Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan tersebut pada suatu periode akuntansi tertentu.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Myer dalam bukunya “Financial Statement Analysis” yang
diterjemahkan oleh S. Munawir (2004:5) dalam bukunya “Analisa Laporan
Keuangan” pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode
untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau
daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba.
Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus
atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya
SAK “Standar Akuntansi Keuangan” kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan paragraph 7, halaman 2 menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas,
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga”. (IAI, 2004:2)
6
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak pemakai laporan keuangan. Pihak-pihak pemakai
laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi:
1. Investor
Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil
pengembangan dari investasinya. Laporan keuangan juga memberikan
informasi untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya
apakah harus membeli, menanam atau menjual investasi, serta memberikan
penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
2. Manajemen
Laporan keuangan diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
kepada pemilik perusahaan. Selain itu, dengan mengetahui posisi keuangan
7
perusahaannya pada periode yang baru lalu manajemen akan dapat menyusun
rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan
kebijakan-kebijakan yang lebih tepat.
3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Laporan keuangan diperlukan untuk mengambil keputusan dalam memberi
atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan. Selain itu, informasi
keuangan juga dibutuhkan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Kreditor (pemberi pinjaman)
Informasi keuangan memungkinkan pemberi pinjaman untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Laporan keuangan diperlukan pelanggan untuk mengetahui informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Informasi keuangan diperlukan untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Karyawan
Laporan
keuangan
memberikan
informasi
mengenai
stabilitas
dan
profitabilitas perusahaan yang memungkinkan karyawan melakukan penilaian
8
atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,
dan kesempatan kerja.
8. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang
yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.
Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut S.Munawir (2004:13), laporan keuangan pada umumnya terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal atau laba ditahan.
NERACA (BALANCE SHEET)
Pengertian neraca menurut S. Munawir (2004:13) dalam bukunya
menyatakan bahwa:
“Naraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”.
Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva,
hutang, dan modal. Berikut ini akan dibahas mengenai tiga bagian utama dari
neraca:
1. Aktiva (Harta)
Pengertian aktiva menurut Kamus Akuntansi (2000:59) adalah:
“Segala sesuatu yang bernilai komersial yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan atau individu yang diharapkan bisa memberi manfaat di
masa yang akan datang”.
9
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama,
yaitu:
A. Aktiva Lancar (Current Assets)
Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau
dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam
perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
Adapun yang termasuk aktiva lancar adalah:
a. Kas, yaitu uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan.
b. Investasi Jangka Pendek, yaitu investasi yang sifatnya sementara
(jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang
untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
c. Piutang Wesel, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam
undang-undang.
d. Piutang Dagang, yaitu tagihan kepada pihak lain sebagai akibat
adanya penjualan barang secara kredit.
e. Persediaan, bagi perusahaan perdagangan pengertian persediaan yaitu
semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal
neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk
perusahaan
manufacturing
persediaan
10
yang
dimiliki
meliputi:
persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi.
f. Piutang Penghasilan atau Piutang yang Masih Harus Diterima,
yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah
memberikan
jasa
atau
prestasinya,
tetapi
belum
diterima
pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.
g. Persekot atau Biaya yang Dibayar Dimuka, yaitu pengeluaran untuk
memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu
belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi pihak lain itu belum
dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode
berikutnya.
B. Aktiva Tidak lancar (Non Current Assets)
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan
relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih
dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan).
Adapun yang termasuk aktiva tidak lancar adalah:
a. Investasi Jangka Panjang, yaitu pemanfaatan dana dengan cara
penanaman modal baik dalam bentuk saham, obligasi, pembelian
aktiva tetap ataupun dalam bentuk investasi lainnya dengan tujuan
untuk memperoleh tambahan pendapatan.
b. Aktiva Tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya
nampak (konkrit) dan digunakan dalam operasi perusahaan yang
11
bersifat permanen serta mempunyai umur kegunaan jangka panjang
atau tidak habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang
termasuk aktiva tetap antara lain: Tanah yang diatasnya didirikan
bangunan untuk operasi perusahaan, Bangunan, baik bangunan untuk
kantor, toko, maupun pabrik, Mesin-mesin, Inventaris, Kendaraan dan
alat-alat lainnya.
c. Aktiva Tetap Tidak Berwujud, yaitu kekayaan perusahaan yang
secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang
mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam
kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam aktiva tetap tidak
berwujud antara lain, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan
sebagainya.
d. Beban yang ditangguhkan, yaitu menunjukkan adanya pengeluaran
atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang, atau suatu
pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode
berikutnya. Dengan demikian aktiva ini harus dihapuskan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan umur kegunaannya. Yang
termasuk kelompok ini antara lain biaya pemasaran, diskonto obligasi,
biaya pembukuan perusahaan, biaya penelitian, dan sebagainya.
e. Aktiva lain-lain, yaitu menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan
yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya. Misalnya, gedung dalam proses, tanah dalam
penyelesaian, piutang jangka panjang, dan sebagainya.
