analisis perbedaan volume perdagangan saham

advertisement
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN
RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
Putu Sri Widyahari, I Wayan Bagia, Fridayana Yudiaatmaja
Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected],[email protected],[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji
tentang hal (1) perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock
split, dan (2) perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada
perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20102013. Penelitian ini merupakan penelitian studi peristiwa dengan menggunakan desain
penelitian kuantitatif kausal. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
melakukan stock split di Bursa Fek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 yang berjumlah
33 perusahaan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode pencacatan
dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Wilcoxon Signed Rank. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan volume perdagangan saham
sebelum dan sesudah stock split, dan (2) tidak ada perbedaan return saham sebelum
dan sesudah stock split pada perusahan yang melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013.
Kata Kunci : return saham, stock split, dan volume perdagangan saham
Abstract
This study aimed to obtain an explanatory to find about (1) difference of trading
volume before and after the stock split, and (2) difference of stock return before and
after stock split in the Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2013. This event
study used a quantitative research design causal. Data collected by documentation
method. The population in this study were all of companies doing stock split in the
Indonesia Stock Exchange (IDX) period 2010-2013 totaling 33 companies. Data was
analyzed using Wilcoxon Signed Rank. The results showed that (1) there is difference
in the volume of stock trading before and after the stock split, and (2) there is no
difference in stock returns before and after the stock split in the Indonesia Stock
Exchange (IDX) period 2010-2013.
Keywords : stock return, stock split, and trading volume
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
merupakan pihak yang menyelenggarakan
dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek di antara mereka.
Salah satu alternatif yang dapat dipilih
investor untuk berinvestasi adalah melalui
perdagangan saham. Bursa atau pasar
modal memungkinkan investor untuk
melakukan diversifikasi investasi serta
membentuk portofolio yang sesuai dengan
risiko dan tingkat pengembalian yang
diharapkan. Pasar modal juga dapat
memberikan berbagai informasi yang
tersedia di publik yang dapat diperoleh
investor, seperti pembagian dividen saham,
penggabungan usaha, pemecahan saham
(stock split), dan sebagainya. Informasi
tersebut dapat digunakan oleh para investor
untuk mengurangi ketidakpastian yang akan
dihadapi, sehingga keputusan investasi
yang nantinya akan diambil mendapatkan
hasil yang tidak jauh dari harapan.
Pengumuman stock split, sebagai salah
satu informasi yang dapat berpengaruh
pada Bursa Efek Indonesia, dapat
memungkinkan
terjadinya
perubahanperubahan seperti harga, imbal hasil, dan
juga volume perdagangan saham (Sakti dan
Rini, 2013). Pemecahan saham (stock split)
adalah perubahan nilai nominal per lembar
saham dan jumlah saham yang beredar
sesuai dengan faktor pemecahan (split
factor). Perubahan harga akibat peristiwa
stock split dapat memberikan sinyal positif
bagi para investor untuk melakukan
transaksi. Penurunan harga saham dapat
meningkatkan kemampuan investor untuk
melakukan transaksi, terutama bagi investor
kecil. Sedangkan harga saham yang
meningkat
dapat
menjadi
cerminan
peningkatan nilai perusahaan, karena harga
pasar dari saham dapat menjadi cerminan
dari nilai perusahaan. Akan tetapi
peningkatan harga saham yang dinilai
terlalu
tinggi
oleh
pasar
dapat
mengakibatkan menurunnya kemampuan
investor dan juga volume perdagangan
saham, maka perusahaan penerbit saham
harus
selalu
memperhatikan
harga
sahamnya.
Berdasarkan
data
awal
yang
diperoleh, dari 35 perusahaan yang
melakukan stock split periode 2010-2013,
terdapat 14 perusahaan yang mengalami
penurunan volume perdagangan saham
yang diukur dari rata-rata Trading Volume
Activity (TVA) dan return saham yang diukur
dari rata-rata abnormal return saham 10
hari sebelum terjadinya peristiwa stock split
(H-10) dan 10 hari setelah terjadinya
peristiwa stock split (H+10) yang bisa dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Daftar Rata-Rata 14 Perusahaan Yang Mengalami Penurunan Volume Perdagangan
Saham dan Return Saham Setelah Melakukan Stock Split Periode 2010-2013.
