PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang diikuti perdarahan dan stres yang dapat menimbulkan kematian (Admidjaja 2006). Kasus demam berdarah di Indonesia menduduki urutan tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang pada tahun 2010. Berdasarkan data Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 terdapat 150.000 kasus (Yus 2011). Pada tahun 2011 penderita DBD sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 penderita mengalami kematian (Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis 2011). Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak (Gibbons & Vaughn 2002). Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menimbulkan gejala seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, yang disertai leukopenia (kelainan leukosit), trombositopenia (kelainan trombosit), ruam, dan diathesis hemorhagik (perdarahan). Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti yang dapat menyebabkan menurunnya jumlah trombosit pada penderitanya. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (Kristiana et al. 2004). Terapi yang spesifik untuk penanganan penyakit DBD masih belum ada hingga saat ini, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni pemberian cairan pengganti (Soegijanto et al 2010). Cara lain yang dapat dilakukan oleh tenaga medis yaitu melalui transfusi trombosit. Transfusi darah memiliki resiko penularan penyakit dan virus tertentu, terutama bila darah tidak melalui proses screening (Wulandari et al. 2006). Kementrian Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini, melalui pengasapan dan penggunaan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Cara-cara yang telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan masih belum memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan. Kuinin dapat menyebabkan trombositopenia, neutropenia, anemia, gagal ginjal, dan keracunan pada hati (Howard et al 2003). Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit dalam sirkulasi pembuluh darah. Induksi kuinin kepada hewan coba dalam penelitian ini bertujuan untuk menurunkan jumlah trombosit darah agar memiliki gejala yang hampir sama dengan penderita demam berdarah dengue. Angkak atau biasa disebut sebagai red yeast rice merupakan hasil fermentasi beras dengan kapang Monascus purpureus. Angkak mampu meningkatkan jumlah trombosit dalam darah dan juga dapat mempertahankan jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit pada kisaran nilai normalnya. Angkak mampu memberikan kontribusi perbaikan pada organ hati dan ginjal dengan dosis 0.04 g/kg bb dan 0.08 g/kg bb (Rahmi 2009). Ekstrak alkohol daun jambu biji mampu meningkatkan pembentukan antibodi, baik IgG maupun IgM. Ekstrak daun jambu biji terbukti mampu menurunkan terjadinya permeabilitas vaskular sehingga diharapkan mencegah terjadinya kebocoran plasma dan stres yang menyebabkan kematian. (Soegijanto et al. 2010). Buah jambu biji mengandung 260 mg vitamin C, yang memiliki kandungan lebih tinggi 2-5 kali lipat dibandingkan jeruk. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang, meningkatkan serapan serta metabolisme zat besi, absorpsi kalsium, dan menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi termasuk infeksi virus dengue (BPTBT 2008). Masing-masing manfaat bahan ini telah dilakukan uji metaboliknya terhadap hematologi darah dengan ekstrak tunggal. Studi ilmiah tentang gambaran hematologi darah pada angkak dan jambu biji dalam formula campuran belum dilakukan. Menurut Chou (2006) kombinasi obat dapat meningkatkan efektivitas efek obat, menurunkan dosis sebagai pencegahan toksisitas, memperkecil pengembangan resistensi obat, dan memberikan sinergi selektif terhadap target. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas metabolik kombinasi angkak dan buah jambu biji, serta kombinasi angkak dan ekstrak etanol daun jambu biji secara in vivo pada tikus yang telah diinduksi kuinin terhadap jumlah trombosit, hemoglobin, eritrosit, leukosit serta hematokrit darah tikus yang telah diberi perlakuan. Hipotesis dari penelitian ini adalah angkak menghasilkan produk metabolit sekunder berupa senyawa lovastatin yang dapat meningkatkan trombosit. Ekstrak daun jambu