12
2. Hutang (Kewajiban)
Pengertian Hutang Menurut S. Munawir (2004:18) adalah sebagai berikut:
“Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
modal perusahaan yang berasal dari kreditor”.
Hutang atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
A. Hutang Lancar
Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Adapun yang termasuk hutang lancar antara lain sebagai berikut:
a. Hutang Dagang, yaitu hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
b. Hutang Wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang
diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah
tertentu di masa yang akan datang.
c. Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan
maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas
negara.
d. Biaya yang Masih Harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
13
e. Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, yaitu sebagian
(seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka
pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f. Penghasilan yang Diterima Dimuka, yaitu penerimaan uang untuk
penjualan barang atau jasa yang belum direalisasi.
B. Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari
satu tahun sejak tanggal neraca).
Adapun yang termasuk hutang jangka panjang, diantaranya:
a. Hutang Obligasi
b. Hutang Hipotik, yaitu hutang yang dijamin dengan aktiva tetap
tertentu.
c. Pinjaman Jangka Panjang yang Lain.
3. Modal
Menurut S. Munawir (2004:19) pengertian modal adalah:
“Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba
yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.
Bentuk-bentuk Neraca
Bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman diantara
perusahaan-perusahaan tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai, tetapi
bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
14
1. Bentuk Skontro (Account Form), dimana semua aktiva tercantum sebelah
kiri atau debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan atau
kredit.
2. Bentuk Vertikal (Report Form), dalam bentuk ini semua aktiva nampak di
bagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang serta modal.
3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan
perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan
yang dikehendaki nampak dengan jelas.
Laporan Laba Rugi
Pengertian laporan laba rugi menurut S. Munawir (2004:26) adalah
sebagai berikut:
“Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Laporan laba rugi memberikan informasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu”.
Prinsip-prinsip umum yang biasanya diterapkan dalam penyusunan laba
rugi adalah sebagai berikut:
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan jasa)
diikuti dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual, sehingga
diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum atau administrasi.
15
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar operasi
perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha
pokok perusahaan.
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil, sehingga
akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi
1. Single Step, disebut juga bentuk ringkas. Dalam bentuk ini pendapatan
baik pendapatan usaha maupun pendapatan di luar usaha dikelompokkan
dalam pendapatan, demikian juga beban, beban usaha dan beban di luar
usaha dikelompokkan menjadi beban.
2. Multiple Step, disebut juga bentuk rinci. Dalam bentuk ini pendapatan di
luar usaha dihitung setelah laba usaha (setelah pendapatan usaha dikurangi
beban usaha), lalu dihitung beban di luar usaha.
Laporan Laba yang Ditahan
Menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:73) dalam bukunya
“Manajemen Keuangan”:
“Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari
tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan
sebagai dividen”.
Dalam laporan laba rugi dicantumkan pendapatan yang diperoleh pada
tahun tertentu, dividen kas yang dibagikan dengan perubahan saldo laba yang
ditahan pada awal dan akhir tahun tersebut.
16
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Sifat Laporan Keuangan
Menurut S. Munawir dalam bukunya (2004:6) mengatakan bahwa:
“Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan
sebagai suatu progress report”
Keterbatasan laporan keuangan
Dilihat dari sifatnya, laporan keuangan memiliki beberapa
keterbatasan seperti yang diuangkapkan oleh S. Munawir (2004:9) antara
lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan
keuangan
menunjukkan
angka
dalam
rupiah
yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu
17
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga
diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.
Misalnya reputasi dan prestasi perusahaan.
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informsi penting bagi
para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.
Akan tetapi laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat
diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Dengan pengolahan lebih lanjut laporan keuangan melalui proses
perbandingan untuk dua periode atau lebih, dan penganalisisan lebih lanjut, akan
diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan
datang. Selain itu juga akan dapat mendukung keputusan ekonomi yang akan
diambil bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Pengertian analisis laporan keuangan menurut Leopold A. Bernstein yang
diterjemahkan oleh Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty dalam bukunya
“Analisis Laporan Keuangan” (2002:52) adalah sebagai berikut:
“Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
18
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang”.
Dengan
penganalisisan
terhadap
laporan
keuangan,
akan
sangat
bermanfaat selain untuk kelangsungan perusahaan, juga akan sangat bermanfaat
bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan pada hakekatnya merupakan suatu proses
analisis terhadap laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan dasar
pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa
yang mungkin akan terjadi di masa datang, mengingat data yang disajikan oleh
laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi. Selain itu analisis
laporan keuangan juga akan mampu mengurangi dan mempersempit berbagai
ketidakpastian.
Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan
menurut S. Munawir (2004:36) adalah sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan teknik
analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
19
d. perbandingan yang dinyatakan dengan ratio.
e. prosetase dari total.
3. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), yaitu suatu
metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik, atau bahkan
turun.
