1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pemasaran adalah penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan mempergunakan mekanisme komunikasi yang baik.
Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia
moderen, maka jenis, tingkat kebutuhan dan keinginan konsumen turut berkembang
secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal tersebut berdampak besar dalam dunia
pemasaran, di mana para pemasar berusaha untuk selalu dapat memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pada tahapan yang lebih tinggi, seorang
pemasar bahkan dapat menciptakan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui
inovasi ataupun kegiatan edukasi pemasaran.
Kartajaya (2002:5) menyatakan bahwa era globalisasi pasar dewasa ini, di
mana perusahaan nasional kini tidak bisa lagi menganggap pasar domestik sebagai
captive market. Terbentuknya pasar global memungkinkan para pemain dari seluruh
dunia dapat berekspansi dengan mudah di pasar domestik manapun. Hasilnya adalah
tersedianya banyak pilihan bagi konsumen untuk membeli produk dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dan keinginannya.
Maraknya persaingan dan membanjirnya penawaran produk dengan ratusan
bahkan ribuan merek, baik dari dalam maupun luar negeri maka bertambah pula
pekerjaan rumah bagi pemasar untuk dapat bertahan dan berhasil di pasar. Tantangan
tersebut dapat direspon dengan cara membentuk identitas produk yang kuat. Pada
akhirnya semuanya tergantung dari seberapa besar merek memiliki ikatan emosional
1
2
terhadap konsumen sebagai pelanggan merek tersebut. Pentingnya membangun emosi
dalam sebuah merek dikemukakan oleh Jing Zhu (2002) dalam risetnya mengenai
emosi pada merek dan aksi konsumen.
Paradigma baru dalam dunia ekonomi telah berubah di mana konsep
industrialiasi digantikan oleh konsep pemasaran yang menjadikan konsumen sebagai
raja, (Herbert ;1999). Kreativitas menjadi lebih penting dibandingkan modal dalam
hal pemicu utama pertumbuhan usaha. Sebuah ide yang melibatkan suatu konsep
merek yang luar biasa dapat mengubah seluruh masa depan perusahaan. Konsep
seductive objects with a sly sting menyatakan bahwa sejak tahun 1940, basis ekonomi
telah bergeser dari produksi ke konsumsi (Herbert;1999). Kecenderungannya telah
bergerak dari alam rasionalitas ke alam keinginan atau alam psikologi. Contoh yang
sederhana, komputer tidak lagi dilihat sebagai technology equipment tetapi sudah
beralih menjadi lifestyle entertainment, makanan bukan lagi tentang masakan ataupun
tugas-tugas domestik seperti lazimnya diartikan, tetapi telah beralih menjadi gaya
hidup, home / lifestyle design dan pengalaman sensori. Gambar 1.1 menunjukkan
perubahan tersebut.
Ekonomi
Berbasis Pabrik
- Berorientasi
kapabilitas:
mengandalkan
peralatan yang
ada
- pengembangan
yang lambat ke
pasar
- produk
manufaktur
- fokus pada
produk
Gambar 1.1 Perubahan Pola Ekonomi
Ekonomi
Berbasis Konsumen
- Produksi yang
mengandalkan
outsourcing
- pengembangan
yang cepat ke
pasar
- penciptaan
merek
- fokus pada
konsumen
3
Sumber: Gobe (2005:xvii)
Gobe (2005:xvii) menekankan bahwa dalam upaya membangun sebuah merek
yang kuat, tidak hanya dengan sebuah produk yang luar biasa ataupun harga
termurah,
melainkan
dengan
menekankan
sisi
emosional
disertai
dengan
distribusinya. Hal tersebut menjadi penentu pilihan akhir konsumen dengan kesediaan
terhadap harga yang dibayar. Suatu merek ternyata mampu menggiring konsumen
untuk masuk ke alam emosi melalui berbagai persentuhan dengan keseluruhan indera
secara mendalam sehingga tercipta suatu hubungan intim dan intens untuk jangka
waktu yang panjang. Hal ini mempunyai arti bahwa para pemasar harus secara cermat
dapat memahami berbagai kebutuhan emosional dari target pasarnya sehingga mampu
membangun langkah-langkah untuk memperkuat hubungan dan mengakui konsumen
sebagai mitranya.
Merek adalah komoditas atau jasa yang dikemas dalam sebuah tampilan
emosional, dipatenkan dengan sebuah image atau logo. Tampilan emosional adalah
sebuah pengalaman sensoris yang diciptakan dengan desain konseptual dari sebuah
merek. Branding, merujuk pada kumpulan hal-hal yang dipercayai dan dipegang
pembeli mengenai perusahaan beserta produk / jasanya, baik positif maupun negatif.
Definisi ini bergeser menjadi lebih dari sekedar nama, logo, atau identitas grafik.
Suatu merek muncul ketika perusahaan berinteraksi dan membangun
hubungan dengan konsumen. Saat ketertarikan muncul, seseorang akan mengingat
sebuah merk dan menjadikannya sebagai referensi untuk kehidupannya sehari-hari.
