43 BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN Evaluasi atas sistem

advertisement
BAB 4
EVALUASI DAN PEMBAHASAN
Evaluasi atas sistem akuntansi dimulai pada saat perusahaan mengalami
kekurangan bahan baku untuk produksi saat produksi berlangsung. Selain itu
evaluasi juga dilakukan pada setiap proses bisnis yang terkait siklus pengeluaran.
Evaluasi dilakukan pada prosedur pembelian, prosedur persediaan bahan baku dan
prosedur pembayaran hutang. Tujuan evaluasi sistem akuntansi pada
siklus
pengeluaran adalah:
1. Mengevaluasi sistem akuntansi pembelian, persediaan dan pembayaran
hutang.
2. Mengevaluasi struktur organisasi yang sedang berjalan saat ini.
3. Mengidentifikasi kelemahan dari sistem akuntansi yang sedang berjalan
dalam perusahaan.
4. Memberikan solusi atau rekomendasi terhadap masalah yang dihadapi oleh
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Perusahaan yang menjadi objek penelitian pada skripsi ini adalah PT. Chen
Hsi Jaya Perkasa yang bergerak di bidang manufaktur. PT. Chen Hsi Jaya Perkasa
merupakan perusahaan manufaktur yang menjaga kualitas produk hasil produksinya
demi menjaga kepuasan konsumen. Pada masa globalisasi ini semua informasi terkait
dengan aktivitas perusahaan harus dilaporkan dengan baik. Sistem akuntansi yang
efisien dan efektif akan membuat pengolahan atas data-data yang dihasilkan aktivitas
pembelian dan persediaan menjadi lebih terpercaya dan akurat .
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai evaluasi sistem akuntansi pada siklus
pengeluaran pada PT.Chen Hsi Jaya Perkasa. Dalam pengumpulan data yang
diperoleh dengan wawancara dan pengamatan.
4.1
Evaluasi terhadap Prosedur Siklus Pengeluaran
4.1.1
Evaluasi Prosedur Pembelian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada prosedur pembelian
melalui proses wawancara dan observasi, perusahaan telah mempunyai
prosedur pembelian yang berjalan dengan cukup baik, yaitu:
1. Dokumen yang digunakan dalam prosedur pembelian telah berurut nomor
cetak.
43
44
2. Telah menggunakan beberapa formulir pendukung dalam proses
pembelian
3. Perusahaan membuat laporan pembelian dan penerimaan bahan baku
bulanan.
4. Setiap dokumen yang berhubungan dengan pembelian telah diotorisasi
oleh bagian yang terlibat.
5. Fungsi atas pengeluaran kas dan pencatatan keuangan telah ada pada
perusahaan.
6. Adanya pencatatan atas barang yang masuk dan keluar dari gudang.
Terdapat beberapa permasalahan yang ada dalam prosedur pembelian
yang harus diperbaiki, yaitu:
1. Perusahaan tidak memiliki flowchart pembelian.
Perusahaan tidak memiliki flowchart dari prosedur pembelian.
Seharusnya semua prosedur pembelian digambarkan dalam bentuk
flowchart dan diberikan penjelasan secara tertulis dengan tujuan untuk
mempermudah bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut
dan memperjelas tugas fungsi dari setiap bagian yang terlibat dalam
prosedur pembelian.
Tidak adanya penggunaan flowchart dalam prosedur pembelian
dikarenakan perusahaan beranggapan belum pernah ada masalah yang
terlalu serius. Sampai saat ini informasi mengenai bagaimana prosedur itu
dijalankan disampaikan hanya secara lisan.
2. Perusahaan tidak memiliki pedoman tertulis mengenai prosedur
pembelian.
Perusahaan beranggapan komunikasi secara lisan atau melalui
pelatihan karyawan telah cukup, lebih praktis dan mudahh dimengerti
sehingga perusahaan merasa tidak perlu membuat pedoman secara tertulis
dan hanya menyampaikan secara lisan kepada karyawan karena prosedur
yang ada sekarang telah cukup berjalan dengan baik.
Prosedur pembelian yang dikomunikasikan hanya secara lisan dapat
mengakibatkan pengendalian intern menjadi lemah dan kurang efektif.
Hal ini juga diungkapkan oleh Isharijadi dan Fefi (2012), yang
45
berpendapat bahwa suatu perusahaan harus mempunyai prosedur bisnis
yang jelas sehingga dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan
pengendalian dan pengecekan kinerja karyawan
3. Terjadi rangkap fungsi dalam prosedur pembelian.
Dalam melakukan proses pembelian, banyak terjadi perangkapan
fungsi yang dilakukan perusahaan. Seperti pada saat sebelum melakukan
order pembelian, pengecekan stok gudang dilakukan oleh bagian
pembelian.
Perusahaan beranggapan adanya perangkapan fungsi dalam proses
pembelian untuk menghemat tenaga kerja dan lebih efisien dalam
melakukan pembelian. Mengacu pada pendapat Isharijadi dan Fefi (2012)
adanya perangkapan fungsi dalam perusahaan dapat mengakibatkan
terjadinya tingkat kecurangan dalam proses pembelian bahan baku dan
dapat merugikan perusahaan. Perusahaan seharusnya tidak membuat
rangkap fungsi dalam proses pembelian sehingga dapat menghindari
terjadinya kecurangan.
4. Fungsi penerimaan barang dan gudang belum dipisahkan.
Bagaian gudang bertugas juga sebagai penerima barang yang
dikirimkan oleh supplier dan juga bertugas sebagai penyimpanan barang
hal ini dikarenakan perusahaan belum memiliki bagian penerimaan. Hal
ini dapat menyebabkan terjadi penyalahgunaan wewenang yang dapat
mengakibatkan terjadi kecurangan karena bagian penerimaan dan
penyimpanan ditangani oleh bagian gudang.
Perusahaan beranggapan tidak perlu adanya pemisahan bagian gudang
bahan baku dan bagian penerimaan barang karena bagian gudang bisa
menjalani tugas sebagai bagian penerimaan dan juga pengeluaran karena
perusahaan beranggapan apabila harus membuat bagian penerimaan
yang terpisah dari bagian gudang akan menambah biaya operasional
perusahaan. Melainkan dengan adanya bagian penerimaan akan
meminimalkan terjadi kecurangan dalam penyimpanan bahan baku
sehingga dapat melindungi aset perusahaan.
46
5. Terjadi keterlambatan produksi karena ketidaktersediaan bahan baku.
Penyebab terjadinya ketidaktersediaan bahan baku ini akibat dari
adanya perangkapan fungsi di bagian pembelian karena bagian
pembelianlah yang melakukan pengecekan stok bahan baku sebelum
melakukan produksi dan kemudian bagian pembelian yang melakukan
pemesanan.
