan tertangkap bersama-sama, karena berada
pada tempat dan waktu yang sama saat dilakukan penangkapan. Hal ini berbeda
dengan kelima spesies ikan kakatua yang lain cenderung terlihat berenang tidak
terlalu banyak di perairan dan populasi spesies tersebut tidak sebanyak Scarus
psittacus dan Scarus ghobban. Secara keseluruhan famili Scaridae merupakan ikan
yang hidup bergerombol di sekitar karang dan lamun pada perairan dangkal, dengan
ukuran yang relatif kecil agar tubuh ikan dapat menyesuaikan diri untuk masuk ke
celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun.
Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di
dasar perairan (Wooton 1992).
4.4. Sebaran Frekuensi Panjang Spesies Ikan Kakatua Dominan
4.4.1. Berdasarkan habitat
Ikan kakatua yang ada di perairan dangkal Karang Congkak hidup di daerah
sekitar karang dan lamun dan menyebar berdasarkan ukuran yang berbeda-beda.
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang dominan yaitu Scarus psittacus dan
34
Scarus ghobban. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus berdasarkan habitat
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
41
27
17 16
8
2
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
karang dan lamun disajikan pada Gambar 10.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
12 15
Selang kelas (mm)
3
2
1
Selang kelas (mm)
Gambar 10. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) karang dan (b) lamun
Ikan Scarus psittacus yang tertangkap di sekitar karang dan lamun jumlahnya
berbeda dan memiliki selang yang berbeda juga. Ikan Scarus psittacus yang
tertangkap di sekitar karang sebanyak 111 ekor, sedangkan yang tertangkap di
sekitar lamun sebanyak 33 ekor. Sebaran frekuensi terbesar ikan Scarus psittacus
yang tertangkap di sekitar karang adalah pada selang 123-144 mm dengan jumlah 41
ekor, sedangkan frekuensi terbesar yang tertangkap di sekitar lamun adalah pada
selang yang sama 123-144 mm dengan jumlah 15 ekor.
Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan terhadap ukuran ikan Scarus
psittacus yang hidup di sekitar karang dan lamun, karena memiliki frekuensi yang
terbesar pada selang ukuran yang sama, akan tetapi ikan Scarus psittacus pada
selang 79-100 mm tidak tertangkap sama sekali di sekitar lamun, sedangkan di
sekitar karang pada selang tersebut mendapatkan jumlah 17 ekor. Perbedaan selang
ukuran ini menunjukkan bahwa ikan Scarus psittacus yang hidup di sekitar karang
mempunyai sebaran ukuran yang lebih beragam dan berjumlah lebih banyak
dibandingkan dengan ikan Scarus psittacus yang hidup di sekitar lamun.
Berdasarkan literatur menyebutkan kebiasaan makan dari ikan kakatua famili
Scaridae adalah pemakan alga pada karang dan bebatuan, akan tetapi dapat
ditemukan juga di sekitar lamun (Allen 1999). Mengingat kedua ekosistem hidup
berdampingan dan berdekatan, jadi apabila ikan kakatua yang beredar di sekitar
35
karang juga ditemukan di sekitar lamun dengan variasi ukuran yang bermacammacam.
Sebaran ukuran yang tidak terlalu besar pada setiap habitat yaitu karang dan
lamun dapat menunjukkan bahwa ikan Scarus psittacus yang ada pada kedua daerah
tersebut diduga untuk mencari makan dan menjadikan daerah asuhan saja. Karena
berdasarkan literatur secara umum ikan karang berukuran kecil agar tubuhnya dapat
berlindung di celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun
lamun (Wooton 1992). Besarnya ukuran ikan juga dipengaruhi oleh kedalaman
perairan, karena berdasarkan pengamatan visual ikan-ikan yang mendiami perairan
dangkal relatif berukuran lebih kecil daripada ikan-ikan yang mendiami perairan
yang lebih dalam. Berdasarkan informasi nelayan juga menyebutkan ikan kakatua
yang terdapat pada habitat karang dan lamun di perairan dangkal Karang Congkak
memiliki ukuran yang relatif kecil.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban di sekitar karang dan lamun
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
6
3
11
16
7
2
1
1
Selang kelas (mm)
frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
disajikan pada Gambar 11.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
1
6
8
1
Selang kelas (mm)
Gambar 11. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) karang dan (b) lamun
Ikan Scarus ghobban yang tertangkap di sekitar karang dan lamun juga
mempunyai perbedaan ukuran. Ikan Scarus ghobban yang ditemukan di sekitar
karang sebanyak 47 ekor dan di sekitar lamun ditemukan sebanyak 16 ekor dengan
selang yang ukuran yang berbeda-beda.
