ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR

advertisement
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EKSPOR KAYU LAPIS INDONESIA KE JEPANG
PERIODE 1992-2011
I Ketut Bagus Martawan Adi Putra1
Luh Putu Aswitari2
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: [email protected]/ telp: 081936275323
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sejak adanya
peraturan larangan ekspor kayu bulat, pemanfaatan sumber daya alam terus dilakukan oleh
pemerintah guna meningkatkan nilai tambah untuk mendorong ekspor berupa produk kayu
olahan terutama kayu lapis, dilatarbelakangi berbagai keunggulan dan kontribusi ekspor
kehutanan Indonesia, maka peningkatan daya saing ekspor sektor ini sangat
diperlukan.Penelitianini dilakukanuntuk mengetahui perkembangan daya saing ekspor kayu
lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011 dengan menggunakan Indeks RCA (Revealed
Comparative Advantage) dan analisis regresi linier berganda untuk mengetahuipengaruh baik
secara serempak maupun parsial antara kurs Dollar Amerika Serikat, Jumlah Produksi dan
Produk Domestik Bruto Jepang terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang dengan
menggunakan program analisisdengan menggunakan data sekunder.Hasil analisis data
menunjukkan secara serempak kurs Dollar Amerika Serikat, Jumlah Produksi dan Produk
Domestik Bruto Jepang signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode
1992-2011. Secara parsial variabel Kurs Dollar Amerika Serikat, jumlah produksi, dan Produk
Domestik Bruto Jepang berpengaruh positif dan signifikanterhadap ekspor kayu lapis Indonesia
ke Jepang periode 1992-2011. Perhitungan daya saing dengan menggunakan indeks RCA
menunjukkan daya saing ekspor kayu lapis Indonesia yang tinggi karena indeks RCA > 1,
namun Negara Malaysia tidak memiliki daya saing karena indeks RCA < 1. Indonesia perlu
meningkatkan dan mempertahankan daya saingnya agar dapat meningkatkan kontribusi
terhadap devisa negara.
Kata kunci:Daya Saing, Kurs Dollar Amerika Serikat, Jumlah Produksi, Produk
DomestikBruto Jepang
ABSTRACT
Indonesia is a country with abundant natural resources. Since the log export ban regulations, the
utilization of natural resources is continued to be done by the government in order to increase
added value to boost exports in the form of processed wood products, especially plywood, as it
motivated the various advantages and Indonesian forestry exports, thus the export
competitiveness of the sector are needed to be improved. This study was conducted to
determine the development of the competitiveness of Indonesia's plywood exports to Japan in
the period of 1992-2011 by using the RCA index (Revealed Comparative Advantage) and
multiple linear regression analysis to determine the good effect of it either simultaneously or
partially between the US Dollar exchange rate, Total Production and Products Gross Domestic
in Japan against Indonesia's plywood exports to Japan by using program analysis of secondary
data. The results of data analysis showed the simultaneous US Dollar exchange rate, Total
Production and Gross Domestic Product of Japan significantly to Indonesia's plywood exports
to Japan in the period of 1992-2011. In partial US Dollar exchange rate, the amount of
production, and Japan's gross domestic product and a significant positive impact on Indonesia's
plywood exports to Japan period 1992-2011. The calculation of the competitiveness using RCA
index indicates the competitiveness of Indonesian plywood exports were high because the index
RCA> 1, but Malaysia does not has competitive because the RCA index <1. Indonesia needs to
improve and maintain its competitiveness in order to increase the contribution to national
revenue.
Keywords: Competitiveness, US Dollar Exchange Rate, Total Production, Japan Gross
Domestic Product
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai
penyangga kehidupan.Indonesia merupakan Negara yang sangat diuntungkan karena
kaya akan sumber daya alam, keunggulan tersebut menjadikan Indonesia sebagai
Negara penghasil kayu bulat (log), lebih dari setangah hutan Negara ini dialoksikan
untuk produksi kayu. Kayu dihasilkan berupa kayu gergajian dan kayu olahan.
