BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 IPV6 2.1.1 Pengenalan IPv6 IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai pengganti dari Internet Protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791. IPv6 yang memiliki kapasitas address raksasa (128 bit), mendukung penyusunan address secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki tipe address anycast yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain itu IPv6 juga dilengkapi oleh mekanisme penggunaan address secara local yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara plug & play, serta menyediakan platform bagi cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran data secara real-time, pemilihan provider, mobilitas host, end-toend security, ataupun konfigurasi otomatis. 2.1.2 Perbandingan IPv6 dengan IPv4 Protokol IPv6 mempunyai banyak kelebihan dibandingkan protokol IPv4, antara lain: 1. Kapasitas Alamat yang Besar Address IPv6 memiliki ukuran 128 bit (16 byte), baik address sumber maupun address tujuan. Meskipun 128 bit dapat memberikan peluang kombinasi sebanyak 3,4x1038, spasi address IPv6 yang besar telah dirancang untuk mengizinkan multi-level subnetting dan alokasi address suatu backbone internet ke subnet individual dalam sebuah organisasi. Dengan jumlah address yang begitu besar, teknik konversi address seperti NAT tidak lagi dibutuhkan. 5 6 2. Penyederhanaan Format Header IPv6 memiliki ukuran header dua kali lebih besar dari header IPv4, terutama untuk mendukung ruang alamat 128 bit. Walaupun demikian format headernya mengalami penyederhanaan dengan menghilangkan beberapa field yang dirasa tidak efisien. Sebagai gantinya dibuatkan header tambahan yang disebut extension header sebagai opsi dalam pengiriman paket IPv6. 3. Option dan Extension Header Perubahan yang terjadi pada header-header IP yaitu dengan adanya pengkodean header Options (pilihan) pada IP dimasukkan agar lebih efisien dalam penerusan paket (packet forwarding), agar tidak terlalu ketat dalam pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan baru pada masa akan datang. 4. Konfigurasi Alamat Stateless dan Statefull Konfigurasi alamat host pada IPv6 dibuat menjadi lebih fleksibel. Konfigurasi alamat host dapat dilakukan secara statefull dengan bantuan server DHCPv6 (konfigurasi manual) maupun secara stateless tanpa bantuan server DHCPv6 (konfigurasi otomatis). Pada konfigurasi stateless, host IPv6 mendapatkan informasi prefix dari router IPv6 di jaringan kemudian membuat sebuah alamat IPv6 identik yang disebut link-local addresses. 5. Dukungan yang lebih baik terhadap QoS (Quality of Services) Keberadaan field flow label sebagai field baru pada header standar IPv6 menunjukkan dukungan IPv6 terhadap QoS. Field flow label digunakan untuk mengidentifikasi paket-paket yang membutuhkan perlakuan khusus dalam jaringan. Dengan dukungan terhadap QoS, IPv6 akan menjadi jaringan yang lebih reliable terutama untuk data-data yang bersifat real time. 6. Dukungan Keamanan yang lebih baik IPv6 telah dirancang dengan mendukung IPSec sehingga dapat dikatakan IPv6 memiliki keamanan yang lebih baik. Komponen IPSec yang terdapat pada IPv6 terdiri dari 2 extension header yaitu authentication header dan Encapsulating. 7 7. Protokol baru untuk interaksi Neighboring Node Protokol Neighbor Discovery untuk IPv6 merupakan seri pesan Internet Control Message Protocol for IPv6 (ICMPv6) yang berperan mengelola interaksi di antara node-node neighbor (neighboring nodes) atau node-node dalam link yang sama. 2.1.3 Format Header IPv6 IPv6 menyederhanakan header IP dengan memindahkan beberapa field IPv4 ke header extension dan menghapus beberapa header lain. Header IPv6 juga mendefinisikan format yang fleksibel untuk informasi tambahan dengan menggunakan header extension. Perbandingan format header IPv4 (Gambar 2.1) dan format header IPv6 (Gambar 2.2). Gambar 2.1 Format Header IPv4 (Sumber: Forouzan, 2003) Setiap paket dalam layer IP atau yang sering disebut dengan datagram, selalu diawali dengan header terlebih dahulu. IPv4 memiliki header berukuran 20 hingga 60 bytes. Besarnya ukuran ini bergantung pada pemakaian informasi 8 options di bagian akhir header tersebut. Behrouz A. Forouzan (2003) menjelaskan setiap bagian dari header IPv4 pada Gambar 2.1 sebagai berikut: Version (Ver), menunjukkan versi Internet Protocol yang digunakan. Dalam hal ini bernilai 4. Header Length (Hlen), menunjukkan ukuran header yang digunakan dalam satuan per 4 bytes. Differentiated Services (DS), umumnya disebut juga dengan tipe of service. Bagian ini menunjukkan layanan yang hendak dipakai oleh paket yang bersangkutan. Total Length, menunjukkan ukuran paket yang terdiri dari header dan data. Identification, menunjukkan identitas suatu fragmen yang digunakan dalam penyatuan kembali (reassembly) menjadi paket utuh. Flags, menunjukkan tanda-tanda tertentu dalam proses fragmentasi. Fragmentation Offset, menunjukkan posisi setiap fragmen. Time to Live, menunjukkan jumlah node maksimal yang dapat dilalui oleh setiap paket yang dikirim. Protocol, menunjukkan protocol di lapisan yang lebih tinggi. Header Checksum, menunjukkan nilai yang digunakan dalam pengecekan kesalahan terhadap header sebelum dengan sesudah pengiriman. Source IP Address, menunjukkan alamat pengirim paket. Destination IP Address, menunjukkan alamat penerima. Options, menunjukkan informasi yang memungkinkan suatu paket meminta layanan tambahan. 