BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan yang menjalankan bisnis di bidang apapun, baik manufaktur, jasa, dagang, dan lainnya pasti memiliki aktivitas atau transaksi yang terjadi di setiap harinya. Transaksi-transaksi tersebut pada akhirnya akan dirangkum dan dituangkan ke dalam suatu laporan yang disebut laporan keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) dalam Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : “ Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” (IAI, 2009:1) Menurut pendapat Weygant & Kieso yang diterjemahkan oleh Salim (2007), laporan keuangan merupakan suatu sarana pengkomunikasian informasi-informasi keuangan yang ada dalam perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar perusahaan, yang bertujuan untuk membantu para pemakainya dalam membuat keputusan investasi.. 9 Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, baik dari segi keuangan dan non keuangan, kepada pihak-pihak yang berkepentingan, dimana dengan adanya laporan ini dapat membantu para pengguna dalam melakukan penilaian dan pengambilan keputusan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan Di dalam Standar Akuntasi Keuangan (2009:3) dinyatakan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : “ Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.” Sedangkan menurut Weygant & Kieso dalam buku Intermediate Accounting, dalam melakukan pelaporan keuangan, harus menyediakan informasi yang : 1. Berguna bagi investor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan yang serupa secara rasional. 2. Membantu investor saat ini atau potensial dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari 10 dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. 3. Mengambarkan sumber daya ekonomi perusahaan secara jelas, klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi, kejadian, serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang reliable, lengkap, dan bermanfaat bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai bisnis perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan. Semakin baik kualitas dari laporan keuangan suatu perusahaan, maka semakin meyakinkan pula kinerja dari perusahaan tersebut bagi pihak-pihak berkepentingan, seperti : investor, kreditor, dan pihak lainnya. 2.1.3 Pengguna Laporan Keuangan Menurut pendapat Weygant & Kieso (2007), pengguna dari laporan keuangan terbagi atas : 1. Pihak Internal Yaitu pihak-pihak yang berada di dalam perusahaan yang merencanakan, mengelola, dan mengarahkan bisnis, seperti : 11 a. Manajemen Pihak manajemen menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk mengetahui perkembangan bisnis yang telah dilakukan dan mempersiapkan rencana untuk masa yang akan datang. b. Karyawan Karyawan menggunakan informasi di dalam laporan keuangan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membalas jasa atau dengan kata lain memberikan kompensasi, pensiun, serta kesempatan kerja. 2. Pihak Ekternal Yaitu pihak-pihak yang berada di luar perusahaan, seperti : a. Investor Investor menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan dalam melakukan investasi baik dalam hal membeli, menahan, serta menjual saham suatu perusahaan dengan membandingkan risiko yang ada dengan keuntungan yang akan diperoleh. b. Kreditor (Supplier dan Bank) Kreditor menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan untuk melihat bagaimana risiko dari pengembalian kredit yang diberikan kepada perusahaan, karena kreditor tidak akan memberikan pinjaman kepada perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang tidak baik. c. Lembaga Perpajakan Lembaga pajak menggunakan informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh 12 suatu perusahaan serta melihat tingkat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perpajakan. d. Pemerintah Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan digunakan oleh pemerintah untuk mengetahui tingkat kepatuhan atau ketaatan perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya terhadap peraturan yang berlaku. e. Konsumen Konsumen menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terkait dalam jangka waktu yang lama. f. Serikat Pekerja Informasi yang terdapat di laporan keuangan, digunakan oleh serikat pekerja untuk melihat bagaimana pemberian upah/gaji, pencadangan dana pensiun oleh perusahaan untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya. g. Economic Planner Economic planner menggunakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan untuk meramalkan aktivitas ekonomi di masa yang akan datang. 