Menyadari akan potensi alam Indonesia pemerintah masa orde baru menggalakan
ekspor non migas guna pendapatan Negara.
Sistem perekonomian Indonesia adalah sistem ekonomi terbuka (open
economic system) yang memungkinkan terjadinya perdagangan luar negeri (Aimon,
2013).Seiring kemajuan
zaman
dan
teknologi
sekarang
ini
menyebabkan
ketergantungan diantara berbagai negara menjadi semakin tinggi. Untuk mengatasi
hal tersebut Indonesia berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan dengan melakukan perdagangan internasionaldalam barang dan
jasauntuk meningkatkan standar hidup mereka dengan mengekspor dan mengimpor
barang dan jasa (Khan,2011). Ekspor migas dan non migas merupakan sektor industri
utama penghasil pemasukan negara.
Tabel 1.Nilai Ekspor Non-Migas Indonesia Periode 2007-2011 ( Juta US$ )
Tahun
Pertanian
Industri
Tambang
2007
3657.7
76460.8
11884.9
2008
4584.5
88393.4
14906.1
2009
4352.7
73435.8
19692.3
2010
5001.8
98015.1
26712.5
2011
5165.7
122188.7
34652.1
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Dilihat dari Tabel 1nilai ekspor non migas Indonesia, sektor industri
menunjukkan
nilai
lebih
besar dibandingkan
sektor
non
migas
lainnya.
Perkembangan sektor industri tidak lepas dari peranan ekspor pengolahan kayu,
minyak kelapa sawit, serta karet.Pada ekspor non migas, sektor industri pengolahan
kayu terdapat salah satu komoditi yang turut serta dalam menyumbang devisa dalam
bentuk eskpor bagi Indonesia adalah Kayu lapis. Kayu lapis merupakan salah satu
produk hasil pengembangan industri pengolahan kayu yang menggunakan bahan
kayu bulat/kayu gelondongan (log).Industri kayu lapis Indonesia di pasaran dunia
mengalami perkembangan yang sangat pesat karena adanya peraturan larangan
ekspor kayu gelondongan, berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 1132/KPTS-II/2001 Dan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan
penghentian
Republik
ekspor
kayu
Indonesia
Nomor:292/MPP/KEP/10/2001,
gelondongan
merupakan
barang
yang
tentang
dilarang
ekspornya,Selain itu terhentinya industri kayu lapis di negara-negara Korea Selatan,
Jepang dan Taiwan akibat tertutupnya pasokan bahan baku kayu bulat (log) yang
semula diperoleh dari Indonesia turut serta dalam menunjang meningkatnya pangsa
pasar kayu lapis Indonesia.
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Kayu Lapis Indonesia ke Jepang Periode 19922011
Tahun
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Nilai FOB
(Juta US$)
2176.1
2702.5
2629.6
2128.5
1866.4
2300.0
1869.7
1079.9
883.0
768.1
Perkembangan
%
0,24
-0,02
-0,19
-0,12
0,23
-0,18
-0,42
-0,18
-0,13
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Nilai FOB
(Juta US$)
787.9
820.7
907.6
853.4
1323.0
1509.1
1823.3
1443.1
2299.9
2929.1
Perkembangan
%
0,02
0,04
0,10
-0,05
0,55
0,14
0,20
-0,20
0,59
0,27
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Tabel 2 menunjukkan perkembangan ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang
Periode 1992-2011. Ekspor kayu lapis tertinggi terjadi ditahun 2011 sebesar 2929.1
per Juta US$ dan nilai ekspor kayu lapis terendah terjadi tahun 2001 sebesar 768.1
per Juta US$. Ekspor kayu lapis mengalami fluktuasi mulai tahun 1994, dilihat dari
tingkat ekspor ditahun 1994 hingga 2011. Ekspor kayu lapis Indonesia sempat
mengalami pasang surut karena adanya negara pesaing pengekspor kayu lapis. Ekspor
kayu lapis tahun 2011 meningkat disebabkan akibat terjadinya bencana Tsunami
Fukushima maret tahun 2011 dan sekarang Jepang masih dalam tahap rekonstruksi
rumah yang terkena dampak bencana tersebut memerlukan banyak produk kayu lapis.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen penghasil kayu lapis dimana dalam
melakukan ekspor tidak luput dari adanya persaingan antara negara produsen lainnya.