4. Laporan dengan prosentase per komponen (common size statement),
yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
5. Analisa Sumber dan penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisa
untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam suatu periode
tertentu.
6. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis),
yaitu suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
7. Analisa Ratio, yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
20
8. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), yaitu merupakan
suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor dari
suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lainnya atau
perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk
periode tersebut.
9. Analisa Break-Even, yaitu suatu analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai
tingkat keuntungan untuk berbagai tingkat penjualan.
Modal Kerja
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sumber dan penggunaam modal
kerja sangat erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari. Adanya modal
kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan modal
kerja yang cukup perusahaan tidak akan mengalami kesulitan keuangan yang
dapat menghambat operasi perusahaan. Akan tetapi adanya modal kerja yang
berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk
memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan
modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan. Jadi, kestabilan atau
perputaran sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi suatu
perusahaan.
21
Pengertian Modal Kerja
Pengertian modal kerja menurut Lasmanah dan suskim Riantani dalam
bukunya “Manajemen Keuangan” (2002:54):
“Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva
lancar yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik berubah
bentuknya dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam
satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai
kembali dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun”.
Sedangkan menurut Kamus Akuntansi pengertian modal kerja adalah
sebagai berikut:
“Modal kerja (Working Capital) adalah aktiva lancar dikurangi
dengan kewajiban lancar”.
Menurut S. Munawir (2004:114) ada tiga konsep atau definisi modal kerja
yang umum dipergunakan, yaitu:
1. Konsep Kwantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan
operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja
adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
2. Konsep Kwalitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan.
22
3. Konsep Fungsionil
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada
dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan
digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba
periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan
untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Sumber Modal Kerja
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1. Hasil Operasi perusahaan, yaitu jumlah net income yang nampak dalam
laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi,
jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil
operasi perusahaan.
2. Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga (investasi jangka
pendek), surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
(marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar
yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar, sumber lain yang dapat menambah
modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang,
dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan Saham atau Obligasi, untuk menambah dana atau modal kerja
yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru
23
atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah
modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi
atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya.
Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja diatas, dapat disimpulkan
bahwa modal kerja akan bertambah apabila:
1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya
pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik
perusahaan.
2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun
melalui proses depresiasi.
3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi,
hipotik, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar.
Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan,
yaitu meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian behan atau barang
dagangan, supplies kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
24
2. Kerugian-kerugian, baik yang diderita oleh prusahaan karena adanya
penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil
lainnya.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan
obligasi, dana pensiun pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang atau aktiva tidak lancar lainnya, yang mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat
barkurangnya modal kerja.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang, yang meliputi hipotik,
hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta
penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk
seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan
hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan
untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian
keuntungan
oleh
pemilik
dalam
perusahaan
perseorangan
dan
persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal keja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan,
tetapi untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah.
25
Menurut S. Munawir (2004:117) dalam bukunya menyatakan bahwa
modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain:
a. Sifat atau type dari perusahaan, misalnya modal kerja dari suatu
perusahaan jasa relatif akan lebih redah apabila dibandingkan dengan
kebutuhan modal kerja perusahaan industri.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut,
semakin panjang waktu yang digunakan untuk memproduksi atau untuk
memperoleh barang, semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan, apabila syarat kredit
yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit
uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun
barang dagangan. Tetapi apabila pembayaran atas bahan atau barang yang
dibeli harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas
yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
d. Syarat penjualan, semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan
kepada pembeli, akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal
kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang.
e. Tingkat perputaran persediaan, hal ini menunjukkan berapa kali
persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin
tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja yang
dibutuhkan semakin rendah.
26
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, laporan keuangan perusahaan
biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan laba
ditahan. Meskipun masing-masing laporan tersebut telah memuat informasi yang
bermanfaat, akan tetapi belum satupun yang mampu memeberikan informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi perubahan selama periode tertentu.
Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil
aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu dan menyajikan
sebab-sebab perubahan-perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun laporan
prubahan modal kerja adalah sebagai berikut:
1. Menghitung perubahan modal kerja selama periode tertentu
2. Menganalisis perubahan saldo rekening-rekening tak lancar, untuk
menentukan sumber dan penggunaan modal kerja
3. Menyusun laporan posisi keuangan berbasis modal kerja.
Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Suatu analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat
penting baik bagi pihak manajemen perusahaan maupun pihak-pihak lainnya,
karena analisis sumber dan penggunaan modal kerja di buat untuk memberikan
ringkasan transaksi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.
Informasi mengenai sumber dan penggunaan modal kerja, dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau
sirkulasi modal kerjanya. Informasi ini bermanfaat bagi manajemen untuk dapat
27
mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar sumber-sumber modal
kerja dapat digunakan secara efktif di masa mendatang. Selain itu informasi ini
juga bermanfaat bagi pihak lainnya seperti para kreditur, dengan mengetahui
sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan yang bersangkutan, dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
28
Download