Tabel 4.1 Ringkasan Evaluasi Prosedur Siklus Pembelian
No.
Prosedur yang berjalan
1
Perusahaan
hanya
Kelemahan
memberikan Perusahaan tidak Membuat
petunjuk prosedur secara lisan.
2
telah
perusahaan
berjalan
hanya
di
operasional tertulis dan
flowchart.
flowchart.
memiliki Memisahkan tugas dan
dalam standar
operasi tanggung
disampaikan kegiatan tertulis.
secara lisan dan melalui training.
3
Dalam
melakukan
standar
memiliki
Sampai saat ini semua prosedur Tidak
yang
Rekomendasi
pembelian, Ada
jawab
berdasarkan
fungsi
masing-masing.
rangkap Pelaporan stok bahan
proses pengecekan stok bahan baku fungsi
dalam baku yang telah sedikit
dilakukan oleh bagian pembelian prosedur
dilakukan
yang
gudang dan membuat
bertugas
dalam
memilih pembelian.
supplier.
oleh
staff
permintaan pembelian
bahan
baku
kepada
bagian pembelian.
4
Setelah
bagian
melakukan
pembelian
pemesanan, Ada
rangkap Bagian
hanya fungsi
memberitahukan jumlah dan barang prosedur
apa saja yang telah di order pada pembelian.
bagian staff gudang.
dalam membuat
order.
pembelian
purchase
47
No.
Prosedur yang berjalan
Kelemahan
5
Perusahaan melakukan penawaran Tidak
Rekomendasi
memiliki Membuat
dokumen
harga secara lisan yaitu melalui dokumen
yang berkaitan dengan
telepon pada supplier.
siklus
permintaan
pengeluaran
penawaran harga lebih dari 1 rangkap.
dan
permintaan
pembelian.
6
Penerimaan atas barang yang telah Rangkap fungsi Membuat fungsi yang
dikirimkan oleh supplier dilakukan dalam
oleh bagian staff gudang.
prosedur berbeda yaitu fungsi
penerimaan
penerima barang dan
barang.
gudang
dan
(warehouse)
melakukan
perekrutan
pekerja
untuk mengisi bidang
tersebut.
7
Pelaporan atas persediaan bahan Terjadinya
baku yang menipis tidak dilakukan rangkap
sehingga
mengakibatkan dan
keterlambatan produksi.
Melakukan permintaan
fungsi pembelian bahan baku
kurangnya ketika telah mencapai
informasi
persediaan
telah
mengenai
stok mencapai
batas
bahan
baku minimum
yang telah
produksi.
ditentukan
setelah
melakukan pengecekan
stok bahan baku oleh
staff gudang.
4.1.2
Evaluasi Prosedur Persediaan Barang
Prosedur persediaan barang yang berjalan di dalam perusahaan telah
cukup baik. Hasil penelitian yang didapat terkait prosedur persediaan barang,
yaitu:
1. Bagian gudang telah melakukan pencatatan atas barang yang
keluar dari gudang.
48
2. Bagian gudang membuat laporan bulanan atas bahan baku yang
dipakai untuk produksi.
3. Pengeluaran barang dari gudang diotorisasi oleh pihak yang
terkait dengan prosedur tersebut.
4. Barang yang diminta akan langsung diberikan kepada bagian
produksi apabila barang dalam gudang masih ada persediaannya.
Dalam prosedur persediaan barang yang telah berjalan dalam
perusahaan telah cukup baik dalam pelaksanaannya, namun terdapat beberapa
kelemahan yaitu:
1. Terjadi keterlambatan
respon dari bagian
gudang dalam
mengeluarkan barang yang diminta akibat rangkap fungsi yang
dimiliki bagian gudang sebagai bagian penerimaan barang.
2. Terjadi ketidaksesuaian pengeluaran barang atas permintaan dari
bagian produksi akibat tidak ada permintaan tertulis yang jelas.
3. Belum terdapat dokumen-dokumen pendukung yang dapat
menjadi bukti pernah terjadi permintaan barang dari bagian
produksi.
4.1.3
Evaluasi Prosedur Pelunasan Hutang dan Pengeluaran Kas
Prosedur pelunasan hutang dan pengeluaran kas telah berjalan dengan
cukup baik. Hasil penelitian yang didapat terkait prosedur pelunasan hutang
dan pengeluaran kas, yaitu:
1. Perusahaan
telah
melakukan
pengecekan
terhadap
semua
dokumen yang terkait sebelum melakukan pelunasan hutang.
2. Bagian pengeluaran kas membuat laporan mengenai kas setiap
bulan.
3. Perusahaan menggunakan kas kecil jika pembelian bahan baku
secara tunai dan bernilai kecil.
4. Menggunakan dokumen bukti pengeluaran bank jika pelunasan
hutang melalui rekening giro dan bukti pengeluaran kas
perusahaan jika secara tunai dan menggunakan kas perusahaan.
49
5. Dokumen yang digunakan telah diotorisasi oleh bagian yang
terkait dalam pengeluaran kas.
Dalam prosedur pelunasan hutang usaha dan pengeluaran kas
perusahaan telah memiliki prosedur yang cukup baik dalam pelaksanaannya,
namun prosedur tersebut memiliki kelemahan yaitu:
1. Terjadi perangkapan fungsi pencatatan dan pengeluaran kas.
Dalam melakukan prosedur pelunasan hutang dan pengeluaran
kas, perusahaan memiliki bagian pengeluaran kas yang selain
bertugas dalam mengatur keuangan juga bertugas dalam mencatat
hutang perusahaan. Perusahaan menganggap tugas tersebut cukup
dilakukan oleh satu orang dan sampai saat ini belum ada masalah
yang terlalu sulit.
Dengan adanya perangkapan fungsi, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan. Karyawan dapat
melakukan manipulasi jumlah hutang yang dimiliki perusahaan
karena bagian yang bertugas dalam mencatat hutang juga bertugas
dalam mengurus keuangan dan kas perusahaan.
2. Adanya keterlambatan dalam pencatatan hutang dan pelunasan
hutang
Dikarenakan
adanya
bagian
yang
merangkap
fungsi,
pencatatan hutang mengalami keterlambatan. Sehingga terkadang,
ada beberapa transaksi yang seharusnya telah lunas belum dicatat
oleh bagian yang bertugas dalam pencatatan.
Dengan adanya keterlambatan pencatatan, dapat berpengaruh
terhadap keuangan perusahaan. Perusahaan dapat mengalami
kerugian dikarenakan jumlah kas yang ada di dalam perusahaan
tidak sesuai dengan laporan kas yang telah dibuat.