Daya saing antar produsen menggambarkan kemampuan bangsa-bangsa
dalam memproduksi suatu komoditi dengan mutu baik dan biaya produksi yang
cukup rendah, sehingga mampu bersaing dalam pasar internasional, memperoleh laba
dan mempertahankan kegiatan produksinya (Suprihatin, 1998).Menurut Amir
(1992:13) yang dimaksud dengan daya saing ekspor adalah kemampuan komoditi
memasuki suatu pasar luar negeri dan kemampuanbertahan dalam pasar itu. Tingkat
daya saing suatu Negara dalam perdagangan internasional pada prinsipnya ditentukan
dengan dua faktor utama : faktor keunggulan komparatif (comparative advantage)
yang memiliki sifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif (competitive
advantage) yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan dan diciptakan
(Tambunan, 2001 : 48-50).
Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai Negara agraris dan
maritim yang merupakan dasar perekonomian yang perlu didayagunakan melalui
pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing (Hagi, dkk., 2012).
Penelitian ini menggunakan analisis indeks RCA yang bertujuan untuk membuktikan
bagaimana daya saing komoditas kayu lapis antara Indonesia dan Malaysia di pasar
Jepang. Nilai tukar (kurs) diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata
uang negara lain sudah secara luas diakui bahwa stabilitas dalam nilai tukar
menjamin stabilitas makro ekonomi yang berdampak pertumbuhan ekonomi positif
(Khan dan Qayyum, 2008).
Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga relatif suatu produk menjadi
lebih mahal atau lebih murah, sehingga nilai tukar terkadang digunakan untuk
menentukan besaran nilai eksporbarang.Dalam suatu perdagangan internasional tidak
lepas dari adanya peran suatu produksi.produksi merupakan suatu hasil akhir dari
adanya aktivitas ekonomi yang memanfaatkan beberapa input. Input dapat terdiri dari
barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi sedangkan output adalah
barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. (Joesron dan Fathorozzi,
2003).Galih (2012) menyatakan semakin banyak jumlah produksi yang dihasilkan,
maka semakin banyak pula volume ekspor yang dapat dilakukan.
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dapat mengukur kinerja dari suatu
perekonomian begitu juga di Indonesia (Dona, dkk., 2010). Produk Domestik Bruto
(Gross Domestic Product / GDP) Negara Jepang yaitu nilai seluruh barang jasa yang
di produksi oleh Negara Jepang sebagai Negara pengimpor utama dalam satu periode
dimana dalam penelitian ini PDB Jepang merupakan proksi dari penduduk di Negara
Jepang selama periode 1992-2011 yang diukur dengan satuan US$. Berdasarkan
berbagai keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dan kontribusi ekspor
produk kayu lapis dalam pemasukan Negara maka peningkatan daya saing ekspor dan
spesialisasi guna menambah nilai dan daya saing perlu dilakukan dalam
mempertahankan pangsa pasar internasional kedepannya. Berdasarkan pemasalahan
tersebut, dapat diuraikan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimanakah
perkembangan daya saing ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011,
apakah kurs dollar Amerika, jumlah produksi dan Produk Domestik Bruto Jepang
secara simultan berpengaruh terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode
1992-2011, bagaimanakah pengaruh kurs dollar Amerika, jumlah produksi dan
Produk Domestik Bruto Jepang, secara parsial signifikan terhadap ekspor kayu lapis
Indonesia ke Jepang periode 1992-2011.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Indonesia karena Indonesia merupakan negara kaya
akan sumber daya alam dan merupakan penghasil kayu lapis yang memiliki potensi di
pasar internasional.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data yang digunakan adalah data yang sudah jadi dalam bentuk laporan tahunan yang
disusun dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dan literatur-literatur
lain yang mendukung mengenai objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik perhitungan RCA.Metode RCA adalah
salah satu metode perhitungan berdasar pada konsepperdagangan antar negara
menunjukkan keunggulan komparatifdimiliki negara. Metode RCAdapat mengukur
kinerja ekspor produk dari negara dengan menghitung pangsa pasarproduk terhadap
total ekspornegara dibandingkan pangsa produk tersebut dalam perdagangan dunia.
