1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sejak awal proses pemesinan, operasi pemesinan yang berlangsung menggunakan cairan pemotongan adalah lazim dilakukan, hal ini disebut dengan operasi pemesinan basah. Untuk operasi pembubutan, tak kurang dari 20 ml/menit cairan pemotongan harus dialirkan pada kawasan pemotongan, yaitu kawasan atau zona dimana terjadi proses pembentukan geram (Chip formation), Kalpakjian (1995). Kalpakjian (1995), melaporkan bahwa tak kurang dari 750.000 galon cairan pemotongan bekas (cairan pemotongan yang sudah habis masa pakai) tercatat sebagai limbah dari industri pemotongan logam di Jerman. Jika hal ini dihubungkan dengan sejumlah negara-negara industri logam di dunia seperti Amerika, Jepang, Inggris, dan lainnya, maka jutaan galon cairan pemotongan bekas akan menjadi limbah. Limbahlimbah ini biasanya akan disimpan di dalam kontainer sebelum ditanam. Jika hal ini berkelanjutan, maka lingkungan akan terganggu dan ini bukan merupakan jalan keluar terbaik. Pemesinan kering didefenisikan sebagai operasi pemesinan yang masih boleh menggunakan cairan pemotongan untuk voume yang sangat terbatas, yaitu 50 ml/jam. Namun solusi yangpaling baik adalah jika operasi pemesinan dilakukan tanpa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 cairan pemotongan sama sekali. Sebagaimana paparan di atas, bahwa lazimnya operasi pemesinan dilakukan dengan pemesinan basah sehinggga karakteristik pemesinan basah sudah dikenal baik selama ini. Berbeda dengan pemesinan basah, dimana informasi mengenai karakteristik pemesinan kering belum banyak dilaporkan bahkan masih banyak yang meragukan, apakah pemesinan kering dapat dilakukan. Diantara banyak parameter-parameter yang digunakan, untuk mengkarakterisasikan proses pemesinan, maka ada beberapa parameter yang paling signifikan, diantaranya gaya pembentuk geram F, daya N dan efisiensi pemotongan η serta energi pemotongan spesifik Esp. Di samping itu, perlu mengetahui pula kondisi pemotongan moderat sehingga diketahui efisiensi kesesuaian antara material benda kerja dan pahat yang digunakan. Baja karbon dan karbida adalah material benda kerja dan bahan pahat standar pada operasi pemotongan logam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk-produk industri logam yang dibuat dari baja karbon dan dimesin dengan pahat karbida. industri pemotongan logam di Sumatera Utara atau Usaha Kecil Menengah (UKM) paling banyak menggunakan baja karbon sebagai bahan benda kerja, manakala pahat HSS yang masih banyak digunakan pada industri logam di Sumatra utara disarankan beliau menggunakan pahat karbida sebagaimana hasil penelitian. Beliau juga sudah melakukan pemesinan kering baja karbon dengan menggunakan pahat Karbida dan melaporkan kondisi optimum yang dapat dilakukan pada proses pembubutan. Namun demikian, laporan beliau lebih kepada kondisi pemotongan optimum jika karakteristik pemesinan kering sebagaimana paparan di atas belum dilaporkan. Dari paparan di atas, maka dirasa perlu untuk mempelajari karakteristik pemesinan kering baja karbon menggunakan pahat karbida, agar didapat informasi mengenai pemesinan kering secara luas dan informatif sehingga pemesinan kering dapat dilakukan dan kerusakan lingkungan dapat di minimalisir. 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana menentukan komponen gaya pembentukan geram pada proses pemesinan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 kering dengan berbagai variasi kecepatan spindle dan kedalaman potong? b. Bagaimana mengetauhi nilai kekasaran yang dihasilkan dari beberapa variasi kecepatan spindle, gerak makan dan kedalaman potong? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Melakukan analisis hubungan beban geram terhadap gaya pada pemesinan kering menggunakan pahat karbida tak berlapis. b. Melakukan analisis daerah pemotongan moderat dari kondisi pemesinan untuk mengetahui efisiensi kesesuaian benda kerja dengan jenis pahat yang digunakan. c. Melakukan optimasi proses pemotongan terhadap hasil benda kerja (poros) untuk mendapatkan hasil kekasaran yang optimal. 1.4 BATASAN PENELITIAN a. Bahan benda kerja yang digunakan adalah baja karbon rendah AISI 1045. Dengan kondisi awal tanpa pengerjaan pendahuluan, yaitu bahan yang biasa digunakan dalam industri manufaktur (bukan dalam keadaan ideal). b. Pahat yang digunakan adalah pahat karbida tak berlapis (WC + 6% Co, Cast iron cutting grade, tipe K) dengan merk CNMG 120412 EN-TM. c. Feeding, gerak makan dan kedalaman potong yang digunakan adalah (n = 950 dan 650 rpm), (f = 0,24 dan 0,17 mm/rev), (a = 2.0 dan 1,2 mm) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Tugas akhir ini disajikan dalam beberapa bab dengan tujuan untuk memudahkan pemaparan masalah dan membentuk alur pembahasan analisa yang mudah dipahami. BAB I merupakan uraian singkat mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II menjelaskan tinjauan pustaka yang akan memberikan informasi mengenai lima elemen dasar permesinan, pemotongan orthogonal, sifat dan ketermesinan dari bahan logam dan non logam, jenis material pahat, serta pemesinan kering dan perkembangannya. BAB III menjelaskan pengumpulan data, metodologi penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, proses pengerjaan yang dilakukan, serta faktor-faktor penting lainnya yang menunjang penelitian ini. BAB IV menjelaskan analisa data mengenai karakteristik pemesinan material yang meliputi komponen gaya pembentuk geram, dan hasil analisa kekasaran permukaan benda kerja. BAB V merupakan kesimpulan dan saran dari semua uraian pembahasan dalam tugas akhir ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/