4.2
Evaluasi Terhadap Dokumen yang Digunakan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan ditemukan hanya ada beberapa jenis
dokumen yang digunakan perusahaan dalam prosedur siklus pengeluaran, yaitu:
1. Surat jalan.
2. Dokumen penerimaan barang.
50
3. Surat retur.
4. Dokumen purchase order.
5. Bukti pengeluaran kas dan bukti pengeluaran bank.
Perusahaan juga memiliki kelebihan dari dokumen yang digunakan
berdasarkan evaluasi yang dilakukan, yaitu:
1. Perusahaan telah merancang sendiri dokumen bukti pengeluaran kas dan
bank.
Perusahaan telah mempunyai rancangan yang baik pada dokumen
pengeluaran kas atau bank. Di dalam dokumen tersebut terdapat informasi
yang memadai seperti nomor dokumen,tanggal pembayaran, nama supplier,
nama, tanda tangan pihak yang mengotorisasi dan jumlah atas barang yang
harus dibayar, total pembayaran.
2. Dokumen penerimaan barang diurutkan berdasarkan nomor.
Perusahaan juga telah mempunya rancangan yang baik pada dokumen
penerimaan barang. Di dalam dokumen tersebut terdapat informasi memadai
seperti nomor dokumen, nama supplier, tanggal penerimaan, nama barang,
jumlah barang yang diterima dan jumlah barang yang harus dibayar, total
pembayaran. Serta telah dibuat rangkap atas dokumen tersebut untuk
diberkan pada bagian yang lain.
3. Perusahaan telah merancang sendiri dokumen purchase order.
Perusahaan telah memiliki rancangan sendiri pada dokumen purchase
order. Di dalam dokumen tersebut terdapat informasi memadai seperti nomor
dokumen, nama barang, jumlah barang, satuan, jumlah harga dan total
pembayaran.
Namun masih banyak kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
penggunaan dokumen dalam perusahaan yang masih harus ditambah, yaitu:
1. Tidak ada dokumen permintaan pembelian bahan baku.
Pembelian dilakukan langsung oleh purchase Manager, namun tidak
melalui dokumen permintaan pembelian atas bahan baku, purchase Manager
yang akan melakukan pengecekan sendiri atas barang yang ada di gudang dan
kemudian akan melakukan pembelian. Manager pembelian melakukan
pembelian ke supplier melalui telepon dan mulai melakukan penawaran
harga.
51
2. Dokumen purchase order hanya dibuat 1 rangkap.
Setelah melakukan penawaran harga pada supplier, manager
pembelian akan memberitahukan pada bagian staff gudang jenis barang dan
jumlah barang yang akan dikirimkan oleh supplier. Kemudian staff gudang
akan mencatat barang apa saja yang telah dipesan, kemudian bagian gudang
akan membuat purchase order dan mensesuaikannya dengan barang yang
telah dikirimkan nanti oleh supplier bersama dengan surat jalan dan membuat
bukti penerimaan barang.
3. Dokumen penerimaan barang hanya dibuat 2 rangkap.
Setelah menerima barang yang dikirimkan oleh supplier, bagian
gudang hanya akan membuat 2 rangkap dokumen penerimaan barang yang
akan diberikan kepada bagian keuangan untuk diarsipkan.
4. Tidak ada dokumen permintaan penawaran harga.
Penawaran
harga bahan
baku
dilakukan
perusahaan
dengan
menelepon satu per satu supplier. Jika harga yang ditawarkan seusai dengan
perusahaan, maka akan terjadi kesepakatan pembelian. Perusahaan kemudian
langsung melakukan order pembelian di telepon. Perusahaan tidak membuat
dokumen penawaran harga karena beranggapan lebih efisien dan lebih cepat
jika melalui lisan atau secara menelpon langung supplier.
Penawaran harga dilakukan langsung manager pembelian. Dengan
tidak adanya dokumen penawaran harga dan dokumen permintaan pembelian,
perusahaan akan mengalami kesulitan jika ingin menilai kinerja yang telah
dilakukan. Selain itu, dapat terjadi perbedaan dengan supplier mengenai
kesepakatan harga jika tidak mempunyai dokumen permintaan penawaran
harga.
5. Tidak ada kartu gudang.
Setelah barang dikirimkan, staff gudang akan melakukan pengecekan
atas kualitas dan kuantitas barang yang dikirmkan apakah telah sesuai dengan
yang dipesan, apabila ada kualitas yang tidak sesuai maka barang tersebut
akan dikembalikan pada supplier dan kemudian staff gudang akan melakukan
pencatatan dalam bukti penerimaan barang dan membuat sebuah catatan
pembukuan atas barang yang diterima dan juga keluar dari gudang, dimana
52
dokumen kartu gudang dapat digunakan sebagai bukti barang masuk dan
keluar dari gudang.
6. Dokumen bukti pengeluaran kas hanya dibuat 1 rangkap.
Setelah mendekati jatuh tempo pembayaran, perusahaan akan
mendapat tanda terima dari supplier untuk segera melunasi hutang
pembayaran. Bagian pengeluaran kas kemudian akan mengecek kembali
dokumen-dokumen
yang
berkaitan
dengan
pembelian
barang
dan
mensesuaikannya dengan tanda terima dari supplier. Kemudian, bagian
pengeluaran kas akan melaporkannya ke manger keuangan mengenai jatuh
tempo pelunasan hutang dan manager keuangan akan membuat cek.
Cek yang telah ditandatangani akan langsung diserahkan ke supplier.
Setelah itu, bagian pengeluaran kas akan membuat dokumen bukti
pengeluaran kas hanya sebanyak 1 rangkap. Dokumen ini hanya sebagai bukti
dan
diserahkan
langsung ke direktur untuk
disimpan.
Perusahaan
beranggapan dokumen bukti pengeluaran kas cukup dibuat 1 rangkap saja
karena hanya sebagai bukti untuk pembayaran dan merasa sampai saat ini
tidak memiliki masalah yang cukup sulit dalam hal pembayaran.
7. Tidak terdapat surat permintaan bahan baku.
Pada saat manager produksi melakukan permintaan bahan baku ke
bagian gudang, maka seharusnya bagian gudang menerima surat permintaan
bahan baku yang akan menjelaskan bahwa manager produksi memerlukan
sejumlah bahan baku untuk menjalankan sebuah produksi. Melainkan
permintaan bahan baku tersebut dilakukan secara lisan dengan komunikasi
langsung pada staff gudang.
Manager produksi seharusnya membuat surat permintaan bahan baku
sebagai bukti yang menunjukan permintaan bahan baku apa saja yang
dibutuhkan dan disesuaian dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh staff
gudang. Tanpa adanya surat permintaan bahan baku yang dikeluarkan
manager produksi pada saat permintaan bahan baku untuk keperluan
produksi akan mengakibatkan manager produksi akan sulit untuk menjamin
kebenaran apabila bahan baku yang dikeluarkan oleh staff gudang berbeda
dengan yang inginkan oleh manager produksi.