=
/
/
.................................................................................................................(1)
Xij = Nilai ekspor komoditas kayu lapis Negara Indonesia / Malaysia ke Jepang
Xj = Nilai total ekspor Negara Indonesia / Malaysia ke Jepang
Xiw = Nilai ekspor komoditas kayu lapis Negara Indonesia / Malaysia ke dunia
Xw = Nilai total ekspor Negara Indonesia / Malaysia ke dunia
Apabila nilai indeks RCA suatu negara untuk suatu komoditas kayu lapis > 1
menunjukkan bahwa daya saing komoditas dari negara tesebut memiliki daya saing
yang tinggi, jika nilai indeks RCA komoditas kayu lapis menunjukan nilai < 1 maka
komoditas dari negara tersebut tidak memiliki daya saing.
Penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linear berganda, uji asumsi
klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, autokolerasi, dan
heteroskedastisitas, setelah uji asumsi klasik dilanjutkan dengan uji signfikansi terdiri
dari uji secara simultan (uji F) dan uji secara parsial (uji t).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage)
Hasil perhitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) pada Tabel
3Hasil perhitungan RCA Indonesia dan Malaysia periode 1992-2011 menunjukkan
hasil indeks RCA Indonesia dan Malaysia. Rata-rata nilai indeks RCA Indonesia
sebesar 2.42 > 1 yang berarti negara Indonesia memiliki tingkat daya saing yang
tinggi dalam ekspor kayu lapis dipasar Internasional. Negara Malaysia memiliki nilai
rata-rata RCA sebesar 0.69 < 1 yang berarti negara Malaysia tidak memiliki daya
saing dalam ekspor kayu lapis dipasar Internasional. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa ekspor kayu lapis Indonesia memiliki daya saing yang tinggi,
maka dari itu Indonesia perlu mempertahankan daya saingnya agar dapat terus
bersaing dipasar Internasional.
Tabel 3. Hasil Penghitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) Indonesia
dan Malaysia Periode 1992-2011
Tahun
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Indeks RCA
Indonesia
2.19
2.30
2.53
2.27
2.39
2.74
3.16
2.37
2.29
2.26
Indeks RCA
Malaysia
1.37
1.41
0.79
0.92
1.31
1.27
0.77
0.59
0.59
0.36
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (Data diolah)
Indeks RCA
Indonesia
2.15
2.24
1.78
1.99
2.41
2.04
2.52
2.97
2.91
2.91
Indeks RCA
Malaysia
0.40
0.81
0.52
0.46
0.49
0.39
0.34
0.36
0.44
0.31
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat,
jumlah produksi, dan Produk Domestik Bruto Jepang terhadap tingkat daya saing
ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011.Hasil regresi linier
berganda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variable
C
X1
X2
X3
2
R = 0,82
Coefficient
6.250349
1.504430
0.171685
0.108130
Std. Error
5.269441
0.471366
0.051118
0.034131
Fhitung = 25,84
t-Statistic
1.186150
3.191640
3.358589
1.992574
Prob.