Ikan Scarus ghobban yang ditemukan di sekitar karang memiliki frekuensi
terbesar pada selang 145-166 mm dengan jumlah 16 ekor dan yang ditemukan di
sekitar lamun memiliki frekuensi terbesar pada selang 145-166 mm dengan jumlah 8
36
ekor. Kedua habitat karang dan lamun sama-sama menjadi tempat hidup bagi ikan
Scarus ghobban yang memiliki ukuran kecil, karena perairannya relatif dangkal
sehingga tidak ditemukan ikan Scarus ghobban yang berukuran besar.
Ikan Scarus ghobban dengan selang terkecil yaitu 79-100 mm tidak ditemukan
di sekitar lamun melainkan ditemukan di sekitar karang dengan jumlah 6 ekor. Hal
ini menunjukkan ikan Scarus ghobban yang hidup di sekitar karang lebih
bermacam-macam ukurannya, sama seperti Scarus psittacus yang ditemukan di
sekitar karang juga beragam ukurannya. Selain karena jumlahnya yang lebih banyak
di karang daripada di lamun, distribusi ikan kakatua dipengaruhi oleh kedalaman
perairan.
Penelitian ini juga menemukan ikan kakatua banyak ditemukan di perairan
dangkal dengan ukuran relatif kecil dan hidup di sekitar karang dan lamun.
Ketersediaan makanan di sekitar karang dan lamun lebih banyak daripada perairan
yang tidak ada karang dan lamun. Apalagi ikan kakatua termasuk ikan pemakan alga
yang ada di karang mati.
Berdasarkan sebaran frekuensi panjang yang dibedakan atas habitat dan alat
tangkap, frekuensi terbesar ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban ditemukan
pada selang 123-144 mm dan 145-166 mm, hal ini dapat menunjukkan dari semua
hasil penelitian tersebut ikan kakatua yang tersebar di perairan dangkal Karang
Congkak memiliki ukuran yang relatif kecil, karena berdasarkan literatur secara
umum ikan karang berukuran kecil, jenis ukuran yang lebih besar dari 200-300 mm
jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit
karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk
tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton
1992). Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang ditemukan merupakan ikan
kakatua yang dominan ditemukan, jumlah tangkapannya pun berbeda jauh dengan
spesies ikan kakatua yang lain. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang
banyak ditemukan tersebut keberadaan populasinya masih berlimpah di alam
khususnya perairan dangkal Karang Congkak, oleh karena itu perlindungan spesies
ikan kakatua dengan intensitas penangkapan yang tidak terlalu banyak dan
membiarkan ikan kakatua berukuran kecil dapat tumbuh besar terlebih dahulu,
dengan demikian kelangsungan hidup terumbu karang dapat terjaga yang merupakan
37
habitat bagi ikan kakatua karena persaingan hidup dengan algae sebagai makanan
ikan kakatua dapat terkendali.
4.4.2. Berdasarkan alat tangkap
Ikan kakatua yang tertangkap pada saat penelitian dengan menggunakan bubu
dan jaring menunjukkan ukuran yang beragam, terutama spesies dominan yang
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
35
19
12
7
3
Selang kelas (mm)
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
tertangkap. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus disajikan pada Gambar 12.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
17
21 18
9
3
Selang kelas (mm)
Gambar 12. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) bubu dan (b) jaring
Populasi ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak sangat berlimpah,
selain itu sumberdaya ikan yang lain juga sangat banyak, sehingga banyak nelayan
yang menangkap ikan di perairan Karang Congkak. Nelayan Karang Congkak pada
umumnya menggunakan alat tangkap bubu, jaring dan pancing. Karena ikan kakatua
tidak bisa dipancing, nelayan mendapatkan ikan kakatua dari hasil bubu dan jaring,
mengingat ikan kakatua bukan termasuk tangkapan utama melainkan sebagai
tangkapan tambahan atau sampingan.