9 Gambar 2.2 Format Header IPv6 (Sumber: Forouzan, 2003) Datagram IPv6 terbagi menjadi dua bagian utama yaitu header dan payload. Header IPv6 memiliki ukuran yang tetap yakni 40 bytes. Akan tetapi, terdapat header tambahan (extension) untuk meningkatkan fungsionalitasnya di bagian payload. Dengan demikian, payload berisikan data paket beserta header tambahan tersebut. Behrouz A. Forouzan (2003) menjelaskan setiap bagian dari header IPv6 pada Gambar 2.2 sebagai berikut: Version (VER), menunjukkan versi Internet Protocol yang digunakan. Dalam hal ini bernilai 6. Priority (PRI), menunjukkan prioritas paket dalam menghadapi padatnya trafik. Flow Label, menunjukkan nilai khusus yang ditujukan kepada router untuk lebih mengendalikan flow (aliran paket) dan mengidentifikasi paketpaket real-time yang membutuhkan perlakuan yang sama atau dianggap memiliki alur data yang sama. Flow label merupakan field baru yang ditambahkan pada header IPv6 dan sebelumnya tidak ada pada header IPv4. Payload Length, menunjukkan besarnya ukuran payload. 10 Next Header, menunjukkan header berikutnya yang tidak lain adalah header tambahan yang ada di bagian payload. Hop Limit, menunjukkan jumlah jalur maksimal yang dapat dilalui oleh setiap paket yang dikirim. Source Address, menunjukkan alamat pengirim paket. Destination Address, menunjukkan tujuan akhir pengiriman paket. Secara sederhana header IPv6 dibagi menjadi 2 bagian, yaitu header standar (default) dan header tambahan (extension). Header standar (default) adalah fieldfield yang selalu ada dalam setiap paket IPv6, sedangkan header tambahan (extension) adalah field-field IPv6 yang ditambahkan hanya saat diperlukan saja, letaknya berada diantara header standar IPv6 dengan upper-layer header. Berdasarkan Gambar 2.2 diatas, dapat dilihat header pada IPv6 memiliki ukuran yang lebih besar daripada header pada IPv4. Hal tersebut tentu saja untuk mendukung pengalamatan IPv6 yang mencapai 128 bit. Walaupun demikian, header IPv6 memiliki format yang lebih sederhana dibandingkan dengan header IPv4. Ini disebabkan adanya beberapa field pada header IPv4 yang dihilangkan pada header IPv6. Field-field pada IPv4 yang dihilangkan pada header IPv6 yaitu Internet Header Length (IHL), Identification, Flags, Fragment Offset, Header Checksum, Options, serta Padding, sedangkan field Version, Source Address, dan Destination Address tetap dipertahankan pada IPv6. Pada header IPv6 sendiri diberikan field baru yang bernama Flow Label. Extension header pada IPv6 merupakan header yang menggantikan fungsi field Option pada header IPv4. Extension header merupakan header tambahan diluar dari header standar IPv6, artinya sebuah paket IPv6 bisa memiliki extension header bisa juga tidak. Paket yang tidak memiliki extension header akan diproses lebih cepat dibandingkan dengan paket yang memiliki extension header. Berbeda dengan IPv4 dimana field Option menjadi bagian dari format header standar IPv4 sehingga setiap node pada jaringan memproses paket lebih lama. Dengan demikian keberadaan extension header sebagai pilihan pada IPv6 dapat meningkatkan efisiensi proses routing jaringan IPv6. Posisi extension header pada IPv6 dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut. 11 IPv6 Header Extention Header Upper Layer Header Gambar 2.3 Posisi extension header pada protokol IPv6 (Sumber: Rafiudin, 2006) Setiap paket IPv6 dapat terdiri dari nol, satu ataupun beberapa extension header sekaligus. Berdasarkan RFC 2460 terdapat 6 jenis extension header IPv6, yaitu : Hop-by-hop Options Header digunakan untuk mengidentifikasi paket yang harus diproses disetiap router jaringan yang dilewati. Hop-by-hop Options header memiliki nilai next header = 0. Destination Options Header digunakan untuk memuat informasi tambahan untuk diproses pada node tujuan. Apabila destination options header muncul sebelum routing header, maka header tersebut harus diproses oleh router yang tercantum pada routing header. Apabila destination options header muncul sebelum upper-layer header, maka header tersebut harus diproses oleh node tujuan paket. Destination options header memiliki nilai next header = 60. Routing Header digunakan untuk mencantumkan satu atau lebih node intermediate yang harus dilewati paket sebelum sampai ke tujuannya. Atau dengan kata lain header ini dapat digunakan untuk menentukan jalur routing sebuah paket IPv6. Routing header memiliki nilai next header = 43. Fragment Header digunakan oleh node tujuan untuk mengidentifikasi apakah paket merupakan bagian dari suatu fragment atau tidak. Berbeda dengan IPv4, pada IPv6 router intermediate tidak diperbolehkan melakukan fragmentasi paket. Fragmentasi paket hanya dapat dilakukan oleh node pengirim setelah mengetahui ukuran maksimum MTU (Maximum Transfer Unit) yang dapat didukung jaringan sampai node yang dituju. Fragment header memiliki nilai next header = 44. 12 Authentication Header digunakan untuk mengidentifikasi autentikasi, integritas data serta anti-replay protection. Authentication header memiliki nilai next header = 51. Encapsulating Security Payload Header digunakan untuk mengidentifikasi autentikasi, integritas data serta anti-replay protection khusus untuk paket yang dienkapsulasi. Encapsulating Security Payload header memiliki nilai next header = 50. 