PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan gambaran umum objek penelitian, analisis, serta bahasan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. Untuk penelitian ini, informan kuncinya adalah sejumlah 7 orang, yang terdiri dari 2 ‘Bank Keliling’ dan sisanya adalah pedagang atau individu yang meminjam dari ‘Bank Keliling’ tersebut. Gambaran Objek Penelitian Pasar Rejosari, atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Salatiga dengan nama Pasar Sapi (meskipun pasar ini bukanlah pasar khusus ternak sapi seperti dulu kala) adalah satu dari banyak pasar yang ada di Salatiga, pasar ini telah berdiri sejak tahun 1980-an sebagai tempat jual beli ternak. Pasar Rejosari terletak di persimpangan Jalan Veteran, Jalan Hasanudin, Jalan Ahmad Yani, Jalan Osamaliki, dan di dukung dengan letak yang cukup strategis karena pasar ini menjadi jalur yang menghubungkan 3 kota, yaitu Solo, Semarang, dan Magelang, selain itu terdapat terminaljalur Salatiga-Kopeng yang letaknya bersebelahan dengan pasar. Sehingga memungkinkan masyarakat yang tinggal di daerah Kopeng berkunjung atau melakukan transaksi jual beli di pasar Rejosari, mengingat daerah Kopeng adalah sentra penghasil buah dan sayur segar sehingga pasar Rejosari ramai di kunjungi. Namun pada tahun 2008 pasar Rejosari mengalami kebakaran sehingga pemkot Salatiga berinisiatif membuat pasar darurat di area terminal. Para pedagang pun kehilangan tempat untuk berdagang, bahkan tidak sedikit yang barang dagangannya ludes terbakar.Pasar Rejosari sebenarnya akan di bangun kembali oleh pemkot Salatiga, namun terjadi masalah tarik ulur antara investor. Hal ini terjadi karena dari 3 calon investor yang mendaftar, ketigatiganya tidak mengirimkan dokumen prakualifikasi sebagai syarat peserta lelang untuk mendaftar (Suara Merdeka, Rabu, 18 Agustus 2010). Karena inilah, pedagang di pasar Rejosari harus menempati tempat yang bersifat seadanya, beratap seng dan dinding papan, kayu atau seng. Keadaan ini tentunya membuat pedagang dan pembeli merasa tidak nyaman. Terlebih lagi jalannnya yang berlubang dan becek jika turun hujan. Keadaan Pasar Setelah Dilalap Si Jago Merah Pasca kebakaran yang terjadi pada 2008 yang lalu, para pedagang berupaya tetap berjualan seperti biasa dan mendirikan pasar darurat di area terminal dengan lapak yang telah di sediakan oleh pengelola pasar. Namun hingga saat ini pembangunan Pasar Rejosari mengalami tarik ulur investor sejak terjadinya kebakaran. Melihat kondisi pasar darurat Rejosari saat ini cukup memprihatinkan karena menempati lapak yang kecil dan sederhana dengan kondisi jalan yang berlubang dan becek jika hujan sehingga, pembeli atau pengunjung tidak merasa nyaman. Selain itu produk atau barang yang di jual kurang lengkap, hal ini membuat pendapatan pedagang di pasar Rejosari menurun karena pembeli berpindah ke pasar yang dirasa lengkap untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pedagang hanya bisa pasrah dengan keadaan. Sedangkan pedagang yang kehilangan banyak barang dagangannya ada yang gulung tikar dan kembali ke desanya, ada pula yang masih berusaha untuk bertahan dan berjualan seperti biasa setelah pasar dipindah ke terminal. Confidence, Trust, and Habit Di pasar ini, ‘Bank Keliling’ adalah sosok pria atau wanita yang mampu memberikan solusi keuangan kepada pedagang yang mengalami kesulitan. Mereka biasanya dapat ditemui di pasar menjelang pasar siang hari . Mereka di kenal dekat dengan para