2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Menurut pendapat Gibson, Charles H. (2009), jenis-jenis dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laporan Neraca (Statement of Financial Position) 13 Laporan neraca menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat di dalam laporan neraca adalah aset yang merupakan sumber daya perusahaan, kewajiban, serta ekuitas yang merupakan kepemilikan dari pemegang saham dalam perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi (Statement of Comprehensive Income) Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang dihasilkan perusahaan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu, dimana di dalamnya dijelaskan mengenai besarnya pendapatan dan beban yang terjadi dalam siklus operasi perusahaan yang berguna untuk menghitung besarnya laba bersih yang dihasilkan selama satu periode akuntansi. 3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Stockholders’ Equity) Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menjelaskan tentang perubahan posisi ekuitas yang terdapat di dalam perusahaan, baik yang disebabkan oleh adanya pembagian dividen kepada para pemegang saham perusahaan maupun akibat kenaikan saldo laba yang dikaitkan dengan laba bersih perusahaan. Dengan kata lain, laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menunjukkan rekonsiliasi dari awal sampai akhir akun modal yang dimiliki oleh perusahaan. 4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Laporan arus kas merupakan suatu laporan yang berisi mengenai rincian arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar selama suatu periode tertentu. Arus kas yang terjadi berasal dari tiga aktivitas, yaitu : a. Aktivitas operasi yang mencakup seluruh kegiatan/transaksi yang berhubungan dengan arus kas masuk dan arus kas keluar dari seluruh kegiatan operasi perusahaan. 14 b. Aktivitas investasi berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk penjualan atau pembelian Plant, Property, dan Equipment, penjualan hutang perusahaan, pemberian pinjaman kepada pihak di luar entitas perusahaan, dan penerimaan kas atas pelunasan pinjaman dari pihak lain. c. Aktivitas pembiayaan berkaitan dengan surat-surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan dan mencakup seluruh kegiatan yang berhubungan dengan investasi oleh pemilik, penjualan saham, pembayaran dividen, dan lain-lain. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Perusahaan (Notes to the Financial Statement) Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang mengungkapkan informasi tambahan mengenai hal-hal yang ada di dalam laporan keuangan serta mengungkapkan tambahan informasi keuangan lainnya. Dengan adanya informasi tambahan tersebut maka para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui prosedur atau kebijakan dan metode yang digunakan oleh perusahaan dalam menghitung item-item yang ada di dalam laporan keuangan. 2.2 Pasar Modal Pasar keuangan terbagi atas dua jenis yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Menurut pendapat Tandelilin (2010:43) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas 15 yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut Bursa Efek. 2.2.1 Saham Menurut PSAK No 42, saham/efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti hutang, dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut mempunyai klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dan mengacu pada pendapat Darmadji (2006), saham merupakan bentuk tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham terbagi atas dua jenis yaitu : a. Saham biasa (common stocks) Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling bawah terhadap pembagian dividen dan hak atas harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 16 b. Saham preferen (preferred stocks) Saham preferen merupakan gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Artinya, di samping memiliki karakteristik seperti obligasi, juga memiliki karakteristik saham biasa. 2.2.2 Nilai Saham Penilaian saham perlu dilakukan oleh investor terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan investasi karena penilaian saham yang dilakukan akan menghasilkan informasi mengenai nilai intrinsik suatu saham yang sangat berguna dalam mengambil keputusan investasi yang tepat. Suatu saham memiliki nilai yang terdiri atas tiga jenis yaitu : a. nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan emiten, b. nilai pasar, merupakan nilai pasar yang dibentuk di pasar saham atau nilai saham yang tercantum saat ini di Bursa Efek, c. nilai intrinsik, merupakan nilai yang sebenarnya dari suatu saham. Jika nilai pasar suatu saham menunjukkan angka yang lebih kecil daripada nilai intrinsiknya maka menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued). Sebaliknya jika nilai pasar suatu saham menunjukkan angka yang lebih besar daripada nilai intrinsiknya maka menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi (overvalued). 