53
8. Tidak terdapat bukti pengeluaran bahan baku.
Jika bahan baku yang diminta oleh manager produksi tersedia di
gudang, maka staff gudang akan langsung mengeluarkan bahan baku tersebut.
Bersamaan dengan pengeluaran bahan baku tersebut, bagian gudang pun
seharusnya membuat bukti pengeluaran bahan baku, tapi hal tersebut tidak
dilakukan oleh staff gudang.
staff gudang sebagai bagian yang melakukan pengeluaran bahan baku
seharusnya membuat bukti pengeluaran bahan baku untuk menyatakan bahwa
bahan baku yang diminta telah diberikan kepada bagian produksi. bukti
pengeluaran bahan baku juga berguna sebagai alat pengendalian yang dapat
memastikan bahwa pengeluaran bahan baku telah sesuai dengan prosedur
yang ada di dalam perusahaan.
Perusahaan beranggapan tidak perlu bukti pengeluaran bahan baku
karena staff gudang tidak akan mengeluarkan bahan baku kalau manager
produksi tidak melakukan permintaan bahan baku.
Tanpa adanya bukti pengeluaran bahan baku yang dikeluarkan staff
gudang pada saat mengeluarkan bahan baku untuk keperluan produksi akan
mengakibatkan staff gudang akan sulit untuk menjamin kebenarannya. Selain
itu, tanpa bukti pengeluaran bahan baku juga mengakibatkan perusahaan
tidak
dapat
mengawasi
proses
pengeluaran
bahan
baku,
sehingga
memungkinkan terjadinya kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan
peusahaan.
4.3
Evaluasi terhadap Pengendalian Intern
4.3.1
Struktur Organisasi Perusahan
Berdasarkan struktur organisasi dan job descriptions dalam BAB
III, dapat dijelaskan bahwa struktur organisasi PT. Chen Hsi Jaya Perkasa
merupakan struktur organisasi fungsional dimana perusahaan tersebut
mengalokasikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsi atau
aktivitas y ang akan dilaksanakan.
Secara garis besar, pendendalian intern atas struktur organisasi dan
job descriptions PT. Chen Hsi Jaya Perkasa cukup baik. Hal ini terlihat
54
jelas dari uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang
telah dilaksanakan sesuai dengan penjelasan dari pihak atasan.
Namun seperti kita ketahui tidak ada satupun bentuk organisasi yang
sempurna. Struktur organisasi harus dapat memberikan gambaran
mengenai tugas dan tanggung jawab serta memliki pemisahan fungsi
untuk mencapai pengendalian intern yang baik. Hasil analisis yang
dilakukan atas struktur organisasi perusahaan menunjukkan adanya beberapa
kelemahan dalam struktur organisasi perusahaan, antara lain :
Tabel 4.2 Pengendalian Intern Struktur Organisasi Perusahaan.
No.
Yang
diterapkan Pengendalian
perusahaan
intern
Pengendalian yang belum
terhadap diterapkan
struktur
organisasi
1
Dalam perusahaan yang Pemisahan fungsi Fungsi
penerimaan
fungsi gudang dan fungsi bagian penerimaan gudang
harus
penerimaan
barang dan gudang.
belum dipisahkan.
dan
dipisahkan
agar tidak terjadi kecurangan
dalam hal tercurinya barang
dan
manipulasi
jumlah
barang dalam gudang.
2
Dalam perusahaan yang Pemisahan fungsi F.ungsi
membuat
3
laporan keuangan
keuangan
dan
dan akuntansi harus dipisahkan
keuangan adalah bagian akuntansi.
agar
pengeluaran kas bukan
penumpukan tugas di bagian
akuntansi
pengeluaran kas.
Pembayaran
hutang Pemisahan fungsi Bagian
dilaksanakan oleh bagian pembayaran
pengeluaran kas, setelah hutang
tidak
terjadi
pengeluaran
mengatur
dan pembayaran
kas
semua
hutang
dan
itu bagian pengeluaran akuntansi.
pencatatan,
sebaiknya
kas
membuat
perusahaan
memisahkan
mencatat
kedua fungsi agar terjadi
laporan
juga
dan
pelunasan hutang.
penyalahgunaan wewenang.
55
No.
Yang
diterapkan Pengendalian
perusahaan
intern
Pengendalian yang belum
terhadap diterapkan
struktur
organisasi
4
Perusahaan
tidak Tugas dari fungsi Perusahaan tidak membuat
menjelaskan
secara masing-masing
tertulis tugas-tugas dari bagian
masing-masing
secara tertulis dan jelas tugas
dibuat dari fungsi dan masing-
bagian secara tertulis dan masing bagian. Seharusnya
dan hanya menjelaskan jelas.
perusahaan membuat dengan
secara lisan.
jelas dan tertulis tugas dan
tanggung jawab fungsi dan
bagian
yang
ada
di
perusahaan.
4.3.2
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Otorisasi terhadap suatu transaksi atau dokumen merupakan hal yang
penting dalam suatu proses bisnis. Dengan adanya otorisasi, dapat mencegah
terjadinya berbagai bentuk kecurangan dalam proses transaksi. Secara
keseluruhan , sistem otorisasi dalam perusahaan masih memiliki kelemahan
dan belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang
tidak menggunakan banyak dokumen dalam proses bisnisnya sehingga tidak
ada tanda tangan dokumen yang dapat dilakukan oleh bagian yang memiliki
wewenang atau terlibat langsung dalam proses transaksi.
Seharusnya dalam penggunaan dokumen yang digunakan dalam
prosedur siklus pengeluaran, perusahaan harus menetapkan otorisasi yang
jelas, yaitu:
1. Dokumen permintaan pembelian harus diotorisasi oleh manager
produksi dan kepala gudang.
2. Dokumen purchase order diotorisasi bagian pembelian dan
mendapat persetujuan dari direktur.
3. Dokumen penawaran harga disetujui oleh bagian pengeluaran kas
dan diotorisasi oleh bagian pembelian.
56
4. Dokumen penerimaan barang diotorisasi oleh kepala gudang.
5. Bukti pengeluaran kas diotorisasi bagian akuntansi.
4.3.3
Praktik yang Sehat
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang serta
prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik
jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya. Praktik yang sehat merupakan salah satu unsur pengendalian
intern yang paling penting untuk ditetapkan perusahaan guna menjaga asset
dan menjamin keakuratan data akuntansi.
Tabel 4.3 Pengendalian Intern Praktik yang Sehat
No.
Prosedur
sedang Praktik yang sehat Yang
yang
diterapkan
berjalan
1
belum
Perusahaan
memberikan Penggunaan
nomor urut dalam formulir formulir bernomor
yang terlibat pembelian.
