RINGKASAN Pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis berlangsung secara diamdiam, terus menerus, dan tanpa gejala apapun. Menurut Depkes penderita osteoporosis telah mencapai sekitar 19,7 persen dari jumlah lansia yang ada di tanah air. Deteksi dengan mengukur Bone Mineral Density (BMD) ternyata membutuhkan biayanya sangat mahal, sehingga tidak banyak orang tertarik untuk memeriksa kesehatan tulangnya. Namun beberapa penelitian dewasa ini menunjukkan bahwa mandibular inferior cortical bone dan trabecular bone pada dental panoramic radiographs sangat dimungkinkan untuk memperkirakan BMD. Fenomena ini sangat menarik, sebab kunjungan berobat ke dokter gigi biasanya sangat sering dilakukan, bahkan banyak pula pasien yang berkunjung secara teratur, dimana dokter gigi sangat mudah mendapatkan foto panorama gigi. Dalam penelitian ini digunakan Fuzzy ARTMAP Berbobot untuk klasifikasi penderita osteoporosis yang merupakan hasil relaksasi dari persamaan dalam metode Simplified fuzzy ARTMAP (SFAM) dan simmetric Fuzzy ART (S-Fuzzy ART). Serta membuat suatu pembobotan pada cluster output berdasarkan ukuran cluster dan jumlah anggota dengan menggunakan konsep feromon pada sistem koloni semut. Dari hasil ujicoba menunjukkan nilai akurasi pada Fuzzy ARTMAP berbobot sebesar 87,88%, sensitifitas sebesar 93.33% dan spesifisitas sebesar 83.33%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode SFAM dengan nilai akurasi sebesar 81.82%, sensitifitas sebesar 86.63% dan spesifisitas sebesar 77.78%. Pada bagian kedua dilakuan integrasi metode watershed dengan active contour berbasis level set untuk segmentasi cortical bone. Watershed memiliki kelebihan mampu membentuk contour tertutup dengan ketebalan satu pixel. Namun, sering terjadi segmentasi berlebih. Sedangkan active contour berbasis level set dapat bergerak dinamis mendeteksi tepi objek. Namun, inisialisasi kurva dilakukan secara manual untuk mendeteksi objek. Dengan mengintegrasikan kedua metode ini, inisialisasi kurva dilakukan secara otomatis. Uji coba dilakukan pada sampel cortical bone pada sisi kanan dan kiri dengan batas threshold 90% dan inisialisasi kurva dapat dilakukan secara otomatis. Evolusi kurva dengan metode integrasi citra watershed dengan active contour berbasis level set mencapai tepat pada boundary. Sedangkan pada bagian ketiga, digunakan metode segmentasi menggunakan algoritma hibrida, yakni integrasi dari multi direction gradient vector flow (MDGVF) dan watershed. MDGVF menggerakkan kurva menuju kontur objek menggunakan energi gradient yang dihasilkan dari intensitas image. Penentuan inisialisasi kurva yang merupakan bagian penting pada metode segmentasi ini dapat diperoleh dengan menggunakan watershed. Hasil uji coba pada 15 sampel data cortical bone menunjukkan bahwa algoritma segmentasi MDGVF yang dioptimasi dengan menggunakan watershed, mampu mencapai akurasi antara 90.58% sampai 96.23% dibandingkan dengan segmentasi manual. Diharapkan agar luaran penelitian ini menjadi sebuah inovasi baru yang berupa sistem terintegrasi yang dapat diimplementasikan dengan mudah di ruang praktik dokter gigi. Apabila dengan sistem ini pasien diidentifikasi menderita osteoporosis, maka dapat direkomendasikan untuk memperoleh perawatan lebih lanjut dari dokter yang kompeten. v vi