17 2.2.3 Penawaran Umum (IPO) Jika suatu perusahaan ingin go public, maka sebelum perusahaan tersebut mencatatkan sahamnya di bursa efek, perusahaan harus melakukan penawaran umum terlebih dahulu atau disebut dengan Initial Public Offering (IPO). Menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2006), penawaran umum ialah kegiatan penawaran saham yang dilakukan oleh emiten untuk menjual saham kepada masyarakat. Penawaran umum biasanya dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan mencari dana yang digunakan untuk ekspansi usaha, memperbaiki struktur permodalan perusahaan, melunasi sebagian hutang, dan meningkatkan modal kerja perusahaan. 2.3 Penilaian Bisnis Dalam melakukan penilaian bisnis suatu perusahaan sangatlah sulit dilakukan secara tepat dan berbeda-beda tergantung kepada jenis bisnis dan alasan melakukan penilaian bisnis tersebut. Menurut pendapat Palepu, Healy, dan Peek (2010), langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan penilaian bisnis ada empat, yaitu : 1. Analisa strategi bisnis 2. Analisa akuntansi 3. Analisa keuangan 4. Analisa ramalan 18 2.3.1 Analisa Strategi Mengacu pada pendapat Palepu, Healy, dan Peek (2010:45), analisa strategi bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi keuntungan dan risiko-risiko utama perusahaan serta memungkinkan para penganalisa untuk menilai prospek kinerja perusahaan ke depan. Di dalam analisa strategi bisnis juga dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam realita bisnis. 2.3.1.1 Analisis PESTLE Menurut pendapat Kotler & Keller (2009:95), analisis PESTLE merupakan analisis makro ekonomi. Sedangkan menurut penjelasan David, Fred.R yang diterjemahkan oleh Sunardi (2009), analisis ini dapat membantu para manajer dan pemimpin dalam menyusun suatu gambaran yang komprehensif mengenai lingkungan sekitar bisnis yang berasal dari aspek eksternal seperti : politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan. Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi kinerja perusahaan baik positif maupun negatif. Aspek-aspek eksternal yang terdapat dalam analisis PESTLE antara lain: 1. Aspek Politik Aspek ini berkaitan dengan faktor-faktor politik, pemerintah (kebijakan pemerintah), dan hukum yang bisa menggambarkan adanya peluang atau ancaman bagi perusahaan. Contoh dari aspek politik adalah pembatasan perdagangan, tuntutan buruh, tarif buruh/tenaga kerja, serta peraturan lain yang berkaitan dengan hubungan perusahaan dengan karyawan,konsumen, maupun masyarakat. 19 2. Aspek Ekonomi Aspek ini berkaitan dengan keadaan ekonomi saat ini yang berdampak langsung terhadap kinerja bisnis perusahaan, misalnya : inflasi, Product Domestic Bruto (tingkat pertumbuhan ekonomi), ekspor impor. 3. Aspek Sosial Aspek ini berkaitan dengan kepercayaan, norma, dan nilai yang dianut oleh masyarakat serta kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat. 4. Aspek Teknologi Aspek ini berkaitan dengan perkembangan dan jenis teknologi yang digunakan oleh perusahaan. Aspek ini menjadi sangat penting karena seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat sehingga sebaiknya perusahaan beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi. 5. Aspek Lingkungan Aspek ini berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitar dimana kegiatan usaha perusahaan berjalan serta kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. 6. Aspek Hukum Aspek ini berkaitan dengan lingkungan hukum dimana perusahaan beroperasi, misalnya regulasi tentang produk perusahaan, Undang-Undang yang berlaku serta prosedur yang harus dipatuhi oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. 20 2.3.1.2 Analisis SWOT Menurut pendapat Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung (2003), analisis SWOT merupakan suatu analisis sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weakness) internal perusahaan serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang ada di lingkungan perusahaan. Penjelasan lebih rinci mengenai faktor-faktor yang terdapat di dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan (strength) Kekuatan ialah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan seperti sumber daya, keterampilan, atau kelebihan lain yang memberikan keunggulan bagi perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan yang lain. 2. Kelemahan (weakness) Kelemahan ialah kekurangan atau keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat menghambat efektivitas kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan. 3. Peluang (opportunities) Peluang ialah suatu situasi atau kondisi yang dapat menguntungkan bagi perusahaan yang terdapat di lingkungan perusahaan. 4. Ancaman (threats) Ancaman ialah suatu situasi atau kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan yang terdapat di lingkungan perusahaan. 