Ikan kakatua yang dominan tertangkap pada perairan dangkal Karang Congkak
adalah Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Alat tangkap bubu yang menangkap
spesies Scarus psittacus selama penelitian berjumlah 76 ekor dan Scarus psittacus
yang tertangkap oleh jaring berjumlah 68 ekor. Ikan Scarus psittacus yang
tertangkap oleh bubu mempunyai frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm
dengan jumlah 35 ekor, sedangkan pada selang 79-100 mm tidak ada ikan Scarus
psittacus yang tertangkap. Kemudian ikan Scarus psittacus yang tertangkap dengan
38
jaring memiliki frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm dengan jumlah 21 ekor,
sedangkan pada selang terkecil yaitu selang 79-100 mm ikan Scarus psittacus yang
tertangkap mencapai 17 ekor.
Berdasarkan kedua hasil sebaran frekuensi panjang ikan Scarus psittacus yang
tertangkap dengan bubu dan jaring terdapat perbedaan, yaitu pada selang terkecil
alat tangkap bubu tidak dapat menangkap ikan Scarus psittacus, akan tetapi alat
tangkap jaring mampu menangkapnya. Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap
jaring lebih baik dalam menangkap ikan khususnya ikan Scarus psittacus, karena
alat tangkap jaring mampu menangkap ukuran ikan yang paling kecil dari ikan
contoh yang didapat.
Alat tangkap jaring yang menangkap ikan scarus psittacus dengan selang
terkecil dapat membantu penelitian untuk melihat sebaran populasi ikan di perairan
dangkal Karang Congkak, sehingga kedepannya lebih mempersiapkan alat tangkap
jaring dengan berbagai ukuran mata jaring. Ikan kakatua yang hidup bergerombol
untuk mencari makan dapat tertangkap dengan jaring karena dengan menebar di
tempat yang banyak ikan dapat menangkap ikan yang lebih banyak dengan berbagai
ukuran, akan tetapi harus memperhatikan kehidupan habitat tempat ikan tersebut
tinggal, jangan sampai rusak terkena jaring.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu dan
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(a)
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
jaring disajikan pada Gambar 13.
15 17
3
7
2
Selang kelas (mm)
1
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(b)
6
1
2
6
1
1
Selang kelas (mm)
Gambar 13. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) bubu dan (b) jaring
39
Alat tangkap bubu dan jaring yang mendapatkan ikan Scarus ghobban
mempunyai jumlah yang berbeda dengan sebaran ukuran yang beragam. Alat
tangkap bubu mendapatkan Scarus ghobban sebanyak 45 ekor, sedangkan alat
tangkap jaring mendapatkan 17 ekor. Kedua alat tangkap tersebut memperoleh
selang ukuran yang berbeda-beda.
Ikan Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu memiliki frekuensi
terbesar pada selang 145-166 mm, sedangkan Scarus ghobban yang tertangkap oleh
jaring memiliki frekuensi terbesar pada selang 79-199 mm dan 145-166 mm dengan
jumlah tangkapan sebanyak 6 ekor. Berdasarkan data tersebut ikan Scarus ghobban
mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Perbedaannya terdapat pada alat
tangkap yang menangkap ikan tersebut, alat tangkap bubu tidak dapat menangkap
selang ukuran yang terkecil, sedangkan alat tangkap jaring mampu mendapatkan
ikan Scarus ghobban pada selang terkecil. Hal ini menunjukkan alat tangkap jaring
lebih baik karena mampu mendapatkan ikan Scarus ghobban dengan ukuran yang
paling kecil.
Ikan kakatua bukan merupakan ikan yang menjadi tangkapan utama bagi
nelayan, akan tetapi dengan melihat populasinya yang melimpah di alam harus
diperhatikan pengelolaannya agar tidak mengalami kepunahan. Penyebaran ikan
kakatua spesies Scarus ghobban di perairan dangkal Karang Congkak memiliki
selang ukuran yang tidak terlalu besar, karena dengan melihat hasil tangkapan
nelayan yang menangkap ikan kakatua jenis Scarus ghobban juga menangkap
dengan ukuran yang tidak terlalu besar.
Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu dan
jaring mempunyai perbedaan pada frekuensi selang yang tertangkap. Ikan Scarus
psittacus mendapatkan frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm, sedangkan ikan
Scarus ghobban mendapatkan frekuensi terbesar pada selang 79-100 mm dan 145166 mm, masing-masing pada setiap alat tangkap.
Kedua spesies ikan kakatua yang dominan tersebut tidak tertangkap pada
selang yang terkecil dengan menggunakan bubu, akan tetapi dengan menggunakan
jaring keduanya dapat tertangkap. Hal ini menunjukkan dari ukuran terkecil kedua
ikan kakatua yang dominan tersebut, hanya tertangkap dengan jaring, akan tetapi
jika dibandingkan dengan jumlah tangkapan, alat tangkap bubu lebih banyak
40
menangkap, dikarenakan perbedaan effort penangkapan, karena pada saat
penangkapan di awal penelitian, alat tangkap jaring tidak sering digunakan
mengingat kondisi alam yang tidak baik dengan besarnya angin, setelah itu, ketika
penelitian akan berakhir kondisi alam sudah membaik sehingga memungkinkan
untuk menggunakan jaring.
4.5. Hubungan Panjang Bobot
Hubungan panjang bobot ikan betujuan untuk melihat pola pertumbuhan ikan
dengan parameter panjang dan bobot, dengan kata lain hubungan panjang-bobot
digunakan untuk menduga bobot melalui panjang atau sebaliknya. Analisis
hubungan panjang bobot menggunakan data panjang total dan bobot basah ikan
kakatua yang dominan untuk melihat pola pertumbuhan ikan kakatua di perairan
dangkal Karang Congkak. Hubungan panjang bobot disajikan pada Gambar 14.
(a)
W=
R² = 0,962058
r = 0,9808
(b)
250
0,000026L2,925261
0,000029L2,887394
W=
R² = 0,931851
r = 0,9653
200
Berat (gr)
Bobot (gr)
160
140
120
100
80
60
40
20
0
150
100
50
0
0
50
100
150
200
250
0
Panjang (mm)
100
200
300
Panjang (mm)
Gambar 14. Hubungan panjang-bobot, (a) Scarus psittacus (b) Scarus ghobban
Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan panjang-bobot ikan kakatua
(famili Scaridae) yang dominan tertangkap, yaitu spesies Scarus psittacus dan
Scarus ghobban diperoleh persamaan pada Scarus psittacus adalah W = 0.000026 L
2,9252
, dan persamaan pada Scarus ghobban adalah W = 0,000029 L
2,8873
dengan
nilai b sebesar 2,9253 dan 2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05)
terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan kakatua spesies Scarus psittacus dan
Scarus ghobban memiliki pola pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan panjang
seimbang dengan pertambahan bobot (Effendie 2002).
41
Pola pertumbuhan ikan kakatua spesies Scarus psittacus di perairan dangkal
Karang Congkak sesuai dengan pola pertumbuhan Scarus psittacus di perairan
Pantai Tenggara Nagapattinam, India, dengan nilai b sebesar 2,9. Kemudian pola
pertumbuhan Scarus ghobban berbeda dengan pola pertumbuhan Scarus ghobban,
juga dalam literatur yang sama, diperoleh hasil bahwa peningkatan panjang lebih
cepat daripada bobot tubuh (Veeramani T et al. 2010). Perbedaan nilai b dapat
disebabkan oleh musim, jenis kelamin, area, temperatur, fishing time, fishing vessel
dan tersedianya makanan (Osman 2004 in Lelono 2007). Hal ini dapat diduga juga
bahwa perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah dan variasi ukuran
ikan yang diamati, karena jumlah ikan kakatua yang diamati tidak terlalu banyak.
4.6. Implementasi Untuk Pengelolaan Ikan Kakatua (Famili Scaridae)
Pengelolaan sumberdaya ikan kakatua (Scaridae) untuk mencegah terjadinya
kepunahan ikan kakatua adalah dengan perlindungan habitat. Ikan kakatua yang
tertangkap pada saat penelitian berada di sekitar karang dan lamun yang merupakan
tempat mencari makan ikan yang hidup di perairan dangkal. Selain itu, ikan kakatua
yang tertangkap memiliki ukuran yang relatif kecil. Ukuran ikan kakatua yang masih
kecil lebih baik dibiarkan hidup di alam, untuk memberikan kesempatan kepada ikan
kakatua yang berukuran kecil tersebut agar dapat memijah, sehingga dalam hal ini
harus diperhatikan pengaturan alat tangkap yang lebih cocok.