2.1.4 Representasi Alamat pada IPv6 Model x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa nilai hexadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16 * 8 = 128 bit. Contohnya adalah : FEDC:BA98:7654:3210:FEDC:BA98:7654:3210 Jika format pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan group 16 bit alamat, yaitu ‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah : FEDC:0:0:0:0:0:7654:3210 dapat direpresentasikan sebagai FEDC::7654:3210 0:0:0:0:0:0:0:1 dapat direpresentasikan sebagai ::1 Model x:x:x:x:x:x:d.d.d.d dimana ‘d.d.d.d’ adalah alamat IPv4 semacam 167.205.25.6 yang digunakan untuk automatic tunnelling. Contohnya adalah : 0:0:0:0:0:0:167.205.25.6 atau ::167.205.25.6 0:0:0:0:0:ffff:167.205.25.7 atau :ffff:167.205.25.7 Jadi jika sekarang anda mengakses alamat di internet misalnya 167.205.25.6 pada saatnya nanti format tersebut akan digantikan menjadi semacam ::ba67:080:18. Sebagaimana IPv4, IPv6 menggunakan bit mask untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR yang digunakan pada IPv4, misalnya : 13 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit. Jika pada IPv4 anda mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan fomat prefix (FP) yaitu format bit awal alamat. Misalnya : 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefixnya untuk 4 bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner). 2.1.5 Kelas IPv6 Ada beberapa kelas IPv6 yang penting yaitu : 1. Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 001. 2. Link-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1110 10. 3. Site-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1110 11. 4. Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal 1111 1111. Pada protokol IPv4 dikenal alamat-alamat khusus semacam 127.0.0.1 yang mengacu ke localhost, alamat ini direpresentasikan sebagai 0:0:0:0:0:0:0:1 atau ::1 dalam protokol IPv6. Selain itu pada IPv6 dikenal alamat khusus lain yaitu 0:0:0:0:0:0:0:0 yang dikenal sebagai unspecified address yang tidak boleh diberikan sebagai pengenal pada suatu interface. Secara garis besar format unicast address adalah sebagai berikut : Gambar 2.4 Format Unicast Address (Sumber: Nasrun, Irvan, 2008) 14 Interface ID digunakan sebagai pengenal unik masing-masing host dalam satu subnet. Dalam penggunaannya umumnya interface ID berjumlah 64 bits dengan format IEEE EUI-64. Jika digunakan media ethernet yang memiliki 48 bit MAC address maka pembentukan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah sebagai berikut : Misalkan MAC address-nya adalah 00:40:F4:C0:97:57 1. Tambahkan 2 byte yaitu 0xFFFE di bagian tengah alamat tersebut sehingga menjadi 00:40:F4:FF:FE:C0:97:57 2. Komplemenkan (ganti bit 1 ke 0 dan sebaliknya) bit kedua dari belakang pada byte awal alamat yang terbentuk, sehingga yang dikomplemenkan adalah ‘00’ (dalam hexadesimal) atau ‘00000000’ (dalam biner) menjadi ‘00000010’ atau ‘02’ dalam hexadesimal. 3. Didapatkan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah 0240:F4FF:FEC0:9757 2.2 Metode Pengalamatan Address Ipv6 IPv6 yang disediakan sebagai pengenal pada 1 atau lebih interface dibedakan atas 3 (Parlet, Jordi, 2008) tipe, yaitu: Unicast address : pengenal untuk 1 NIC, dimana paket data yang dikirim ke unicast address hanya dikirim ke NIC yang bersangkutan saja Multicast address : pengenal untuk beberapa NIC sekaligus, dimana paket data yang dikirim ke multicast address akan dikirim ke semua NIC yang bersangkutan Anycast address : pengenal untuk beberapa NIC sekaligus, dimana paket data yang dikirim ke anycast address akan dikirim ke salah satu NIC 2.3 Mekanisme Transisi IPv4 menuju IPv6 Sebelum IPv4 sepenuhnya digantikan dengan IPv6 dibutuhkan suatu mekanisme transisi yang mempermudah interoperabilitas antara IPv4 dan IPv6. Mekasisme transisi sangat dibutuhkan karena tidak mungkin untuk menggantikan seluruh alamat IPv4 dalam waktu singkat. Ada banyak mekanisme transisi yang 15 dapat digunakan dalam masa transisi yaitu dual stack, tunneling, dan translation (I-Ping & Shang-Juh, 2005). 2.3.1 Mekanisme Transisi Dual Stack Pada metode transisi dual stack, tiap router dan host dalam jaringan harus mendukung baik protokol IPv4 maupun IPv6. Setiap node dalam jaringan masingmasing akan memiliki dua alamat yaitu alamat IPv4 dan alamat IPv6. Apabila node tersebut berkomunikasi dengan host IPv4 maka node tersebut akan menggunakan alamat IPv4-nya dan beroperasi seperti umumnya node IPv4. Selanjutnya bila node tersebut berkomunikasi dengan node IPv6 maka node tersebut akan menggunakan alamat IPv6-nya dan beroperasi seperti umumnya node IPv6. Untuk mendukung transisi dual stack, maka tiap router dalam jaringan harus mengaktifkan mekanisme forwarding untuk IPv4 dan IPv6. Termasuk didalamnya upgrade perangkat lunak yang mendukung kedua protokol serta konfigurasi jaringan (routing protokol, dll) harus dibuat untuk masing-masing IPv4 dan IPv6. Sehingga mekanisme ini berpotensi untuk menghabiskan lebih banyak memori dan daya pada peralatan jaringan. Selain itu karena tiap node juga harus memiliki alamat IPv4, maka mekanisme transisi ini tidak dapat memecahkan masalah keterbatasan alamat pada IPv4. 