21 Tabel 2.1 Matriks SWOT Internal Factors STRENGTHS WEAKNESS (S) (W) OPPORTUNITIES (O) SO Strategies WO Strategies THREATS (T) ST Strategies TO Strategis Eksternal Factors 1. SO Strategies : merupakan strategi yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dari perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang yang ada. 2. ST Strategies : merupakan strategi yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dari perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak atau pengaruh dari ancaman eksternal. 3. WO Strategies : merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan atau memperbaiki kelemahan perusahaan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada. 4. WT Strategies : merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan perusahaan dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi ini disebut dengan strategi defensive. 22 2.3.1.3 Analisis Critical Success Factor (CSF) Critical success factors merupakan suatu karakteristik, kondisi, atau variabel yang memiliki dampak langsung pada efektivitas, efisiensi, dan kelangsungan hidup sebuah program proyek organisasi dan pencapaian perusahaan terhadap sasaran, tujuan dan misi yang dimilikinya. Maka sebagai dasar untuk memungkinkan pencapaian tersebut, perusahaan perlu melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang dianggap penting dalam menjalankan kegiatan usahanya yaitu critical success factors, yang dapat dilakukan dalam langkah-langkah berikut, yaitu : 1. Menenentukan tujuan, sasaran, kebijakan, sistem, visi serta misi yang ingin dicapai atau dilaksanakan. 2. Mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan. 3. Memilih faktor penentu keberhasilan yang dianggap merupakan sebagai kunci utama dalam mencapai tujuan yang dibuat. 2.4 Valuasi Harga Saham Mengacu pada pendapat Arief Sugiono (2009), valuasi merupakan proses yang relatif sederhana, yang dilakukan untuk menentukan besarnya nilai pada suatu waktu tertentu. Valuasi ini dapat diterapkan pada saham, obligasi, investasi, dan sebagainya. Dalam melakukan penilaian/valuasi, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah investasi dilakukan pada proyek yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat risiko minimum yang dapat 23 diterima. Pengembalian suatu proyek dapat diukur berdasarkan arus kas yang dihasilkan dan arus kas sekarang. Yang kedua adalah memilih financial mix yang memiliki tingkat risiko yang minimum. Yang terakhir adalah mengembalikan uang kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau stock buyback tergantung pada karakteristik pemegang saham. 2.4.1 FCFF Menurut pendapat Brigham dan Houston (2006), arus kas bebas (free cash flow) merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada investor (pemegang saham dan pemilik hutang). Penilaian perusahaan yang didasarkan pada arus kas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Free Cash Flow to Firm (FCFF) dan Free Cash Flow to Equity (FCFE). Mengacu pada pendapat Brown dan Reilly (2009), terdapat pendekatan yang digunakan untuk menilai estimasi nilai intrinsik, yaitu dengan menggunakan metode present value model melalui pendekatan free cash flow to firm (FCFF) yang merupakan pendekatan penilaian saham dengan membandingkan harga suatu saham yang memiliki karakteristik usaha yang hampir sama seperti memperhatikan pendapatan, nilai buku atau penjualannya. Menurut pendapat Stowe, Robinson, Pinto, dan McLeavey (2007), FCFF ialah laba operasi perusahaan setelah pajak yang tersedia untuk seluruh pemegang modal perusahaan baik kreditur maupun pemegang saham. Untuk menghitung nilai intrinsik saham, maka terdapat beberapa langkahlangkah yang harus dilakukan. 24 2.4.1.1 Weighted Average Cost of Capital (WACC) Modal suatu perusahaan merupakan bauran antara hutang, saham biasa, dan saham preferen. Untuk memperoleh modal tersebut maka perusahaan mengeluarkan biaya yang biasa dikenal sebagai biaya modal (cost of capital). Biaya modal terdiri dari biaya modal ekuitas (cost of equity) dan biaya hutang (cost of debt). Setelah kedua komponen biaya tersebut diketahui, maka biaya modal juga dapat diketahui dengan perhitungan WACC. Menurut pendapat Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Yulianto (2006), rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) yaitu rata-rata tertimbang dari komponen biaya hutang, saham preferen, dan saham/ekuitas biasa. Perhitungan WACC dapat digambarkan sebagai berikut : WACC = Wd.Kd (1-T) + Ws.Ks Dimana : Wd : persentase bobot hutang dalam modal (Wd = Total debt/ (total debt + total equity)) Kd : biaya hutang (cost of debt) Ws : persentase bobot saham dalam modal (Ws = Total equity/ (total debt + total equity)) Ks : biaya ekuitas (cost of equity) 25 Biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity) dijelaskan sebagai berikut : A. Biaya Hutang (Cost of