BAB II BAHAN RUJUKAN Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut pada suatu periode akuntansi tertentu. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Myer dalam bukunya “Financial Statement Analysis” yang diterjemahkan oleh S. Munawir (2004:5) dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya SAK “Standar Akuntansi Keuangan” kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraph 7, halaman 2 menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. (IAI, 2004:2) 6 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Kegunaan Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak pemakai laporan keuangan. Pihak-pihak pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi: 1. Investor Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasinya. Laporan keuangan juga memberikan informasi untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya apakah harus membeli, menanam atau menjual investasi, serta memberikan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. 2. Manajemen Laporan keuangan diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan. Selain itu, dengan mengetahui posisi keuangan 7 perusahaannya pada periode yang baru lalu manajemen akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. 3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Laporan keuangan diperlukan untuk mengambil keputusan dalam memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan. Selain itu, informasi keuangan juga dibutuhkan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Kreditor (pemberi pinjaman) Informasi keuangan memungkinkan pemberi pinjaman untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Laporan keuangan diperlukan pelanggan untuk mengetahui informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Informasi keuangan diperlukan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Karyawan Laporan keuangan memberikan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan yang memungkinkan karyawan melakukan penilaian 8 atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut S.Munawir (2004:13), laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal atau laba ditahan. NERACA (BALANCE SHEET) Pengertian neraca menurut S. Munawir (2004:13) dalam bukunya menyatakan bahwa: “Naraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”. Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang, dan modal. Berikut ini akan dibahas mengenai tiga bagian utama dari neraca: 1. Aktiva (Harta) Pengertian aktiva menurut Kamus Akuntansi (2000:59) adalah: “Segala sesuatu yang bernilai komersial yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau individu yang diharapkan bisa memberi manfaat di masa yang akan datang”. 9 Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu: A. Aktiva Lancar (Current Assets) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Adapun yang termasuk aktiva lancar adalah: a. Kas, yaitu uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. b. Investasi Jangka Pendek, yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. c. Piutang Wesel, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. d. Piutang Dagang, yaitu tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit. e. Persediaan, bagi perusahaan perdagangan pengertian persediaan yaitu semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufacturing persediaan 10 yang dimiliki meliputi: persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. f. Piutang Penghasilan atau Piutang yang Masih Harus Diterima, yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. g. Persekot atau Biaya yang Dibayar Dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. B. Aktiva Tidak lancar (Non Current Assets) Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Adapun yang termasuk aktiva tidak lancar adalah: a. Investasi Jangka Panjang, yaitu pemanfaatan dana dengan cara penanaman modal baik dalam bentuk saham, obligasi, pembelian aktiva tetap ataupun dalam bentuk investasi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh tambahan pendapatan. b. Aktiva Tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit) dan digunakan dalam operasi perusahaan yang 11 bersifat permanen serta mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap antara lain: Tanah yang diatasnya didirikan bangunan untuk operasi perusahaan, Bangunan, baik bangunan untuk kantor, toko, maupun pabrik, Mesin-mesin, Inventaris, Kendaraan dan alat-alat lainnya. c. Aktiva Tetap Tidak Berwujud, yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam aktiva tetap tidak berwujud antara lain, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan sebagainya. d. Beban yang ditangguhkan, yaitu menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang, atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Dengan demikian aktiva ini harus dihapuskan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan umur kegunaannya. Yang termasuk kelompok ini antara lain biaya pemasaran, diskonto obligasi, biaya pembukuan perusahaan, biaya penelitian, dan sebagainya. e. Aktiva lain-lain, yaitu menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya. Misalnya, gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang, dan sebagainya. 12 2. Hutang (Kewajiban) Pengertian Hutang Menurut S. Munawir (2004:18) adalah sebagai berikut: “Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: A. Hutang Lancar Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Adapun yang termasuk hutang lancar antara lain sebagai berikut: a. Hutang Dagang, yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. b. Hutang Wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu di masa yang akan datang. c. Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. d. Biaya yang Masih Harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 13 e. Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, yaitu sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. f. Penghasilan yang Diterima Dimuka, yaitu penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisasi. B. Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Adapun yang termasuk hutang jangka panjang, diantaranya: a. Hutang Obligasi b. Hutang Hipotik, yaitu hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu. c. Pinjaman Jangka Panjang yang Lain. 3. Modal Menurut S. Munawir (2004:19) pengertian modal adalah: “Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”. Bentuk-bentuk Neraca Bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai, tetapi bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut: 14 1. Bentuk Skontro (Account Form), dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan atau kredit. 2. Bentuk Vertikal (Report Form), dalam bentuk ini semua aktiva nampak di bagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal. 3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki nampak dengan jelas. Laporan Laba Rugi Pengertian laporan laba rugi menurut S. Munawir (2004:26) adalah sebagai berikut: “Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu”. Prinsip-prinsip umum yang biasanya diterapkan dalam penyusunan laba rugi adalah sebagai berikut: 1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan jasa) diikuti dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi. 15 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar operasi perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil, sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi 1. Single Step, disebut juga bentuk ringkas. Dalam bentuk ini pendapatan baik pendapatan usaha maupun pendapatan di luar usaha dikelompokkan dalam pendapatan, demikian juga beban, beban usaha dan beban di luar usaha dikelompokkan menjadi beban. 2. Multiple Step, disebut juga bentuk rinci. Dalam bentuk ini pendapatan di luar usaha dihitung setelah laba usaha (setelah pendapatan usaha dikurangi beban usaha), lalu dihitung beban di luar usaha. Laporan Laba yang Ditahan Menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:73) dalam bukunya “Manajemen Keuangan”: “Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen”. Dalam laporan laba rugi dicantumkan pendapatan yang diperoleh pada tahun tertentu, dividen kas yang dibagikan dengan perubahan saldo laba yang ditahan pada awal dan akhir tahun tersebut. 