Trading Volume Activity
(TVA)
Sebelum
Setelah
Stock Split Stock Split
0,007
0,001
Abnormal Return
Jumlah
Penurunan
0,006
Sebelum
Stock Split
0,071
Setelah
Stock Split
-0,006
Jumlah Penurunan
0,077
(Sumber: Data yang diolah)
Secara
teoritik
Sriwidharmanely
(2006) mengungkapkan bahwa perusahaan
yang melakukan pemecahan saham (stock
split) cenderung berdampak pada harga
saham yang lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melakukan
pemecahan saham (stock split). Hal ini
disebabkan perusahaan yang melakukan
pemecahan saham (stock split) memiliki
harga
saham
yang
lebih
tinggi
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan pemecahan saham.
Akibatnya volume perdagangan saham
yang lebih tinggi yang disebabkan harga
saham
yang
relatif
lebih
murah
dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan pemecahan saham (stock
split).
Harga saham suatu perusahaan pada
tingkat tertentu dapat menjadi
sangat
tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh karena
adanya kecenderungan bahwa perusahaan
yang bersangkutan memiliki prospek yang
baik di masa yang akan datang, sehingga
saham yang ditawarkan pada publik oleh
perusahaan yang bersangkutan memiliki
harga yang tinggi. Kenaikan harga saham
yang terlalu tinggi, akan menyebabkan
permintaan terhadap pembelian saham
tersebut mengalami penurunan.
Penurunan permintaan tersebut dapat
disebabkan karena tidak semua investor
tertarik untuk membeli saham dengan
harga yang terlalu tinggi, terutama investor
perorangan yang memiliki tingkat dana
terbatas, yang terjadi kemudian adalah para
investor akan berbalik untuk membeli
saham perusahaan lain. Untuk menghindari
munculnya kondisi tersebut, maka upaya
yang
perlu
dilakukan
oleh
suatu
perusahaan adalah menempatkan kembali
harga saham pada jangkauan tertentu.
Dengan kata lain perusahaan harus
berusaha menurunkan harga saham pada
kisaran harga yang menarik minat investor
untuk
membeli
sehingga
dapat
meningkatkan permintaan saham.
Peningkatan permintaan saham akan
berdampak
pada
naiknya
volume
perdagangan saham,
yaitu kenaikan
aktivitas jual beli para investor di bursa.
Semakin meningkat volume penawaran dan
permintaan suatu saham, semakin besar
pengaruhnya terhadap pergerakan harga
saham
di
bursa,
dan
semakin
meningkatnya volume perdagangan saham
menunjukkan semakin diminatinya saham
tersebut oleh masyarakat sehingga akan
membawa pengaruh terhadap naiknya
harga atau return saham (Indarti dan Purba,
2011). Hal ini juga didukung hasil temuan
emperik dari Sutrisno (2000) dan Sadikin
(2011), yang menemukan bahwa peristiwa
stock split berpengaruh terhadap volume
perdagangan saham serta hasil temuan
Hernoyo (2013) yang menemukan bahwa
peristiwa stock split berpengaruh terhadap
return saham.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh temuan eksplanatif yang teruji
tentang hal
mengenai (1) perbedaan
volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah stock split, dan (2) perbedaan
return saham sebelum dan sesudah stock
split pada perusahaan – perusahaan yang
melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia
(BEI) periode
2010-2013.
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat secara teoritis dalam
pengembangan Ilmu ekonomi pada bidang
manajeman keuangan mengenai stock split,
volume perdagangan saham, dan return
saham dan secara praktis diharapkan dapat
memberikan saran dan masukan pada
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tentang peristiwa
stock split guna meningkatkan volume
perdagangan saham dan return saham.