0.2529
0.0057
0.0040
0.0037
Sig = 0,000
Hasil yang diperoleh pada Tabel 4bila dimasukkan ke persamaan regresi berganda
maka diperoleh persamaan regresi linier berganda, yaitu :
Ŷ = 6,250349 + 1,504430X1 + 0,171685X2 + 0,108130X3
Uji Signifikansi
Pengaruh Simultan Variabel Bebas Terhadap Ekspor Kayu Lapis Indonesia ke
Jepang Periode 1992-2011 (dengan Uji F)
Hasil uji simultan diperoleh Fhitung (25,84) > Ftabel (3,24) Ho ditolak dan Hi diterima
dengan tingkat signifikansi 0,000. Ini berarti kurs Kurs Dollar Amerika,Jumlah
produksi, Produk Domestik Bruto Jepang secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011.
Pengaruh Parsial Variabel Bebas Terhadap Ekspor Kayu Lapis Indonesia ke
Jepang periode 1992-2011 (dengan Uji t)
Uji regresi parsial (t-test) menguji secara parsial antara kurs Dollar Amerika,
Jumlah Produksi, Produk Domestik Bruto Jepang terhadap ekspor kayu lapis
Indonesia ke Jepang periode 1992-2011. Uji t digunakan untuk mengetahui
bagaimanakah pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
Pengujian Pengaruh Kurs Dollar Amerika (X1) Terhadap Ekspor Kayu Lapis
Indonesia ke Jepang Periode 1992-2011. Hasil uji parsial diperoleh thitung (3,191) >
ttabel (1,746) Ho ditolak, artinya bahwa kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh
positif signifikan secara parsial terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang
Periode 1992-2011. Apabila nilai kurs Dollar Amerika meningkat 1US$
mengakibatkan ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011 meningkat
sebesar 1,504430 US$. Hasil penelitian ini didukung Penelitian yang dilakukan oleh
Nainggolan (2001)membuktikan nilai tukar rupiah berpengaruh positif ke ekspor
minyak kelapa sawit PTPN I s/d VII, dimana setiap kenaikan nilai tukar rupiah akan
menaikkan volume ekspor CPO. Junaedy (2013) juga membuktikan bahwa Nilai
Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh positif signifikan ke Ekspor Minyak Kelapa Kasar
(CCO) dengan judul penelitiannya Perubahan Nilai Tukar Rupiah Pengaruhnya ke
Ekspor Minyak Kelapa Kasar (CCO) Di Sulawesi Utara.
Pengujian Pengaruh Jumlah Produksi (X2) Terhadap Ekspor Kayu Lapis
Indonesia ke Jepang Periode 1992-2011. Hasil uji parsial diperoleh thitung (3,358)
>ttabel (1,746) Ho ditolak, artinya bahwa jumlah produksi berpengaruh positif
signifikan secara parsial terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang Periode
1992-2011.Apabila nilai jumlah produksi meningkat 1 Ton mengakibatkan ekspor
kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011 meningkat sebesar 0,171685
US$.Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Budi Wirawan (2012) diperoleh hasil uji t jumlah produksi secara parsial berpengaruh
positif signifikan terhadap perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun 19962010. PenelitianSugiarsana (2013) dengan hasil uji t-hitung = 4,755 > t-tabel = 1,782
Ho ditolak, artinya jumlah produksi tembaga secara parsial berpengaruh
positifsignifikan terhadap volume ekspor tembaga Indonesia tahun 1995-2010.