2.3.2 Mekanisme Transisi Tunneling Tunnel adalah sebuah mekanisme enkapsulasi suatu protokol dengan protokol lainnya untuk dapat melewati jaringan yang belum dapat dilewati protokol tersebut secara normal. Metode transisi tunneling bekerja dengan menghubungkan 2 buah node IPv6 melalui jaringan IPv4 yang sudah ada. Dalam hal ini, jaringan IPv4 berperan sebagai perantara diantara kedua host IPv6 dengan membentuk semacam virtual tunnel di dalam jaringannya. Saat paket IPv6 yang dikirim tiba di router ingress dari jaringan IPv4, paket terlebih dulu dienkapsulasi ke dalam paket IPv4. Alamat asal dan tujuan paket yang tertulis dalam header IPv4 adalah alamat IPv4 dari router ingress (asal) dan router egress (tujuan), sedangkan Field Protocol pada header IPv4 diberi nilai 41 yang menunjukkan 16 adanya paket IPv6 terenkapsulasi. Selama berada dalam jaringan IPv4, proses routing paket dilakukan berdasarkan kedua alamat tersebut. Setibanya di router outgress dari jaringan IPv4, paket didekapsulasi menjadi paket IPv6 kembali. Karena router ingress dan outgress terletak diantara jaringan IPv6 dan IPv4 (endpoint), maka kedua router tersebut harus berperan sebagai dual stack node atau dengan kata lain memiliki alamat IPv6 maupun IPv4 aktif. Dalam metode transisi tunneling dikenal dua macam mekanisme tunneling yang berbeda, yaitu tunneling terkonfigurasi manual dan tunneling otomatis. Pada metode tunneling terkonfigurasi manual, proses routing paket IPv6 didalam jaringan IPv4 mulai dari router ingress hingga router egress telah ditentukan secara manual. Pada metode tunneling otomatis, proses routing paket IPv6 didalam jaringan dilakukan secara dinamis. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Metode tunneling terkonfigurasi manual memberikan tingkat keamanan yang lebih baik, sedangkan metode tunneling otomatis memberikan kemudahan dari sisi administratif. Beberapa implementasi dari metode transisi tunneling yang umum dikenal antara lain adalah 6to4, 6over4, ISATAP, serta Teredo. Kelebihan dari metode transisi ini adalah fleksibilitasnya sehingga dapat dengan cepat dan mudah diimplementasikan. Untuk menghubungkan antar node IPv6 tidak diperlukan infrastruktur backbone yang mendukung IPv6, karena jaringan backbone IPv4 dapat digunakan sebagai tunnel. Kekurangan metode transisi ini adalah memberikan beban komputasi lebih kepada router-router yang digunakan sebagai ingress dan egress sehingga mengkonsumsi lebih banyak daya serta berpotensi sebagai titik lemah jaringan. 2.3.3 Mekanisme Transisi Translation Selain metode transisi dual-stack dan tunneling dikenal juga metode transisi translasi. Pada metode transisi translasi, format header dan alamat dari paket yang dikirimkan akan mengalami perubahan. Fungsi pengubah format tersebut dijalankan oleh sebuah node yang berperan sebagai penerjemah yang letaknya diantara kedua node yang berkomunikasi. Saat node penerjemah menerima paket 17 IPv4 dengan tujuan IPv6, maka penerjemah akan mentraslasikan informasi dari header IPv4 ke header IPv6, menghilangkan header IPv4 dari paket kemudian menggantikannya dengan header IPv6 hasil translasi. Cara kerjanya menyerupai NAT (Network Address Translation) dalam jaringan IPv4, hanya saja metode transisi ini mampu bekerja diantara jaringan IPv4 dan IPv6. Salah satu implementasi dari mekanisme transisi translasi adalah NAT-PT (Network Address Translation – Port Translation) yang dispesifikasikan dalam RFC 2766. Kelebihan dari metode transisi ini adalah secara langsung dapat menghubungkan jaringan IPv4 dengan jaringan IPv6, begitu pula sebaliknya. Kekurangan dari metode translasi ini adalah tidak dapat mengoptimalkan kelebihan IPv6 secara penuh seperti end-to-end security, tidak mendukung beberapa aplikasi yang membutuhkan pengalamatan langsung, serta berpotensi menjadi titik lemah dalam jaringan. Karena banyaknya keterbatasan metode translasi ini, maka metode ini sebaiknya digunakan sebagai pilihan terakhir. 2.4 NAT (Network Address Translation) Network Address Translation atau yang lebih biasa disebut dengan NAT adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP, merupakan teknologi yang memungkinkan jaringan IP Private dapat membagi koneksi akses internet jaringan yang didisain untuk menyederhanakan IP address dan berperan juga untuk melindungi jaringan dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas. Saat ini, protokol IP yang banyak digunakan adalah IP version 4 (IPv4). Dengan panjang alamat 4 bytes berarti terdapat 2 pangkat 32 = 4.294.967.296 alamat IP yang tersedia. Jumlah ini secara teoretis adalah jumlah komputer yang dapat langsung koneksi ke internet. Karena keterbatasan inilah sebagian besar ISP (Internet Service Provider) hanya akan mengalokasikan satu alamat untuk satu user dan alamat ini bersifat dinamik, dalam arti alamat IP yang diberikan akan berbeda setiap kali user melakukan koneksi ke internet. Hal ini akan menyulitkan 18 untuk bisnis golongan menengah ke bawah. Di satu sisi mereka membutuhkan banyak komputer yang terkoneksi ke internet, akan tetapi di sisi lain hanya tersedia satu alamat IP yang berarti hanya ada satu komputer yang bisa terkoneksi ke internet. Hal ini bisa diatasi dengan metode NAT. Dengan NAT gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu alamat IP tersebut dapat dishare dengan beberapa komputer yang lain dan mereka bisa melakukan koneksi ke internet secara bersamaan. NAT berlaku sebagai penerjemah antara dua jaringan. Dalam beberapa kasus pada jaringan rumahan, posisi NAT diantara jaringan internet dan jaringan lokal Anda. Internet sebagai sisi “Public” dan jaringan lokal Anda sebagai sisi “Private”. Ketika komputer pada jaringan private menginginkan data dari jaringan public (internet), maka perangkat NAT membuka sedikit