Stock split merupakan pemecahan
jumlah saham yang beredar dari suatu
perusahaan dengan mengubah nilai
nominal saham sesuai dengan factor split
yang dilakukan. Menurut Horne (1995),
pemecahan saham merupakan kenaikan
jumlah saham yang beredar dengan
mengurangi nilai nominal suatu saham
secara proporsional. Pemecahan saham
ini memberikan informasi yang mampu
memberikan keyakinan tinggi tentang
masa depan perusahaan. Pengaruh
informasi
terhadap
harga
saham
menunjukkan hasil yang menyenangkan
disekitar waktu pengumuman pemecahan
saham, harga saham mengalami kenaikan
yang cukup tinggi, namun bukti yang
diperoleh harus diinterprestasikan dengan
hati–hati. Pemecahan
saham yang
dilakukan mendahului adanya peningkatan
deviden kas dan laba sehingga pasar
tampaknya
menganggap
pemecahan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
saham
sebagai
indikasi
adanya
peningkatan
laba
perusahaan,
jadi
peningkatan harga saham yang terjadi
bukan
disebabkan
oleh
adanya
pemecahan saham itu sendiri namun lebih
disebabkan oleh informasi yang positif.
Volume perdagangan merupakan
bagian yang diterima dalam analisis
teknikal. Kegiatan perdagangan dalam
volume yang sangat tinggi di suatu bursa
akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan
membaik.
Peningkatan
volume
perdagangan saham dibarengi dengan
peningkatan harga merupakan gejala yang
semakin kuat akan kondisi yang bullish.
Volume perdagangan saham dapat
digunakan oleh investor untuk melihat
apakah saham yang dibeli tersebut
merupakan
saham
yang
aktif
diperdagangkan di pasar (Meidawati &
Harimawan, 2004). Saham yang aktif
perdagangannya sudah pasti memiliki
volume perdagangan yang besar dan
saham dengan volume yang besar akan
menghasilkan return saham yang tinggi
(Chordia and Bhaskaran, 2000).
Return
merupakan
tingkat
keuntungan yang dinikmati investor atas
suatu investasi yang dilakukannya (Ang,
1997). Return saham yang akan diterima
oleh investor sangat dipengaruhi oleh jenis
investasi yang dipilih. Untuk mengukur
besarnya return yang akan diterima
investor sehubungan dengan adanya
peristiwa stock split diukur dengan adanya
abnormal return yang diterima oleh
investor (Jogiyanto,1998).
Abnormal return merupakan selisih
antara return yang sebenarnya (actual
return) dengan return yang diharapkan
(expected return) (Ang, 1997). Menurut
Jogiyanto (1998), abnormal return atau
excess return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap
return
abnormal.
Return
normal
merupakan return ekspekasi (return yang
diharapkan
oleh
investor).
Dengan
demikian return tidak normal (abnormal
retun) adalah selisih antara return
sesunguhnya yang terjadi dengan return
ekspekstasi.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian
kuantitatif
kausal
dan
merupakan penelitian studi peristiwa
(event study). Subjek penelitian ini adalah
perusahaan – perusahaan yang hanya
melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013 dan
objek penelitian ini adalah stock split,
volume perdagangan saham dan return
saham. Populasi yang digunakan adalah
33 perusahaan yang melakukan stock split
di Bursa Eek Indoneisa (BEI) periode
2010-2013. Jenis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini yaitu berupa data
stock split, volume perdagangan saham
dan harga saham yang bersumber dari
www.yahoofinance.com.
Data
dikumpulkan dengan teknik pencatatan
dokumen, kemudian dianalisis dengan uji
Wilcoxon Signed Rank.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada bagian ini akan disajikan hasil
penelitian yang berupa grafik aktivitas
trading volume activity (TVA) dan return
saham sebelum dan sesudah stock split,
perhitungan uji statistik Wilcoxon Signed
Rank dengan menggunakan bantuan
program Statistical Package for Social
Science (SPSS) 19.0 for Windows, serta
tabel hasil perhitungan manual untuk tabel
penolong test Wilcoxon.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
Gambar 1 Grafik Aktivitas Trading Volume
Activity (TVA) Sebelum dan
Sesudah Stock Split
Gambar 2 Grafik
Aktivitas
Abnormal
Return Sebelum dan Sesudah
Stock Split
Rata-Rata Abnormal Return
Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA)
Sebelum
0.03
Setelah
0.0272
0.025
0.02
0.006059
0.01
0.004372
0.003428
0.002979
0.002964
0.002779
0.003865
0.003428 0.003078
0.002572
0.005
-0.005
-0.01
-0.015
2
3
4
5
6
7
8
9
0.00268 0.00156
0.0013
0
0
0.001055 0.000894
0.000969
0.000945
0.000874
0.000784
0.000583 0.000635
1
Sebel
um
Sesu
dah
0.015
0.006706
0.006194
10
1
0.00254 0.00205
0.00127
-0.00099