Emotional
branding
berfokus
pada
bagaimana
esensi
suatu
merek
bisa
dikomunikasikan. Penjual menganggap bahwa suatu merek adalah fenomena
psikologis yang muncul dari persepsi pribadi konsumen, dan yang membangun suatu
merek adalah sekumpulan persepsi alami tersebut. Motivasi berdasar pada emosi,
4
sehingga untuk memotivasi seseorang harus mampu menggerakkan orang tersebut
secara emosional. Hal ini menyebabkan iklan yang paling efektif bukan hanya bersifat
informasional tetapi juga bersifat emosional. Penerapan emotional branding pada
berbagai produk juga hendaknya memperhatikan berbagai macam aspek seperti jenis
produk, media yang dipergunakan serta tingkat keterlibatan emosional antara produk
dan komunikan.
Periklanan adalah salah satu cara untuk dapat menyampaikan pesan pemasaran
kepada konsumen yang bertindak sebagai komunikan.
Tugas sebagai seorang
pemasar berkaitan dengan periklanan adalah untuk dapat memahami kebutuhan
komunikasi. Kemampuan menyajikan pesan yang ingin dihadirkan kepada pasar yang
ingin dituju tersebut menjadi begitu penting dalam upaya menarik komunikan untuk
melakukan tindakan. Kesesuain antara jenis produk yang diiklankan dengan strategi
periklanan yang dipergunakan harus dieksekusi untuk dapat menyentuh afeksi dan
kognisi dari komunikan. Perpaduan antara sisi afeksi yang disentuh dan informasi
yang diutarakan harus sesuai untuk menghadirkan suatu persuasi dan sikap yang
diharapkan oleh pemasar yaitu minat beli melalui periklanan yang dilakukan.
Kaedah
periklanan
yang
mengangkat
prinsip
emotional
branding,
diungkapkan oleh Buck dan Chauduri (1995) melalui sebuah model ARI (affect,
reason, involvement). Model tersebut menjelaskan bahwa, involvement atau
keterlibatan adalah kualitas dan kedalaman level kognisi dan afeksi yang dicapai oleh
iklan pada konsumen. Affect merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, terjadi
secara langsung dan sangat cepat pada komunikan sebagai akibat dari adanya stimulus
yang berupa periklanan, misalnya: perasaan senang, perasaan takut dan sedih. Reason
adalah pengetahuan atau informasi bersifat logis yang berkaitam dengan produk atau
perusahaan yang diiklankan.
5
Chauduri (2002)
menjelaskan tentang beberapa jenis affect atau unsur
perasaan pada tahapan sikap afeksi komunikan, yaitu:
1).
Positif: bahwa iklan menghasilkan emosi berupa kebahagiaan,
kebanggaan, harapan, dan afiliasi
2).
Negatif: bahwa iklan menghasilkan emosi berupa kemarahan,
mengganggu, dan menjijikan
3).
Reptilian: bahwa iklan mampu menghasilkan emosi berupa keseksian,
agresif, dan cemburu.
Reason atau kognisi yang berlandaskan pada tahapan sikap kognisi komunikan, terdiri
atas:
1).
Kelebihan atau kekurangan produk / merek
2).
Fakta tentang produk / merek
3).
Pembeda produk / merek dari saingan
Chauduri (2004) menemukan bahwa perpaduan dari affect dan reason yang tepat
berpengaruh pada persuasi dari iklan. Persuasi selanjutnya menggiring komunikan
untuk memiliki atau pun tidak memiliki minat beli terhadap produk / merek yang
diiklankan.
Pada penelitiannya, Chauduri (2004) menyatakan bahwa produk yang
tergolobg consumer good hendaknya lebih mengutamakan reason jika dibandingkan
dengan affect. Hal ini berarti, untuk mendapatkan sikap konsumen yang ingin diraih,
iklan seharusnya lebih ditekankan pada kognisi jika dibandingkan dengan afeksi.
Pemaparan mengenai fakta produk, kelebihan yang membedakan dan pro kontra
terhadap produk harus ditonjolkan untuk memperoleh sikap yang positif. Hasil ini
didapatkan Chauduri (2004) melalui penelitian yang dilakukannya dengan
menggunakan 240 sampel iklan dari berbagai jenis produk yang melihat bagaimana
6
peranan afeksi dan kognisi dari persepsi konsumen terhadap persuasi yang dihasilkan
iklan. Penelitian tersebut menemukan bahwa garapan iklan dalam kategori consumer
goods hendaknya memperlihatkan unsur kognisi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan afeksi. Upaya untuk mengungkapkan kognisi dalam hal ini salah satunya
dengan menyampaikan kemampuan produk yang berbeda dari merek pesaingnya.
Konsep tersebut, tidak diterapkan pada serangkaian iklan radio yang
ditayangkan oleh Segar Dingin pada stasiun-stasiun radio yang ada di Indonesia,
khususnya Bali. Pendekatan yang dilakukan oleh iklan Segar Dingin adalah
menggunakan affect atau penekanan pada unsur perasaan melalui penciptaan iklan
bersifat humoris dan melalui media periklanan radio. Unsur kognisi dipertahankan,
tetapi unsur afeksi yang lebih ditonjolkan. Sehingga terjadi gap antara teori yang ada
dengan eksekusi periklanan yang dilakukan untuk merek produk consumer goods ini.