saluran antara komputer Anda dan komputer tujuan. Ketika komputer pada jaringan internet membalikkan hasil dari permintaan, yang dilewati melalui perangkat NAT kepada komputer peminta, sehingga paket tersebut dapat diteruskan melewati jaringan public. Ketika suatu komputer terkoneksi ke internet, komputer tersebut tidak saja dapat mengakses, misal ke server suatu web tertentu. Akan tetapi komputer tersebut juga sangat mungkin untuk diakses oleh komputer lain yang juga terkoneksi ke internet. Jika disalahgunakan, hal tersebut bisa sangat berbahaya. Data-data penting bisa saja dilihat atau bahkan dicuri oleh orang yang tak bertanggungjawab. NAT secara otomatis akan memberikan proteksi seperti halnya firewall dengan hanya mengizinkan koneksi yang berasal dari dalam jaringan. Hal ini berarti tingkat keamanan suatu jaringan akan meningkat, karena kemungkinan koneksi dari luar ke dalam jaringan menjadi relatif sangat kecil. Tujuan dari NAT adalah agar suatu alamat IP (publik) dapat digunakan secara bersama-sama oleh beberapa host sekaligus. Alamat IP publik adalah alamat IP yang dikenal dan dapat digunakan secara global di internet. Jumlahnya terbatas dan alokasinya sudah diatur sedemikian rupa sehingga alamat IP publik dapat menjadi identitas dalam jaringan internet. Alamat IP private memiliki cakupan yang berbeda. Alamat IP private bebas digunakan oleh setiap host tetapi cakupannya hanya boleh terbatas dalam suatu jaringan lokal saja. Alamat IP 19 private telah diberikan alokasi khusus yaitu pada 192.168.0.0/24, 172.16.0.0/16, 10.0.0.0/8. Ketiga subnet alamat IP private ini tidak dikenal dalam jaringan internet sehingga tidak dapat digunakan untuk berkomunikasi di jaringan internet. NAT memungkinkan translasi dari alamat IP private menjadi alamat IP publik sehingga host dalam jaringan lokal dapat terhubung dengan jaringan internet. Posisi NAT dalam jaringan dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut. Gambar 2.5 Posisi NAT diantara jaringan local dan jaringan public (Sumber: Isa, 2008) 2.4.1 Penggunaan NAT (Network Address Translation) Ketentuan penggunaan NAT adalah sebagai berikut : Jika membutuhkan koneksi ke Internet dan hosts/komputer-komputer tersebut tidak mempunyai alamat IP global. Jika berganti ke ISP baru dan diharuskan menggunakan alamat IP dari ISP baru tersebut. NAT digunakan untuk masalah pengalamatan IP. Teknologi NAT memungkinkan alamat IP local/ private terhubung ke jaringan public seperti internet. Sebagai router, NAT ditempatkan antara jaringan lokal (inside network) dan jaringan publik (outside network), dan mentranslasikan alamat lokal/internal menjadi alamat IP global yang unik sebelum mengirimkan paket ke jaringan luar seperti internet. Dengan NAT, jaringan lokal/ internal, tidak 20 akan terlihat oleh dunia luar/ internet. IP lokal yang cukup banyak dapat dilewatkan ke internet hanya dengan melalui translasi ke satu IP publik/ global. 2.4.2 Keuntungan Menggunakan NAT Dengan NAT, suatu jaringan yang besar dapat dipecah-pecah menjadi jaringan yang lebih kecil. Bagian-bagian kecil tersebut masing-masing memiliki satu alamat IP, sehingga dapat menambahkan atau mengurangi jumlah komputer tanpa mempengaruhi jaringan secara keseluruhan. Selain itu, pada gateway NAT modern terdapat server DHCP yang dapat mengkonfigurasi komputer client secara otomatis. Hal ini sangat menguntungkan bagi admin jaringan karena untuk mengubah konfigurasi jaringan, admin hanya perlu mengubah pada komputer server dan perubahan ini akan terjadi pada semua komputer client. Gateway NAT juga mampu membatasi akses ke internet, selain juga mampu mencatat semua traffic baik dari dan ke internet. Overall, dengan segala kelebihan gateway NAT tersebut, admin jaringan akan sangat terbantu dalam melakukan tugas-tugasnya. Selain itu beberapa keuntungan lain dalam menggunakan NAT, diantaranya : 1. Menghemat IP legal yang diberikan oleh ISP (Internet service provider) 2. Mengurangi terjadinya duplikasi IP address pada jaringan 3. Menghindari proses pengalamatan kembali pada saat jaringan berubah 4. Meningkatkan fleksibilitas untuk koneksi ke internet 2.4.3 Cara Kerja NAT NAT biasanya terletak diantara suatu jaringan lokal (dalam) dengan jaringan internet (luar) dan berfungsi sebagai gateway bagi jaringan lokal tersebut. Perbedaan antara NAT dengan sebuah gateway router atau firewall adalah dari kemampuannya menangani paket. NAT tidak hanya mem-forward atau mendiscard paket, NAT memiliki opsi untuk mengubah informasi dalam header sebuah paket. NAT adalah sebuah penerjemah IP header atau lebih spesifik penerjemah alamat IP. Setiap paket memiliki informasi alamat IP asal serta alamat IP tujuan. Saat suatu paket masuk ke suatu perangkat NAT dari arah dalam menuju luar, maka NAT akan mencocokkan alamat IP asal paket dengan table 21 translasinya. Apabila alamat IP asal terdapat dalam tabel translasi, maka NAT akan mengubah alamat IP asal paket (yang umumnya alamat IP private) menjadi alamat IP publik dari NAT, setelah itu paket tersebut di-forward ke jaringan internet. Apabila alamat yang dimaksud tidak terdapat dalam tabel translasi, maka paket akan di-discard. NAT juga bekerja dalam arah yang berlawanan, yaitu saat paket datang dari jaringan internet menuju jaringan local. 