-0.00248
-0.00375
-0.00425
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-0.00632
-0.00638 -0.00621
-0.00694
-0.00857
-0.00918
-0.01125
-0.01342
-0.02
Tabel 2. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank
Variabel
Negative
Ranks
Positif
Ranks
Ties
Z
hitung
Z tabel
Keputusan
Trading
Volume
Activity
(TVA)
26
0
7
-4,457
-1,95
Menerima
Ho
Abnormal
Return
Saham
14
19
0
-0,054
-1,95
Menolak
Ho
Simpulan
Ada
perbedaan
volume
perdagangan saham
sebelum dan
sesudah
stock split
Tidak ada
perbedaan
return saham
sebelum dan
sesudah stock
split
(Sumber: Print out SPSS)
Tabel 3. Tabel Penolong Untuk Test Wilcoxon
Tanda Jenjang
Variabel
+
Trading Volume Activity (TVA)
28
505
Abnormal Return Saham
265
231
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat
bahwa aktivitas volume perdagangan
saham pada hari pertama sampai hari
kedelapan setelah stock split tidak terlalu
aktif, angka setelah stock split mencapai
titik tertinggi dengan angka 0,006059 pada
T table
89
89
hari kesembilan dan kembali mengalami
penurunan pada hari kesepuluh yaitu
sebesar 0,00342. Sedangkan aktivitas
Trading Volume Activity (TVA) sebelum
stock split terlihat lebih aktif dibandingkan
periode setelah stock split dan puncak
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
tertinggi aktivitas perdagangan mencapai
angka 0,0060706 pada hari kelima. Hal ini
menunjukkan
nilai
rata-rata
volume
perdagangan saham sebelum peristiwa
berada di atas rata-rata setelah peristiwa
stock
split
yang
berarti
peristiwa
pemecahan saham (stock split) memiliki
pengaruh
terhadap aktivitas volume
perdagangan saham.
Gambar 2 menyatakan bahwa
aktivitas return saham yang bergerak
fluktuatif antara sebelum dan sesudah stock
split terlihat hampir sama, namun rata-rata
jumlah return setelah stock split lebih
rendah
dibandingkan
return
saham
sebelum stock split. Ttitik puncak tertinggi
abnormal return sebelum stock split terjadi
pada hari kesepuluh dengan angka 0,0272
dan setelah stock split titik puncak tertinggi
terjadi pada hari kedua dengan angka
0,00268. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata
volume perdagangan saham sebelum
peristiwa tidak jauh berbeda dengan ratarata setelah peristiwa stock split yang
berarti peristiwa pemecahan saham (stock
split) tidak memiliki pengaruh terhadap
abnormal return.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
analisis Wilcoxon Signed Range pada tabel
2 menyatakan bahwa ada perbedaan
volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah stock split pada perusahaan yang
melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Hal ini
dikarenakan z hitung untuk variabel Trading
Volume Activity (TVA) = -4,457 > z tabel = 1,95 maka Ho ditolak yang berarti bahwa
ada perbedaan Trading Volume Activity
(TVA) saham sebelum dan sesudah stock
split. Untuk variabel abnormal return
menyatakan nilai z hitung = -0,054 < z tabel
= -1,95 maka Ho diterima yang berarti
bahwa tidak ada perbedaan return saham
sebelum dan sesudah stock split.
Berdasarkan tabel penolong untuk
Wilcoxon Test pada tabel 3, untuk tabel VIII
n = 33 taraf kesalahan 5% (uji 2 fihak),
maka T table = 89. Oleh karena jumah
rangking positif untuk variable volume
perdagangan saham yang diukur dari
trading volume activity (TVA) lebih kecil
dibanding rangking negatif maka nilai yang
digunakan adalah jumlah rangking yang
positif yaitu 28 lebih kecil dari 89, maka Ho
ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat
perbedaan volume perdagangan saham
sebelum dan sesudah stock split. Untuk
jumlah rangking negatif variable return
saham yang diukur dari abnormal return
lebih kecil dibanding rangking positif maka
nilai yang digunakan adalah jumlah
rangking yang negatif yaitu 231 lebih besar
dari 89, maka Ho diterima. Jadi dapat
disimpulakn tidak terdapat perbedaan
return saham sebelum dan sesudah stock
split.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dengan
tingkat signifikansi 5% dapat diketahui
bahwa z hitung untuk variabel Trading
Volume Activity (TVA) adalah -4,457 > 1,95, yang artinya Ho ditolak dan H1
diterima, atau ada perbedaan antara
volume perdagangan saham sebelum stock
split dan volume perdagangan saham
setelah stock split. Hal ini menunjukan
bahwa pengumuman stock split di Bursa
Efek Indonesia berpengaruh
secara
signifikan terhadap likuiditas saham. Tujuan
perusahaan melakukan stock split agar
harga sahamnya berada pada rentang
perdagangan yang optimal sehingga
diharapkan dapat meningkatkan volume
perdagangan saham.
