e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT Putu Sri Widyahari, I Wayan Bagia, Fridayana Yudiaatmaja Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected],[email protected],[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang hal (1) perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, dan (2) perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20102013. Penelitian ini merupakan penelitian studi peristiwa dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Fek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 yang berjumlah 33 perusahaan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode pencacatan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Wilcoxon Signed Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, dan (2) tidak ada perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Kata Kunci : return saham, stock split, dan volume perdagangan saham Abstract This study aimed to obtain an explanatory to find about (1) difference of trading volume before and after the stock split, and (2) difference of stock return before and after stock split in the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2013. This event study used a quantitative research design causal. Data collected by documentation method. The population in this study were all of companies doing stock split in the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2013 totaling 33 companies. Data was analyzed using Wilcoxon Signed Rank. The results showed that (1) there is difference in the volume of stock trading before and after the stock split, and (2) there is no difference in stock returns before and after the stock split in the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2013. Keywords : stock return, stock split, and trading volume e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) PENDAHULUAN Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Salah satu alternatif yang dapat dipilih investor untuk berinvestasi adalah melalui perdagangan saham. Bursa atau pasar modal memungkinkan investor untuk melakukan diversifikasi investasi serta membentuk portofolio yang sesuai dengan risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Pasar modal juga dapat memberikan berbagai informasi yang tersedia di publik yang dapat diperoleh investor, seperti pembagian dividen saham, penggabungan usaha, pemecahan saham (stock split), dan sebagainya. Informasi tersebut dapat digunakan oleh para investor untuk mengurangi ketidakpastian yang akan dihadapi, sehingga keputusan investasi yang nantinya akan diambil mendapatkan hasil yang tidak jauh dari harapan. Pengumuman stock split, sebagai salah satu informasi yang dapat berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia, dapat memungkinkan terjadinya perubahanperubahan seperti harga, imbal hasil, dan juga volume perdagangan saham (Sakti dan Rini, 2013). Pemecahan saham (stock split) adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Perubahan harga akibat peristiwa stock split dapat memberikan sinyal positif bagi para investor untuk melakukan transaksi. Penurunan harga saham dapat meningkatkan kemampuan investor untuk melakukan transaksi, terutama bagi investor kecil. Sedangkan harga saham yang meningkat dapat menjadi cerminan peningkatan nilai perusahaan, karena harga pasar dari saham dapat menjadi cerminan dari nilai perusahaan. Akan tetapi peningkatan harga saham yang dinilai terlalu tinggi oleh pasar dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan investor dan juga volume perdagangan saham, maka perusahaan penerbit saham harus selalu memperhatikan harga sahamnya. Berdasarkan data awal yang diperoleh, dari 35 perusahaan yang melakukan stock split periode 2010-2013, terdapat 14 perusahaan yang mengalami penurunan volume perdagangan saham yang diukur dari rata-rata Trading Volume Activity (TVA) dan return saham yang diukur dari rata-rata abnormal return saham 10 hari sebelum terjadinya peristiwa stock split (H-10) dan 10 hari setelah terjadinya peristiwa stock split (H+10) yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Daftar Rata-Rata 14 Perusahaan Yang Mengalami Penurunan Volume Perdagangan Saham dan Return Saham Setelah Melakukan Stock Split Periode 2010-2013. Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Setelah Stock Split Stock Split 0,007 0,001 Abnormal Return Jumlah Penurunan 0,006 Sebelum Stock Split 0,071 Setelah Stock Split -0,006 Jumlah Penurunan 0,077 (Sumber: Data yang diolah) Secara teoritik Sriwidharmanely (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) cenderung berdampak pada harga saham yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham (stock split). Hal ini disebabkan perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) memiliki harga saham yang lebih tinggi e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Akibatnya volume perdagangan saham yang lebih tinggi yang disebabkan harga saham yang relatif lebih murah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham (stock split). Harga saham suatu perusahaan pada tingkat tertentu dapat menjadi sangat tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kecenderungan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, sehingga saham yang ditawarkan pada publik oleh perusahaan yang bersangkutan memiliki harga yang tinggi. Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki tingkat dana terbatas, yang terjadi kemudian adalah para investor akan berbalik untuk membeli saham perusahaan lain. Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah menempatkan kembali harga saham pada jangkauan tertentu. Dengan kata lain perusahaan harus berusaha menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli sehingga dapat meningkatkan permintaan saham. Peningkatan permintaan saham akan berdampak pada naiknya volume perdagangan saham, yaitu kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham (Indarti dan Purba, 2011). Hal ini juga didukung hasil temuan emperik dari Sutrisno (2000) dan Sadikin (2011), yang menemukan bahwa peristiwa stock split berpengaruh terhadap volume perdagangan saham serta hasil temuan Hernoyo (2013) yang menemukan bahwa peristiwa stock split berpengaruh terhadap return saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang hal mengenai (1) perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, dan (2) perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan – perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dalam pengembangan Ilmu ekonomi pada bidang manajeman keuangan mengenai stock split, volume perdagangan saham, dan return saham dan secara praktis diharapkan dapat memberikan saran dan masukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang peristiwa stock split guna meningkatkan volume perdagangan saham dan return saham. Stock split merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan dengan mengubah nilai nominal saham sesuai dengan factor split yang dilakukan. Menurut Horne (1995), pemecahan saham merupakan kenaikan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal suatu saham secara proporsional. Pemecahan saham ini memberikan informasi yang mampu memberikan keyakinan tinggi tentang masa depan perusahaan. Pengaruh informasi terhadap harga saham menunjukkan hasil yang menyenangkan disekitar waktu pengumuman pemecahan saham, harga saham mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun bukti yang diperoleh harus diinterprestasikan dengan hati–hati. Pemecahan saham yang dilakukan mendahului adanya peningkatan deviden kas dan laba sehingga pasar tampaknya menganggap pemecahan e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) saham sebagai indikasi adanya peningkatan laba perusahaan, jadi peningkatan harga saham yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya pemecahan saham itu sendiri namun lebih disebabkan oleh informasi yang positif. Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish. Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di pasar (Meidawati & Harimawan, 2004). Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Chordia and Bhaskaran, 2000). Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati investor atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Return saham yang akan diterima oleh investor sangat dipengaruhi oleh jenis investasi yang dipilih. Untuk mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan dengan adanya peristiwa stock split diukur dengan adanya abnormal return yang diterima oleh investor (Jogiyanto,1998). Abnormal return merupakan selisih antara return yang sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return) (Ang, 1997). Menurut Jogiyanto (1998), abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return abnormal. Return normal merupakan return ekspekasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal retun) adalah selisih antara return sesunguhnya yang terjadi dengan return ekspekstasi. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal dan merupakan penelitian studi peristiwa (event study). Subjek penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang hanya melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 dan objek penelitian ini adalah stock split, volume perdagangan saham dan return saham. Populasi yang digunakan adalah 33 perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Eek Indoneisa (BEI) periode 2010-2013. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa data stock split, volume perdagangan saham dan harga saham yang bersumber dari www.yahoofinance.com. Data dikumpulkan dengan teknik pencatatan dokumen, kemudian dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang berupa grafik aktivitas trading volume activity (TVA) dan return saham sebelum dan sesudah stock split, perhitungan uji statistik Wilcoxon Signed Rank dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 19.0 for Windows, serta tabel hasil perhitungan manual untuk tabel penolong test Wilcoxon. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) Gambar 1 Grafik Aktivitas Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split Gambar 2 Grafik Aktivitas Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split Rata-Rata Abnormal Return Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Sebelum 0.03 Setelah 0.0272 0.025 0.02 0.006059 0.01 0.004372 0.003428 0.002979 0.002964 0.002779 0.003865 0.003428 0.003078 0.002572 0.005 -0.005 -0.01 -0.015 2 3 4 5 6 7 8 9 0.00268 0.00156 0.0013 0 0 0.001055 0.000894 0.000969 0.000945 0.000874 0.000784 0.000583 0.000635 1 Sebel um Sesu dah 0.015 0.006706 0.006194 10 1 0.00254 0.00205 0.00127 -0.00099 -0.00248 -0.00375 -0.00425 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -0.00632 -0.00638 -0.00621 -0.00694 -0.00857 -0.00918 -0.01125 -0.01342 -0.02 Tabel 2. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Variabel Negative Ranks Positif Ranks Ties Z hitung Z tabel Keputusan Trading Volume Activity (TVA) 26 0 7 -4,457 -1,95 Menerima Ho Abnormal Return Saham 14 19 0 -0,054 -1,95 Menolak Ho Simpulan Ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split Tidak ada perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split (Sumber: Print out SPSS) Tabel 3. Tabel Penolong Untuk Test Wilcoxon Tanda Jenjang Variabel + Trading Volume Activity (TVA) 28 505 Abnormal Return Saham 265 231 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa aktivitas volume perdagangan saham pada hari pertama sampai hari kedelapan setelah stock split tidak terlalu aktif, angka setelah stock split mencapai titik tertinggi dengan angka 0,006059 pada T table 89 89 hari kesembilan dan kembali mengalami penurunan pada hari kesepuluh yaitu sebesar 0,00342. Sedangkan aktivitas Trading Volume Activity (TVA) sebelum stock split terlihat lebih aktif dibandingkan periode setelah stock split dan puncak e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) tertinggi aktivitas perdagangan mencapai angka 0,0060706 pada hari kelima. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata volume perdagangan saham sebelum peristiwa berada di atas rata-rata setelah peristiwa stock split yang berarti peristiwa pemecahan saham (stock split) memiliki pengaruh terhadap aktivitas volume perdagangan saham. Gambar 2 menyatakan bahwa aktivitas return saham yang bergerak fluktuatif antara sebelum dan sesudah stock split terlihat hampir sama, namun rata-rata jumlah return setelah stock split lebih rendah dibandingkan return saham sebelum stock split. Ttitik puncak tertinggi abnormal return sebelum stock split terjadi pada hari kesepuluh dengan angka 0,0272 dan setelah stock split titik puncak tertinggi terjadi pada hari kedua dengan angka 0,00268. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata volume perdagangan saham sebelum peristiwa tidak jauh berbeda dengan ratarata setelah peristiwa stock split yang berarti peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak memiliki pengaruh terhadap abnormal return. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Wilcoxon Signed Range pada tabel 2 menyatakan bahwa ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Hal ini dikarenakan z hitung untuk variabel Trading Volume Activity (TVA) = -4,457 > z tabel = 1,95 maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan Trading Volume Activity (TVA) saham sebelum dan sesudah stock split. Untuk variabel abnormal return menyatakan nilai z hitung = -0,054 < z tabel = -1,95 maka Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan tabel penolong untuk Wilcoxon Test pada tabel 3, untuk tabel VIII n = 33 taraf kesalahan 5% (uji 2 fihak), maka T table = 89. Oleh karena jumah rangking positif untuk variable volume perdagangan saham yang diukur dari trading volume activity (TVA) lebih kecil dibanding rangking negatif maka nilai yang digunakan adalah jumlah rangking yang positif yaitu 28 lebih kecil dari 89, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Untuk jumlah rangking negatif variable return saham yang diukur dari abnormal return lebih kecil dibanding rangking positif maka nilai yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif yaitu 231 lebih besar dari 89, maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulakn tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dengan tingkat signifikansi 5% dapat diketahui bahwa z hitung untuk variabel Trading Volume Activity (TVA) adalah -4,457 > 1,95, yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, atau ada perbedaan antara volume perdagangan saham sebelum stock split dan volume perdagangan saham setelah stock split. Hal ini menunjukan bahwa pengumuman stock split di Bursa Efek Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas saham. Tujuan perusahaan melakukan stock split agar harga sahamnya berada pada rentang perdagangan yang optimal sehingga diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan saham. Hasil penelitian ini juga telah membuktikan akan Trading Range Theory yang menyatakan bahwa pemecahan saham (stock split) akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Teori ini menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangankan. Tidak likuidnya sahamsaham tersebut akan mempersempit gerak investor dalam berinvestasi, selain itu saham yang tidak likuid akan merugikan investor karena saham-saham tersebut tidak mudah diinvestasikan. Bagi emiten, likuiditas saham dirasa sangat penting e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) karena saham yang tidak likuid akan berakibat dikeluarkannya saham tersebut dari pasar modal (delisting). Selain itu pemecahan saham juga dapat meningkatkan kemampuan investor untuk bertransaksi terutama untuk investor kecil karena harga saham menjadi tidak terlalu tinggi. Pada variabel abnormal return hasil yang diperoleh adalah nilai z hitung (-0,054) < z tabel (-1,95) yang artinya Ho diterima dan H2 ditolak, atau tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Dengan hasil ini dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return. Dengan tidak adanya perubahan yang signifikan berarti juga tidak