2.4.4 Jenis-jenis NAT Dua tipe NAT adalah Statik dan Dinamik yang keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan. a. Statik Translasi Statik terjadi ketika sebuah alamat lokal (inside) di petakan ke sebuah alamat global/internet (outside). Alamat lokal dan global dipetakan satu lawan satu secara statik. b. Dinamik NAT dengan Pool (kelompok) Translasi Dinamik terjadi ketika router NAT diset untuk memahami alamat lokal yang harus ditranslasikan, dan kelompok (pool) alamat global yang akan digunakan untuk terhubung ke internet. Proses NAT Dinamik ini dapat memetakan bebarapa kelompok alamat lokal ke beberapa kelompok alamat global. NAT Overload Sejumlah IP lokal/internal dapat ditranslasikan ke satu alamat IP global/internet. Hal ini sangat menghemat penggunakan alokasi IP global dari ISP. Pemakaian bersama satu alamat IP ini menggunakan metoda port multiplexing, atau perubahan port ke outbound packet yang disebut juga dengan metode Network Address Port Translation (NAPT). 22 2.4.5 NAT berdasarkan Translasi Berdasarkan cara translasinya NAT dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Cone NAT Mentranslasikan alamat dan port internal dari host yang berada di belakang perangkat NAT ke sebuah alamat dan port eksternal, jadi semua trafik yang berasal dari alamat di luar perangkat NAT akan dapat diteruskan ke host yang berada di belakang NAT. Restricted NAT Mentranslasikan alamat dan port internal dari host yang berada di belakang perangkat NAT ke suatu alamat dan port eksternal. Alamat tujuan dari paket yang dikirim oleh host yang berada di belakang perangkat NAT akan disimpan dalam tabel NAT. Trafik yang berasal dari alamat di luar perangkat NAT hanya akan diteruskan apabila alamat tersebut terdapat di dalam tabel NAT. Port Restricted Cone NAT Tipe ini menambah larangan dalam penerimaan paket yang dikirim oleh host di jaringan eksternal. Restricted Cone NAT hanya mengamati host jaringan luar, akan tetapi Port Restricted Cone NAT juga mengamati port yang digunakan untuk dapat melalui NAT, paket yang dikirimkan oleh host dari jaringan luar tidak hanya harus dikirim dari host yang menjadi tujuan komunikasi yang dimulai oleh host internal, tetapi juga harus dikirim melalui port yang menjadi tujuan komunikasi, jika tidak maka semua paket akan ditolak. Symmetric NAT Mentranslasikan sebuah alamat dan port internal yang sama ke suatu alamat eksternal dengan port yang berbeda-beda. 2.4.6 Isu NAT dalam Proses Transisi IPv6 Fungsi NAT yang dapat mentranslasikan alamat IP private menjadi alamat IP publik menjadikan NAT sebagai pilihan yang umum dalam jaringan IPv4. NAT telah banyak berperan dalam memberikan akses internet kepada host-host 23 yang tidak mendapatkan alokasi alamat IP publik sekaligus berperan dalam menghemat penggunaan alamat IPv4 publik. Keberadaan NAT dalam proses transisi jaringan IPv4 menuju IPv6 tidak dapat diabaikan begitu saja. NAT yang juga berfungsi sebagai firewall umumnya dikonfigurasi untuk hanya melewatkan paket TCP dan UDP. Header IPv4 yang mengenkapsulasi paket IPv6 memiliki nilai field protokol 41 (IPv6), bukan TCP (=6) ataupun UDP (=17). NAT memberikan permasalahan tersendiri dalam transisi jaringan IPv6. Sebagian besar implementasi NAT yang ada saat ini belum mendukung translasi protokol 41 atau dikenal dengan istilah proto-41 forwarding, skenario dimana tunneling IPv6 bekerja. Hal ini menyebabkan beberapa mekanisme transisi tunneling seperti 6to4, 6over4 ataupun ISATAP tidak dapat menembus NAT. Saat ini telah ada mekanisme transisi yang dirancang untuk dapat menembus NAT. Mekanisme tersebut adalah Teredo. 2.5 Teredo Teredo adalah suatu teknologi transisi IPv6 yang dapat digunakan untuk menghubungkan node-node IPv4 dibalik NAT menuju host IPv6. Untuk melewati NAT teredo mengenkapsulasi paket-paket IPv6 dari client menjadi paket UDP IPv4 dan mengirimkannya melalui infrastruktur jaringan IPv4. Hingga saat ini, teredo dapat digunakan untuk menembus cone dan restricted NAT. Mekanisme teredo menggunakan bantuan teredo relay dan teredo server dalam melewatkan paket IPv6 melalui infrastruktur jaringan IPv4. Teredo server berfungsi untuk membantu komunikasi awal client dengan teredo relay, sedangkan teredo relay berperan dalam melakukan proses dekapsulasi/enkapsulasi paket dari IPv4 ke IPv6 dan sebaliknya. 2.5.1 Komponen Teredo Infrastruktur teredo mempunyai beberapa komponen yaitu teredo client, teredo server, teredo relay, dan teredo host specific relay. 24 1. Teredo Client Teredo client adalah host/node IPv6/IPv4 yang mendukung metode tunneling teredo dimana paket dilewatkan menuju teredo client yang lain atau node pada jaringan IPv6 (dengan bantuan teredo relay). 2. Teredo Server Teredo server adalah node IPv6/IPv4 yang terhubung secara langsung baik pada jaringan IPv4 maupun jaringan IPv6 dan mendukung interface tunneling teredo. Tugas utama teredo server adalah untuk membantu komunikasi awal antar client teredo dengan cara memberikan prefix alamat IPv6 kepada teredo client. Teredo server beroperasi pada port UDP 3545. 3. Teredo Relay Teredo relay adalah router yang terhubung baik pada jaringan IPv4 maupun jaringan IPv6 dan mampu melewatkan paket antara Teredo client pada jaringan IPv4 dengan host IPv6 murni. Teredo relay beroperasi pada port UDP 3545. 4. Teredo Host-specific Relay Komunikasi antar host pada jaringan IPv4 dan jaringan IPv6 dapat difasilitasi menggunakan teredo relay yang digunakan untuk meneruskan paket dari jaringan IPv4 menuju IPv6 dan sebaliknya. Jika sebuah host mempunyai konektivitas langsung ke IPv4 dan IPv6, host tersebut tidak perlu menggunakan teredo relay untuk berkomunikasi menggunakan IPv6 dengan node IPv4. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung dari node IPv6 tersebut menuju node IPv4 menggunakan jaringan IPv4. Node dengan kemampuan seperti ini dinamakan Teredo host-specific Relay. 2.5.2 Cara Kerja Teredo Prinsip kerja Teredo adalah dengan mengenkapsulasi paket IPv6 kedalam paket UDP IPv4. Dengan mengenkapsulasi paket-paket IPv6 kedalam paket UDP IPv4, Teredo dapat melewati sebagian besar NAT, kecuali NAT simetris. Disebabkan NAT simetris mengalokasikan port secara dinamis dan terus berubah 25 sehingga tidak dapat diprediksi oleh Teredo. Gambar 2.6 berikut adalah bentuk paket IPv6 yang terenkapsulasi paket UDP IPv4. Protocol=17 (UDP) IPv4 Header IPv6 Header/ IPv4 Payload Gambar 2.6 Format paket Teredo yang terenkapsulasi paket UDP IPv4 (Sumber: Huitema, 2006) Proses kerjanya dimulai ketika Teredo client, sebagai pihak yang menginisiasi koneksi, mengirimkan paket request (router solicitation) ke alamat IP publik Teredo server. Teredo server merespon dengan cara mengirim paket (router advertisement) serta melakukan proses yang disebut “kualifikasi” terhadap Teredo client. Proses “kualifikasi” tersebut untuk mengetahui jenis NAT yang terdapat didalam jaringan. Apabila Teredo client tidak berada dibalik NAT simetris, maka client dianggap memenuhi syarat. Selanjutnya client akan menyusun alamat IPv6 Teredo berdasarkan router advertisement yang diterimanya. Setelah mendapatkan alamat IPv6 Teredo, maka client dapat berkomunikasi dengan client IPv6 lainnya melalui Teredo relay. 2.5.3 Pengalamatan Teredo Struktur alamat teredo dapat dilihat pada Gambar 2.7. Prefix Teredo Alamat IPv4 Teredo Server Flags Obscured External Port Alamat Obscured External 32 bit 32 bit 16 bit 16 bit 32 bit Gambar 2.7 Struktur alamat Teredo (Sumber: Huitema, 2006) Dari diagram dapat dilihat bahwa alamat teredo terdiri dari prefix teredo, alamat IPv6 teredo server, flags, obscured external port, dan alamat obscured external. 1. Prefix Teredo 32 bit pertama merupakan prefix yang sama pada setiap alamat teredo. Prefix ini yaitu 2001::/32. 26 2. Alamat IPv4 teredo server 32 bit berikutnya digunakan untuk menampung alamat IPv4 teredo server. Alamat IPv4 teredo server haruslah berjumlah dua dan saling berurutan. Hal ini bertujuan agar teredo server dapat menentukan tipe NAT dibalik client. 3. Flags Flags digunakan untuk mengidentifikasi tipe alamat dan tipe NAT yang digunakan oleh teredo client. Pada RFC 4380, flags diilustrasikan pada Gambar 2.8. Czzz zzUG zzzz zzzz Gambar 2.8 Flags (Sumber: Huitema, 2006) C = Cone. Digunakan untuk mengidentifikasi apakah teredo client berada di belakang cone NAT. Jika teredo client berada di belakang cone NAT, FLAGS diset agar bernilai satu (1). Jika teredo client berada dibelakang jenis NAT lain, FLAGS diset menjadi nol (0). UG = Bit ini diset dengan nilai “00” yang menandakan non global unicast identifier z = Bit dengan nilai z diset menjadi 0, dan diabaikan ketika paket diterima. Saat ini, pada kebanyakan implementasi teredo, selain sebagai penanda jenis NAT dibelakang teredo client, bit flags juga dapat digunakan untuk memberikan proteksi tambahan dalam komunikasi menggunakan tunneling teredo. 4. Obscured External Port Obscured external port berjumlah 16 bit dan menyimpan versi obscured (obscured = setiap bit dibalik) port UDP eksternal yang digunakan teredo client. Seluruh trafik teredo pada teredo client akan menggunakan obscured external port ini dalam komunikasinya. Ketika teredo client mengirimkan paket awal kepada teredo server, port sumber paket dipetakan oleh NAT menuju port UDP eksternal lainnya. Teredo client mempertahankan pemetaan 27 port ini agar pemetaan ini tetap tersimpan dalam tabel NAT. Hal ini memungkinkan semua trafik teredo dilewatkan melalui port UDP external (yang telah dipetakan) yang sama. Obscured external port didapat dengan cara meng-XOR-kan port eksternal dengan nilai 0xFFFF. Sebagai contoh, jika port external adalah 5000, maka versi obscured-nya adalah 0x1388 XOR 0xFFFF yaitu 0xEC77. Manfaat dari meng-obscure port ini adalah agar NAT tidak mentranslasikan port eksternal dalam rentang payload paket yang diforwardnya. 5. Alamat Obscured External 32 bit terakhir dari alamat teredo server berisi versi obscured dari alamat IPv6 eksternal yang digunakan pada sesi komunikasi teredo. Sama halnya dengan port eksternal, ketika teredo client mengirimkan paket pertamanya ke teredo server alamat IP sumber paket tersebut dipetakan oleh NAT menjadi alamat publik eksternal. Teredo client akan mempertahankan alamat ini pada tabel translasi NAT. Hal ini memungkinkan semua trafik teredo dilewatkan melalui IPv4 publik yang sama. Alamat obscured external didapat dengan cara meng-XOR-kan alamat eksternal dengan nilai 0xFFFFFFFF. Jika alamat eksternal yaitu 131.107.0.1 (836B0001), maka versi obscured-nya adalah 0x836B0001 XOR 0xFFFFFFFF yaitu 0x7C94FFFE. Manfaat dari meng-obscure alamat ini adalah agar NAT tidak mentranslasikan alamat eksternal dalam rentang payload paket yang diforwardnya. 