2
Pemilihan
penawaran
supplier
harga
urut cek.
dan Supplier
dipilih Perusahaan
langsung berdasarkan
membuat
yang dilakukan secara lisan jawaban penawaran permintaan
melalui telepon.
tidak
surat
penawaran
Harga dari berbagai Harga
supplier lain.
karena
beranggapan lebih cepat
dengan menelpon.
3
Penerimaan barang dilakukan Barang
oleh staff gudang.
diterima Tugas dari staff gudang
oleh
bagian merangkap
penerimaan.
4
Bagian yang staff gudang yang Membandingkan
menerima
barang
bertugas PO dan SJ oleh
memeriksa barang yang telah bagian penerimaan.
dikirim supplier dengan PO
dan surat jalan.
menjadi
kepala gudang juga.
57
No.
Prosedur
yang
sedang Praktik yang sehat Yang
berjalan
5
Bagian
belum
diterapkan
pengeluaran
melakukan
kas Pengecekan
harga
pengecekan terhadap faktur dari
terhadap semua dokumen yang supplier
yang
berkaitan dengan pembelian belum dibayar.
sebelum
melakukan
pembayaran.
6
Bukti kas keluar belum diberi Bukti kas keluar di
bukti
lunas
namun
ditandatangani
oleh
Belum memberikan cap
telah tanda tangani dan di bukti lunas pada bukti
bagian beri tanda cap.
kas keluar.
pengeluaran kas.
7
Perusahaan
kadang-kadang Memberikan
memberikan
cuti
karyawan
dan
kepada kompensasi lembur
memberikan atau cuti.
uang lembur pada karyawan
yang bekerja diluar jam kerja
normal.
8
Perusahaan jarang melakukan Melakukan
Dengan
pemeriksaan.
pemeriksaan
pemeriksaan
mendadak
periodik
saldo
dan dapat
melakukan
menjaga
terhadap mengetahui
kas
dan karyawan
hutang.
melakukan
dengan benar.
9
Perusahaan
setiap
bulan Memberikan batas
mempunyai laporan mengenai waktu
semua pembelian dan hutang laporan
yang dilakukan.
penyerahan
bulanan
dari masing-masing
bagian.
dadakan,
dan
apakah
telah
tugasnya
58
4.3.4
Karyawan yang Kompeten dan Bertanggung Jawab
Untuk menciptakan pengendalian intern yang efektif dibutuhkan
integritas yang tinggi dari karyawan. Perusahaan harus mempunyai karyawan
yang tepat dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Untuk menciptakan
karyawan yang kompeten dalam menjalankan tugasnya, perusahaan telah
melakukan berbagai usaha yaitu:
1. Perusahaan melakukan percobaan masa kerja bagi karyawan baru
untuk melihat kinerja karyawan baru .
2. Memberikan training bagi para karyawan.
3. Perusahaan memberikan penjelasan mengenai semua prosedur dan
peraturan yang berjalan di dalam perusahaan kepada para
karyawannya.
Selain itu, perusahaan juga memiliki beberapa kelemahan dari hasil
evaluasi yang dilakukan yaitu:
1. Perusahaan tidak melakukan seleksi penerimaan yang ketat dalam
merekrut karyawan baru.
Dalam
melakukan
proses
seleksi,
perusahaan
hanya
melakukan interview terhadap calon pelamar dan tidak melakukan
tes tertulis atau tes psikologi. Perusahaan beranggapan tidak perlu
melakukan seleksi yang ketat karena karyawan baru dapat
mendapat training serta masa percobaan kerja.
2. Perusahaan jarang melakukan promosi kenaikan jabatan dan gaji.
Untuk memotivasi para karyawan, kenaikan jabatan atau gaji
sangat diperlukan. Dengan adanya kenaikan jenjang karir dalam
perusahaan dapat membuat para karyawan semakin bertanggung
jawab dan dapat memajukan perusahaan. Namun perusahaan
jarang melakukan promosi jabatan atau kenaikan gaji bagi para
karyawannya. Ada baiknya perusahaan menaikan gaji karyawan
atau menaikkan jabatan karyawan yang mempunyai kinerja bagus
serta berkompeten. Hal ini diperlukan selain untuk menambah
motivasi juga untuk kemajuan perusahaan.
59
3. Tidak adanya training lanjutan untuk meningkatkan skill.
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karyawan juga harus
mempunyai skill yang dapat berguna dalam menjalankan fungsi
dan tugas masing-masing. Perusahaan tidak pernah melakukan
training lanjutan untuk meningkatkan skill para karyawannya.
Seharusnya perusahaan dapat mengikutsertakan karyawannya
seminar-seminar atau pelatihan yang berhubungan dengan fungsi
dan bagian mereka masing-masing di perusahaan. Dengan adanya
pelatihan, dapat meningkatkan pengalaman dan ilmu karyawan
sehingga mereka semakin dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
4.4
Usulan Perbaikan terhadap Prosedur Siklus Pengeluaran
4.4.1
Usulan Perbaikan terhadap Prosedur Pembelian
1. Membuat standar operasional perusahaan tertulis.
Ada baiknya perusahaan membuat suatu standar pedoman yang
tertulis mengenai kegiatan dan prosedur pembelian. Hal ini dibutuhkan
agar para karyawan dapat mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawab
mereka masing-masing. Selain itu, perusahaan juga dapat membuat
flowchart pembelian untuk lebih memperjelas standar operasional yang
tertulis tersebut. Dengan adanya flowchart dan prosedur pembelian secara
tertulis dapat membantu memperbaiki pengendalian intern perusahaan dan
meningkatkan operasional perusahaan.
2. Memisahkan tugas sesuai fungsi masing-masing.
Dalam proses pembelian, perusahaan memiliki banyak rangkap fungsi
dalam pembelian bahan baku. Untuk memiliki pengendalian intern yang
baik perusahaan sebaiknya menghindari terjadinya perangkapan fungsi.
Perusahaan
dapat
memisahkan
tugas
masing-masing
karyawan
berdasarkan fungsi seperti adanya fungsi pembelian, fungsi akuntansi,
fungsi gudang, fungsi penerimaan dan keuangan.
3. Menambah jumlah karyawan perusahaan.
Perusahaan tidak memiliki jumlah karyawan yang tidak cukup
sehingga terjadi perangkapan fungsi dalam prosedur pembeliannya. Ada
baiknya
perusahaan
menambah
jumlah
karyawan
yang
dimiliki
60
perusahaan. Namun, perusahaan harus melakukan proses seleksi yang
ketat dalam mencari karyawan baru. Karyawan tersebut harus sesuai
dengan kriteria yang dibutuhkan perusahaan dan mampu dalam
mengerjakan fungsi dan tanggung jawab yang diberikan padanya dengan
baik.