16 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Sifat Laporan Keuangan Menurut S. Munawir dalam bukunya (2004:6) mengatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report” Keterbatasan laporan keuangan Dilihat dari sifatnya, laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan seperti yang diuangkapkan oleh S. Munawir (2004:9) antara lain: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu 17 disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang. Misalnya reputasi dan prestasi perusahaan. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informsi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Akan tetapi laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan pengolahan lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan untuk dua periode atau lebih, dan penganalisisan lebih lanjut, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu juga akan dapat mendukung keputusan ekonomi yang akan diambil bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Leopold A. Bernstein yang diterjemahkan oleh Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan” (2002:52) adalah sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi 18 keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang”. Dengan penganalisisan terhadap laporan keuangan, akan sangat bermanfaat selain untuk kelangsungan perusahaan, juga akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan pada hakekatnya merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan dasar pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, mengingat data yang disajikan oleh laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi. Selain itu analisis laporan keuangan juga akan mampu mengurangi dan mempersempit berbagai ketidakpastian. Teknik Analisis Laporan Keuangan Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan menurut S. Munawir (2004:36) adalah sebagai berikut: 1. Analisa perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. kenaikan atau penurunan dalam prosentase. 19 d. perbandingan yang dinyatakan dengan ratio. e. prosetase dari total. 3. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), yaitu suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik, atau bahkan turun. 4. Laporan dengan prosentase per komponen (common size statement), yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 5. Analisa Sumber dan penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam suatu periode tertentu. 6. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), yaitu suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 7. Analisa Ratio, yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 20 8. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), yaitu merupakan suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor dari suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lainnya atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 9. Analisa Break-Even, yaitu suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan untuk berbagai tingkat penjualan. Modal Kerja Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sumber dan penggunaam modal kerja sangat erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan modal kerja yang cukup perusahaan tidak akan mengalami kesulitan keuangan yang dapat menghambat operasi perusahaan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan. Jadi, kestabilan atau perputaran sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan. 21 Pengertian Modal Kerja Pengertian modal kerja menurut Lasmanah dan suskim Riantani dalam bukunya “Manajemen Keuangan” (2002:54): “Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik berubah bentuknya dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun”. Sedangkan menurut Kamus Akuntansi pengertian modal kerja adalah sebagai berikut: “Modal kerja (Working Capital) adalah aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar”. Menurut S. Munawir (2004:114) ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu: 1. Konsep Kwantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). 2. Konsep Kwalitatif Konsep ini menitikberatkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. 22 3. Konsep Fungsionil Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sumber Modal Kerja Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari: 1. Hasil Operasi perusahaan, yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. 2. Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga (investasi jangka pendek), surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. 3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar, sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. 4. Penjualan Saham atau Obligasi, untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru 23 atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila: 1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, yaitu meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian behan atau barang dagangan, supplies kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya. 24 2. Kerugian-kerugian, baik yang diderita oleh prusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya. 3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. 4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya, yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat barkurangnya modal kerja. 5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang, yang meliputi hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar. 6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal keja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tetapi untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah. 25 Menurut S. Munawir (2004:117) dalam bukunya menyatakan bahwa modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: a. Sifat atau type dari perusahaan, misalnya modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih redah apabila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut, semakin panjang waktu yang digunakan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang, semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan, apabila syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan. Tetapi apabila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. d. Syarat penjualan, semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli, akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. e. Tingkat perputaran persediaan, hal ini menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. 26 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, laporan keuangan perusahaan biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan laba ditahan. Meskipun masing-masing laporan tersebut telah memuat informasi yang bermanfaat, akan tetapi belum satupun yang mampu memeberikan informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi perubahan selama periode tertentu. Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun laporan prubahan modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Menghitung perubahan modal kerja selama periode tertentu 2. Menganalisis perubahan saldo rekening-rekening tak lancar, untuk menentukan sumber dan penggunaan modal kerja 3. Menyusun laporan posisi keuangan berbasis modal kerja. Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Suatu analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting baik bagi pihak manajemen perusahaan maupun pihak-pihak lainnya, karena analisis sumber dan penggunaan modal kerja di buat untuk memberikan ringkasan transaksi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Informasi mengenai sumber dan penggunaan modal kerja, dapat memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modal kerjanya. Informasi ini bermanfaat bagi manajemen untuk dapat 27 mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efktif di masa mendatang. Selain itu informasi ini juga bermanfaat bagi pihak lainnya seperti para kreditur, dengan mengetahui sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. 28