Perlindungan spesies dapat ditekankan pada pengaturan penangkapan.
Kebanyakan nelayan Karang Congkak menangkap ikan kakatua di daerah terumbu
karang yang rusak, seharusnya kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan karena ikan
kakatua yang hidup di sekitar karang yang rusak akan membantu pertumbuhan
kembali karang tersebut, karena alga yang menempel di karang akan habis dimakan
oleh ikan kakatua sehingga pertumbuhan karang dapat dikendalikan karena tidak
dipenuhi dengan alga. Perairan dangkal Karang Congkak mendapatkan cahaya
matahari yang langsung mengenai karang yang ada di tempat tersebut, aktivitas
fotosintesis sangat cepat sehingga selalu tersedia makanan untuk ikan kakatua
(Hakim 2009).
Selain itu, campur tangan dari Pemerintah Daerah Administrasi Kepulauan
Seribu sangat diperlukan, dengan operasi rutin untuk mengawasi berbagai aktivitas
42
manusia di sekitar perairan dangkal Karang Congkak, sehingga berbagai bentuk
kegiatan yang dapat merusak biota harapannya dapat dicegah, karena rusaknya alam,
punahnya biota, dan bencana alam lainnya kebanyakan adalah ulah manusia yang
tidak memperhatikan kelangsungan hidup agar tetap lestari. Daerah perairan dangkal
Karang Congkak banyak ditemukan nelayan yang menangkap ikan dari berbagai
daerah di Kepulauan Seribu. Karena berdasarkan informasi perairan dangkal Karang
Congkak masih merupakan tempat yang sesuai untuk hidup berbagai biota perairan,
dengan kejernihan air, hamparan karang dan lamun yang masih baik. Oleh karena itu
ikan-ikan masih dapat hidup di perairan dangkal Karang Congkak dengan kondisi
lingkungan yang masih baik.
Mengenai pengelolaan ikan kakatua yang ada di perairan Karang Congkak
harus diterapkan prinsip pengelolaan terpadu yakni pengelolaan habitatnya agar
diperhatikan untuk keberlangsungan hidup ikan, perlindungan spesies dengan
memperhatikan ukuran ikan kakatua yang tertangkap, dan adanya control dari pihak
yang terkait dan kerjasama masyarakat di sekitar perairan Karang Congkak.
Keterkaitan satu sama lain antara manusia dengan sumberdaya ikan kakatua di laut
sangat penting, jika kesadaran manusia akan pentingnya sumberdaya ikan bagi
kehidupan yang berkelanjutan, keberadaan jenis tiap spesies ikan akan terjaga
dengan baik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ini adalah:
1. Komposisi jenis ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak yang
tertangkap ada 7 spesies, berurut dari mulai yang tertangkap paling banyak, yaitu
Scarus psittacus, Scarus ghobban, Scarus rivulatus, Scarus frenatus, Scarus
chameleon, Leptoscarus vaigiensis dan Scarus quoyi. Ikan Scarus psittacus dan
Scarus ghobban yang dominan tertangkap.
2. Ikan kakatua yang tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak memiliki
struktur ukuran yang terbanyak pada selang 123-144 mm. Ukuran sebesar itu
merupakan ukuran ikan kakatua yang sesuai untuk hidup di perairan dangkal,
karena mampu masuk ke dalam cekungan, celah-celah karang, dan daun-daun
lamun untuk berlindung dari predator.
3. Pola pertumbuhan dengan melihat hubungan panjang-bobot ikan kakatua (Famili
Scaridae) yang dominan tertangkap, yaitu spesies Scarus psittacus dan Scarus
ghobban diperoleh persamaan pada Scarus psittacus adalah W = 0.000026 L
2,9252
, dan persamaan pada Scarus ghobban adalah W = 0,000029 L 2,8873 dengan
nilai b sebesar 2,9253 dan 2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05)
terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan kakatua spesies Scarus psittacus
dan Scarus ghobban memiliki pola pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan
panjang seimbang dengan pertambahan bobot.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian yang mengkaji aspek reproduksi ikan kakatua
terkait dengan ikan kakatua yang termasuk ikan hermafrodit protogini, dan memiliki
dua fase untuk memijah, yaitu fase inisial dan fase terminal. Apabila struktur ukuran
ikan kakatua untuk memijah sudah diketahui, selanjutnya dapat di terapkan
implikasi untuk pengelolaan dengan acuan dari penelitian ini lebih ditekankan
pengelolaan tentang habitat ikan kakatua tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Allen G. 1999. A field guidd for anglers and divers: Marine fishes of south east
Asia. Singapore: Periplus edition (HK) Ltd. 292 p.