4. Menentukan batas minimum persediaan dalam gudang.
Untuk menghindari keterlambatan produksi, perusahaan harus
menentukan persediaan minimum titik ROP (Re-Order Point). Dimana
apabila persediaan dalam gudang telah mencapai batas minimum baiknya
perusahaan segera melakukan pemesanan akan persediaan agar ketika
dibutuhkan barang telah siap untuk dikeluarkan dan dipakai.
4.4.2
Usulan Perbaikan terhadap Prosedur Persediaan
1. Memisahkan tugas di bagian gudang.
Bagian gudang baiknya dipisah menjadi bagian penerimaan barang
dan bagian gudang agar tidak terjadi keterlambatan atas otorisasi saat
terjadi permintaan dari bagian produksi, pemisahan tugas ini dapat
meminimalisir terjadinya pemalsuan data yang dapat terjadi.
2. Membuat dokumen-dokumen pendukung terkait prosedur persediaan.
Berikut usulan untuk dokumen-dokumen pendukung dalam prosedur
permintaan barang dan pengeluaran barang dari gudang agar perusahaan
dapat mengetahui secara akurat berapa barang yang keluar masuk dari
gudang dan dokumen tersebut dapat menjadi pembanding dengan
pencatatan yang akan dilakukan, serta dapat meminimalisir terjadinya
kecurangan.
4.4.3
Usulan Perbaikan terhadap Prosedur Pelunasan Hutang
1. Memisahkan bagian pencatatan dengan bagian pengeluaran kas.
Usulan dalam melakukan pencatatan atas transaksi hutang serta
pelunasannya dilakukan oleh bagian akuntansi, baiknya perusahaan
melakukan penambahan staff di bagian accounting, agar tidak terjadi
keterlambatan dalam pencatatan serta dapat meminimalisir terjadinya
kecurangan yang dapat dilakukan oleh bagian pengeluaran kas.
61
4.5
Usulan Penambahan dan Perbaikan untuk Dokumen yang Digunakan
1. Membuat dokumen permintaan pembelian bahan baku dan
dokumen
permintaan penawaran harga.
Usulan pembuatan dokumen permintaan pembelian karena dokumen
tersebut digunakan sebagai bukti bahwa persediaan barang telah habis dan
tidak dapat melakukan produksi serta sebagai bukti bahwa manager
produksi benar membutuhkan barang tersebut. Dokumen permintaan
pembelian harus berisikan informasi mengenai nama dan jumlah barang
yang dibutuhkan dan ditandatangani oleh manager produksi dan disetujui
oleh kepala gudang.
Berikutnya adalah dokumen permintaan penawaran harga, usulan
pembuatan dokumen permintaan penawaran harga agar mempermudah
dalam pemilihan supplier dan perusahaan dapat membandingkan hargaharga dari para supplier serta memilih harga yang sesuai dengan
perusahaan.
2. Membuat kartu gudang
Kartu gudang dibuat dengan tujuan agar dapat membantu perusahaan
dalam meminimalkan terjadi penyimpangan bahan baku digudang.
Karena dengan adanya adanya kartu gudang perusahaan dapat
mengetahui bahan baku masuk, bahan baku keluar dan bahan baku yang
tersisa yang siap untuk dipakai.
3. Membuat surat permintaan bahan baku dan bukti pengeluaran bahan baku
Ada baiknya membuat dan menggunakan surat permintaan bahan
baku dan bukti pengeluaran bahan baku sebagai solusi untuk mengatasi
masalah yang telah tertera pada masalah yang timbul pada evaluasi dan
sebagai bukti bahwa barang yang diminta oleh bagian produksi telah
sesuai dengan yang dikeluarkan oleh bagian gudang.
4. Membuat dokumen yang berkaitan dengan siklus pengeluaran lebih dari 1
rangkap.
Perancangan dokumen-dokumen yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan
bisnis
perusahaan
dan
menggunakannya.
Penggunaan
dokumen tersebut ada baiknya dibuat lebih dari 1 rangkap dan diberikan
pada bagian-bagian lain yang terlibat untuk diarsipkan
62
4.6
Usulan Perbaikan Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Usulan Perbaikan Struktur Organisasi PT. Chen Hsi Jaya
Perkasa
63
Usulan uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian:
1. Manager pembelian.
Tugas manager pembelian:
a. Mengotorisasi
dokumen
dari
bagian
gudang
dan
bagian
dengan
proses
penerimaan.
b. Membuat
dokumen-dokumen
yang
terkait
pembelian.
c. Membuat laporan berkala pada direktur.
d. Bertanggung jawab atas pemilihan supplier.
e. Membuat laporan pembelian bulanan.
2. Staff gudang.
Tugas dari staff gudang adalah:
a. Melakukan pengawasan terhadap stok yang ada di dalam gudang.
b. Mengotorisasi dokumen terkait dengan pengeluaran.
c. Melakukan pencatatan atas pengeluaran barang dari gudang.
d. Mengusulkan pembelian apabila barang dalam gudang telah
mencapai stok minimum.
3. Staff penerimaan barang.
Tugas dari staff penerimaan barang adalah:
a. Melakukan pengecekan terhadap barang yang telah dikirim oleh
supplier.
b. Melakukan pencatatan atas pemasukan barang.
c. Melakukan otorisasi dokumen terkait penerimaan barang.
d. Membuat surat retur kepada supplier apabila terjadi retur
pembelian.
4. Manager produksi.
Tugas manager produksi adalah:
a. Melakukan permintaan barang ke gudang apabila membutuhkan
barang untuk produksi.
b. Melakukan pengecekan kualitas hasil produksi.
64
c. Membuat laporan produksi bulanan.
d. Menjaga kualitas hasil produksi.
e. Bertanggung jawab atas kualitas hasil produksi.
f. Membuat Bill of materials.
g. Menentukan standar produksi.
5. Manager keuangan.
Tugas dari manager keuangan adalah:
a. Mengotorisasi dokumen dari bagian pengeluaran dan penerimaan
kas.
b. Melakukan supervisi pada staff di bagian keuangan.
c. Memeriksa kebenaran rekapitalisasi gaji bulanan.
d. Verifikasi terhadap semua transaksi keuangan yang terjadi.
e. Menyiapkan cek atau giro, transfer atau pemindah bukuan.
f. Membuat laporan bulanan kepada direktur.
g. Mengatur perencanaan kas dan bank untuk kecukupan dana,
pembayaran, pembiayaan dan kebutuhan lainnya.
6. Bagian pengeluaran kas.
Tugas dari bagian pengeluaran kas adalah:
a. Bertanggung jawab atas pembayaran terhadap supplier dan
pembayaran lainnya.
b. Membuat bukti pembayaran yang di konfirmasi oleh pihak yang
menerima.
c. Menerima invoice dari supplier.