2.5.4 Contoh Alamat Teredo Contoh alamat Teredo yaitu: 2001:0000:4136:e378:8000:63bf:3fff:fdd2 merujuk pada Teredo client dengan konfigurasi berikut : 2001::/64 merupakan alamat prefix Teredo sebagai tanda pengenal bagi alamat tunneling Teredo. Menggunakan Teredo server pada alamat 65.54.227.120 (didapat dari 4136:e378 pada bit 32-63 (32 bit) dijadikan biner lalu diinversi atau dari 28 4136:e378 dixor dengan ffffffff, lalu dijadikan alamat IPv4 dalam desimal). Ditempatkan di balik NAT full cone, didapat dari 8000 (16 bit) dalam heksadesimal diubah ke biner menjadi 1000000000000000, bit ke 64 diset angka 1. Menggunakan port UDP 40000 (16 bit) pada divais NAT, didapat dari 63bf dixor dengan ffff didapat 9c40 atau dalam desimal adalah 40000. NAT memiliki alamat IPv4 publik 192.0.2.45 (didapat dari 3fff:fdd2 pada 32 bit terakhir dijadikan biner lalu diinversi atau dari 3fff:fdd2 dixor dengan ffffffff, lalu dijadikan alamat IPv4 dalam desimal). 2.5.5 Format Paket Teredo Paket data teredo terdiri dari beberpa bagian yaitu: 1. IPv4 Header 2. UDP Header 3. IPv6 Header 4. Paket IPv6 Paket data ini dapat digambarkan pada Gambar 2.9. IPv4 Header UDP Header IPv6 Header IPv6 Payload 20 bytes 8 bytes 40 bytes n bytes Gambar 2.9 Format paket Teredo (Sumber: Huitema, 2006) 1. IPv4 Header Mengandung alamat IPv4 sumber dan tujuan yang akan digunakan dalam komunikasi teredo. Alamat sumber dan tujuan ini harus bias diterjemahkan oleh NAT. 2. UDP Header UDP header mengandung Port UDP sumber dan tujuan bagi trafik teredo. Alamat sumber dan tujuan ini harus bisa diterjemahkan oleh NAT. 29 3. IPv6 Header IPv6 header mengandung alamat IPv6 sumber dan tujuan. Header ini minimal mengandung alamat teredo client. 4. IPv6 Payload IPv6 payload mengandung PDU (Protocol Data Unit) dari paket IPv6 yang dienkapsulasi. 2.6 FTP (File Transfer Protocol) FTP (File Transfer Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk mempertukarkan file antar komputer di dalam jaringan yang mendukung protocol TCP/IP, seperti Internet. Untuk memastikan bahwa file terkirim dan diterima tanpa terjadi loss pada file yang dipertukarkan, FTP menggunakan protokol TCP pada transport layer. Seperti protokol yang bekerja pada model TCP/IP pada umumnya, FTP juga bekerja berdasarkan konsep client/server (Charles, 2005). FTP server adalah server yang menyediakan layanan untuk pertukaran file ketika mendapatkan request dari FTP client. FTP client adalah client yang meminta koneksi ke FTP server untuk melakukan pertukaran file. Cara kerjanya, sebuah FTP client membuka koneksi ke FTP server untuk mengirimkan atau mengambil file dari FTP server tersebut. Setelah koneksi terbuka (FTP client terhubung dengan FTP server), maka client dapat melakukan manipulasi file seperti upload file ke server, download file dari server, rename file yang terdapat di server, maupun delete file yang terdapat di server, tergantung dari jenis permission yang diberikan server kepada client. FTP bekerja seperti pada Gambar 2.10. User me-request koneksi FTP melalui User Interface yang dapat berupa software FTP client. Lalu User Interface melakukan hubungan ke User PI (Protocol Interpreter) yang kemudian melakukan hubungan ke server PI melalui default port untuk FTP, yaitu port 21. PI berperan memegang kendali dan meneruskan perintah/command FTP. PI juga mengendalikan DTP (Data Transfer Process). DTP menerima perintah/command 30 transfer dari PI untuk mengirim atau menyimpan file ke medium penyimpanan. Proses pertukaran file pada FTP dapat dilihat pada Gambar 2.10. User Interface Server PI FTP Commands FTP Replies File System Server DTP Data Connection Server FTP User User User PI User DTP File System User FTP Gambar 2.10 Proses pertukaran file pada FTP (Sumber: Faturrahman, 2008) Untuk menentukan siapa client yang berhak mengakses server serta apa saja hak akses client, digunakan sebuah sistem autentikasi untuk memastikan apakah client tersebut berhak mengakses server atau tidak. Autentikasi tersebut berupa permintaan username dan password dari FTP client. Berdasarkan hak akses client-nya, FTP server dibedakan menjadi dua jenis, anonymous dan restricted. FTP server yang membatasi siapa client yang boleh mengaksesnya serta membatasi hak akses dari client disebut sebagai restricted FTP. FTP server yang membebaskan siapa saja untuk mengaksesnya, disebut sebagai anonymous FTP. Anonymous FTP memungkinkan semua orang untuk mengakses dan mengambil file secara bebas tanpa perlu memiliki akun pada FTP server. Pada sesi autentikasi anonymous FTP, client hanya perlu mengisi anonymous sebagai username dan alamat email sebagai password. 31 2.7 Parameter QoS (Quality of Service) Performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan kumpulan dari beberapa parameter besaran teknis, yaitu : Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Packet Loss, merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima. Tabel 2.1 Packet loss KATEGORI DEGREDASI PACKET LOSS Sangat bagus 0 Bagus 3% Sedang 15 % Jelek 25 % Delay (latency), adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses komponen delay adalah sebagai berikut: yang lama. Adapun 32 Tabel 2.2 One-Way Delay/Latensi KATEGORI LATENSI BESAR DELAY Sangat bagus < 150 ms Bagus 150 s/d 300 ms Sedang 300 s/d 450 ms Jelek > 450 ms Jitter, atau variasi kedatangan paket, hal ini diakibatkan oleh variasivariasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay ,berhubungan eart dengan latency, yang menunjukkan banyaknya variasi delay pada taransmisi data di jaringan. Delay antrian pada router dan switch dapat menyebabkan jitter. Tabel 2.3 Jitter KATEGORI DEGRADASI PEAK JITTER Sangat bagus 0 ms Bagus 0 s/d 75 ms Sedang 76 s/d 125 ms Jelek 125 s/d 225 ms