Bellwood DR. 1994. A phylogenetic study of the parrotfishes famili Scaridae
(pisces: Labroidei), with a revision of genera. Department of Marine Biology.
James Cook University of North Queensland, Townsville. Qld 4811.
Australia. 86 p.
Barclay JL. 2009. A survey of Scaridae on champagne marine reverse, dominica wi.
Department of Wildlife and Fisheries Sciences. Texas A&M University.
College station, TX 77840. 7 p.
Choat JH, Axe LM & Lou DC. 1996. Growth and longevity in fishes of the family
Scaridae. Department of Marine Biology. James Cook University,
Townsville. Queensland 4811. Australia. Vol. 145: 33-41 p.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantama.
163 hlm.
El-Sayed Ali T, Osman AM, Abdel-Aziz SH, & Bawazeer FA. 2010. Growth and
longevity of the protogynous parrotfish, Hipposcarus harid, Scarus
ferrugineus and Chlorurus sordidus (Teleostei, Scaridae), off the eastern
coast of the Red Sea.
[FAO] Food and Agriculture Organitation. 2001. The living marine resources of the
western central pacific, volume 6 Bony part 4 (Labridae to Latimeriidae),
estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. FAO.
Rome, Italy. 3468 p.
Kume G, Kubo Y, Yoshimura T, Kiriyama T, & Yamaguchi A. 2009. Life history
characteristics of the protogynous parrotfish Calotomus japonicus from
northwest Kyushu, Japan. Ichthyol Res. 57: 113-120 p.
Lelono TD. 2007. Dinamika populasi dan biologi ikan lemuru (Sardinella lemuru)
yang tertangkap dengan purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi
Trenggalek, p.1-11. In: Isnansetyo A, Murwantoko, Yusuf IBL, Djumanto,
Saksono H, Dewi IP, Setyobudi E, Soeparno, Prabasunu N, Budhiyanti SA,
Ekantari N, Ptiyono SB (editor). Prosiding: Seminar nasional tahunan IV hasil
penelitian perikanan dan kelautan 28 Juli 2007. Jurusan Perikanan dan
Kelautan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nybakken JW. 1992. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. (Alih Bahasa oleh:
H.M. Eidman, Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo). Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
45
Sale PF. 2002. Coral reef fishes: Dynamics and diversity in a complex ecosystem.
ISBN: 0-12-615185-7. San Diego: Academic Press.
Sudirman & Mallawa A. 2004. Teknik penangkapan ikan. Rineka Cipta: Jakarta
Tomascik T, Mah AJ, Nontji A & Moosa MK. 1997. The ecology of Indonesian
seas. The ecology of Indonesian series. Vol VII. Singapura: Periplus Edition
Ltd. 1388 p.
Veeramani T, Ravi V, Kesavan K, & Balasubramanian T. 2010. Length-weight
relationship of parrotfish Scarus ghobban, Forsskal 1775 from Nagapattinam,
South East Coast of India. Advances in Biological Research 4 (3): 182-184 p.
Venkataramani VK & Jayakumar N. 2006. Biodiversity and biology of marine
ornamental reef fishes of gulf of mannar-parrotfishes (family: Scaridae).
Fisheries College and Research Institute. Tamilnadu Veterinary and Animal
Sciences University. Thoothukudi-628 008. 7 p.
Walpole RE. 1992. Pengantar statistic, edisi ke-3 [Terjemahan dari Introduction to
statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 515 hlm.
Widodo J & Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. 252 hlm.