7. Accounting.
Tugas dari accounting adalah:
a. Melakukan penjurnalan dan pembukuan.
b. Membuat laporan-laporan terkait dengan semua siklus yang ada
dalam perusahaan.
c. Menghitung pajak dari perusahaan.
d. Memberikan laporan kepada Manager keuangan.
65
4.7
Usulan Perbaikan Prosedur Sistem Akuntansi Siklus Pengeluaran
4.7.1
Usulan Prosedur Pembelian
Bagian-bagian yang terlibat dalam prosedur pembelian bahan baku adalah:
1. Bagian pembelian.
2. Bagian penerimaan.
3. Bagian gudang.
4. Bagian akuntansi.
5. Bagian produksi.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam prosedur pembelian:
1. Dokumen purchase requisition (PR).
2. Dokumen purchase order (PO).
3. Surat permintaan penawaran harga (SPPH).
4. Surat jalan.
5. Faktur pembelian.
6. Surat penerimaan Barang.
7. Kartu gudang.
Uraian prosedur pembelian yang diusulkan:
1. Pembelian bahan baku dimulai ketika terjadi kekurangan barang
di suatu produksi. Manager produksi akan memberikan informasi
bahan baku apa saja yang dibutuhkan ke bagian gudang. Bagian
gudang kemudian akan mengecek ketersedian bahan baku.
Apabila bahan baku di gudang kurang atau tidak ada, maka bagian
gudang akan melakukan permintaan pembelian ke bagian
pembelian. Bagian gudang kemudian membuat dokumen purchase
requisition (PR) sebanyak 2 rangkap. Purchase requisition (PR)
kemudian akan dibuat oleh bagian gudang dan disetujui oleh
manager produksi yang dan didistribusikan kepada:
a. Rangkap-1 diserahkan ke bagian pembelian.
b. Rangkap-2 akan disimpan sebagai arsip.
66
2. Setelah menerima dokumen purchase requisition (PR) rangkap 1
dari bagian gudang, manager pembelian akan melanjutkan
purchase requisition tersebut dengan membuat surat permintaan
penawaran harga (SPPH) sebanyak 2 rangkap. Surat permintaan
penawaran harga (SPPH) akan ditandatangani oleh manager
pembelian dan akan didistribusikan kepada:
a. Rangkap-1 akan diserahkan pada supplier.
b. Rangkap-2 disimpan untuk diarsipkan.
3. Setelah mengirimkan surat permintaan penawaran harga (SPPH)
ke supplier, maka bagian pembelian akan menunggu surat balasan
dari supplier. Kemudian supplier memberikan jawaban atas surat
permintaan penawaran harga (SPPH) dengan mengirimkan surat
penawaran harga (SPH) 2 rangkap, maka bagian pembelian dapat
menentukan supplier mana yang akan dipilih sesuai dengan harga
yang ditawarkan dan dapat menguntungkan perusahaan. Surat
penawaran harga (SPH) 2 rangkap tersebut akan diberikan:
a. Rangkap-1 untuk bagian akuntansi
b. Rangkap-2 akan disimpan oleh bagian pembelian untuk
diarsipkan.
4. Setelah memilih supplier yang sesuai dengan perusahaan, bagian
pembelian akan membuat dokumen purchase order (PO)
sebanyak
4
rangkap.
Purchase
order
(PO)
kemudian
ditandatangani oleh bagian pembelian dan telah mendapat
persetujuan dari bagian keuangan.
a. Purchase order (PO) rangkap-1 dikirimkan ke supplier.
b. Purchase order (PO) rangkap-2 dikirimkan ke bagian
akuntansi
c. Purchase order (PO) rangkap-3 ke bagian penerimaan.
d. Purchase order (PO) rangkap-4 akan disimpan oleh bagian
pembelian sebagai arsip menurut nomor.
67
5. Bahan baku yang telah dipesan dari supplier akan diterima oleh
bagian penerimaan. Supplier kemudian akan menyerahkan surat
jalan (SJ) sebanyak 2 rangkap. Bagian penerimaan kemudian akan
mensesuaikan informasi bahan baku yang tertera di surat jalan
dengan dokumen purchase order (PO) rangkap-3 yang diterima
dari bagian pembelian. Jika bahan baku yang diterima tidak sesuai
maka bagian penerimaan akan membuat surat retur dan
mengembalikan sejumlah barang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi beserta dengan surat retur kepada supplier. Kemudian
supplier akan mengirimkan kembali sejumlah barang yang telah
tertera dalam surat retur. Jika bahan baku yang diterima telah
sesuai
dengan
pemesanan
yang
dilakukan
maka
bagian
penerimaan akan menandatangani surat jalan (SJ) yang diberikan
oleh supplier. Surat jalan (SJ) yang telah ditandatangani tersebut
akan diberikan:
a. Rangkap-1 akan dikembalikan lagi kepada supplier.
b. Rangkap-2 diberikan kepada bagian pembelian.
6. Kemudian bagian penerimaan akan membuat surat penerimaan
barang (SPB) sebanyak 3 rangkap, dimana dokumen itu akan
diotorisasi oleh bagian penerimaan dan didistribusikan kepada:
a. Rangkap-1 akan diberikan kepada bagian akuntansi.
b. Rangkap-2 diberikan kepada bagian pembelian.
c. Rangkap-3 akan diberikan kepada bagian gudang.
7. Setelah menerima Surat penerimaan barang (SPB) rangkap-2 dan
surat jalan (SJ) rangkap-2 dari bagian penerimaan, bagian
pembelian akan menyesuaikannya dengan dokumen PO rangkap-4
yang diarsipkan. Kemudian bagian pembelian akan mengarsipkan
PO rangkap-4 dan SPB rangkap-2 dan membuat laporan
penerimaan bahan baku (LPBB) , kemudian surat jalan (SJ)
rangkap-2 dan laporan penerimaan bahan baku (LPBB) akan
diserahkan ke bagian akuntansi.
68
8. Bagian gudang akan menerima surat penerimaan barang (SPB)
rangkap-3 dari bagian penerimaan. Dokumen ini dijadikan bukti
bahwa bahan baku yang dibeli telah diterima dan bagian gudang
kemudian akan mencatat jumlah bahan baku yang diterima ke
dalam kartu gudang dan menambahkan ke dalam jumlah persedian
bahan baku. Surat penerimaan barang (SPB) rangkap-3 kemudian
akan diarsipkan.