Hasil penelitian ini juga telah
membuktikan akan Trading Range Theory
yang menyatakan bahwa pemecahan
saham (stock split) akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Teori ini
menyatakan bahwa harga saham yang
terlalu tinggi (overprice) menyebabkan
kurang
aktifnya
saham
tersebut
diperdagangankan. Tidak likuidnya sahamsaham tersebut akan mempersempit gerak
investor dalam berinvestasi, selain itu
saham yang tidak likuid akan merugikan
investor karena saham-saham tersebut
tidak mudah diinvestasikan. Bagi emiten,
likuiditas saham dirasa sangat penting
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
karena saham yang tidak likuid akan
berakibat dikeluarkannya saham tersebut
dari pasar modal (delisting). Selain itu
pemecahan
saham
juga
dapat
meningkatkan kemampuan investor untuk
bertransaksi terutama untuk investor kecil
karena harga saham menjadi tidak terlalu
tinggi.
Pada variabel abnormal return hasil
yang diperoleh adalah nilai z hitung (-0,054)
< z tabel (-1,95) yang artinya Ho diterima
dan H2 ditolak, atau tidak terdapat
perbedaan return saham sebelum dan
sesudah stock split.
Dengan hasil ini dapat dikatakan tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
terhadap abnormal return. Dengan tidak
adanya perubahan yang signifikan berarti
juga tidak ada perbedaan pada return
saham sebelum dan sesudah stock split.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa
aktivitas stock split tidak mempengaruhi
return saham. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan teori yang mendasri
kebijakan pelaksanaan stock split yakni
Signaling Theory yang menyatakan bahwa
stock split memberikan sinyal positif, karena
perusahaan menginformasikan prospek
yang baik sehingga menyebabkan investor
lebih tertarik untuk memperdagangkan
saham tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan Sutrisno (2000),
Sadikin (2011), serta Indarti dan Purba
(2011) yang menyatakan bahwa peristiwa
pemecahan saham (stock split) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap volume
perdagangan saham. Hasil ini disebabkan
karena transaksi saham menjadi lebih
menarik setelah adanya perubahan harga
yang ditunjukan dengan peningkatan
likuiditas saham.
Mendukung
penelitian
Sutrisno
(2000), Mila (2010), Sadikin (2011),
Sutrisno (2000), Sadikin (2011) yang
menyatakan bahwa peristiwa pemecahan
saham (stock split) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham
yang diukur dari abnormal return baik
secara
individual
maupun
sebagai
portofolio.
Hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Mila (2000)
dan Hernoyo (2013) yang menyatakan
bahwa ada perbedaan pada return saham
dilihat dari abnormal returnnya. Sedangkan
mengenai volume perdagangan saham,
penelitian ini tidak mendukung penelitian
Mila (2000) dan Hernoyo (2013) yang
menyatakan stock split tidak berpengaruh
terhadap volume perdagangan saham
dilihat dari Trading Volume Activity (TVA).
Hasil penelitian ini memberikan
implikasi bahwa penelitian tentang peristiwa
stock split ini menghsilkan dua pendapat
yang berbeda. Dari beberapa penelitain
terdahulu menunjukan bahwa peristiwa
stock split tidak mempunyai pengaruh yang
signifkan, variabel yang diteliti yaitu return
saham dan volume perdagangan saham,
akan tetapi beberapa penelitian terdahulu
juga menunjukan bahwa peristiwa stock
split mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan terhadap return saham maupun
volume pedagangan saham yang diukur
dari Trading Volume Activity (TVA).