Wooton RJ. 1992. Tertiary level biology: fish ecology. New York: Chapman and
Hall. X + 212 p.
www.fishbase.org. Family scaridae - Parrotfish. [terhubung berkala].
http://www.fishbase.org/summary/familysummary.php?id=364 [8 Februari
2011]
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Alat yang digunakan selama penelitian
Alat tulis
tisu
snorkle
Timbangan digital
Penggaris 30 cm
Alat bedah
Kamera digital
GPS
48
Lampiran 1. (lanjutan)
Perahu
Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan penangkapan ikan kakatua
49
Lampiran 3. Data panjang dan bobot ikan kakatua selama penelitian
a. Sampling ke-1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Nama lokal
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong kepala gede
spesies
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus frenatus
panjang (mm)
174
138
110
136
132
125
130
162
155
130
165
120
114
150
144
140
144
132
139
154
146
240
132
173
120
177
134
152
140
125
130
145
145
berat (gr)
87,7
44,5
26,9
40,2
38,2
33,1
39,3
82
68,9
37,1
76,1
29,7
267
48,4
46
44,1
50,7
37,2
46,9
57,5
47,7
156,9
38,8
84,4
29,6
81,8
42,7
63,1
43,8
30
33,3
48,4
60,7
50
b. Sampling ke-2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nama lokal
Mogong bendera
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
spesies
Scarus quoyi
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
panjang (mm)
193
155
165
204
192
113
128
184
184
222
115
155
150
137
152
135
130
142
130
135
121
153
163
130
125
117
127
138
117
123
110
115
121
128
131
139
133
124
120
124
berat (gr)
123,6
68,2
83,5
134,5
130,8
24,8
38,3
124
124
213,4
28,7
73,9
63
49,49
63,2
43,4
39,8
49,3
39,6
42,7
26,5
58,5
78,3
41,2
35,9
30,4
35,5
52,6
27,9
32,9
22,3
27,8
35,6
38
40,2
47,7
43,2
36,9
31,8
36,4
51
No
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Nama lokal
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong Iler
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lepu
Mogong lepu
Mogong lepu
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
spesies
panjang (mm)
Scarus psittacus
117
Scarus psittacus
122
Scarus psittacus
110
Scarus psittacus
114
Scarus psittacus
121
Scarus psittacus
122
Scarus psittacus
132
Scarus psittacus
170
Scarus psittacus
170
Scarus ghobban
146
Scarus ghobban
134
Scarus ghobban
160
Scarus ghobban
172
Scarus ghobban
160
Scarus ghobban
172
Scarus ghobban
166
Scarus ghobban
149
Scarus ghobban
137
Scarus ghobban
127
Scarus ghobban
158
Scarus ghobban
152
Scarus ghobban
212
Scarus ghobban
152
Scarus ghobban
158
Scarus ghobban
147
Scarus chameleon
170
Scarus chameleon
170
Leptoscarus vaigiensis
179
Leptoscarus vaigiensis
238
Leptoscarus vaigiensis
238
Scarus frenatus
144
Scarus frenatus
163
Scarus frenatus
152
Scarus frenatus
134
Scarus frenatus
144
Scarus frenatus
139
Scarus frenatus
134
Scarus frenatus
112
berat (gr)
29,3
34,1
25,9
28,4
32,9
36,9
43,2
85,6
85,6
46,6
36,9
94,9
90,9
94,9
90,9
69,7
51,2
44,8
37,1
59,8
55,4
157,6
55,4
59,8
51,2
65,4
65,4
68,8
183
183
62,5
81,2
63,2
118,9
62,5
46,4
42,5
23
52
c. Sampling ke-3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama lokal
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape putih
Mogong lepu
Mogong lepu
spesies
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus chameleon
Leptoscarus vaigiensis
Leptoscarus vaigiensis
panjang (mm)
185
205
180
130
130
190
140
135
170
132
114
112
124
126
145
150
114
183
192
133
128
122
128
138
140
145
178
122
158
149
130
177
205
172
190
275
264
berat (gr)
100,6
153
105,3
44,5
42,2
142,5
48,1
45,7
88,9
44,3
25,2
25,1
36,4
35,5
57,7
62
32,3
100,8
104,8
41,6
36,2
33,7
36,2
47,5
54,7
55,6
102,3
32,6
67,4
56
40,3
84,2
134,9
35
96,1
368
266
53
d. Sampling ke-4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nama lokal