Pengujian Pengaruh Produk Domestik Bruto Jepang (X3) Terhadap Ekspor
Kayu Lapis Indonesia ke Jepang Periode 1992-2011. Hasil uji parsial diperoleh thitung
(1,992) >ttabel (1,746) Ho ditolak, artinya bahwa Produk Domestik Bruto Jepang
berpengaruh positifsignifikan secara parsial ke ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang
periode 1992-2011. Apabila nilai Produk Domestik Bruto Jepang meningkat
1US$mengakibatkan ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011
meningkat sebesar 0,108130 US$. Hasil ini didukung oleh penelitian Nyoman Widhi
Ari (2014) diperoleh hasil uji t dalam penelitian diperoleh thitung 5,844 > ttabel 1,782
artinya PDB Amerika Serikat berpengaruh positif signifikan ke ekspor kerajinan
ukiran kayu Indonesia ke Amerika tahun 1996-2012.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi residuals
mempunyai distribusi normal atau tidak ( Suyana Utama, 2009: 89).Terpenuhi atau
tidaknya uji normalitas dapat diuji dengan melakukan uji statistik Jarque-Bera yang
dapat dilihat pada Gambar 1
6
S eries: Residuals
S ample 1992 2011
Observations 20
5
Mean
Median
Maximum
Minimum
S td. D ev.
S kewness
K urtosis
4
3
2
1
3.69E -15
-0.892883
8.353068
-6.217464
4.225556
0.326106
2.118676
Jarque-B era
P robability
1.001760
0.605997
0
-7.5
-5.0
-2.5
0.0
2.5
5.0
7.5
10.0
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
Besarnya nilai Jarque-Bera adalah 1,001 dengan nilai probability sebesar 0,605997
Nilai tersebut menyatakan bahwa residual terdistribusi normal, karena nilai lebih
besar dari pada α=5 persen.
Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian dengan auxiliary yaitu menguji korelasi parsial antara variabel
independen. Hasil pengujian menunjukkan variabel ekspor kayu lapis R-square model
awal sebesar 0,828918 dan hasil pengujian variabel bebas ditunjukkan pada Tabel 4.3
berikut :
Tabel 5. Nilai R2 Auxiliary Regression
Variabel terikat
Variabel bebas
R2 auxiliary regression
X1
X2X3
0,516463
X2
X3
X1X3
X1X2
0,523433
0,085133
Tabel 5menunjukkan bahwa dari hasil dari auxiliary regression masing-masing
variabel, di peroleh nilai R2 masing-masing antara variabel bebas lebih kecil dari
R 2estimasi awal sebesar 0,828918. Hasil ini menunjukan tidak terdapat masalah
multikolinearitas dalam model.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yaitu korelasi antara variabel gangguan satu dengan variabel
gangguan lainnya. Melihat ada tidaknya autokorelasi, digunakan uji Durbin Watson
Statistik.Dari hasil perhitungan diperoleh du (1,68) < d (1,79) < 4-du (2,32), ini
berarti d-hitung berada di daerah tidak ada autokorelasi, berarti disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi pada model ini.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah nilai model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Penelitian ini menggunakan uji White Heteroskedastisitas.
Tabel 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedastisitas Test:
F-statistic
0.578627
Probability
0.741309
Obs*R-squared
4.215408
Probability
0.647552
Berdasarkan Tabel 6 nilaix2hitung (chi-square) sebesar 4,215408 yang diperoleh dari
Obs*R-squared, dan nilai x2tabel pada α = 5 persen dengan (df) sebesar 16 adalah 26,30
oleh karena nilai x2hitung (4,215408) <x2tabel (26,30) maka dapat disimpulkan bahwa
model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan yakni secara individual daya saing
ekspor kayu lapis Indonesia memiliki tingkat daya saing yang tinggi berdasarkan
perhitungan yang menunjukkan indeks RCA > 1, sedangkan Malaysia tidak memiliki
daya saing berdasarkan perhitungan menunjukkan indeks RCA < 1, daya saing
Indonesia perlu dipertahankan agar daya saingnya dapat memberikan kontribusi yang
lebih terhadap devisa negara.Secara simultan variabel kurs dollar amerika (X1),
jumlah produksi (X2), dan produk domestik bruto Jepang (X3) berpengaruh signifikan
ke ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang periode 1992-2011 (Y). Secara parsial
variabel kurs dollar Amerika(X1), jumlah produksi (X2) dan produk domestik bruto
Jepang (X3)berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia
ke Jepang periode 1992-2011.