debt) Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang diminta atas investasi oleh para pemberi pinjaman ke perusahaan. Biaya hutang yang digunakan dalam menghitung rata-rata tertimbang biaya modal adalah biaya hutang setelah dikurangi pajak. Biaya hutang (Kd) dapat diperoleh dengan menggunakan Damodaran Spreadsheet. Damodaran Spreadsheet yaitu tabel peringkat obligasi yang dipublikasikan oleh lembaga terpercaya yang menilai kemampuan dan kualitas sebuah obligasi dapat dilunasi oleh penerbit obligasi. Tabel 2.2 Peringkat Obligasi (January 2011) Interest rate of bond Rating Default Spread 4.00% 0.50% AAA 0.65% 4.15% AA 0.85% 4.35% A+ 1.00% 4.50% A 1.10% 4.60% A1.60% 5.10% BBB 3.00% 6.50% BB+ 3.35% 6.85% BB 3.75% 7.25% B+ 5.00% 8.50% B 5.25% 8.75% B8.00% 11.50% CCC 10.00% 13.50% CC 12.00% 15.50% C 15.00% 18.50% D 26 Rumus cost of debt (Kd) menurut Aswath Damodaran adalah sebagai berikut : Kd = Risk Free Rate (KRF) + Default Spread for Country + Default Spread for Firm Dimana : Risk Free Rate : Tingkat bebas bunga (BI Rate) Default spread for country : Tingkat selisih risiko bagi negara (berdasarkan pefindo rating) Default spread for firm : Tingkat selisih risiko bagi perusahaan (berdasarkan pefindo rating) B. Biaya Modal Ekuitas (cost of equity) Biaya modal ekuitas (cost of equity) adalah tingkat pengembalian yang diminta atas investasi oleh para pemegang saham perusahaan. Pendekatan yang biasa digunakan untuk menghitung biaya modal ekuitas (cost of equity) adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Menurut pendapat Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Yulianto (2006), CAPM ialah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Perhitungan biaya modal ekuitas dengan pendekatan CAPM dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengestimasi Risk Free Rate (RFR) Menurut pendapat Stowe, Robinson, Pinto, dan McLeavey (2007), risk free rate yaitu tingkat pengembalian minimum kepada investor akibat imbal balik dari investasi yang dilakukannya tanpa mempertimbangkan risiko keuangan 27 perusahaan. Di dalam penelitian ini, risk free rate yang digunakan oleh penulis diambil dari BI rate. 2. Mengestimasi koefisien beta saham (β) Menurut pendapat Brigham dan Houston (2006), beta ialah risiko yang terdapat dalam saham terhadap pasar saham yang mengukur sejauh mana tingkat pengembalian saham terhadap pasar. 3. Mengestimasikan market rate of return (Rm) Menurut pendapat Stowe, Robinson, Pinto, dan McLeavey (2007), market rate of return yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan terhadap portofolio pasar yang terjadi. Di dalam penelitian ini, market rate of return yang digunakan oleh penulis adalah rate of return dari IHSG, karena IHSG merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. 4. Memasukkan nilai-nilai di atas ke dalam persamaan CAPM Perhitungan CAPM : Ks = RFR + β (Rm – RFR) 2.4.1.2 Perhitungan FCFF Setelah mengetahui nilai dari WACC, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan FCFF menurut Damodaran (2006). Perhitungan FCFF sebagai berikut : FCFF = EBIT (1-T) + Depreciation Expense – Capital Expenditure – ∆ in Non Cash Working Capital 28 Dimana : EBIT(1-T) : pendapatan setelah dikurangi pajak dan bunga Depreciation expense : beban penyusutan Capital expenditure : pengeluaran atau belanja modal ∆ in Non Cash Working Capital : perubahan modal kerja Langkah selanjutnya setelah memperoleh nilai FCFF adalah menghitung nilai perusahaan tersebut dengan cara : Value of Firm = Langkah yang terakhir adalah mengitung nilai intrinsik dari saham dengan cara sebagai berikut : Intrinsik Value = Total Equity = Value of Firm – Total Debt Dari nilai intrinsik yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pasar dari saham tersebut. Jika nilai intrinsik saham lebih besar daripada nilai pasarnya, maka saham dikatakan undervalued, sebaiknya saham tersebut dibeli. Dan sebaliknya jika nilai intrinsik saham lebih kecil daripada nilai pasarnya, maka saham dikatakan overvalued, sebaiknya saham tersebut dijual. 29 2.4.2 Price Earning Ratio (PER) Pendekatan Price Earning Ratio (PER) merupakan metode penilaian saham berdasarkan analisis fundamental. Menurut Tandelilin (2010:320), Price Earning Ratio (PER) adalah rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Price Earning Ratio (PER) = II.4.3 Price to Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio ini, maka semakin bagus karena berarti bahwa pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Price to Book value (PBV) = Book Value per share = 30 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai penilaian bisnis dan estimasi nilai intrinsik sudah banyak dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan dengan berbagai macam metode dan alat analisis. Penelitian terhadap bisnis jalan