pedagang pasar karena hampir setiap hari berinteraksi dengan pedagang, mulai dari situlah mereka menawakan jasanya. Para pedagang lebih suka menyebut nama mereka langsung atau para nasabahnya menyebut mereka dengan nama ‘Bank Keliling’. ‘Bank Keliling’ di pasar Rejosari memberikan pinjaman dana kepada para pedagang dengan rasa saling percaya (trust) sebagai dasarnya karena pedagang tidak perlu memiliki jaminan apapun. Jika mereka belum mengenal pemohon pinjaman, maka mereka akan bertanya kepada pedagang lain, atau nasabah mereka sendiri. Selain itu, mereka juga menilai pemohon atau calon nasabah untuk menentukan apakah nantinya dapat mengembalikan pinjaman atau tidak. Setelah yakin (confident) bahwa calon nasabah atau pemohon dapat mengembalikan pinjaman dari hasil penilaian tersebut, kemudian mereka akan diberi pinjaman sedikit dahulu karena masih belum begitu mengenal nasabah baru tersebut. Setelah memberikan pinjaman, ‘Bank Keliling’ ini akan mengenal lebih dekat dengan nasabah karena mereka di sini tidak bersikap kaku dalam berinteraksi dengan nasabah. Paling tidak mereka akan datang setiap seminggu sekali atau setiap hari sesuai dengan hari yang sudah di sepakati guna menarik angsuran atau cicilan ke nasabah. Dengan sikap yang seperti itulah ‘Bank Keliling’ di Pasar Tradisional Rejosari dapat mengenal nasabah lebih jauh mengenai kemajuan usahanya, dan bahkan hingga kesulitan yang mereka alami. Dari kedekatan ini, maka terjalin hubungan yang baik sehingga pada akhirnya antara ‘Bank Keliling’ dengan nasabah timbul rasa saling percaya (trust), pinjaman dapat dibayar lunas, walau kadang kala nasabah tidak bisa membayar angsuran secara penuh sesuai dengan yang sudah disepakati. Nasabah tidak merasa terbebani dengan adanya biaya admistrasi serta bunga yang tinggi yang dikenakan ‘Bank Keliling’ ini karena kemudahan dalam meminjam dana (yang tanpa agunan), hingga proses pencairan dana yang tidak memakan waktu selama berhari-hari. Efek dari ‘trust’ ini pun tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Dengan kemudahan pedagang dalam meminjam uang dari ‘Bank Keliling’, maka timbul kebiasaan (habit) dari pedagang untuk meminjam dana dari ‘Bank Keliling’ saat membutuhkan dana, sehingga ‘Bank Keliling’ menjadi pilihan pedagang untuk mendapatkan dana yang cepat dan mudah. Pedagang A Pedagang B Pedagang C Meminjam modal Meminjam modal Meminjam modal Ditafsir, dipinjami modal Ditafsir, dipinjami modal Bank Keliling Ditafsir, dipinjami modal Sumber : Data Primer Diolah Prosedur Peminjaman, Pembayaran Angsuran, dan Pelunasan. ‘Bank Keliling’ yang biasa di temui di pasar sapi ini biasanya menarik angsuran nasabah pada siang hari antara pukul 12.00 hingga 13.00 siang, di mana pasar tidak terlalu ramai pembeli sehingga mereka leluasa menemui nasabah dan nasabah-pun tidak merasa terganggu. Namun, beberapa ‘Bank Keliling’ ada yang sudah berada di pasar pada pukul 10.00 pagi. ‘Bank Keliling’ menyediakan jasa mereka untuk para pedagang yang membutuhkan dana. Tentunya mereka melihat dan menafsirkan kemampuan membayar nasabah mereka dahulu sebelum memberikan pinjaman. Awalnya ‘Bank Keliling’ mendekati pedagang yang belum mereka kenal misalnya, untuk kemudian memberitahukan maksud kedatangan mereka dan memberikan informasi tentang jasa yang mereka tawarkan. Berdasarkan informasi dari ‘Bank Keliling’ yang telah diwawancarai, maka dapat di simpulkan bahwa biasanya mereka telah memiliki nasabah atau telah terlebih dahulu