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan di atas maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut ini: Industri Kayu lapis Indonesia mempunyai prospek yang
menjanjikan untuk terus dikembangkan kedepannya namun untuk mewujudkan hal
itu diperlukan kerja sama dengan pemerintah dalam memfasilitasi pengembangan
sektor industri khususnya industri kayu lapis dan terus memantau perkembangan
industri kayu lapis Indonesia agar industri kayu lapis Indonesia dapat memberikan
manfaat dalam pembangunan ekonomi negara. Pentingnya kerjasama antara
masyarakat dan perusahaan industri kayu lapis didalam peningkatan pengawasan
proses produksi maupun penyediaan bahan baku utama industri kayu lapis. Hal ini
bertujuan agar bahan baku utama industri kayu lapis tetap terjaga pasokannya serta
menjaga kelestarian hutan Indonesia agar proses produksi tidak merusak lingkungan.
REFRENSI
Aimon, Hasdi. 2013. Prospek Perdagangan Luar Negeri Indonesia-Amerika Serikat
dan Kurs. Jurnal Kajian Ekonomi Universitas Negeri Padang Vol.I No. 02.
Amir, M.S. 1992. Ekspor Impor. Jakarta: PT. Kerta Mandiri Abadi.
Budi Wirawan, I Wayan. 2012. Pengaruh Jumlah Produksi Karet, Harga, Dan
Investasi Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia 1996-2010. OJS, 1(2), pp:
93-99.
Dona, Elva, Hasdi Aimon, dan Zul Azhar. 2010. Analisis Ekonomi Sektor Riil dan
Sektor Moneter Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, 1(2): h:1-22.
Galih, Ambar PuspaSetiawina. 2012. Analisis Pengaruh Jumlah Produksi, Luas
Lahan, dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Volume Ekspor Kopi Indonesia
Periode Tahun 2001-2011. E-Journal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana. [ jurnal ]. Vol.3, No.2, h: 48-55.
Hagi, Syaiful Hadi, dan Ermi Tety. 2012. Analisis Daya Saing Ekspor Minyak Sawit
Indonesia Dan Malaysia Di Pasar Internasional. Pekbis Jurnal, 4(3),pp: 180191.
Joesron, Tati Suhartati dan Fathorozzi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.
Junaedy Angkouw. 2013. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Pengaruhnya Terhadap
Ekspor Minyak Kelapa Kasar (CCO) Di Sulawesi Utara. Jurnal EMBA, 1(3),
pp: 981-990.
Khan, Muhammad Arshad and Abdul Qayyum. 2008. Long-Run and Short-Run
Dynamics of the Exchange Rate in Pakistan: Evidence From Unrestricted
Purchasing Power Parity Theory. The Lahore Journal of Economics.Vol. 13.
No. 1, pp. 29-56.
Khan, Tanvir. 2011. Identifying an Appropriate Forecasting Model for Forecasting
Total Import of Bangladesh. International Journal of Trade, Economics and
Finance.Vol .2.No. 3, pp.242-246.
Nainggolan, Romauli. 2001. Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) (Study Kasus PTP. Nusantara I
s/d VII Wilayah I Sumatera). Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sugiarsana,Made.2013. Analisis Pengaruh Jumlah Produksi, Harga, dan Investasi
terhadap Volume Ekspor Tembaga Indonesia Tahun 1995-2010. E-Journal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. [ jurnal]. Vol.2,No.1, h:10-19.
Suprihatin, Iryant Eka. 1998. Quality Control Of Gc Performance For Steroit
Analisis
Suyana Utama, Made. 2009. Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar:Sastra
Utama.
Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran.
Cetakan I, Jakarta : LP-FEUI.
Widhi Ari, Ni Nyoman. 2014. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Kerajinan Ukiran Kayu Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1996-2012. EJournal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. [jurnal]. Vol.3, No.6,
pp.227-281.
Download