Hal tersebut terlihat jelas di mana pada kampanye iklan radio Segar Dingin, masih
rendahnya unsur-unsur merek sesuai dengan teori emotional branding berkenaan
dengan kognisi, antara lain:
1).
Pro kontra terhadap merek
2).
Fakta merek
3).
Keunggulan pembeda merek dari pesaing
Segar Dingin adalah minuman penyegar yang didesain untuk mengatasi panas
dalam. Setiap paket Segar Dingin mengandung 1.000 miligram vitamin C, dan produk
dinyatakan mampu mengatasi panas dalam dalam hitungan waktu yang singkat.
Gejala panas dalam yang dapat diatasi adalah sariawan, bibir pecah-pecah, sakit
tenggorokan, dan bibir kering. Keunggulan yang dimilikinya adalah tidak
mengganggu lambung dan kemasan yang mampu menjamin daya tahan produk
sehingga dapat disimpan lebih lama serta harga jual yang jauh lebih murah
7
dibandingkan dengan produk pesaing.
Segar Dingin adalah follower dari produk minuman penyegar yang saat ini
masih dipimpin oleh Adem Sari. Kedua merek tersebut masih menguasai pasar,
dengan posisi Adem Sari masih sebagai pemimpin. Wings Food menghabiskan biaya
periklanan yang sangat besar untuk menggeser posisi Adem Sari sebagai pemimpin
pasar. Strategi periklanan yang dipergunakan menonjolkan afeksi bernuansa humor.
Adem Sari dilain pihak tetap konsisten dengan iklan kognitif yang mengandalkan
serangkaian informasi tentang keunggulan produknya dibandingkan para pesaingnya.
Palupi (2006:174) mengungkapkan bahwa upaya mempromosikan Segar Dingin yang
dilakukan Wings Food telah menghabiskan biaya yang sangat tinggi, bahkan melebihi
pesaing-pesaingnya. Tema yang diangkat berhubungan dengan humor di mana tidak
mengedepankan fakta pembeda produk seperti Adem Sari yang mengungkapkan
secara detail tentang manfaat, kelebihan produk dan cara penggunaannya.
Tema humor bertentangan dengan model ARI yang diungkapkan Buck (1995).
Sebuah riset lanjutan yang dilakukan oleh Chauduri (2005) menghasilkan konsep
product- induced affect. Konsep ini memberikan dukungan bahwa terdapat beberapa
jenis consumer goods yang apabila mengedepankan sisi affect pada periklanannya
memiliki tingkat efektifitas yang lebih baik dalam hal penciptaan persuasi yang lebih
baik. Beberapa temuan produk consumer goods yang didapat oleh teori ini adalah: es
krim, permen, bir, soda.
Penelitian ini mencoba mengaplikasikan model ARI pada produk consumer
goods khususnya pada merek Segar Dingin. Penelitian ini mengkonfirmasi apakah
eksekusi periklanan melalui media radio yang dilakukan oleh Segar Dingin terbukti
efektif dalam kajian teori emotional branding dan sesuai dengan konsep productinduced affect yang dilakukan oleh Chauduri (2005).
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat disusun
rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:
1). Bagaimanakah pengaruh afeksi iklan radio produk minuman penyegar
merek Segar Dingin terhadap persuasi iklan tersebut?
2). Bagaimanakah pengaruh kognisi iklan radio produk minuman penyegar
merek Segar Dingin terhadap persuasi iklan tersebut?
3). Bagaimanakah pengaruh persuasi iklan radio produk minuman penyegar
merek Segar Dingin terhadap minat beli pendengar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan:
1). Untuk mengetahui pengaruh afeksi iklan radio produk minuman penyegar
merek Segar Dingin terhadap persuasi iklan radio Segar Dingin.
2). Untuk mengetahui pengaruh kognisi iklan radio produk minuman
penyegar merek Segar Dingin terhadap persuasi iklan radio Segar Dingin.
3). Untuk mengetahui pengaruh persuasi iklan radio produk minuman
penyegar merek Segar Dingin terhadap minat beli komunikan.
9
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Serangkaian manfaat yang ingin diraih pada penelitian ini antara lain:
1). Manfaat teoritis
a). Untuk dapat menambah wawasan mengenai emotional branding dalam
kajian studi yang dilakukan untuk produk minuman penyegar yang
tergolong consumer goods.
b). Hasil penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi terhadap hubungan
antara aspek-aspek yang terdapat dalam model ARI untuk produk consumer
goods.
2). Manfaat Praktis
a). Untuk memberikan pola berpikir dalam pembuatan kreatif iklan radio bagi
perusahaan yang bergerak dalam bisnis consumer goods khususnya produk
minuman penyegar.
b). Memberikan wawasan praktis bagi stasiun radio atau agensi periklanan dan
pihak-pihak lain yang terlibat dalam produksi iklan radio yang berkenaan
dengan produk consumer goods khususnya minuman penyegar.
Download