mengenal nasabah atau calon-calon nasabahnya. Inilah yang kemudian mendasari transaksi atau peminjaman antara ‘Bank Keliling’ dengan pedagang. Dengan adanya “channel” mereka memulai menawarkan jasa mereka, ‘Bank Keliling’ bisa dengan mudah menawarkan jasa keuangan ke pedagang lain dari mulut ke mulut. Pinjamannya pun beragam, mulai dari Rp 500.000,00, hingga Rp 2.000.000, yang tentunya maksimal pinjaman yang bisa dipinjam oleh nasabah ditimbang dengan kemampuan nasabah itu sendiri dan tergantung dengan ‘Bank Keliling’ mana yang digunakan jasanya. Dan bunga yang dikenakan ke nasabah, mulai dari 10-20%, sangat tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman di bank atau BPR. Selain bunga yang tinggi, peminjam juga dikenai potongan sebagai biaya administrasi. Potongan dan bunga ini jumlahnya berbeda-beda tergantung dengan jasa dari ‘Bank Keliling’ mana yang digunakan. Contoh, jika ada nasabah yang ingin meminjam dari ‘Bank Keliling’ A (dengan potongan sebesar Rp 20.000,00), sebesar Rp 500.000,00, maka nasabah akan mendapatkan pinjaman dengan jumlah yang telah di potong, dengan perhitungan : Rp 500.000,00 – Rp 20.000,00 = Rp 480.000,00. Sehingga nasabah hanya menerima pinjaman sebesar Rp 480.000,00. Saat pedagang diwawancarai apakah mereka tidak keberatan dengan ini, Ibu Jumini pun tidak keberatan, “Engga lah, kan itu emang sudah ketentuannya, kita juga emang butuh uangnya..”1. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Jumiati yang tidak keberatan dengan persyaratan dari ‘Bank Keliling’, “Engga kok mas, saya juga butuh, apalagi gampang kalo pinjem dari mereka (‘Bank Keliling’), engga ribet”2 Satu hal yang membuat ‘Bank Keliling’ menjadi tujuan atau tempat yang di manfaatkan pedagang untuk meminjam uang adalah nasabah dapat menentukan jangka waktu pembayaran dan besaran angsuran yang mampu mereka bayar, karena melihat kondisi pedagang yang tidak setiap hari ramai pembeli. 1 2 Wawancara dengan Ibu Jumini, penjual makanan, 52 tahun, tanggal 18 Juli 2013. Pukul 13.00 WIB Wawancara dengan Ibu Jumiati, penjual sayuran, 36 tahun, tanggal 18 Juli 2013. Pukul 13.45 WIB Analisis Kredit 5C Versi ‘Bank Keliling’. Pedagang A Bertanya tentang pedagang B Pedagang B Ditafsir, mencari tahu tentang pedagang B Pedagang C Bertanya tentang pedagang B Teman / Kenalan di Pasar Bertanya tentang pedagang B Memberi informasi tentang pedagang B Mengajukan pinjaman Bank Keliling Memberi informasi tentang pedagang B Memberi informasi tentang pedagang B Sumber : Data Primer Diolah Untuk peminjaman modal / kredit, ‘Bank Keliling’ menggunakan analisis 5C. Pertama, mereka melihat apa yang pedagang di pasar jual. Lalu mereka mencari informasi tentang calon nasabahnya dengan cara menanyai nasabah mereka yang berada di pasar yang sama atau orang-orang di pasar mengenai calon nasabah tersebut. Saat ditanya bagaimana menilai calon nasabah, Pak Syamto mengatakan, “Ya ditafsir orangnya, mas.”3. ‘Ditafsir’ merupakan cara moneylenders menilai calon nasabah dengan Analisis Kredit 5C yang tidak berbeda jauh dengan Analisis Kredit 5C yang digunakan bank. Mereka mencari tahu tentang watak (character), modal (capital) yang mereka miliki, modal disini dilihat dari lapak dan barang dagangan mereka, kondisi (condition) dan prospektif penjualan barang dagangan mereka dalam satu hari dan ke depannya, serta kapasitas (capacity) calon nasabah mereka sendiri, berapa yang bisa dibayar per-harinya, baik jika sedang keadaan pasar sepi ataupun