TRANSISTOR BIPOLAR Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Transistor adalah salah satu komponen aktif yang dibuat menggunakan bahan semikonduktor. Seperti halnya sebuah dioda, maka sebuah transistor dibuat dengan persambungan antara bahan semikonduktor-N dengan semikonduktor-P yang disusun menurut kombinasi NPN atau PNP. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1. Basis Emitor N Basis Kolektor P N Gambar 1a. Ide dasar Transistor NPN Emitor P Kolektor N P Gambar 1a. Ide dasar Transistor PNP Gambar 2. Kontruksi fisik sebuah transistor Pada Gambar 1a ditunjukkan sebuah transistor NPN, dimana ada tiga buah semikonduktor yang disambung menjadi satu yaitu semikonduktor N – semikonduktor P – semikonduktor N. Pada transistor terdapat tiga jenis bagian yaitu bagian emitor, basis dan kolektor. Bagian emitor di dopping sangat banyak dan berfungsi sebagai penginjeksi elektron ke dalam basis. Basis didopping sedikit dan sangat tipis, berfungsi untuk melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan emitor ke bagian kolektor. Tingkat dopping kolektor ada di tingkat menengah yaitu antara tingkat dopping emitor dan basis. Kolektor berfungsi untuk menangkap dan mengumpulkan elektron-elektron dari basis. Kolektor merupakan bagian terbesar dari tiga bagian pada transistor karena bagian kolektor juga harus mendisipasi panas lebih banyak daripada emitor dan basis. Pada transistor terdapat dua buah sambungan yaitu sambungan antara emitorbasis dan lainnya antara kolektor basis. Maka dari itu sebuah transistor mirip dengan dua buah dioda. Untuk keseragaman, maka kita sebut sambungan antara emitor-basis disebut dioda emitor dan sambungan antara kolektor-basis disebut dioda kolektor. Gambar 3. Rangkaian ekivalen dioda Pada Gambar 1b ditunjukkan kemungkinan lain dari sambungan transistor yaitu jenis PNP. dimana transistor jenis PNP adalah komplemen dari transistor NPN. Pembawa muatan mayoritas pada emitor adalah hole sebagai pengganti elektron bebas. Hal ini berarti bahwa transistor PNP ini membutuhkan arus dan tegangan yang berlawanan dengan transistor NPN. Untuk memudahkan pembahasan, maka selanjutnya kita akan membahas mengenai transistor jenis NPN terlebih dulu. Gambar 4. Contoh bentuk fisik transistor 2. PEMBIASAN MAJU-BALIK TRANSISTOR Pada Gambar 5 ditunjukkan transistor yang dibias maju-balik. Pada pembiasaan seperti ini, akan dihasilkan arus listrik yang mengalir dari kolektor ke emitor. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Gambar 5. Pembiasan maju balik transistor Aliran arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron yang arahnya berlawanan, yaitu dari emitor menuju kolektor. Tegangan bias maju VBE memperkuat elektron-elektron bebas pada emitor untuk memasuki daerah basis. Struktur basis yang tipis dan di doping sedikit memberikan hampir seluruh elektron ini ke lapisan pengosongan kolektor. Lalu medan lapisan pengosongan mendorong arus elektron ini ke dalam daerah kolektor dan akhirnya elektronelektron ini keluar meninggalkan daerah kolekrro menuju terminal positif sumber tegangan. ALFA DC Lebih dari 95 % dari elektron-elektron yang diinjeksikan emitor mencapai daerah kolektor, itu sama artinya bahwa arus kolektor hampir sama dengan arus emitor. Alfa DC sebuah transitor menunjukkan kedekatan hubungan antara arus kolektor dan arus emitor. Alfa DC didefinisikan sebagai: dc IC IE ………………………………………………(1) Sebagai contoh, jika kita mengukur Ic = 4,9 mA dan IE = 5 mA maka besarnya alfa adalah dc 4,9 0,98 5 Makin tipis basis dan makin sedikit basis didoping, maka akan semakin tinggi (alfa). Idealnya jika semua elektron yang diinjeksikan oleh emitor semuanya sampai ke daerah kolektor maka nilai (alfa) akan sama dengan satu. Hampir semua transistor memiliki diatas 0,95 sehingga dalam analisis kita bisa menganggap bahwa nilai = 1. TEGANGAN BREAKDOWN Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa struktur transistor adalah mirip seperti dua buah dioda maka tegangan balik yang terlalu besar dapat menyebabkan dioda tersebut breakdown. Tegangan breakdown tergantung dari lebar lapisan pengosongan dan tingkat doping.Karena tingkat doping dengan konsentrasi tinggi maka dioda emitter mempunyai tegangan breakdown yang rendah, kira-kira sebesar 5 Volt sampai 30 Volt. Sebaliknya dioda kolektor didoping lebih sedikit maka tegangan breakdown BVCE lebih tinggi yaitu antara 20 – 300 V. Pada transistor yang kerja normal, dioda kolektor dibias balik. Pada saat VCB terlalu besar, dioda kolektor breakdown dan mungkin rusak disebabkan kelebihan disipasi daya. Oleh karena itu, hampir pada semua desain, dijaga agar tegangan kolektor lebih kecil daripada rating maksimum untuk BV CE. BETA DC ( dc) Telah diketahui hubungan antara arus kolektor dan arus emitor dengan mengetahui nilai dc, kita juga dapat mengetahui hubungan antara arus kolektor dengan arus basis dengan mengetahui nilai dc (beta dc) sebagai berikut : dc IC …………………………………………….(2) IB Sebagai contoh, jika arus kolektor 5 mA dan arus basis 0,05 mA, maka sebuah transistor memiliki nilai dc sebesar: dc 5 100 0,05 Dalam sistem analisis lain, yang disebut parameter h, dc disebut juga hFE HUBUNGAN ANTARA dc dengan dc Hukum Kirchhoff untuk arus menyatakan bahwa : IE = IC + IB …………………………………………(3) Bagi kedua sisi pada persamaan (3) dengan IC maka menghasilkan IE IC 1 dc 1 IB IC 1 1 dc dc dc …………………………..………….(4) 1 dc dc dc ………………………………………(5) 1 dc DAERAH AKTIF Syarat yang diperlukan untuk mengoperasikan sebuha transistor pada suatu rangkaian linear adalah: 1. Dioda emitor harus dibias maju. 2. Dioda kolektor harus dibias balik. 3. Tegangan pada dioda kolektor harus lebih kecil daripada tegangan breakdown.