tol milik Transurban Group yang dilakukan oleh John L.Goldberg pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Discounted Cash Flow (DCF) dalam melakukan penilaiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh terhadap solvabilitas di masa yang akan datang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berdasarkan laporan keuangan yang dihitung, jalan tol tersebut dinyatakan overvalued. Overvalued tersebut akan mengakibatkan meningkatnya risiko kebangkrutan yang disebabkan karena adanya kelebihan pinjaman. Peneliti juga menuliskan referensi-referensi khusus untuk Transurban Group di dalam penelitiannya. Penelitian terhadap penilaian bisnis dengan cash flow discounting yang dilakukan oleh Pablo Fernandez pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah penilaian bisnis yang dilakukan dengan menggunakan 10 metode dari discounted cash flow, yang terdiri atas free cash flow, equity cash flow, capital cash flow, adjusted present value, business’s risk adjusted free cash flow and equity cash flow, risk-free rate-adjusted free cash flow and equity cash flow, economic profit, dan economic value added memberikan nilai yang sama atau tidak. Penilaian bisnis tersebut dilakukan terhadap perusahaan Toro Inc. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa penilaian bisnis dengan menggunakan 10 metode discounted cash flow selalu memberikan hasil yang 31 sama. Penelitian ini juga menjelaskan sembilan teori (No-cost-of-leverage, Modigliani and Miller (1963), Myers (1974), Miller (1977), Miles and Ezzell (1980), Harris and Pringle (1985), Damodaran (1994), With-cost-of-leverage, dan Practitioners method) yang berbeda untuk melakukan penilaian bisnis. Hasil penilaian bisnis dari sembilan teori tersebut berbeda karena disebabkan oleh perhitungan value of tax shield (VTS). Dan dari sembilan teori, teori Modigliani and Miller (1963) dan teori Myers (1974) yang memberikan hasil yang tidak konsisten. Penelitian dengan judul “Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio (PER) : Studi Kasus pada Saham Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia” yang dilakukan oleh Nazwirman pada tahun 2008 bertujuan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai metode Price Earning Ratio dan aplikasinya dalam penilaian investasi saham serta bermanfaat dalam membantu investor dalam memilih investasi yang tepat dalam bentuk saham di BEI. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari enam perusahaan sampel yang digunakan yaitu PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, dan PT. Sari Husada Tbk dengan asumsi earning minimal yang diinginkan investor (k*) menggunakan 3 alternatif yaitu 11%, 16%, dan 21%, maka saham yang layak dibeli adalah saham PT. Multi Bintang Indonesia Tbk karena PER saham PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yang dipublikasikan oleh bursa efek lebih kecil dari PER sesuai dengan earning minimal yang diinginkan, yang berarti tingkat earning dari saham tersebut lebih tinggi dari tingkat earning minimal yang diinginkan atau dengan kata lain harga saham tersebut murah. Dalam penelitian ini juga diberikan saran atau rekomendasi dalam hal keputusan investasi. 32 Frans Hamonangan dan Dyah Sulistyawati (2012) melakukan penelitian terhadap harga saham Bank BCA dengan menggunakan metode Discounted Earning Approach dan Price to Book Value . penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melakukan analisis fundamental terhadap kinerja perusahaan serta membandingkan harga pasar saham dengan hasil perhitungan nilai intrinsik dengan menggunakan kedua metode tersebut. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu hasil perhitungan nilai intrinsik saham tahun 2011 dengan menggunakan metode discounted earning approach adalah sebesar Rp 9.573/lembar, maka disimpulkan bahwa saham perusahaan dinilai undervalued dan memiliki fundamental yang cukup baik. Sedangkan dengan metode Price to Book Value diperoleh PBV Bank BCA untuk tahun 2010 dan 2011 cukup tinggi dan dapat disimpulkan bahwa harga saham BCA dikategorikan cukup mahal jika dibandingkan dengan PBV sesama bank lainnya. Josua Simorangkir dan Panubut Simorangkir (2012) melakukan penelitian terhadap estimasi harga saham Bank BNI untuk lima tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data tahunan dan diproyeksikan lima tahun ke depan untuk periode 2012-2016. Metode estimasi harga saham yang dipergunakan di dalam penelitian ini yaitu metode earnings diskonto dan Price to Book Value (PBV). Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai harga saham dengan metode earnings diskonto senilai Rp 4.589 dan dengan metode PBV senilai Rp 4.504 untuk tahun 2011 dan nilai saham tersebut dianggap sangat murah (undervalued) bila dibandingkan dengan harga saham di pasar saat ini. 33