ramai. Setelah dinilai, kemudian dapat dilihat dan mereka yakin, pedagang mana yang dapat mengembalikan pinjaman yang nantinya ingin mereka ajukan. Untuk agunan (collateral) sendiri memang mereka tidak menanyai calon pedagang, apa yang bisa diagunkan, karena mereka tidak memasang syarat untuk agunan. Ini artinya selama calon nasabah lolos ke-4 kriteria tersebut, calon nasabah bisa mendapatkan pinjaman tanpa harus memberikan jaminan, dan ini jugalah yang membuat para ‘Bank Keliling’ ini 3 Wawancara dengan Bapak Syamto, ‘Bank Keliling’, 43 tahun, tanggal 12 Juli 2013. Pukul 12.00 WIB ‘populer’ di kalangan pedagang. Saat ditanya kenapa tidak memakai agunan Bapak Syamto yang kerap disapa Pak To menjawab, “Ya, karena kita tahu kan mas, mereka cuma butuh dana engga besar kaya kalo pinjam dari bank. Jadi ya kita percaya mereka aja.”4. Maka analisa kredit 5C versi ‘Bank Keliling’ akan menjadi seperti berikut : 1. Analisis watak (Character), calon nasabah dilihat watak dan perilaku calon nasabah, latar belakang, sifat-sifat, maupun itikad. Mereka mencari tahu tentang watak calon nasabah dengan cara bertanya dengan orang lain seperti pedagang lain atau nasabahnya, atau dengan cara berinteraksi langsung dengan calon nasabah. 2. Analisis kemampuan (Capacity), calon nasabah dilihat kemampuan membayar mereka dengan cara melihat usaha yang dimiliki serta pendapatan seharinya dan telah berapa lama mereka menjalankan usahanya. 3. Analisis modal (Capital), mengukur kemampuan calon nasabah dalam menyediakan modal sendiri, serta keuntungan yang didapat perharinya. 4. Analisis kondisi / prospek usaha (Condition),melihat apakah usaha dari calon nasabah prospektif atau tidak, dan kondisi ekonomi dari calon nasabah sendiri. 5. Analisis agunan (Collateral), analisis ini tidak dipakai, karena mereka tidak mengharuskan calon nasabah menyerahkan jaminan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada awalnya setelah pedagang ditafsir, ‘Bank Keliling’ yakin (confident) dengan kemampuan pedagang bahwa mereka dapat mengembalikan dana yang dipinjam, dan setelah berinteraksi setiap harinya maka timbullah kepercayaan (trust) dan kemudian kebiasaan (habit) diantara mereka. ‘Bank Keliling’ Di Mata Para Pedagang ‘Bank Keliling’ meminjamkan jasa modal tanpa harus memberikan jaminan,ini jugalah yang membuat para ‘Bank Keliling’ ini ‘populer’ di kalangan pedagang. Mayoritas pedagang di pasar tradisional Rejosari Salatiga meminjam dari ‘Bank Keliling’. Mereka mengaku bahwa jasa peminjaman modal yang diberikan oleh ‘Bank Keliling’ tersebut lebih efektif dan efisien. Efektif dalam artian, dana yang dipinjam langsung dapat dimanfaatkan nasabah, tepat dengan pasar dan keadaan ekonomi, termasuk juga persyaratannnya yang tidak rumit dan memakan waktu yang lama. Serta efisien, karena dana yang dipinjam langsung bisa digunakan nasabah dan dan jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan nasabah. 4 Wawancara dengan Bapak Syamto tanggal12 Juli 2013. Pukul 12.00 WIB Dengan pinjaman ini, pedagang bisa menggunakannya untuk tambahan modal, atau bahkan bisa mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari saat mereka membutuhkan uang. Selain itu, para pedagang sudah menganggap persyaratan dari ‘Bank Keliling’ sebagai hal yang biasa. Kebiasaan ini pulalah yang kemudian membuat hubungan pedagang ataupun nasabah dekat dengan ‘Bank Keliling’, bahkan mereka kerap kali diundang di acara perkawinan saudara dari pedagang jika pun ada.