Keterbatasan atau kelemahan
dalam penelitian ini adalah baru
mengamati data pada 33 perusahaan
dan periode estimasi 10 hari sebelum
peristiwa stock split (H-10) dan 10 hari
setelah peristiwa stock split (H+10).
Jumlah populasi dalam penelitian ini
masih sedikit, sehingga peneliti lain
diharapkan menggunakan populasi
yang lebih luas dan menambah periode
estimasi agar hasil penelitian lebih teruji
keandalannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan hasil penelitian maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut (1) ada
perbedaan volume perdagangan saham
sebelum dan sesudah stock split, dan (2)
tidak ada peredaan return saham sebelum
dan sesudah stock split pada perusahaan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
yang melakukan stock split di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2013.
Berdasarkan simpulan, maka dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut
(1) bagi perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
agar lebih memperhatikan harga sahamnya
dengan melakukan pemecahan saham
(stock split) agar harga saham berada pada
rentang
perdagangan
yang
optimal
sehingga dapat meningkatkan return saham
perusahaan (2) bagi para peneliti,
khususnya yang tertarik dan berminat untuk
mendalami tentang peristiwa pemecahan
saham (stock split), diharapkan untuk
mengembangkan penelitian ini dengan
menambah sampel atau populasi serta
periode estimasi yang lebih luas agar
mendapatkan hasil penelitian yang diduga
kuat
dapat
mempengaruhi
volume
perdagangan saham dan return saham.
DAFTAR RUJUKAN
Sadikin, Ali. 2011. “Analisis Abnormal
Return
Saham
Dan
Volume
Perdagangan Saham, Sebelum Dan
Sesudah Peristiwa Pemecahan
Saham (Studi Pada Perusahaan
Yang Go Publik Di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Ekonomi. Vol.
12.No. 1, hal.25-34.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Indarti, Iin dan Desti Mulyani Br. Purba.
2011. “Analisis Perbandingan Harga
Saham dan Volume Perdagangan
Saham Sebelum dan Sesudah
Stock Split”. Jurnal Ekonomi. Vol. 13
No. 1, hal.60-69.
Ika, A dan Anna Purwaningsih. 2008.
Reaksi
Pasar
Terhadap
Pengumuman Stock Split: Studi
Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Manajemen.
Vol. 3.No. 1, hal 55-62.
Indonesia Stock Exchange. Publikasi
Statistik.
Stock
Split.
http/www.idx.co.id. Diakses pada
tanggal 1 April 2014.
Iramani, Rr., & Muazorah. 2006. “Analisis
Kinerja
Keuangan,
Kemahalan
Saham
dan
Likuiditas
Pada
Pemecahan
Saham”.
Ventura:
Jurnal
Ekonomi
Bisnis
dan
Akuntansi. Vol. 9.No. 1, hal. 43-52.
Jogiyanto, H.M. 1998. Teori Portofolio dan
Analisis
Investasi.
Edisi
I.
Yogyakarta: BPFE.
Hernoyo, Muhamad Ade. 2013. “Pengaruh
Stock
Split
Announcement
Terhadap Volume Perdagangan
Dan Return”. Jurnal Ekonomi 2 (1),
hal.113-122.
Meidawati, Neni & Mahendra Harimawan.
2004. Pengaruh Pemilihan Umum
Legislatif Indonesia Tahun 2004
Terhadap Return Ssaham Dan
Volume Perdagangan Saham LQ-45
Di PT Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jurnal Ekonomi. Vol. 7. No. 1, hal.
73-81.
Sriwidharmanely. 2006. Kinerja Saham,
Kinerja Keuangan dan Stock Splits :
Suatu Pendekatan Matched Pired.
Jurnal Ilmiah. STIE Widya Manggala
1-12.
Chordia, Tharun dan Bhaskaran. 2000.
Trading
Volume
and
Cross
Autocorrelation In Stock Return. The
Journal Of Finance. Vol 4, hal. 93105.
Sutrisno, Wang, Fransisca Yuniarta, dan
Soffy Susilowati. (2000). “Pengaruh
Stock Split Terhadap Likuiditas dan
Return Saham di Bursa Efek
Jakarta”. Jurnal Ekonomi. Vol. 2.
No. 2, hal. 1-13.
Download