9. Bagian akuntansi akan menerima surat penawaran harga (SPH)
rangkap-1, laporan penerimaan bahan baku (LPBB) dan dokumen
purchase order (PO) rangkap-2 dari bagian pembelian untuk
memberitahukan bahwa telah terjadi transaksi pembelian yang
dilakukan oleh perusahaan dan perlu dicatat. Kemudian bagian
akuntansi juga akan menerima surat penerimaan barang (SPB)
rangkap-2 dari bagian penerimaan dan surat jalan (SJ) rangkap-2
dari bagian pembelian sebagai bukti bahwa bahan baku yang
dibeli telah diterima dengan baik oleh perusahaan. Bagian
akuntansi kemudian akan menyesuaikan dokumen-dokumen yang
telah diterima apakah telah sesuai dengan dokumen purchase
order (PO) yang telah dibuat. Jika telah sesuai, maka bagian
akuntansi akan menjurnalkan, membukukan ke buku besar dan
kemudian membuat laporan keuangan.
Dari prosedur-prosedur yang telah diuraikan di atas, maka prosedurprosedur tersebut akan dituangkan dalam bentuk flowchart agar dapat dilihat
secara langsung dan ringkas mengenai aliran aktivitas dan dokumen yang
terkait dalam prosedur pembelian bahan baku perusahaan dan prosedur
pencatatan hutang oleh pihak-pihak yang terkait dengan prosedur pembelian:
69
Berikut usulan flowchart prosedur pembelian:
Gambar 4.2 Usulan Flowchart Prosedur Pembelian
70
Gambar 4.3 Usulan Flowchart Pencatatan Hutang
71
4.7.2
Usulan Prosedur Persediaan Barang
Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur pengeluaran bahan baku adalah:
a. Bagian produksi/lapangan.
b. Bagian gudang bahan baku.
c. Bagian akuntansi.
Dokumen yang digunakan:
a. Surat permintaan bahan baku (SPBB).
b. Surat permintaan pembelian (SPB).
c. Bukti pengeluaran bahan baku (BPBB).
d. Kartu gudang.
e. Kartu persediaan.
Berikut adalah uraian dari prosedur pengeluaran persediaan bahan baku yang
diusulkan kepada perusahaan untuk dilaksanakan dalam kegiatan pengeluaran
barang dari gudang kepada bagian produksi:
1. Pada saat bagian produksi membutuhkan bahan baku untuk melakukan
proses produksi, maka manager produksi akan meminta bahan baku yang
dibutuhkan tersebut kepada bagian gudang membuat surat permintaan
bahan baku (SPBB) rangkap 3 dan akan didistribusikan kepada:
a. Rangkap 1 & 2: untuk bagian gudang.
b. Rangkap 3: untuk diarsip permanen menurut nomor.
2. Setelah bagian gudang menerima surat permintaan bahan baku (SPBB)
rangkap-1 dan rangkap-2 dari bagian produksi, lalu bagian gudang
memeriksa persediaan apakah bahan baku tersebut tersedia atau tidak di
gudang bahan baku. Apabila bahan baku tidak tersedia, maka bagian
gudang akan membuat surat purchase requisition (PR) sebanyak 2
rangkap dan akan didistribusikan kepada:
a. Rangkap-1: untuk bagian pembelian bersamaan dengan SPBB
rangkap-1.
b. Rangkap-2: untuk diarsip permanen menurut nomor.
72
3. Jika bahan baku yang diminta tersedia, maka bagian gudang akan
membuat bukti pengeluaran bahan baku (BPBB) rangkap 3 yang akan
didistribusikan kepada:
a. Rangkap-1: untuk bagian akuntansi, untuk dicatat ke kartu
persediaan bersamaan dengan surat permintaan bahan baku
(SPBB) rangkap-2.
b. Rangkap-2: untuk bagian produksi bersamaan dengan bahan baku.
c. Rangkap-3: untuk diarsip permanen menurut nomor dan dicatat ke
kartu gudang.
4. Setelah ketersediaan barang diperiksa berdasarkan surat permintaan bahan
baku (SPBB) rangkap-2 dan bukti pengeluaran bahan baku (BPBB)
rangkap-1, maka bagian akuntansi akan mencatat pengeluaran bahan baku
tersebut ke dalam kartu persediaan serta mengarsip permanen surat
permintaan bahan baku (SPBB) dan bukti pengeluaran bahan baku
(BPBB) tersebut menurut nomor.
Dari prosedur-prosedur yang telah diuraikan di atas, maka prosedurprosedur tersebut akan dituangkan dalam bentuk flowchart agar dapat dilihat
secara langsung dan ringkas mengenai aliran aktivitas dan dokumen yang
terkait dalam prosedur pengeluaran bahan baku perusahaan dan prosedur
pencatatan hutang oleh pihak-pihak
pengeluaran bahan baku:
yang terkait dengan prosedur
73
Berikut usulan flowchart prosedur persediaan barang:
Gambar 4.4 Usulan Flowchart Prosedur Persediaan
74
4.7.3
Usulan Prosedur Pelunasan Hutang
Bagian-bagian yang terkait dengan prosedur pelunasan hutang:
1. Bagian akuntansi.
2. Bagian keuangan.
Dokumen-dokumen yang digunakan:
1. Bukti pengeluaran kas.
2. Faktur .
3. Bukti pembayaran.
Uraian prosedur pelunasan hutang yang diusulkan:
1. Setelah mendekati jatuh tempo, supplier akan mengirimkan
invoice. Bagian pengeluaran kas yang menerima invoice dari
supplier, akan memeriksa dokumen yang telah ada dan memeriksa
lagi kesesuaian antara faktur tersebut dengan dokumen yang ada
seperti dokumen purchase order (PO), surat penerimaan barang
(SPB) dan surat jalan (SJ).
2. Setelah itu, bagian pengeluaran kas akan meminta otorisasi dari
manager keuangan, kemudian manager keuangan membuat cek
pembayaran yang akan kemudian ditandatangani. Manager
keuangan kemudian membuat bukti pengeluaran kas (BPK) dan
menyerahkan cek tersebut ke bagian pengeluaran kas. Bukti
Pengeluaran Kas tersebut dibuat oleh manager keuangan dan
diotorosisasi oleh bagian akuntansi yang telah memeriksa apakah
jumlah yang ada dalam bukti pengeluaran kas telah sesuai dengan
jumlah hutang perusahaan, BPK dibuat 2 rangkap dimana:
a. Rangkap-1 akan disimpan sebagai arsip.
b. Rangkap-2 akan diserahkan ke bagian akuntansi.
3. Bagian pengeluaran kas yang telah menerima cek yang telah
ditandatangani akan menyerahkan ke supplier. Kemudian, bagian
pengeluaran kas akan membuat Bukti Pembayaran yang
ditandatangani oleh supplier. Bagian pengeluaran kas kemudian
akan menyerahkan bukti pembayaran tersebut ke bagian akuntansi
75
untuk dicatat sebagai pelunasan hutang pembelian dan diarsip
permanen.
Berikut usulan flowchart untuk prosedur pelunasan hutang:
Gambar 4.5 Usulan Flowchart Prosedur Pelunasan Hutang
76
Download