Mogong bendera
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
spesies
Scarus quoyi
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
panjang (mm)
208
229
190
189
192
196
160
165
97
94
149
97
157
141
85
125
150
110
104
97
130
100
145
139
155
140
96
95
102
90
105
93
145
175
155
145
132
145
137
156
berat (gr)
154
217,3
133,8
19,9
132
123,8
72,4
78,6
14,3
14,6
58,2
16,6
57,3
51,3
13,1
33,6
56,7
24,5
19,1
17,1
46,9
20,7
60,1
53,3
74,5
55,5
16
14
18
12
14
12
52
106
72
58
44
52
46
70
54
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
Nama lokal
Mogong iler
Mogong iler
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lepu
Mogong lepu
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
spesies
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Leptoscarus vaigiensis
Leptoscarus vaigiensis
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
Scarus frenatus
panjang (mm)
140
140
193
188
150
139
145
90
96
96
120
139
100
95
91
150
142
133
279
143
180
161
162
180
187
79
85
145
97
95
140
berat (gr)
50
50
116,9
113,8
51,7
44,5
61,2
12
14
14
28
52
14
16
12
58
43,1
34,6
231
43,6
92,4
77,7
92
113,9
132,7
9
10,9
60,7
18,6
20,1
50
55
e. Sampling ke-5
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nama lokal
Mogong bendera
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong ijo
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
Mogong iler
spesies
Scarus quoyi
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus rivulatus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus psittacus
panjang (mm)
240
210
175
160
195
169
200
175
175
140
160
142
139
180
129
138
100
120
130
126
90
90
90
100
104
145
125
180
149
147
149
145
149
124
135
125
90
125
120
90
berat (gr)
246
186
112
132
132
102
186
98
100
48
68
56
52
112
46
46
20
32
50
44
14
14
14
22
26
48
44
60
62
58
58
52
52
38
42
34
14
44
30
12
56
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nama lokal
Mogong iler
Mogong iler
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape bataan
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lape putih
Mogong lepu
Mogong kepala gede
Mogong kepala gede
spesies
Scarus psittacus
Scarus psittacus
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus ghobban
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Scarus chameleon
Leptoscarus vaigiensis
Scarus frenatus
Scarus frenatus
panjang (mm)
155
104
165
145
172
165
290
280
145
147
151
134
berat (gr)
80
22
82
56
88
90
412
412
48
58
70
54
57
Lampiran 4. Komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Famili
Apogonidae
Asteroidea
Atherinidae
Balistidae
Belonidae
Chaetodontidae
Crab (Portonidae)
Dasyatidae
Diodontidae
Gerreidae
Gobidae
Hemiramphidae
Labridae
Lethrinidae
Longilinidae
Lutjanidae
Monacantidae
Mullidae
Nemipteridae
Pomacentridae
Scaridae
Scorpaenidae
Serranidae
Siganidae
Terapontidae
Total
Jumlah individu
123
1
8
3
2
32
23
1
2
9
2
19
145
64
1
11
37
10
90
76
272
3
23
348
1
1306
58
Lampiran 5. Uji statistik nilai b ikan kakatua yang dominan tertangkap
 Scarus psittacus
Jumlah tangkapan (n) : 144 ekor
Diketahui
: b (nilai pola pertumbuhan Scarus psittacus) : 2,9252, Sbi : 0,0487
Contoh perhitungan :
H0 : b = 3
H1 : b ≠ 3
t hitung 
| 2,9252  3 |
 1,5331
0,0487
ttabel (0.05,143) = 1,9767
thitung < ttabel maka gagal tolak H0. Nilai b = 3 maka pola pertumbuhan Scarus
psittacus adalah isometrik.
59
Lampiran 5. (Lanjutan)
 Scarus ghobban
Jumlah tangkapan (n) : 63 ekor
Diketahui
: b (nilai pola pertumbuhan Scarus ghobban) : 2,8874, Sbi : 0,0999
Contoh perhitungan :
H0 : b = 3
H1 : b ≠ 3
t hitung 
| 2,8874  3 |
 1,1263
0,0999
ttabel (0,05 , 62) = 1,9989
thitung < ttabel maka gagal tolak H0. Nilai b = 3 maka pola pertumbuhan Scarus
ghobban adalah isometrik.
Download