ada perbedaan pada return saham sebelum dan sesudah stock split. Dengan demikian, disimpulkan bahwa aktivitas stock split tidak mempengaruhi return saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mendasri kebijakan pelaksanaan stock split yakni Signaling Theory yang menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal positif, karena perusahaan menginformasikan prospek yang baik sehingga menyebabkan investor lebih tertarik untuk memperdagangkan saham tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sutrisno (2000), Sadikin (2011), serta Indarti dan Purba (2011) yang menyatakan bahwa peristiwa pemecahan saham (stock split) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume perdagangan saham. Hasil ini disebabkan karena transaksi saham menjadi lebih menarik setelah adanya perubahan harga yang ditunjukan dengan peningkatan likuiditas saham. Mendukung penelitian Sutrisno (2000), Mila (2010), Sadikin (2011), Sutrisno (2000), Sadikin (2011) yang menyatakan bahwa peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yang diukur dari abnormal return baik secara individual maupun sebagai portofolio. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mila (2000) dan Hernoyo (2013) yang menyatakan bahwa ada perbedaan pada return saham dilihat dari abnormal returnnya. Sedangkan mengenai volume perdagangan saham, penelitian ini tidak mendukung penelitian Mila (2000) dan Hernoyo (2013) yang menyatakan stock split tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan saham dilihat dari Trading Volume Activity (TVA). Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa penelitian tentang peristiwa stock split ini menghsilkan dua pendapat yang berbeda. Dari beberapa penelitain terdahulu menunjukan bahwa peristiwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifkan, variabel yang diteliti yaitu return saham dan volume perdagangan saham, akan tetapi beberapa penelitian terdahulu juga menunjukan bahwa peristiwa stock split mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap return saham maupun volume pedagangan saham yang diukur dari Trading Volume Activity (TVA). Keterbatasan atau kelemahan dalam penelitian ini adalah baru mengamati data pada 33 perusahaan dan periode estimasi 10 hari sebelum peristiwa stock split (H-10) dan 10 hari setelah peristiwa stock split (H+10). Jumlah populasi dalam penelitian ini masih sedikit, sehingga peneliti lain diharapkan menggunakan populasi yang lebih luas dan menambah periode estimasi agar hasil penelitian lebih teruji keandalannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut (1) ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, dan (2) tidak ada peredaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Berdasarkan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut (1) bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), agar lebih memperhatikan harga sahamnya dengan melakukan pemecahan saham (stock split) agar harga saham berada pada rentang perdagangan yang optimal sehingga dapat meningkatkan return saham perusahaan (2) bagi para peneliti, khususnya yang tertarik dan berminat untuk mendalami tentang peristiwa pemecahan saham (stock split), diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan menambah sampel atau populasi serta periode estimasi yang lebih luas agar mendapatkan hasil penelitian yang diduga kuat dapat mempengaruhi volume perdagangan saham dan return saham. DAFTAR RUJUKAN Sadikin, Ali. 2011. “Analisis Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham, Sebelum Dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi Pada Perusahaan Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi. Vol. 12.No. 1, hal.25-34. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Indarti, Iin dan Desti Mulyani Br. Purba. 2011. “Analisis Perbandingan Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split”. Jurnal Ekonomi. Vol. 13 No. 1, hal.60-69. Ika, A dan Anna Purwaningsih. 2008. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock Split: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen. Vol. 3.No. 1, hal 55-62. Indonesia Stock Exchange. Publikasi Statistik. Stock Split. http/www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 1 April 2014. Iramani, Rr., & Muazorah. 2006. “Analisis Kinerja Keuangan, Kemahalan Saham dan Likuiditas Pada Pemecahan Saham”. Ventura: Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Vol. 9.No. 1, hal. 43-52. Jogiyanto, H.M. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi I. Yogyakarta: BPFE. Hernoyo, Muhamad Ade. 2013. “Pengaruh Stock Split Announcement Terhadap Volume Perdagangan Dan Return”. Jurnal Ekonomi 2 (1), hal.113-122. Meidawati, Neni & Mahendra Harimawan. 2004. Pengaruh Pemilihan Umum Legislatif Indonesia Tahun 2004 Terhadap Return Ssaham Dan Volume Perdagangan Saham LQ-45 Di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Ekonomi. Vol. 7. No. 1, hal. 73-81. Sriwidharmanely. 2006. Kinerja Saham, Kinerja Keuangan dan Stock Splits : Suatu Pendekatan Matched Pired. Jurnal Ilmiah. STIE Widya Manggala 1-12. Chordia, Tharun dan Bhaskaran. 2000. Trading Volume and Cross Autocorrelation In Stock Return. The Journal Of Finance. Vol 4, hal. 93105. Sutrisno, Wang, Fransisca Yuniarta, dan Soffy Susilowati. (2000). “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi. Vol. 2. No. 2, hal. 1-13.